IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jenis dan Jumlah
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di zona intertidal Pulau Pari, Kepulauan Seribu, teridentifikasi sebanyak 19 jenis moluska yang tersebar pada 90 plot. Ke 19 jenis moluska tersebut terdiri dari 6 Gastropoda dan 13 Bivalvia. Menurut Cappenberg dan Pangabean (2005), melaporkan bahwa di gugusan Pulau Pari terdapat 45 jenis moluska yang mewakili 23 famili. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang nyata dalam kelimpahan jenis beberapa tahun terakhir.
Stasiun I yang terletak pada pantai berpasir di sebelah timur Pulau Pari didapat 162 individu dari 19 jenis moluska, yang paling dominan pada stasiun tersebut adalah jenis Cherithium coralium
sebanyak 106 individu. Pada stasiun II yang terletak sekitar 400 meter dari stasiun I dengan substrat dasar pasir berkarang didapat 33 individu dengan jenis yang paling dominan adalah Gafrarium tumidum sebanyak 10 individu. Selanjutnya pada stasiun III yang terletak disebelah utara pulau Pari dengan substrat pasir berlumpur dekat dengan ekisistem mangrove didapat 56 individu moluska dengan jenis yang paling dominan adalah Cerithium coralium
pada stasiun I, tidak dijumpai pada stasiun II dan III begitu sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa keragaman jenis dan kepadatanya moluska di setiap stasiun cukup merata. Hal tersebut diperkuat dengan peryataan Brower & Zar (1977 dalam Dahuri 2004) bahwa kepadatan moluska menunjukan jumlah individu yang hidup pada habitat tertentu, luasan tertentu dan waktu tertentu.
Melimpahnya jenis Cerithium coralium pada lokasi pengamatan antara lain disebabkan oleh adaptasi hidup yang lebih cepat dibandingkan dengan jenis yang lain. Dharma, 1988 dalam
Syamsurisal, 2011 menyatakan bahwa Spesies dari Filum Cerithiidea ini memiliki cangkang tebal dan kuat, colimelia biasanya bergelembung dan mempunyai canal yang pendek. Struktur tubuh seperti ini menyebabkan orgnisme tersebut tidak mudah dimangsa oleh predator, sehingga keberadaanya selalu melimpah.
Tabel 4. Jumlah Spesies Tiap Stasiun Pengamatan
Spesies StasiunStasiun Pengamatan Jml 1 Stasiun2 Stasiun3
Cerithium coralium 106 - 33 139
Corbicula fluminea 1 - - 1
Gafrarium dispar - - 2 2
Gafrarium
pectinatum - - 9 9
Gafrarium tumidum 3 10 7 20
Isognomon
isognomon 3 - - 3
Stavelia subdistorta 1 - - 1
Littoraria carnifera 1 1 - 2
Malleus malleus 3 - - 3
Milda ventricosa - 2 - 2
Nassarius
Pinna muricata - 3 - 3
Pitar citrinus 3 4 1 8
Placuna ephippium 1 - - 1
Rhinoclavis aspera - 1 - 1
Rhinoclavis
vertagus 5 1 4 10
Strombus urceus 30 7 - 37
Tellina virgata 1 3 - 4
vasticardium flavum 4 - - 4
Total Individu 162 33 56 249
Hasil identifikasi jenis moluska di zona intertidal Pulau Pari dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
Tabel 5. Hasil Klasifikasi Gastropoda di Zona Intertidal Pulau Pari
Ordo Famili Spesies
Sorbeoconcha
Cerithiidae Cerithium coralium (Kiener, 1841)
Cirithidae
Rhinoclavis aspera
(Linnaeus,1758)
R. vertagus (Linnaeus,1758)
Littorinimorpha Littorinidae
Littoraria pallescens (Philippi,1846)
Strombidae Strombus urceus (Linnaeus,1758) Pyramidellida
e Milda Ventricosa (Guerin,1831)
Tabel 6. Hasil Klasifikasi Bivalvia pada Zona Intertidal Pulau Pari
Ordo Famili Spesies
Veneroida
Veneridae
Gafrarium pectinatum (Linnaeus,1758)
G. Dispar (Holten,1802)
G. tumidum (Roding,1798)
Pitar citrinus (Lamarck, 1818)
Tellinidae Tellina virgata (Linnaeus,1758)
Malleidae Malleus malleus (Linnaeus,1758)
Pinnidae Pinna muricata(Linnaeus, 1758)
Ostreoida Placunidae Placuna ephippium(Philippson in Retzius,1788)
A. Keanekaragaman (H’)
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 1,98 (ind/m2) sedangkan terendah terdapat pada stasiun I yaitu 0,05 (ind/m2) (Gambar 3).
Menurut Hardjosuwarno (1990 dalam Syamsurisal 2011) menyatakan bahwa indeks keanekaragaman (H’) terdiri dari beberapa kriteria yaitu : Jika (H’) lebih dari 3,0 menunjukan keanekaragaman sangat tinggi, jika nilai (H’) sebesar 1,6-3,0 menunjukan keanekaragaman tinggi, dan jika nilai (H’) sebesar 1,0-1,5 menunjukan keanekaragaman sedang.
1 2 3
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
0.05
1.98
1.24
Stasiun Pengamatan
In
d
e
k
s
K
e
a
n
e
k
a
ra
g
a
m
a
n
(
in
d
/m
2
)
III berkisar 1,24. Hal ini menunjukan bahwa keanekaragaman pada setiap stasiun tidak sama. Stasiun I menunjukan nilai indeks 0,05 dengan begitu sudah jelas bahwa pada stasiun I memiliki keanekaragaman rendah karena nilai indeks keanekaragaman menunjukan kurang dari 1,0. Keanekaragaman yang rendah menunjukan penyebaran jumlah individu tiap jenis rendah dan ke stabilan juga rendah. Stasiun II menunjukan nilai 1,98. Hal ini menunjukan stasiun II masuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi. Keanekaragaman yang tinggi menunjukan penyebaran jumlah individu tiap jenis yang tinggi dan kestabilan juga tinggi. Stasiun III masuk kedalam kriteria keanekaragaman sedang, karna memiliki nilai indeks 1,24 artinya keanekaragaman menunjukan penyebaran jumlah individu sedang serta kestabilan komunitas sedang dan keadaan perairan tercemar sedang.
B.Keseragaman (E)
1 2 3 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
0.01
0.51
0.22
Stasiun Pengamatan
In
d
e
k
s
K
e
s
e
ra
g
a
m
a
n
(
in
d
/m
2
)
Gambar 4. Grafik Keseragaman Jenis Moluska
Dari gambar 4 terlihat bahwa indeks keseragaman (E) pada stasiun I berkisar 0,01, pada stasiun II berkisar 0,51, dan pada stasiun III berkisar 0,22. Hal ini menunjukan bahwa nilai indeks keseragaman pada setiap stasiun berbeda terutama pada stasiun I. Pada stasiun I menunjukan bahwa nilai indeks keseragaman rendah karena keseragaman pada stasiun I mendekati 0, sedangkan pada stasiun II dan III menunjukan nilai indeks keseragaman tinggi karena nilai indeks mendekati 1.
jenis spesies tertentu yang jumlahnya relative berlimpah (dominansi) dari pada jenis lainya. Selain itu ditambahkan juga oleh Daget (1976
dalam Syamsurisal 2011) yang menyatakan bahwa jika nilai kesamaan 0,00 <E≤0,50 maka komunitas berada pada kondisi tertekan, jika nilai 0,50<E≤0,75 maka berada pada kondisi labil dan apabila nilai indeks 0,75<E≤1,00 maka komunitas berada pada kondisi stabil.
Keseragaman jenis dapat diketahui dari nilai indeks keseragamanya. Semakin kecil nilai suatu indeks keseragaman (E) semakin kecil pula keseragaman jenis dalam komunitas, artinya penyebaran jumlah individu tidak sama ada kecenderungan didominasi oleh jenis tertentu (Syamsurisal, 2011).
C. Dominansi (C)
1 2 3 0
0.05 0.1 0.15
0.2 0.18
0.03
0.17
Stasiun Pengamatan
In
d
e
k
s
D
o
m
in
a
n
s
i
(i
n
d
/m
2
)
Gambar 5. Grafik Indeks Dominansi Moluska
Dominansi dinyatakan tinggi jika nilai C=1, sedangkan pada (Gambar 5) dapat dilihat bahwa nilai indeks dominansi yaitu pada stasiun I yaitu 0,18, pada stasiun II yaitu 0,43, dan pada stasiun III bernilai 0,27. Terlihat dari nilai indeks dominansi pada (Gambar 5) menunjukan bahwa dominansi dinyatakan rendah. Gambar 5 mempunyai kecenderungan mendekati 0 artinya tidak ada jenis yang mendominansi perairan yang berarti individu pada stasiun pengamatan mempunyai kesempatan yang sama dan secara maksimal dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada didalam perairan tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Odum (1993