• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Lanjutan Lampiran 2. Produktivitas Padi Sawah

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Lampiran 5. Skor Sikap Pernyataan Positif Petani Sampel No.

Sampel

Pernyataan Positif Total

(10)

Lanjutan Lampiran 5. Skor Sikap Pernyataan Positif Petani Sampel No.

Sampel

Pernyataan Positif Total

(11)

Lampiran 6. Skor Sikap Pernyataan Negatif Petani Sampel No.

Sampel

Pernyataan Negatif Total

(12)

Lanjutan Lampiran 6. Skor Sikap Pernyataan Negatif Petani Sampel No.

Sampel

Pernyataan Negatif Total

(13)

Lampiran 7 Hasil Pernyataan Sikap Petani yang Positif terhadap Adanya Irigasi 17. Irigasi dapat membantu

petani dalam meningkatkan hasil produksi.

0 14 7 58 7 86

18. Dengan adanya irigasi mampu memecahkan masalah petani

2 45 11 25 3 86

19. irigasi harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.

0 15 29 41 1 86

20. Irigasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat

0 4 8 67 7 86

21. Saluran irigasi disalurkan secara merata.

0 19 38 28 1 86

22. Kualiatas air irigasi mempengaruhi hasil usahatani petani.

0 18 17 48 3 86

23. Pengunaan irigasi secara efektif dan efisien.

1 28 27 30 0 86

24.Pembagian waktu irigasi memaksimalkan produksi padi sawah

(14)

Lampiran 8. Hasil Pernyataan Sikap Petani yang Negatif terhadap Adanya Irigasi

19. Irigasi tidak dapat membantu petani dalam meningkatkan hasil produksi.

4 64 11 5 2 86

20. Dengan adanya irigasi tidak mampu memecahkan masalah petani

2 30 11 43 0 86

21. irigasi tidak harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.

5 43 26 12 0 86

22. Irigasi tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

1 72 10 3 0 86

23. Saluran irigasi tidak disalurkan secara merata.

0 34 25 25 2 86

24. Kualiatas air irigasi tidak mempengaruhi hasil usahatani petani.

1 54 19 12 0 86

25. Penggunaan Irigasi secara efektif dan efisien

1 39 24 22 0 86

8. Pengunaan waktu irigasi tidak memaksimalkan produksi padi

sawah

(15)

Lampiran 9. Skor Sikap Petani Sampel No.

Sampel

Skor Sikap Total Skor Sikap

(16)

Lanjutan Lampiran 9. Skor Sikap Petani Sampel No.

Sampel

Skor Sikap Total Skor Sikap

(17)

Lampiran 10. Skor Sikap Petani Sampel & Interpretasi

No. Sampel Skor Sikap Nilai T Interpretasi

(18)

Lanjutan Lampiran 10. Skor Sikap Petani Sampel & Interpretasi

No. Sampel Skor Sikap Nilai T Interpretasi

(19)

Dengan Keterangan :

Jumlah Total Skor = 4387 = 51,01

S = 6,62

(20)
(21)
(22)
(23)

47

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan (2007) Analisis Jalur. Alfabeta. Bandung

Azwar, Saifuddin, 1999. Realibitas dan Validitas : seri pengukuran psikologi. Sigmha Alpha. Yogyakarta

Azwar, 2002. Psikologi. ALFBETA, Bandung

_____, 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

AAK, 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.

_____, 2006. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.

Balai Penyuluh Pertanian 2016, Tanjung Morawa

Daniel, J. M. 1992. Mengukur Sikap Sosial. Bumi Aksara. Jakarta

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2010. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01. Jakarta

Haryono, Dwi. 2004. Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi terhadap Produksi, Pendapatan dan Distribusi Pendapatan. Institut Pertanian Bogor

Husodo, dkk. 2004. Pertanian Mandiri: Pandangan Strategis Para Pakar Untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kaslan, 1991. Seuntaian Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineke Cipta. Jakarta

Kartasapoetra, A.G., dan Mul Mulyani Sutedjo., 1994. Tekhnologi Pengairan. Bumi Aksara, Jakarta.

Mueller, D. J. 1992. Mengukur sikap social. Bumi Aksara. Jakarta

Mubyarto, 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

(24)

48

Pusposutardjo, S, 2001. Pengembangan Irigasi Usahatani Berkelanjutan dan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Sadena, 2009. Hubungan Antara Sikap dan Pengettahuan PetaniI Mengenai Fermentasi BijiI Kakao di Subak-abian Asagan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanani.Universitas Dwijendra

Siregar, 2015 Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra, Universitas Sumatera Utara Sitompul, 2015, Sikap Petani Terhadap Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

Desa Simanampang,Universitas Sumatera Utara

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta

Subandi, M. Syam, dan A. Widjono, 1988. Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Suparyono dan A. Setyono, 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi.

Penebar Swadaya. Jakarta

Supradjo, P dan Sahid, S. 1993. Prespektif Dari Pengembangan Manajemen Sumber Air dan Irigasi Untuk Pengembangan Pertanian. Leberty. Yogyakarta.

Suryana, 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE. Yogyakarta.

Suryabrata, S. 2002. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Andi. Yogyakarta.

Tambunan, Tulus TH. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia. Ghalia. Jakarta

Tanjung, 2015, Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera utara.

(25)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling atau

dilakukan secara sengaja, yaitu teknik penentuan daerah dilakukan dengan

petimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan.

Daerah penelitian yang dipilih adalah Desa Pardamean, Keacamatan Tanjung

Morawa, Deli Serdang. Adapun pertimbangan peneliti memilih daerah ini adalah

karena desa ini termasuk salah satu yang memiliki lahan terbesar dengan produksi

terbesar (berdasarkan Tabel 1).

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Penyuluhan Pertanian, populasi petani

di daerah peenelitian adalah 609 petani. Setiap petani memiliki kesempatan yang

sama untuk dijadikan sampel di daerah penelitian. Jumlah sampel dapat dihitung

dengan rumus slovin, yaitu :

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = total populasi

E = Error Tolerance (toleransi galat sebesar 10 %)

Maka didapat besar sampel penelitian sebagai berikut :

(26)

20

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani

didaerah penelitian, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang

telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari instansi atau

lembaga–lembaga yang terkait seperti Balai Penyuluhan Pertanian, Kantor Kepala

Desa serta literatur–literatur yang berhubungan dengan penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data data dikumpulkan lengkap. Untuk menjawab

identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan metode analisis penskalaan

Likert. Dimana metode ini menganalisis sikap petani terhadap irigasi di tempat

penelitian. Data diambil dengan membuat angket atau kuesioner. Dan untuk

identifikasi masalah 2 digunakan metode deskriptif dimana metode ini

menjelaskan permasalahan pada padi sawah irigasi, bagaimana upaya

penyelesaiannya, dan bagaimana upaya peningkatan produktivitas petani padi

sawah irigasi di daerah penelitian. Data diambil dengan wawancara langsung

kepada petani, penyuluh, kepala desa atau dengan pihak pihak terkait.

3.4.1 Skala Likert

Saifudin (1999) mengemukakan Skala Likert adalah sebuah tipe skala psikometri

yang menggunakan angket dan menggunakan skala yang lebih luas dalam

penelitian survei. Dasar metode Likert merupakan metode penskalaan pernyataan

(27)

21

Tabel 2. Penentuan Skor Sikap Petani yang Positif

Kategori Skor

Tabel 3. Penentuan Skor Sikap Petani yang Negatif

Kategori Skor

Mueller, (1992) merumuskan untuk mengukur skala likert sebagai berikut :

Keterangan:

T : skor standar

X : skor responden

X rataan : rata-rata skor kelompok

S : deviasi standar kelompok

Kategori interpretasi nilai T, apabila:

T > 50 = Sikap Positif

T ≤ 50 = Sikap Negatif

Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani tersebut

apakah positif atau negatif terhadap keberadaan irigasi di daerah penelitian. Jika

petani memiliki sikap positif, maka itu menunjukkan bahwa petani memiliki sikap

Positif yaitu puas dengan adanya irigasi tersebut dan sebaliknya jika petani

(28)

22

memiliki sikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa petani tidak puas dengan

adanya irigasi.

Pengolahan data untuk tujuan pertama adalah menganalisis sikap petani terhadap

irigasi menggunakan metode skala likert. Data diambil dengan membuat angket

atau kuesioner. Indikator sikap petani meliputi (1) Tujuan Irigasi, yang dinilai dari

sikap petani mengenai irigisai yang bertujuan ,(a) meningkatkan hasil produksi (b)

mampu memecahkan permasalahan petani (c) meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Hal ini dikutip dari pemaparan Pusposutardjo (2010) yang

menyatakan “Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu ; (i) menjamin

keberhasilan produksi tanaman dalam mengahdapi kekeringan jangka pendek, (ii)

mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman,

(iii) mengurangi bahaya kekeringan, (iv) mencuci atau melarutkan garam dalam

tanah, (v) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (vi) melunakkan lapisan olah dan

gumpalan-gumpalan tanah, dan (vii) menunda pertunasan dengan cara

pendinginan lewat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit

mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan

mencuci dan melarutkan garam dalam tanah” dan dalam pernyataan Haryono

(2004) yang menyatakan “Hal ini berarti, tersedianya air yang cukup akan mampu

meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas terjadi

apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output yang lebih

tinggi. Secara teoritis, hal ini berarti akan terjadi pergeseran fungsi produksi ke

atas. Peningkatan produktivitas diharapkan akan mampu meningkatkan

pendapatan petani padi sawah, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan

(29)

23

Adapun indikator sikap petani berikutnya adalah (2) Standart irigasi, yang diambil

secara umum yaitu (a) harus memenuhi ketersediaan air untuk usahatani , (b)

saluran irigasi disalurkan secara merata (c) kualitas air yang mempengaruhi hasil

usahatani dan (d) bangunan dan penggunaan irigasi sesuai dengan sistem irigasi.

Dan (3) dinilai dari permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian yaitu (a)

pembagian waktu irigasi.

Tabel 4. Pernyataan Sikap Petani yang Positif terhadap adanya irigasi Jawaban 1. Irigasi dapat membantu petani dalam

meningkatkan hasil produksi padi sawah.

2. Dengan adanya irigasi mampu memecahkan masalah petani

(kekeringan, HPT & racun bagi tanah).

3. irigasi harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.

4. Irigasi meningkatkan kesejahteraan petani.

5. Saluran irigasi disalurkan secara merata.

6. Kualiatas air irigasi mempengaruhi hasil usahatani petani.

7. Bangunan dan penggunaan irigasi sesuai dengan sistem irigasi.

8. Pembagian waktu irigasi

(30)

24

Tabel 5. Pernyataan Sikap Petani yang Negatif terhadap adanya irigasi Jawaban 1. Irigasi tidak dapat membantu petani

dalam meningkatkan hasil produksi.

2. Dengan adanya irigasi tidak mampu memecahkan masalah petani

(kekeringan, HPT & racun bagi tanah).

3. Irigasi tidak harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.

4. Irigasi tidak dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

5. Saluran irigasi tidak disalurkan secara merata.

6. Kualiatas air irigasi tidak mempengaruhi hasil usahatani petani.

7. Bangunan dan penggunaan irigasi tidak sesuai dengan sistem irigasi.

8. Pengunaan waktu irigasi tidak

memaksimalkan produksi padi sawah

Indikator kepuasan dari hasil pernyataan petani di tempat penelitian dilihat dari

skor akhir secara keseluruhan. Dimana skor akhir didapat dari hasil perhitungan

rumus Likert (T). Diinterpretasikan bahwa jika nilai T >50 maka diasumsikan

bahwa petani memiliki sikap positif. Mnyatakan bahwa petani memiliki kepuasan

terhadap irigasi. Dan sebaliknya jika nilai T <50 maka diasumsikan bahwa petani

memilki sikap negatif yang menyatakan bahwa petani tidak puas dengan irigasi di

(31)

25

3.5.Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk

menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiran dan pengertian maka

digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi Operasional

1. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengelolah usahatani pada

sebidang tanah dan lahan.

2. Padi Sawah adalah seluruh areal tanaman usaha tanaman padi sawah yang

memiliki beberapa sistem penanaman seperti irigasi atau tadah hujan.

3. Irigasi adalah pemberian air secara sengaja dan teratur pada sebidang lahan

tanaman.

4. Sikap adalah cara petani memandang atau dasar anggapan petani terhadap

keberadaan irigasi. Sikap petani dibagi atas sikap positif dan sikap negatif.

5. Luas lahan (Ha) adalah areal pertanaman tanaman padi sawah yang

diusahakan oleh petani selama satu musim tanam.

6. Permasalahan adalah sesuatu yang menjadi masalah pada padi sawah irigasi.

7. Upaya penyelesaian masalah adalah usaha yang dilakukan dalam

menghilangkan, mengurangi atau mencegah masalah pada sawah irigasi.

8. Upaya peningkatan adalah usaha yang dilakukan untuk membuat usahatani

padi sawah irigasi lebih baik dari sebelumnya.

9. Produktivitas adalah jumlah produksi yang bisa diperoleh perHa dalam satu

(32)

26

3.5.2. Batasan operasional

1. Lokasi Penelitiaan adalah di Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa,

Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman padi

sawah irigasi.

(33)

27

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Desa Perdamean terletak di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli

Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Perdamean 406 Ha, Luas

area pertanian sebesar 306 Ha, sedangkan untuk luas daerah perumahan sebsar 45

Ha. Suhu udara berkisar antara 23°C - 33°C, dengan kelembaban udara rata-rata

80%. Berada pada ketinggian 35 meter dari permukaan laut. Jumlah penduduk di

Desa Perdamean berjumlah 4845 jiwa. Secara administrasi Desa Perdamean

mempunya batas-batas wilayah sebagai berikut :

Batas wilayah Desa Perdamean adalah :

Sebelah Utara : Desa Penara Kebon

Sebelah Selatan : Desa Tanjung Mulia/ Punden Rejo

Sebelah Barat : Desa Wonosari/ Punden Rejo

Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Pakam/ Kecamatan Beringin

4.2. Keadaan Penduduk

Desa Perdamean memiliki penduduk sebanyak 6146 jiwa dengan jumlah KK (Kartu Keluarga) 1399. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Desa Perdamean Menurut Jenis Kelamin di Desa Perdamean Tahun 2015

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-Laki 3045 49,54

Perempuan 3101 50,45

Jumlah 6146 100

(34)

28

Keadaan penduduk menurut mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Distribusi Penduduk Desa Perdamean Menurut Mata Pencaharian di Desa Perdamean Tahun 2015

No. Jenis mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase %

1 Petani 1118 43,82

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa

Perdamean bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 1118 jiwa

(43,82%). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa daerah ini merupakan

daerah yang cukup potensial sebagai daerah pertanian.

Untuk melihat keadaan penduduk menurut Agama yang dianut penduduk di

Desa Perdamean dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Perdamean Tahun 2015

No. Agama yang dianut Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Islam 3071 49,96

2 Kristen Protestan 2947 47,94

3 Kristen Katolik 127 2,06

Jumlah 6146 100

Sumber: BPS, 2015

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa

(35)

29

4.3. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung atau semakin mudah

desa tersebut dijangkau, maka akan mempercepat laju perkembangan desa

tersebut.

Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila dilihat dari segi

ketersediaan dan pemanfaatannya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat

setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi segala

kebutuhannya. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Perdamean

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Perdamean Tahun 2015

No. Saran dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Pendidikan (SD,SLTP,SMU) 3

2 Gereja 4

3 Mesjid 2

4 KUD 1

5 Balai Desa 1

6 Kantor Kepala Desa 1

7 Puskesmas/Polindes 1

8 Rumah bersalin 1

Sumber : BPS, 2015

4.4. Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel adalah petani di Desa Perdamean dalam penggunaan irigasi yang

menjadi responden dalam penelitian ini. Karakteristik responden tersebut dibagi

atas karateristik sosial dan karateristik ekonomi. Karateristik sosial terdiri dari

umur, tingkat pendidikan dan lama bertani. Sedangkan karakteristik ekonomi

(36)

30

Secara terperinci karakteristik social ekonomi petani di Desa Perdamean dapat diuraikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Perdamean Tahun 2016 No. Karakteristik Petani Sampel Range Rerata

1 Umur (tahun) 30-75 48

2 Tingkat Pendidikan (formal) (tahun) 0-16 10

3 Lama Bertani (tahun) 3-60 18

4 Luas Lahan (rantai) 2-60 19,61

5 Jumlah Tanggungan (jiwa) 1-8 2

Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan rata-rata umur petani sampel di Desa

Perdamean adalah 48 tahun. Dapat diasumsikan bahwa rata-rata umur tersebut

masih dalam kelompok usia produktif. Tingkat pendidikan rata-rata anggota dapat

dikategorikan pada tingkat SMP. Lama bertani pada anggota dapat dikatakan

sudah cukup lama yakni 18 tahun. Dengan pengalaman tersebut akan

mempengaruhi sikap petani sampel terhadap irigasi. Luas lahan petani sampel di

Desa Perdamean tidaklah sama yaitu berkisar antara 2-60 rantai dengan rata-rata

19,61 rantai. Dengan luas lahan yang berbeda tersebut maka kebutuhan air irigasi

juga berbeda yang mempengaruhi sikap petani sampel terhadap irigasi juga

berbeda-beda. Jumlah tanggungan keluarga masing-masing petani sampel berkisar

antara 1-8 orang. Jumlah tanggungan tersebut dapat mempengaruhi sikap petani

sampel terhadap irigasi dalam meningkatkan produktivitas, karena semakin

banyak jumlah tanggungan pasti akan semakin meningkat kebutuhan keluarga

(37)

31

4.4.1. Umur Petani Sampel

Umur petani sampel pada organisasi P3A dapat dilihat pada Tabel 11:

Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Kategori Umur

No. Umur Petani Sampel (tahun) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)

1 30-44 34 39,53

2 45-59 37 43,02

3 60-75 15 17,45

Jumlah 86 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa persentase terbesar usia petani sampel

yaitu 43,02% antara usia 45-59 tahun sedangkan persentase terkecil usia petani

sampel yaitu 17,45% antara usia 60-75 tahun. Dapat disimpulkan bahwa petani

yang berusia antara 45-59 tahun yang lebih banyak menjadi petani di Desa

Perdamean.

4.4.2. Tingkat Pendidikan Petani Sampel

Tingkat pendidikan petani sampel pada organisasi P3A dapat dilihat pada Tabel

12.

Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel Kategori Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan (tahun) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 2 2,32

Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa hamper semua petani sampel sudah

(38)

32

tamat SMA sebesar 73,26% dan persentase tingkat pendidikan terkecil petani

sampel adalah yang tidak bersekolah sebesar 2,32%.

4.4.3. Pengalaman Bertani Petani Sampel

Lama berusaha tani atau pengalaman bertani petani sampel dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Petani Sampel Kategori Pengalaman Bertani

No. Pengalaman Bertani (tahun) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)

1 3-21 66 76,74

2 22-40 14 16,28

3 41-60 6 6,98

Jumlah 86 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa persentase terbesar yaitu 76,74% dengan

jumlah 66 orang petani dan persentase terkecil adalah sebesar 6,98% dengan

jumlah 6 orang petani.

4.4.4. Luas Lahan Petani Sampel

Luas lahan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Karakteristik Petani Sampel Kategori Luas Lahan

No. Luas Lahan (rantai) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)

1 2-20 55 63,95

2 21-40 24 27,91

3 41-60 7 8,14

Jumlah 86 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 14 diketahui persentase tertinggi adalah 63,95% antara luas

lahan 2-20 rantai dengan jumlah 55 orang petani pemilik lahan dan persentase

terendah adalah 8,14% antara luas lahan 41-60 rantai dengan jumlah 7 orang

(39)

33

4.4.5. Jumlah Tanggungan Petani Sampel

Jumlah tanggungan petani sample dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Karakteristik Petani Sampel Kategori Jumlah Tanggungan

No. Jumlah Tanggungan (jiwa) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)

1 0-2 41 47,67

2 3-5 42 48,84

3 6-8 3 3,49

Jumlah 86 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Dari Tabel 15 diketahui bahwa persentase tertinggi adalah 48,84% antara 3-5

orang tanggungan dengan jumlah 42 orang petani sampel dan persentase terkecil

adalah 3,49% antara 6-8 orang jumlah tanggungan. Dapat disimpulkan bahwa

(40)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sikap Petani terhadap Irigasi di Desa Perdamean

Daerah irigasi di Desa Perdamean memiliki aliran irigasi yang berasal dari desa

Batu Gingging. Aliran irigasi yang berasal dari Desa Batu Gingging, dialirkan ke

5 desa yaitu Tanjung Mulia, Wonosari, Perdamean, Tanjung Barudan Punden

Rejo. Di setiap musim kemarau di Desa Perdamean Pergiliran irigasi selama 10

hari kepada tiap desa dalam satu bulan. Desa perdamean memliki dua daerah

pengairan yaitu daerah depan dan belakang atau yang sering disebut daerah

benteng. Daerah depan merupakan daerah yang lebih banyak mendapatkan aliran

air irigasi. Sedangkan daerah belakang atau benteng, lebih sedikit atau

ketersediaan air tidak tercukupi dengan baik.

Dari jawaban setiap pernyataan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi

setiap kategori, dengan demikian diperoleh nilai skala untuk masing-masing

kategori jawaban untuk dijumlahkan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel

perhitungan kategori jawaban pada Lampiran 8.

Sikap petani terhadap irigasi di Desa Perdamean dapat diketahui dengan melihat

jawaban- jawaban petani sampel terhadap kuesioner yang diberikan. Kuesioner

berisi pernyataan-pernyataan yang dibagi kedalam lima pernyataan positif dan

lima pernyataan negatif. Petani sampel diminta memilih satu dari lima pilihan

jawaban dengan kategori pernyataan positif, skor 4 untuk pilihan Sangat Setuju

(SS), skor 3 untuk pilihan jawaban Setuju (S), skor 2 untuk pilihan jawaban

(41)

35

pilihan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Sedangkan untuk kategori

pernyataan negatif, skor 0 untuk pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), skor 1

untuk pilihan jawaban Setuju (S), skor 2 untuk pilihan jawaban Ragu-ragu (RR),

skor 3 untuk pilihan jawaban Tidak Setuju (TS), skor 4 untuk pilihan jawaban

Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 16. Hasil Pernyataan Sikap Petani yang Positif terhadap Adanya Irigasi 9. Irigasi dapat membantu petani

dalam meningkatkan hasil produksi.

0 16,28 8,14 67,44 8,14 100

10. Dengan adanya irigasi mampu memecahkan masalah petani (kekeringan, HPT & racun bagi tanah).

2,32 52,32 12,79 29,08 3,49 100

11. Irigasi harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.

0 17,44 33,72 47,68 1,16 100 12. Irigasi meningkatkan

kesejahteraan petani.

0 4,65 9,30 77,91 8,14 100 13. Saluran irigasi disalurkan

secara merata.

0 22,09 44,19 32,56 1,16 100 14. Kualiatas air irigasi

mempengaruhi hasil usahatani petani.

0 20,93 19,77 55,81 3,49 100

15. Bangunan dan penggunaan irigasi sesuai dengan sistem irigasi.

1,17 32,56 31,39 34,88 0 100

16.Pembagian waktu irigasi memaksimalkan produksi padi sawah

19,77 66,28 0 13,95 0 100

Rata-rata 2,91 29,07 19,91 44,91 3,19

(42)

36

Pada Tabel 16. Menjelaskan mengenai hasil pernyataan sikap positif petani

terhadap irigasi. Pada pertanyaan nomor 1 hasil persentase terbesar adalah sebesar

67,44% menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada pernyataan nomor 2 hasil

persentase terbesar adalah sebesar 52,32% menyatakan bahwa petani “tidak

setuju”. Pada pernyataan nomor 3 hasil persentase terbesar adalah 47,68%

menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada pernyataan nomor 4 hasil persentase

terbesar adalah sebesar 77,91% menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada

pernyataan nomor 5 hasil persentase terbesar adalah 44,19% menyatakan bahwa

petani “ragu-ragu”. Pada pernyataan nomor 6 hasil persentase terbesar adalah

sebesar 55,81% menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada pernyataan nomor 7

hasil persentase terbesar adalah sebesar 34,88% menyatakan bahwa petani

“setuju”. Dan pada pernyataan nomor 8 hasil persentase terbesar adalah 66,28%

menyatakan bahwa petani “tidak setuju”.

Tabel 16 juga menjelaskan bahwa rata-rata hasil pernyataan sikap positif petani

terhadap irigasi tertinggi adalah sikap setuju dengan persentase rata-rata sebesar

44,91%. Sedangkan hasil terendah adalah sikap sangat tidak setuju sebesar 2,91%.

Sehingga dapat disimpulkan petani bersikap setuju lebih banyak daripada yang

bersikap sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan kesimpulan sementara bahwa

petani bersikap positif terhadap irigasi dengan hasil sikap setuju terhadap

(43)

37

Tabel 17. Hasil Pernyataan Sikap Petani yang Negatif terhadap Adanya Irigasi

10. Irigasi tidak dapat

membantu petani dalam meningkatkan hasil produksi.

4,66 74,42 12,79 5,81 2,32 100

11. Dengan adanya irigasi tidak mampu memecahkan masalah petani (kekeringan, HPT & racun bagi tanah).

2,32 34,89 12,79 50 0 100

12. Irigasi tidak harus

memenuhi ketersedian air untuk usahatani.

5,81 50 30,23 13,96 0 100

13. Irigasi tidak dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

1,16 83,72 11,63 3,49 0 100

14. Saluran irigasi tidak disalurkan secara merata.

0 39,54 29,07 29,07 2,32 100 15. Kualiatas air irigasi tidak

mempengaruhi hasil usahatani petani.

1,16 62,79 22,09 13,96 0 100

16. Bangunan dan penggunaan irigasi tidak sesuai dengan sistem irigasi.

1,16 45,35 27,91 25,58 0 100

17. Pengunaan waktu irigasi tidak memaksimalkan produksi

Sumber : diolah dari Lampiran 8

Pada Tabel 17. Menjelaskan mengenai hasil pernyataan sikap negatif petani

terhadap irigasi. Pada pertanyaan nomor 1 hasil persentase terbesar adalah sebesar

74,42% menyatakan bahwa petani “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor 2 hasil

persentase terbesar adalah sebesar 50% menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada

(44)

38

petani “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor 4 hasil persentase terbesar adalah

sebesar 83,72% menyatakan bahwa petani “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor

5 hasil persentase terbesar adalah 39,54% menyatakan bahwa petani “tidak

setuju”. Pada pernyataan nomor 6 hasil persentase terbesar adalah sebesar 62,79%

menyatakan bahwa petani “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor 7 hasil

persentase terbesar adalah sebesar 45,35% menyatakan bahwa petani “tidak

setuju”. Dan pada pernyataan nomor 8 hasil persentase terbesar adalah 51,16%

menyatakan bahwa petani “setuju”.

Tabel 17 juga menjelaskan bahwa rata-rata hasil pernyataan sikap negatif petani

terhadap irigasi tertinggi adalah sikap tidak setuju dengan persentase rata-rata

sebesar 50,87%. Sedangkan hasil terendah adalah sikap sangat tidak setuju

sebesar 2,03%. Sehingga dapat disimpulkan petani bersikap tidak setuju lebih

banyak daripada yang bersikap sangat setuju.

Skor masing-masing petani sampel dicari nilai skor standarnya dengan

menggunakan rumus skala Likert, dimana standar deviasi S = 6,62. Dengan

demikian, jika skor standar > 50 maka memunculkan sikap yang positif atau jika

skor standar ≤ 50 maka memunculkan sikap yang negatif. Untuk lebih

(45)

39

Sikap petani sampel terhadap irigasi di Desa Perdamean dapat dilihat pada Tabel

18 :

Tabel 18. Sikap Petani terhadap Irigasi di Desa Perdamean Tahun 2015

No. Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Positif 40 46,51

2 Negatif 46 53,49

Jumlah 86 100

Sumber : diolah dari Lampiran 10

Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa dari 86 petani sampel, jumlah

petani yang menyatakan sikap positif terhadap irigasi ada sebanyak 40 jiwa petani

dengan persentase 46,51% dan yang menyatakan sikap negatif ada sebanyak

46 jiwa petani dengan persentase 53,49%.

Jadi dengan hasil yang didapatkan menyatakan Sikap petani terhadap irigasi di

daerah penelitian adalah negatif. Dengan jumlah sampel 86 jiwa petani dengan

persentase 100% sekitar 46 jiwa petani dengan persentase 53,49% merasa tidak

puas dengan keadaan irigasi di Desa Perdamean. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa permasalahan yang masih terjadi di Desa Perdamean. Salah satu

permasalahan yang masih menjadi kekhawatiran bagi para petani adalah

(46)

40

5.2. Permasalahan Padi Sawah Irigasi, Upaya Penyelesaian Masalah dan Bagaimana Upaya Peningkatan Produktivitas di Desa Perdamean

Dilihat dari tingkat kemiskinan petani padi sawah di daerah penelitian yang

dianalisis menggunakan dua kriteria garis kemiskinan, yaitu Standard Upah

Minimum Regional (UMR) sebesar Rp 1.811.875,00/bulan dan Indikator garis

kemiskinan menurut BPS (2015) sebesar Rp 293.551,00/bulan, maka didapat

sebagai berikut :

a. Menurut kriteria BPS (2015)

Petani yang tergolong tidak miskin merupakan petaniyang memiliki pendapatan

diatas atau sama dengan Rp 293.551/bulan. Pada Tabel 19 akan dijelaskan

tentang tingkat kemiskinan keluarga petani sampel.

Tabel 19. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Keluarga Petani Sampel Menurut Kriteria Garis Kemiskinan BPS (2015) di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 2016

No. Kategori Tingkat Kemiskinan

Sumber: Analisis Data Primer

Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa dari 86 petani sampel yang diteliti yang

dikategorikan dalam petani miskin sebanyak 2 petani atau sebesar 2,33% dan

yang tidak tergolong sebagai petani miskin sebanyak 84 petani atau sebesar

97,67%.

b. Menurut Upah Minimum Regional (2016)

Petani yang tergolong tidak miskinadalah petani yangmemiliki pandapatan diatas

atau sama dengan Rp. 1.811.875/bulan. Pada Tabel 20 akan dijelaskan tentang

(47)

41

Tabel 20. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Keluarga Petani Sampel Menurut Upah Minimum Regional (2016) di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 2016 No. Kategori Tingkat

Kemiskinan

Sumber: Analisis Data Primer

Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa dari 86 petani sampel yang diteliti yang

dikategorikan dalam petani miskin sebanyak 45 petani atau sebesar 52,33% dan

yang tidak tergolong sebagai petani miskin sebanyak 41 petani atau sebesar

47,67%.

Sehingga dapat kita lihat bahwa dalam kegiatan pertanian para petani di Desa

Perdamean menghadapi beberapa permasalahan :

1. Kurangnya ketersediaan air untuk lahan padi sawah irigasi.

Hal ini ditunjukkan dengan pembagian waktu irigasi di musim kemarau yaitu

10 hari setiap satu bulan. Didalam budidaya padi sawah peran air merupakan

syarat mutlak bagi

jika pengairan bagi tanaman padi sawah tidak tercukupi. Dampak dari

kurangnya pengairan dapat membuat kekeringan. Dan dampak dari

kekeringan dapat merugikan petani seperti penurunan produksi sampai

mengakibatkan keterlambatan panen.

Untuk saat ini petani sudah melakukan antisipasi dalam menghadapi musim

kemarau dimana ketersediaan air sangat sedikit dengan cara peninjauan

daerah yang terjadi dan dengan meminta bantuan air dari kolam ikan dari

(48)

42

2. Penurunan produktivitas padi sawah pada saat-saat tertentu.

Menurut data pada tabel 1 dikatakan bahwa produktivitas padi sawah di Desa

Perdamean pada tahun 2015 adalah 8 ton/Ha. Sedangkan dari hasil penelitian

ini pada tahun 2016 produktivitas padi sawah di Desa Perdamean sebesar 6,2

ton/Ha (lampiran 2). Permasalahan penurunan produktivitas petani di Desa

Perdamean disebabkan oleh beberapa hal seperti kualitas air yang tidak baik

akibat pencemaran dari limbah rumah tangga yang juga bisa menyebabkan

jumlah air berkurang. Hama penyakit tanaman juga menjadi alasan

permasalahan yang dihadapi petani.

3. Permasalahan hama penyakit

Permasalahan hama penyakit ini sudah sangat biasa dalam penanaman padi

sawah irigasi. petani di desa Perdamean sering menjumpai bercak bercak

kuning di padi sawah irigasi petani, hama kepinding tanah dan sundep. Hama

tersebut sangat menggangu pertumbuhan padi sawah irigasi petani yang dapat

mengakibatkan kekurangan produksi.

4. Bantuan dari pemerintah hendaknya maksimal.

Permasalahan bantuan pemerintah seperti bibit dirasakan petani di Desa

Pertanian tidak maksimal, banyak petani yang mengeluhkan bantuan ini, yang

dijanjikan pemerintah berbeda dengan yang terjadi dilapangan. Seperti yang

terjadi baru baru ini, pemerintah menjanjikan bibit 1kg/1 rante lahan petani,

(49)

43

5. Harga Jual Gabah

Harga jual gabah di Desa Perdamean sangat dipengaruhi oleh para tengkulak

atau pihak swasta. Keadaan ini yang membuat permasalahan bagi para petani

karena harga yang ditawarkan tidak sesuai atau tidak menguntungkan bagi

para petani. Sehingga para petani mengharapkan adanya subsidi ketersediaan

gabah dari pemerintah untuk ikut mengatur harga jual gabah yang sesuai bagi

para petani.

Upaya-upaya yang diharapkan dapat dilakukan dalam penyelesaian masalah

pada sawah irigasi menurut hasil wawancara adalah :

1. Upaya penyelesaian kurangnya ketersediaan air untuk lahan padi sawah

irigasi adalah dengan kerjasama para petani dalam meminta penambahan

debit air pada musim kemarau dari saluran air sei ular. Penambahan air ini

diharapkan dapat menggenangi aliran persawahan padi sawah petani sampai

ke hilir desa. Dan dengan adanya penambahan debit air yang berasal dari sei

ular, dapat meningkatkan produksi lahan padi sawah petani hingga

menghindarkan petani keterlambatan panen. Permohonan untuk pemakaian

sei ular sebagai pengairan padi sawah irigasi Desa Perdamean sudah

disampaikan ke pemerintah setempat, tetapi belum dapat respon dari

pemerintah.

2. Dilakukan dalam peningkatan produktivitas padi sawah untuk mengatasi

kualitas air yang kurang baik adalah dengan menghimbau agar petani

menyadari bahwa pembuangan limbah sembarangan sangat mempengaruhi

(50)

44

teknologi usahatani upaya peningkatan produktivitas padi sawah peran

irigasi sangat strategis. Namun, peranannya juga tergantung pada teknologi

lainnya seperti penggunaan benih unggul bermutu tinggi, pengolahan tanah

yang sempurna, pemupukan yang berimbang dan pengendalian hama dan

penyakit.

3. Produktivitas padi adalah hasil panen per satuan luas dan waktu. Upaya

peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan menghubungkan antara

keterkaitan faktor penentu dari budidaya padi sawah yaitu input produksi dan

faktor teknologi dalam hal ini irigasi. Adapun upaya yang dapat dilakukan

adalah :

a. Peningkatan hasil potensial dan aktual varietas padi melalui perbaikan potensi

genetik dan ketahanan terhadap kendala biotik (hama dan penyakit) dan

abiotik (kekeringan dan keracunan), perbaikan budidaya spesifik lokasi

(pengelolaan tanaman terpadu dan prescription farming).

b. Percepatan dan perluasan diseminasi serta adopsi inovasi teknologi.

Peningkatan produktivitas padi nasional ini sangat sangat dimungkinkan bila

ditinjau dari potensi pengembangan varietas unggul dan kesiapan teknologi

padi di Badan Litbang Pertanian. Peningkatan produktivitas tidak hanya

diarahkan pada lahan optimal (sawah irigasi), tetapi juga pada lahan

sub-optimal seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa

lebak/pasang surut, yaitu: Lahan sawah beririgasi: peningkatan mutu

intensifikasi (PMI) dengan pendekatan PTT melalui penggunaan varietas

(51)

45

(VUTB) yang berdaya hasil tinggi dan bermutu, termasuk pemupukan

berimbang dan cara budidaya spesifik lokasi.

c. Intensifikasi pertanian. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penggunaan bibit

unggul, pengolahan lahan yang baik secara modern maupun dengan cara

konvensional. Dimana secara modern pada pengolahan lahan dilakukan

menggunakan mesin traktor. Dan secara konvensional dilakukan secara

manual misalnya menggunakan cangkul. Selain itu dilakukan pemeliharaan

yang tepat sasaran seperti pemberian pupuk dengan dosis yang tepat maupun

pestisida dalam pemberantasan hama penyakit tanaman guna meningkatkan

hasil produksi.

4. Upaya pemerintah dalam memaksimalkan bantuan kepada petani hendaknya

memberikan bantuan secara optimal kepada petani sesuai dengan kebutuhan

dan apa yang telah dijanjikan sebelumnya. Dan petani juga diharapkan mau

turut serta dalam kegiatan atau program yang dilakukan oleh pemerintah

sehingga pemerintah lebih mengetahui apa yang diinginkan petani dan petani

bisa bertukar pikiran atau apa yang mereka butuhkan dalam kegiatan pertanian

mereka.

5. Upaya yang dapat dilakukan dalam penentuan harga jual gabah adalah

hendaknya petani memiliki sarana penyimpanan gudang unuk menjaga

ketersediaan beras. Dengan adanya ketersediaan beras yang terpenuhi petani

tidak lagi bergantung kepada para tengkulak dalam menentukan harga jual

(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Sikap petani terhadap irigasi di Desa Perdamean adalah sebanyak 40 jiwa

(46,51%) bersifat positif dan 46 jiwa (53,49%) bersifat negatif. Sikap petani

di Desa Perdamean adalah negatif yang menyatakan bahwa para petani tidak

puas dengan keadaan irigasi di Desa Perdamean.

2. Permasalahan Padi sawah irigasi adalah kurangnya asupan air atau pengairan

pada lahan padi sawah petani di Desa perdamean dan bagaimana upaya

penyelesaian masalah dengan menambah debit air yang berasal dari sei ular ,

agar dapat memenuhi pengairan lahan padi sawah petani dari hulu ke hilir di

Desa Perdamean. Untuk meningkatkan produktivitas padi sawah bisa

dilakukan dengan mengadopsi inovasi teknologi, pengembangan varietas

unggul, pemupukan berimbang dan pengendalian hama penyakit.

6.2 Saran

1. Pemerintah di harapkan memberikan izin pemakaian debit air di Sei ular

sebagai sumber irigasi cadangan pada saat musim kemarau. Agar pada musim

kemarau pengarairan lahan padi sawah petani dapat terpenuhi dari hulu ke

hilir.

2. Kepada petani hendaknya lebih bekerjasama dalam memanfaatkan air untuk

lahan padi sawah.

3. Kepada peneliti selanjutnya bisa meneliti apakah faktor-faktor yang

(53)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Padi Sawah

Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan

banyak mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup baik di daerah

beriklim panas yang lembab. Pengertian iklim ini menyangkut curah hujan,

temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim ( AAK,

2006).

Tanaman padi membutuhkan curahan hujan yang baik rata-rata 200 mm/bulan

atau tumbuh dengan disteribusi selama empat bulan, sedangkan curahan hujan

yang dikehendaki/tahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan

membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga genangan air yang

diperlukan tanaman padi sawah dapat tercukupi. Padi sawah membutuhkan

tanah lumpur dengan kandungan ketiga fraksi (pesir, lempung , debu) dengan

perbandingan tertentu. Padi dapat tumbuh dengan baik pada pH antara 4-7

dengan kedalaman olah tanah 18 cm ( AAK, 1992).

Tanaman padi merupakan tanaman yang sensitif terhadap hama dan penyakit.

Di Indonesia kombinasi antara iklim tropis, varietas dan ketersediaan

tanaman padi sepanjang tahun sangat cocok untuk perkembangan hama dan

penyakit. Adapun hama padi adalah wereng coklat, tikus, dan penggerek batang.

Penyakit padi dapat digolongkan kedalam bakteri, jamur, dan virus. Penyakit

(54)

7

lain hawar pelepah, busuk batang, bercak coklat, dan blast. Penyakit virus antara

lain tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput. Cara pengendalian hama dan

penyakit padi biasanya terdiri dari berbagai macam. Dalam pelaksanaannya

sebaiknya cara itu saling menunjang atau memungkinkan dilakukan secara

terpadu baik itu secara mekanis, biologis dan kimiawi. Biasanya dari beberapa

cara yang tersedia yang dapat disarankan adalah penanaman untuk padi sawah

ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat

penting. Oleh karena itu, air untuk tanaman padi di lahan tadah hujan sangat

sulit diatur karena sumber air berasal dari hujan sehingga tergantung dari

keadaan cuaca (Suparyono dan A.Setyono, 1997).

2.1.2. Irigasi

Pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian air kepada tanah dengan

maksud untuk memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen,

dkk, 1990). Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu ; (1) menjamin

keberhasilan produksi tanaman dalam mengadapi kekeringan jangka pendek, (2)

mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman, (3)

mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau melarutkan garam dalam tanah,

(5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan lapisan olah dan

gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda pertunasan dengan cara pendinginan

lwat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit mencakup pula

drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan mencuci dan

(55)

8

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

(2010), berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya

fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:

a.Irigasi sederhana (Non Teknis)

b.Irigasi semi teknis

c.Irigasi teknis

Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur

fungsional pokok yaitu :

1. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya,

umumnya sungai atau waduk.

2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-

petak tersier.

3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan

kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan

kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak

tersier.

4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang

kelebihanair lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

A. Jaringan Irigasi Sederhana

Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur

sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya

berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu

(56)

9

irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan kelemahan

yakni :

a) Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah

yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah

yang subur

b) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari

penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan

sendiri-sendiri.

c) Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka

umumya pendek.

B. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai

lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya.

Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran.

Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan

pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada

daerah layanan jaringan sederhana.

C. Jaringan Irigasi Teknis

Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran

irigasi/pembawa dan saluran pembuang. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa

maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah - sawah dan saluran

(57)

10

Dipandang dari sudut pertanian rakyat, pengairan memiliki beberapa fungsi

penting diantaranya:

1. Mendatangkan air sebagai bahan yang diperlukan untuk kehidupan tanaman,

ikan dan ternak.

2. Membantu meniadakan/mengurangi keganjilan dan peredaran hujan.

3. Mempertahankan atau manambah kesuburan tanah.

4. Dan lain-lain seperti: membersihkan tanah ari racun dan hama, mengatur

tingginya panas tanah, menimbun tanah rendah dan membuang kotoran dari

kota (Kaslan, 1991).

Kebijakan pembangunan irigasi nampak menonjol sekali dalam pelita V, karena

hal inilah maka konstribusi sektro pertanian semakin nyata bahkan produksi padi

kini menjadi cukup besar sehingga mampu memenuhi konsumsi dalam negeri.

Pertanian irigasi dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi, karena faktor

air yang tersedia dalam jumlah cukup dan akan mempunyai pengaruh nyata

terhadap peningkatan produksi pertanian (Soekartawi, 1995).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sikap

Sikap merupakan kencenderungan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek

untuk mendekati atau menjauh. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk

menjauh, membenci, menghindar atau tidak menyukai keberadaan objek. Sikap

positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati atau bahkan

menginginkan kehadiran objek tertentu. Sikap adalah kecenderungan individu

untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek

(58)

11

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada

suatu sikap yang berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu berkisar dari sangat

positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu objek sikap. Dalam teknik

perskalaan likert pengukuran ini dilakukan dengan mencatat penguatan respon

dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap.

(Daniel,1992).

Menurut Soediyanto (1978) menyebutkan bahwa sikap petani diartikan sebagai

suatu kecenderungan petani untuk bertindak, seperti tidak berprasangka terhadap

hal-hal yang belum dikenal, ingin mencoba sesuatu yang baru, mau bergotong

royong secara swadaya. Sikap (“attitude”) adalah suatu kecendrungan yang agak

stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi tertentu.

Menurut Sarwono (1976) juga menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu

kesiapan individu untuk mengambil tindakan secara tertentu terhadap objek

tertentu yang sedang dihadapinya. Dan menurut gerungan Sikap juga diartikan

sebagai suatu pandangan atau sikap perasaan, dimana sikap itu diikuti oleh

Menurut Nuraini dan Sudarta, (1991) kecenderungan untuk bersikap sesuai

dengan objek itu sendiri. Disebutkan bahwa sikap positif akan terjadi apabila

terdapat suatu kecendrungan untuk menerima perilaku yang dianjurkan, dan

sebaliknya sikap negatif terjadi jika terdapat kecendrungan yang menolak

terhadap suatu objek tertentu. Diantara sikap yang positif dan negatif tersebut

(59)

12

2.2.2. Produktivitas

Produktivitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi performansi .

Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain

kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal,

kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani.

Selain faktor faktor tersebut praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida

dan sebagainya) juga sangat mempengaruhi produktivitas (Tambunan, 2003).

Produktivitas tanaman padi sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan

kondisi lahan, varietas yang ditanam dan populasi tanaman. Lahan sebagai tempat

tumbuh tanaman perlu mendapat perhatian yang seksama. Kekurangan unsur hara

yang diperlukan tanaman dapat diberikan melalui pemupukan disertai pengolahan

tanah yang baik (Subandi dkk,1988).

Upaya peningkatan produksi, dapat mengandalkan pada pertanaman sawah irigasi.

Namun, dengan berbagai kendala upaya yang telah dilakukan belum memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produksi beras nasional. Dalam

jangka panjang, pengembangan lahan potensial dengan mengembangkan berbagai

teknologi (benih, sistem usaha, dan infrastruktur lain) tetap dilakukan secara

terencana, bertahap, dan konsisten (Kartasapoetra, 1994).

Dari segi ekonomi, air (irigasi) merupakan salah satu faktor produksi penting

dalam usahatani padi sawah, disamping lahan, modal (benih, pupuk, dan

pestisida), tenaga kerja, dan manajemen. Secara agronomis, benih padi varietas

unggul sangat responsif terhadap pemupukan, dengan syarat apa- bila tersedia air

(60)

13

meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas terjadi

apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output yang lebih

tinggi. Secara teoritis, hal ini berarti akan terjadi pergeseran fungsi produksi ke

atas. Peningkatan produktivitas diharapkan akan mampu meningkatkan

pendapatan petani padi sawah, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan

kesejahteraan petani dan keluarganya, serta masyarakat desa pada umumnya.

Kesejahteraan masyarakat desa tercermin dari semakin meningkatnya

pendapatan mereka dan dengan distribusi pendapatan yang makin merata di

antara mereka (Haryono, 2004).

2.2.3. Skala Likert

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia

adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement)

sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sangat populer di

kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain

praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki

rehabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan pernyataan

pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga

respon terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat

diinterpretasikan (Azwar,2007).

Menurut Suryabrata (2002), skala likert tergolong skala untuk orang, pada

rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenan dengan pengukuran sikap,

maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai berikut:

1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran

(61)

14

2. Sikap itu digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral

ke positif.

Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap

sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik- tidak baik.

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi subvariabel kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator yang

terukur ini dapat dijadikan titk tolak untuk membuat item instrumen yang

berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Kuncoro dan

Ridwan, 2007).

Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan popular dengan nama

penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang

menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Prosedur

penskalaan model likert didasari oleh dua asumsi dapat disepakati sebagai

berikut :

1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan

yang favorable atau pernyataan yang unfavorable.

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh

responden yang mempunyai sikap negatif.

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah

ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan

skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan

(62)

15

jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat

menentukan” atau “ragu ragu” (R), “setuju” (S) dan “sangat setuju” (SS).

Mueller, (1992) merumuskan untuk mengukur skala likert sebagai berikut

Keterangan :

T = skor standar

X = skor responden

xrataan = rata-rata skor kelompok

S = deviasi standar kelompok

Kategori interpretasi nilai T, apabila:

T > 50 = Sikap Positif

T ≤ 50 = Sikap Negatif

Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani tersebut

apakah positif atau negatif terhadap keberadaan irigasi di daerah penelitian. Jika

petani memiliki sikap positif, maka itu menunjukkan bahwa petani memiliki sikap

positif yaitu puas dengan adanya irigasi tersebut dan sebaliknya jika petani

memiliki sikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa petani tidak puas dengan

adanya irigasi.

2.3 Penelitian Terdahulu

Sitompul (2015) dalam penelitian berjudul “Sikap Petani Terhadap Perkumpulan

Petani Pemakai Air (P3A) Desa Simanampang, Kecamatan Pahae Julu,

Kabupaten Tapanuli Utara” dengan menggunakan metode Simple Random

Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis skala likert, dan

(63)

16

analisis korelasi rank spearman dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian

perkembangan organisasi P3A selama lima tahun terakhir di daerah penelitian

mengalami peningkatan pada jumlah anggota dengan jumlah rata-rata 6,4% per

tahun. Rapat anggota selalu terlaksana. Sedangkan banyaknya iuran wajib P3A

yang harus dibayar petani anggota mengalami penurunan.

Siregar (2015) “Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga

Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra” Metode analisis yang

digunakan adalah metode teknik penskalaan likert. Penentuan daerah

penelitian dengan metode purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelaksanaan kemitraan diperoleh nilai sebesar 69,57% Petani Bunga Sampang

menyatakan sikap yang positif terhadap kemitraan dengan PD Rama Putra.

Artinya kemitraan yang dilaksanakan antara Kelompok Tani Bunga Sampang

dengan PD Rama Putra di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik. Dan

masalah yang dihadapi petani dalam kemitraan fasilitas dan sarana prasarana yang

tidak mendukung dalam proses perpindahan barang ke pihak eksportir.

Yanti (2010), “Sikap Petani Di Lokalitas Percontohan Terhadap Program

Agropolitan Sumatera Utara Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten

Karo”. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu penentuan sampel

berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan

penelitian.Analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriptif,

dan untuk mengukur sikap petani di lokalitas percontohan dianalisis dengan

teknik penskalaan likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban.

Realisasi program agropolitan di lokalitas percontohan Desa Nagalingga

(64)

17

walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti dengan adanya pemberian bantuan

berupa pemberian pupuk, bibit, dan obat-obatan. Sikap petani di lokalitas

percontohan terhadap program agropolitan Desa Nagalingga, Kecamatan Merek,

Kabupaten Karo telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap

positif terhadap program agropolitan adalah sebanyak 18 orang (60 %) dan yang

menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 12 orang (40%).

2.4 Kerangka Pemikiran

Padi sawah merupakan komoditas tanaman yang sudah sejak berabad abad telah

dibudidayakan oleh kalangan petani terutama di indonesia sendiri. Tanaman yang

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi ini akan selamanya di butuhkan karena

padi merupakan tanaman penghasil beras guna untuk kebutuhan konsumsi

makanan dan kebutuhan bagi masyarakat indonesia.

Kita ketahui sistem usahatani padi sawah memiliki beberapa sistem salah satunya

sistem padi sawah irigasi. Pada sistem sawah irigasi jumlah air yang diperlukan

untuk irigasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alam, untuk itu diperlukan

sistem pengaturan yang baik agar kebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi dan

efisien dalam pemanfaatan air. Sehingga kita ingin melihat bagaimana sikap

petani terhadap sistem irigasi tersebut apakah bersikap positif atau negatif.

Dari sistem irigasi banyak permasalahan permasalahan diharapkan dapat

membantu dalam peningkatkan produktivitas padi sawah yang akan

menguntungkan petani. Maka perlu adanya upaya upaya apa saja yang dapat

(65)

18

Dan pemaparan secara ringkas dari kerangka pemikiran penelitian ini

digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Sikap petani terhadap keberadaan irigasi ditempat penelitian menunjukkan

sikap positif.

Negatif

= menyatakan hubungan

= menyatakan hasil Keterangan :

Padi Sawah

Petani

Sikap Petani

Irigasi Produktivitas

Upaya Peningkatan

Positif

Permasalahan

(66)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian

sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

sebagian besar dari penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor

pertanian. Kenyataannya yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di

wilayah Indonesia sebagai lahan pertanian. Keadaan seperti ini menuntut

kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan

yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut

kesejahteraan bangsa (Husodo, 2004).

Pertanian di Indonesia yang meliputi tanaman pangan, tanaman

perkebunan, kehutanan, dan perikanan yang diupayakan oleh masyarakat tani

Indonesia yang diharapkan memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan dapat

dijadikan untuk menjadi sumber devisa negara dengan memerlukan upaya

dukungan dan perhatian dari pemerintah agar produk–produk pertanian yang

diharapkan tercapai. Pertanian di Indonesia yang mencakup tanaman pangan

memerlukan perhatian khusus dari pemerintah karena selain untuk meningkatkan

kesejahteraan petani pangan di Indonesia, juga untuk menjaga stabilitas ekonomi

di Indonesia akan ketahanan pangan dalam negeri (Pasaribu, 2015).

Menurut Suryana (2003), sektor pertanian dengan produksi berbagai komoditas

bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional, telah menunjukkan

(67)

2

dalam jumlah, keragaman, dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi

kualitas hidup masyarakat.

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian

melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat mutlak

bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat dari hujan atau

mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak.

Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman di dalamnya juga

termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari irigasi teknis,

setengah teknis, dan irigasi sederahana (Mubyarto, 1985).

Pengairan (irigasi) adalah pemberian air secara sengaja dan teratur pada sebidang

lahan tanaman. Tujuan utama pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman.

Dengan pengairan, tersedia air yang cukup dalam suatu priode apabila curah hujan

alami berkurang. Dalam kondisi kekurangan air, pengairan berbasis menambah

unsur air dalam tingkat siklus air sehingga menjadi tersedia bagi pertumbuhan

tanaman. Dalam kondisi jumlah air tersebut berlebihan, kelebihan air dapat

dibuang sehingga tidak terjadi genangan yang akan merugikan pertumbuahan

tanaman. Pembuangan air tersebut drainase. Cadangan air yang berjumlah banyak

akan dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam waktu lama untuk masa

mendatang, dan disimpan dalam simpanan cadangan air. Sumber cadangan air

tersebut perlu mendapat perlindungan atau konservasi (Supradjo, 1993).

Padi sawah merupakan jenis padi yang sangat bergantung pada keadaan alam dan

merupakan padi yang ditanam pada daerah persawahan. Padi jenis ini banyak kita

(68)

3

wadah yang penting merupakan faktor yang penentu dalam usahatani ini. Banyak

sedikitnya jumlah air tersebut dipengaruhi oleh iklim ditempat (Tanjung, 2015).

Saluran irigasi sangat mempengaruhi sikap petani dalam bertani pada setiap

daerah. Pengairan yang tidak tercukupi akan membuat petani kewalahan dalam

memberi cakupan air bagi tanaman yang akan ditanam pada suatu lahan. Padahal

ketersedian air sangatlah penting bagi lahan padi sawah irigas petani.

Jika saluran irigasi tersedia dan berjalan baik, maka tanaman yang memiliki

kebutuhan air yang banyak seperti padi akan membuat produksi maupun

produktivitas padi sawah irigasi petani dapat meningkat. Akan tetapi, bila

kebutuhan air bagi padi sawah irigasi tidak terpenuhi dapat menimbulkan

penurunan produksi maupun produktivitas lahan padi sawah irgasi petani. Berikut

(69)

4

Tabel 1. Data Luas Lahan dan Rata - Rata Produksi Padi Sawah Di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2015

No. Desa/Kelurahan Luas Baku (Ha)

Jenis Sawah (Ha) Rata Rata Produksi

(Ton) Irigasi Tadah Hujan

1

Sumber :Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Tanjung Morawa 2015

Berdasarkan pada Tabel 1 Desa Perdamean memiliki produksi paling tinggi yang

mengalokasikan usahatani padi sawah mereka dengan sistem irigasi. Dari hasil

pra-survey penelitian, Desa Perdamean tidak mendapatakan asupan air yang

cukup untuk lahan padi sawah mereka. Petani pada Desa Perdamean mendapatkan

aliran irigasi secara bergilir dari desa lain. Pergiliran irigasi ini dilakukan selama

10 hari kepada tiap desa dalam satu bulan.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di Desa Pardamean Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli

Serdang untuk menganalisis sikap petani terhadap keberadaan irigasi dalam

Gambar

Tabel 2. Penentuan Skor Sikap Petani yang Positif
Tabel 4.  Pernyataan Sikap Petani yang Positif terhadap adanya irigasi
Tabel 5.  Pernyataan Sikap Petani yang Negatif terhadap adanya irigasi
Tabel 6. Distribusi Penduduk Desa Perdamean Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi pada lahan sawah irigasi Kabupaten Deli Serdang dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal.. Dalam penelitian

Besar IPAIR ( Iuaran Pelayanan Air Irigasi ) yang terkumpul; tingkat partisipasi petani terhadap penggunaan air limbah sebagai air irigasi padi sawah adalah sedang; masalah -

Besar IPAIR ( Iuaran Pelayanan Air Irigasi ) yang terkumpul; tingkat partisipasi petani terhadap penggunaan air limbah sebagai air irigasi padi sawah adalah sedang; masalah -

Besar IPAIR ( Iuaran Pelayanan Air Irigasi ) yang terkumpul; tingkat partisipasi petani terhadap penggunaan air limbah sebagai air irigasi padi sawah adalah sedang; masalah -

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat ketimpangan pendapatan petani padi sawah, untuk mengetahui keragaman sumber pendapatan petani padi sawah,

WIWIK MARDIANA SINAGA (070304012/AGRIBISNIS) , dengan judul skripsi PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PETANI PADI SAWAH MELALUI ANALISIS NERACA DI DESA WONOSARI KECAMATAN TANJUNG

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat ketimpangan pendapatan petani padi sawah, untuk mengetahui keragaman sumber pendapatan petani padi sawah,

padi sawah sistem tadah hujan, apa upaya-upaya yang dilakukan untuk. mengatasi masalah-masalah yang dihadapi petani padi sawah