• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Kebijakan Pembatasan Uang Muka Minimum Kredit (Down To Payment) Terhadap Permintaan Mobil Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak Kebijakan Pembatasan Uang Muka Minimum Kredit (Down To Payment) Terhadap Permintaan Mobil Di Kota Medan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan 1. Permintaan

Aktivitas ekonomi adalah aktivitas manusia dalam hal menggunakan alat-alat yang terbatas jumlahnya, guna memenuhi kebutuhannya. Permintaan akan sesuatu artikel, adalah jumlah kesatuan tertentu yang akan dibeli dengan macam-macam harga, selama jangka waktu tertentu.

Kita perlu membedakan :

a. Permintaan seorang individu akan sesuatu barang (dd); b. Permintaan total akan sesuatu barang atau (DD). D = demand

Permintaan total adalah jumlah kesatuan yang akan di beli oleh semua individu, pada pasar tertentu dengan macam- macam harga. Senantiasa ada harga tertentu, di atas mana individu menolak untuk membeli.

Determinan-determinan permintaan : i. Selera atau preferensi-preferensi konsumen; ii. Pendapatan para konsumen berupa uang;

iii. Harga benda-benda lain yang berhubungan dengannya;

(2)

v. Jumlah konsumen di pasar.

2. Teori Keynes Mengenai Permintaan Konsumsi a. Konsumsi dan Pendapatan Disposibel

Seperti dirumuskan oleh Keynes (Schaum 1993), fungsi konsumsi merupakan fungsi yang disposibel, karena direncanakan pada berbagai tingkat pendapatan disposibel. Keynes percaya bahwa skedul konsumsi yang direncanakan ini merupakan hukum psikologis yang fundamental dimana perubahan konsumsi lebih kecil dari perubahan pendapatan disposibel.

b. Teori Pendapatan Absolut

Teori Keynes menyatakan bahwa konsumsi agregat berhubungan secara langsung tetapi tidak proporsional dengan tingkat pendapatan disposibel agregat sekarang dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka panjang para pakar ekonomi mencoba menyusun kembali dengan memasukkan variabel-variabel obyektif dan subyektif ke dalam fungsinya. Tetapi penyesuaian fungsi-fungsi jangka pendek dan jangka panjang ini di nilai tidak memuaskan, karena hubungan proporsional konsumsi jangka panjang dengan pendapatan disposibel tidak dijelaskan secara teoritis tetapi sebagai suatu gejala kebetulan.

c. Teori Pendapatan Relatif

(3)

proporsional dan tidak proporsional antara konsumsi agregat dan pendapatan disposibel agregat. Dalam menyajikan teorinya, mula-mula hipotesa tentang perilaku individu, kemudian dengan menggunakan asumsi-asumsi umum mengenai konsumsi agregat.

Menurut pandangan Dusenberry (Diulio, 1993 : 61), keputusan konsumsi dan tabungan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana seseorang hidup. Jadi seseorang dengan pendapatan tertentu berkonsumsi lebih banyak bila dia hidup di lingkungan orang kaya daripada dia hidup di lingkungan yang lebih miskin. Perilaku konsumsi di dalam suatu lingkungan relatif terhadap pola konsumsi tetangganya, yaitu dia menggunakan uang agar dapat memelihara suatu status ekonomi tertentu di dalam lingkungannya. Jika distribusi pendapatan relatif konstan, mungkin sekali APC seseorang konstan karena konsumsi mempunyai hubungan dengan pendapatannya yang relatif di dalam suatu masyarakat dan tidak dihubungkan dengan tingkat pendapatan absolut. Karena itu secara agregat, kita mengharapkan suatu hubungan proporsional antara konsumsi agregat dengan pendapatan disposibel agregat.

2.1.2 Perusahaan Pembiayaan

(4)

yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan perusahaan pembiayaan merupakan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Dalam pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha dari perusahaan pembiayaan antara lain: sewa guna usaha; anjak piutang; usaha kartu kredit; dan/atau pembiayaan konsumen.

Leasing (sewa-guna-usaha) adalah seti

dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

(5)

dalam suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.

D Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP-122/MK/IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan pe kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit.

Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan. Leasing sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam kegiatan yang dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai suatu lembaga keuangan non bank.

(6)

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama”.

Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang berkepentingan, yaitu :

1. Lessee

pihak perusahaan leasing.

2. Lessor

Pemilik dari aktiva yang akan di lease, atau pihak yang menyewakan barang dan dapat terdiri dari beberapa perusahaan. Lessor merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. 3. Supplier

Perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembiayaan secara tunai oleh lessor.

4. Bank

Secara tidak langsung bank terlibat dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

5. Asuransi

(7)

2.1.3 Macam-macam Leasing

Secara garis besar leasing dibagi dua jenis: 1. Finansial Lease

Ciri utama pada financial lease ini ialah pada akhir kontrak lessee mempunyai hak pilih (hak opsi) untuk membeli barang modal sesuai dengan nilai sisa yang disepakati, atau mengembalikannya kepada lessor, atau memperpanjang masa kontrak sesuai syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembag barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut. Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

2. Operating Lease

(8)

diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.

2.1.4 Resiko di Dalam Perusahaan Pembiayaan

Secara umum, berbagai risiko yang mempengaruhi kinerja perusahaan

pembiayaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut Risiko Mikro dan Risiko Makro.

Berikut penjelasan risiko-risiko tersebut.

1. RISIKO EKONOMI MIKRO

a. Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan muncul ketika konsumen atau debitur mengalami

kesulitan dalam membayar angsuran tepat pada waktunya. Risiko ini dapat meningkat

saat jumlah pinjaman semakin bertambah. Pemantauan intensif terhadap saldo pokok

pinjaman merupakan hal yang kritis dalam upaya menghindari risiko pembiayaan

Risiko pembiayaan ini akan selalu menjadi sebuah faktor dalam pertumbuhan bisnis

maka mengelola dan meminimalisasi risiko tetap harus menjadi fokus utama

perusahaan.

b. Risiko Pendanaan

Risiko pendanaan akan muncul saat perusahaan menemui kesulitan dalam

mendapatkan sumber dana, baik dalam bentuk pinjaman maupun pendanaan bersama.

(9)

membatasi kemampuan untuk menawarkan fasilitas pembiayaan kepada konsumen.

Risiko dapat juga berupa ketidaksesuaian atas jangka waktu sumber dana dengan

jangka waktu pembiayaan maupun tingkat bunga yang diperoleh dengan tingkat

bunga yang ditetapkan kepada konsumen yang berakibat pada tidak sesuainya arus

kas hingga mempengaruhi perkembangan perusahaan.

c. Risiko Persaingan

Setelah krisis ekonomi di Indonesia yang tak terduga pada tahun 1998,

sejumlah perusahaan pembiayaan terperangkap dengan lonjakan suku bunga tetap. Ini

sangat bermasalah untuk mereka yang memfokuskan pada factoring & leasing serta

produsen alat-alat berat. Sejak itu, perusahaan pembiayaan mulai beralih, menyusun

strategi untuk sektor pembiayaan konsumen. Akhirnya, pada tahun 2001, pembiayaan

konsumen adalah satu – satunya sektor yang terus berkembang dalam bidang

pembiayaan -bermula dari pembiayaan sepeda motor dan mobil. Bisnis tersebut terus

berkembang hingga sekarang, dan telah manjadi bagian penting dari perkembangan

bidang pembiayaan di Indonesia. Aspek yang lain dari kegiatan ekspansi pembiayaan

konsumen adalah setiap perusahaan pembiayaan di Indonesia menghadapi persaingan

yang semakin tajam.

d. Risiko Operasional

Risiko operasional berhubungan dengan kontrol dan prosedur. Jika ditambah

(10)

mengakibatkan efek negatif pada mutu layanan dan pengontrolan operasional. Jika

kesalahan tersebut tidak terdeteksi atau tidak diperbaiki dalam jangka waktu yang

lama, quality control dan layanan bagi konsumen akan menderita -begitu juga dengan

keuntungan dan reputasi Perusahaan.

2. RISIKO MAKRO EKONOMI

a. Risiko Perekonomian

Berbagai risiko ekonomi mempunyai hubungan erat dengan kondisi umum

perekonomian nasional, perubahan tak terduga seperti penurunan tingkat

pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi, tingkat suku bunga yang sangat tinggi,

fluktuasi mata uang atau bahkan harga energi yang tinggi. Semua faktor yang seperti

tidak mempunyai hubungan satu sama lain ini dapat memberi efek negatif bagi

kinerja Perusahaan.

b. Risiko Sosial dan Keamanan

Perkembangan sosial yang negatif di Indonesia (seperti huru-hara dan

kerusuhan sosial yang lain) mempunyai pengaruh negatif untuk bisnis. Untuk itu,

perkembangan bisnis strategis atau peningkatan jumlah cabang harus dipelajari

(11)

c. Risiko Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal

Kebijaksanaan moneter dan fiskal dapat mempengaruhi operasional

Perusahaan Dalam era keuangan yang ketat, Perusahaan harus dapat mengimbangi

efek kebijaksanaan tersebut dengan mencari sumber dana alternatif, seperti pasar

modal atau sumber dana luar negeri. Sumber dana yang lancar akan memberi

pengaruh jangka panjang yang baik untuk sebuah pemimpin pasar. Dalam waktu

yang sama, seluruh peningkatan suku bunga harus bisa diimbangi dengan strategi

pendanaan yang terpadu; pendek kata, Perusahaan harus terus menerus mencari

strategi pendanaan yang kreatif dan menghasilkan.

2.1.5 Kredit

1. Pengertian Kredit

Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam

bahasa Latin kredit berarti “credere” artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si

pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang

disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima

kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk

membayar sesuai jangka waktu.

Dalam melaksanakan penjualan kepada konsumen dapat dilakukan dengan

dua cara, yakini dengan cara tunai maupun dengan cara kredit. Penjualan secara tunai

akan menimbulkan pendapatan secara langsung bagi perusahaan sedangkan penjualan

(12)

Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan puhak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga,

sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Ada beberapa pengertian kredit, di antara menurut Ikatan Akuntan Indonesia

(2002 : 31,4) merumuskan kredit adalah peminjaman atau tagihan yang dapat

diperssamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi hutagnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau

pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian tersebut piutang dapat dipersamakan

dengan kredit. Dari rumusan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan kredit

terjadi suatu penyerahan barang, uang, atau tagihan yang menimbulkan tagihan

tersebut kepada pihak lain dengan harapan pihak yang memberi pinjaman mendapata

tambahan nilai dari pokok pinjaman yang berupa bunga sebagai pendapatan.

Penjualan kredit sering dilakukan oleh perusahaan namun melalui proses

seleksi. Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan dimana seseorang /

perusahaan akan memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa besar kredit

(13)

a. Untuk meningkatkan penjualan.

b. Untuk menarik daya beli konsumen.

c. Dengan meningkatnya penjualan baik secara kredir maupun tunai maka

diharapkan keuntungan akan meningkat.

d. Dengan adanya hubungan hutag piutang, maka hubungan perusahaan dengan

pelanggan akan semakin erat.

Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah

benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit.

Analisis kredit mencakup latar belakag nasabah atau perusahaan, prospek usahanya,

jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar

bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.

Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan

bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga

kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam

menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet.

Namun, faktor analisis ini bukanlah penyebab utama kredit macet walaupun sebagian

besar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya

mungkin disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindarkan oleh

(14)

Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang

dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam. Dikatakan beragam karena

dilihat terlebih dahuli penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu, maka tindakan

membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang

jangka waktunya. Namun, jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali,

maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh

nasabah.

2. Unsur -Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

adalah sebagai berikut.

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa

uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa

datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan

penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian

dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon

kredit.

b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur

(15)

dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak

dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini

mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut

bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

d. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko

tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kedit semakin besar

risikonya demikan pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko

yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang

kita kenal denagn nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi

kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan

(16)

3. Tujuan Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian kredit adalah sebagai berikut.

a. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).

a. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas uasahanya.

b. Membantu pemerintah

(17)

4. Jenis-Jenis Kredit

Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam prakteknya kredit yang ada pada masyarakat terdiri dari beberapa jenis. Begitu juga dengan pemberian fasilitas kredit kepada masyarakat. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut.

a. Dilihat dari segi kegunaan (1) Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi. Masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

(2) Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

b. Dilihat dari segi tujuan kredit (1) Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk mengahasilkan barang dan jasa.

(18)

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsikan secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan oleh seseorang atau badan usaha.

(3) Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.

c. Dilihat dari segi jangka waktu (1) Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. (2) Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi.

(3) Kredit jangka panjang

(19)

d. Dilihat dari segi jaminan (1) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

(2) Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tapa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur atau pemberian kredit adalah langkah yang harus dilalui oleh suatu permohonan kredit mulai dari permohonan diajukan sampai dengan kredit itu direalisasikan hingga kredit lunas. Secara umum ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam prosedur pemberian kredit.

a. Tahapan permohonan

Yaitu tahapan dimana pemberi kredit menerima permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah beserta dengan proyek proposalnya (bila ada).

b. Tahapan penilaian analisis

(20)

c. Tahapan pemutusan

Tahapan dimana pihak pemberi kredit memberikan keputusan terhadap hasil analisa permohonan kredit, apakah disetujui atau tidak.

d. Tahapan pengikatan jaminan

Yaitu tahapan dimana dilakukan pengikatan jaminan yang diserahkan oleh calon nasabah kepada puhak pemberi kredit.

e. Tahap realisasi

Yaitu tahap dimana pemberi kredit memberikan prestasi kepada debitur berupa jaminan.

f. Tahap pengawasan dan pembinaan nasabah

Yaitu tahap dimana pihak pemberi kredit harus secara lebih aktif melakukan pengawasan dan pembinaa terhadap nasabah, agar kredit yang diberikan tidak disalahgunakan.

g. Tahap penyelamatan atau penyelesaian kredit

Yaitu tahap dimana pemberi kredit melakukan penyelamatan penyelesaian atas kredit yang diterima nasabahnya.

2.1.6 Kredit Kendaraan Bermotor

(21)

dihasilkan, karena memang ditujukan untuk digunakan oleh seseorang atau badan usaha. Kredit konsumtif ini ditujukan untuk memperlancar jalannya proses konsumtif, dalam artian uang kredit akan habis digunakan atau semua akan terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.

Salah satu kredit dalam jenis kedit konsumtif yang paling banyak diminati adalah kredit kendaraan bermotor, yang merupakan salah satu kredit yang diberikan berdasarkan penentuan besaran kredit yang diajukan.Besarnya jumlah kredit yang dibutuhkan ditentukan oleh :

1. Bagian dari pendapatan tetap yang akan disisihkan untuk pembayaran angsuran dan bunga kredit setiap bulannya.

2. Nilai dari rumah, kendaraan, alat-alat rumah tangga dan lainnya yang akan dibeli atau dibutuhkan

Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, yaitu diantaranya bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis, memberikan kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian, memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit (legal lending kredit), bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham,dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham.

(22)

telah diperjanjikan. Pada kenyataannya di dalam praktik selalu ada sebagian nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka akan tergambar perjalanan kredit menjadi terhenti atau macet. Penyebab lainnya juga bisa disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pihak bank sendiri yakni perilaku pengelola dan pemilik bank yang cenderung mengeksploitas, mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam berusaha menjadi salah satu penyebab sistem perbankan keropos juga karena lemahnya pengawasan dari Bank Indonesia.

Penanganan atas KKB bermasalah dapat dilakukan secara sistemtris dengan menindaklanjuti peringatan dini, yang diperoleh dari pengamatan secara langsung terhadap nasabah. Kejadian-kejadian atau gejala-gejala yang diperoleh secara langsung dari nasabah patut diidentifikasi dan diwaspadai dengan menentukan langkah yang tepat dan segera harus diambil untuk melakukan perbaikan sebelum KKB menjadi bermasalah dan berkembang semakin memburuk. Dalam pelaksanaan angsuran oleh nasabah terdapat tanda-tanda atau kejadian yang dapat dikategorikan sebagai gejala dini KKB bermasalah, yaitu:

a. Angsuran tidak tepat waktu.

b. Jumlah angsuran tidak sesuai dengan jumlah kewajiban.

c. Sulit ditemui atau sering menghindar.

(23)

e. Adanya pengurangan hari atau jam kerja.

f. Adanya pemutusan hubungan kerja atau program pensiun dipercepat.

Dari beberapa gejala dini yang telah disebutkan di atas, ada beberapa gejala yang menyebabkan kredit bermasalah pada KKB,antara lain :

(1) Nasabah dipecat, hal ini menyebabkan nasabah tidak dapat lagi menjalankan kewajibannya sebab gaji yang menjadi agunan pokok dari kredit ini sudah tidak ada lagi.

(2) Perusahaan atau instansi tempat dimana nasabah bekerja bangkrut atau tutup, hal ini menyebabkan nasabah tidak dapat bekerja lagi sehingga untuk memenuhi kewajibannya cukup sulit untuk dilakukan.

(3) Banyaknya pinjaman lain, apabila nasabah juga mempunyai banyak pinjaman lain maka kemungkinan jumlah angsuran akan berkurang atau tidak dibayarkan. (4) Menurunnya hasil usaha debitur, seperti misalnya pada nasabah professional yaitu

berkurangnya jumlah pasien/klien sehingga sumber untuk melakukan angsuran berkurang.

(5) Pengalihan tujuan penggunaan kredit.

Dalam setiap perjanjian kredit bank selalu dicantumkan tujuan penggunaan kredit tersebut, tetapi berdasarkan data di lapangan diperoleh data bahwa nasabah seringkali mengalihfugsikan kendaraan bermotor yang menjadi objek kredit untuk keperluan usaha, misalnya yaitu menyewakan kepada orang lain.

(24)

(7) Nasabah meninggal dunia.

Penyelesaian melalui jalur hukum, dilakukan apabila upaya restrukturisasi atau penyelesaian secara damai sudah diupayakan secara maksimal dan belum memberikan hasil atau debitur tidak menunjukkan itikad baik. Sebagai pihak yang menghadapi masalah, pihak bank setidaknya mempertimbangkan lembaga penyelesaian sengketa mana yang dipandang secara efektif dan efisien dengan yang memuaskan, antara lain :

1. Penyelesaian melalui Pengadilan Negeri, dapat dilakukan dengan memberikan somasi atau peringatan yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dan dengan mengajukan gugatan secara perdata kepengadilan negeri.

2. Penyelesaian melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).

3. Lembaga lelang negara.

Adanya melalui lembaga lelang ini dikarenakan pada setiap KKB-BRI bermasalah yang dalam penyelesaian secara damai tidak membuahkan hasil, maka kendaraan yang menjadi objek kredit ditarik dari kepemilikan nasabah untuk selanjutnya dilelang melalui lembaga yang sah.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie

Kurnia menyebutkan kekuatan daya beli masyarakat dan laju pertumbuhan industri

otomotif menjadi mesin pendorong industri pembiayaan. Penyaluran pembiayaan

naik 20 persen sampai dengan akhir tahun 2010. Tahun 2011, industri pembiayaan

(25)

penyaluran dana tidak bisa dihindarkan. Ini yang harus diantisipasi oleh perusahaan

pembiayaan.

2.1.7 Penelitian Terdahulu

1. Jeanne Ananti Sutanto (2012) dengan judul: Analisis Dampak Rencana Regulasi Loan To Value (LTV) pada Kredit Konsumsi di Indonesia. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis dampak LTVR pada kredit konsumen, baik keuntungan dan kerugian dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data menggunakan studi dokumen dengan teknik analisis data melalui tahap pengumpulan informasi, reduksi, presentasi dan kesimpulan gambar. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa skema regulasi LTV pengetatan oleh bank sentral akan memiliki dampak yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak menguntungkan adalah meningkatnya kualitas kredit dan transisi diharapkan untuk kredit produktif sehingga dapat menumbuhkan perekonomian. Dampak negatif terutama dalam industri otomotif adalah penurunan ditakuti dalam penjualan mobil yang menurunkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

(26)
(27)

2.2 Kerangka Konseptual

Perusahaan Pembiayaan

Kredit Kendaraan Bermotor

Permintaan Mobil

Peningkatan sifat konsumtif masyarakat

Kenaikan Volume Permintaan Mobil

Kebijakan Down Payment

Pengaruh Kebijakan minimum Down to Payment terhadap permintaan mobil di Kota Medan

• Perkembangan permintaan mobil sebelum dan sesudah Kebijakan minimum Down to Payment di Kota Medan Dampak kebijakan minimum Down to Payment

(28)

2.3 Hipotesis

Hipotesa merupakan suatu dugaan sementara terhadap suatu permasalahan yang ada. Hal ini menjadi suatu kesimpulan sementara yang harus di uji kebenarannya.

Adapun yang menjadi hipotesa dalam skripsi ini adalah :

1. Kebijakan minimum Down to Payment berpengaruh positif terhadap permintaan mobil di kota Medan.

Referensi

Dokumen terkait

3. Thus, we can embed a one-dimensional map with the slope larger than unity, and the generated map can pro- duce chaotic orbits. However, the initial condition with a

1.. Universitas Negeri Semarang. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1) karakter rasa ingin tahu siswa (afektif) dalam pembelajaran menggunakan

untuk datang ke Jual Wallpaper Murah Di Tangerang adalah mencari toko yang mempunyai pengalaman interior rumah serta pemasangan bahan tersebut karena ini untuk menekan anggaran

Tahapan penentuan model komunikasi tersebut disusun dengan rancangan (1) pola identifikasi unsaur-unsur pokok sumber materi dramatik, (2) penyusunan pola

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan adanya kerja keras, ketekunan, dan ketelitian, serta dorongan semangat dan bantuan dari semua pihak baik secara materiil

( soft skills ) dan manusia dengan memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak ( hard skills ) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi

[r]

Seseorang yang mempunyai sikap kepemimpinan mereka akan bertanggung jawab terhadap perannya sebagai siswa atau sebagai seeorang yang diberi tanggung jawab untuk