• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Tuo Nifarö” (Studi Etnografi Kearifan Lokal Dalam Proses Produksi Tuo Nifarö, di Desa Sirete Kecamatan Gidö, Kabupaten Nias)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“Tuo Nifarö” (Studi Etnografi Kearifan Lokal Dalam Proses Produksi Tuo Nifarö, di Desa Sirete Kecamatan Gidö, Kabupaten Nias)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SIRETE KABUPATEN NIAS

2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Nias dan Etnis Nias

Kabupaten Nias adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang

terletak di pulau Nias. Ibukota Kabupaten Nias ialah Kota Gunung Sitoli. Apabila

kita berada di Kota Medan untuk sampai ke Kota Gunung Sitoli dapat ditempuh

dengan perjalanan darat dari Sibolga selama 10 jam, kemudian dilanjutkan dengan

perjalanan menaiki kapal laut selama semalaman, atau kalau menaiki kapal Ferry

(kapal cepat) dibutuhkan waktu selama 3 jam saja dari Kota Sibolga menuju Kota

Gunung Sitoli. Apabila menempuh perjalanan udara dari Kota Medan menuju

Kota Gunung Sitoli memerlukan waktu selama 55-60 menit dengan menggunakan

pesawat Lion Air/Wings Air, Merpati Air, Sushi Air, di bandara udara Binaka

Gunung Sitoli.

Dalam bahasa daerah Nias, Pulau Nias disebut dengan istilah Tanö Niha.

Penghasilan utama penduduknya sebagian besar masih mengandalkan dari hasil

pertanian. Luas lahan potensial mencapai 81.389 hektar yang terdiri dari sawah

22.486 hektar dan lahan kering 58.903 hektar. Namun, potensi yang dimiliki itu

belum memberikan hasil maksimal untuk mampu mencapai swasembada pangan.

Terbukti, kabupaten ini pada tahun 1999 masih mendatangkan beras dari luar

daerah sebanyak 22.323 ton. Tak jauh berbeda pula dengan keadaan hasil

(2)

pengetahuan dari bercocok tanam. Padahal kalau dilihat dengan keadaan alam

Nias yang subur sangat cocok untuk budi daya tanaman karet, kelapa, kopi,

cengkeh dan nilam. Karet dan kopra menjadi andalan utama hasil perkebunan.

Produksi karet pada 1999 mencapai 13.624 ton, dan kopra 42.230 ton.

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam

bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" Ono yakni

anak/keturunan, Niha yakni manusia dan pulau Nias sebagai Tanö Niha. Tanö

yakni tanah.

Suku Nias merupakan masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan

kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö

yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.

Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan

sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah

pedalaman pulau ini sampai sekarang. Pada suku Nias mengenal sistem kasta (12

tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah balugu. Untuk

mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan

mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama

berhari-hari.

(3)

Secara historis, dahulu penduduk Desa Sirete berasal dari kampung

Lahemo namun pada zaman pemerintahan Ama Mbu’ugeu pada waktu sedang

berjalannya program pembukaan badan jalan yang sekarang ini sebagai jalan

provinsi mengeluarkan pemerintah agar seluruh penduduk yang berada di

pegunungan maupun dipersawahan supaya pindah dan menetap disekitar pinggir

jalan tersebut dan pada saat itu juga sebagian masyarakat pindah kepinggir jalan

dan sebagian yang menetap.

Dan dengan terjadinya perpindahan penduduk dimaksud tingkat kepadatan

penduduk meningkat maka dibentuk satu nama kampung bernama Sirete yang

merupakan nama dusun sebelumnya pada waktu berada di kampung bernama

Sirete yang merupakan nama dusun sebelumnya pada waktu berada dikampung

Lahemo, dan sebagai kepala kampung “Salawa” pada masa itu adalah

Gumombowo Ndraha biasa disebut Ama Raima Ndraha.

2.3. Sistem Pemerintahan di Desa Sirete

2.3.1. Tahapan Jabatan

Mengawali pemerintahan desa pada zaman dulu disebut adalah ketua

kampung dan biasanya pada waktu itu yang bisa menjadi ketua kampung adalah

orang yang dianggap kuat dan elit serta asli penduduk bukan seorang pendatang

dengan kata lain harus marga pemuka desa. Namun, seiring dengan dinamika

politik dan sistem politik di Indonesia yang mekanisme politik yang dipandang

(4)

apabila memenuhi persyaratan pendidikan, dapat dipercaya, serta bisa menjadi

pemimpin.

Apabila kepala desa melakukan pelanggaran sesuai ketentuan hukum

seperti terbukti melakukan korupsi, menggunakan barang terlarang, yang

membuatnya masuk ke dalam penjara, maka ia harus bersedia mengundurkan diri

dari jabatannya dan bersedia digantikan oleh calon kepala desa, sesuai dengan

kesepakatan penduduk. Karena kepala desa memegang peran yang penting di

dalam desa itu, dan memberikan teladan yang baik bagi warganya.

Sejauh ini kepala desa bersama sekretaris desa kurang melakukan kerja

yang baik dalam pendataan masyarakat desa, seperti data kependudukan

masyarakat desa, pendataan bantuan pemerintah daerah, pendataan bantuan yang

diberikan pemerintah pusat, pendataan rumah penduduk yang layak mendapatkan

bantuan pembangunan dari donator, pendataan sarana/prasana dan inventaris desa

yang disimpan oleh sekertaris desa dan tidak selalu diperbaharui.

Dalam dinamika politik itu terjadi perkembangan yang cukup signifikan

dimana seorang kepala desa dan juga perangkatnya ditentukan dengan cara dipilih

secara langsung oleh masyarakat desa. Di Desa Sirete telah terlaksana dengan

(5)

Berikut tahapan kepemimpinan yakni:

Tabel 2.1. Tahapan Kepemimpinan di Desa Sirete.

No. Nama Jabatan Masa Jabatan

1. GUMOMBOWO

NDRAHA

KETUA KAMPUNG

2. GOFITORO NDRAHA KETUA KAMPUNG

3. TALIDODO NDRAHA KETUA KAMPUNG

4. LOTO’OLO NDRAHA KETUA KAMPUNG

5. FILIFO NDRAHA PEMANGKU KETUA

KAMPUNG

1964 s/d 1966

6. FAOZARO NDRAHA KEPALA KAMPUNG 1966 s/d 1973

7. FAOZARO NDRAHA KEPALA KAMPUNG 1973 s/d 1985

8. OSARA’O NDRAHA Pj. KEPALA KAMPUNG

1985 s/d 1990

9. NEHESI GEA Plt. KEPALA DESA 1990 s/d 1993

10. TEMAZIDU NDRAHA Plt. KEPALA DESA 1993 s/d 1995

11. AMIMBOWO HULU Plt. KEPALA DESA 1995 s/d 1999

(6)

2.3. Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)

Struktur Organisasi Desa Sirete Kecamatan Gidö menganut Sistem

Kelembangan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya disajikan

dalam gambar sebagai berikut:

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sirete

KEPALA DESA

FATORO NDRAHA

SEKDES

BUDI FIRMAN NDRAHA

Kaur Pemerintahan

AMAN ZEBUA

Kaur Pembangunan

KARIM LASE

Kaur Umum

ARONI WARUWU

Kadus I

YA’ASOKHI

NDRAHA

Kadus II

(7)

2.4. Kondisi Alam, Potensi di Desa Sirete.

Desa Sirete merupakan wilayah yang strategis berada di dekat dengan ibu

kota kecamatan yang diwarnai dengan adanya pegunungan dan batuan, mata air

serta dataran yang dijadikan sebagai tempat pemukiman warga dan juga tingkat

kesuburan tanahnya tinggi dan mempunyai potensi yakni:

2.4.1. Potensi di Bidang Pertanian

Pertanian sebagai salah satu sektor unggulan Desa Sirete yang menjadi

sumber penghidupan masyarakat desa yang sebagian besar berprofesi sebagai

petani padi sawah, dengan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah desa,

seperti membentuk kelompok tani dan mengusulkan kepada pemerintah daerah

untuk memfasilitasi alat-alat pertanian serta pemberian pupuk dalam rangka

meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Sirete dan telah menunjukkan hasil

yang positif dengan meningkatkan hasil pertanian.

Namun dengan keterbatasan lahan pertanian dan juga modal yang dimiliki,

rata-rata oleh masyarakat desa, maka pola pertanian yang banyak dilakukan

adalah pola pertanian dengan menanam segala jenis tanaman yang bisa

menghasilkan seperti kelapa, coklat (kakao), karet, dan lain sebagainya. Maka,

diharapkan kepada Dinas terkait agar tak henti-hentinya memberikan penyuluhan

dan berupa bantuan modal kepada masyarakat agar tercapainya program

(8)

2.4.2. Potensi di bidang Industri.

Desa Sirete salah satu desa produsen batu gunung yang sangat baik

kualitasnya untuk dipakai sebagai bahan bangunan dan masyarakat Desa Sirete

sudah menekuni untuk menjadikannya mata pencaharian namun karena lemahnya

permodalan dan keterbatasan. Akses menuju lokasi maka sebagian besar

masyarakat melakukan usaha tersebut hanya sebagai usaha sambilan saja.

Masyarakat Desa Sirete mengharapkan untuk dilakukan langkah-langkah

guna mengoptimalkan pengolahan sumber daya alam seperti batu gunung

teknologi sehingga masyarakat Desa Sirete dan sekitarnya dapat memproduksi

batu untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Namun semua itu tentunya akan

dapat terwujudkan apabila dukungan pemerintahan melalui dinas-dinas terkait

dapat lebih ditingkatkan untuk terus menggairahkan sektor industri di Kabupaten

Nias khususnya di Desa Sirete.

2.4.3. Potensi di Bidang Pariwisata

Di Desa Sirete terdapat dua Gua yang unik dan begitu indah panoramanya

yang dapat dijadikan lokasi tempat pariwisata, namun sampai sekarang tidak bisa

dimanfaatkan sebab keterbatasan akses menuju lokasi juga keterbatasan

permodalan dalam membenahi serta untuk menatanya. Tentunya lokasi ini bisa

dijadikan sebagai sumber pendapatan desa dan juga sumber pendapatan desa,

maka untuk ke depan diharapkan lokasi ini akan mempunyai icon tersendiri di

(9)

2.5. Kehidupan Masyarakat di Desa Sirete

Penduduk Desa Sirete pada awalnya didominasi oleh Marga Ndraha

namun dengan seiring berjalannya waktu dan perkembangan penduduk maka

sekarang di Desa Sirete terdapat beberapa marga lain. Masyarakat Desa Sirete

rata-rata menganut agama Kristen dan sebagian agama islam serta hidup dalam

lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi namun tetap saling

menghargai dan tetap mengutamakan rasa kebersamaan baik didalam kehidupan

beragama maupun didalam keluarga.

Dari data 2014, sekitar 90% penduduk beragama Kristen Protestan, 5%

beragama Katholik, dan 5% beragama Islam. Selain itu, masyarakat Desa Sirete

mayoritas mencari nafkah sebagai petani ,nelayan, pengrajin dan sebagian

wiraswasta serta pegawai negeri sipil (PNS).

Didalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sirete tetap

dalam suasana rukun, damai, dan tidak melakukan rasa iri kepada sesama

melainkan menunjukkan sopan santun kepada orang lain. Dalam hal ini juga,

masyarakat desa masih tetap bergotong royong dalam menyelesaikan beban yang

satu dengan yang lainnya.

2.5.1. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat Desa Sirete berorientasi pada mata

pencaharian sebagai petani seperti: pekebun karet, pertanian sawah, kakao,

(10)

sipil (PNS). Hasil-hasil perkebunan dan pertanian tersebut diatas tidaklah begitu

memuaskan disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang perkebunan dan

pertanian ini menyebabkan hasil dari bertani masyarakat tidak maksimal. Oleh

sebab itu maka penduduk Desa Sirete dikategorikan masyarakat sangat miskin

sebanyak 45%, masyarakat miskin sebanyak 53% dan kategori sedang 3%.

2.5.2. Kondisi Sosial dan Budaya

Rasa sosial di desa ini masih sangat tinggi, ketika salah satu warga

meninggal maka warga sekitar wajib melihat dan membantu proses pemakaman.

Bantuannya berupa tenaga, maupun materi. Begitu juga bila salah satu warga

mengadakan suatu pernikahan maka warga sekitar (tetangga) wajib berpartisipasi

dalam acara pernikahan, membantu memasak makanan, membantu keuangan

apabila keluarga yang mengadakan pesta mengalami kekurangan materi.

Biasanya tetangga membantu 1-3 sak semen (peribahasa meminjam uang)

dan seusai acara selesai pihak keluarga yang mengadakan pesta pasti akan

mengembalikan pinjaman uang tersebut. Begitu juga apabila salah satu

masyarakat yang meninggal, maka para tetangga wajib menghadiri prosesi adat

pemakaman dan syukuran. Sejauh ini masyarakat Desa Sirete wajib menghadiri

prosesi adat pemakaman apabila mereka menemukan salah satu warga atau

tetangganya mengalami kemalangan.

Kegiatan gotong royongpun wajib mereka lakukan apabila ada

kegiatan/acara bersih-bersih di Desa Sirete. Masyarakat Desa Sirete cukup

(11)

merupakan bagian dari Desa Sirete. Setiap ada acara adat dan hiburan budaya

remaja dan anak-anak selalu berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

2.5.3. Jumlah Penduduk Desa Sirete.

Penduduk asli Desa Sirete didominasi oleh marga Ndraha. Sebagian

bermarga Zebua.

Jumlah penduduk Desa Sirete Dusun I dan II yakni:

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Dusun I dan Dusun II Desa Sirete

No. Jenis kelamin Jumlah

1. Laki-Laki 408 orang.

2. Perempuan 400 orang.

(12)

2.6. Kondisi Sarana/Prasarana Umum Desa Sirete

Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Sirete secara garis besar adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.3. Sarana dan Prasana di Desa Sirete.

NO. SARANA DAN

PRASARANA

JUMLAH KETERANGAN

1. Balai Desa 1 Unit Baik

2. Sekolah Dasar - -

3. Puskesmas - -

4. Los Pekan Tradisional - -

5. Gereja 3 Unit Baik

Sumber : Data dari Sekretaris Desa Sirete.

Sarana dan prasarana di Desa ini masih sangat kurang memadai, seperti

kantor kepala desa, tidak ada dan solusinya ditempatkan di rumah kediaman

kepala desa yakni Fatoro Ndraha, di Jalan Binaka Arah Idanogawo km 23,5 Desa

Sirete Kecamatan Gidö, Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Namun, apabila ada

pertemuan besar seperti rapat desa, maupun pelantikan kepala desa yang baru

Balai Desa11 dijadikan solusi untuk menghadiri pertemuan tersebut.

Balai desa tampaknya menjadi multifungsi dan dapat dijadikan sebagai

tempat puskemas agar anak masyarakat Desa Sirete bisa mendapatkan program

pelayanan kesehatan seperti imunisasi dari bidan, perawat maupun dokter.

Sekolah dasar dan Los Pekan Tradisional tampaknya, belum mendapat perhatian

penuh, dari pemerintah sekolah dasar tidak ada di desa ini, adanya di Desa

11

(13)

Hiliweto begitu juga dengan pekan masih belum ada dana untuk membeli lahan

dan menjadikannya pasar pekan. Dan rumah ibadah untuk umat kristiani (gereja)

ada sebanyak 3 unit dan ketiga-tiganya masih dalam kondisi baik.

Berdasarkan observasi kebanyakkan bangunan rumah penduduk di Desa

Sirete sekitar 60% bangunan kayu, sekitar 25% bangunan setengah beton dan

sekitar 15% bangunan dari beton permanen. Kebanyakkan penduduk Desa Sirete,

sudah memiliki kamar mandi sendiri di dalam rumah. Masyarakat Desa Sirete

sudah menggunakan PDAM, yang berasal dari air gunung. Kualitas air gunung,

jernih, tidak berbau sama seperti air PDAM biasanya, dan suhunya lebih dingin.

Fasilitas PLN di Desa Sirete sudah sebagian besar telah dimiliki oleh masyarakat.

Jadi masyarakat sudah bisa mendapatkan informasi dari televisi dan mengikuti

isu-isu pemerintahan. Begitu juga dengan jalan raya, sudah dibangun disetiap

jalan, sehingga keandaraan sudah bisa dilewati.

2.6.1. Rumusan Kebijakan Program Pembangunan Desa Sirete

Prioritas kebijakan pembangunan Desa Sirete yang tersusun dalam RKP

Desa Tahun 2014 sepenuhnya didasarkan pada berbagai permasalahan

sebagaimana tersebut dalam rumusan masalah di atas. Sehingga diharapkan

prioritas program pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2014

nantinya benar-benar berjalan efektif untuk menanggulangi permasalahan di

masyarakat, terutama upaya meningkatan keberpihakan pembangunan desa secara

(14)

Rumusan prioritas kebijakkan program pembangunan Desa Sirete secara

detail dikelompokkan, sebagai berikut:

A. Prioritas program pembangunan skala desa merupakan program

pembangunan yang sepenuhnya mampu dilaksanakan oleh desa,

kewenangan desa dan secara teknis di lapangan desa mempunyai sumber

daya. Adapun program dan kegiatan pembangunan tersebut meliputi:

Tabel 2.4. Program dan Kegiatan Pembangunan di Desa Sirete.

NO. BIDANG DAN KEGIATAN TUJUAN LOKASI

1 2 3 4

II. PENGEMBANGAN WILAYAH

I.I PEKERJAAN UMUM

1.1.1 Rabat Beton Untuk mempelancar

transpotasi

Dusun I, II

1.1.2 .

Perkerasan Jalan menuju daerah wisata Togi Henu

Perkerasan jalan telasah Untuk memperlancar transportasi

Dusun I, II

1.1.4 .

Pembangunan Jembatan Untuk mempelancar transportasi

Dusun II

1.2 SUMBER DAYA AIR

1.2.1 .

Perpipaan Air Bersih mengatasi kesulitan air bersih

(15)

II. EKONOMI

Tenaga kesehatan Meningkatan kualitas kesehatan dan

Poskesdes Untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan

3.1.2 Gedung kantor pemerintah desa

Meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat

Desa

Sumber : Data dari Sekretaris Desa.

2.6.2. Prioritas Program Pembangunan Kecamatan/Kabupaten.

Prioritas program pembangunan skala kecamatan/kabupaten merupakan

program dan kegiatan pembangunan yang merupakan kebutuhan rill masyarakat

Desa Sirete tetapi pemerintah desa tidak mampu melaksanakan. Hal ini

(16)

wewenangan desa. Kedua, secara pembiayaan desa tidak mampu membiayai

karena jumlahnya terlalu besar dan yang ketiga, secara sumber daya di desa tidak

tersedia secara mencukupi, baik SDM maupun prasarana pendukung lainnya.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka prioritas pembangunan tersebut

akan dibawa melalui forum musyawarah perencanaan ditingkat kecamatan

(Musrenbangcam) oleh delegasi Desa Sirete yang dipilih secara partisipasitif

pada forum musrenbangdes dan ditetapkan dengan surat keputusan kepala desa.

Adapun program dan kegiatan tersebut adalah:

1. Bidang pengembangan wilayah:

1.1 Rabat Beton

1.2 Pembukaan badan jalan

1.3 Perkerasan jalan telasah

1.4 Pembangunan jembatan

2. Bidang Ekonomi:

2.1 Pelatihan perkebunan karet

3. Bidang Sosial dan Budaya:

3.1 Pembangunan gedung SD dan PAUD

3.2 Tenaga pengajar

(17)

2.7. Perhatian Pemerintah di Bidang Sarana Pertanian

Sebagian besar pendapatan masyarakat Desa Sirete yakni bercocok tanam.

Perkerjaan ini, membutuhkan keahlian khusus, perlengkapan, bibit, dan pupuk.

Selama ini pemerintah sudah memberikan bantuan guna menunjang kegiatan

pertanian di Desa Sirete. Bantuan tersebut berupa pupuk urea, kcl, pupuk SP36,

pupuk cairan, obat-obat pembasmi hama, handtraktor, handspryer, cangkul,

pompanisasi, trencher dan lain-lain.

Di Desa Sirete terdapat 9 kelompok tani, dan pemerintah memberikan

40-50 hektar lahan dan sebagian petani menggarap sendiri lahan mereka. Di dalam

kelompok tani, di bentuk ketua, dan bendahara. Ketua bertanggung jawab

mengontrol anggotanya dan ketua wajib menaati ADRT yang sudah ditetapkan

berdasarkan kondisi keadaan kelompok anggotanya. Ketua kelompok tani akan

dikukuhkan oleh kepala desa dan di sahkan oleh dinas pertanian. Jenis petani di

Desa Sirete ialah: petani karet, petani sayur, petani nira, petani coklat, petani padi

dan lain-lain.

Petani merasa senang dengan adanya bantuan pemerintah baik bantuan

penyuluhan maupun bibit, alat dan pupuk. Namun petani di Desa Sirete belum

sepenuhnya makmur, karena bahan pangan, masih tergolong mahal, belum lagi

biaya pendidikan anak. Faktor alam juga sangat mempengaruhi, musim kemarau

sering melanda pulau Nias secara keseluruhan, dan sekali hujan, banjir melanda

ke sawah petani sehingga sering gagal panen, dan biaya pangan juga sangat

(18)

2.8. Perhatian Pemerintah di Bidang Sarana Perikanan

Selain bertani, masyarakat penduduk Desa Sirete bekerja sebagai nelayan.

Di Desa ini terdapat nelayan permanen, nonpermanen, dan komsumsi sendiri.

Nelayan permanen ialah nelayan yang seluruh waktunya mencari nafkah di laut.

Nelayan nonpermanen ialah nelayan yang mencari nafkah dilaut bersifat

sementara (pekerjaan sampingan) untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan,

nelayan komsumsi sendiri ialah nelayan yang mencari ikan bukan untuk dijual

namun hanya untuk dimakan keluarganya.

Pemerintah juga pernah memberikan bantuan berupa bibit lele jumbo, dan

bibit ikan jenis lainnya. Namun, pendapatan nelayan di Desa Sirete masih minim,

dibandingkan dengan petani. Faktor cuaca terkadang menjadi hambatan untuk

mencari ikan. Angin kencang dan badai contohnya, belum lagi minyak untuk

mengisi bot-bot sampan nelayan. Hal inilah yang menyebabkan, masyarakat

penduduk Desa Sirete masih belum dikatakan sebagai desa yang makmur,

sebagian besar pendapatan masyarakatnya masih minim.

2.9. Pembagian Wilayah DesaSirete.

Pembagian wilayah Desa Sirete dibagi menjadi 2 (dua) dusun dan

masing-masing dusun terbagi beberapa RW dan RT, jadi disetiap dusun ada yang

mempunyai wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat Desa berada di

dusun 1 (satu), setiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Dan setiap RT

Gambar

Tabel 2.1. Tahapan Kepemimpinan di Desa Sirete.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Dusun I dan Dusun II Desa Sirete
Tabel 2.3. Sarana dan Prasana di Desa Sirete.
Tabel 2.4. Program dan Kegiatan Pembangunan di Desa Sirete.

Referensi

Dokumen terkait

oleh masyarakat itu adalah sultanaat ground , itu sudah cukup bagi pihak kraton sebagai pemilik. Sebagai

fasilitasi Kepala Desa diharapkan masyarakat desa dapat mengikuti program-program desa yang sudah ada untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa karena untuk tahun

perilaku sosial ekonomi masyarakat. Masyarakat dipaksa untuk bekerja lebih cepat dan bisa melayani dengan cepat dan mudah, karena sudah terbiasa menggunakan fasilitas

Tingkat kesejahteraan yang baik akan menyebabkan taraf hidup masyarakat lebih baik pula, karena segala fasilitas yang ada dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

Kondisi tersebut juga terdapat pada masyarakat Desa Kemiren yang mempercayai bahwa setiap hal termasuk pepohonan, sumber air, dan kompleks situs Buyut Cili,

masyarakat Desa Sialang Jaya bahwa lubuk larangan yang berada di desa mereka awalnya terbentuk dari hasil kesepakatan masyarakat dimana mengingat sekitar tahun 1980

Dalam pengelolaan sistem agribisnis padi sawah, sebagian masyarakat Desa Sukanagara yang bermata pencaharian sebagai petani padi sawah, masih mengadopsi perilaku petani

Hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala desa membuktikan bahwa di desa Cilandak terdapat Tim pengembang kebijakan pengelolaan desa berbasis kearifan lokal. Bukti