BAB II
GAMBARAN UMUM DESA SIRETE KABUPATEN NIAS
2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Nias dan Etnis Nias
Kabupaten Nias adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
terletak di pulau Nias. Ibukota Kabupaten Nias ialah Kota Gunung Sitoli. Apabila
kita berada di Kota Medan untuk sampai ke Kota Gunung Sitoli dapat ditempuh
dengan perjalanan darat dari Sibolga selama 10 jam, kemudian dilanjutkan dengan
perjalanan menaiki kapal laut selama semalaman, atau kalau menaiki kapal Ferry
(kapal cepat) dibutuhkan waktu selama 3 jam saja dari Kota Sibolga menuju Kota
Gunung Sitoli. Apabila menempuh perjalanan udara dari Kota Medan menuju
Kota Gunung Sitoli memerlukan waktu selama 55-60 menit dengan menggunakan
pesawat Lion Air/Wings Air, Merpati Air, Sushi Air, di bandara udara Binaka
Gunung Sitoli.
Dalam bahasa daerah Nias, Pulau Nias disebut dengan istilah Tanö Niha.
Penghasilan utama penduduknya sebagian besar masih mengandalkan dari hasil
pertanian. Luas lahan potensial mencapai 81.389 hektar yang terdiri dari sawah
22.486 hektar dan lahan kering 58.903 hektar. Namun, potensi yang dimiliki itu
belum memberikan hasil maksimal untuk mampu mencapai swasembada pangan.
Terbukti, kabupaten ini pada tahun 1999 masih mendatangkan beras dari luar
daerah sebanyak 22.323 ton. Tak jauh berbeda pula dengan keadaan hasil
pengetahuan dari bercocok tanam. Padahal kalau dilihat dengan keadaan alam
Nias yang subur sangat cocok untuk budi daya tanaman karet, kelapa, kopi,
cengkeh dan nilam. Karet dan kopra menjadi andalan utama hasil perkebunan.
Produksi karet pada 1999 mencapai 13.624 ton, dan kopra 42.230 ton.
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam
bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" Ono yakni
anak/keturunan, Niha yakni manusia dan pulau Nias sebagai Tanö Niha. Tanö
yakni tanah.
Suku Nias merupakan masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö
yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.
Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan
sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah
pedalaman pulau ini sampai sekarang. Pada suku Nias mengenal sistem kasta (12
tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah balugu. Untuk
mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan
mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama
berhari-hari.
Secara historis, dahulu penduduk Desa Sirete berasal dari kampung
Lahemo namun pada zaman pemerintahan Ama Mbu’ugeu pada waktu sedang
berjalannya program pembukaan badan jalan yang sekarang ini sebagai jalan
provinsi mengeluarkan pemerintah agar seluruh penduduk yang berada di
pegunungan maupun dipersawahan supaya pindah dan menetap disekitar pinggir
jalan tersebut dan pada saat itu juga sebagian masyarakat pindah kepinggir jalan
dan sebagian yang menetap.
Dan dengan terjadinya perpindahan penduduk dimaksud tingkat kepadatan
penduduk meningkat maka dibentuk satu nama kampung bernama Sirete yang
merupakan nama dusun sebelumnya pada waktu berada di kampung bernama
Sirete yang merupakan nama dusun sebelumnya pada waktu berada dikampung
Lahemo, dan sebagai kepala kampung “Salawa” pada masa itu adalah
Gumombowo Ndraha biasa disebut Ama Raima Ndraha.
2.3. Sistem Pemerintahan di Desa Sirete
2.3.1. Tahapan Jabatan
Mengawali pemerintahan desa pada zaman dulu disebut adalah ketua
kampung dan biasanya pada waktu itu yang bisa menjadi ketua kampung adalah
orang yang dianggap kuat dan elit serta asli penduduk bukan seorang pendatang
dengan kata lain harus marga pemuka desa. Namun, seiring dengan dinamika
politik dan sistem politik di Indonesia yang mekanisme politik yang dipandang
apabila memenuhi persyaratan pendidikan, dapat dipercaya, serta bisa menjadi
pemimpin.
Apabila kepala desa melakukan pelanggaran sesuai ketentuan hukum
seperti terbukti melakukan korupsi, menggunakan barang terlarang, yang
membuatnya masuk ke dalam penjara, maka ia harus bersedia mengundurkan diri
dari jabatannya dan bersedia digantikan oleh calon kepala desa, sesuai dengan
kesepakatan penduduk. Karena kepala desa memegang peran yang penting di
dalam desa itu, dan memberikan teladan yang baik bagi warganya.
Sejauh ini kepala desa bersama sekretaris desa kurang melakukan kerja
yang baik dalam pendataan masyarakat desa, seperti data kependudukan
masyarakat desa, pendataan bantuan pemerintah daerah, pendataan bantuan yang
diberikan pemerintah pusat, pendataan rumah penduduk yang layak mendapatkan
bantuan pembangunan dari donator, pendataan sarana/prasana dan inventaris desa
yang disimpan oleh sekertaris desa dan tidak selalu diperbaharui.
Dalam dinamika politik itu terjadi perkembangan yang cukup signifikan
dimana seorang kepala desa dan juga perangkatnya ditentukan dengan cara dipilih
secara langsung oleh masyarakat desa. Di Desa Sirete telah terlaksana dengan
Berikut tahapan kepemimpinan yakni:
Tabel 2.1. Tahapan Kepemimpinan di Desa Sirete.
No. Nama Jabatan Masa Jabatan
1. GUMOMBOWO
NDRAHA
KETUA KAMPUNG
2. GOFITORO NDRAHA KETUA KAMPUNG
3. TALIDODO NDRAHA KETUA KAMPUNG
4. LOTO’OLO NDRAHA KETUA KAMPUNG
5. FILIFO NDRAHA PEMANGKU KETUA
KAMPUNG
1964 s/d 1966
6. FAOZARO NDRAHA KEPALA KAMPUNG 1966 s/d 1973
7. FAOZARO NDRAHA KEPALA KAMPUNG 1973 s/d 1985
8. OSARA’O NDRAHA Pj. KEPALA KAMPUNG
1985 s/d 1990
9. NEHESI GEA Plt. KEPALA DESA 1990 s/d 1993
10. TEMAZIDU NDRAHA Plt. KEPALA DESA 1993 s/d 1995
11. AMIMBOWO HULU Plt. KEPALA DESA 1995 s/d 1999
2.3. Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)
Struktur Organisasi Desa Sirete Kecamatan Gidö menganut Sistem
Kelembangan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya disajikan
dalam gambar sebagai berikut:
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sirete
KEPALA DESA
FATORO NDRAHA
SEKDES
BUDI FIRMAN NDRAHA
Kaur Pemerintahan
AMAN ZEBUA
Kaur Pembangunan
KARIM LASE
Kaur Umum
ARONI WARUWU
Kadus I
YA’ASOKHI
NDRAHA
Kadus II
2.4. Kondisi Alam, Potensi di Desa Sirete.
Desa Sirete merupakan wilayah yang strategis berada di dekat dengan ibu
kota kecamatan yang diwarnai dengan adanya pegunungan dan batuan, mata air
serta dataran yang dijadikan sebagai tempat pemukiman warga dan juga tingkat
kesuburan tanahnya tinggi dan mempunyai potensi yakni:
2.4.1. Potensi di Bidang Pertanian
Pertanian sebagai salah satu sektor unggulan Desa Sirete yang menjadi
sumber penghidupan masyarakat desa yang sebagian besar berprofesi sebagai
petani padi sawah, dengan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah desa,
seperti membentuk kelompok tani dan mengusulkan kepada pemerintah daerah
untuk memfasilitasi alat-alat pertanian serta pemberian pupuk dalam rangka
meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Sirete dan telah menunjukkan hasil
yang positif dengan meningkatkan hasil pertanian.
Namun dengan keterbatasan lahan pertanian dan juga modal yang dimiliki,
rata-rata oleh masyarakat desa, maka pola pertanian yang banyak dilakukan
adalah pola pertanian dengan menanam segala jenis tanaman yang bisa
menghasilkan seperti kelapa, coklat (kakao), karet, dan lain sebagainya. Maka,
diharapkan kepada Dinas terkait agar tak henti-hentinya memberikan penyuluhan
dan berupa bantuan modal kepada masyarakat agar tercapainya program
2.4.2. Potensi di bidang Industri.
Desa Sirete salah satu desa produsen batu gunung yang sangat baik
kualitasnya untuk dipakai sebagai bahan bangunan dan masyarakat Desa Sirete
sudah menekuni untuk menjadikannya mata pencaharian namun karena lemahnya
permodalan dan keterbatasan. Akses menuju lokasi maka sebagian besar
masyarakat melakukan usaha tersebut hanya sebagai usaha sambilan saja.
Masyarakat Desa Sirete mengharapkan untuk dilakukan langkah-langkah
guna mengoptimalkan pengolahan sumber daya alam seperti batu gunung
teknologi sehingga masyarakat Desa Sirete dan sekitarnya dapat memproduksi
batu untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Namun semua itu tentunya akan
dapat terwujudkan apabila dukungan pemerintahan melalui dinas-dinas terkait
dapat lebih ditingkatkan untuk terus menggairahkan sektor industri di Kabupaten
Nias khususnya di Desa Sirete.
2.4.3. Potensi di Bidang Pariwisata
Di Desa Sirete terdapat dua Gua yang unik dan begitu indah panoramanya
yang dapat dijadikan lokasi tempat pariwisata, namun sampai sekarang tidak bisa
dimanfaatkan sebab keterbatasan akses menuju lokasi juga keterbatasan
permodalan dalam membenahi serta untuk menatanya. Tentunya lokasi ini bisa
dijadikan sebagai sumber pendapatan desa dan juga sumber pendapatan desa,
maka untuk ke depan diharapkan lokasi ini akan mempunyai icon tersendiri di
2.5. Kehidupan Masyarakat di Desa Sirete
Penduduk Desa Sirete pada awalnya didominasi oleh Marga Ndraha
namun dengan seiring berjalannya waktu dan perkembangan penduduk maka
sekarang di Desa Sirete terdapat beberapa marga lain. Masyarakat Desa Sirete
rata-rata menganut agama Kristen dan sebagian agama islam serta hidup dalam
lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi namun tetap saling
menghargai dan tetap mengutamakan rasa kebersamaan baik didalam kehidupan
beragama maupun didalam keluarga.
Dari data 2014, sekitar 90% penduduk beragama Kristen Protestan, 5%
beragama Katholik, dan 5% beragama Islam. Selain itu, masyarakat Desa Sirete
mayoritas mencari nafkah sebagai petani ,nelayan, pengrajin dan sebagian
wiraswasta serta pegawai negeri sipil (PNS).
Didalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sirete tetap
dalam suasana rukun, damai, dan tidak melakukan rasa iri kepada sesama
melainkan menunjukkan sopan santun kepada orang lain. Dalam hal ini juga,
masyarakat desa masih tetap bergotong royong dalam menyelesaikan beban yang
satu dengan yang lainnya.
2.5.1. Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat Desa Sirete berorientasi pada mata
pencaharian sebagai petani seperti: pekebun karet, pertanian sawah, kakao,
sipil (PNS). Hasil-hasil perkebunan dan pertanian tersebut diatas tidaklah begitu
memuaskan disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang perkebunan dan
pertanian ini menyebabkan hasil dari bertani masyarakat tidak maksimal. Oleh
sebab itu maka penduduk Desa Sirete dikategorikan masyarakat sangat miskin
sebanyak 45%, masyarakat miskin sebanyak 53% dan kategori sedang 3%.
2.5.2. Kondisi Sosial dan Budaya
Rasa sosial di desa ini masih sangat tinggi, ketika salah satu warga
meninggal maka warga sekitar wajib melihat dan membantu proses pemakaman.
Bantuannya berupa tenaga, maupun materi. Begitu juga bila salah satu warga
mengadakan suatu pernikahan maka warga sekitar (tetangga) wajib berpartisipasi
dalam acara pernikahan, membantu memasak makanan, membantu keuangan
apabila keluarga yang mengadakan pesta mengalami kekurangan materi.
Biasanya tetangga membantu 1-3 sak semen (peribahasa meminjam uang)
dan seusai acara selesai pihak keluarga yang mengadakan pesta pasti akan
mengembalikan pinjaman uang tersebut. Begitu juga apabila salah satu
masyarakat yang meninggal, maka para tetangga wajib menghadiri prosesi adat
pemakaman dan syukuran. Sejauh ini masyarakat Desa Sirete wajib menghadiri
prosesi adat pemakaman apabila mereka menemukan salah satu warga atau
tetangganya mengalami kemalangan.
Kegiatan gotong royongpun wajib mereka lakukan apabila ada
kegiatan/acara bersih-bersih di Desa Sirete. Masyarakat Desa Sirete cukup
merupakan bagian dari Desa Sirete. Setiap ada acara adat dan hiburan budaya
remaja dan anak-anak selalu berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
2.5.3. Jumlah Penduduk Desa Sirete.
Penduduk asli Desa Sirete didominasi oleh marga Ndraha. Sebagian
bermarga Zebua.
Jumlah penduduk Desa Sirete Dusun I dan II yakni:
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Dusun I dan Dusun II Desa Sirete
No. Jenis kelamin Jumlah
1. Laki-Laki 408 orang.
2. Perempuan 400 orang.
2.6. Kondisi Sarana/Prasarana Umum Desa Sirete
Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Sirete secara garis besar adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.3. Sarana dan Prasana di Desa Sirete.
NO. SARANA DAN
PRASARANA
JUMLAH KETERANGAN
1. Balai Desa 1 Unit Baik
2. Sekolah Dasar - -
3. Puskesmas - -
4. Los Pekan Tradisional - -
5. Gereja 3 Unit Baik
Sumber : Data dari Sekretaris Desa Sirete.
Sarana dan prasarana di Desa ini masih sangat kurang memadai, seperti
kantor kepala desa, tidak ada dan solusinya ditempatkan di rumah kediaman
kepala desa yakni Fatoro Ndraha, di Jalan Binaka Arah Idanogawo km 23,5 Desa
Sirete Kecamatan Gidö, Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Namun, apabila ada
pertemuan besar seperti rapat desa, maupun pelantikan kepala desa yang baru
Balai Desa11 dijadikan solusi untuk menghadiri pertemuan tersebut.
Balai desa tampaknya menjadi multifungsi dan dapat dijadikan sebagai
tempat puskemas agar anak masyarakat Desa Sirete bisa mendapatkan program
pelayanan kesehatan seperti imunisasi dari bidan, perawat maupun dokter.
Sekolah dasar dan Los Pekan Tradisional tampaknya, belum mendapat perhatian
penuh, dari pemerintah sekolah dasar tidak ada di desa ini, adanya di Desa
11
Hiliweto begitu juga dengan pekan masih belum ada dana untuk membeli lahan
dan menjadikannya pasar pekan. Dan rumah ibadah untuk umat kristiani (gereja)
ada sebanyak 3 unit dan ketiga-tiganya masih dalam kondisi baik.
Berdasarkan observasi kebanyakkan bangunan rumah penduduk di Desa
Sirete sekitar 60% bangunan kayu, sekitar 25% bangunan setengah beton dan
sekitar 15% bangunan dari beton permanen. Kebanyakkan penduduk Desa Sirete,
sudah memiliki kamar mandi sendiri di dalam rumah. Masyarakat Desa Sirete
sudah menggunakan PDAM, yang berasal dari air gunung. Kualitas air gunung,
jernih, tidak berbau sama seperti air PDAM biasanya, dan suhunya lebih dingin.
Fasilitas PLN di Desa Sirete sudah sebagian besar telah dimiliki oleh masyarakat.
Jadi masyarakat sudah bisa mendapatkan informasi dari televisi dan mengikuti
isu-isu pemerintahan. Begitu juga dengan jalan raya, sudah dibangun disetiap
jalan, sehingga keandaraan sudah bisa dilewati.
2.6.1. Rumusan Kebijakan Program Pembangunan Desa Sirete
Prioritas kebijakan pembangunan Desa Sirete yang tersusun dalam RKP
Desa Tahun 2014 sepenuhnya didasarkan pada berbagai permasalahan
sebagaimana tersebut dalam rumusan masalah di atas. Sehingga diharapkan
prioritas program pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2014
nantinya benar-benar berjalan efektif untuk menanggulangi permasalahan di
masyarakat, terutama upaya meningkatan keberpihakan pembangunan desa secara
Rumusan prioritas kebijakkan program pembangunan Desa Sirete secara
detail dikelompokkan, sebagai berikut:
A. Prioritas program pembangunan skala desa merupakan program
pembangunan yang sepenuhnya mampu dilaksanakan oleh desa,
kewenangan desa dan secara teknis di lapangan desa mempunyai sumber
daya. Adapun program dan kegiatan pembangunan tersebut meliputi:
Tabel 2.4. Program dan Kegiatan Pembangunan di Desa Sirete.
NO. BIDANG DAN KEGIATAN TUJUAN LOKASI
1 2 3 4
II. PENGEMBANGAN WILAYAH
I.I PEKERJAAN UMUM
1.1.1 Rabat Beton Untuk mempelancar
transpotasi
Dusun I, II
1.1.2 .
Perkerasan Jalan menuju daerah wisata Togi Henu
Perkerasan jalan telasah Untuk memperlancar transportasi
Dusun I, II
1.1.4 .
Pembangunan Jembatan Untuk mempelancar transportasi
Dusun II
1.2 SUMBER DAYA AIR
1.2.1 .
Perpipaan Air Bersih mengatasi kesulitan air bersih
II. EKONOMI
Tenaga kesehatan Meningkatan kualitas kesehatan dan
Poskesdes Untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan
3.1.2 Gedung kantor pemerintah desa
Meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat
Desa
Sumber : Data dari Sekretaris Desa.
2.6.2. Prioritas Program Pembangunan Kecamatan/Kabupaten.
Prioritas program pembangunan skala kecamatan/kabupaten merupakan
program dan kegiatan pembangunan yang merupakan kebutuhan rill masyarakat
Desa Sirete tetapi pemerintah desa tidak mampu melaksanakan. Hal ini
wewenangan desa. Kedua, secara pembiayaan desa tidak mampu membiayai
karena jumlahnya terlalu besar dan yang ketiga, secara sumber daya di desa tidak
tersedia secara mencukupi, baik SDM maupun prasarana pendukung lainnya.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka prioritas pembangunan tersebut
akan dibawa melalui forum musyawarah perencanaan ditingkat kecamatan
(Musrenbangcam) oleh delegasi Desa Sirete yang dipilih secara partisipasitif
pada forum musrenbangdes dan ditetapkan dengan surat keputusan kepala desa.
Adapun program dan kegiatan tersebut adalah:
1. Bidang pengembangan wilayah:
1.1 Rabat Beton
1.2 Pembukaan badan jalan
1.3 Perkerasan jalan telasah
1.4 Pembangunan jembatan
2. Bidang Ekonomi:
2.1 Pelatihan perkebunan karet
3. Bidang Sosial dan Budaya:
3.1 Pembangunan gedung SD dan PAUD
3.2 Tenaga pengajar
2.7. Perhatian Pemerintah di Bidang Sarana Pertanian
Sebagian besar pendapatan masyarakat Desa Sirete yakni bercocok tanam.
Perkerjaan ini, membutuhkan keahlian khusus, perlengkapan, bibit, dan pupuk.
Selama ini pemerintah sudah memberikan bantuan guna menunjang kegiatan
pertanian di Desa Sirete. Bantuan tersebut berupa pupuk urea, kcl, pupuk SP36,
pupuk cairan, obat-obat pembasmi hama, handtraktor, handspryer, cangkul,
pompanisasi, trencher dan lain-lain.
Di Desa Sirete terdapat 9 kelompok tani, dan pemerintah memberikan
40-50 hektar lahan dan sebagian petani menggarap sendiri lahan mereka. Di dalam
kelompok tani, di bentuk ketua, dan bendahara. Ketua bertanggung jawab
mengontrol anggotanya dan ketua wajib menaati ADRT yang sudah ditetapkan
berdasarkan kondisi keadaan kelompok anggotanya. Ketua kelompok tani akan
dikukuhkan oleh kepala desa dan di sahkan oleh dinas pertanian. Jenis petani di
Desa Sirete ialah: petani karet, petani sayur, petani nira, petani coklat, petani padi
dan lain-lain.
Petani merasa senang dengan adanya bantuan pemerintah baik bantuan
penyuluhan maupun bibit, alat dan pupuk. Namun petani di Desa Sirete belum
sepenuhnya makmur, karena bahan pangan, masih tergolong mahal, belum lagi
biaya pendidikan anak. Faktor alam juga sangat mempengaruhi, musim kemarau
sering melanda pulau Nias secara keseluruhan, dan sekali hujan, banjir melanda
ke sawah petani sehingga sering gagal panen, dan biaya pangan juga sangat
2.8. Perhatian Pemerintah di Bidang Sarana Perikanan
Selain bertani, masyarakat penduduk Desa Sirete bekerja sebagai nelayan.
Di Desa ini terdapat nelayan permanen, nonpermanen, dan komsumsi sendiri.
Nelayan permanen ialah nelayan yang seluruh waktunya mencari nafkah di laut.
Nelayan nonpermanen ialah nelayan yang mencari nafkah dilaut bersifat
sementara (pekerjaan sampingan) untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan,
nelayan komsumsi sendiri ialah nelayan yang mencari ikan bukan untuk dijual
namun hanya untuk dimakan keluarganya.
Pemerintah juga pernah memberikan bantuan berupa bibit lele jumbo, dan
bibit ikan jenis lainnya. Namun, pendapatan nelayan di Desa Sirete masih minim,
dibandingkan dengan petani. Faktor cuaca terkadang menjadi hambatan untuk
mencari ikan. Angin kencang dan badai contohnya, belum lagi minyak untuk
mengisi bot-bot sampan nelayan. Hal inilah yang menyebabkan, masyarakat
penduduk Desa Sirete masih belum dikatakan sebagai desa yang makmur,
sebagian besar pendapatan masyarakatnya masih minim.
2.9. Pembagian Wilayah DesaSirete.
Pembagian wilayah Desa Sirete dibagi menjadi 2 (dua) dusun dan
masing-masing dusun terbagi beberapa RW dan RT, jadi disetiap dusun ada yang
mempunyai wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat Desa berada di
dusun 1 (satu), setiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Dan setiap RT