Lanjutan Lampiran 2. Produktivitas Padi Sawah
Lampiran 5. Skor Sikap Pernyataan Positif Petani Sampel No.
Sampel
Pernyataan Positif Total
Lanjutan Lampiran 5. Skor Sikap Pernyataan Positif Petani Sampel No.
Sampel
Pernyataan Positif Total
Lampiran 6. Skor Sikap Pernyataan Negatif Petani Sampel No.
Sampel
Pernyataan Negatif Total
Lanjutan Lampiran 6. Skor Sikap Pernyataan Negatif Petani Sampel No.
Sampel
Pernyataan Negatif Total
Lampiran 7 Hasil Pernyataan Sikap Petani yang Positif terhadap Adanya Irigasi 17. Irigasi dapat membantu
petani dalam meningkatkan hasil produksi.
0 14 7 58 7 86
18. Dengan adanya irigasi mampu memecahkan masalah petani
2 45 11 25 3 86
19. irigasi harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.
0 15 29 41 1 86
20. Irigasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat
0 4 8 67 7 86
21. Saluran irigasi disalurkan secara merata.
0 19 38 28 1 86
22. Kualiatas air irigasi mempengaruhi hasil usahatani petani.
0 18 17 48 3 86
23. Pengunaan irigasi secara efektif dan efisien.
1 28 27 30 0 86
24.Pembagian waktu irigasi memaksimalkan produksi padi sawah
Lampiran 8. Hasil Pernyataan Sikap Petani yang Negatif terhadap Adanya Irigasi
19. Irigasi tidak dapat membantu petani dalam meningkatkan hasil produksi.
4 64 11 5 2 86
20. Dengan adanya irigasi tidak mampu memecahkan masalah petani
2 30 11 43 0 86
21. irigasi tidak harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.
5 43 26 12 0 86
22. Irigasi tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
1 72 10 3 0 86
23. Saluran irigasi tidak disalurkan secara merata.
0 34 25 25 2 86
24. Kualiatas air irigasi tidak mempengaruhi hasil usahatani petani.
1 54 19 12 0 86
25. Penggunaan Irigasi secara efektif dan efisien
1 39 24 22 0 86
8. Pengunaan waktu irigasi tidak memaksimalkan produksi padi
sawah
Lampiran 9. Skor Sikap Petani Sampel No.
Sampel
Skor Sikap Total Skor Sikap
Lanjutan Lampiran 9. Skor Sikap Petani Sampel No.
Sampel
Skor Sikap Total Skor Sikap
Lampiran 10. Skor Sikap Petani Sampel & Interpretasi
No. Sampel Skor Sikap Nilai T Interpretasi
Lanjutan Lampiran 10. Skor Sikap Petani Sampel & Interpretasi
No. Sampel Skor Sikap Nilai T Interpretasi
Dengan Keterangan :
Jumlah Total Skor = 4387 = 51,01
S = 6,62
47
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan (2007) Analisis Jalur. Alfabeta. Bandung
Azwar, Saifuddin, 1999. Realibitas dan Validitas : seri pengukuran psikologi. Sigmha Alpha. Yogyakarta
Azwar, 2002. Psikologi. ALFBETA, Bandung
_____, 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
AAK, 1992. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.
_____, 2006. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.
Balai Penyuluh Pertanian 2016, Tanjung Morawa
Daniel, J. M. 1992. Mengukur Sikap Sosial. Bumi Aksara. Jakarta
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2010. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01. Jakarta
Haryono, Dwi. 2004. Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi terhadap Produksi, Pendapatan dan Distribusi Pendapatan. Institut Pertanian Bogor
Husodo, dkk. 2004. Pertanian Mandiri: Pandangan Strategis Para Pakar Untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kaslan, 1991. Seuntaian Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineke Cipta. Jakarta
Kartasapoetra, A.G., dan Mul Mulyani Sutedjo., 1994. Tekhnologi Pengairan. Bumi Aksara, Jakarta.
Mueller, D. J. 1992. Mengukur sikap social. Bumi Aksara. Jakarta
Mubyarto, 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
48
Pusposutardjo, S, 2001. Pengembangan Irigasi Usahatani Berkelanjutan dan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Sadena, 2009. Hubungan Antara Sikap dan Pengettahuan PetaniI Mengenai Fermentasi BijiI Kakao di Subak-abian Asagan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanani.Universitas Dwijendra
Siregar, 2015 Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra, Universitas Sumatera Utara Sitompul, 2015, Sikap Petani Terhadap Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Desa Simanampang,Universitas Sumatera Utara
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta
Subandi, M. Syam, dan A. Widjono, 1988. Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Suparyono dan A. Setyono, 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi.
Penebar Swadaya. Jakarta
Supradjo, P dan Sahid, S. 1993. Prespektif Dari Pengembangan Manajemen Sumber Air dan Irigasi Untuk Pengembangan Pertanian. Leberty. Yogyakarta.
Suryana, 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE. Yogyakarta.
Suryabrata, S. 2002. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Andi. Yogyakarta.
Tambunan, Tulus TH. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia. Ghalia. Jakarta
Tanjung, 2015, Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera utara.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling atau
dilakukan secara sengaja, yaitu teknik penentuan daerah dilakukan dengan
petimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan.
Daerah penelitian yang dipilih adalah Desa Pardamean, Keacamatan Tanjung
Morawa, Deli Serdang. Adapun pertimbangan peneliti memilih daerah ini adalah
karena desa ini termasuk salah satu yang memiliki lahan terbesar dengan produksi
terbesar (berdasarkan Tabel 1).
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Penyuluhan Pertanian, populasi petani
di daerah peenelitian adalah 609 petani. Setiap petani memiliki kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel di daerah penelitian. Jumlah sampel dapat dihitung
dengan rumus slovin, yaitu :
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = total populasi
E = Error Tolerance (toleransi galat sebesar 10 %)
Maka didapat besar sampel penelitian sebagai berikut :
20
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani
didaerah penelitian, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari instansi atau
lembaga–lembaga yang terkait seperti Balai Penyuluhan Pertanian, Kantor Kepala
Desa serta literatur–literatur yang berhubungan dengan penelitian.
3.4. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data data dikumpulkan lengkap. Untuk menjawab
identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan metode analisis penskalaan
Likert. Dimana metode ini menganalisis sikap petani terhadap irigasi di tempat
penelitian. Data diambil dengan membuat angket atau kuesioner. Dan untuk
identifikasi masalah 2 digunakan metode deskriptif dimana metode ini
menjelaskan permasalahan pada padi sawah irigasi, bagaimana upaya
penyelesaiannya, dan bagaimana upaya peningkatan produktivitas petani padi
sawah irigasi di daerah penelitian. Data diambil dengan wawancara langsung
kepada petani, penyuluh, kepala desa atau dengan pihak pihak terkait.
3.4.1 Skala Likert
Saifudin (1999) mengemukakan Skala Likert adalah sebuah tipe skala psikometri
yang menggunakan angket dan menggunakan skala yang lebih luas dalam
penelitian survei. Dasar metode Likert merupakan metode penskalaan pernyataan
21
Tabel 2. Penentuan Skor Sikap Petani yang Positif
Kategori Skor
Tabel 3. Penentuan Skor Sikap Petani yang Negatif
Kategori Skor
Mueller, (1992) merumuskan untuk mengukur skala likert sebagai berikut :
Keterangan:
T : skor standar
X : skor responden
X rataan : rata-rata skor kelompok
S : deviasi standar kelompok
Kategori interpretasi nilai T, apabila:
T > 50 = Sikap Positif
T ≤ 50 = Sikap Negatif
Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani tersebut
apakah positif atau negatif terhadap keberadaan irigasi di daerah penelitian. Jika
petani memiliki sikap positif, maka itu menunjukkan bahwa petani memiliki sikap
Positif yaitu puas dengan adanya irigasi tersebut dan sebaliknya jika petani
22
memiliki sikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa petani tidak puas dengan
adanya irigasi.
Pengolahan data untuk tujuan pertama adalah menganalisis sikap petani terhadap
irigasi menggunakan metode skala likert. Data diambil dengan membuat angket
atau kuesioner. Indikator sikap petani meliputi (1) Tujuan Irigasi, yang dinilai dari
sikap petani mengenai irigisai yang bertujuan ,(a) meningkatkan hasil produksi (b)
mampu memecahkan permasalahan petani (c) meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dikutip dari pemaparan Pusposutardjo (2010) yang
menyatakan “Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu ; (i) menjamin
keberhasilan produksi tanaman dalam mengahdapi kekeringan jangka pendek, (ii)
mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman,
(iii) mengurangi bahaya kekeringan, (iv) mencuci atau melarutkan garam dalam
tanah, (v) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (vi) melunakkan lapisan olah dan
gumpalan-gumpalan tanah, dan (vii) menunda pertunasan dengan cara
pendinginan lewat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit
mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan
mencuci dan melarutkan garam dalam tanah” dan dalam pernyataan Haryono
(2004) yang menyatakan “Hal ini berarti, tersedianya air yang cukup akan mampu
meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas terjadi
apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output yang lebih
tinggi. Secara teoritis, hal ini berarti akan terjadi pergeseran fungsi produksi ke
atas. Peningkatan produktivitas diharapkan akan mampu meningkatkan
pendapatan petani padi sawah, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan
23
Adapun indikator sikap petani berikutnya adalah (2) Standart irigasi, yang diambil
secara umum yaitu (a) harus memenuhi ketersediaan air untuk usahatani , (b)
saluran irigasi disalurkan secara merata (c) kualitas air yang mempengaruhi hasil
usahatani dan (d) bangunan dan penggunaan irigasi sesuai dengan sistem irigasi.
Dan (3) dinilai dari permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian yaitu (a)
pembagian waktu irigasi.
Tabel 4. Pernyataan Sikap Petani yang Positif terhadap adanya irigasi Jawaban 1. Irigasi dapat membantu petani dalam
meningkatkan hasil produksi padi sawah.
2. Dengan adanya irigasi mampu memecahkan masalah petani
(kekeringan, HPT & racun bagi tanah).
3. irigasi harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.
4. Irigasi meningkatkan kesejahteraan petani.
5. Saluran irigasi disalurkan secara merata.
6. Kualiatas air irigasi mempengaruhi hasil usahatani petani.
7. Bangunan dan penggunaan irigasi sesuai dengan sistem irigasi.
8. Pembagian waktu irigasi
24
Tabel 5. Pernyataan Sikap Petani yang Negatif terhadap adanya irigasi Jawaban 1. Irigasi tidak dapat membantu petani
dalam meningkatkan hasil produksi.
2. Dengan adanya irigasi tidak mampu memecahkan masalah petani
(kekeringan, HPT & racun bagi tanah).
3. Irigasi tidak harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.
4. Irigasi tidak dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
5. Saluran irigasi tidak disalurkan secara merata.
6. Kualiatas air irigasi tidak mempengaruhi hasil usahatani petani.
7. Bangunan dan penggunaan irigasi tidak sesuai dengan sistem irigasi.
8. Pengunaan waktu irigasi tidak
memaksimalkan produksi padi sawah
Indikator kepuasan dari hasil pernyataan petani di tempat penelitian dilihat dari
skor akhir secara keseluruhan. Dimana skor akhir didapat dari hasil perhitungan
rumus Likert (T). Diinterpretasikan bahwa jika nilai T >50 maka diasumsikan
bahwa petani memiliki sikap positif. Mnyatakan bahwa petani memiliki kepuasan
terhadap irigasi. Dan sebaliknya jika nilai T <50 maka diasumsikan bahwa petani
memilki sikap negatif yang menyatakan bahwa petani tidak puas dengan irigasi di
25
3.5.Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk
menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiran dan pengertian maka
digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi Operasional
1. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengelolah usahatani pada
sebidang tanah dan lahan.
2. Padi Sawah adalah seluruh areal tanaman usaha tanaman padi sawah yang
memiliki beberapa sistem penanaman seperti irigasi atau tadah hujan.
3. Irigasi adalah pemberian air secara sengaja dan teratur pada sebidang lahan
tanaman.
4. Sikap adalah cara petani memandang atau dasar anggapan petani terhadap
keberadaan irigasi. Sikap petani dibagi atas sikap positif dan sikap negatif.
5. Luas lahan (Ha) adalah areal pertanaman tanaman padi sawah yang
diusahakan oleh petani selama satu musim tanam.
6. Permasalahan adalah sesuatu yang menjadi masalah pada padi sawah irigasi.
7. Upaya penyelesaian masalah adalah usaha yang dilakukan dalam
menghilangkan, mengurangi atau mencegah masalah pada sawah irigasi.
8. Upaya peningkatan adalah usaha yang dilakukan untuk membuat usahatani
padi sawah irigasi lebih baik dari sebelumnya.
9. Produktivitas adalah jumlah produksi yang bisa diperoleh perHa dalam satu
26
3.5.2. Batasan operasional
1. Lokasi Penelitiaan adalah di Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa,
Kabupaten Deli Serdang.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman padi
sawah irigasi.
27
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Desa Perdamean terletak di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Perdamean 406 Ha, Luas
area pertanian sebesar 306 Ha, sedangkan untuk luas daerah perumahan sebsar 45
Ha. Suhu udara berkisar antara 23°C - 33°C, dengan kelembaban udara rata-rata
80%. Berada pada ketinggian 35 meter dari permukaan laut. Jumlah penduduk di
Desa Perdamean berjumlah 4845 jiwa. Secara administrasi Desa Perdamean
mempunya batas-batas wilayah sebagai berikut :
Batas wilayah Desa Perdamean adalah :
Sebelah Utara : Desa Penara Kebon
Sebelah Selatan : Desa Tanjung Mulia/ Punden Rejo
Sebelah Barat : Desa Wonosari/ Punden Rejo
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Pakam/ Kecamatan Beringin
4.2. Keadaan Penduduk
Desa Perdamean memiliki penduduk sebanyak 6146 jiwa dengan jumlah KK (Kartu Keluarga) 1399. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Penduduk Desa Perdamean Menurut Jenis Kelamin di Desa Perdamean Tahun 2015
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Laki-Laki 3045 49,54
Perempuan 3101 50,45
Jumlah 6146 100
28
Keadaan penduduk menurut mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Distribusi Penduduk Desa Perdamean Menurut Mata Pencaharian di Desa Perdamean Tahun 2015
No. Jenis mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase %
1 Petani 1118 43,82
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa
Perdamean bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 1118 jiwa
(43,82%). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa daerah ini merupakan
daerah yang cukup potensial sebagai daerah pertanian.
Untuk melihat keadaan penduduk menurut Agama yang dianut penduduk di
Desa Perdamean dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Perdamean Tahun 2015
No. Agama yang dianut Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Islam 3071 49,96
2 Kristen Protestan 2947 47,94
3 Kristen Katolik 127 2,06
Jumlah 6146 100
Sumber: BPS, 2015
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa
29
4.3. Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung atau semakin mudah
desa tersebut dijangkau, maka akan mempercepat laju perkembangan desa
tersebut.
Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila dilihat dari segi
ketersediaan dan pemanfaatannya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi segala
kebutuhannya. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Perdamean
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Perdamean Tahun 2015
No. Saran dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Sarana Pendidikan (SD,SLTP,SMU) 3
2 Gereja 4
3 Mesjid 2
4 KUD 1
5 Balai Desa 1
6 Kantor Kepala Desa 1
7 Puskesmas/Polindes 1
8 Rumah bersalin 1
Sumber : BPS, 2015
4.4. Karakteristik Petani Sampel
Petani sampel adalah petani di Desa Perdamean dalam penggunaan irigasi yang
menjadi responden dalam penelitian ini. Karakteristik responden tersebut dibagi
atas karateristik sosial dan karateristik ekonomi. Karateristik sosial terdiri dari
umur, tingkat pendidikan dan lama bertani. Sedangkan karakteristik ekonomi
30
Secara terperinci karakteristik social ekonomi petani di Desa Perdamean dapat diuraikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Perdamean Tahun 2016 No. Karakteristik Petani Sampel Range Rerata
1 Umur (tahun) 30-75 48
2 Tingkat Pendidikan (formal) (tahun) 0-16 10
3 Lama Bertani (tahun) 3-60 18
4 Luas Lahan (rantai) 2-60 19,61
5 Jumlah Tanggungan (jiwa) 1-8 2
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan rata-rata umur petani sampel di Desa
Perdamean adalah 48 tahun. Dapat diasumsikan bahwa rata-rata umur tersebut
masih dalam kelompok usia produktif. Tingkat pendidikan rata-rata anggota dapat
dikategorikan pada tingkat SMP. Lama bertani pada anggota dapat dikatakan
sudah cukup lama yakni 18 tahun. Dengan pengalaman tersebut akan
mempengaruhi sikap petani sampel terhadap irigasi. Luas lahan petani sampel di
Desa Perdamean tidaklah sama yaitu berkisar antara 2-60 rantai dengan rata-rata
19,61 rantai. Dengan luas lahan yang berbeda tersebut maka kebutuhan air irigasi
juga berbeda yang mempengaruhi sikap petani sampel terhadap irigasi juga
berbeda-beda. Jumlah tanggungan keluarga masing-masing petani sampel berkisar
antara 1-8 orang. Jumlah tanggungan tersebut dapat mempengaruhi sikap petani
sampel terhadap irigasi dalam meningkatkan produktivitas, karena semakin
banyak jumlah tanggungan pasti akan semakin meningkat kebutuhan keluarga
31
4.4.1. Umur Petani Sampel
Umur petani sampel pada organisasi P3A dapat dilihat pada Tabel 11:
Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Kategori Umur
No. Umur Petani Sampel (tahun) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)
1 30-44 34 39,53
2 45-59 37 43,02
3 60-75 15 17,45
Jumlah 86 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa persentase terbesar usia petani sampel
yaitu 43,02% antara usia 45-59 tahun sedangkan persentase terkecil usia petani
sampel yaitu 17,45% antara usia 60-75 tahun. Dapat disimpulkan bahwa petani
yang berusia antara 45-59 tahun yang lebih banyak menjadi petani di Desa
Perdamean.
4.4.2. Tingkat Pendidikan Petani Sampel
Tingkat pendidikan petani sampel pada organisasi P3A dapat dilihat pada Tabel
12.
Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel Kategori Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan (tahun) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 2 2,32
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa hamper semua petani sampel sudah
32
tamat SMA sebesar 73,26% dan persentase tingkat pendidikan terkecil petani
sampel adalah yang tidak bersekolah sebesar 2,32%.
4.4.3. Pengalaman Bertani Petani Sampel
Lama berusaha tani atau pengalaman bertani petani sampel dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Karakteristik Petani Sampel Kategori Pengalaman Bertani
No. Pengalaman Bertani (tahun) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)
1 3-21 66 76,74
2 22-40 14 16,28
3 41-60 6 6,98
Jumlah 86 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa persentase terbesar yaitu 76,74% dengan
jumlah 66 orang petani dan persentase terkecil adalah sebesar 6,98% dengan
jumlah 6 orang petani.
4.4.4. Luas Lahan Petani Sampel
Luas lahan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Karakteristik Petani Sampel Kategori Luas Lahan
No. Luas Lahan (rantai) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)
1 2-20 55 63,95
2 21-40 24 27,91
3 41-60 7 8,14
Jumlah 86 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 14 diketahui persentase tertinggi adalah 63,95% antara luas
lahan 2-20 rantai dengan jumlah 55 orang petani pemilik lahan dan persentase
terendah adalah 8,14% antara luas lahan 41-60 rantai dengan jumlah 7 orang
33
4.4.5. Jumlah Tanggungan Petani Sampel
Jumlah tanggungan petani sample dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik Petani Sampel Kategori Jumlah Tanggungan
No. Jumlah Tanggungan (jiwa) Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)
1 0-2 41 47,67
2 3-5 42 48,84
3 6-8 3 3,49
Jumlah 86 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
Dari Tabel 15 diketahui bahwa persentase tertinggi adalah 48,84% antara 3-5
orang tanggungan dengan jumlah 42 orang petani sampel dan persentase terkecil
adalah 3,49% antara 6-8 orang jumlah tanggungan. Dapat disimpulkan bahwa
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sikap Petani terhadap Irigasi di Desa Perdamean
Daerah irigasi di Desa Perdamean memiliki aliran irigasi yang berasal dari desa
Batu Gingging. Aliran irigasi yang berasal dari Desa Batu Gingging, dialirkan ke
5 desa yaitu Tanjung Mulia, Wonosari, Perdamean, Tanjung Barudan Punden
Rejo. Di setiap musim kemarau di Desa Perdamean Pergiliran irigasi selama 10
hari kepada tiap desa dalam satu bulan. Desa perdamean memliki dua daerah
pengairan yaitu daerah depan dan belakang atau yang sering disebut daerah
benteng. Daerah depan merupakan daerah yang lebih banyak mendapatkan aliran
air irigasi. Sedangkan daerah belakang atau benteng, lebih sedikit atau
ketersediaan air tidak tercukupi dengan baik.
Dari jawaban setiap pernyataan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi
setiap kategori, dengan demikian diperoleh nilai skala untuk masing-masing
kategori jawaban untuk dijumlahkan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel
perhitungan kategori jawaban pada Lampiran 8.
Sikap petani terhadap irigasi di Desa Perdamean dapat diketahui dengan melihat
jawaban- jawaban petani sampel terhadap kuesioner yang diberikan. Kuesioner
berisi pernyataan-pernyataan yang dibagi kedalam lima pernyataan positif dan
lima pernyataan negatif. Petani sampel diminta memilih satu dari lima pilihan
jawaban dengan kategori pernyataan positif, skor 4 untuk pilihan Sangat Setuju
(SS), skor 3 untuk pilihan jawaban Setuju (S), skor 2 untuk pilihan jawaban
35
pilihan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Sedangkan untuk kategori
pernyataan negatif, skor 0 untuk pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), skor 1
untuk pilihan jawaban Setuju (S), skor 2 untuk pilihan jawaban Ragu-ragu (RR),
skor 3 untuk pilihan jawaban Tidak Setuju (TS), skor 4 untuk pilihan jawaban
Sangat Tidak Setuju (STS).
Tabel 16. Hasil Pernyataan Sikap Petani yang Positif terhadap Adanya Irigasi 9. Irigasi dapat membantu petani
dalam meningkatkan hasil produksi.
0 16,28 8,14 67,44 8,14 100
10. Dengan adanya irigasi mampu memecahkan masalah petani (kekeringan, HPT & racun bagi tanah).
2,32 52,32 12,79 29,08 3,49 100
11. Irigasi harus memenuhi ketersedian air untuk usahatani.
0 17,44 33,72 47,68 1,16 100 12. Irigasi meningkatkan
kesejahteraan petani.
0 4,65 9,30 77,91 8,14 100 13. Saluran irigasi disalurkan
secara merata.
0 22,09 44,19 32,56 1,16 100 14. Kualiatas air irigasi
mempengaruhi hasil usahatani petani.
0 20,93 19,77 55,81 3,49 100
15. Bangunan dan penggunaan irigasi sesuai dengan sistem irigasi.
1,17 32,56 31,39 34,88 0 100
16.Pembagian waktu irigasi memaksimalkan produksi padi sawah
19,77 66,28 0 13,95 0 100
Rata-rata 2,91 29,07 19,91 44,91 3,19
36
Pada Tabel 16. Menjelaskan mengenai hasil pernyataan sikap positif petani
terhadap irigasi. Pada pertanyaan nomor 1 hasil persentase terbesar adalah sebesar
67,44% menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada pernyataan nomor 2 hasil
persentase terbesar adalah sebesar 52,32% menyatakan bahwa petani “tidak
setuju”. Pada pernyataan nomor 3 hasil persentase terbesar adalah 47,68%
menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada pernyataan nomor 4 hasil persentase
terbesar adalah sebesar 77,91% menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada
pernyataan nomor 5 hasil persentase terbesar adalah 44,19% menyatakan bahwa
petani “ragu-ragu”. Pada pernyataan nomor 6 hasil persentase terbesar adalah
sebesar 55,81% menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada pernyataan nomor 7
hasil persentase terbesar adalah sebesar 34,88% menyatakan bahwa petani
“setuju”. Dan pada pernyataan nomor 8 hasil persentase terbesar adalah 66,28%
menyatakan bahwa petani “tidak setuju”.
Tabel 16 juga menjelaskan bahwa rata-rata hasil pernyataan sikap positif petani
terhadap irigasi tertinggi adalah sikap setuju dengan persentase rata-rata sebesar
44,91%. Sedangkan hasil terendah adalah sikap sangat tidak setuju sebesar 2,91%.
Sehingga dapat disimpulkan petani bersikap setuju lebih banyak daripada yang
bersikap sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan kesimpulan sementara bahwa
petani bersikap positif terhadap irigasi dengan hasil sikap setuju terhadap
37
Tabel 17. Hasil Pernyataan Sikap Petani yang Negatif terhadap Adanya Irigasi
10. Irigasi tidak dapat
membantu petani dalam meningkatkan hasil produksi.
4,66 74,42 12,79 5,81 2,32 100
11. Dengan adanya irigasi tidak mampu memecahkan masalah petani (kekeringan, HPT & racun bagi tanah).
2,32 34,89 12,79 50 0 100
12. Irigasi tidak harus
memenuhi ketersedian air untuk usahatani.
5,81 50 30,23 13,96 0 100
13. Irigasi tidak dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
1,16 83,72 11,63 3,49 0 100
14. Saluran irigasi tidak disalurkan secara merata.
0 39,54 29,07 29,07 2,32 100 15. Kualiatas air irigasi tidak
mempengaruhi hasil usahatani petani.
1,16 62,79 22,09 13,96 0 100
16. Bangunan dan penggunaan irigasi tidak sesuai dengan sistem irigasi.
1,16 45,35 27,91 25,58 0 100
17. Pengunaan waktu irigasi tidak memaksimalkan produksi
Sumber : diolah dari Lampiran 8
Pada Tabel 17. Menjelaskan mengenai hasil pernyataan sikap negatif petani
terhadap irigasi. Pada pertanyaan nomor 1 hasil persentase terbesar adalah sebesar
74,42% menyatakan bahwa petani “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor 2 hasil
persentase terbesar adalah sebesar 50% menyatakan bahwa petani “setuju”. Pada
38
petani “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor 4 hasil persentase terbesar adalah
sebesar 83,72% menyatakan bahwa petani “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor
5 hasil persentase terbesar adalah 39,54% menyatakan bahwa petani “tidak
setuju”. Pada pernyataan nomor 6 hasil persentase terbesar adalah sebesar 62,79%
menyatakan bahwa petani “tidak setuju”. Pada pernyataan nomor 7 hasil
persentase terbesar adalah sebesar 45,35% menyatakan bahwa petani “tidak
setuju”. Dan pada pernyataan nomor 8 hasil persentase terbesar adalah 51,16%
menyatakan bahwa petani “setuju”.
Tabel 17 juga menjelaskan bahwa rata-rata hasil pernyataan sikap negatif petani
terhadap irigasi tertinggi adalah sikap tidak setuju dengan persentase rata-rata
sebesar 50,87%. Sedangkan hasil terendah adalah sikap sangat tidak setuju
sebesar 2,03%. Sehingga dapat disimpulkan petani bersikap tidak setuju lebih
banyak daripada yang bersikap sangat setuju.
Skor masing-masing petani sampel dicari nilai skor standarnya dengan
menggunakan rumus skala Likert, dimana standar deviasi S = 6,62. Dengan
demikian, jika skor standar > 50 maka memunculkan sikap yang positif atau jika
skor standar ≤ 50 maka memunculkan sikap yang negatif. Untuk lebih
39
Sikap petani sampel terhadap irigasi di Desa Perdamean dapat dilihat pada Tabel
18 :
Tabel 18. Sikap Petani terhadap Irigasi di Desa Perdamean Tahun 2015
No. Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Positif 40 46,51
2 Negatif 46 53,49
Jumlah 86 100
Sumber : diolah dari Lampiran 10
Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa dari 86 petani sampel, jumlah
petani yang menyatakan sikap positif terhadap irigasi ada sebanyak 40 jiwa petani
dengan persentase 46,51% dan yang menyatakan sikap negatif ada sebanyak
46 jiwa petani dengan persentase 53,49%.
Jadi dengan hasil yang didapatkan menyatakan Sikap petani terhadap irigasi di
daerah penelitian adalah negatif. Dengan jumlah sampel 86 jiwa petani dengan
persentase 100% sekitar 46 jiwa petani dengan persentase 53,49% merasa tidak
puas dengan keadaan irigasi di Desa Perdamean. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa permasalahan yang masih terjadi di Desa Perdamean. Salah satu
permasalahan yang masih menjadi kekhawatiran bagi para petani adalah
40
5.2. Permasalahan Padi Sawah Irigasi, Upaya Penyelesaian Masalah dan Bagaimana Upaya Peningkatan Produktivitas di Desa Perdamean
Dilihat dari tingkat kemiskinan petani padi sawah di daerah penelitian yang
dianalisis menggunakan dua kriteria garis kemiskinan, yaitu Standard Upah
Minimum Regional (UMR) sebesar Rp 1.811.875,00/bulan dan Indikator garis
kemiskinan menurut BPS (2015) sebesar Rp 293.551,00/bulan, maka didapat
sebagai berikut :
a. Menurut kriteria BPS (2015)
Petani yang tergolong tidak miskin merupakan petaniyang memiliki pendapatan
diatas atau sama dengan Rp 293.551/bulan. Pada Tabel 19 akan dijelaskan
tentang tingkat kemiskinan keluarga petani sampel.
Tabel 19. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Keluarga Petani Sampel Menurut Kriteria Garis Kemiskinan BPS (2015) di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 2016
No. Kategori Tingkat Kemiskinan
Sumber: Analisis Data Primer
Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa dari 86 petani sampel yang diteliti yang
dikategorikan dalam petani miskin sebanyak 2 petani atau sebesar 2,33% dan
yang tidak tergolong sebagai petani miskin sebanyak 84 petani atau sebesar
97,67%.
b. Menurut Upah Minimum Regional (2016)
Petani yang tergolong tidak miskinadalah petani yangmemiliki pandapatan diatas
atau sama dengan Rp. 1.811.875/bulan. Pada Tabel 20 akan dijelaskan tentang
41
Tabel 20. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Keluarga Petani Sampel Menurut Upah Minimum Regional (2016) di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 2016 No. Kategori Tingkat
Kemiskinan
Sumber: Analisis Data Primer
Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa dari 86 petani sampel yang diteliti yang
dikategorikan dalam petani miskin sebanyak 45 petani atau sebesar 52,33% dan
yang tidak tergolong sebagai petani miskin sebanyak 41 petani atau sebesar
47,67%.
Sehingga dapat kita lihat bahwa dalam kegiatan pertanian para petani di Desa
Perdamean menghadapi beberapa permasalahan :
1. Kurangnya ketersediaan air untuk lahan padi sawah irigasi.
Hal ini ditunjukkan dengan pembagian waktu irigasi di musim kemarau yaitu
10 hari setiap satu bulan. Didalam budidaya padi sawah peran air merupakan
syarat mutlak bagi
jika pengairan bagi tanaman padi sawah tidak tercukupi. Dampak dari
kurangnya pengairan dapat membuat kekeringan. Dan dampak dari
kekeringan dapat merugikan petani seperti penurunan produksi sampai
mengakibatkan keterlambatan panen.
Untuk saat ini petani sudah melakukan antisipasi dalam menghadapi musim
kemarau dimana ketersediaan air sangat sedikit dengan cara peninjauan
daerah yang terjadi dan dengan meminta bantuan air dari kolam ikan dari
42
2. Penurunan produktivitas padi sawah pada saat-saat tertentu.
Menurut data pada tabel 1 dikatakan bahwa produktivitas padi sawah di Desa
Perdamean pada tahun 2015 adalah 8 ton/Ha. Sedangkan dari hasil penelitian
ini pada tahun 2016 produktivitas padi sawah di Desa Perdamean sebesar 6,2
ton/Ha (lampiran 2). Permasalahan penurunan produktivitas petani di Desa
Perdamean disebabkan oleh beberapa hal seperti kualitas air yang tidak baik
akibat pencemaran dari limbah rumah tangga yang juga bisa menyebabkan
jumlah air berkurang. Hama penyakit tanaman juga menjadi alasan
permasalahan yang dihadapi petani.
3. Permasalahan hama penyakit
Permasalahan hama penyakit ini sudah sangat biasa dalam penanaman padi
sawah irigasi. petani di desa Perdamean sering menjumpai bercak bercak
kuning di padi sawah irigasi petani, hama kepinding tanah dan sundep. Hama
tersebut sangat menggangu pertumbuhan padi sawah irigasi petani yang dapat
mengakibatkan kekurangan produksi.
4. Bantuan dari pemerintah hendaknya maksimal.
Permasalahan bantuan pemerintah seperti bibit dirasakan petani di Desa
Pertanian tidak maksimal, banyak petani yang mengeluhkan bantuan ini, yang
dijanjikan pemerintah berbeda dengan yang terjadi dilapangan. Seperti yang
terjadi baru baru ini, pemerintah menjanjikan bibit 1kg/1 rante lahan petani,
43
5. Harga Jual Gabah
Harga jual gabah di Desa Perdamean sangat dipengaruhi oleh para tengkulak
atau pihak swasta. Keadaan ini yang membuat permasalahan bagi para petani
karena harga yang ditawarkan tidak sesuai atau tidak menguntungkan bagi
para petani. Sehingga para petani mengharapkan adanya subsidi ketersediaan
gabah dari pemerintah untuk ikut mengatur harga jual gabah yang sesuai bagi
para petani.
Upaya-upaya yang diharapkan dapat dilakukan dalam penyelesaian masalah
pada sawah irigasi menurut hasil wawancara adalah :
1. Upaya penyelesaian kurangnya ketersediaan air untuk lahan padi sawah
irigasi adalah dengan kerjasama para petani dalam meminta penambahan
debit air pada musim kemarau dari saluran air sei ular. Penambahan air ini
diharapkan dapat menggenangi aliran persawahan padi sawah petani sampai
ke hilir desa. Dan dengan adanya penambahan debit air yang berasal dari sei
ular, dapat meningkatkan produksi lahan padi sawah petani hingga
menghindarkan petani keterlambatan panen. Permohonan untuk pemakaian
sei ular sebagai pengairan padi sawah irigasi Desa Perdamean sudah
disampaikan ke pemerintah setempat, tetapi belum dapat respon dari
pemerintah.
2. Dilakukan dalam peningkatan produktivitas padi sawah untuk mengatasi
kualitas air yang kurang baik adalah dengan menghimbau agar petani
menyadari bahwa pembuangan limbah sembarangan sangat mempengaruhi
44
teknologi usahatani upaya peningkatan produktivitas padi sawah peran
irigasi sangat strategis. Namun, peranannya juga tergantung pada teknologi
lainnya seperti penggunaan benih unggul bermutu tinggi, pengolahan tanah
yang sempurna, pemupukan yang berimbang dan pengendalian hama dan
penyakit.
3. Produktivitas padi adalah hasil panen per satuan luas dan waktu. Upaya
peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan menghubungkan antara
keterkaitan faktor penentu dari budidaya padi sawah yaitu input produksi dan
faktor teknologi dalam hal ini irigasi. Adapun upaya yang dapat dilakukan
adalah :
a. Peningkatan hasil potensial dan aktual varietas padi melalui perbaikan potensi
genetik dan ketahanan terhadap kendala biotik (hama dan penyakit) dan
abiotik (kekeringan dan keracunan), perbaikan budidaya spesifik lokasi
(pengelolaan tanaman terpadu dan prescription farming).
b. Percepatan dan perluasan diseminasi serta adopsi inovasi teknologi.
Peningkatan produktivitas padi nasional ini sangat sangat dimungkinkan bila
ditinjau dari potensi pengembangan varietas unggul dan kesiapan teknologi
padi di Badan Litbang Pertanian. Peningkatan produktivitas tidak hanya
diarahkan pada lahan optimal (sawah irigasi), tetapi juga pada lahan
sub-optimal seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa
lebak/pasang surut, yaitu: Lahan sawah beririgasi: peningkatan mutu
intensifikasi (PMI) dengan pendekatan PTT melalui penggunaan varietas
45
(VUTB) yang berdaya hasil tinggi dan bermutu, termasuk pemupukan
berimbang dan cara budidaya spesifik lokasi.
c. Intensifikasi pertanian. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penggunaan bibit
unggul, pengolahan lahan yang baik secara modern maupun dengan cara
konvensional. Dimana secara modern pada pengolahan lahan dilakukan
menggunakan mesin traktor. Dan secara konvensional dilakukan secara
manual misalnya menggunakan cangkul. Selain itu dilakukan pemeliharaan
yang tepat sasaran seperti pemberian pupuk dengan dosis yang tepat maupun
pestisida dalam pemberantasan hama penyakit tanaman guna meningkatkan
hasil produksi.
4. Upaya pemerintah dalam memaksimalkan bantuan kepada petani hendaknya
memberikan bantuan secara optimal kepada petani sesuai dengan kebutuhan
dan apa yang telah dijanjikan sebelumnya. Dan petani juga diharapkan mau
turut serta dalam kegiatan atau program yang dilakukan oleh pemerintah
sehingga pemerintah lebih mengetahui apa yang diinginkan petani dan petani
bisa bertukar pikiran atau apa yang mereka butuhkan dalam kegiatan pertanian
mereka.
5. Upaya yang dapat dilakukan dalam penentuan harga jual gabah adalah
hendaknya petani memiliki sarana penyimpanan gudang unuk menjaga
ketersediaan beras. Dengan adanya ketersediaan beras yang terpenuhi petani
tidak lagi bergantung kepada para tengkulak dalam menentukan harga jual
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Sikap petani terhadap irigasi di Desa Perdamean adalah sebanyak 40 jiwa
(46,51%) bersifat positif dan 46 jiwa (53,49%) bersifat negatif. Sikap petani
di Desa Perdamean adalah negatif yang menyatakan bahwa para petani tidak
puas dengan keadaan irigasi di Desa Perdamean.
2. Permasalahan Padi sawah irigasi adalah kurangnya asupan air atau pengairan
pada lahan padi sawah petani di Desa perdamean dan bagaimana upaya
penyelesaian masalah dengan menambah debit air yang berasal dari sei ular ,
agar dapat memenuhi pengairan lahan padi sawah petani dari hulu ke hilir di
Desa Perdamean. Untuk meningkatkan produktivitas padi sawah bisa
dilakukan dengan mengadopsi inovasi teknologi, pengembangan varietas
unggul, pemupukan berimbang dan pengendalian hama penyakit.
6.2 Saran
1. Pemerintah di harapkan memberikan izin pemakaian debit air di Sei ular
sebagai sumber irigasi cadangan pada saat musim kemarau. Agar pada musim
kemarau pengarairan lahan padi sawah petani dapat terpenuhi dari hulu ke
hilir.
2. Kepada petani hendaknya lebih bekerjasama dalam memanfaatkan air untuk
lahan padi sawah.
3. Kepada peneliti selanjutnya bisa meneliti apakah faktor-faktor yang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Padi Sawah
Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup baik di daerah
beriklim panas yang lembab. Pengertian iklim ini menyangkut curah hujan,
temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim ( AAK,
2006).
Tanaman padi membutuhkan curahan hujan yang baik rata-rata 200 mm/bulan
atau tumbuh dengan disteribusi selama empat bulan, sedangkan curahan hujan
yang dikehendaki/tahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan
membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga genangan air yang
diperlukan tanaman padi sawah dapat tercukupi. Padi sawah membutuhkan
tanah lumpur dengan kandungan ketiga fraksi (pesir, lempung , debu) dengan
perbandingan tertentu. Padi dapat tumbuh dengan baik pada pH antara 4-7
dengan kedalaman olah tanah 18 cm ( AAK, 1992).
Tanaman padi merupakan tanaman yang sensitif terhadap hama dan penyakit.
Di Indonesia kombinasi antara iklim tropis, varietas dan ketersediaan
tanaman padi sepanjang tahun sangat cocok untuk perkembangan hama dan
penyakit. Adapun hama padi adalah wereng coklat, tikus, dan penggerek batang.
Penyakit padi dapat digolongkan kedalam bakteri, jamur, dan virus. Penyakit
7
lain hawar pelepah, busuk batang, bercak coklat, dan blast. Penyakit virus antara
lain tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput. Cara pengendalian hama dan
penyakit padi biasanya terdiri dari berbagai macam. Dalam pelaksanaannya
sebaiknya cara itu saling menunjang atau memungkinkan dilakukan secara
terpadu baik itu secara mekanis, biologis dan kimiawi. Biasanya dari beberapa
cara yang tersedia yang dapat disarankan adalah penanaman untuk padi sawah
ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat
penting. Oleh karena itu, air untuk tanaman padi di lahan tadah hujan sangat
sulit diatur karena sumber air berasal dari hujan sehingga tergantung dari
keadaan cuaca (Suparyono dan A.Setyono, 1997).
2.1.2. Irigasi
Pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian air kepada tanah dengan
maksud untuk memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen,
dkk, 1990). Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu ; (1) menjamin
keberhasilan produksi tanaman dalam mengadapi kekeringan jangka pendek, (2)
mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman, (3)
mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau melarutkan garam dalam tanah,
(5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan lapisan olah dan
gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda pertunasan dengan cara pendinginan
lwat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit mencakup pula
drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan mencuci dan
8
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
(2010), berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya
fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
a.Irigasi sederhana (Non Teknis)
b.Irigasi semi teknis
c.Irigasi teknis
Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur
fungsional pokok yaitu :
1. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya,
umumnya sungai atau waduk.
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan
kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak
tersier.
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihanair lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
A. Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur
sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu
9
irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan kelemahan
yakni :
a) Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah
yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah
yang subur
b) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari
penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan
sendiri-sendiri.
c) Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka
umumya pendek.
B. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai
lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya.
Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran.
Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan
pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada
daerah layanan jaringan sederhana.
C. Jaringan Irigasi Teknis
Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran
irigasi/pembawa dan saluran pembuang. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa
maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah - sawah dan saluran
10
Dipandang dari sudut pertanian rakyat, pengairan memiliki beberapa fungsi
penting diantaranya:
1. Mendatangkan air sebagai bahan yang diperlukan untuk kehidupan tanaman,
ikan dan ternak.
2. Membantu meniadakan/mengurangi keganjilan dan peredaran hujan.
3. Mempertahankan atau manambah kesuburan tanah.
4. Dan lain-lain seperti: membersihkan tanah ari racun dan hama, mengatur
tingginya panas tanah, menimbun tanah rendah dan membuang kotoran dari
kota (Kaslan, 1991).
Kebijakan pembangunan irigasi nampak menonjol sekali dalam pelita V, karena
hal inilah maka konstribusi sektro pertanian semakin nyata bahkan produksi padi
kini menjadi cukup besar sehingga mampu memenuhi konsumsi dalam negeri.
Pertanian irigasi dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi, karena faktor
air yang tersedia dalam jumlah cukup dan akan mempunyai pengaruh nyata
terhadap peningkatan produksi pertanian (Soekartawi, 1995).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sikap
Sikap merupakan kencenderungan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek
untuk mendekati atau menjauh. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk
menjauh, membenci, menghindar atau tidak menyukai keberadaan objek. Sikap
positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati atau bahkan
menginginkan kehadiran objek tertentu. Sikap adalah kecenderungan individu
untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek
11
Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada
suatu sikap yang berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu berkisar dari sangat
positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu objek sikap. Dalam teknik
perskalaan likert pengukuran ini dilakukan dengan mencatat penguatan respon
dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap.
(Daniel,1992).
Menurut Soediyanto (1978) menyebutkan bahwa sikap petani diartikan sebagai
suatu kecenderungan petani untuk bertindak, seperti tidak berprasangka terhadap
hal-hal yang belum dikenal, ingin mencoba sesuatu yang baru, mau bergotong
royong secara swadaya. Sikap (“attitude”) adalah suatu kecendrungan yang agak
stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi tertentu.
Menurut Sarwono (1976) juga menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu
kesiapan individu untuk mengambil tindakan secara tertentu terhadap objek
tertentu yang sedang dihadapinya. Dan menurut gerungan Sikap juga diartikan
sebagai suatu pandangan atau sikap perasaan, dimana sikap itu diikuti oleh
Menurut Nuraini dan Sudarta, (1991) kecenderungan untuk bersikap sesuai
dengan objek itu sendiri. Disebutkan bahwa sikap positif akan terjadi apabila
terdapat suatu kecendrungan untuk menerima perilaku yang dianjurkan, dan
sebaliknya sikap negatif terjadi jika terdapat kecendrungan yang menolak
terhadap suatu objek tertentu. Diantara sikap yang positif dan negatif tersebut
12
2.2.2. Produktivitas
Produktivitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi performansi .
Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain
kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal,
kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani.
Selain faktor faktor tersebut praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida
dan sebagainya) juga sangat mempengaruhi produktivitas (Tambunan, 2003).
Produktivitas tanaman padi sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan
kondisi lahan, varietas yang ditanam dan populasi tanaman. Lahan sebagai tempat
tumbuh tanaman perlu mendapat perhatian yang seksama. Kekurangan unsur hara
yang diperlukan tanaman dapat diberikan melalui pemupukan disertai pengolahan
tanah yang baik (Subandi dkk,1988).
Upaya peningkatan produksi, dapat mengandalkan pada pertanaman sawah irigasi.
Namun, dengan berbagai kendala upaya yang telah dilakukan belum memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produksi beras nasional. Dalam
jangka panjang, pengembangan lahan potensial dengan mengembangkan berbagai
teknologi (benih, sistem usaha, dan infrastruktur lain) tetap dilakukan secara
terencana, bertahap, dan konsisten (Kartasapoetra, 1994).
Dari segi ekonomi, air (irigasi) merupakan salah satu faktor produksi penting
dalam usahatani padi sawah, disamping lahan, modal (benih, pupuk, dan
pestisida), tenaga kerja, dan manajemen. Secara agronomis, benih padi varietas
unggul sangat responsif terhadap pemupukan, dengan syarat apa- bila tersedia air
13
meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas terjadi
apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output yang lebih
tinggi. Secara teoritis, hal ini berarti akan terjadi pergeseran fungsi produksi ke
atas. Peningkatan produktivitas diharapkan akan mampu meningkatkan
pendapatan petani padi sawah, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan
kesejahteraan petani dan keluarganya, serta masyarakat desa pada umumnya.
Kesejahteraan masyarakat desa tercermin dari semakin meningkatnya
pendapatan mereka dan dengan distribusi pendapatan yang makin merata di
antara mereka (Haryono, 2004).
2.2.3. Skala Likert
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia
adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement)
sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sangat populer di
kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain
praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki
rehabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan pernyataan
pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga
respon terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat
diinterpretasikan (Azwar,2007).
Menurut Suryabrata (2002), skala likert tergolong skala untuk orang, pada
rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenan dengan pengukuran sikap,
maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai berikut:
1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran
14
2. Sikap itu digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral
ke positif.
Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap
sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik- tidak baik.
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi subvariabel kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator yang
terukur ini dapat dijadikan titk tolak untuk membuat item instrumen yang
berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Kuncoro dan
Ridwan, 2007).
Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan popular dengan nama
penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang
menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Prosedur
penskalaan model likert didasari oleh dua asumsi dapat disepakati sebagai
berikut :
1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan
yang favorable atau pernyataan yang unfavorable.
2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh
responden yang mempunyai sikap negatif.
Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah
ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan
skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan
15
jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat
menentukan” atau “ragu ragu” (R), “setuju” (S) dan “sangat setuju” (SS).
Mueller, (1992) merumuskan untuk mengukur skala likert sebagai berikut
Keterangan :
T = skor standar
X = skor responden
xrataan = rata-rata skor kelompok
S = deviasi standar kelompok
Kategori interpretasi nilai T, apabila:
T > 50 = Sikap Positif
T ≤ 50 = Sikap Negatif
Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani tersebut
apakah positif atau negatif terhadap keberadaan irigasi di daerah penelitian. Jika
petani memiliki sikap positif, maka itu menunjukkan bahwa petani memiliki sikap
positif yaitu puas dengan adanya irigasi tersebut dan sebaliknya jika petani
memiliki sikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa petani tidak puas dengan
adanya irigasi.
2.3 Penelitian Terdahulu
Sitompul (2015) dalam penelitian berjudul “Sikap Petani Terhadap Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) Desa Simanampang, Kecamatan Pahae Julu,
Kabupaten Tapanuli Utara” dengan menggunakan metode Simple Random
Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis skala likert, dan
16
analisis korelasi rank spearman dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian
perkembangan organisasi P3A selama lima tahun terakhir di daerah penelitian
mengalami peningkatan pada jumlah anggota dengan jumlah rata-rata 6,4% per
tahun. Rapat anggota selalu terlaksana. Sedangkan banyaknya iuran wajib P3A
yang harus dibayar petani anggota mengalami penurunan.
Siregar (2015) “Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga
Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra” Metode analisis yang
digunakan adalah metode teknik penskalaan likert. Penentuan daerah
penelitian dengan metode purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan kemitraan diperoleh nilai sebesar 69,57% Petani Bunga Sampang
menyatakan sikap yang positif terhadap kemitraan dengan PD Rama Putra.
Artinya kemitraan yang dilaksanakan antara Kelompok Tani Bunga Sampang
dengan PD Rama Putra di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik. Dan
masalah yang dihadapi petani dalam kemitraan fasilitas dan sarana prasarana yang
tidak mendukung dalam proses perpindahan barang ke pihak eksportir.
Yanti (2010), “Sikap Petani Di Lokalitas Percontohan Terhadap Program
Agropolitan Sumatera Utara Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten
Karo”. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu penentuan sampel
berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan
penelitian.Analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriptif,
dan untuk mengukur sikap petani di lokalitas percontohan dianalisis dengan
teknik penskalaan likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban.
Realisasi program agropolitan di lokalitas percontohan Desa Nagalingga
17
walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti dengan adanya pemberian bantuan
berupa pemberian pupuk, bibit, dan obat-obatan. Sikap petani di lokalitas
percontohan terhadap program agropolitan Desa Nagalingga, Kecamatan Merek,
Kabupaten Karo telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap
positif terhadap program agropolitan adalah sebanyak 18 orang (60 %) dan yang
menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 12 orang (40%).
2.4 Kerangka Pemikiran
Padi sawah merupakan komoditas tanaman yang sudah sejak berabad abad telah
dibudidayakan oleh kalangan petani terutama di indonesia sendiri. Tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi ini akan selamanya di butuhkan karena
padi merupakan tanaman penghasil beras guna untuk kebutuhan konsumsi
makanan dan kebutuhan bagi masyarakat indonesia.
Kita ketahui sistem usahatani padi sawah memiliki beberapa sistem salah satunya
sistem padi sawah irigasi. Pada sistem sawah irigasi jumlah air yang diperlukan
untuk irigasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alam, untuk itu diperlukan
sistem pengaturan yang baik agar kebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi dan
efisien dalam pemanfaatan air. Sehingga kita ingin melihat bagaimana sikap
petani terhadap sistem irigasi tersebut apakah bersikap positif atau negatif.
Dari sistem irigasi banyak permasalahan permasalahan diharapkan dapat
membantu dalam peningkatkan produktivitas padi sawah yang akan
menguntungkan petani. Maka perlu adanya upaya upaya apa saja yang dapat
18
Dan pemaparan secara ringkas dari kerangka pemikiran penelitian ini
digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
2.5. Hipotesis Penelitian
1. Sikap petani terhadap keberadaan irigasi ditempat penelitian menunjukkan
sikap positif.
Negatif
= menyatakan hubungan
= menyatakan hasil Keterangan :
Padi Sawah
Petani
Sikap Petani
Irigasi Produktivitas
Upaya Peningkatan
Positif
Permasalahan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian,
sebagian besar dari penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian. Kenyataannya yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di
wilayah Indonesia sebagai lahan pertanian. Keadaan seperti ini menuntut
kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan
yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut
kesejahteraan bangsa (Husodo, 2004).
Pertanian di Indonesia yang meliputi tanaman pangan, tanaman
perkebunan, kehutanan, dan perikanan yang diupayakan oleh masyarakat tani
Indonesia yang diharapkan memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan dapat
dijadikan untuk menjadi sumber devisa negara dengan memerlukan upaya
dukungan dan perhatian dari pemerintah agar produk–produk pertanian yang
diharapkan tercapai. Pertanian di Indonesia yang mencakup tanaman pangan
memerlukan perhatian khusus dari pemerintah karena selain untuk meningkatkan
kesejahteraan petani pangan di Indonesia, juga untuk menjaga stabilitas ekonomi
di Indonesia akan ketahanan pangan dalam negeri (Pasaribu, 2015).
Menurut Suryana (2003), sektor pertanian dengan produksi berbagai komoditas
bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional, telah menunjukkan
2
dalam jumlah, keragaman, dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi
kualitas hidup masyarakat.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian
melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat mutlak
bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat dari hujan atau
mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak.
Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman di dalamnya juga
termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari irigasi teknis,
setengah teknis, dan irigasi sederahana (Mubyarto, 1985).
Pengairan (irigasi) adalah pemberian air secara sengaja dan teratur pada sebidang
lahan tanaman. Tujuan utama pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman.
Dengan pengairan, tersedia air yang cukup dalam suatu priode apabila curah hujan
alami berkurang. Dalam kondisi kekurangan air, pengairan berbasis menambah
unsur air dalam tingkat siklus air sehingga menjadi tersedia bagi pertumbuhan
tanaman. Dalam kondisi jumlah air tersebut berlebihan, kelebihan air dapat
dibuang sehingga tidak terjadi genangan yang akan merugikan pertumbuahan
tanaman. Pembuangan air tersebut drainase. Cadangan air yang berjumlah banyak
akan dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam waktu lama untuk masa
mendatang, dan disimpan dalam simpanan cadangan air. Sumber cadangan air
tersebut perlu mendapat perlindungan atau konservasi (Supradjo, 1993).
Padi sawah merupakan jenis padi yang sangat bergantung pada keadaan alam dan
merupakan padi yang ditanam pada daerah persawahan. Padi jenis ini banyak kita
3
wadah yang penting merupakan faktor yang penentu dalam usahatani ini. Banyak
sedikitnya jumlah air tersebut dipengaruhi oleh iklim ditempat (Tanjung, 2015).
Saluran irigasi sangat mempengaruhi sikap petani dalam bertani pada setiap
daerah. Pengairan yang tidak tercukupi akan membuat petani kewalahan dalam
memberi cakupan air bagi tanaman yang akan ditanam pada suatu lahan. Padahal
ketersedian air sangatlah penting bagi lahan padi sawah irigas petani.
Jika saluran irigasi tersedia dan berjalan baik, maka tanaman yang memiliki
kebutuhan air yang banyak seperti padi akan membuat produksi maupun
produktivitas padi sawah irigasi petani dapat meningkat. Akan tetapi, bila
kebutuhan air bagi padi sawah irigasi tidak terpenuhi dapat menimbulkan
penurunan produksi maupun produktivitas lahan padi sawah irgasi petani. Berikut
4
Tabel 1. Data Luas Lahan dan Rata - Rata Produksi Padi Sawah Di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2015
No. Desa/Kelurahan Luas Baku (Ha)
Jenis Sawah (Ha) Rata Rata Produksi
(Ton) Irigasi Tadah Hujan
1
Sumber :Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Tanjung Morawa 2015
Berdasarkan pada Tabel 1 Desa Perdamean memiliki produksi paling tinggi yang
mengalokasikan usahatani padi sawah mereka dengan sistem irigasi. Dari hasil
pra-survey penelitian, Desa Perdamean tidak mendapatakan asupan air yang
cukup untuk lahan padi sawah mereka. Petani pada Desa Perdamean mendapatkan
aliran irigasi secara bergilir dari desa lain. Pergiliran irigasi ini dilakukan selama
10 hari kepada tiap desa dalam satu bulan.
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di Desa Pardamean Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli
Serdang untuk menganalisis sikap petani terhadap keberadaan irigasi dalam