• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Steganography Pada Video Dengan Metode Least Significant BIT (LSB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Steganography Pada Video Dengan Metode Least Significant BIT (LSB)"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

ASEP BUDIMAN

10103211

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

iii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, Tuhan semesta alam, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga tugas

akhir yang berjudul “Aplikasi Steganografi Pada Video Dengan Metode Least Significant Bit (LSB)” dapat selesai tepat pada waktunya. Tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan pada program Strata 1 Fakultas Teknik dan

Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika di Universitas Komputer

Indonesia.

Penulis sangat menyadari dengan adanya dukungan dan perhatian dari

berbagai pihak selama menyelesaikan skripsi ini semua hambatan dan kesulitan

yang dialami penulis dapat dilalui selangkah demi selangkah. Untuk itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis haturkan rasa syukur dan

terima kasih serta penghargaan yang tulus sedalam-dalamnya kepada:

1. Bunda dan Ayah tercinta yang telah memberikan support, kasih sayang,

perhatian dan mendoakan untuk mendapatkan dan menjadi lebih baik serta

selalu memberi kesempatan untuk menempuh jalan hidup. Aku persembahkan

semua ini untukMu…

2. Bapak Ir. Eddy Suryanto Sugoto Msc., selaku Rektor Universitas Komputer

(3)

iv

4. Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika

Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Andry Alamsyah, S.Si., M.Si. Selaku pembimbing yang telah

merelakan waktu luangnya untuk memberikan arahan dan bantuan dalam

penyusunan tugas akhir ini.

6. Bapak Andri Herhandi, S.T selaku penguji 1 yang telah memberikan arahan

dan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

7. Bapak Linda A, S.Si., M.T selaku penguji 3 yang telah memberikan arahan

dan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini..

8. Kel Aa Q, kel te2h Q, dan teh Dede. Terima kasih atas support dan do’anya.

9. Eva My Lovely, terima kasih atas do’a dan support yang tidak pernah

henti-hentinya. You’re my sweet-sweet thing, on top of everything…

10.Teman-teman seperjuangan dan sependeritaan TA: Kang Onil, Bapax Irfan,

Kang Firman, Bapax dedeng, Bapax Sarif dan teman-teman bimbingan pak

Andry lainnya. Ternyata beres TA itu rasanya seperti Masuk Surga.!!

yesSsS…Hidup wisuda…!!!

11.Mas Dwi terima kasih atas semua bantuan dan support yang telah diberikan

sampai akhir penyusunan tugas akhir ini. You are the best ..!.

12.Oix,Yayat tsk, Deni dan Omen untuk supportnya…

13.Teman-teman di kelas IF-4 2003. Terima kasih untuk tahun-tahun yang tak

(4)

v

Semoga Allah SWT membalas budi kebaikan serta melimpahkan

Rahmat-Nya kepada semua pihak yang berkenan membantu dalam penyusunan laporan

tugas akhir ini. Penulis menyadari juga bahwa pada laporan tugas akhir ini masih

banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran pembaca akan sangat

penulis hargai. Akhirnya penulis berharap semoga hasil tugas akhir ini bermanfaat

bagi kita semua khususnya bagi yang membacanya. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Januari 2010

(5)

vi LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR SIMBOL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

(6)

vii

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Steganography . ... 9

2.1.1 Sejarah steganography ... 12

2.1.2 Steganalysis ... 13

2.1.3 Manfaat steganography... 14

2.1.4 Faktor-faktor dalam steganography ... 15

2.1.5 Media steganography... 15

2.1.6 Teknik steganography... 15

2.1.7 Steganography pada video ... 17

2.2 Video ... 18

2.2.1 Fundamental video... 19

2.2.2 Sekilas kompresi video ... 20

2.2.3 Jenis cover video... 23

2.2.4 Sekilas video digital editing... 25

(7)

viii

2.3 Pengkodean data ... 30

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 33

3.1 Analisis masalah ... 33

3.1.1 Penyisipan pesan pada video ... 34

3.1.2 Ekstraksi pesan yang disisipkan pada video ... 35

3.2 Analisis sistem ... 36

3.2.1 Struktur video digital ... 38

3.2.1.1 Resolusi ... 39

3.2.1.2 Kedalaman Bit (Bit Depth ) ... 40

3.2.1.3 Laju Frame (Frame Rate) ... 41

3.2.1.4 Representasi Warna ... 41

3.2.2 Least Significant Bit (LSB) ... 43

3.3 Analisis lingkungan implementasi ... 44

3.3.1 Perangkat Keras Pendukung Penelitian ... 45

(8)

ix

3.4.1.1 Flowmapproses penyisipan... 46

3.4.1.2 Flowmap proses ekstraksi ... 48

3.4.2 Perancangan berorientaso objek... 49

3.4.2.1 Use case diagram ... 50

3.4.2.2 Class diagram... 55

3.4.2.3 Sequence diagram ... 57

3.4.2.3.1 Sequence Diagram Proses Penyisipan / Embed ... 58

3.4.2.3.2 Sequence Diagram Proses Ekstraksi ... 60

3.4.2.4 Activity diagram ... 62

3.4.3 Perancangan Antar Muka... 63

3.4.3.1 Perancangan Antar Muka Main Menu ( M01 )... 63

3.4.3.2 Perancangan antar muka form input password ( M02 )... 64

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 65

4.1 Implementasi ... 65

(9)

x

4.1.2 Implementasi antar muka... 66

4.1.2.1 Tampilan penyisipan ... 66

4.1.2.2 Tampilan ekstraksi ... 71

4.2 Pengujian sistem ...76

4.2.1 Pengujian video avi berdasarkan resolusi ...76

4.2.1.1 Resolusi 704x528 ...76

4.2.1.2 Resolusi 854x476 ...77

4.2.1.3 Resolusi 512x384...78

4.2.1.4 Resolusi 640x480 ...79

4.2.1.5 Resolusi 352x240 ...79

4.2.2 Pengujian terhadap perbandingan isi dan ukuran file berkas...80

4.2.3 Pengujian terhadap kondisi dan ukuran video ...83

4.2.4 Kuesioner Aplikasi steganografi video ...86

(10)

xi

5.2 Saran ...91

(11)

i

METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

Oleh

Asep Budiman 10103211

Steganografi adalah suatu teknik untuk menyembunyikan suatu informasi yang rahasia atau sensitif tanpa terlihat agar tidak terlihat seperti semestinya. Data rahasia disembunyikan dengan cara disisipkan pada suatu media seperti image, audio, dan video sehingga tidak terlihat bahwa dalam media tersebut disembunyikan suatu pesan informasi.

Metode Least Significant Bit (LSB) yaitu suatu metode steganografi yang dapat menyisipkan suatu data ke dalam cover penyisipan seperti image, audio, dan video dengan cara mengubah bit-bit yang paling rendah dari suatu cover penyisipan sehingga file steganografi yang dihasilkan tidak akan kelihatan perubahannya meskipun telah disisipi suatu data.

Steganography pada video menggabungkan steganography pada image dan audio, pada dasarnya video merupakan gabungan image yang “bergerak” dan audio, yang lebih sulit dideteksi dan dapat menyimpan data rahasia lebih banyak jika dibanding pada image, karena video merupakan gabungan dari image-image.

(12)
(13)

ii

LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB ) METHOD

By

Asep Budiman 10103211

Steganography is a technique to hide an information which secret or sensive into a media. Secret data is hidden by the way of embedded at a media like citra, audio, and video so that not seen that in the media hidden an information message.

Method Least Significant Bit is a method steganography which can embedding a file in to embed cover like image, audio, and video with change the lower bit-bit from a cover embed so the changes on the steganography that produced will not be visible even the file has been embeded

Steganography at video merges steganography at image and audio, basically video is alliance image which “peripatetic” and audio, which more difficult to be detected and can embedding secret data more if it is compared with steganography at image.

(14)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi (TI) saat ini memberikan kemudahan

manusia untuk melakukan aktivitasnya. Termasuk kirim mengirim informasi

dalam bentuk file menjadi hal yang biasa di era komputerisasi saat ini. Banyak

diantara file tersebut bersifat rahasia dan sangat penting, dan tidak boleh diketahui

oleh pihak lain. Dan seiring dengan perkembangan teknologi informasi tersebut,

semakin berkembang pula teknik kejahatan yang berupa perusakan maupun

pencurian data oleh pihak yang tidak memiliki wewenang atas data tersebut. Ada

beberapa bentuk penyerangan terhadap data dan informasi, seperti hacker,

cracker, trojan force attack, dan lain-lain. Oleh karena itu, pada saat ini telah

dilakukan berbagai upaya untuk menjaga keamanan data dan mengatasi

serangan-serangan tersebut.

Sebelumnya telah ada cara untuk menjaga keamanan data yang dikenal

dengan nama kriptografi. Dengan kriptografi data rahasia terjaga keamanannya,

namun bentuk chipertext yang diacak akan mudah terdeteksi dan menyadarkan

pihak ketiga akan kerahasiaan file tersebut. Untuk itu diterapkan steganography

yang dalam bahasa Yunani berarti “pesan tersembunyi” (covered writing) dalam

usaha menjaga kerahasiaan data. Steganography merupakan salah satu cara untuk

menyembunyikan suatu pesan/data rahasia di dalam data atau pesan lain yang

(15)

Dalam bidang keamanan komputer, steganography digunakan untuk

menyembunyikan data rahasia pada saat proses enkripsi tidak dapat dilakukan

atau bersamaan dengan proses enkripsi. Jadi, walaupun enkripsi berhasil

dipecahkan (dechiper) pesan/data rahasia tetap tidak terlihat. Pada steganografi

pesan disamarkan dalam bentuk yang relatif aman sehingga tidak terjadi

kecurigaan tersebut. Steganografi dapat digunakan pada berbagai macam bentuk

data, yaitu image, audio, dan video.

Steganography yang berkembang saat ini adalah steganography pada image

dan audio, namun steganografi pada image dan audio masih banyak memiliki

kelemahan seperti perubahan tampilan yang terlihat jelas pada image dan

gangguan suara yang terjadi pada steganografi audio. Selain itu banyak software

yang dapat mendeteksi data dan informasi yang disisipkan pada image dan audio.

Berdasarkan pada berbagai kelemahan yang ada pada steganography pada

image dan audio tersebut, dalam tugas akhir ini akan dibahas steganography pada

video. Steganography pada video menggabungkan steganography pada image dan

audio, pada dasarnya video merupakan gabungan dari image yang bergerak

dengan audio, yang lebih sulit dideteksi. Hal ini dikarenakan video dapat

menyembunyikan lebih banyak data dan video merupakan aliran dari image

sehingga distorsi pada salah satu frame image tidak terlihat dengan mudah oleh

mata manusia.

Dalam steganography video ini menggunakan metode Least Significant Bit

(LSB). Hal ini dikarenakan pada metode Least Significant Bit (LSB) ini dapat

(16)

hasil dari video steganografi tidak akan kelihatan terjadi perubahan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka masalah yang

dirumuskan yaitu bagaimana membangun suatu aplikasi steganography untuk

menyembunyikan pesan rahasia dan dapat melindungi keamanan datanya yang

disisipkan pada video dengan menggunakan metode Least Significant Bit (LSB)

sehingga kerahasiaan datanya tetap terjamin aman dan secara kasak mata tidak

terjadi perubahan pada video tersebut meskipun telah disisipi data.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengembangkan teknik

steganography image dan audio yang sudah ada dikembangkan lagi menjadi

teknik steganography video yang dapat menyembunyikan dan melindungi

keamanan data yang disisipkan video avi dengan menggunakan metode Least

Significant Bit (LSB).

Sedangkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk membangun suatu perangkat lunak yang dapat menyembunyikan

dan melindungi keamanan informasi rahasia yang disisipkan ke dalam

video digital.

2. Untuk memberikan informasi bagaimana teknik steganography metode

Least Significant Bit (LSB) dapat diterapkan dalam pengamanan video

(17)

3. Untuk memanipulasi data video digital yang didalamnya terdapat

informasi rahasia sehingga pesan rahasia tersebut tidak dapat diketahui

keberadaannya dan secara kasak mata tidak terjadi perubahannya pada

video digital hasil manipulasi.

4. Teknik steganography dengan menggunakan metode Least Significant Bit

(LSB) supaya dapat menutupi kelemahan yang ada pada teknik

steganography yang telah dibangun sebelumnya dengan menggunakan

metode lain.

1.4Batasan Masalah

Dalam pembuatan tugas akhir ini, untuk mengatasi permasalahan yang ada

maka penyusun membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Video yang digunakan sebagai media penyisipan hanya video avi yang

belum terkompres.

2. Berkas atau data rahasia yang disisipkan pada video berformat apa saja

tapi ukurannya harus lebih kecil dari daya tampung dari video atau 1/8

dari frame video.

3. Bahasa pemograman yang digunakan adalah bahasa pascal.

4. Format file video yang dihasilkan dari program steganografhy ini adalah

format *.avi.

5. Berkas atau data rahasia yang disisipkan atau disembunyikan pada video

(18)

1.5Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut :

1. Tahap pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Studi ke perpustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari informasi tentang steganography

video dan prosesnya. Sumber kepustakaan diambil dari buku-buku yang

berkaitan dengan steganography video dan informasi yang juga dapat diperoleh

dari internet.

2. Metode pengembangan perangkat lunak

Tahapan yang akan dilakukan dalam pembangunan sistem ini ialah dengan

menggunakan metode waterfall seperti diperlihatkan pada gambar 1.1 yaitu :

(19)

Penjelasan dari setiap tahap dari proses pada diagram waterfall diatas adalah

sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data berupa literatur atau berupa karya-karya ilmiah yang

berhubungan dengan penelitian yang dikerjakan

b. Analisis sistem

Analisis sistem akan ditetapkan dengan memperhatikan kapasitas informasi

dan proses pengolahan data yang diperlukan.

c. Perancangan Perangkat Lunak

Perancangan Perangkat Lunak pengolahan data meliputi struktur data, menu

dan prosedur pengoperasian.

d. Pembuatan Perangkat Lunak

Pembuatan Perangkat Lunak pengolahan data akan dilakukan dengan

penggunaan bahasa pemograman yang tepat, efektif dan efisien dengan

memperhatikan teknologi komputerisasi.

e. Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian terhadap Perangkat Lunak pengolahan data akan dilakukan dengan

sistematis yaitu secara parsial pada tahapan pembuatan dan pengujian akhir

terintegrasi secara menyeluruh untuk memastikan bahwa pemograman yang

dirancang telah memenuhi hasil yang diinginkan.

f. Pembuatan Laporan

Hasil penelitian yang dilakukan akan didokumentasikan untuk kebutuhan

(20)

1.6Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal penelitian ini disusun untuk memberikan

gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan tugas

akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang permasalahan, mencoba merumuskan inti

permasalahan yang dihadapi, menentukan tujuan dan kegunaan aplikasi yang

dibangun, yang kemudian diikuti dengan pembatasan masalah, asumsi, serta

sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan topik

penelitian yang dilakukan dan hal-hal yang berguna dalam proses analisis

permasalahan serta tinjauan terhadap penelitian-penelitian serupa yang telah

pernah dilakukan sebelumnya termasuk sintesisnya.

BAB III. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menguraikan tentang analisis dan perancangan tentang teknik

Steganography sebagai pengamanan video digital dengan menggunaka metode

Least Significant Bit (LSB).

BAB IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

Bab ini membahas mengenai implementasi beserta tahapan yang dilakukan

dalam penelitian, hasil pengujian analisa mengenai karakteristik program yang

(21)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran yang sudah diperoleh dari hasil penulisan tugas

(22)

9

2.1 Steganography

Steganografi (steganography) berasal dari bahasa Yunani yaitu Steganós

yang berarti menyembunyikan dan Graptos yang artinya tulisan sehingga secara

keseluruhan artinya adalah tulisan yang disebunyikan. Secara umum steganografi

merupakan salah satu cara untuk menyembunyikan suatu pesan rahasia (hiding

message) di dalam data atau pesan lain yang tampak tidak mengandung apa-apa,

sehingga keberadaan (eksistensi) pesan tidak terdeteksi oleh indera manusia

kecuali bagi orang yang mengerti kuncinya.

Steganografi membutuhkan dua properti: wadah penampung (cover) dan data

rahasia yang akan disembunyikan. Steganografi digital menggunakan media

digital sebagai cover, misalnya citra, suara, teks, dan video. Data rahasia yang

disembunyikan juga dapat berupa citra, suara, teks, atau video. Media yang telah

disisipi data disebut stegodata atau stegofile. Proses penyembunyian data ke

dalam media disebut penyisipan (embedding), sedangkan proses sebaliknya

disebut ekstraksi (extraction).

Dalam bidang keamanan komputer, steganografi berbeda dengan kriptografi

dimana steganografi digunakan untuk menyembunyikan data rahasia saat enkripsi

tidak dapat dilakukan atau bersamaan dengan enkripsi. Jadi, walaupun enkripsi

berhasil dipecahkan (decipher) pesan / data rahasia tetap tidak terlihat dan pesan

(23)

kecurigaan itu. Sedangkan pada kriptografi, dimana pihak ketiga dapat mendeteksi

adanya data (chipertext) karena hasil dari kriptografi berupa data yang berbeda

dari bentuk aslinya dan biasanya datanya seolah-olah berantakan tetapi dapat

dikembalikan ke bentuk semula. Ilustrasi mengenai perbedaan kriptografi dan

steganografi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Ilustrasi kriptografi dan steganografi

Steganografi juga membahas bagaimana sebuah pesan dapat disisipkan ke

dalam sebuah berkas media sehingga pihak ketiga tidak menyadarinya.

Steganografi memanfaatkan keterbatasan sistem indera manusia seperti mata dan

telinga. Dengan adanya keterbatasan inilah metode steganografi ini dapat

diterapkan pada berbagai media digital. Hasil keluaran dari steganografi ini

memiliki bentuk persepsi yang sama dengan bentuk aslinya, tentunya persepsi di

sini sebatas oleh kemampuan indera manusia, tetapi tidak oleh komputer atau

(24)

Gambar 2.2 Sistem steganography

Gambar 2.2 menunjukkan sebuah sistem steganography umum dimana dibagian

pengirim pesan (sender), dilakukkan proses embedding (fE) pesan yang hendak dikirim secara rahasia (emb) ke dalam data cover sebagai tempat meyimpannya (cover), dengan menggunakan kunci tertentu (key), sehingga dihasilkan data dengan pesan tersembunyi di dalamnya (stego). Di bagian penerima pesan (recipient), dilakukkan proses extracting (fE-1) pada stego untuk memisahkan pesan rahasia (emb) dan data penyimpan (cover) tadi dengan menggunakan kunci yang sama seperti pada proses embedding tadi. Jadi hanya orang yang tahu kunci

ini saja yang dapat mengekstrak pesan rahasia tadi. Proses tadi dapat

direpresentasikan secara lebih jelas pada gambar 2.3 di bawah.

(25)

2.1.1 Sejarah Steganografi

Steganografi sudah digunakan sejak dahulu kala untuk kepentingan politik,

militer, diplomatik, serta untuk kepentingan pribadi sebagai alat. Beberapa contoh

penggunaan steganografi:

1. Steganografi pada tubuh budak: Pada jaman Yunani Kuno, Herodotus

(sejarawan Yunani) menyampaikan pesan dengan cara mencukur kepala

budak dan mentato kepalanya dengan pesan tersebut. Kemudian saat

rambutnya tumbuh kembali, budak dikirimkan pada tempat tujuan dan saat

rambutnya kembali digunduli maka pesan akan terbaca.

2. Steganografi dalam lapisan lilin: Masih pada jaman Yunani Kuno, pesan

rahasia di ukir pada kayu kemudian diberi lapisan lilin untuk menutupi

pesan tersebut, dengan begitu pesan dapat disampaikan tanpa menimbulkan

kecurigaan.

3. Steganografi pada kertas: Pada Perang Dunia II, pemerintah Amerika Serikat

menulis pesan rahasia pada tentaranya yang di tawan oleh Jerman dengan

menggunakan tinta tak terlihat di atas atau di bagian kosong pesan lainnya

dan untuk mendeteksinya digunakan air.

4. Steganografi dengan microdots: Masih pada Perang Dunia II, agen

mata-mata menggunakan microdots untuk mengirimkan informasi. Penggunaan

teknik ini biasa digunakan pada microfilm chip yang harus diperbesar sekitar

200 kali.

5. Steganografi dunia digital: Pada suatu pengarahan yang dilakukan oleh FBI

(26)

kemungkinan para pembajak pesawat pada serangan 11 September ke

gedung World Trade Center menggunakan teknologi internet seperti website

perusahaan palsu atau website porno, e-mail, chat rooms, bulletin boards

untuk mengkoordinasi serangan.

2.1.2 Steganalysis

Steganalysis merupakan suatu teknik atau yang digunakan untuk

mengungkapkan keberadaan pesan tersembunyi atau tersamar dari steganografi.

Steganalysis menjadi suatu misteri tersendiri untuk dapat diketahui bagaimana

teknik untuk melakukan proses dekripsi atau pemecahan atau penemuan pesan

tersebut. Terdapat beberapa software yang dapat melakukan analisa adanya

penggunaan teknik steganografi. Dalam praktiknya cara pemecahan teknik apa

yang digunakan dalam steganalysis sendiri secara empirik berkisar diantara :

1. Menganalisa dari perubahan yang dilakukan terhadap meta data file tersebut.

2. Menganalisa dari ciri-ciri file telah menggunakan software tertentu untuk

steganografi.

3. Membandingkan file asli, lalu dicari perbedaannya dan pola yang digunakan

sehingga dengan cara ini bukan saja dapat diketahui file telah mengalami

proses steganografi dapat pula diketahui pesan yang disembunyikan.

Tetapi teknik steganalysis tidak dapat digunakan untuk mengetahui pesan yang

disembunyikan bila ternyata pesan tersebut mengalami kriptografi atau

pengkodean pesan lagi. Jadi cara yang baik untuk melakukan steganografi adalah

(27)

disembunyikan sehingga dilakukan pengamanan lagi dengan kriptografi.

Pemilihan kriptografi juga jangan dilakukan dengan sembarangan dan gunakan

yang sudah terbukti keampuhannya seperti 3DES dan SHA-1.

2.1.3 Manfaat Stenaganography

Steganography adalah sebuah pisau bermata dua, ia bisa digunakan untuk

alasan-alasan yang baik, tetapi bisa juga digunakan sebagai sarana kejahatan.

Steganography juga dapat digunakan sebagai salah satu metode watermarking

pada image untuk proteksi hak cipta, seperti juga digital watermarking

(fingerprinting). Steganography juga dapat digunakan sebagai pengganti hash.

Dan yang terutama, seperti disebutkan sebelumnya, steganography dapat

digunakan untuk menyembunyikan informasi rahasia, untuk melindunginya dari

pencurian dan dari orang yang tidak berhak untuk mengetahuinya. Sayangnya,

steganography juga dapat digunakan untuk mencuri data yang disembunyikan

pada data lain sehingga dapat dikirim ke pihak lain, yang tidak berhak, tanpa ada

yang curiga. Steganography juga dapat digunakan oleh para teroris untuk saling

berkomunikasi satu dengan yang lain. Sehubungan dengan keamanan sistem

informasi, steganography hanya merupakan salah satu dari banyak cara yang

dapat dilakukan untuk menyembunyikan pesan rahasia. Steganography lebih

cocok digunakan bersamaan dengan metode lain tersebut untuk menciptakan

keamanan yang berlapis. Sebagai contoh steganography dapat digunakan bersama

dengan enkripsi. Windows dan Unix juga menggunakan steganography dalam

(28)

2.1.4 Faktor Penting Dalam Steganografi

Penyembunyian data rahasia ke dalam media digital mengubah kualitas

media tersebut. Faktor penting dalam penyembunyian data diantaranya adalah:

1. Fidelity. Mutu media penampung tidak jauh berubah. Setelah penambahan

data rahasia pengamat tidak mengetahui kalau di dalam media tersebut

terdapat data rahasia.

2. Recovery. Data yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali

(recovery). karena tujuan steganografi adalah menyembunyikan data, maka

sewaktu-waktu data rahasia didalam media penampung harus dapat diambil

kembali untuk digunakan lebih lanjut.

2.1.5 Media Steganografi

Steganografi menggunakan sebuah cover, tujuannya sebagai kamuflase dari

pesan yang sebenarnya. Banyak format berkas digital yang dapat dijadikan media

untuk menyembunyikan pesan. Pada jaman modern seperti saat ini, steganografi

biasanya dilakukan dengan melibatkan berkas-berkas seperti teks, citra, suara dan

video.

2.1.6 Teknik Steganografi

Saat ini setidaknya terdapat 6 teknik steganografi, yaitu:

1. Teknik substitusi (Substitution Techniques), yaitu dengan melakukan

substitusi piksel-piksel tertentu dari berkas cover dengan piksel-piksel

(29)

Complexity Segmentation ),metode LSB ( Least Significant Bit ).

2. Teknik Domain Transformasi (Domain Transform Techniques), yaitu

dengan cara menyimpan informasi rahasia pada transformasi ruang

(misalnya domain frekuensi) dari berkas cover. Contoh algoritma yang

tergolong teknik ini adalah steganografi pada domain DCT (Discrete Cosine

Transform).

3. Teknik Spread Spectrum (Spread Spectrum Techniques), ide dari teknik ini

mengadopsi teknik spread spectrum pada saluran komunikasi. Dalam teknik

ini informasi rahasia yang disimpan disebarkan pada suatu frekuensi tertentu

dari berkas cover.

4. Teknik Statistik (Statistical Techniques) Dengan teknik ini data di encoding

melalui pengubahan beberapa informasi statistik dari berkas cover. Berkas

cover di bagi dalam blok-blok dimana setiap blok tersebut menyimpan satu

piksel informasi rahasia yang disembunyikan. Jika piksel yang ditemukan

pada suatu blok untuk menyimpan data adalah piksel T maka tidak

dilakukan perubahan nilai piksel, jika sebaliknya maka dilakukan perubahan

nilai piksel. Meskipun secara teoritis mungkin untuk dilakukan, pada

kenyataannya teknik ini agak sulit untuk diimplementasikan.

5. Teknik Distorsi (Distortion Techniques), informasi yang hendak

disembunyikan disimpan berdasarkan distorsi sinyal.

6. Teknik Pembangkitan Wadah (Cover Generation Techniques), Teknik ini

menyembunyikan informasi rahasia dengan jalan (atau sejalan) dengan

(30)

2.1.7 Steganography pada Video

Seperti dikatakan sebelumnnya, video merupakan kumpulan dari image yang

“bergerak”, jadi sebagian besar metode yang digunakan pada image

steganography dapat digunakan pada video steganography. Dapat dikatakan

bahwa video steganography merupakan turunan dari image steganography. Pada

video steganography ini, yang umum digunakan adalah metode Bit Plane

Complexity Segmentation Hal ini dikarenakan modifikasi BPCS akan

menghasilkan stego yang berukuran sangat besar sedangkan metode masking dan

filtering akan mengubah tampilan visual dari video secara langsung. Untuk

menyembunyikan pesan pada cover video, prinsipnya sama seperti pada image

steganography. Pertama-tama dilakukan transformasi pada masing-masing frame

image cover video untuk memperoleh koefisien-koefisien yang akan dipilih

berdasarkan nilai treshold tertentu. Koefisien tersebut akan diganti dengan bit-bit

data pesan yang akan disembunyikan. Setelah seluruh pesan di-embed, koefisien

tadi ditransformasi balik untuk menghasilkan stego video. Untuk mengekstrak

pesan dari stego video, prinsipnya juga sama seperti pada image steganography.

Pertama-tama dilakukan transformasi pada masing-masing frame image stego

video untuk memperoleh koefisien-koefisien yang akan dipilih berdasarkan nilai

treshold tertentu. Koefisien tersebut akan merupakan bit-bit data pesan yang telah

disembunyikan dan akan ditulis ke file output yang berisi pesan yang

disembunyikan tersebut. Keuntungan dari video steganography adalah banyaknya

data yang dapat disembunyikan di dalamnya, serta fakta bahwa video merupakan

(31)

image tidak akan dilihat dengan mudah dengan mata manusia. Akan tetapi,

semakin banyak data pesan yang disembunyikan, bukan hal yang mustahil jika

perubahan pada video menjadi semakin mudah terlihat.

2.2 Video

Video merupakan gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan

dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung

tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan

frame rate, dengan satuan fps (frame per second). Karena dimainkan dalam

kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus, semakin besar nilai

frame rate maka akan semakin halus pergerakan yang ditampilkan.

Video pada dasarnya tersusun atas serangkaian frame yang ditunjukan pada

gambar 2.4 Rangkaian frame tersebut ditampilkan pada layar dengan kecepatan

tertentu, bergantung kepada laju frame yang diberikan (dalam frame/detik). Jika

laju frame cukup tinggi, maka manusia dapat menangkap gambar per frame secara

berkelanjutan seolah-olah melihat gambar bergerak

(32)

2.2.1 Fundamental Video

Pelayanan televisi di Eropa yang sekarang ini menyiarkan video pada suatu

bingkai tingkat 25 Hz. Masing-Masing bingkai terdiri dari dua bidang dijalin,

memberi suatu bidang tingkat 50 Hz. Bidang yang pertama dari tiap bingkai hanya

berisi bentuk yang bernomor gasal bingkai (nomor, jumlah garis bingkai puncak

garis satu). Bidang yang kedua hanya berisi genap bentuk yang dinomori bingkai

dan sample kamera video 20 m setelah bidang yang pertama.

Dalam sistem video selain televisi, Di dalam video tidak dijalin, semua baris

suatu bingkai adalah sample di saat tertentu yang sama pada waktunya. Merah,

biru dan hijau (RGB) merupakan syarat yang berasal dari suatu kamera televisi

berwama dapat dinyatakan seperti serian (Y) dan krominans (UV) komponen.

Krominans Luas bidang mungkin dikurangi dengan serian tanpa mempengaruhi

mutu gambar. Karena video definisi baku, CCIR rekomendasi 601

menggambarkan bagaimana komponen (YUV) syarat video dapat digitised dan

sample untuk membentuk piksel terpisah. Istilah 4:2:2 dan 4:2:0 adalah sering

digunakan untuk menguraikan struktur sampling gambaran digital. 4:2:2

krominans secara horisontal subsample dari suatu faktor dua relatif kepada serian

4:2:0 krominans secara horisontal dan tegak lurus subsample oleh suatu faktor dua

relatif kepada serian.

Daerah aktif suatu bingkai televisi digital, sample menurut CCIR

rekomendasi 601, adalah 720 piksel oleh 576 bentuk untuk suatu bingkai tingkat

25 Hz. Penggunaan 8 bit untuk masing-masing Y, U atau V piksel, bit yang tidak

(33)

Serian 4:2:2

720 x 576 x 25 x 8 + 360 x 576 x 25 x ( 8 + 8 ) = 166 Mbit/s

Serian 4:2:0

720 x 576 x 25 x 8 + 360 x 288 x 25 x ( 8 + 8 ) = 124 Mbit/s

MPEG 2 mampu untuk memampatkan bit tingkat standard-definition 4:2:0

video hingga sekitar 3-15 Mbit/S. Di bit yang lebih rendah ini mencakup,

perusakan atau pelemahan diperkenalkan oleh MPEG-2 persandian dan

memecahkan proses menjadi yang tak dapat disetujui. Karena penyiaran televisi

standard-definition video terestrial digital, sedikit tingkat di sekitar 6 Mbit/S

untuk menjadi kompromi baik antara mutu gambar dan efisiensi luas bidang

transmisi.

2.2.2 Sekilas Kompresi Video

Pada proses encoding untuk data video, merupakan proses yang dilakukan

oleh video encoder untuk mengubah sinyal video digital menjadi bit – bit stream

untuk proses transmisi. Untuk memperjelas proses encoding dapat dilihat gambar

2.5 encoder pada gambar berikut ini.

(34)

Penjelasan dari gambar di atas akan diuraikan sebagai berikut :

1. Video In

Format gambar yang digunakan dalam konferensi video ini adalah CIF (360 x 270 pixel). Frame video sebagai masukan dari tangkapan webcam dikelompokkan menjadi dua bagian, frame I dan frame P, untuk frame I masuk ke proses kompresi Intraframe, sedangkan untuk frame P masuk ke proses kompresi Interframe. Frame I dibagi – bagi menjadi sebuah macroblocks yang terdiri dari empat buah blok Y (Luminance / kecerahan) berukuran 8 x 8 pixel, sebuah blok Cb (Chrominance Blue / warna biru) berukuran 8 x 8 pixel, sebuah blok Cg (Chrominance Green / warna hijau) berukuran 8 x 8 pixel dan sebuah blok Cr (Chrominance Red / warna merah) berukuran 8 x 8 pixel. seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6 Kumpulan dari macroblock ini disebut sebagai sebuah Group of Block (GOB),

Gambar 2.6 Macroblocks

2. DCT

Pada proses DCT, masukan berupa matriks data dua dimensi NxN,

merupakan nilai koefisien yang menyusun setiap blok, sedangkan keluarannya

juga merupakan matriks dua dimensi.

3. Quantization

Keluaran proses DCT masuk ke proses kuantisasi dengan cara mengurangi

jumlah bit yang diperlukan dengan menggunakan fungsi - fungsi weighting

(35)

Kuantisasi dimaksudkan untuk menyederhanakan bobot angka - angka, yakni

senilai 256 yang menunjukkan keseluruhan palet warna dari putih murni sampai

hitam murni.

4. De Quantization

Proses ini dibutuhkan untuk mengembalikan data frame hasil kuantisasi ke

bentuk semula agar dapat digunakan menjadi frame referensi bagi proses

kompresi interframe.

5. IDCT

Proses ini sama seperti dekuantisasi, untuk mengembalikan data frame hasil

proses DCT ke bentuk semula agar dapat digunakan menjadi frame referensi bagi

proses kompresi interframe.

6. Reference Frame

Tempat penyimpanan hasil dekuantisasi dan IDCT dari proses sebelumnya

(sebelum data dikodekan). References frame ini menjadi referensi bagi proses

interframe.

7. Motion Estimation

Untuk P frame, dilakukan proses kompresi interframe, yaitu proses motion

estimation atau estimasi gerak, karena hanya bagian kecil saja dari frame yang

berubah bila dibandingkan dengan frame sebelum atau sesudahnya. Proses ini

mengestimasi gerakan blok – blok antar frame, tiap blok dibandingkan dengan

blok – blok berukuran sama, pada frame sebelumnya dengan melakukan

pencocokan blok ( block matching ). Proses ini dilakukan sampai seluruh frame.

(36)

Proses ini dilakukan untuk memprediksi lokasi dari blok yang paling mirip

atau match pada frame referensi (reference frame) dengan lokasi blok target

(target block) pada frame sesudahnya. Perbedaan relatif posisi ini disebut vektor

gerak (motion vector)

9. RLE (Run Length Encoding)

Hasil proses kuantisasi yang cenderung bernilai nol dan berulang secara

berurutan, oleh RLE serangkaian simbol yang berurutan tersebut dikodekan

menjadi suatu kode yang terdiri dari simbol tersebut dan jumlah perulangannya

yang dibaca secara linier dengan metode zig zag scanning dari frekuensi terendah

sampai frekuensi tertinggi.

10. VLC (Video Length Coding)

Setelah rangkaian simbol tersebut dikodekan, setiap kode memiliki panjang

yang berbeda-beda. Oleh VLC kode yang jarang muncul dikodekan dengan kode

yang panjang sedangkan yang sering muncul dikodekan dengan kode yang

pendek. Dengan demikian, secara keseluruhan bit yang dibutuhkan menjadi lebih

sedikit. Keluaran proses dari VLC bit-bit stream frame kemudian disimpan dalam

buffer untuk disinkronkan dengan informasi dari motion vector yang merupakan

keluaran dari proses block macthing. Hasil proses tersebut berupa bit stream yang

telah terkodekan dan siap untuk ditransmisikan atau dikirimkan.

2.2.3 Jenis cover video

Di dalam video, terdapat tiga jenis gambar. Ini menggambarkan gaya ramalan

(37)

Intra (I-Pictures) adalah coded tanpa memandang lain gambaran. Tekanan moderat dicapai dengan mengurangi pemborosan mengenai ruang, tetapi bukan

pemborosan sementara. Mereka dapat digunakan pada waktu tertentu untuk

menyediakan akses menunjuk bitstream di mana memecahkan kode kaleng

dimulai.

prediksi (P-Pictures) dapat menggunakan yang sebelumnya atau P-Picture untuk ganti-rugi gerakan dan mungkin digunakan sebagai suatu acuan untuk

ramalan lebih lanjut . Masing-Masing blok di dalam suatu P-Picture dapat yang

manapun diramalkan atau intra-coded. Dengan mengurangi pemborosan

sementara dan mengenai ruang, P-Pictures penawaran meningkat tekanan yang

dibandingkan ke I-Pictures.

Bidirectionally-Predictive ( B-Pictures) dapat menggunakan berikutnya dan yang sebelumnya atau P-Pictures untuk motion-compensation, dan menawarkan

tingkat tekanan tertinggi. Masing-Masing blok di dalam suatu B-Picture dapat

maju, mundur atau bidirectionally meramalkan atau intra-coded. Untuk

memungkinkan ramalan mundur dari suatu bingkai masa depan, memesan lagi

gambaran dari alami pajangan memesan untuk bitstream sedemikian sehingga

B-Picture dipancarkan setelah gambar berikutnya dan yang sebelumnya acuan. Ini

memperkenalkan suatu memesan lagi bergantung penundaan atas banyaknya

berurutan B-Pictures.

Jenis gambar yang berbeda secara khas terjadi mengulangi urutan,

memasukkan kelompok gambar atau GOP. Suatu GOP packet didalam visual

(38)

B1 B2 I3 B4 B5 P6 B7 B8 P9 B10 B11 P12

Bersesuaian bitstream adalah:

I3 B1 B2 P6 B4 B5 P9 B7 B8 P12 B10 B11

Suatu GOP struktur reguler dapat diuraikan dengan dua parameter: N, yang mana

banyaknya gambaran didalam GOP, dan M, adalah pengaturan jarak P-Pictures.

GOP memberi di sini diuraikan seperti N=12 dan M=3. MPEG-2 tidak meminta

dengan tegas atas suatu GOP struktur reguler. Sebagai contoh, suatu P-Picture

yang mengikuti suatu shot-change mungkin sangat buruk diramalkan karena

gambar acuan untuk ramalan dengan sepenuhnya berbeda dari gambar

diramalkan. Seperti itu, mungkin saja pengaruh baik bagi kode sebagai suatu

I-Picture sebagai gantinya.

Karena mutu gambar dikodekan ditentukan, masing-masing penggunaan

persandian menggambar hasil jenis adalah suatu jumlah berbeda bit. Didalam

suatu urutan contoh khas, suatu I-Picture coded adalah tiga kali lebih besar dari

suatu P-Picture coded, 50% lebih besar dari suatu B-Picture coded.

2.2.4 Sekilas Video Digital Editing

Sebelum muncul teknologi digital editing, semua proses penyuntingan

dilakukan dengan menggunakan 1 player video dan 1 recorder video. Cara ini

hanya mengijinkan transisi cut to cut saja. Lalu muncul penggunaan 2 player dan

1 recorder yang dilengkapi mixer, teknik penyuntingan ini menyediakan transisi

(39)

pada saat editing ada satu segmen di tengah cerita yang ingin diperpanjang atau

diperpendek maka seluruh rangkaian editing dibelakangnya harus diulang

kembali.

Dengan hadirnya teknologi digital video editing, maka persoalan ini bisa

diatasi dengan Non-Linear Editing (NLE). Dengan metode editing ini video disimpan dalam harddisk terlebih dahulu sehingga bisa dilakukan proses editing

yang lebih fleksibel. Satu segmen video bisa dipindahkan atau bisa dipakai secara

berulang-ulang. Kita tinggal melakukan drag and drop klip video, gambar, dan

audio. Selain video capture card, maka kita membutuhkan perangkat komputer

yang memiliki spesifikasi yang cukup untuk melakukan proses capturing dan

editing. Pemilihan processor (CPU), RAM (Random Access Memory), dan

harddisk sebagai media penyimpanan perlu diperhatikan sesuai dengan kebutuhan

kita. Untuk processor sangat dianjurkan untuk menggunakan processor yang

memiliki kecepatan diatas 1 Ghz dan memiliki cache memory sebesar 512Kb.

Demikian juga dengan memory atau RAM, sangat dianjurkan untuk melengkapi

komputer kita dengan RAM bekapasitas minimal 256 Mb. Sedangkan kebutuhan

media penyimpanan disesuaikan dengan durasi dari proyek video digital kita.

Untuk format video NTSC (29.97 fps) dengan durasi 1 menit video dibutuhkan

1,5 GB, maka untuk durasi 1 jam kita membutuhkan penyimpanan sebesar 90 GB.

Teknologi Non-Linear Editing (NLE) menggunakan software/aplikasi untuk

melakukan proses capture dan editing.

(40)

2.2.5 Perbedaan Video Analog dan Video Digital

Analog video tersusun dari gelombang bersambung yang bervariasi, dengan

kata lain nilai sinyal akan memiliki angka yang beragam tetapi terbatas pada batas

maksimum dan minimum yang diijinkan. Sedangkan digital video ditransmisikan

hanya berupa titik presisi yang dipilih pada interval dalam kurva. Tipe sinyal

digital yang dapat dipakai oleh komputer kita adalah tipe binary. Data binary

diwakili dengan angka 1 dan 0, angka 1 mewakili nilai maksimum dan angka 0

mewakili nilai minimum.

Digital video memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan analog video,

yang paling penting adalah ketepatan yang tinggi dalam proses transmisi (high

fidelity) dibandingkan dengan sinyal analog. Pada sinyal analog, saat penerimaan

akhir transmisi akan sulit membedakan antara sinyal asli dan noise yang mungkin

diperkenalkan selama transmisi. Transmisi yang diulang-ulang maka akumulasi

noise tidak dapat dihindari. Lain halnya dengan sinyal digital yang dapat

membedakan antara sinyal asli dengan noise. Sinyal digital juga dapat

ditransmisikan berulang-ulang sebanyak yang kita inginkan tanpa mempengaruhi

kualitasnya.

Dunia video kini telah mengalami perubahan dari analog ke digital.

Perubahan ini terjadi pada setiap tingkatan industri. Pada konsumen rumahan dan

perkantoran kita dapat menikmati kualitas video yang prima lewat hadirnya

teknologi VCD dan DVD (Digital Versatile Disc), sedangkan dunia broadcasting

kini juga lambat laun mengalihkan teknologinya kearah DTV (Digital Television).

(41)

sinyal kabel digital dan sinyal satelit untuk menikmati siaran televisi digital.

2.2.6 Struktur Berkas Citra Bitmap

Citra bitmap 24-bit digunakan sebagai cover pada sistem steganografi yang

akan di bangun. Struktur data citra tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.7 Struktur berkas citra bitmap 24-bit

a. Header berkas

Merupakan data yang terdapat pada bagian awal berkas citra. header berkas

berisi informasi tipe berkas, ukuran ukuran berkas, dan informasi jumlah offset

byte. Ukuran header berkas sama untuk semua versi citra bitmap yaitu 14-byte.

b. Header bitmap

Data header bitmap berguna untuk mengetahui bagaimana citra dalam format

bitmap dikodekan dan disimpan. Data header bitmap misalnya informasi ukuran

citra, kedalaman piksel, informasi apakah bitmap terkompresi atau tidak serta tipe

kompresinya, jumlah data bitmap dalam byte dan jumlah warna yang digunakan.

Ukuran header bitmap berbeda-beda untuk setiap versi, untuk versi lama, header

(42)

40-byte, sedangkan untuk versi baru dari IBM OS/2, header bitmap berukuran

64-byte.

c. Informasi palet

Informasi palet warna terletak sesudah header bitmap. Informasi palet warna

dinyatakan dalam suatu tabel RGB. Setiap entry pada tabel terdiri atas tiga buah

field, yaitu R (red), G (green) dan B (blue). Ukuran informasi palet pada citra

bitmap 24-bit adalah 0-byte karena nilai RGB langsung diuraikan di dalam data

bitmap.

d. Data bitmap

Setiap elemen data bitmap panjangnya 3-byte, masing-masing menyatakan

komponen RGB. Data bitmap ini merupakan data berkas bitmap yang sebenarnya,

pada bagian inilah informasi dapat disimpan dengan metode LSB.

2.2.7 Least Significant Bit (LSB)

Metode steganografi yang paling umum pada tipe berkas citra adalah least

significant bit (LSB). Metode ini menyembunyikan data dengan mengganti bit-bit

data yang paling tidak berarti di dalam cover dengan bit-bit data rahasia. Pada susunan

bit di dalam sebuah byte (1 byte = 8 bit), ada bit yang paling berarti (most significant

bit (MSB) dan bit yang paling kurang berarti least significant bit (LSB).

1 0 1 0 0 1 0

MSB LSB

(43)

hanya mengubah nilai byte satu lebih tinggi atau satu lebih rendah dari nilai

sebelumnya. Misalkan pada cover citra, byte tersebut menyatakan warna merah,

maka perubahan satu bit LSB tidak mengubah warna merah tersebut secara berarti,

apalagi mata manusia tidak dapat membedakan perubahan yang kecil. Sebagai contoh,

misalnya terdapat data raster original file citra yang akan digunakan sebagai

cover sebagai berikut:

00100111 11101001 11001000

00100111 11001000 11101001

11001000 00100111 11101001

Sedangkan representasi biner huruf A adalah 01000001, dengan

menyisipkannya ke dalam pixel di atas maka akan dihasilkan

00100110 11101001 11001000 00100110 11001000 11101000

11001000 00100111 11101001

Terlihat hanya tiga bit rendah yang berubah (cetak tebal), untuk penglihatan

mata manusia sangatlah mustahil untuk dapat membedakan warna pada file citra

yang sudah diisi pesan rahasia jika dibandingkan dengan file citra asli sebelum

disisipi dengan pesan rahasia.

2.3 Pengkodean Data

Data disimpan di dalam komputer pada main memory untuk diproses. Sebuah

karakter data disimpan dalam main memory menempati posisi 1 byte. Komputer

(44)

dari 6 bit dan komputer generasi sekarang, 1 byte terdiri dari 8 bit. Suatu karakter

data yang disimpan di main memory diwakili oleh kombinasi dari dijit biner

(binary digit atau bit). Kode biner dapat digunakan untuk mewakili suatu karakter.

Suatu komputer yang berbeda menggunakan kode biner yang berbeda untuk

mewakili suatu karakter. Komputer yang 1 byte terdiri dari 4 bit, menggunakan

kode binary yang berbentuk kombinasi 4 bit, yaitu BCD (Binary coded decimal).

Komputer yang menggunakan 6 bit untuk 1 bytenya, menggunakan kode biner

yang terdiri dari kombinasi 6 bit, yaitu SBCDIC (Standard Binary Coded Decimal

Interchange Code). Komputer yang terdiri dari 8 bit, menggunakan kode biner

yang terdiri dari kombinasi 8 bit, yaitu EBCDIC (extended Binary coded decimal

interchange code) / ASCII (American standard code of information interchange).

1. BCD (Binary Coded Decimal)

BCD merupakan kode biner yang digunakan hanya untuk mewakili nilai

desimal saja, yaitu angka 0 sampai dengan 9. BCD menggunakan kombinasi

dari 4 bit, sehingga sebanyak 16 (24 = 16) kemungkinan kombinasi yang dapat

diperoleh dan hanya 10 kombinasi yang dipergunakan. Kode BCD yang

orisinil sudah jarang dipergunakan untuk komputer generasi sekarang, karena

tidak dapat mewakili huruf atau simbol-simbol karakter khusus.

2. SBCDIC (Standard Binary Coded Decimal Interchange Code)

SBCDIC merupakan kode biner perkembangan dari BCD. BCD dianggap

tanggung, karena masih ada 6 kombinasi yang tidak dipergunakan, tetapi tidak

dapat digunakan untuk mewakili karakter yang lainnya. SBCDIC

(45)

dihasilkan, sebanyak 64 kombinasi kode, yaitu 10 kode untuk digit angka, 26

kode untuk huruf alphabet dan sisanya karakter-karakter khusus yang dipilih.

Posisi bit di SBCDIC dibagi menjadi 2 zone, yaitu 2 bit pertama disebut

dengan alphabet position dan 4 bit berikutnya disebut numeric bit position.

3. EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)

EBCDIC terdiri dari kombinasi 8 bit yang memungkinkan untuk mewakili

karakter sebanyak 256 kombinasi karakter. Pada EBCDIC, high-order bits

atau 4 bit pertama disebut dengan zone bits dan low order bits atau 4 bit kedua

disebut dengan numeric bit.

4. ASCII (American standard code for information interchange) 7 bit

Kode ASCII yang standard menggunakan kombinasi 7 bit, dengan kombinasi

sebanyak 127 dari 128 kemungkinan kombinasi. Kode ASCII 7 bit ini terdiri

dari dua bagian, yaitu control characters dan information characters yang

merupakan karakter-karakter yang mewakili data.

5. ASCII 8 bit

Karakter graphic yang tidak dapat diwakili oleh ASCII 7 bit, dapat diwakili

(46)

33

Analisis dan perancangan sistem berfungsi untuk mempermudah dalam

memahami dan menyusun tahapan selanjutnya yang akan dilakukannya

penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya

dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi

permasalahan-permasalahan sehingga ditemukan kelemahan, kesempatan, dan hambatan yang

terjadi serta kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan

perbaikan-perbaikannya.

3.1 Analisis Masalah

Analisis ini mencakup semua permasalahan yang terjadi pada teknik

steganography video ini seperti bagaimana proses penyisipan / embed pesan pada

video, proses ekstraksi pesan, penggunaan password untuk menambah keamanan,

serta proses pengukuran kualitas video untuk mengetahui bagaimana perbedaan

video yang dihasilkan.

Pada steganografi video dengan menggunakan metode LSB menyembunyikan

bit-bit dari berkas rahasia pada bit-bit segmen frame video. Penyembunyian ini

pada dasarnya memberikan pengaruh terhadap berkas cover frame video, tetapi

karena perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak tertangkap oleh indera

manusia. Sebagai contoh, untuk citra bitmap 24-bit yang berukuran 256 x 256

(47)

G=1 byte dan B=1 byte), berarti seluruhnya ada 65536 x 3 = 196608 byte. Karena

dalam setiap byte hanya bisa menyembunyikan 1 bit pada LSB-nya, maka ukuran

berkas rahasia maksimum yang dapat disimpan pada citra tersebut adalah 196608/

8 = 24576 byte atau 1/8 dari ukuran citra tersebut.

3.1.1 Penyisipan pesan pada video

Sistem untuk penyisipan pesan pada video, membutuhkan masukan berupa

video sebagai media penyisipan, pesan yang ingin disisipkan, serta password

sebagai pengaman. Video yang digunakan sebagai media penyisipan pesan hanya

video yang berformat (*.avi) yang belum terkompresi. Aktifitas yang akan

dilakukan pada proses penyisipan pesan ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pembacaan terhadap file video yang berformat *.avi untuk

mempersiapkan file video tersebut yang akan digunakan sebagai media

penyisipan pesan. File video tersebut diubah menjadi kumpulan

frame-frame. Setiap frame dalam video diubah menjadi sebuah file BMP.

2. Melakukan pembacaan terhadap file teks untuk mempersiapkan bit-bit file

teks yang akan disisipkan pada video. Pesan yang disisipkan kedalam video

bisa berformat apa saja tapi ukurannya tidak melebihi daya tampung

penyimpanan dari video tersebut.

3. Menyisipkan bit-bit file pesan kedalam bit yang paling rendah dari salah

satu frame video yang digunakan sebagai tempat penyisipan yang dihasilkan

pada langkah pertama, password disisipkan pada frame pertama sedangkan

(48)

4. Menggabungkan kembali kumpulan frame-frame tersebut yang telah disisipi

pesan sehingga menjadi video yang mengandung pesan.

Gambar 3.1 Diagram proses penyisipan pesan

3.1.2 Ekstraksi pesan yang disisipkan pada video

Sistem untuk mengekstraksi pesan pada video memerlukan dua buah

masukan yaitu video yang mengandung pesan, serta password yang diinputkan

sebagai pengamannya. Video ini memiliki format yang sama pada saat penyisipan

yaitu video yang berformat *.avi.

Proses ekstraksi pesan dimulai dengan pemilihan frame dan koefesien pada

video yang akan dibaca. Kemudian pesan didalamnya dibaca, menjadi pesan

dalam bentuk acak, password yang diinputkan akan menjadi penentu kebenaran

pesan, dimana deretan bilangan acak yang dibangkitkan oleh password akan

mengatur bagaimana urutan pesan tersebut. Hanya password yang digunakan pada

saat penyisipan yang dapat menghasilkan pesan asli kembali. Aktifitas yang

dilakukan pada proses ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembacaan terhadap file video yang telah disisipi pesan yang

(49)

kumpulan frame-frame. Setiap frame dalam video tersebut di ubah menjadi

kumpulan file BMP.

2. Memeriksa masukan password apakah sudah sama dengan password yang

tersimpan di file BMP pertama. Jika sama maka dilanjutkan ke proses

selanjutnya, jika tidak sama maka akan menampilkan pesan kesalahan.

3. Mendeteksi bit data pada frame kedua dan seterusnya yang mengandung kode

data pesan.

4. Menuliskan bit-bit data yang telah diekstraksi menjadi sebuah file.

Gambar 3.2 Diagram proses ekstraksi pesan

3.2 Analisis Sistem

Dalam tahap analisis sistem dilakukan penguraian dari suatu sistem yang

sedang berjalan. Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan sistem

dan mengevaluasi permasalahan yang ada sehingga ditemukan

kelemahan-kelemahan yang diharapkan untuk menunjang kemungkinan pengembangan

sistem yang telah ada.

Pada umumnya prinsip kerja sistem aplikasi steganography pada video ini

(50)

saja pada sistem aplikasi yang dibangun ini dengan menggunakan metode Least

Significant Bit (LSB) dimana metode ini dapat menyembunyikan bit-bit dari

berkas rahasia pada bit-bit segmen terendah dari frame video

Gambar 3.3 Arsitektur sistem steganography video

Fungsi utama dari aplikasi steganography video ini adalah supaya dapat

menyisipkan pesan kedalam video, serta dapat mengekstraksinya kembali pesan

tersebut. Objek masukan untuk modul proses penyisipan pesan yaitu video yang

berformat *.avi yang belum terkompres, pesan rahasia bisa berupa file teks yang

berformat apa saja tapi ukurannya tidak melebihi daya tampung penyimpanan dari

video tersebut, dan password sebagai pengaman. Sedangkan keluaran dari proses

penyisipan ini adalah video yang sudah memiliki pesan rahasia didalamnya.

Sedangkan pada modul proses ekstraksi pesan, objek masukan berupa video

yang berformat *.avi yang sudah memiliki pesan dan password. Pesan yang

(51)

kembali. Dengan password masukan, urutan data dapat ditentukan sehingga pesan

akan terbaca dengan benar yang sekaligus menjadi keluaran dari modul ini.

3.2.1 Struktur Video digital

Video digital pada dasarnya tersusun atas serangkaian frame yang ditunjukan

pada gambar 3.4. Rangkaian frame tersebut ditampilkan pada layar dengan

kecepatan tertentu, bergantung kepada laju frame yang diberikan (dalam

frame/detik). Jika laju frame cukup tinggi, maka manusia dapat menangkap

gambar per frame secara berkelanjutan seolah-olah melihat gambar bergerak.

1 3 4 5 6 7 8 10 Gambar 3.4 Aliran frame

Masing masing frame merupakan gambar atau citra digital. Suatu citra digital

direpresentasikan dengan sebuah matriks yang masing-masing elemennya

merepresentasikan nilai intensitas. Jika I adalah matriks dua dimensi, I(x,y) adalah

nilai intensitas yang sesuai pada posisi baris x dan kolom y pada matriks tersebut.

Titik-titik ditempat citra disampling disebut picture element, atau sering dikenal

dengan istilah pixel (piksel) yang ditunjukan pada gambar 3.5.

(52)

pixel

Gambar 3.5 Pixel (Picture Element)

Karakteristik suatu video digital ditunjukan oleh resolusi atau dimensi frame,

kedalaman pixel, laju frame. Karakteristik-karakteristik ini akan memperlihatkan

antara kualitas video dan jumlah bit yang dibutuhkan untuk menyimpan besarnya

data atau mengirimkan data melalui jaringan. Beberapa penjelasan mengenai

karakteristik video digital sebagai berikut.

3.2.1.1Resolusi (Resolution)

Resolusi atau dimensi frame adalah ukuran suatu frame. Resolusi dinyatakan dalam pixel x pixel. Semakin tinggi resolusi maka akan semakin baik kualitas

video tersebut, dalam arti bahwa dalam ukuran fisik yang sama, video dengan

resolusi yang tinggi akan lebih detail terlihat. Namun resolusi yang tinggi akan

mengakibatkan jumlah bit yang diperlukan untuk penyimpanan data dan

pengiriman datanya menjadi meningkat.

(53)

Pada gambar 3.6 terdapat dua frame dengan resolusi berbeda. frame

sebelah kiri memiliki resolusi 240 pixel x 344 pixel, sedangkan frame sebelah

kanan memiliki resolusi 178 pixel x 255 pixel.

3.2.1.2 Kedalaman Bit (Bit Depth )

Kedalaman bit menentukan jumlah bit yang digunakan untuk mereprentasikan

tiap pixel pada sebuah frame. Kedalaman bit dinyatakan dalam bit/pixel. Semakin

banyak jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah pixel yang

berarti semakin tinggi kedalaman pixel-nya, maka semakin tinggi pula

kualitasnya, dengan bayaran jumlah bit yang dibutuhkan menjadi lebih tinggi.

Dengan satu byte (8-bit) untuk tiap pixel, diperoleh 28 atau 256 level

intensitas. Dengan level intensitas sebanyak itu, umumnya mata manusia sudah

dapat dilihat dengan cukup jelas. Kedalaman pixel paling rendah terdapat pada

binary-value image yang hanya menggunakan 1 bit untuk tiap pixel, sehingga

hanya ada dua kemungkinan bagi tiap pixel, yaitu 0 (hitam) atau 1 (putih).

Gambar 3.7 Variasi kedalaman pixel

(54)

dalam beberapa kedalaman pixel. Pada gambar kiri, digunakan 16 bit untuk tiap

pixel. Pada gambar tengah, bit yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah

pixel dikurangi menjadi 8 bit per pixel. Sedangkan pada gambar kanan, digunakan

4 bit per pixel. Terlihat bahwa semakin sedikit jumlah bit yang digunakan untuk

tiap pixel, maka semakin turun pula kualitasnya

3.2.1.3 Laju Frame (Frame Rate)

Frame rate menunjukan jumlah frame yang digambar setiap detik, dan

dinyatakan dengan frame per detik. Sehubungan dengan laju frame ini, ada dua

hal yang perlu diperhatikan, yaitu kehalusan gerakan (smooth motion) dan kilatan

(flash). Kehalusan gerakan ditentukan oleh jumlah frame yang berbeda per detik.

Untuk mendapatkan gerakan yang halus video digital setidaknya harus

menampilkan sedikitnya 25 frame per detik. Kilatan ditentukan oleh jumlah

berapa kali layar digambar per detik.

3.2.1.4 Representasi Warna

Pada video digital, umunya data video dipisahkan menjadi

komponen-komponen, baik untuk komponen warna maupun komponen kecerahan. Penyajian

semacam ini disebut komponen video. Pada komponen video, tiap komponen

dipisahkan dengan cara tertentu. Beberapa cara pemisahan komponen tersebut

adalah RGB,YUV dan YIQ.

RGB

(55)

masing-masing warna, yaitu merah (red), hijau (green) dan biru (blue). Warna tiap pixel

ditentukan oleh kombinasi intensitas dari masing-masing komponen warna.

Sebagai contoh, pada RGB 24 bit, masing-masing komponen warna

dinyatakan dalam 8 bit atau 256 level. Warna biru langit direpresentasikan dengan

R=181, G=189 dan B=249.

YUV

Pemisahan komponen tidak hanya dilakukan dengan pemisahan warna,

namun dapat juga dilakukan dengan memisahkan komponen kecerahan

(luminance) dan komponen warna (crominance). Pada format PAL, sinyal

kecerahan dinyatakan dengan Y, sedangkan dua sinyal warna dinyatakan dengan

U dan V.

Masing-masing komponen tersebut diperoleh dengan mengirimkan masukan

RGB dengan rumus :

Y=0,299R + 0,587G + 0,114B

V=(R-Y) x 0,877

YIQ

Pemisahan sinyal video menjadi luminance dan crominance dapat dilakukan

juga sesuai dengan format National Television Systems Comitte (NTSC),

luminance dinyatakan dengan Y, dan dua crominance dinyatakan dengan I dan Q.

Masing-masing komponen tersebut diperoleh dengan mentransformasikan

RGB dengan rumus :

...Persamaan 3.1

U=(B-Y) x 0,493...Persamaan 3.2

(56)

Y=0,299R + 0,587G +0,114B

I=0,596R + 0,275G + 0,321B

Q=0,212R + 0,523G + 0,311B

Oleh karena itu persepsi mata manusia lebih peka kepada kecerahan dari pada

warna, maka crominance cukup di sampling separuh dari luminance.

3.2.2 Metode Least Significant Bit (LSB)

Pada pembahasan ini akan dilakukan penerapan perhitungan proses

penyimpanan berkas teks secara manual dengan menggunakan metode LSB.

Sebagai contoh ilustrasi, digunakan sebuah citra bitmap 24-bit dibawah ini untuk

digunakan sebagai cover.

Gambar 3.8 Citra bitmap 24-bit

Proses penyimpanan dengan menggunakan LSB ini pada dasarnya adalah

memanipulasi piksel-piksel yang disusun oleh kombinasi tiga komponen warna

RGB. Setiap komponen warna tersebut terdiri dari 8-bit dan hanya menyimpan

1-bit pada 1-bit paling tidak berartinya, sehingga setiap piksel hanya dapat

menyimpan 3-bit data saja. Piksel-piksel tersebut direpresentasikan sebagai

elemen-elemen matriks seperti pada Gambar 3.9 dibawah ini.

...Persamaan 3.4

...Persamaan 3.5

(57)

Gambar 3.9 Matriks piksel citra

Misalkan akan disimpan sebuah huruf “A” (ASCII code 65, yaitu 01000001)

pada citra di atas.

Data matriks piksel citra pada piksel ke-1, 2, 3, 4 … n =

00100111 11101001 11001000 00100111 11001000 11101001 11001000

00100111 11101001 00100111 11101001 11001000 … 00100111

Data yang akan disimpan adalah 01000001

Setiap bit yang merepresentasikan huruf “A” tersebut akan disimpan pada bit-bit

terendah dari komponen warna pada matriks piksel citra di atas secara berurutan

(diberi tanda garis bawah). Setelah semua tersimpan maka akan dihasilkan:

00100110 11101001 11001000 00100110 11001000 11101000 11001000 00100111 11101001 00100111 11101001 11001000 … 00100111

Terlihat hanya tiga bit yang berubah (ditandai cetak tebal dan garis bawah).

3.3 Analisis Lingkungan Implementasi

Untuk membangun aplikasi steganografi video ini diperlukan beberapa

komponen untuk mendukung kinerja dari sistem tersebut mulai dari kebutuhan

software / perangkat lunak sampai pada kebutuhan hardware / perangkat keras di

mana masing–masing komponen tersebut saling bekerja sama untuk mencapai apa

Gambar

Gambar 2.7 Struktur berkas citra bitmap 24-bit
Gambar 3.3  Arsitektur sistem steganography video
Gambar 3.6 Resolusi dimensi frame
Gambar 3.8 Citra bitmap 24-bit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Pengaruh Pelatihan, Upah terhadap Produktivitas kerja karyawan pada Industri genteng di Desa Margodadi, Seyegan, Sleman, Daerah Istimewa

Dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving ini, diharapkan siswa dapat lebih aktif karena pembelajaran problem solving ini difokuskan untuk

Dengan demiki- an, dalam hal pembelajaran bahasa, pe- ngenalan bahasa Indonesia bagi yang berbahasa pertama bahasa daerah dan bahasa daerah bagi mereka yang berba-

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori jadi kesimpulannya pola komunikasi sebagai interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran sosiologi pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aturan terhadap kos- kosan, apa saja yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat dalam pelaksanaan aturan kos-kosan, dan

Analisis penelitian kualitatif didapatkan lansia sangat senang jika diberikan uang oleh anak sebagai pegangan, dan anak menawarkan bantuan uang saat butuh

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh arus dan waktu pada proses pelapisan hard chrome terhadap ketebalan

Kapasitas jalan adalah arus maksimum yang dapat dipertahankan persatuan jam yang melewati satu titik dijalan dalam kondisi yang ada atau dengan kata lain