BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Judul
Judul dari proyek ini adalah Perancangan Museum Sejarah Kota Medan di Kawasan Pulo Brayan.
Menurut Internasional Council of Museum (ICOM)3, Museum adalah lembaga non-profit yang bersifat permanen yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan yang berwujud benda dan takbenda beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan.
Pengertian Sejarah4 adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang peristiwa masa lampau dalam kehidupan manusia yang benar-benar terjadi dan disusun secara sistematis dan kronologis
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Museum Sejarah Kota Medan adalah suatu bangunan umum yang memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai – nilai sejarah yang ada di Kota Medan.
2.2 Lokasi
Lokasi Perancangan Museum Sejarah Kota Medan berada di kawasan Pulo Brayan, Kota Medan, Sumatera Utara. Di sekitar kawasan terdapat jajaran rumah toko, rumah tinggal, sungai deli, rumah sakit, dll. Lokasi ini juga memiliki banyak fasilitas peninggalan sejarah pada masa penjajahan Belanda
Judul Proyek : Perancangan Museum Sejarah Kota Medan di Kawasan Pulo Brayan
Tema Proyek : Arsitektur Neo - Vernakular Lokasi Proyek : Pulo Brayan
Luas Site :±90 Ha
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Syarat lokasi strategis berdirinya museum adalah sebagai berikut5 : Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk
masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan dan masyarakat umu lainnya.
Lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran
udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55-65 %.
Alternatif 1
Lokasi lahan : Jalan Pertama
Orientasi site : menghadap ke Barat (menghadap ke Balai Yasa) Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Yos Sudarso
Luas site : +/- 2 Ha Batas – batas lahan :
Utara : Perumahan penduduk Selatan : Perumahan penduduk Timur : Perumahan penduduk Barat : Balai yasa
Alternatif 2
Lokasi lahan : Jalan Cemara
Orientasi site : menghadap ke Selatan (menghadap jalan Cemara) Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Cemara
Luas site : +/- 2 Ha Batas – batas lahan :
Utara : Perumahan Penduduk Selatan : Bangunan Komersil Timur : Perumahan Penduduk Barat : Perumahan penduduk
Gambar 2.3 Lokasi Site di Jalan Cemara
Alternatif 3
Lokasi lahan : Jalan Bengkel
Orientasi site : menghadap ke Timur (menghadap jalan Bengkel) Arah lalu lintas : 2 arah pada Jl. Bengkel
Luas site : +/- 2 Ha Batas – batas lahan :
No. Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Nilai Nilai Nilai
1. Jarak lokasi dari Stasiun 4 2 2
2. Kontur/topografi lokasi 4 4 4
3. Kondisi jalan 4 4 3
4. Tingkat kenyamanan 3 3 4
5. Aksesibilitas : Kendaraan pribadi Transportasi umum Pejalan kaki 6. Fasilitas pendukung :
Tempat ibadah Sarana pendidikan Rumah sakit Pusat perbelanjaan Permukiman Polusi sampah
3
10. Ketersediaan jaringan listrik dan telepon
4 4 4
11. Lokasi yang aman dari bencana alam dan banjir
4 4 4
12. Kesesuaian dengan RUTRK dan RTRW Kota Medan
4 3 3
Total Penilaian 73 68 67
4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik 0 = Tidak Baik Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Nilai Lokasi
2.2.1.1Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Dalam pemilihan lokasi perancangan Museum Sejarah Kota Medan, perlu untuk memperhatikan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK).
Fungsi perancangan harus sesuai dengan lokasi yang terdapat di dalam kebijakan
pemerintah. Rencana Kawasan menurut Mebidangro :
No Kawasan Pusat Kegiatan
1 Kawasan Perkotaan Inti Medan
a. Pusat pemerintahan provinsi;
b. Pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan;
c. Pusat perdagangan dan jasa skala internasiona, nasional
dan regional;
d. Pusat pelayanan pendidikan tinggi
e. Pusat pelayanan olah raga skala internasional, nasional
dan regional;
f. Pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional
dan regional;
g. Pusat kegiatan industri kreatif
h. Pusat kegiatan industri manufaktur;
i. Pusat kegiatan industri hilir pengelolaan hasil sektor
unggulan perkebunan, perikanan dan kehutanan;
j. Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang
dan angkutan barang regional;
k. Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan
nasional;
l. Pusat pelayanan transportasi udara internasional dan
nasional;
m.Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
n. Pusat kegiatan pariwisata; dan
o. Pusat kegiatan pertemuan, pameran dan sosial budaya.
Berdasarkan Buku Mebidangro, terdapat beberapa fungsi pusat kegiatan yang dibutuhkan di kawasan perkotaan inti medan, yaitu Pusat kegiatan pariwisata, pameran dan sosial budaya. Oleh karena itu fungsi bangunan museum sudah sesuai dengan kegiatan tersebut. Sasaran peuntukan menurut RUTRK :
WPP Cakupan Kecamatan Pusat Pengembangan
Sasaran Peruntukan A 1. Kec. Medan Belawan
2. Kec. Medan Marelan 3. Kec. Medan Labuhan
Belawan Pelabuhan, industri, pemukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan.
B Kec. Medan Deli Tanjung Mulia Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, pemukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan sarana pendidikan.
Aksara Pemukiman, perdagangan dan rekreasi, kegiatan pembangunan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, serta pendidikan kesehatan.
Inti Kota Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan pemukiman, dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan.
Sei Sikambing Kawasan pemukiman, perdagangan dan rekreasi, dengan program kegiatan pembangunan sambungan air minum, septick tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. Tabel 2.3 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan
Menurut RUTRK, daerah kecamatan Medan Barat diperuntukkan untuk perdagangan dan rekreasi. Fungsi Museum sudah sesuai dengan RUTRK yaitu untuk rekreasi.
2.2.1.2Pencapaian
Bangunan museum merupakan sebuah bangunan rekreasi yang bertujuan untuk mendatangkan banyak pengunjung. Untuk itu harus diperhatikan beberapa hal untuk pencapaian, antara lain :
Berada di lokasi strategis yang dapat diakses banyak jalan, karena museum merupakan bangunan publik yang diperuntukkan bagi masyarakat.
Dapat dicapai melalui berbagai jenis kendaraan, baik itu kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Oleh karena itu diperlukan halte maupun stasiun yang berada di dekat lokasi
Kuala Namu 45 menit
Tol Belmera 15 menit Tanjung Morawa 45 menit
Pusat Kota 15 menit Belawan 30 menit
Binjai 50 menit Berastagi 2 jam 15 menit
Diagram 2.1 Pencapaian Lokasi site
2.2.1.3 Area Pelayanan
Area Pelayanan Museum Sejarah Kota Medan mencakup seluruh Kota Medan terutama di kawasan Pulo Brayan yang meliputi Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli.
Lokasi
2.2.1.4 Persyaratan Lain
Lokasi site adalah lahan kosong sehingga tidak diperlukan pembebasan lahan. Lokasi memiliki nilai lahan yang tinggi dan terletak pada posisi strategis, yaitu berada di jalur penghubung Kota Belawan dan Kota Medan. Lokasi juga berada di kawasan bersejarah Pulo Brayan yang memiliki nilai sejarah tinggi. Pemilihan lokasi disesuaikan dengan peraturan tata ruang kota yang sudah ditetapkan.
2.2.2 Deskripsi Kondisi Existing Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Kondisi existing tapak rancangan pada saat sekarang ini merupakan lahan kosong.
Luas Lahan : 15.000 m2 atau 1,5 Ha
Kontur : Kondisi lahan relative datar dan tidak berkontur
KLB : 5
KDB : 50% - 75%
GSB : (1/2n) + 1 (n = lebar jalan) Ketinggian bangunan : -
Pemilik : -
Bangunan existing : Perumahan Penduduk
Keistimewaan site : - Site berada di dekat Balai Yasa
-Site merupakan kawasan Transit Oriented Development (TOD).
-Kawasan di sekitar site memiliki nilai sejarah tinggi.
2.3 Tinjauan Umum Proyek
2.3.1 Perkembangan Kota
Perjalanan sudah menemukan titik terang lokasi dimana harta karun berada. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah melihat garis besar yang ada di dalam peta. Garis besar ini merupakan petunjuk penting dalam menemukan harta tersebut.
Pada perkembangannya Kota Medan dikembangkan menjadi kawasan Metropolitan Mebidangro yang meiliki integrasi satu kawasan dengan kawasan lainnya. Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan Nasoinal (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Metropolitan Mebidangro yang berada di Wilayah Sumatera Bagian Utara memiliki kedudukan strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Poin penting ini menjadi landasan utama bagi pengembangan Metropolitan Mebidangro untuk menjadi pusat pelayanan kegiatan ekonomi regional tersebut. Selain itu, kawasan Metropolitan Mebidangro diharapkan mampu memberikan pelayanan yang prima untuk penduduk Metropolitan Mebidangro.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo, menyatakan bahwa penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro bertujuan untuk mewujudkan :
Kawasan Perkotaan Mebidangro yang aman, nyaman, produktif, berdaya
saing secara internasional dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional di bagian utara Pulau Sumatera.
Lingkungan perkotaan yang berkualitas dan keseimbangan DAS (daerah
aliran sungai).
Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Khusus pada kawasan Medan Timur dikhususkan untuk menjadi pusat beberapa kegiatan, diantaranya :
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis, Pusat pelayanan transportasi (TOD), Pusat kegiatan sosial-budaya.
Pada bagian Utara Kecamatan Medan Timura terdapat satu potensi yang menjadi salah satu pengembangan Metropolitan Mebidangro, yaitu Stasiun KA Pulo Brayan kota Medan dan lingkungan sekitar Stasiun KA yang memiliki nilai heritage, dengan elemen-elemen ruang yang dikembangkan adalah :
Pusat komersial pelayanan Medan Timur sekaligus Medan bagian utara Jasa perhotelan, perkantoran.
Pusat pelayanan transportasi (Stasiun KA Pulo Brayan). Ruang Terbuka Hijau Taman Kota.
2.3.2 Kebijakan Pembangunan
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Medan mencerminkan keterpaduan pembangunan antar sektor, antar kecamatan, dan antar pemangku kepentingan. Tujuan penataan ruang Kota Medan pada masa yang akan datang tidak akan terlepas dari peran, fungsi, dan kedudukannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Untuk mendukung pengembangan peran dan fungsi Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, serta tanggap dengan dinamika perkembangan dan permasalahan Kota Medan saat ini, maka kebijakan dan strategi pengembangan Kota Medan yang akan dituju, adalah:
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui RTRW Kota Medan Tahun 2008-2028
Terwujudnya pemanfaatan ruang Kota Medan yang sesuai dengan fungsi Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kota Metropolitan serta tanggap terhadap dinamika perkembangan kota yang pesat;
Merangsang dan mendorong pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi di kawasan utara dan pusat kota yang diperkirakan mempunyai skala pelayanan lokal, regional dan Internasional, sehingga diharapkan terbina hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan antar kawasan utara Medan dengan kawasan pusat Kota maupun daerah belakangnya;
Penataan Ruang Kota Medan harus berwawasan lingkungan dengan
mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma perencanaan yang tepat dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan implementasinya;
Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang memadai;
Gambar 2.6 Peta Pola Ruang Kecamatan Medan Timur (Sumber : RUTRK)
2.3.3 Deskripsi Proyek
Museum menurut International Council of Museums (ICOM, 2004) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan.
Peruntukkan lahan pada kawasan perancangan adalah
bangunan fungsi campuran, transportasi, perumahatan, komersil dan ruang
Menurut ICOM (International Council of Museums), fungsi museum ada 9, yaitu sebagai berikut :
Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan alam. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
Konservasi dan preservasi.
Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian.
Visualisasi warisan budaya dan alam.
Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.
Tujuan museum secara umum menurut ICOM yaitu untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak. Sedangkan secara khusus yaitu memamerkan kepada khalayak ramai guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan bukti-bukti nyata berupa benda-benda- dari manusia dan lingkungannya.
Kawasan Pulo Brayan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Akan tetapi banyak masyarakat yang belum mengetahui nilai sejarah yang dikandung kawasan ini. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan suatu museum yang dapat memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya sejarah yang dimiliki Kota Medan.
2.3.4 Klasifikasi Museum
Berdasarkan (Pasal 2 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM.33/PL.303/MKP/2004), museum dibedakan berdasarkan koleksi yang disimpan menjadi museum umum dan museum khusus.
Museum Umum ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil
budaya manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Contoh museum umum adalah Museum Nasional di Jakart yang koleksinya mencakup kekayaan budaya dari seluruh pelosok Indonesia.
Museum Khusus ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil
budaya manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Contoh museum khusus adalah Museum IPTEK, Museum Serangga dan Kupu-kupu, Museum Reptil, Museum Air Tawar, dan berbagai museum lainnya di Taman Mini Indonesia Indah yang koleksinya terbatas pada tema tertentu.
Berdasarkan (Sutaarga, 1999), klasifikasi museum dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain :
Berdasarkan status hukum dan kepemilikannya, museum dapat dibagi
menjadi :
a. Museum dengan status kepemilikan pemerintah b. Museum dengan status kepemilikan swasta
Berdasarkan ruang lingkup wilayah, tugas dan status hukum pendirian
serta tujuan penyelenggaraan (kedudukannya), museum dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Museum Nasional b. Museum Lokal :
2.4 Tinjauan Fungsi
2.4.1 Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan
Deskripsi pengguna dan kegiatan adalah gambaran umum mengenai pengguna dan aktivitasnya yang terjadi didalam bangunan. Pelaku dan pengguna museum sejarah dan seni ini adalah :
Pengunjung
Merupakan pengunjung dari Museum Sejarah Kota Medan. Pengunjung ini dapat dari berbagai kalangan.
Pengelola
Merupakan pengelola dari Museum Sejarah Kota Medan Peneliti
Merupakan Peneliti benda – benda bersejarah yang akan di pajang di dalam museum.
Service
Merupakan pegawai servis dari Museum Sejarah Kota Medan.
Kegiatan Utama adalah kegiatan yang mendasar yang dilakukan oleh pelaku kegiatan. Beberapa kegiatan yang terjadi berdasarkan sifatnya adalah :
Edukatif : bersifat lebih mendidik dan menambah pengetahuan. Rekreatif : bersifat lebih menghibur (refreshing).
Kreatif : bersifat menambah kemampuan otak leih aktif.
Kegiatan Pendukung adalah kegiatan yang menunjang kegiatan utama sebagai fasilitas tambahan. Beberapa kegiatan pendukung:
Souvenir dan Reatil
2.4.2 Deskripsi Perilaku Pengunjung
Diagram 2.2 Perilaku Pengunjung Pengelola
Diagram 2.3 Perilaku Pengelola TICKETING
PARKIR ENTRANCE
LOBBY TANGGA
HALL TOILET
SOUVENIR
CAFE FOOD
GALERI
KANTOR PARKIR ENTRANCE
TOILET
RUANG PERTEMUAN
TAMAN
CAFE FOOD
PULANG TAMAN
Servis
Diagram 2.4 Perilaku Pengelola
2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Museum merupakan bangunan publik. Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut. Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata, dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran.
Populasi Total Luas Areal Museum (m2 )
10.000 650 – 1300
25.000 1115 – 2230
50.000 1800 – 3600
100.000 2700 – 5500
250.000 4830 – 9800
500.000 7600 – 15.000
> 1.000.000 12.000 – 23.500
Tabel 2.4 Standard Luasan Museum LOBBY
PARKIR ENTRANCE
TOILET
RUANG ALAT
GUDANG DAPUR
TAMAN
Dalam perancangan museum, harus dipikirkan pembagian ruang, jumlah ruang, ukuran ruang, faktor elemen iklim, sirkulasi udara yang baik, juga masalah sistem penggunaan cahaya. Persyaratan minimal bangunan terdiri dari dua komponen yaitu bangunan pokok dan penunjang. Secara umum gedung museum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Bangunan dikelompokkan berdasarkan fungsi dan aktivitasnya,
ketenangan dan keramaian serta keamanan.
Pintu masuk dibedakan atas pintu masuk utama dan pintu masuk khusus. Area publik terdiri dari bangunan umum (pameran tetap dan temporer)
serta bangunan auditorium meliputi seluruh ruang pendukungnya.
Area semi publik terdiri dari bangunan adminsitrasi (perpustakaan dan ruang rapat).
Area privat terdiri dari laboratorium, studio serta daerah servis lainnya.
Menurut J. De Chiara dan J.H. Callendar dalam Time Saver Standards for Building Types (1983), persyaratan untuk sebuah museum harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
Pemilihan Tapak
Lokasi tapak tidak harus berada di pusat kota dengan pertimbangan sudah tersedianya jaringan dan fasilitas transportasi untuk mencapai suatu lokasi ke lokasi lainnya.
Ruang Servis
Perencanaan Ruang Luar
Sebuah museum yang dibangun di lingkungan yang padat, seperti daerah pusat kota maupun luar kota, penataan ruangnya harus menciptakan suasana yang terlingkupi.
Penerangan Alami
Penerangan alami dari cahaya matahari memiliki aspek ekonomis yang tinggi, namun juga memiliki efek yang buruk. Karena itu, keberadaan penerangan alami harus ditata sedemikian rupa agar tidak ada lubang cahaya yang mengganggu.
Bentuk Ruang
Dalam mendesain sebuah museum perlu penataan ruang yang baik dan fleksibel. Hal tersebut disebabkan karena fungsi galeri yang temporer dan berubah tema dan isinya.
Pembagian Ruang
Pembagian ruang dalam museum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan materi pameran, tentunya berkaitan erat dengan sistem penyinaran dan pemanfaatan penerangan alami.
Pintu Masuk
Di lokasi, pengunjung sudah diarahkan dan diberi pilihan-pilihan untuk menjelajahi ruang-ruang pamer yang ada. Penempatan pintu ini juga memudahkan pengawasan dan pelayanan terhadap pengunjung.
Ruang Pamer
2.4.4 Studi Banding Proyek Sejenis
Hong Kong Museum Of History
Gambar 2.7 Hong Kong Museum Of History (Sumber : Google)
Museum ini terletak di 100 Chatham Road South, Tsim Sha Tsui, Kowloon, Hong Kong. Hong Kong Museum of History menampilkan sejarah
perkembangan dan warisan budaya Hong Kong dari masa silam, yang dirangkum
dalam tema resmi museum ini yaitu "The Hong Kong Story". Menempati area
7000 m2, "The Hong Kong Story" ditampilkan dalam 8 galeri yang dikategorikan
menurut urutan waktu, mulai dari jaman prasejarah hingga era modern.
Gambar 2.8 Lobby Hong Kong Museum Of History
Di tiap galeri, tersedia beberapa panel grafis yang menampilkan film
dokumenter, slide-show, dan program multimedia lainnya. Di galeri pertama,
yaitu "The Natural Environment", pengunjung diajak masuk ke semacam
terowongan untuk menyelami proses terbentuknya alam semesta, dengan fokus
terbentuknya topografi Hong Kong sekitar 400 juta tahun lalu.
Lanjut ke galeri kedua, yaitu "Prehistoric Hong Kong" yang menampilkan
aktivitas manusia purba sejak 6000 tahun lalu. Galeri ini menampilkan artefak
zaman prasejarah seperti alat-alat dari batu, perunggu, dan gerabah.
Di galeri ketiga, yaitu "The Dynasties: from the Han to the Qing"
ditampilkan artefak dan maket-maket yang menggambarkan sistem masyarakay
dari dinasti Han.
Galeri yang keempat yaitu Folk Culture in Hong Kong, menampilkan
perkembangan kebudayaan tradisional Hong Kong, yang pastinya serupa dengan
kebudayaan China.
Galeri 5 hingga 7 menampilkan kisah Hong Kong saat perang Opium dan
invasi bangsa asing di Hong Kong, yaitu Inggris hingga Jepang.
Museum Fatahillah Jakarta
Gambar 2.10 Museum Fatahillah Jakarta (Sumber : Google)
Museum Fatahillah memiliki nama resmi Museum Sejarah Jakarta adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Museum Fatahillah Jakarta adalah adalah salah satu bangunan gedung
peninggalan Era penjajahan Belanda, Selain itu gedung ini merupakan salah satu bangunan bersejarah yang merupakan saksi bisu perjuangan bangsa kita meraih kemerdekaan. Museum yang terletak pada wilayah Jakarta pusat ini, memang memiliki ketertarikan tersendiri. Selain letaknya pada pusat kota, museum ini juga menyimpan sejarah pada masa penjajahan Belanda di tanah air khususnya di Jakarta.
Kemudian sekitar tahun 1919 untuk memperingati berdirinya batavia ke 300 tahun, warga kota Batavia khususnya para orang Belanda mulai tertarik untuk membuat sejarah tentang kota Batavia. Lalu pada tahun 1930, didirikanlah yayasan yang bernama Oud Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan segala hal tentang sejarah kota Batavia.
Tahun 1936, Museum Oud Batavia diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942), dan dibuka untuk umum pada tahun 1939.. Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974.
Pada sejarah museum fatahillah berdasarkan pembentukannya hingga bisa kita kunjungi sampai sekarang ini, menyimpan sisa penjajahan di dalamnya. Terbentuk menjadi dua lantai dengan ruang bawah tanah ini, berisikan banyak peninggalan bersejarah yaitu :
Lantai bawah : Berisikan peninggalan VOC seperti patung, keramik-keramik barang kerajinan seperti prasasti, gerabah, dan penemuan batuan yang ditemukan para arkeolog. Terdapat pula peninggalan kerajinan asli Betawi (Batavia) seperti dapur khas Betawi tempo dulu
Lantai dua : Terdapat perabotan peninggalan para bangsa Belanda mulai dari tempat tidur dan lukisan-lukisan, lengkap dengan jendela besar yang menghadap alun-alun. Konon, jendela besar inilah yang digunakan untuk melihat hukuman mati para tahanan yang dilakukan di tengah alun-alun. Ruang bawah tanah : Yang tidak kalah penting pada bangunan ini
Museum Monumen Yogya Kembali
Gambar 2.15 Museum Yogya Kembali
(Sumber : Google)
Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.
Gambar 2.16 Perspektif Mata Burung Museum Yogya Kembali
Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949.
Gambar 2.17 Interior Museum Yogya Kembali
2.5 Elaborasi Tema
Dalam sebuah proyek dibutuhkan tema untuk perancangan bangunan tersebut. Tema yang di gunakan pada proyek ini adalah Arsitektur Neo Vernakular.
2.5.1 Pengertian Neo Vernakular
Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Sedangkan Vernakular digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektur atau ( tata letak, denah, struktur, detail, ornamen, dll ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur Neo Vernakular merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama dengan yang baru.
2.5.2 Interpretasi Tema
Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton.
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut:
Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen)
Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).
2.5.3 Keterkaitan Tema Dengan Judul
Museum Sejarah Kota Medan merupakan suatu museum yang menceritakan perjalanan perkembangan Kota Medan dimulai kota ini lahir. Kota Medan ini juga kaya akan budaya yang dimikilinya. Oleh karena itu Museum Sejarah Kota Medan akan dirancang dengan nuansa budaya yang secara visual dikemas modern namun masih dapat melestarikan image budaya sesuai dengan budayanya. Sehingga neo vernakular sangat tepat diterapkan dalam pendekatan desain Museum Sejarah Kota Medan yang secara fisik diterapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular yang dikemas dalam modern sehingga berbeda dengan visual vernakularnya. Untuk mendukung terciptanya nuansa kultural tersebuat maka diterapkan elemen nonfisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain sehingga nuansa adat dapat dirasakan pengunjung museum.
2.5.4 Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis
Istana Budaya Kuala Lumpur Malaysia
Gambar 2.18 Istana Budaya Kuala Lumpur (Sumber : Google)
Istana Budaya atau juga dikenal sebagai The Palace of Culture, dibuka
pada September 1999, adalah teater utama Malaysia untuk persembahan seni dan teater dari dalam dan luar negara termasuk teater musikal, opereta, opera, seni tari dan juga persembahan orkestra musik klasikal dan konser musik. Istana Budaya terletak bersebelahan dengan Balai Seni Lukis Negara di Jalan Tun Abdul Razak di tengah bandaraya Kuala Lumpur.
National Theatre Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan Tradisional Melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.
Istana Budaya mengambil konsep Vernakular dari rumah tradisional Melayu Malaysia dengan sangat jelas dan memberikan pengulangan pada bagian atapnya yang bertingkat-tingkat. Atap pelana yang biasanya digunakan pada bangunan rumah tradisional sangat dapat diaplikasikan ke gedung theatre ini karena membutuhkan ruang yang besar dan tinggi seperti pada rumah tradisional yang menggunakan atap besar dan tinggi.
Interior dari bangunan Istana Budaya ini juga dilengkapi dengan relief – relief dan ukiran dari budaya melayu. Hal ini memperkuat arsitektur neo vernacular yang dimiliki bangunan ini.
Gambar 2.21 Interior Lobby Istana Budaya Kuala Lumpur (Sumber : Google)
Mesjid Raya Sumatera Barat
Gambar 2.23 Mesjid Raya Sumatera Barat (Sumber : Google)
Masjid Raya Sumatera Baratatau juga dikenal sebagai Masjid Mahligai Minang adalah salah satu masjid terbesar di Indonesia yang terletak di Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Arsitek yang merancang masjid ini bernama Rizal Muslimin ini. Bangunan utama Masjid Raya
Sumatera Barat terdiri dari tiga lantai dengan luas area sekitar 40.343 meter
persegi yang mampu menampung sekitar 20.000 jamaah. Tak hanya itu, masjid ini
dirancang mampu menahan gempa hingga 10 SR sekaligus shelter lokasi evakuasi
bila terjadi tsunami. Lantai dasar masjid dapat menampung 15.000 jemaah, lantai
kedua dan ketiga sekitar 5.000 jamaah.
Konstruksi masjid terdiri dari tiga lantai. Ruang utama yang dipergunakan
sebagai ruang salat terletak di lantai dua, terhubung dengan teras terbuka yang
melandai ke jalan. Denah masjid berbentuk persegi yang melancip di keempat
penjurunya, menampilkan bentuk bentangan kain ketika empat kabilah suku
Quraisy di Mekkah berbagi kehormatan memindahkan batu Hajar Aswad dengan
memegang masing-masing sudut kain. Bentuk sudut lancip sekaligus mewakili
d