• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

mendukung keberlangsungan perusahaan, terutama perusahaan yang telah go

public. Seiring dengan pesatnya perkembangan perusahaan-perusahan go

public, semakin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang

menjadi sumber informasi bagi para investor yang berguna sebagai dasar

memprediksi dan pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada perusahaan.

Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan go public ditandai dengan

semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sebagai perusahaan yang go public. Melalui data yang diperoleh pada periode

Oktober 2015, perusahaan yang tercatat di BEI berjumlah 517 perusahaan. Hal

ini mengalami peningkatan dari periode yang sebelumnya pada Desember 2012

perusahaan yang terdaftar berjumlah 460 perusahaan. Dengan menjadi

perusahaan publik (go public), banyak sekali manfaat yang diperoleh

perusahaan, diantaranya: (1) memperoleh sumber pendanaan baru; (2)

memberikan keunggulan kompetitif (competitif advantage) untuk

pengembangan usaha; (3) melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain

dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru; (4) peningkatan

kemampuan going concern; (5) meningkatkan citra perusahaan (company

(2)

Perusahaan-2 Universitas Sumatera Utara

perusahaan tersebut diwajibkan melaporkan laporan keuangan menurut Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) dan telah diaudit oleh akuntan publik yang

terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(BAPEPAM-LK). BAPEPAM-LK adalah sebuah lembaga yang memberikan

pengawasan terhadap pasar modal dan lembaga keuangan. Dalam peraturan

BAPEPAM Nomor: X.K.2 disebutkan bahwa laporan keuangan yang harus

disampaikan kepada BAPEPAM terdiri dari: (1) laporan posisi keuangan; (2)

laporan laba rugi; (3) laporan perubahan ekuitas; (4) laporan arus kas; (5)

laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai

dengan jenis industrinya; (6) catatan atas laporan keuangan.

Regulasi ketepatan waktu pelaporan keuangan pada tahun 1996,

BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan ketua BAPEPAM Nomor.Kep

80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk

menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor

independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan

keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.

Namun, sejak tanggal 30 September 2003 BAPEPAM semakin memperketat

peraturannya dengan dikeluarkannya lampiran surat keputusan ketua

BAPEPAM Nomor. Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan

keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus

disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga

(3)

perusahaan-3 Universitas Sumatera Utara

perusahaan yang terlambat menyampaikan pelaporan keuangan adalah pada

tanggal 7 Oktober 2005 BAPEPAM menjatuhkan denda masing-masing 150

juta rupiah kepada empat perusahaan (emiten) tercatat terlambat menyerahkan

laporan keuangan. Keempat perusahaan yang mendapat sanksi tersebut adalah

sebagai berikut: (1) PT.Great River International Tbk., (2) PT.Polysindo Eka

Perkasa Tbk., (3) PT.Texmaco Jaya Tbk., dan (4) PT.Kasogi International Tbk.

Regulasi ini diharapkan dapat membuat perusahaan untuk dapat menerbitkan

laporan keuangan tepat waktu. Namun kenyataannya, masih banyak

perusahaan yang terlambat menerbitkan laporan keuangan. Hal ini

membuktikan bahwa regulasi bukanlah satu-satunya faktor yang dapat

mempengaruhi lamanya rentang waktu penerbitan suatu laporan keuangan.

Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi ketepatan waktu suatu perusahaan publik dalam

mengumumkan laporan keuangan kepada publik adalah lamanya jangka waktu

penyelesaian audit atas laporan keuangan akuntan karena laporan keuangan

harus memperoleh opini audit terlebih dahulu sebelum dapat dipublikasikan

(Bangun et al., 2012).

BAPEPAM sejak 12 Desember 2012 sudah beralih namanya menjadi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai fungsi pengawasan pasar modal.

Fenomena yang terjadi adalah bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih saja

menemukan beberapa keterlambatan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh

(4)

4 Universitas Sumatera Utara

13 Agustus 2013 OJK telah menangani 30 kasus yang menimpa perusahaan

publik atau emiten yang terdaftar di bursa efek.

Ketepatan waktu (timeliness) laporan keuangan merupakan salah satu

karakteristik kualitatif dari pelaporan keuangan karena menentukan nilai

relevan suatu informasi dan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh

pemakai (users) dan penerima (beneficiaries) laporan keuangan. Informasi

laporan keuangan bagaimanapun, wajib tersedia dalam periode jangka pendek

suatu waktu. Begitu sebaliknya, laporan keuangan akan kehilangan nilai

ekonominya (Al-Ajmi, 2008).

Ketepatan waktu pelaporan keuangan meningkatkan kegunaan informasi

atau sebaliknya menurunkan nilai ekonomi informasi laporan keuangan. Hal ini

serupa dengan pengakuan yang dibuat oleh American Accounting Association

(AAA., 1955 & 1957), the Accounting Principles Board (1970), dan the

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) (1973). Selain itu,

adanya audit report lagARL juga membuat para shareholder untuk

membatalkan transaksi atas saham-saham (Ng & Tai, 1994) dalam (Apadore &

Mohd-Noor, 2013). Sehingga, ARL menimbulkan efek negatif terhadap

perusahaan. Agar ARLberkurang, informasi akuntansi yang disajikan haruslah

tepat pada waktunya (timely) dan dapat dihandalkan (reliable). Kedua unsur ini

sangat diperlukan sebagai katalisator untuk menciptakan kepercayaan diantara

para investor (Apadore & Mohd Nor, 2013).

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2012) jika terdapat penundaan

(5)

5 Universitas Sumatera Utara

dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Hal ini menjelaskan pentingnya

relevansi yang tidak mungkin didapatkan tanpa adanya ketepatan waktu. Akan

tetapi, ketepatan waktu merupakan salah satu faktor yang tidak dapat

dipisahkan dengan ARL. Audit report lag ARL merupakan jangka waktu

penyelesaian audit yang dihitung dari akhir tahun fiskal sampai dengan tanggal

laporan hasil audit (Li et al., 2014). Oleh karena itu, auditor harus dapat

mengestimasi waktu penyelesaian audit untuk dapat mempublikasikan secara

tepat waktu. Ahmad & Kamarudin (2002) menyatakan bahwa :

“Audit report lag is the length of time from a company’s fiscal year-end to the date of auditor’s report”

ARL di beberapa penelitian juga dikenal dengan istilah audit delay (Raja

Adzrin & Khairul Kamruddin, 2009) dalam Ammirul & Salleh (2014) dan

Afify (2009).

Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah konvergensi IFRS

(International Financial Reporting Standards) terhadap ARL. Konvergensi

IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global, serta

mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi

keuangan. Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada

Desember 2007. Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap dan

ditargetkan selesai pada pada tahun 2012 (BAPEPAM-LK., 2010). Pemerintah

Indonesia sangat mendukung program konvergensi PSAK ke IFRS. Hal ini

sejalan dengan kesepakatan antar negara-negara yang tergabung dalam G-20

yang salah satunya adalah untuk menciptakan satu set standar akuntansi yang

(6)

6 Universitas Sumatera Utara

Program konvergensi PSAK ke IFRS juga merupakan salah satu

rekomendasi dalam Report on the Observance of Standards and Codes on

Accounting and Auditing yang disusun oleh assessor World Bank yang telah

dilaksanakan sebagai bagian dari Financial Sector Assessment Program /

FSASP (BAPEPAM-LK., 2010).

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis pengaruh IFRS terhadap

jangka waktu penyelesaian audit. Penelitian Margaretta & Soepriyanto (2012)

yang membuktikan bahwa penerapan IFRS tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Penelitian ini

didukung oleh Haryani & Wiratmaja (2014). Hal ini dikarenakan perusahaan

yang menerapkan IFRS, maka cenderung berpengaruh terhadap semakin

tingginya tingkat keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan serta

auditor pada perusahaan tersebut akan melakukan prosedur-prosedur audit

yang sama atas laporan keuangan baik yang belum maupun yang telah

menerapkan IFRS. Berbeda dengan Walker & Hay (2013), Habib & Bhuiyan

(2011) dalam Amirul & Salleh (2014), Sari (2012), serta Yaacob &

Che-Ahmad (2012) berhasil membuktikan bahwa IFRS berpengaruh signifikan pada

keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Hasil ini disebabkan karena

kurangnya persiapan auditor dalam melakukan audit pada perusahaan yang

menerapkan IFRS. Laporan keuangan yang semakin kompleks setelah adanya

konvergensi IFRS, membuat auditor harus melakukan penyesuaian atau

(7)

7 Universitas Sumatera Utara

waktu yang cukup lama dalam melakukan proses audit terhadap laporan

keuangan.

Probabilitas kebangkrutan diduga merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan keterlambatan proses penyampaian laporan keuangan dimana

ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, ini mengindikasikan

perusahaan tersebut kemungkinan akan mengalami kebangkrutan. Sehingga

auditor memerlukan waktu yang lebih banyak lagi untuk mengetahui apa yang

terjadi di perusahaan tersebut dan auditor memerlukan lebih banyak data untuk

dapat menghasilkan opini sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya

(Setyahadi, 2012).

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Lai &

MC.Cheuk (2005) yang meneliti dampak rotasi partner dan rotasi KAP pada

ARL perusahaan-perusahaan di Australia dan juga penelitian yang dilakukan

oleh Walker & Hay (2008) yang meneliti dampak jasa non-audit pada audit

delay di perusahaan-perusahaan New Zealand, dengan menggunakan model

prediksi Zmijewski. Dengan mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya,

membantu auditor dan manajemen dalam membuat keputusan audit maupun

keputusan strategis menyangkut keberlangsungan perusahaan (Setyahadi,

2012).

Permasalahan good corporate governance (GCG) menambah daya tarik

perhatian komunitas dunia setelah krisis besar, seperti krisis Wall Street crash

di Amerika Serikat pada tahun 1929, krisis perbankan di Inggris Raya tahun

(8)

8 Universitas Sumatera Utara

Tyco International, London & Commonwealth, Poly Peck, Xerox, dan

Maxwell diakhir tahun 2001. Kebangkrutan yang dialami perusahaan publik

tersebut karena kegagalan strategi maupun praktik curang dari manajemen

puncak yang tidak terdeteksi dan telah berlangsung lama karena sangat

lemahnya pengawasan independen oleh corporate boards. Di Indonesia

sendiri, permasalahan GCG mulai muncul sejak peristiwa krisis pada akhir

tahun 1997. Krisis tersebut bermula di Thailand, Philipina, Indonesia,

Malaysia, dan Korea Selatan (Kingsley, 2004). Menurut Baird (2000) dalam

Aryanti (2012), mengungkapkan bahwa salah satu akar penyebab krisis

ekonomi di Indonesia adalah buruknya tata kelola perusahaan (corporate

governance) pada sebagian besar perusahaan BUMN dan perusahaan swasta.

Buruknya sistem tata kelola perusahaan (corporate governance), maka

membuat para investor kehilangan kepercayaan karena investasi mereka tidak

aman. Hal ini berimbas dengan ditariknya investasi yang telah ditanam, yang

mana para calon investor juga tidak ingin untuk berinvestasi. Pascakrisis

ekonomi yang ditandai dengan ditandatanganinya Letter of Intent (LOI) antara

pemerintah Indonesia dengan lembaga donor (IMF) yang mensyaratkan

perbaikan sistem governance dengan dikeluarkannya perangkat-perangkat

governance publik maupun korporasi. Hal ini semakin dipertegas dengan

ditetapkannya TAP MPR No. VII tahun 2001 tentang visi Indonesia masa

depan dalam Bab IV ayat 9 butir a, yaitu terwujudnya penyelenggaraan negara

yang profesional, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas, dan bebas KKN.

(9)

9 Universitas Sumatera Utara

telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut berasal dari dalam

maupun luar negeri. Penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate

governance terhadap ARL di luar negeri antara lain dilakukan di Tiongkok (Li

et al, 2014; Kikhia, 2014), Malaysia (Apadore & Noor, 2013; Mohamad-Nor,

2010; Shukeri & Islam, 2012; Shukeri & Nelson, 2015), Nigeria (Ilaboya &

Christian, 2014; Appah dan Emeh, 2013; Ibadin et al, 2012), Australia (Lai &

Cheuk, 2005), Amerika Serikat (Lee et al, 2009; Schmidth & Wilkins, 2013).

Di Indonesia, berbagai penelitian mengenai mekanisme corporate

governance juga telah ditemukan. Diantaranya, oleh Margaretta & Soepriyanto

(2012); Swami & Latrini (2013); Wardhani & Raharja (2013); Haryani &

Wiratmaja (2014); Widosari & Rahardja (2012). Beberapa penelitian tersebut,

merupakan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Dalam prinsip good corporate governance (GCG)

menyebutkan bahwa dewan komisaris harus memiliki sejumlah dewan yang

tidak terlibat (independen) di dalam manajemen yang membuat keputusan

secara independen. Keberadaan komisaris independen ini dapat menunjukkan

karakteristik independensi dari dewan komisaris. Dewan komisaris dipilih dan

diawasi langsung oleh para pemegang saham. Mekanisme corporate

governance dalam penelitian ini diproksikan dengan keberadaan dewan

komisaris yang independen. Menurut Juniarti & Agnes (2009) dalam Swami &

Latrini (2013), komisaris independen adalah anggota dewan komisaris dari luar

perusahaan dan tidak terafiliasi dengan dewan manajemen, dewan direksi

(10)

10 Universitas Sumatera Utara

Perusahaan tentunya menginginkan auditor memberikan opini wajar

tanpa pengecualian terhadap laporan keuangannya. Begitu juga dengan

manajemen klien tidak menginginkan jenis opini selain opini tersebut karena

kurang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Hal ini karena dapat

mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan manajer tidak akan

menerima kompensasi (Chow & Rice, 1982) dalam (Bangun et al., 2012).

Sama seperti perusahaan, auditor juga menginginkan memberi pendapat

unqualified opinion atas laporan keuangan (Willingham & Charmichael, 1997

dalam Bangun et al., 2012). Seiring bertambah banyak dan berkembangnya

jumlah KAP, membuat persaingan sesama KAP semakin tinggi pula karena

setiap KAP tersebut ingin tetap eksis dan memiliki reputasi baik dalam

melaksanakan tugas pengauditan.

Peristiwa pergantian auditor berawal dari Adanya skandal Arthur

Andersen LLP di tahun 2002, setidaknya membuat 6.543 perusahaan telah

mengganti auditornya. Sehingga menjadi cikal bakal dilahirkannya The

Sarbanes Oxley Act (SOX) tahun 2002. Salah satu hal unik dari pergantian

auditor ini adalah meningkatnya jumlah perusahaan publik yang melakukan

penggantian ke perusahaan audit yang lebih kecil (Grothe & Weirich, 2007).

Di Indonesia, menerapkan peraturan bahwasanya perusahaan wajib

melakukan rotasi KAP maupun rotasi auditor. Peraturan ini diatur dalam

Keputusan Menteri Keuangan No. 43/KMK/.01/1997. Peraturan ini

disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya peraturan Menteri Keuangan

(11)

11 Universitas Sumatera Utara

Menteri Keuangan No.359/KMK.06/2003. Salah satu isi perundangan itu

adalah KAP memberikan jasa audit paling lama 5 (lima) tahun buku

berturut-turut dan akuntan publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berberturut-turut-berturut-turut.

Penyempuraan untuk terakhir kalinya dikeluarkan oleh Peraturan Menteri

Keuangan No.17/PMK.01/2008 dimana KAP memberikan jasa audit terhadap

perusahaan paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan akuntan publik

paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (pasal 3 ayat 1).

Faktor terakhir yang diteliti penulis dalam penelitian ini adalah tenure

audit. Tenure audit dapat mempengaruhi independensi auditor. Jumlah tahun

pemberian jasa audit ataupun waktu penugasan audit oleh Kantor Akuntan

Publik (KAP) atau seorang akuntan publik pada perusahaan disebut tenure

KAP. Terdapat banyak penelitian yang terkait mengenai tenure KAP, terutama

yang berkaitan dengan ARL. Carcello & Naggy (2004) dalam Lee & Jahng

(2008) menemukan insiden kecurangan tertinggi atas pelaporan keuangan

dalam masa tahun awal hubungan auditor dan klien (auditor-client

relationship). Kesimpulan ini didukung dengan dugaan bahwa auditor

memperoleh pemahaman yang lebih lengkap dan penuh terhadap operasi klien

sebagai peningkatan pemberian jasa audit (audit tenure) atas klien (Lee &

Jahng, 2008). Auditor yang masih baru akan memerlukan waktu cukup lama

dalam mempelajari operasi klien mereka, risiko, kontrol internal, dan working

paper periode terdahulu serta sistem akuntansi pada tahun-tahun awal masa

(12)

12 Universitas Sumatera Utara

perikatan auditor, oleh karena itu efisiensi audit diperkirakan meningkat pula

sehingga menghasilkan ARL yang lebih pendek.

Berdasarkan uraian latar belakang dan tidak adanya konsistensi

(incosistent) yang telah dijabarkan diatas, membuat penulis tertarik untuk

meneliti kembali mengenai audit report lag ARL. Perbedaan penelitian ini

dengan berbagai penelitian terdahulu adalah adanya penambahan komite audit

sebagai variabel pemoderasi antara variabel independen dan variabel terikat.

Masih sangat jarang sekali penelitian yang menambahkan komite audit sebagai

variabel pemoderasi dalam penelitian terhadap ARL. Adapun Tujuan penelitian

ini adalah untuk melihat apakah keberadaan komite audit mempengaruhi

(moderating) hubungan antara kedua jenis variabel tersebut. Sampai saat ini,

penulis belum menemukan adanya penelitian serupa yang diterbitkan atau

dipublikasikan secara umum sebelumnya, sehingga membuat penulis tertarik

sekaligus termotivasi untuk menguji penelitian ini.

Penulis meneliti data dari annual report perusahaan sektor pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011. Perusahaan

sektor pertambangan dipilih karena berbagai kasus manipulasi data akuntansi

yag dilakukan beberapa perusahaan pertambangan di Indonesia. Perusahaan

pertambangan termasuk perusahaan yang memiliki ciri khusus dan berbeda

dari perusahaan sektor lainnya, sehingga menuntut Kantor Akuntan Publik

(KAP) memiliki kompetensi yang tinggi. Di era globalisasi ini, sektor

(13)

13 Universitas Sumatera Utara

investor. Fenomena ini tidak mengherankan karena perusahaan sektor

pertambangan memiliki keunggulan yang kompetitif di pasar global.

Pergerakan saham-saham perusahaan sektor pertambangan memberikan

kontribusi cukup besar bagi perubahan posisi Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). Pemilihan periode 2009-2011 disebabkan pada tahun tersebut

Indonesia masih dalam tahap konvergensi IFRS yang dimulai pada tahun 2008

dan selesai pada tahun 2012.

Peneliti membuat penulisan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan.

Adapun topik yang menjadi penelitian yaitu mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi audit report lag ARL yang mana mekanisme corporate

governance diproksikan dengan keberadaan dewan komisaris independen.

Penelitian tersebut berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit

Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi

pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka penulis menyajikan garis besar permasalahan agar

penyusunan skripsi lebih fokus dan terarah, yang akan dibahas dalam rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah Konvergensi IFRS, Probabilitas Kebangkrutan, Komisaris

Independen, Auditor Switching, dan Tenure Audit berpengaruh terhadap

(14)

14 Universitas Sumatera Utara

2. Apakah Komite audit memoderasi hubungan antara Konvergensi IFRS,

Probabilitas Kebangkutan, Komisaris Independen, Auditor Switching, dan

Tenure Audit terhadap Audit Report Lag?

1.3 Ruang Lingkup

Penelitian ini membatasi jangka waktu penelitian 3 (tiga) tahun yaitu dari

tahun 2009 hingga 2011. Data yang digunakan bersumber dari laporan

keuangan tahunan (annual report) dan laporan auditor. Perusahaan yang

menjadi objek dari penelitian adalah perusahaan sektor pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah konvergensi IFRS,

probabilitas kebangkrutan, komisaris independen, pergantian auditor, dan

tenure audit dan sebagai variabel independen utama berpengaruh terhadap

ARL serta menguji pengaruh komite audit terhadap hubungan antara

konvergensi IFRS, probabilitas kebangkrutan, komisaris independen,

pergantian auditor, tenure audit dengan ARL.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat kepada

berbagai pihak, antara lain:

1. Akuntan publik dan KAP, menjadi referensi yang dapat digunakan dan

menjalankan praktik jasa auditnya, khususnya dalam usaha meningkatkan

efisiensi dan efektivitas proses audit melalui faktor-faktor yang dapat

(15)

15 Universitas Sumatera Utara

2. Pengguna laporan keuangan, memberikan informasi terkait faktor-faktor

yang mempengaruhi timeliness dalam proses pengeluaran laporan keuangan

yang sudah diaudit, yang diproksikan dengan ARL. .

3. Regulator, menjadi bahan pertimbangan atas pembuatan dan penyusunan

regulasi dalam hal jangka waktu penyampaian laporan keuangan bagi

perusahaan pertambangan publik maupun non-publik.

4. Akademisi, menambah wawasan dan pengetahuan di bidang auditing,

khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi durasi ARL.

5. Peneliti, menjadi referensi dalam penelitian berikutnya terkait dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi ARL.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran tentang pembahasan dalam penulisan ini. Dalam sistematika ini,

diuraikan secara garis besar isi setiap bab. Berikut adalah pemaparan

sistematika penulisan penyusunan dan penjelasan dengan urutan sebagai

berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan

(16)

16 Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan penelaahan teoritis yang digunakan menjadi landasan

serta referensi dalam dalam penulisan penelitian ini berdasarkan

penelitian-penelitian terdahulu. Bab ini juga menguraikan hipotesis berdasarkan teori

yang terkait dengan penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian secara lengkap, kerangka

konseptual, pengukuran operasional variabel, data, sampel, serta metode

pengujian hipotesis.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini menguji, menganalisis, serta menginterpretasikan variabel-variabel

penelitian dalam membuktikan kembali hipotesis dari penelitian terdahulu.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari semua hasil pengolahan data dan interpretasinya

dalam menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Selain

itu, bab ini mencantumkan keterbatasan pada tulisan ini dan saran untuk

Referensi

Dokumen terkait

audit berpengaruh negatif terhadap financial reporting lead time yang merupakan proksi dari ketepatan waktu pelaporan.. Abbott

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui Pengaruh Adopsi International Financial Reporting Standards (IFRS), Political Cost, dan Litigation Risk Terhadap

Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan perusahaan go public pada konvergensi International Financial Reporting Standard yang diukur berdasarkan

Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana dampak konvergensi IFRS ( International Financial Reporting Standards ) terhadap pembelajaran akuntansi pada

International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan LQ- 45 Yang Terdaftar Di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang

We also examine the effect of the adoption of the International Financial Reporting Standards (hereafter IFRS) on the ARL, and find that the ARL increased after the mandatory

Pengaruh Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) Terhadap Informasi Asimetris pada Perusahaan Real Estate yang dan.. Property Terdaftar di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kualitas informasi akuntansi pasca konvergensi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia