• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orientasi Memancing Pada Masyarakat Di Perkotaan (Studi Etnografi Mengenai Memancing di Dua Kolam Pancing di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Orientasi Memancing Pada Masyarakat Di Perkotaan (Studi Etnografi Mengenai Memancing di Dua Kolam Pancing di Kota Medan)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Secara biologis untuk pertumbuhan dan perkembangan, manusia membutuhkan makanan sebagai sumber energi untuk beraktivitas. Makanan yang diperoleh berasal dari sumber daya alam,1

Hewan air berupa ikan merupakan salah satu makanan pokok manusia sebagai sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan tubuh manusia. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk mendapatkan ikan ialah memancing dengan menggunakan alat-alat yang sederhana.Secara umum, memancing adalah kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar (outdoor sport) atau kegiatan dipinggir atau ditengah danau, laut, sungai, dan perairan lainnya dengan target seekor ikan

baik tumbuhan maupun hewan. Untuk mendapatkan makanan dari hewan, manusia melakukan aktivitas berburu, baik hewan darat maupun hewan air. Hewan air berupa ikan, kerang, udang, cumi, dan lainnya yang dapat dicari di perairan laut, sungai, danau, dan kolam.

memancing merupakan suatu kegiatan menangkap ikan yang menggunakan alat pancing seperti: tali pancing, joran dan mata kail.

1

(2)

Memancing dalam arti menangkap ikan sudah dikenal oleh peradaban manusia sejak zaman dahulu sekitar 10.000 tahun yang lalu(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Memancing). Lebih lanjut dijelaskan bahwa hal ini terbukti dari peninggalan-peninggala bahwa aktivitas penangkapan ikan sudah ada sejak dulu dengan ditemukannya tulang-belula goa-goa tersebut.Teknik menangkap ikan mulai beragam pada masa Neolitik sekitar 4.000 - 8.000 tahun yang lalu yang kemudian berkembang menjadi teknik yang lebi pengolahan ikan hasil tangkapan, saat ini cara tersebut masih dilakukan dengan teknik yang sama misal pengawetan ikan dengan menggarami atau dengan cara pengasapan.

Pada masa terdahulu memancing biasanya dilakukan oleh kaum pria dan kaum wanita, baik dari kalangan muda maupun orang tua. Pada beberapa suku bangsa di Indonesia memancing merupakan aktivitas pokok untuk mencari makanan sehari-hari (ekonomi subsisten) dan mewajibkan kaum wanita untuk mencari ikan termasuk dengan cara memancing. Melihat fenomena yang ada kini memancing menjadi satu kegiatan yang hanya dilakukan kaum pria dan dengan berbagai orientasi. Seiring perkembangannya memancing menjadi banyak orientasi pada masyarakat kota, tidak hanya sebagai kegiatan ekonomi tetapi juga berkembang menjadi olah raga, wisata keluarga, dan dijadikan kegiatan judi.

(3)

sungai dan kolam) dengan cara memancing. Ikan hasil pancingan untuk dikonsumsi sendiri dan sebagian para pemancing menjual hasil pancingannya ke orang lain karena sudah merasa bosan atau berlebih. Bagi yang hobi memancing dapat mengembangkannya dengan memelihara ikan di kolam sendiri. Hal ini juga sebagai salah satu investasi yang tepat sebagai tambahan ekonomi keluarga.

Sebagai kegiatan olah raga2 memancing merupakan kegiatan permainan yang bersifat kompetisi3, persaingan secara sehat dan sportif. Tidak ada tindakan curang yang dilakukan untuk menjatuhkan atau mengalahkan lawan. Selain itu, memancing juga merupakan kegiatan yang melatih tingkat kesabaran dan kestabilan emosi4

“Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)

seseorang. Pada saat ini memancing banyak dipertandingkan dan pertandingannya disponsori oleh merk-merk terkenal.

Perlombaan olah raga memancing banyak diselenggarakan di daerah-daerah untuk meningkatkan sumberdaya perikanan dan menjaga kelestarian sumberdaya.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan artikel berikut ini:

(9/4) besok akan menyelenggarakan Lomba Pancing Tradisional. Kadis menjelaskan, kegiatan lomba pancing tersebut diselenggarakan karena banyaknya peminat olahraga mancing dan masyarakat yang bermata pencaharian

2

Menurut Suparlan (1977:23), olah raga adalah suatu kegiatan yang bersifat persaingan, yang macam, bentuk, dan kegiatannya beraneka ragam. Pada hakekatnya, inti suatu kegiatan olah raga adalah suatu kegiatan pertandingan atau kontes dimana team-team olah raga atau individu yang bersangkutan bertanding atau bersaing untuk menunjukkan keunggulan mereka.

3

Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman, kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk

bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari

mengungkapkan kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.Diakses 29/09/13(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompetisi).

4

(4)

sebagai nelayan di Kabupate (Sitaro) ini. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberdayakan masyarakat pesisir serta nelayan agar lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam meningkatkan produksi perikanan secara berkelanjutan dan bertanggungjawab agar kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan laut di daerah Sitaro tetap lestari. Kegiatan pancing tersebut selain untuk memberdayakan masyarakat pesisir dan meningkatkan produksi perikanan, lomba pancing yang digelar ini juga sebagai ajang hiburan untuk masyarakat umum serta pertunjukan keahlian peserta dalam menggunakan alat tangkap ikan

Memancing tidak hanya kegiatan hobi semata melainkan juga dijadikan kegiatan yang menyenangkan ketika berekreasi bersama keluarga, kini memancing menjadi salah satu wahana wisata keluarga yang diminati masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat pada kutipan artikel berikut:

“Telaga Mina yang berlokasi dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Suasana dan lingkungan kolam pemancingan yang asri menjadi salah satu tempat pemancingan ini juga sebagai tujuan wisata keluarga. Bila berkunjung ke tempat ini, terutama di hari Minggu maka pemandangan seperti beberapa keluarga yang sedang asyik duduk-duduk di lapak masing-masing di tepi kolam

Tidak hanya sebagai olah raga kini memancing berkembang sebagai kegiatan yang dapat dijadikan ajang taruhan (judi5

5Perjudian adalah

). Memancing dapat dikatakan sebagai kegiatan judikarena dewasa ini manusia terus mencari cara untuk mendapatkan surplus dibalik segala kegiatan. Termasuk dalam kegiatan

(5)

memancing, para pemancing berusaha untuk mendapatkan surplus sambil menyalurkan hobi. Para pemancing tidak ragu-ragu mengocek kantongnya untuk mengeluarkan biaya tambahan (taruhan) dan kini memancing banyak dijadikan sebagai ajang taruhan antar pemancing.

Selain mencari surplus, ada juga orang yang gemar barmain judi,sehingga sebagian orang menjadikanmemancing sebagaipenyaluran kegemarannya berjudi. Seperti fenomena yang penulis amati, bahwa permainan yang bersifat judi seperti permainan sabung ayam, kartu, togel dan lain-lain kerap kali dirajiah dan ditangkap pihak kepolisian. Kini orang-orang yang gemar dengan permainan bersifat judi, beralih ke kegiatan mancing yang memakai taruhan.

Memancing ikan dapat dibedakan dari alam buruannya yaitu: memancing ikan di air laut dan memancing ikan air tawar. Memancing ikan di laut merupakan salah satu wadah atau tempat para pemancing mencari ikan dengan alat pancing yaitu di daerah laut mulai dari pinggir laut hingga ke tengah laut. Sedangkan memancing ikan air tawar merupakan kegiatann mencari ikan dengan alat pancing di daerah sungai, danau, danKolam6

Pada masyarakat kota biasanya memancing ikan di kolam.Kolammerupakan salah satu sarana yang tepat bagi para pria untuk

.

6

(6)

menyalurkan hobi khususnya pada daerah perkotaan. Adapun ikan yang disediakan di dalam kolam biasanya ikan emas, lele, gurami, bawal, dan nila. Pemilik kolam pemancingan biasanya memelihara satu jenis ikan dalam tiap satu kolam. Namun bagi jenis ikan yang bisa hidup berdampingan akan dipelihara dua atau lebih jenis ikan dalam satu kolam oleh pemilik kolam. Demikian dilakukan agar pemancing gampang memilih ikan yang disuka dan ingin dipancing, karena beda ikan beda umpan yang digunakan, ukuran benang dan mata kail yang digunakan pemancing. Begitu juga dengan jenis kolamnya, beda jenis ikan, beda tarif, beda durasi waktu yang ditentukan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di setiap kolam. Hal inilah membuat variasi dari kegiatan memancing di kolam, sehingga terbentuk klasifikasi dua tipe, yaitu hiburan dan taruhan yang bersifat judi. Klasifikasi itu dapat dilihat pada tabel.1 dihalamansebelah.

Meningkatnya taraf hidup masyarakat dikota-kota besar membawa perubahan pada pola pikir. Perubahan tersebut membawa pula kepada perubahan

gaya hidup7 dan budaya masyarakat. Dewasa ini memancing menjadi kegiatan hiburan tanpa batas waktu, yang dahulu biasa dilakukan masyarakat pada pagi hari hingga petang kini sudah tersedianya kolam pemancingan untuk malam hari. Rata-rata pengunjungnya para pria yang telah penat beraktivitas disiang hari, kemudian dimalam harinya mencari hiburan.

7

(7)

Tabel 1. Klasifikasi Tarif Mancing di Kota Medan

Tipe Namakolam

pemancingan Waktu Tarif Durasi

Biaya sampingan

Hadiah Jenis ikan

Hiburan Kolam Harian

06.00-19.00 Rp20.000 13jam - -

ikan emas ikan nila Kolam Kiloan

06.00-22.00

Rp25.000/kg (sesuai harga pasaran ikan)

16jam - -

Ikan emas Ikan nila Ikan lele Kolam lomba (Akbar ) 11.00-15.00

Rp50.000-Rp500.000 4jam -

Tropi, uang, benda (mobil,kulkas, sepeda motor) Ikan emas Kompetisi

(taruhan) Kolam Serbu

10.00-05.00

Rp15.000-Rp30.000 1 & 2 jam

Rp20.000-Rp50.000 B.sampingan X jumlah pemancing Ikan lele Ikan emas Kolam Galatama (arena) 18.00-03.00

Rp50.000-Rp200.000 2 jam

(8)

Kegiatan memancing hiburan ini juga dijadikan sebagian pihak kolam atau sebagian para pemancing menjadi ajang taruhan. Perkembangan zaman secara global, mempengaruhi terjadinya transformasi pada kegiatanmemancing dengan munculnya berbagai orientasi masyarakat pada kegiatan memancing. Hal inilah menjadi dasar ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian.

Ada beberapa alasan penulis mengapa penulis tertarik dengan topik ini, yakni karena kehidupan masyarakat kota yang waktunya habis untuk beraktivitas. Aktivitas masyarakat cenderung dengan keramaian dan polusi udara. Hal demikian sangat berpengaruh pada kesehatan fisik dan psikis setiap manusia yang berakibat seseorang akan merasa tidak sehat dan gampang stres. Hal tersebut membuat manusia membutuhkan hiburan yang juga menyangkut dengan olahraga yang memberikan relaksasi pada tubuh, dan jiwa seseorang. Di kolam pancing terdapat suasana yang tenang dan bersahabat dengan alam yang berguna untuk memberi rasa damai dalam diri seseorang.

(9)

Festival memancing, Mancing Mania, Mata Pancing, dan sudah terbentuknya organisasi-organisasi memancing secara lokal (klub), nasional, maupun Internasional. Ketiga, memancing kini berkembang, bukan hanya sekedar hiburan untuk mendapatkan ikan, melainkan sebagai kegiatan yang bisa dijadikan ajang taruhan (judi).

Akan tetapi ada anggapan keliru sebagian masyarakat mengenai memancing, yakni beranggapan bahwa memancing merupakan kegiatan yang sia-sia, menghabiskan waktu, biaya, dan tenaga. Dari hasil wawancara penulis terhadap dua narasumber yang hobi memancing, Pak Birin dan Pak Tarigan (3 September 2013), dikatakan bahwa memancing itu adalah suatu kegiatan positif, karena memancingmerupakan kegiatan yang melatih kesabaran dan emosional seseorang, obat stres, mendapatkan ketenangan, dan hiburan yang didapat saat bercanda bersama teman-teman pemancing lainnya. Kepuasan memancing yang didapat bukan itu saja, tetapi hal yang paling menyenangkan adalah ketika ikan memakan umpan pancing penulis, dan saat menarik (mengulur) benang pancing. Dalam hal menarik ikan tidak segampang yang dilihat, perlu strategi dan keahlian khusus agar ikan tidak lepas.

(10)

hanya itu, ikan yang didapat hasil pancingan akan sangat sehat bila dikonsumsi, karena ikan yang masih segar akan mengandung rasa lebih nikmat yang belum terkontaminasi dengan bahan-bahan pengawet makanan.

Manfaat memancing bukan saja berdampak pada memelihara kelestarian lingkungan hidup, tetapi dapat meningkatkan produktivitas pekerja, dan menjadi wahana silaturahmi. Hal tersebut juga dipertegas oleh Pratama (Poci) dalam kutipan dibawah ini:

“Jakarta (ANTARA News) - Memancing ikan tidak selalu harus menghabiskan waktu, karena bisa menjadi alternatif pengganti olahraga, kegiatan wisata serta untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup. Menurut Pratama, manfaat memancing ikan untuk meningkatkan produktivitas pekerja ketika harus kembali bekerja keesokan harinya, karena sebagai hobi yang menyenangkan saat libur, akan meningkatkan stamina orang bekerja. Tempat pemancingan ikan juga bisa sebagai media untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Tempat rekreasi dengan konsep 'green fishing' yang asri, hijau dan menghadirkan kebagiaan dan kepuasan dalam memancing. Poci menjelaskan, dengan kegiatan mancing ikan, para pegawai bisa melakukan silaturahmi, juga bisa menemukan inovasi serta meminimalisir hambatan dalam koordinasidan birokrasi, sehingga melalui kebahagiaan yang sama, ide-ide baru yang bisa mudah disampaikan dengan wahana pemancingan itu”.

1.2. Tinjauan Pustaka

(11)

dari seseorang yang mengkonsumsi ikan yang segar hasil memancing, kebutuhan sosial dilihat dari saling berinteraksi antar pemancing yang saling bercanda, dan psikologis dilihat dari rasa kebahagian dan kepuasan dalam hati para pemancing.

Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alam, dan lingkungan sosial-budaya, karena manusia membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memiliki cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologisnya. Setiap manusia memiliki kekuatan dalam mengatur dan mengubah gaya hidupnya dalam rangka pencapaian tujuan hidup. Gaya hidup dapat dilihat dari kebiasaan seseorang dalam berprilaku dan merespon kesehatan fisik dan psikis, lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi(Simaremare, 2012:11).

(12)

Mengutip Kluckhohn,Koentjaraningrat(1990:77)beranggapan bahwa dalam rangka sistem budaya dari tiap kebudayaan ada serangkaian konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang lingkupnya, yang hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar warga masyarakat, mengenai apa yang harus dianggap penting dan bernilai dalam hidup. Dengan demikian, maka sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidupnya.

Kegiatan ekonomi bukan saja suatu yang berhubungan dengan produksi yang mana bersifat modern. Dalam kajian antropologi, berbagai sistem yang memenuhi kebutuhan manusia pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern disebut kegiatan ekonomi. Berbagai sistem tersebut yaitu: (a) berburu dan meramu, (b) beternak, (c) bercocok tanam di ladang, (d) menangkap ikan, (e) bercocok tanam menetap dengan irigasi (Koentjaraningrat, 2009:277).

(13)

Kegiatan serta kajian ekonomi bukan saja ekonomi yang bersifat modern yang menilai untung dan rugi, serta kegiatan produksi dan konsumsi. Kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup dangan cara mencari di alam dan lingkungan juga merupakan sistem ekonomi yang disebut subsisten8

Selanjutnya juga menyatakan bahwa pada kebudayaan Mentawai, suatu mata pencaharian yang sama pentingnya dengan berkebun adalah menangkap

. Seperti dikatakanPolanyi, Sairin(2002:16) mengungkapkan bahwa ilmu ekonomi modern adalah produk sejarah yang memunculkan sistem ekonomi pasar, dan karenanya tidak dapat berlaku secara universal. Pembedaan ekonomi menjadi dua yaitu arti formal dan arti subsistansial. Arti formal adalah ekonomi seperti yang diterangkan para ahli ekonomi, ekonomi sebagai proses maksimisasi. Sedangkan arti substansial adalah ekonomi sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya.

Seperti yang dikatakan Danomdjaja,Koentjaraningrat (1970:44-45), menyebutkan bahwa pencaharian orang Nias adalah berburu, menangkap ikan disungai, beternak dan pertukangan. Binatang yang diburu adalah sokha (babi hutan), laosi (kancil), boho (rusa), nago atau laoyo (kijang), sigolu (terenggiling),

bogi (kalong) dan lain-lain. Alat yang digunakan toho (tombak) atau belewa,

sukha (ranjau) dan bolidi ( pelanting). Adapun ikan yang ditangkap adalah antara

lain ikan mugu semacam teri air tawar, sehingga mudah ditangkap dengan buwu (tangguk). Alat-alat penangkap ikan lainnya adalah fauru (pukat), gai (kail) dan

dicala (jala).

8

(14)

ikan. Pada umumnya orang laki-laki dan wanita mencari ikan, kerang, kepiting atau lain-lain di sungai, rawa maupun di laut. Ada macam-macam ikan yang harus ditangkap dengan bergotong-royong antara banyak orang, kecuali dengan menggunakan pancing, tombak, jala atau perangkap-perangkap, orang juga sering menangkap ikan dengan cara meracuni air.

Mengutip dari Bangun, Koentjaraningrat (1970:102)mengatakan bahwa pada kebudayaan Batak menangkap ikan juga merupakan suatu mata pencaharian hidup yang penting. Pekerjaan dilakukan exklusif oleh orang laki-laki dalam perahu-perahu lesung (solu) dengan jala, pancing dan perangkap-perangkap ikan. Ikan dijual di pasar-pasar untuk dibawa ke kota-kota seperti Balige, Belawan dan kota lainnya.

Koentjaraningrat mengatakan bahwa penduduk pantai Utara Irian Jaya memiliki kebudayaan mencari ikan yang merupakan pekerjaan orang laki-laki maupun wanita. Pada penduduk pantai utara, mencari ikan memang merupakan matapencaharian pokok yang sama pentingnya dengan mencari sagu. Di sinipun keluarga-keluarga baik suami-istri, atau paling banyak dua keluarga batih, atau tiga-empat wanita, atau tiga-empat anak bersama-sama pergi ke rawa, sungai, danau, atau laut dalam perahu-perahu lesung untuk memancing atau menombak ikan. Pancing yang mempunyai tali nilon dan kail besi bisa dibeli di toko-toko Cina.

(15)

sendiri. Dapat dilihat ada pergeseran atau perubahan pola pikir dan sudut pandang masyarakat mengenai kegiatan ekonomi antara laki-laki dan perempuan. Pada masa dahulu perempuan ikut serta dan berkewajiban dalam kegiatan mencari makanan seperti memancing atau menangkap ikan dengan cara lain. Dewasa ini menjadi pandangan tabu pada masayarakat jika melihat perempuan memancing baik di kolam, sungai, danau, dan laut. Kini kegiatan memancing hanya digeluti oleh laki-laki saja.

(16)

cemar atau tidak mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan (Azrul, 1983:134).

Kesehatan bukan saja dilihat dari mengkonsumsi ikan hasil pancingan yang didapat. Kesenangan dan suasana hati yang bahagia saat melakukan suatu kegiatan yang disenanginya juga menjadi faktor seseorang itu sehat. Seperti ungkapan Mofris, Muzaham(1995:224) menjelaskan bahwa kesadaran seseorang terhadap lingkungan tidak berperah dalam peristiwa kontak antara manusia dengan agen penyakit. Kesenangan berkebun mungkin mengurangi kemungkinan seseorang untuk mendapat sakit jantung. Akan tetapi, sebenarnya tergantung pula pada ”perasaan seseorang itu”, apakah ia senang, benci atau masa bodoh dengan kegiatan tersebut. Sama halnya dengan memancing, para penghobi memancing melakukan kegiatan memancing dengan rasa bahagia walaupun harus menghabiskan waktu untuk menunggu sampai dimakan ikan. Singkatnya, faktor persepsi dan faktor emosional dalam kegiatan berpengaruh pada kesehatan seseorang.

(17)

Seiring perkembangan zaman, banyak hal mengenai kegiatan memancing yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Bukan saja mengenai kegiatan mancing yang kini cenderung hanya kaum laki-laki yang melakukannya, tetapi juga mengenai perkembangan motivasi para pemancing. Bertambahnya variasi motivasi para pemacing menjadikan perkembangan kegiatan memancing, yang dimana kegiatan memancing tidak hanya dilakukan untuk kegiatan ekonomi saja tetapi juga sebagai hiburan, olah raga, hobi, dan kompetisi bahkan menjadi ajang taruhan (judi).

Perkembangan kegiatan mancing kini semakin tampak tren dan semakin kompleks. Dapat dikatakan terjadi transformasi kebudayaan dalam budaya memancing yang ada ditengah, masyarakat khususnya di Kota Medan. Seperti yang dikatakan Abdullah (2006:36) bahwa proses transformasi juga terlihat dalam kenyataan bahwa setiap orang menjadi terbiasa menerima perbedaan-perbedaan, yang tampak dari pergeseran sikap dimana masyarakat menjadi lebih permisif terhadap berbagai penyimpangan9

9 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah

laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat

. Berkembangnya eksistensi memancing membuat memancing terdiri dari berbagai jenis salah satunya adalah memancing arena yang sifatnya mengarah pada “taruhan atau judi”. Adanya biaya tambahan selain tarif, yang disebut “sum sampingan”, yang nantinya akan didapatkan bagi pemancing yang mendapatkan ikan terberat yang sudah ditentukan atau ikan tercepat.

(18)

Agar terciptanya suasana memancing yang menyenangkan, pemancing bukan saja membutuhkan kolam ikan, dan peralatan untuk memancing. Lingkungan yang bersih, serta lingkungan kolam yang dipenuhi pepohonan yang rindang dan sejuk juga sangat mempengaruhi relaksasi tubuh saat memancing. Hal ini akan menjadikan ketergantungan pemancing pada pohon yang secara langsung menyadarkan bahwa pentingnya melestarikan pepohonan di lingkungan. Antara lingkungan dan perilaku masyarakat memang saling terkait. Perilaku masyarakat akan membentuk kualitas lingkungan, namun sebaliknya juga dapat terjadi yakni kualitas lingkungan mampu membentuk perilaku masyarakat. Teori tentang budaya jelas menggambarkan keterkaitan yang erat antara tata nilai dan perilaku penduduk (Amsyari, 1996:141).

(19)

Memancing merupakan kegiatan olah raga yang mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan dengan pranata-pranata sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan. Mengulas pernyataan Lueschen dalam kutipan Suparlan (1977:24), pranata merupakan sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat. Selanjutnya Suparlan menyatakan sebagai suatu bagian yang integral dari masyarakat, kegiatan-kegiatan olah raga yang ada pada suatu masyarakat sebetulnya dapat juga dilihat sebagai suatu refleksi atau pencerminan dari pola kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

Lebih lanjut menjelaskan bahwa pola-pola persaingan, konflik, dan ko-operasi yang ada didalam suatu kegiatan olah raga, begitu juga tingkah laku mereka yang sedang bertanding didalam mentaati aturan-aturan pertandingan, sebenarnya berasal dari dan telah menggunakan model-model yang terdapat pada proses-proses sosial dan sistem-sistem sosial-budaya yang ada didalam masyarakat yang bersangkutan.Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi suatu kegiatan atau tindakan olah raga, yaitu suatu tindakan organik dari tubuh manusia, adalah sistem-sistem sosial-budaya. Sistem sosial-budaya itu merupakan reference

systems, yaitu merupakan suatu rangkaian model-model cognitive atau

pengetahuan yang terdapat pada berbagai tingkat kesadaran manusia.

(20)

Mudjijono(2004:23) menjelaskan bahwaperjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaaan, dan kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), judi adalah permainan dengan memakai uang sebagai taruhan. Sedangkan berjudi adalah mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dipermainan tebakan berdasarkan kebetulan dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana psal 303 ayat (3) mengartikan taruhan (judi) adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat pemenang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain10

1. Faktor Sosial dan Ekonomi

.

Menurut Papu(2002), diperoleh 5 (lima) faktor yang amat berpengaruh dalam memberikan kontribusi pada perilaku berjudi. Kelima faktor tersebut adalah:

Bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah perjudian seringkali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Tidaklah mengherankan jika pada masa undian SDSB di Indonesia zaman orde baru yang lalu, peminatnya justru lebih banyak dari kalangan

(21)

masyarakat ekonomi rendah seperti tukang becak, buruh, atau pedagang kaki lima. Dengan modal yang sangat kecil, mereka berharap mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya atau menjadi kaya dalam sekejap tanpa usaha yang besar. Selain itu, kondisi sosial masyarakat yang menerima perilaku berjudi juga berperan besar terhadap tumbuhnya perilaku tersebut dalam komunitas.

2. Faktor Situasional

Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, diantaranya adalah tekanan dari teman-teman atau kelompok atau lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian dan metode-metode pemasaran yang dilakukan oleh pengelola perjudian. Tekanan kelompok membuat sang calon penjudi merasa tidak enak jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompoknya. Sementara metode pemasaran yang dilakukan oleh para pengelola perjudian dengan salalu mengekspose para penjudi yang berhasil menang memberi kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan dalam perjudian adalah suatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja (padahal kenyataannya kemungkinan menang sangat kecil). Peran media massa seperti televisi dan film yang menonjolkan keahlian para penjudi yang “seolah-olah” dapat mengubah setiap peluang menjadi kemenangan atau mengagung-agungkan sosok sang penjudi, telah ikut pula mendorong individu untuk mencoba permainan judi.

(22)

Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku berjudi, terutama menyangkut keinginan untuk terus berjudi. Apa yang pernah dipelajari dan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan akan terus tersimpan dalam pikiran seseorang dan sewaktu-waktu ingin diulangi lagi. Inilah yang dalam teori belajar disebut sebagai Reinforcement Theory yang mengatakan bahwa perilaku tertentu akan cenderung diperkuat/diulangi bilamana diikuti oleh pemberian hadiah/sesuatu yang menyenangkan.

4. Faktor Persepsi tentang Probabilitas Kemenangan

Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku dalam membuat evaluasi terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan perjudian. Para penjudi yang sulit meninggalkan perjudian biasanya cenderung memiliki persepsi yang keliru tentang kemungkinan untuk menang. Mereka pada umumnya merasa sangat yakin akan kemenangan yang akan diperolehnya, meski pada kenyataannya peluang tersebut amatlah kecil karena keyakinan yang ada hanyalah suatu ilusi yang diperoleh dari evaluasi peluang berdasarkan sesuatu situasi atau kejadian yang tidak menentu dan sangat subyektif. Dalam benak mereka selalu tertanam pikiran:”kalau sekarang belum menang pasti dikesempatan berikutnya akan menang, begitu seterusnya”.

5. Faktor Persepsi terhadap Keterampilan

(23)

mereka mampu mengendalikan berbagai situasi untuk mencapai kemenangan (illusion of control). Mereka seringkali tidak dapat membedakan mana kemenangan yang diperoleh karena keterampilan dan mana yang hanya kebetulan semata. Bagi mereka kekalahan dalam perjudian tidak pernah dihitung sebagai kekalahan tetapi dianggap sebagai ”hampir menang”, sehingga mereka terus memburu kemenangan yang menurut mereka pasti akan didapatkan.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 303 ayat (3) mengartikan taruhan (judi) adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat pemenang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain.Dari pengertian di atas maka ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai taruhan, yaitu adanya unsur:

1. Permainan/perlombaan. Perbuatan yang dilakukan biasanya berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif.

2. Untung-untungan. Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur spekulatif/kebetulan atau untung-untungan. Faktor kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih.

(24)

ataupun harta benda lainnya. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini merupakan yang paling utama untuk menetukan apakah sebuah perbuatan dapat disebut sebagai judi atau bukan.

Dari uraian diatas maka jelas bahwa segala perbuatan yang memenuhi kegitan unsur di atas, meskipun tidak disebut dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 adalah masuk kategori judi, meskipun dibungkus dengan nama-nama yang indah sehingga dapat dilihat seperti sumbangan. Berdasarkan kajian UU tersebut, taruhan yang ada didalam kegiatan mancing dapat dikatakan sebagai judi sesuai dengan ketiga unsur tersebut.

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu apa orientasi memancing bagi kalangan pemancing saat ini? Permasalahan inidijabarkanke dalam 4 (empat) bentuk pertanyaan penelitian yaitu :

1. Apa makna memancing menurut para pemancing?

2. Hal apa yang mendorong pemancing untuk melakukan kegiatan memancing?

(25)

4. Berapa dan biaya apa saja yang dikeluarkan dalam aktivitas memancing sesuai dengan jenis memancing yang cenderung dilakukan pemancing?

1.4.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua kolam pancing di kota Medan yang mana satu mewakili kolam yang bersifat hiburan dan satunya kolam pancing yang bersifat kompetisi. Kolam pancing yang bersifat hiburan yaitu kolam pancing Paya Buah yang berada di Jln. Sakura Raya No. 62 B. Kolam pancing yang bersifat kompetisi yaitu kolam pancing Deep zone yang berada di Jln. Flamboyan Raya Tj. Selamat. Kolam pancing Paya Buah dan Deep zone ini dipilih peneliti menjadi tempat penelitian karena merupakan kolam pancing yang cukup ramai dikunjungi para pemancing dari berbagai kalangan dan dari daerah yang jauh. Untuk kolam pancing Paya Buah dan Deep zone pengunjungnya mencapai sekitar 100 orang perhari.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(26)

positif yang mana banyak hal yang kita peroleh dari segi olahraga, hiburan, ketenangan dan kesehatan emosional yang terlatih secara tak langsung.

Hal lain yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mempublikasikan kepada masyarakat kota tentang pentingnya melakukan kegiatan mancing yang baik untuk kesehatan. Habisnya waktu bekerja ditengah keramaian kota sehingga manusia butuh hiburan dengan suasana yang tenang, sejuk, yang jauh dari keramaiaan hal ini sangat baik untuk perkembangan jiwa manusia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan strategi dan rahasia keberhasilan dalam memancing ikan. Secara tidak langsung, memancing menjadi suatu alat menyampaikan kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya menjaga lingkungan baik di darat maupun di dalam air.

Suatu penelitian selain memiliki tujuan sebagai dasar dalam proses kegiatannya juga dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai suatu usaha penelitian antropologi dalam melihat fenomena kegiatan memancing di Kota Medan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia pendidikan, serta sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum, pemerintah dan pihak-pihak yang membutuhkan terkait dalam melihat budaya memancing yang berkembang dan berdampak positif bagi masyarakat, khususnya di Kota Medan.

1.6. Metode Penelitian

(27)

adalah bersifat holistic-integratif (saling berkaitan dan menyatu), thick description (pendeskripsian yang mendalam), dan analisis kualitatif untuk mendapatkan

native’s point of view (sudut pandang dari masyarakat yang diteliti). Dengan

menggunakan metode etnografi maka penulis berinteraksi langsung dengan masyarakat yang diteliti untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Hasil pengamatan dituangkan dalam bentuk kata-kata, bentuk tulisan yang ilmiah.

1.6.1. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terlibat (observasi partisipasi)11

Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mendukung data hasil wawancara, dengan melakukan observasi partisipasi penulis mendapatkan data yang benar tanpa ada rekayasa. Hasil observasi akan dituangkan ke dalam catatan

. Agar penulis dapat mengamati, mendengarkan dan mencatat gejala yang tampak pada kegiatan para pemancing saat memancing, penulis terjun langsung kelapangan ikut memancing bersama pemancing yang lainnya demi bisa melihat realita yang terjadi mengenai orientasi para pemancing dalam melakukan aktivitas memancing pada lokasi kolam pancing. Kolam pancing tempat penelitian penulis yaitu kolam pancing Paya Buah yang berada di Jln. Sakura Raya No. 62 B dan kolam pancing Deep Zone yang berada di Jln. Flamboyan Raya Tj. Selamat.

11

(28)

lapangan. Demi melengkapi data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dibutuhkan, penulis menggunakan data kepustakaan. Data kepustakaan diperoleh dari berbagai media, baik berupa buku, majalah, maupun media elektronik seperti televisi, dan internet. Penulis juga membangun rapport (menjalin hubungan baik dengan informan), dengan bersikap ramah dan mau ikut bercanda merupakan cara penulis menjalin hubungan baik.

2. Teknik Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancaramendalam12

Penulis tidak memberikan batasan saat wawancara dengan informan, sebelumnya penulis melakukan pendekatan dengan memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan penulis, agar informan tidak merasa curiga

. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat dan mendalam. Mengumpulkan informasi dengan cara menanyakan secara langsung tatap muka dengan informan. Dalam melakukan wawancara penulis juga membutuhkan dan menggunakan pedoman wawancara (interview

guide). Pedoman wawancara ini diperlukan sebagai point-point pertanyaan

penting yang akan dilakukan dilapangan. Penulis juga menggunakan alat bantu seperti perekam dengan menggunakan aplikasi dari handphone karena penulis menyadari keterbatasan dalam menghimpun semua data, sehingga alat perekam diperlukan untuk membantu penulis untuk merekam semua informasi saat wawancara berlangsung.

12Bungin (2011:111)menyatakan bahwa wawancara mendalam

(in-depth interview)

(29)

atau segan-segan memberikan informasi kepada penulis. Wawancara ditujukan kepada pemilik kolam pancing dan kepada beberapa para pemancing. Selain itu juga penulis mewawancarai pihak-pihak terkait seperti pegawai kolam pancing tersebut yang juga mengetahui informasi tentang meman

1.7. Rangkaian Pengalaman Penelitian

Dari awal sebelum melakukan penelitian (pra-penelitian) penulis sudah mengamati keberadaan kolam pancing dan karasteristik masyarakat yang memancing. Penulis sudah mengenal memancing sejak kecil, karena penulis lahir di tengah keluarga yang memiliki hobi memancing, mulai dari ayah, ibu, abang-abang sepupu, dan keluarga atau kerabat lainnya. Sewaktu masih kecil, tepatnya duduk di sekolah dasar, penulis sering dibawa rekreasi ke tempat memancing oleh keluarga. Masa itu kolam pancing belum banyak dan daerah yang marak serta terkenal dengan kolam pancingnya adalah daerah Namorambe. Penulis juga sering dibawa untuk rekreasi mancing ke sungai. Saat itu, air dan lingkungan sungai masih sangat bersih, sehingga ikannya juga masih banyak. Mulai SD hingga SMP, penulis sering ikut ayah mancing di kolam pancing. Namun setelah SMA penulis mulai merasa malu, karena jarang sekali ditemukan anak gadis ikut memancing hingga akhirnya penulis berhenti melakukan kegiatan memancing.

(30)

atau jenisnya akibat dari orientasi masyarakat melakukan memancing yang berbeda dan berkembang. Penulis memilih kolam pancing Paya Buah dan kolam pancing Deep Zone yang terkenal dan memiliki banyak pengunjung yang mana pengunjung terebut sudah menjadi pengunjung tetap atau setia.

(31)

Selanjutnya penulis pergi ke kolam pancing Paya Buah untuk meminta izin melakukan penelitian. Sebelum minta izin untuk melakukan penelitian di kolam pancing Paya Buah, penulis sudah sering mengamati jumlah pengunjung kolam pancing ini yang sangat ramai setiap minggunya. Penulis juga sering mendapat dan membaca selebaran mengenai kolam pancing Paya Buah yang akan mengadakan turnamen memancing dengan hadiah berbagai macam, baik berupa benda, uang dan tropi.

Pengalaman di Kolam Pancing Deep Zone

Awalnya penulis mengunjungi kolam pancing Deep Zone bersama adik sepupu. Penulis sangat merasa takut karena tidak pernah mengenal pemilik kolam tersebut. Namun paman penulis sering memancing di kolam pancing tersebut sehingga pemilik kolam sudah kenal dekat dengan paman. Hal itu menjadi modal untuk diberikannya izin melakukan penelitian di kolam tersebut.

(32)

memperhatikan salah satu pemancing, melihat umpan yang digunakan, dan sambil wawancara. Setelah merasa cukup, kami kembali ke kantin untuk berpamintan dengan Pak Alwan.

Hari berikutnya penulis datang bersama ayah, dengan perlengkapan alat tulis, handphone untuk aplikasi perekam dan tulisan dengan poin-poin pertanyaan. Hari ini penulis bertujuan untuk mewawancarai pemilik kolam, untuk mencari data mengenai sejarah kolam, peraturan kolam dan fasilitas kolam. kedatangan kami disambut dengan senyum oleh pemilik kolam, saat itu pak Alwan sedang duduk disebuah pondok di halaman kolam pancing tersebut. Ayah membuka pembicaraan dengan memperkenalkan diri dan “bertutur” berhubung sama-sama suku karo. Setelah itu penulis memulai wawancara dengan Pak Alwan, beliau bercerita secara sistematis mengenai terbentuknya kolam pancing tersebut, alasan awal membuat kolam dan jawaban-jawaban dari pertanyaan penulis. Setelah selesaimewawancarai, ayah dan pak Alwan bercerita kembali, sembari itu penulis mengamati kegiatan memancing yang sedang berlangsung sambil mengingat pertanyaan apalagi yang penting yang harus ditanyakan.

Setelah menuliskan data yang didapatkan, penulis ingin mencari data mengenai pemancing. Penulis berkunjung kembali, ketika sampai dan menemui Pak Alwan, beliau langsung bertanya ”apalagi yang kam butuhkan, untuk data

ndu”. Dengan senang hati penulis langsung menyampaikan maksud dan tujuan

(33)

langsung menyuruh penulis untuk meminta minum di kantin. Penulis menjadi merasa segan karena perlakuan baik yang diberikan Pak Alwan, hal tersebut membuat penulis merasa sangat dihargai.

Kemudian penulis menyapa Pak Nainggolan dan memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Sebelum mewawancarai, Pak Nainggolan lebih dahulu menanyai penulis dengan pertanyaan, “Untuk apa, kenapa mengangkat topik memancing. Apa hubungannya memancing dengan jurusan antropologi?”. Selama mewawancarai, penulis juga mengamati peralatan pancing milik beliau itu. Ketika ingin mengambil foto justru bapak itu yang bergerak menyusun peralatannya agar lebih bagus difoto dan kelihatan jelas hasilnya. Penulis sangat senang melakukan penelitian di kolam tersebut karena kehadirannya diterima dan direspon dengan baik, sehingga tidak merasakan kendala dalam mencari data. Penulis tidak hanya mencari data dari para pemancing saja, tetapi juga dari pegawai kantin. Penulis sering bertanya kepada pegawai di kolam pancing, baik itu pegawai kantin maupun pegawai panitia seperti tukang tanggok. Penulis mewawancarai pegawai kolam karena penulis merasa mereka juga banyak tahu mengenai memancing karena profesi mereka terkait hal memancing.

(34)

dengan pergaulan para pemancing.Walaupun mereka punya profesi bagus tetapi ketika di kolam pancing mereka tidak memandang perbedaan.Mereka merasa sama dengan yang lain dan tidak sombong. Segera penulis menyalami pak Nainggolan, dan sedikit bercerita-cerita sama bapak itu. Bapak itu menawari kami minum sebelum kami memesan, pegawai kantin memberikan kami 4 buah minuman hydro coco. Penulis jadi merasa segan, si Nuri berkata “ enak kali kam ya nde, kam yang penelitian disitu kam pula yang dikasih minum”. Penulis sebenarnya segan kalau diperlakukan seperti itu, jadi merasa tidak enak, “tetapi apa boleh buat rezeki tidak boleh ditolak”.

Maksud dan tujuan kedatangan penulis kali ini ingin mengambil foto, ingin mewawancari sedikit Pak Alwan karena ada beberapa data yang kurang, dan sambil meminta izin bahwa penelitian yang penulis lakukan telah selasai. Penulis juga menyempatkan bertanya kepada beberapa pemancing guna menambah informan. Sampai pada show memancing dimulai, kami pun ke kolam pancing melihat para pemancing yang bergantian menarik pancingnya. Teman-teman penulis sibuk berfoto, di samping para pemancing. Syukurnya para pemancingpada baik, tidak marah walaupun merasa terganggu dengan kehadiran kami yang beramai-ramai berfoto, bertanya-tanya, dan buat berisik.

(35)

Hal demikian membuat penulis enggan untuk ikut memancing, penulis hanya memperhatikan para pemancing secara dekat dan langsung, duduk di samping pemancing saat kompetisi memancing dimulai.

Pengalaman di Kolam Pancing Paya Buah

Awalnya penulis datang ingin memancing bersama ayah kebetulan saat itu hari sabtu dan ayah tidak masuk kantor. Kami datang pukul 09:00 pagi, kami memancing di kolam “harian”. Saat kami memancing penulis bertanya kepada ayah, “pa kolam serbu jam berapa dimulai, berapa tarifnya, berapa jam pa?”. Ayah penulis bertanya kepada pemilik kolam, saat ayah memesan minum kekantin. Kolam “serbu” ikan emas mulai show pertama pukul 12:00 siang, penulis pun diberi izin ayah untuk ikut memancing di kolam serbu. Saat duduk di sisi kolam, semua mata para pemancing melihat penulis dan sepertinya menyimpan pertanyaan yang terpancar di wajah mereka. Penulis sudah merasakan hal itu bakal terjadi, untungnya ayah mengajari penulis sebelum show dimulai. Ayah juga sedikit menyampaikan kepada pemancing yang ayah kenal bahwa penulis sedang menyusun skripsi mengenai memancing.

(36)

ngeluari ikannya?” Pemancing yang di sebelah kiri penulis menjawab “pake tangan dek”, dan bapak itu pun segera jongkok dan mengangkat ikan penulis dari kolam. Hal itu membuat penulis merasa senang karena menjadi orang pertama yang mendapatkan ikan. Merasa ini permulaan yang baik karena memberikan kesan, dan pemancing yang lain juga mengeluarkan candaannya kepada pemilik kolam “wak yung, ini ikannya jantan ya, makanya maunya makan pancing cewek, lain kali belik yang betinalah wak yung” candaan pemancing. Pemancing sebelah kiri penulis juga heran melihat penulis “kamu pintar mancing juga ya dek, kok bisa tau ikan makan pancingnya, soalnya ikan emas ini kan payah memancingnya, karena cara makannya berbeda dengan ikan lain, lebih sulit”. Penulis sambil tersenyum menjawabnya “sedikit tau pak, karena dulu waktu kecil hobi memancing ikan emas juga, awalnya saya pun ragu tadi itu pancing saya dimakan atau disenggol doang sama ikannya” .

Kurang lebih lima belas menit kemudian pancing penulis dimakan ikan emas lagi, para pemancing yang lain juga heboh dan salah satu pemancing yang merupakan teman ayah penulis memberitahukan kepada ayah. Kali ini yang mengeluarkan ikan penulis bapak yang ada disebelah kiri penulis lagi, yaitu Pak Kamto namanya. Penulis semangkin merasa bersahabat dengan bapak itu, sambil memancing kami pun sambil bercerita dan sambil mewawancarainya.

(37)

dan tidak merasa lapar. Hari ini hanya membawa ikan dua ekor, di kolam harian ayah tidak mendapat ikan, dan dapat dihitung hanya beberapa orang kami yang memancing di kolam serbu mendapat ikan.

Penulis sudah merasa ketagihan, siang itu penulis merasa jenuh dirumah sekitar pukul 11:00 ibu penulis menyarankan untuk memancing sambil mencari data, tetapi penulis merasa malu karena harus pergi sendiri memancing. Ibu memberi semangat dan bilang “gak perlu malu, yang penting kita gak macam-macam lagian ini juga untuk kepentingan kuliah”. Ibu pun membuatkan penulis umpan memancing. Kali ini penulis pergi sendiri memancing, kehadiran penulis masih di anggap tabu, dan membuat para pemancing heran. Penulis ketemu satu orang yang dikenal yaitu onat, seorang pegawai kolam pancing Prin beberapa tahun yang lalu masa penulis masih SMP. Onat menjadi teman penulis saat memancing, menjadi teman ngobrol. Kebetulan penulis merasa takut karena ada seorang pemuda yang mendekati saat penulis sedang memancing, dan dia juga memesankan minuman untuk penulis, dan juga sedikit menggombal. Hal ini sangat buat penulis merasa tidak nyaman dan terganggu. Seorang pemancing di samping penulis mewawancarai penulis dan sampai pada pertanyaan “apa hubungannya jurusan antropologi dengan memancing?” Dalam hati penulis sudah timbul rasa malas untuk menjelaskannya, tetapi penulis juga merasa hal ini penting untuk diberi tahu agar tidak terjadi salah paham, atau tebak-tebakan yang pada akhirnya menimbulkan jawaban yang salah.

(38)

dan sambil ingin mewawancarai pemilik kolam. Setelah mewawancari pemilik kolam, penulis duduk sambil mengobrol dengan pemancing serbu ikan lele yang sedang makan, juga salah satu pegawai kolam pancing tersebut. Sebelumnya penulis dahulu yang mereka wawancarai, kelas berapa, dan kenapa memancing. “yah lagi-lagi saya dianggap anak SMA, oleh mereka”. Hari ini tidak membawa ikan pulang tetapi penulis membawa data.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Tarif Mancing di Kota Medan

Referensi

Dokumen terkait

---Bahwa pada hari Kamis tanggl 15 Mei 2014 sekitar pukul 09.30 Wib terdakwa datang ke rumah si JUN (DPO) di Jalan Danau Tempe 3 Kelurahan Sumber Karya Kecamatan

pengelolaan dana sesuai syariah. 9) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRISyariah secara online. 10) Gratis Asuransi jiwa dan kecelakaan. 11) Bagi hasil

Both dew amount and dew duration on the top leaves could be reasonably predicted ( r 2 = 0.8) by a physically based simulation model, although a standard error remained of about 0.03

Sehingga rumus tersebut di atas gagal untuk menentukan bilangan prima karena tidak berlaku untuk setiap n.. Karena menjadi kebanggaan pada waktu itu maka monumentalnya

Kondisi seperti ini jika berkepan- katakan rendah, lebih cenderung untuk mem- jangan akan memberi dampak negatif bagi berikan reaksi yang agresif bilamana dia diri

PT Anugerah Musi Indah Nusantara memusatkan perhatian untuk mencapai profitabilitas semaksimal mungkin bagi perusahaan dengan memperhatikan perputaran piutang yang

Silakan mengambil gambar icon yang baru dan salin ke dalam folder ini dengan nama file yang sama (hapus file icon.png yang asli). Pastikan resolusinya sama dengan gambar

Kharida, dkk, “Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan elastisitas bahan, Jurnal Pendidikan ” Jilid 5, dalam