PERANCANGAN APLIKASI DIGITAL AUDIO WATERMARKING
DENGAN METODE LOW BIT CODING
Ardi Firmansyah
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Depok 16424, Indonesia
E-mail: ardifirmansyah8@yahoo.com
ABSTRAK
Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan internet, menjadi sangat mudah untuk mendistribusikan file-file digital, khususnya file audio digital. Pembajakan atau penduplikasian file audio digital menjadi masalah yang sangat pelik pada saat ini. Para perusahaan rekaman sangat merugi karena pembajakan ini. Oleh karena itu, perlu ada cara untuk meningkatkan keamanan hak cipta pada file audio digital. Watermarking Audio Digital digunakan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Dalam melakukan watermarking audio, banyak metode yang dapat digunakan. Salah satunya adalah Low Bit Coding. Metode Low Bit Coding ini dipilih karena merupakan metode yang cepat dan mudah.
Kata Kunci: Penyisipan, Pengekstraksian, Low Bit Coding, Tanda Air
ABSTRACT
watermarking, many methods can be used. One is the Low Bit Coding. Low Bit Coding Method was chosen because it is a quick and easy method.
Keyword: Encoding, Decoding, Low Bit Coding, Watermarking
1. PENDAHULUAN
Baru-baru ini rencana pengesahan Undang-Undang Anti-pembajakan Amerika Serikat alias Stop Online Piracy Act (SOPA) dan Protect Intellectual Property Act (PIPA) membuat heboh masyarakat internet, bagaimana tidak, situs-situs file sharing seperti Megaupload ditutup oleh FBI, sehingga membuat kita tidak bisa lagi mendownload file-file digital.
Dampak dari SOPA dan PIPA ini dapat meminimalisir tindakan pembajakan-pembajakan file digital. Tapi tetap saja, masih banyak yang melakukan pembajakan walaupun undang-undang diatas disahkan. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk melindungi hak cipta dari file digital tersebut. Banyak cara untuk melindungi dan mengamankan file digital, contohnya seperti memberikan watermark pada file digital tersebut.
Teknik Digital Watermarking merupakan teknik menyisipkan suatu informasi ke dalam data multimedia dengan memanfaatkan kekurangan pada indera manusia, yaitu mata dan telinga. Informasi tersebut dapat berupa citra, audio, maupun video. Informasi yang disisipkan tersebut disebut dengan watermark. Informasi yang disisipkan dapat dideteksi oleh komputer dan harus dapat di ekstraksi kembali, serta memberikan efek seminimal mungkin pada kualitas file digitalnya. Pada audio digital, telinga yang mendengarkan file audio yang telah diberikan watermark tidak bisa membedakan apakah file audio tersebut telah diberi watermark atau tidak.
Tujuan penelitian / penulisan adalah untuk merancang suatu aplikasi yang dapat menambahkan informasi ke dalam format audio digital dan menganalisa apakah ada perbedaan ukuran file audio yang signifikan terhadap proses encoding. Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah dapat melindungi dan mengamankan file audio digital dari tindakan penduplikasian atau pembajakan.
2. METODE PENELITIAN
Dalam skripsi ini, penulis melakukan tahap perencanaan dengan melakukan pengumpulan materi, menentukan metode dan software yang digunakan, tahap perancangan seperti membuat rancangan interface atau GUI dari aplikasi watermarking, tahap pembuatan aplikasi seperti proses pembuatan rancangan GUI dan pembuatan program dengan menggunakan bahasa pemrograman Matlab, tahap pengujian aplikasi dengan menjalankan aplikasi dan melihat kekurangan pada program serta memperbaiki kesalahan tersebut, dan juga tahap implementasi dalam bentuk *.exe.
3. PEMBAHASAN
Definisi Watermarking
Watermarking adalah suatu cara penyembunyian atau penanaman data/informasi tertentu (baik hanya berupa catatan umum maupun rahasia) kedalam suatu data digital lainnya, tetapi tidak diketahui kehadirannya oleh indera manusia (indera penglihatan atau indera pendengaran), dan mampu menghadapi proses-proses pengolahan sinyal digital sampai pada tahap tertentu.
Watermarking memanfaatkan kekurangan-kekurangan sistem indera manusia seperti mata dan telinga. Dengan adanya kekurangan inilah, metoda watermarking dapat diterapkan pada berbagai media digital.
Karakteristik Watermarking
Terdapat beberapa karakteristik penting yang dimiliki oleh watermark, yaitu:
1. Fidelity; Berarti watermark tidak boleh dapat dideteksi oleh indera manusia, serta tidak boleh menurunkan kualitas data digital penampung secara siginifikan.
2. Robustness; Berarti watermark harus disisipkan dalam data digital penampung dengansangat kuat sehingga tahan terhadap segala macam usaha untuk memanipulasi data digital penampung. Watermark harus tetap dapat dideteksi meskipun data digital penampungnya telah mengalami manipulasi.
3. Fragility; Berlawanan dengan konsep robustness, konsep ini menghendaki watermark bersifat rapuh. Tentu saja hal ini dilakukan dalam beberapa aplikasi tertentu saja. Watermark sengaja didesain rapuh terhadap beberapa modifikasi data digital penampung, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang telah terjadi pada data digital penampung.
4. Tamper Resistance; Menghendaki agar watermark tahan terhadap segala modifikasi yang dilakukan terhadap data digital penampung yang memang bertujuan untuk menghilangkan watermark.
5. Invisibility/Imperceptibility; Perbedaan antara media asli dengan media yang sudah disisipi watermark tidak dapat dipersepsikan oleh indra manusia, atau dengan kata lain, tidak banyak penyimpangan yang berarti pada media yang disisipi watermark dengan media sebelumnya.
6. Security/detectability; Media yang sudah disisipi oleh watermark harus tidak dapat dideteksi atau dikenali tanpa cara yang telah ditetapkan. Dengan kata lain media yang disisipi harus tahan terhadap serangan pemalsuan.
Metode Watermarking Audio Digital
a. Phase Coding
Cara kerja metode ini adalah dengan mengganti fase bagian awal sinyal suara dengan fase yang berhubungan yang mewakili data. Fase bagian lain yang mengikuti diatur untuk melindungi fase relatif antar bagian.
Phase coding merupakan metode yang paling efektif dari segi perbandingan noise signal-to-perceived. Jika hubungan fase antar antar setiap komponen frekuensi diubah secara dramatis, akan terjadi dispersi fase yang tampak dengan jelas. Akan tetapi, selama modifikasi fase cukup kecil (tergantung pada pengamat), coding yang tidak mungkin terdengar dapat dilakukan.
b. Spread Spectrum
Pada saluran kumunikasi normal, konsentrasi informasi pada spektrum frekuensi yang sesempit mungkin sangat diinginkan untuk menghemat bandwidth yang tersedia dan mengurangi tenaga yang dibutuhkan. Dasar tenik spread spectrum dirancang untuk mengkodekan aliran informasi dengan menyebarkan data melalui spektrum frekuensi yang seluas mungkin. Hal tersebut menyebabkan resepsi sinyal, walaupun terdapat interferensi pada beberapa frekuensi.
Salah satu metode komunikasi spread spectrum adalah Direct Sequence Spread Spectrum Encoding (DSSS). Metode ini menyebarkan sinyal dengan melipatgandakan dengan sebuah chip, panjang maksimum urutan pseudorandom yang dimodulasi pada nilai yang diketahui. Karena sinyal penampung adalah suatu bentuk waktu diskrit, nilai sampling dapat digunakan sebagai nilai chip untuk coding.
c. Echo Data Hiding
sinyal suara dengan echo dalam bentuk fasa sudut dalam persamaan analog. Jika offset dari sinyal asal dan echo berkurang, maka kedua sinyal akan bercampur. Echo ini akan terdengar sebagai resonansi.
Selanjutnya, untuk proses pengkodean, sinyal suara asal dipecah menjadi beberapa bagian. Pada setiap bagian, echo dimunculkan dengan menggunakan waktu tunda sesuai bit data yang akan disembunyikan. Waktu tunda tersebut dinyatakan dalam parameter offset, serta besarnya echo yang akan disisipkan dinyatakan dengan decay rate. Setelah selesai, semua pecahan sinyal digabungkan kembali sehingga menjadi sinyal yang utuh.
d. Low Bit Coding
Metode Low-bit-coding adalah cara yang paling sederhana untuk menyimpan data kedalam data yang lain. Dengan mengganti bit yang paling tidak penting atau least significant bit (LSB) pada setiap titik sampling dengan string berkode biner (coded binary string), dapat mengenkode sejumlah besar data ke dalam suara digital. Secara teori, kapasitas saluran adalah 1 kb per detik (1 kbps) per 1 kHz.
Kelemahan metode ini adalah lemahnya kekebalan terhadap manipulasi. Pada prakteknya, metode ini hanya berguna pada lingkungan digital-to-digital yang tertutup.
Low Bit Coding
Low Bit Coding adalah suatu metode watermarking yang bekerja dengan mengganti bit yang paling tidak penting atau least significant bit (LSB) pada setiap titik sampling dengan string berkode biner (coded binary string), kita dapat mengenkode sejumlah besar data ke dalam suara digital. Secara teori, kapasitas saluran adalah 1 kb per detik (1 kbps) per 1 kHz.
kekebalan terhadap manipulasi. Pada prakteknya, metode ini hanya berguna pada lingkungan digital-to-digital yang tertutup.
Matlab 7.1
Matlab adalah bahasa pemrograman level tinggi (High Level Language) yang dikhususkan untuk komputasi teknis. Bahasa ini mengintegrasikan kemampuan komputasi, visualisasi dan pemrograman dalam sebuah lingkungan yang tunggal dan mudah digunakan. Matlab memberikan system interaktif yang menggunakan konsep array/matrik sebagai standar variable elemennya tanpa membutuhkan pendeklarasian array seperti pada bahasa lainnya.
Matlab dikembangkan oleh MathWorks, yang pada awalnya dibuat untuk memberikan kemudahan mengakses data matrik pada proyek LINPACK dan EISPACK. Selanjutnya menjadi sebuah aplikasi untuk komputasi matrik. Dari sejak awal dipergunakan, Matlab memperoleh masukan ribuan pemakai. Dalam lingkungan pendidikan ilmiah menjadi alat pemrograman standar bidang Matematika, Rekayasa dan Keilmuan terkait. Dan dalam lingkungan industri dapat mejadi pilihan paling produktif untuk riset, pengembangan dan analisa.
Perancangan Flowchart Program
a. Flowchart Menu Utama
Gambar 1. Flowchart Menu Utama b. Flowchart Encode Watermark
Gambar 2. Flowchart Encode Watermark
c. Flowchart Decode Watermark
Gambar 3. Flowchart Decode Watermark
Rancangan Program
a. Rancangan Form Menu Utama
Gambar 4. GUI Menu Utama
b. Rancangan Form Encode Watermark
Encode Watermark adalah form yang digunakan untuk melakukan proses penyisipan file gambar ke dalam file audio. Tampilan GUI Encode Watermark terdiri dari 2 Panel, 5 Static Text, 2 Edit Text, 8 Push Button dan 3 Axes.
c. Perancangan Form Decode Watermark
Decode Watermark adalah form yang digunakan untuk melakukan proses esktraksi file gambar dari file watermark audio. Tampilan GUI Decode Watermark terdiri dari 1 Panel, 5 Static Text, 2 Edit Text, 4 Push Button dan 2 Axes.
Gambar 6. GUI Decode Watermark
Algoritma Program
Metode yang digunakan dalam pembuatan program watermarking ini adalah metode Low Bit Coding. Program ini dibuat dengan 2 proses, yaitu proses Encoding dan proses Decoding.
a. Proses Encoding
Gambar 7. Proses Encoding
Langkah-langkah proses penyisipan bit-bit gambar ke dalam data audio digital adalah sebagai berikut:
1. Membaca file audio digital.
2. Menyiapkan data audio. Data audio yang berupa informasi mengenai file audio digital dan sampel audio tersebut disimpan di dalam memori komputer.
3. Membaca file image.
4. 16 bit unik disiapkan dan disimpan ke dalam variable “identitas”. Identitas ini didefinisikan dengan seunik mungkin dan identitas yang digunakan adalah [1100110011001100].
5. Sebelum dilakukan penyisipan, terlebih dahulu dicek apakah penyisipan dapat dilakukan atau tidak. Pengecekan dilakukan berdasarkan ukuran file audio dan jumlah bit identitas + bit ukuran gambar + bit gambar. Jika jumlah bit identitas + bit ukuran gambar + bit gambar lebih kecil dari ukuran file audio, maka proses penyisipan dapat dilakukan.
b. Proses Decoding
Prosesdecodingpada aplikasiwatermarkingdapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Proses Decoding
Langkah-langkah proses ekstraksi bit-bit pesan dari berkas suara stego adalah sebagai berikut ini:
1. Membaca file watermark audio.
2. Bit pertama dari byte pertama sampai byte keenambelas diekstrak dari file watermark audio. Jika hasilnya sama dengan identitas pada saat penyisipan, maka di dalam file watermark audio tersebut terdapat pesan gambar dan proses ekstraksi dapat dilakukan.
3. Langkah selanjutnya adalah bit ukuran pesan dan bit gambar diekstrak. Bit-bit gambar yang telah diekstrak dikembalikan ke bentuk semula berdasarkan ukuran gambar.
4. Pesan gambar hasil ekstraksi terlebih dahulu disimpan, lalu gambarnya ditampilkan.
Uji Coba Program
Tabel 1. Rincian File Audio
Nama File Bit Rate Size Jenis
Imphenzia.wav
Once Upon a Platform.wav
1411 kbps 1411 kbps
5,294,354 Bytes
12,098,308 Bytes WAV The Cardigans - Losers.mp3
Maroon 5 – Beautiful Goodbye.mp3
320 kbps 320 kbps
5,113,542 Bytes
10,341,554 Bytes MP3
Selain file audio, dibutuhkan juga file image sebagai watermark-nya. Berikut ini rincian file gambarnya:
Tabel 2. Rincian File Image
Nama File Pixel Size Jenis
Bricks.bmp
Dalam pengujian proses aplikasi, file audio yang digunakan adalah “Imphenzia.wav” dengan ukuran file 5,294,354 Bytes dan ”Once Upon a Platform.wav” dengan ukuran file 12,098,308 bytes. File image yang digunakan adalah ”Bricks.bmp” dengan ukuran file 125,094 Bytes dan ” Strad.jpg” dengan ukuran file 512,278 Bytes.
a. Proses Encoding
terlebih dahulu. File audio yang pertama dimasukkan adalah file audio “Imphenzia.wav”, maka grafik sinyal file audio tersebut akan ditampilkan pada Axes 1 serta tombol Play 1 dan Stop 1 dapat ditekan (Enable). Jika file audio tidak dimasukkan, akan ada peringatan seperti Gambar 9. dibawah ini.
Gambar 9. Peringatan Untuk Memasukkan File Audio Pada Proses Encoding
File image yang pertama dimasukkan adalah file image ”Bricks.bmp”, setelah dimasukkan, gambar akan ditampilkan pada Axes 3. Sama dengan file audio, jika file image tidak dimasukkan, akan ada peringatan seperti Gambar 10. dibawah ini.
Gambar 10. Peringatan Untuk Memasukkan File Image
Gambar 11. Proses Encoding Berhasil
File audio “Imphenzia.wav” kemudian disisipkan file image kedua, yaitu ”Strad.jpg”. Grafik sinyal audio ditampilkan di Axes 1 dan gambar ditampilkan di Axes 2.
Proses encoding gagal, karena bit image yang disisipkan terlalu besar dari bit audio. Akan ada message box seperti Gambar 13. yang menginformasikan bahwa image tidak dapat disisipkan.
Gambar 13. Peringatan Jika Bit Image Terlalu Besar Dari Bit Audio
File audio yang kedua diuji adalah “Once Upon a Platform.wav” dengan file image yang disisipkan adalah “Bricks.bmp”. Proses Encoding berhasil dilakukan.
Gambar 14. Proses Encoding Berhasil
Gambar 15. Proses Encoding Berhasil Tabel 3. Hasil Percobaan Encoding
No. File Audio Size File Image Size Proses
Encoding 1 Imphenzia.wav 5,294,354 B Bricks.bmp 125,094 B Berhasil
2 Imphenzia.wav 5,294,354 B Strad.jpg 512,278 B Gagal
3 Once Upon a Platform.wav 12,098,308 B Bricks.bmp 125,094 B Berhasil 4 Once Upon a Platform.wav 12,098,308 B Strad.jpg 512,278 B Berhasil
b. Proses Decoding
Proses kedua yang diuji adalah proses decoding. Untuk memenuhi persyaratan decoding, file watermark audio harus dimasukkan terlebih dahulu. File watermark audio yang dimasukkan adalah “Uji.wav”, maka grafik sinyal file audio tersebut akan ditampilkan pada Axes 1 serta tombol Play dan Stop dapat ditekan (Enable). Jika file audio tidak dimasukkan, akan ada peringatan seperti Gambar 16. dibawah ini.
Gambar 16. Peringatan Untuk Memasukkan File Audio Pada Proses Decoding
Jika proses decoding berhasil, file image terlebih dahulu disimpan dan gambar ditampilkan pada Axes 2. Proses decoding yang berhasil ditunjukkan Gambar 17.
Tabel 4. Hasil Percobaan Decoding 1 Uji.wav 5,294,354 B Bricks.bmp 125,094 B Berhasil 2 Uji2a.wav 5,294,354 B Bricks.bmp 125,094 B Berhasil 3 Uji2b.wav 12,098,308 B Strad.jpg 512,278 B Berhasil
Pengujian Proses Encoding Dengan Berbagai Macam File Image
Hasil pengujian proses encoding dengan berbagai macam file image dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengujian Proses Encoding Dengan Berbagai Macam File Image
No. File Audio File Image Size Size Watermark
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa proses encoding dan decoding berhasil dilakukan dengan berbagai 5 macam tipe file image. Proses encoding tidak merubah ukuran file audio tersebut dan pada proses decoding hasil ekstraksi sama dengan file image yang disisipkan.
Pengujian SNR
Hasil pengujian Signal-to-Noise Ratio (SNR) didapat dengan membandingkan kekuatan sinyal antara file audio asli dengan file audio yang telah di watermark. Hasilnya dapat dilihat di Tabel 46.
Tabel 6. Hasil Pengujian SNR
No. File Audio File Watermark Audio SNR
1. Imphenzia.wav WAV1.wav 2. Once Upon a Platform.wav WAVa.wav
WAVb.wav 3. The Cardigans - Losers.mp3 MP31.mp3
MP32.mp3 4. Maroon 5 - Beautiful
Goodbye.mp3
Tabel 7. Hasil Pengujian Kueisoner
No. Pertanyaan Jawaban
SS S TS STS
1 Menurut Anda, apakah proses
watermarking audio ini sangat penting? 14 6
2
Apakah ada perbedaan kualitas suara pada file audio pertama dan kedua setelah proses penyisipan?
20
3
Apakah Anda menyadari bahwa pada file audio kedua terdapat file gambar yang disisipkan?
8 12
4 Apakah tampilan grafis aplikasi ini
menarik untuk Anda? 13 7
5 Apakah aplikasi ini mudah digunakan? 15 5 6 Apakah aplikasi ini menambah
pengetahuan Anda? 20
7 Apakah aplikasi ini berjalan dengan baik
tanpa adanya kesalahan proses? 20 8 Apakah proses-proses dalam aplikasi ini
berjalan dengan cepat? 20
9 Apakah aplikasi ini dibutuhkan pada saat
ini? 20
10
Menurut Anda, apakah aplikasi watermarking ini dapat meningkatkan keamanan hak cipta pada suatu file audio?
20
Total 142 18 8 32
Persentase 71 % 9 % 4 % 16 %
Keterangan:
SS = Sangat Setuju S = Setuju
T = Tidak Setuju
Gambar 4.18. Diagram Lingkaran Hasil Pengujian Kueisoner
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa 20 koresponden berpendapat proses watermarking audio ini sangat penting. Mereka mengatakan bahwa kualitas suara antara file audio dan file watermark audio adalah sama. Dan para koresponden tidak menyadari bahwa ada file gambar yang telah disisipkan pada file watermark audio.
20 koresponden menanggapi positif tentang aplikasi ini. Setelah mencoba menggunakan aplikasi ini,, para koresponden menjadi tertarik dengan watermarking dan merasa bertambah pengetahuannya. Mereka juga mengatakan bahwa aplikasi ini mudah digunakan, berjalan dengan baik tanpa adanya kesalahan proses, tampilan GUI yang menarik, proses encoding dan decoding berjalan dengan cepat. Para koresponden juga berpendapat bahwa aplikasi ini dibutuhkan untuk mengurangi pembajakan dan untuk meningkatkan keamanan hak cipta pada file audio.
4. PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan implementasi teknik watermarking pada audio digital menggunakan metode Low Bit Coding adalah:
2. Proses encoding dapat dilakukan jika ukuran file image dan bit informasi tidak lebih besar dari 10% ukuran file audio karena ukuran file image yang dibatasi dalam proses encoding.
3. Dalam pengujian yang telah dilakukan, ukuran file sebelum dan sesudah proses encoding tidak berubah secara signifikan.
4. Bila dilakukan proses decoding, gambar hasil ekstraksi dan gambar asli mempunyai ukuran yang sama.
5. Dari 20 orang koresponden, 20 orang mengatakan bahwa file audio yang telah di watermark, kualitas suaranya sama dengan file audio asli.
6. Dari 20 orang koresponden, 20 orang tidak menyadari bahwa ada file gambar yang telah disisipkan pada file watermark audio.
7. Dari 20 orang koresponden, 20 orang mengatakan bahwa aplikasi watermarking ini dapat meningkatkan keamanan hak cipta pada suatu file audio.
8. Kelemahan metode ini adalah lemahnya kekebalan terhadap manipulasi. Metode ini hanya berguna pada lingkungan digital-to-digital yang tertutup.
Saran
Untuk pengembangan dan penelitian lebih lanjut, penulis menyarankan untuk menggunakan metode watermaking digital selain metode Low Bit Coding, yang sudah dikenal dan lebih terjamin keamanannya. Teknik watermark dapat menggunakan file digital lainnya seperti file video digital. File audio yang digunakan bisa ditambahkan selain file audio WAV dan MP3. File watermark yang disisipkan dapat menggunakan file digital yang lainnya, seperti file audio.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Chang, C.C., Tsai, P. and Lin, C.C., “SVD-based digital image watermarking scheme”, read.pudn.com/downloads112/sourcecode/others/465014/SVD-based digital image__ watermarking scheme.pdf, 12 Juni 2011.
[3] Dony Arius,Keamanan Multimedia, C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2009.
[4] Erick Paulus & Yessica Nataliani,Cepat Mahir GUI Matlab + Studi Kasus, Andi Publisher, Jakarta, 2007.
[5] Hatfull, Fred, “Watermarking Audio Data”,
http://fredhatfull.com/media/talks/watermarking_audio/Watermarking%20Audio%20Dat a.pdf, 25 April 2011.
[6] Jafilun, “Digital Watermarking Pada Domain Spasial Menggunakan Teknik LSB”, http://yudiagusta.files.wordpress.com/2009/11/47-53-snsi06-08-digital-watermarking-pada-domain-spasial-menggunakan-teknik-least-significant-bit.pdf, 22 Maret 2011. [7] Prasetyo, Eko,Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinya menggunakan Matlab, C.V
ANDI OFFSET, Yogyakarta, 1 Januari 2012.
[8] Raharjo, Arko S, Hidayatno, Ahmad dan Isnanto, Rizal, “Implementasi Steganografi Pada Berkas MP3”, http://eprints.undip.ac.id/25408/1/ML2F305192.pdf, 22 Agustus 2012.
[9] Rinaldi Munir, “Steganografi & Watermarking”,
http://www.scribd.com/doc/52802406/Steganografi-dan-Watermarking, 1 Maret 2011. [10] Saraju P. Mohanty, “Digital Watermarking: A Tutorial Review”,
www.cs.unt.edu/~smohanty/research/Reports/MohantyWatermarkingSurvey1999.pdf, 12 Juni 2011.
[11] T. Sutoyo, Edy Mulyanto, Vincent Suhartono, Oky Dwi Nurhayati & Wijanarto, Teori Pengolahan Citra Digital, Andi, Jakarta, 2009.