• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Kode Etik Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Kode Etik Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum

2.1.1. Perpustakaan Umum

Perpustakaan merupakan hal yang penting dalam setiap program pendidikan, dan penelitian. Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dengan dana umum tujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan informasi secara menyeluruh tanpa membedakan jenis kelamin, agama, ras, usia, pekerjaan dan kedudukan. Adapun pengertian perpustakaan umum menurut Sutarno (2003;2) perpustakaan umum adalah Lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.

Sedangkan Santoso (2006;159) mengemukakan bahwa: Perpustakaaan umum adalah pusat informasi yang menyediakan pengetahuan dan informasi-informasi siap akses bagi penggunanya. Layanan perpustakaan umum disediakan dengan dasar kesamaan akses untuk semua orang tanpa memandang perbedaan umur, ras, gender, agama, kebangsaan, bahasa dan status sosial. Semua kelompok umur pemakai harus mendapatkan materi yang sesuai dengan kebutuhannya dan koleksi dan layanan harus bebas dari sensor politik, agama atau tekanan sosial.

(2)

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

UNESCO dalam Sudarsono (2006;158) mengeluarkan manifesto perpustakaan umum. Manifesto tersebut menyatakan bahwa ada 4 pokok penting tujuan perpustakaan umum, yaitu:

1. Kemerdekaan, kesejahteraan dan pembangunan masyarakat maupun perorangan adalah nilai dasar kemanusiaan. Ini hanya akan terwujud melalui tingkat kemampuan warga yang sadar informasi untuk melakukan hak demokratis dan dan memainkan peran aktifnya dalam masyarakat. Partisipasi konstruktif dan upaya pembangunan demokrasi sangat tergantung pada cukupnya pendidikan dan juga pada kemerdekaan akses yang tak terbatas pada pengetahuan, pemikiran dan budaya informasi.

2. Perpustakaan umum merupakan gerbang menuju pengetahuan, menyediakan kondisi awal bagi perorangan maupun kelompok sosial untuk melakukan kegiatan belajar seumur hidup, pengambilan keputusan mandiri dan pembangunan budaya.

3. Manifesto ini menyatakan keyakinan Unesco pada perpustakaan umum sebagai kekuatan yang menghidupkan budaya pendidikan dan informasi serta sebagai lembaga untuk membina kedamaian dan kesejahteraan spiritual melalui pemikiran manusia.

4. Oleh karena itu Unesco mendorong pemerintahan baik daerah maupun pusat agar mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan umum.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari perpustakaan umum adalah sebagai lembaga yang membina dan mendukung masyarakat dalam melakukan kegiatan belajar seumur hidup untuk menciptakan budaya pendidikan dan informasi. Oleh sebab itu pemerintah harus mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perpustakaan Umum

Untuk mencapai suatu tujuan perpustakaan umum harus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Adapun tugas perpustakaan umum menurut Yusup (1995;24) adalah:

1. Mengumpulkan segala macam media cetak dan karya lainnya yang dihasilkan oleh daerah yang tercakup dalam wilayah koordinasinya.

2. Menghimpun semua jenis informasi kemudian mengolahnya untuk kepentingan pemanfaatan bagi masyarakat banyak, yaitu anggota masyarakat yang secara administratif terjangkau dalam pelayanannya.

3. Mengelola sumber-sumber informasi yang beragam pula sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bervariasi.

(3)

Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000;5), Tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan umum adalah menghimpun semua informasi, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka untuk kepentingan pemnfaatan bagi masyarakat umum. Pendapat lain dikemukakan oleh Yusuf (1996;18) menyatakan bahwa tugas pokok perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melayani

kebutuhan bahan pustaka masyarakat. 2. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan

kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca sedini mungkin. 3. Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan

kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan

formal, nonformal, dan informal. 4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca agar

dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

(4)

2.2 Pengertian Pustakawan

Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustkaan atau ahli perpustakaan yang melaksanakan kegiatan mengumpulkan informasi, mengelolah dan menyebarluaskan kepada masyarakat. Kata pustakawan sendiri berasal dari kata “pustaka” dan “wan” diartikan

sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat dengan dengan pustaka atau bahan pustaka.

Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang disebut pustakawan adalah:

Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan. Sedangkan menurut kamus istilah perpustakaan karangan Lasa, HS. Librarian pustakawan, penyaji informasi adalah:

Tenaga profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi.

Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa :

Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperolehnya melalui pendidikan dan atau/pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

(5)

Poerwadarminta dalam Aziz (2006;44) menambahkan bahwa:

Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian tersebut berarti pustakawan sebagai tenaga yang berkompeten dibidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

Selanjutnya Aziz (2006;44) menambahkan bahwa:

Perpustakan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi yang disediakan merupakan informasi publik melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi berbagai jenis perpustakaan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pustakawan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenag dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

2.3 Profesi Pustakawan

(6)

Eksistensi tenaga profesional pustakawan telah diakui pemerintah secara resmi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara No.18/MENPAN/1988 tntang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustkawan dan diperbaharui dengan SK Menpan No.33 Tahun 1990 yang kemudian diperbaharui kembali dengan SK Menpan No.132 Tahun 2002. Para ahli atau pemerhati pustakawan pun secara jelas mengakui eksistensi pustakawan sebagai suatu profesi. Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi, yaitu:

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis Seseorang profesional harus memiliki pengetahuan teoritis dan keterampilan

menegenai bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam pelaksanaanya atau prakteknya dlam kehidupan sehari-hari.

2. Asosiasi Profesional Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh

anggota profesi yang bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.

3. Pendidikan yang Ekstensi Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam

jenjang pendidikan tinggi. Seorang profesional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.

4. Ujian Kompetisi Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk

lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.

5. Pelatihan Institusional Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk megikuti pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.

6. Lisensi Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

7. Otonomi Kerja Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka

agar terhindar dari adanya intervensi dari luar.

8. Kode Etik Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan

(7)

9. Mengatur Diri Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur

tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualitas paling tinggi.

10.Layanan Publik da Altruism

Diperolehnyapenghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.

11.Status dan Imbalan yang tinggi Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan

imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

Benge (1972;222) berpendapat bahwa kebendapustakawanan adalah suatu kata benda yang berarti profesi atau suatu badan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari atau merupakan aplikasi ilmu pengetahuan terhadap kegiatan praktis. Kegiatan yang tercakup dalam kepustakawanan adalah:

1. Pengumpulan bahan pustaka

2. Pelestarian bahan pustaka

3. Pengorgnisasian bahan pustaka

4. Penyebaran sumber informasi yang dikandung bahan pustaka

(8)

Hal senada dinyatakan oleh Tjitropranoto (1995;29-30) yang menggambarkan tenaga profesional pustakawan berdasarkan keahlian dan ketrampilan dengan ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai metodologi, teknik analisis, serta teknik dan prosedur kerja yang didasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan dan atau pelatihan teknis tertentu dengan sertifikasi.

2. Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

3. Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan : tingkat keahlian bagi jabatan fungsional keahlian, tingkat keterampilan bagi jabatan fungsional keterampilan.

4. Pelaksanaan tugas bersifat mandiri

5. Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organsasi.

Menurut Kast (1990), pustakawan termasuk jenis profesi yang mengandung unsur inklusif yaitu jas profesi yang secara langsung menyentuh semua lapisan masyarakat. Sama dengan dokter, pustakawan berkewajiban melayani kebutuhan informasi semua masyarakat, tanpa memandang status apapun.

Senada dengan itu, Sulistyo-Basuki (1991) mendefenisikan profesi pustakawan mempunyai ciri sebagai berikut:

1.Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian.

2.Adanya struktur dan pola pendidikan yang jelas.

3.Adanya kode etik.

4.Adanya tingkat kemandirian.

(9)

Maka dapat dikatakan bahwa profesi pustakawan adalah suatu profesi yang menunjukkan tugas, bertnggung jawab, memiliki wewenang dan hak pustakawan didasarkan pada keahlian dan keterampilan dalam melaksanakan kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang bersifat mandiri. Keahlian dan keterampilan di bidang perpustakaan atau kompetensi memadai yang dipersyaratkan di bidang perpustakaan menandakan profesi pustakawan menempati posisi dalam katagori profesi yang profesional.

Menurut Stress (1991;180) aspek profesionalitas pustakawan tidak berebeda dengan profesi lainnya dengan tolak ukur sebagai berikut:

1. Keterampilan kemampuan dan pengetahuan. Keterampilan mengacu pada kualitas penampilan dalam pelaksaan aktivitas kerja. Kemampuan menunjukkan ketajaman berpikir dalam mengemas dan menyelesaikan pekerjaan yang tepat. Pengetahuan berkaitan dengan wawasan di bidang perpustakaan serta bidang lainnya sebagai landasan terciptanya daya kreasi, gagasan atau prinsip-prinsp yang diperlukan.

2. Kedewasaan psikologis, behubungan dengan kesiapan mental pustakawan dalam menghadapi tugas serta tanggung jawab atas hasil serta konsekuensi pekerjaannya, selalu bersikap terbuka dalam menerima masukan atau kritik yang konstruktif.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standart perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.

2.3.1. Etika Profesi

(10)

Menurut Soegarda Poerbakawatja berpendapat bahwa etika merupakan filsafat nilai yang meliputi pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan yang ada di dalam hidup manusia, terutama mengenai gerik-gerik pikiran serta rasa yang merupakan pertimbangan dari perasaan hingga mengenai tujuan dari bentuk perbuatan.

Salam (1997;1) juga membuat pengertian tentang etika adalah: sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok”

Menurut Simorangkir (2003 ; 3) etika pada umumnya diartikan sebagai

Suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa etika adalah ilmu yang mengajarkan tentang baik dan buruk dalam mengendalikan pola perilaku hidup manusia baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.

2.3.2. Prinsip-prinsip Etika Profesi

Seorang profesional dalam melakukan tugas dan kewajibannya selalu berhubungan erat dengan kode etik profesi yang dijadikan sebagai standar moral, tolak ukur, atau pedoman dalam melaksanakan pekerjaan, kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, prinsip-prinsip etika profesi yang dikemukakan oleh Salam (1997;142) yaitu:

1. Tanggung Jawab

(11)

2. Keadilan

Prinsip ini menuntut para profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Dalam rangka pelaksanaan sebuah profesi, tuntutan itu berarti di dalam menjalankan profesinya setiap orang profesional tidak boleh melanggar hak orang lain, atau pihak lain, lembaga atau negara sebaliknya, kaum profesional perlu menghargai hak pihak-pihak lain itu, sebagaimana ia sendiri mengharapkan agar pihak lain menghargai haknya serta hak kelompok atau perusahaan yang diwakilinya. Karena itu, jika dia tahu bahwa pelaksanaan profesinya akan melanggar hak orang atau pihak lain, maka ia harus menghentikan tindakan itu.

3. Otonomi

Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya, otonomi menuntut agar organisasi profesi secara keseluruhan bebas dari campur tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak-pihak lain.

Pendapat lain prinsip-prinsip etika profesi, menurut Ernawan (2007:126) adalah: 1. Sikap Baik

Merupakan prinsip dasar etika. Prinsip etika baik mendasari semua norma moral. Hendaknya kita bernada positif dengan berbuat baik dengan memulai dengan kegiatan-kegiatan yang merupakan awal kesejahteraan terutama pada masyarakat. 2. Tanggung Jawab

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan berdasarkan standar profesi agar hasil yang dicapai efektif dan efisien serta dampaknya terhadap kehidupan orang lain. 3. Kejujuran

Kejujuran merupakan suatu jaminan dan dasar kepercayaan masyarakat terhadap para profesional.

4. Keadilan

(12)

5. Hormat Pada Diri Sendiri

Manusia pada dasarnya wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini mempunyai dua arah, yaitu kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, atau diperbudak dan jangan sampai kita membiarkan diri kita tidak memanfaatkan potensi yang ada karena berarti kita telah menyia-nyiakan bakat dan kemampuan yang telah dianugerahka kepada kita.

6. Kesetiaan

Setia pada tujuan dan nilai-nilai luhur profesinya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip dari etika profesi yaitu tanggung jawab, keadilan, kesetiaan dan otonomi.

2.4 Kode Etik

Kode etik dilihat dari segi asal-usul kata terdiri dari dua kata yaitu kode dan etik, dalam bahasa Inggris terdapat berbagai makna dari kata code diantaranya tingkah laku, perilaku, peraturan perundang-undangan, dan kata etik bermakna sejumlah aturan moral atau prinsip prilaku untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

Menurut Simorangkir (2003;87) kode etik adalah:

Persetujuan bersama, yang timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih mengarahkan perkembangan mereka, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang diharapkan.

Jadi kode etik adalah hasil murni yang sesuai dengan aspirasi profesi suatu kelompok tertentu, demi untuk kepentingan bersama dan kerukunan.

Sedangkan Salam (1997;150) mengemukakan kode etik merupakan

Ikhtisar mengenai nilai-nilai profesi yang menegaskan dan merinci aturan-aturan mengenai perilaku terhadap mana para anggotanya harus memihak dan melibatkan diri agar mereka tetap dapat berpenampilan baik dalam organisasi profesinya.

Pendapat lain pengertian kode etik menurut Soepardan (2007;38) adalah

(13)

Dalam Kamus Bisnis (2014;1) pengertian kode etik adalah:

Seperangkat aturan yang jelas dan tertulis sebagai pedoman bagi para manajer, karyawan, dan agen dari suatu organisasi dalam berperilaku.

Pengertian kode etik juga dikemukakan oleh Suwarno (2010;92) yaitu, sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang baik bagi profesional.

Dalam kode etik pustakawan Indonesia Pasal 1, kode etik pustakawan Indonesia merupakan:

1. Aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap pustakawan dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pustakawan;

2. Etika profesi pustakawan yang menjadi landasan moral yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap pustakawan;

3. Ketentuan mengatur pustakawan dalam melaksanakan tugas kepada diri sendiri, sesama pustakawan, pengguna, masyarakat dan negara.

(14)

2.4.1 Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujuan organisasi profesi menciptakan kode etik suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Hermawan dan Zen (2006;84) memberikan penjabaran mengenai tujuan kode etik dari suatu organisasi profesi yaitu:

1. Menjaga Martabat dan Moral Profesi

Salah satu hal yang harus dijaga oleh suatu profesi adalah martabat dan moral. Agar profesi itu mempunyai martabat yang perlu dijaga dan dipelihara adalah moral. Profesi yang mempunyai martabat dan moral yang tinggi, sudah pasti akan mempunyai citra atau image yang tinggi pula di masyarakat. Untuk itu, profesi membuat kode etik yang akan mengatur sikap dan tingkah laku anggotanya, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu kode etik profesi sering disebut juga sebagai kode kohormatan profesi, jika kode etik dilanggar maka nama baik profesi akan tercemar, berarti merusak martabat profesi.

2. Memelihara Hubungan Antar Profesi

Kode etik juga dimaksudkan untuk memelihara hubungan antar anggota. Dalam kode etik diatur hak dan kewajiban kepada antar sesama anggota profesi. Satu sama lain saling hormat menghormati dan bersikap adil, serta berusaha meningkatkan kesejahteraan bersama. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan mampu mendukung keberhasilan bersama.

3. Memelihara Hubungan Anggota Profesi

Dalam kode etik dirumuskan tujuan pengabdian profesi, sehingga anggota profesi mendapat kepastian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, biasanya kode etik merumuskan ketentuan bagaimana anggota profesi melayani masyarakat. Dengan adanya ketentuan itu, para anggota profesi dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan tanah air serta kemanusiaan.

4. Meningkatkan Mutu Profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat kewajiban agar para

(15)

5. Melindungi Masyarakat Pemakai

Profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat. Melalui kode etik yang dimiliki, dapat melindungi pemakai jasa. Ketika ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan sebagai pekerja profesional, maka kode etik adalah rujukan bersama.

Sejalan dengan pendapat Hermawan dan Zen, pendapat lain tujuan dari kode etik menurut Soepardan (2007;40) menyatakan bahwa tujuan kode etik adalah sebagai berikut:

1. Menjunjung Tinggi Martabat dan Citra Profesi

Image pihak luar atau masyarakat terhadap satu profesi perlu dijaga untuk mencegah

pandangan merendahkan atau meremehkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar sehingga kode etik disebut juga “kode kehormatan”.

2. Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggota

Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peratuan-perauran yang mengatur tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama anggota profesi.

3. Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi

Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketetuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. Meningkatkan Mutu Profesi Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

(16)

mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan material para anggotanya.

Sehingga maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik yaitu: a. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral.

b. Menjaga dan meningkatkan keterampilan teknis.

c. Melindungi kesejahteraan materil dari para pengemban profesi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan dibuatnya kode etik profesi yaitu untuk menjunjung moral dan martabat dari suatu profesi, meningkatkan mutu dari profesi, memelihara hubungan dan meningkatkan kesejahteraan para anggota.

2.4.1.1 Fungsi Kode Etik

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pelindung dan pengembangan bagi profesi. Menurut Julia (2013;3) ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik yaitu:

1. Kode etik memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

2. Kode etik merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja.

3. Kode etik mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi dilain instansi atau perusahaan.

Pendapat lain fungsi kode etik yang dikemukakan oleh Ernawan (2007;125) yaitu:

(17)

2. Sarana kontrol sosial.

3. Pengemban patokan yang lebih tinggi. 4. Pencegah kesalahpahaman dan konflik.

Sedangkan Soepardan dan Hadi mengemukakan (2007;39) kode etik berfungsi sebagai berikut:

1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik.

2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan dalam memberi pelayanan.

3. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri.

4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi teman sejawat.

5. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral. 6. Menginformasikan kepada profesional tentang nilai dan standar profesi.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa fungsi dari kode etik yaitu sebagai sarana kontrol sosial, memberikan pedoman dan panduan bagi anggota profesi, untuk mencegah kesalah pahaman dan untuk mengevaluasi diri.

2.4.2 Kode Etik Pustakawan

Kode etik pustakawan di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), sehingga setiap pustakawan harus tunduk dan taat pada kode etik pustakawan Indonesia, dengan demikian kode etik pustakawan menjadi milik seluruh anggota profesi pustakawan.

Kode Etik Pustakawan Indonesia terdiri dari beberapa bagian yaitu: 1. Mukadimah.

2. Bab I berisi tentang ketentuan umum. 3. Bab II berisi tentang tujuan.

4. Bab III berisi tentang sikap dasar pustakawan, hubungan dengan pengguna, hubungan antar pustakawan, hubungan dengan pustakawan, hubungan pustakawan dengan organisasi profesi, hubungan pustakawan dalam masyarakat, pelanggaran, pengawasan dan ketentuan lain.

(18)

2.4.2.1 Tujuan Kode Etik Pustakawan

Kode etik pustakawan mengatur dan sebagai pedoman kerja bagi pustakawan, tujuan kode etik pustakawan adalah agar pustakawan profesional dalam memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemustaka. Beberapa tujuan dari kode etik pustakawan menurut Hermawan dan Zen (2006;84) yaitu:

1. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara.

2. Menjaga martabat pustakawan adalah tugas anggota untuk selalu martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan niai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.

3. Meningkatkan mutu profesi pustakawan; untuk dapat memberikan layanan kepustakawan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada masyarakat; mendapatkan informasi, adalah merupakan hak setiap orang, maka pustakawan sebagai pekerja harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Tujuan kode etik pustakawan yang tertuang dalam kode etik pustakawan Indonesia Pasal 2 adalah:

1. Membina dan membentuk karakter pustakawan.

2. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial

3. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antara anggota dengan masyarakat. 4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra

pustakawan.

(19)

2.4.2.2 Manfaat Kode Etik Pustakawan

Kode etik memberikan manfaat terhadap profesi, anggota dan masyarakat, menurut Hermawan dan Zen (2006:101) memberikan penjelasan secara rinci manfaaat kode etik adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi profesi

Manfaat kode etik bagi profesi adalah sebagai berikut ; a. Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional.

b. Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan bertanggung jawab.

c. Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja.

d. Sebagai alat kontrol masuknya anggota ke dalam profesi atau asosiasi.

e. Meyakinkan hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang disajikan terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.

f. Menyediakan manajemen layanan perpustakaan informasi yang baik dan efektif.

g. Mendorong para pustakawan untuk memahami tanggung jawab individual untuk melibatkan diri dan mendukung assosiasi profesi mereka.

2. Manfaat Bagi Anggota

Manfaat kode etik bagi anggota profesi adalah sebagi berikut:

a. Anggota profesi memiliki tuntutan moral dalam melaksanakan tugas profesinya.

b. Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik. c. Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para anggota. d. Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan reputasi. e. Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi.

f. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan pemakai, pustakawan dan atasan.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Manfaat kode etik bagi masyarakat adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat.

b. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkannya. c. Memberi perlindungan hak akses terhadap informasi.

d. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya.

e. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang diberikan.

(20)

2.4.3 Substansi Kode Etik Pustakawan Indonesia

Dalam kode etik pustakawan Indonesia memiliki substansi yang dijabarkan dalam berbagai kewajiban yang dimiliki pustakawan, yaitu sikap dasar pustakawanan, hubungan dengan pengguna, hubungan antar-pustakawan, hubungan dengan perpustakaan, hubungan pustakawan dengan organisasi profesi, dan hubungan pustakawan dengan masyarakat.

2.4.3.1 Sikap Dasar Pustakawan

Kode etik pustakawan yang ditetapkan IPI pada Pasal 3 menuangkan beberapa sikap dasar, menurut Suwarno (2010;115) substansi kode etik pustakawan dalam sikap dasar pustakawan yaitu:

a. Berupaya melaksanakan tugas yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya. Tugas pustakawan adalah melayani pemustaka denga baik. Maka dalam kode etik ini, pustakawan dituntut untuk dapat menyerap aspirasi masyarakat pemustaka untuk kemudian memberikan layanan sesuai dengan harapan pemustakanya.

b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah seorang yang telah memiliki ilmu dibidang perpustakaan artinya, ia memiliki dibidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu terutama bidang kepustakawanan.

(21)

terhadap dirinya, ia bertanggung jawab dengan profesi pustakawan yang disandangnya.

d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan pertimbangan profesional. Pustakawan sebagai seorang yang profesional dituntut bersikap dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Setiap tugas yang dibebankan dilakukan atau dikerjakan secara profesional, begitu pula ketika memutuskan sesuatu harus dipertimbangkan berdasarkan prinsip-prinsip profesionalisme.

e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi. Pustakawan bukan profesi yang profit, keuntungan yang didapat pustakawan berasal dari jasa profesi yang telah dilakukannya. Hal ini mengisyaratkan sebagai larangan kepada pustakawan untuk tidak melakukan hal-hal negatif yang menyebabkan terganggunya nama baik profesi pustakawan, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Kode etik pustakawan Indonesia menghendaki pustakawan berlaku jujur, bersih, dan menghindarkan diri dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunakan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan, dan juga agar fasilitas yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.

f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun perbuatan.Pustakawan adalah individu yang hidup di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pustakawan tidak lepas dari interaksinya dengan orang lain. Untuk menjaga martabatnya dan profesinya, pustakawan dituntut untuk dapat berinteraksi dan melayani masyarakat dengan baik, santun, dan bijaksana.

(22)

tugas profesi, tindakan dan keputusan berdasarkan pertimbangan profesional, tidak menyalahgunakan kedudukan untuk mengambil keuntungan dan bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pemustaka.

2.4.3.2. Hubungan dengan Pengguna/Pemustaka

Kepentingan utama pustakawan adalah pemustaka, kewajiban pustakawan kepada masyarakat dimuat dalam kode etik pustakawan yang dikeluarkan IPI, Suwarno (2010:117) menjabarkan hubungan dengan pengguna/pemustaka meliputi:

1. Puskawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi. Pustakawan menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa pandang ras, agama, status sosial, ekonomi, politik, gender kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Hak perorangan atas informasi bermakna sebagai hak pemustakan mendapatkan informasi yang seluas-luasnya, dan kemudian menjadi tugas pustakawan untuk dapat memberikan pelayanan kepada pemustaka dengan sebaik-baiknya.

2. Pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi pengguna informasi yang diperoleh dari perpustakaan.

Informasi yang diakses oleh pemustaka tidak dapat dideteksi oleh pustakawan, pemustaka juga dengan leluasa dapat menggunakan informasi yang diaksesnya untuk kepentingannya tanpa harus diketahui oleh pustakawan sebagai pengelola informasi di perpustakaan, dengan demikian, pustakawan dalam hal ini tidak bertanggung jawab terhadap informasi yang telah diakses oleh pemustaka, baik untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan lain sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

3. Pustakawan berkewajiban melindungi hak privasi pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari.

Melindungi hak privasi dan kerahasiaan yang disebut di sini bermakna bahwa pemustaka memiliki hak untuk dilindungi segala privasinya dalam hal informasi yang dicarinya. Dengan demikian, pustakawan dituntut untuk menjaga dan melindungi kerahasiaan tersebut. Dengan kata lain pustakawan harus menyembunyikan atau tidak mengumumkan sesuatu yang bersifat rahasia, terutama yang menyangkut informasi yang dicari oleh pemustakanya.

d. Pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.

Sejalan dengan pustakawan yang memiliki kewajiban melindungi hak privasi pemustaka, pustakawan harus pula mengakui dan menghormati hak milik intelektual. Artinya, informasi yang dikelola oleh pustakawan, terutama yang menyangkut karya seseorang, baik sendiri maupun bersama-sama yang lain, berupa buku, majalah, kaset, disket, CD dan program komputer, dan lain sebagainya adalah karya yang memiliki kekuatan hukum untuk dilindungi, untuk itu pustakawan harus konsekuen dengan profesinya untuk melindungi hak cipta penulisannya dengan mencegah oknum-oknum yang ingin menggunakan karya tersebut untuk tujuan yang tidak sesuai dengan undang-undang.

(23)

pemustaka/pengguna atas informasi, pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi pengguna/pemustaka atas informasi yang diperoleh dari perpustakaan, pustakawan berkewajiban melingungi hak privasi pengguna/pemustaka dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari dan pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual. 2.4.4 Kode Etik dalam Prilaku Pustakawan

Untuk mewujudkan tujuan kode etik pustakawan, kode etik telah menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pustakawan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, karena kode etik merupakan kaidah umum, maka kode etik tersebut perlu dijabarkan dan diterapkan ke dalam prilaku pustakawan, sehingga dapat dengan mudah dilaksanakan dalam pelaksanaan tugasnya.

Hermawan dan Zen (2006:123) menjabarkan kode etik perlu diterapkan dalam berbagai kegiatan berikut:

1. Pergaulan di Masyarakat

Di dalam masyarakat, pustakawan harus bersikap luwes dan tidak kaku. Ia harus memiliki perilaku yang baik antara lain sopan santum, sabar dan tidak murah marah, suka menolong, menghormati orang lain, penuh perhatian, tidak egois, memiliki sikap tenggang rasa, percaya diri dan komunikatif.

2. Pelayanan kepada Masyarakat

Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, pustakawan harus mengenal masyarakat pengguna, luwes dalam melayani, mengetahui kemauan pengguna, mempromosikan produk layanan, melayani sampai tuntas, tidak memaksakan kehendak, melayani dengan wajah ceria, menjamin kerahasiaan, mau mendengarkan keluhan, tidak berprasangka negatif, dan suka mengucapkan terimakasih.

3. Hubungan Dengan Rekan Sejawat

Selain berhubungan baik dengan masyarakat, pustakawan juga hendaknya menjaga dan memelihara hubungan baik dengan rekan sejawat sehingga akan tercipta suasana yang harmonis diantara pustakawan. Oleh karena itu, pustakawan perlu memperhatikan sikap mereka, antara lain tidak sombong atau rendah diri, tidak suka menyakiti, serta mampu menempatkan diri.

4. Hubungan Dengan Atasan

Pustakawan hendaknya menciptakan hubungan yang baik juga dengan atasan. Untuk dapat bekerja sama yang baik dengan atasan, pustakawan seharusnya loyal terhadap pekerjaannya dan lebih suka memberi solusi daripada masalah.

5. Penampilan Pribadi

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan peran GAPOKTAN Mustika Jaya dalam meningkatkan pendapatan petani karet di Desa Pinang Sebatang Kecamatan

[r]

Dari ke empat kelas tersebut guru yang mengajar hanya satu orang yang mengajar mata pelajaran ekonomi dan tentunya apa yang disampaikan dari setiap kelas akan sama, maka dari

b.Penelitian difokuskan pada jenis nama dalam masyarakat Batak Karo yang terdapat di Kecamatan Juhar.a. c.Penelitian ini difokuskan pada kategorisasi makna nama orang yang

Perhitungan Tunjangan Tambahan yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota.. Salatiga kurang efektif karena masih menggunakan perhitungan

Kondisi dinding rumah terbuat dari papan dan tidak rapat memudahkan nyamuk untuk masuk ke dalam rumah, dan terdapatnya genangan air di sekitar rumah merupakan tempat

Terkhusus kepada kekasih Angga Satri Hardiansyah S.T dan sahabat-sahabat penulis yaitu Pestaria, Juli, Anggun dan teman-teman stambuk 2013 Program Studi Sastra Indonesia yang

pernah mengalami abortus sebelumnya, usia kehamilan kurang dari 12 minggu, tidak bekerja dan pendidikan terakhir.. SD, SLTP dan SLTA dibandingkan dengan ibu yang tidak