• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian tingkat risiko dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner pada masyakarat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian tingkat risiko dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner pada masyakarat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2015"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Melia Fatrani Rufaidah

NIM: 1112103000066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 25 September 2015

(3)

iii

PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA

MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015

Proposal Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Melia Fatrani Rufaidah

NIM: 1112103000066

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Marita Fadhilah, PhD NIP. 19780314 200604 2 001

dr. Zulhafdy M., Sp.M NIP. 19570808 198612 1 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian berjudul PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 yang diajukan oleh Melia Fatrani Rufaidah (NIM 1112103000066), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 25 September 2015. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 25 September 2015

DEWAN PENGUJI Ketua Sidang

dr. Marita Fadhilah, PhD NIP. 19780314 200604 2 001

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Marita Fadhilah, PhD NIP. 19780314 200604 2 001

dr, Zulhafdy M., Sp.M NIP. 19570808 198612 1 001

Penguji I Penguji II

dr. Hari Hendarto, Sp.PD, FINASIM, PhD NIP. 19651123 200312 1 003

dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM NIP. 19660629 199807 1 001

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes NIP. 19650808 198803 1 002

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan, kesehatan, dan kesemangatan senantiasa dilimpahkan oleh-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan ke jungjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH, Maftuhah, M.Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, Mkes, Ph.D selaku pembantu dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Marita Fadhilah, PhD selaku pembimbing 1 yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. dr. Zulhafdy M, Sp.M selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberi saran dan kritik dalam membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.

5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS FACS dan dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2012 yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian ini.

6. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku ketua KPKM Buaran yang ikut serta memberi saran dan kritiknya untuk uji validasi dan reliabilitas dalam penelitian ini.

(6)

vi

8. Raka Petra Prazasta sebagai teman terdekat dan teman sekelompok yang selalu ada untuk membantu dan memberi dukungan sehingga proses penelitian ini berjalan lancar, terima kasih atas segala waktu yang sudah diluangkan.

9. Teman-teman sekelompok, Aliefa Asyifa, Riza Mawaddatar Rohmah, dan Irvan Fathurohman, yang mulai dari perancangan judul hingga mengolah data selalu bersama-sama, semoga selalu saling menolong hingga sukses nanti.

10. Kakak-adik angkat saya di PSPD yang selalu memberikan semangat serta doanya untuk kelancaran penelitian ini.

11. Official CIMSA UIN 2014/2015 khususnya Octafika dan Fiizhda yang selalu memberikan dukungan dan doanya sehingga proses pengambilan data penelitian ini lancar.

12. Seluruh teman sejawat PSPD 2012 tersayang yang tidak pernah berhenti memberikan semangat untuk selalu berjuang belajar disini, khususnya Firda, Amelia Rosita, Shabrina, Dewi, Reni, Ranita, Amelia Nurfajrina, Amatillah Raifah, Harlia, Nadya, Hana dan Irma. Semoga setelah tiga tahun bersama membuat kekompakan ini semakin erat hingga menjadi dokter nanti.

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap mendapatkan saran dan kritik demi kebaikan di kemudian hari. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat.

Ciputat, 25 September 2015

(7)

vii

ABSTRAK

Melia Fatrani Rufaidah. Program Studi Pendidikan Dokter. Penilaian Tingkat Risiko Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Jantung Koroner Pada Masyakarat Binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2015.

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit degeneratif yang terjadi akibat memiliki pola hidup yang kurang baik selain dari memiliki risiko usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner ini maka diperlukan pencegahan primer yang memiliki efektivitas 44% untuk menurunkan angka kejadian tersebut. Pencegahan primer dapat diawali dengan menilai seberapa banyak risiko yang dimiliki oleh seseorang untuk mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun menggunakan Framingham Risk Score. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkatan risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat sekitar KPKM Buaran dan apa saja sebaran faktor risikonya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan responden sejumlah 128 orang yang terbagi dari tiga RW dan RT yang diambil berdasarkan two stage cluster sampling. Responden mengisi kuesioner dan dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, gula darah puasa, tekanan darah, dan kolesterol total. Hasil yang didapatkan adalah masyarakat binaan KPKM Buaran memiliki tingkatan risiko untuk mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun sebesar 8,6% pada risiko tinggi, 30,5% pada risiko sedang, dan 60,9% pada risiko rendah. Berdasarkan analisis Chi-square dan Kolmogrov-Smirnov didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkatan risiko dengan sebaran faktor risikonya yaitu pada variabel jenis kelamin, usia, perokok, kadar kolesterol total, tekanan darah, dan obesitas sentral (p<0,05).

(8)

viii

ABSTRACT

Melia Fatrani Rufaidah. Medical Education Study Program. The Assessment of Coronary Heart Disease Risk Levels and Associated Factors in the Community of KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah in the year of 2015.

Coronary heart disease is one of degenerative disease caused by unhealthy lifestyle beside of having an increased age, gender, and family history. As a prevention of this disease, a primary prevention is needed with the effectivity value 44%. Primary prevention begins with the assessing how many risk factor of coronary heart disease that one person may have within 10 years with Framingham Risk Factor. This study aims to know the level of coronary heart disease risk in the community around the KPKM Buaran and the distribution of the risk factor. This study used cross sectional design with 128 respondents from three RW and RT and taken by two stages cluster sampling. Respondents filled the questionnaire and did some examinations of body weight and height, waist circumference, fasting blood sugar, blood pressure, and total cholesterol. The result was the community around KPKM Buaran had risk levels of coronary heart disease within 10 years respectively 8,6% at high risk, 30,5% at moderate risk, and 60,9% at low risk. Based on Chi-square and the Kolmogorov-Smirnov there was a significant relationship between the risk levels and the risk factors distribution of some variables, that were gender, age, smoking, total cholesterol, blood pressure and central obesity (p<0,05).

(9)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTARGAMBAR ... xii

DAFTARBAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Hipotesis ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Koroner... 6

2.1.1 Definisi ... 6

2.1.2 Faktor Risiko ... 6

2.1.3 Patogenesis dan patofisiologi ... 14

2.1.4 Gejala klinis dan diagnosis ... 16

2.1.5 Pencegahan primer... 17

2.2. Framingham Risk Score ... 18

2.3. Peranan penilaian risiko penyakit degeneratif ... 18

2.4. Kerangka Teori ... 20

2.5. Kerangka Konsep... 21

2.6. Definisi Operasional ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2.1. Lokasi ... 27

3.2.2. Waktu Penelitian ... 27

3.3. Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1. Populasi ... 27

3.3.2. Sampel ... 27

3.3.3. Cara pengambilan sampel ... 29

3.3.4. Kriteria Inklusi ... 29

(10)

x

3.4. Cara Kerja Penelitian ... 29

3.5. Manajemen Data ... 30

3.5.1. Pengumpulan data ... 30

3.5.2. Pengolahan data ... 30

3.5.3. Analisis data... 30

3.5.3.1. Analisis Univariat ... 31

3.5.3.2. Analisis Bivariat ... 31

3.5.4. Penyajian data ... 31

3.6. Etika Penelitian ... 31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Demografi ... 32

4.2. Hasil uji validitas dan reliabilitas ... 32

4.2.1. Uji validitas ... 33

4.2.2. Uji reliabilitas ... 36

4.3. Analisis univariat ... 38

4.3.1. Gambaran karakteristik responden ... 38

4.3.2. Gambaran faktor risiko PJK pada responden berdasarkan Framingham Risk Score ... 39

4.3.3. Gambaran faktor risiko PJK lainnya pada responden ... 42

4.3.4. Gambaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden ... 44

4.4. Analisis bivariat ... 45

4.4.1. Hubungan karakteristik responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 46

4.4.2. Hubungan faktor risiko responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 49

4.4. Kelebihan penelitian ... 55

4.5. Keterbatasan penelitian ... 55

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 56

5.2. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah ... 8

Tabel 2.2 Kadar lipid serum ... 9

Tabel 2.3 Kadar glukosa dalam darah untuk diagnosis diabetes ... 10

Tabel 2.4 Klasifikasi kategori IMT untuk Asia ... 11

Tabel 2.5 Definisi Operasional ... 22

Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item pemeriksaan ... 33

Tabel 4.2 Hasil uji validitas pada item kuesioner ... 34

Tabel 4.3 Nilai Alpha uji reliabilitas ... 36

Tabel 4.4 Hasil uji reliabilitas pada item kuesioner ... 36

Tabel 4.5 Sebaran karakteristik responden (N=128) ... 38

Tabel 4.6 Sebaran faktor risiko PJK berdasarkan Framingham Risk Score pada responden (N=128) ... 40

Tabel 4.7 Sebaran faktor risiko PJK lainnya pada responden (N=128) ... 42

Tabel 4.8 Sebaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden ... 44

Tabel 4.9 Hubungan Jenis Kelamin dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 46

Tabel 4.10 Hubungan Usia dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun... 47

Tabel 4.11 Hubungan status pekerjaan dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 48

Tabel 4.12 Hubungan riwayat keluarga PJK dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 49

Tabel 4.13 Hubungan perokok dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 50

Tabel 4.14 Hubungan klasifikasi kolesterol dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 51

Tabel 4.15 Hubungan diabetes mellitus dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 52

Tabel 4.16 Hubungan tekanan darah dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun ... 53

(12)

xii

[image:12.595.132.493.186.541.2]

DAFTAR GAMBAR

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Mekanisme rokok menyebabkan keadaan akut pada

kardiovaskular ... 12

Bagan 2.2 Skema pelayanan kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien dengan komponen lainnya ... 19

Bagan 2.3 Aplikasi pelayanan prospektif di komunitas ... 19

Bagan 2.4 Kerangka teori ... 20

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan komite etik ... 62

Lampiran 2 Surat tanda terima komite etik ... 63

Lampiran 3 Lembar surat persetujuan responden ... 64

Lampiran 4 Framingham Risk Score ... 66

Lampiran 5 Kuesioner penelitian... 67

Lampiran 6 Hasil uji validitas dan reliabilitas ... 74

Lampiran 7 Hasil uji statistik ... 77

Lampiran 8 Dokumentasi ... 84

(15)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit jantung yang gangguannya terjadi di pembuluh darah koroner. Fungsi dari pembuluh darah tersebut adalah memberikan suplai darah berupa nutrisi dan oksigen untuk otot-otot jantung sehingga jantung dapat berkontraksi dan memberikan suplai darah ke seluruh tubuh. Menurut World Heart Organization (WHO), PJK menjadi penyebab paling tinggi mortalitas di dunia sebanyak 7,3 juta penduduk dari seluruh angka mortalitas penyakit jantung pada tahun 2008 yang terjadi sebanyak 17,3 juta penduduk yaitu 30 persen dari kejadian mortalitas di dunia dan diperkirakan akan meningkat lebih dari 23,6 juta penduduk pada tahun 2030.1,2,3

Menurut American Heart Association (AHA), di wilayah Asia prevalensi penyakit paling banyak akibat jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi sebesar 21,0% penduduk, diikuti oleh 6,1% penduduk yang memiliki penyakit jantung, 3,7% penduduk yang memiliki PJK, dan 1,9% penduduk yang memiliki stroke. Pada tahun 2011, 17.050 kematian diantara penduduk Asia dan Pasifik adalah karena penyakit jantung, 7.828 kematian karena PJK, dan 2.476 kematian karena infark miokard. Data lain di Amerika Serikat pada tahun 2009 menyatakan bahwa kejadian mortalitas karena PJK ini adalah 1 dari 6 orang dan angka kejadiannya yaitu 386.324 penduduk. Mortalitas yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak ada gejala sebelumnya itu dialami oleh 50% laki-laki dan 64% pada perempuan. Diperkirakan pada tahun 2030, prevalensi PJK akan meningkat sebesar 18% dari perkiraan tahun 2013.3,4

(16)

menurut usia dan jenis kelamin ini sesuai dengan data Atherosclerosis Risk in Communities Surveillance pada tahun 2005-2011 bahwa angka per 1000 penduduk yang

di diagnosis serangan jantung atau PJK yang sudah fatal pada laki-laki sudah mulai

meningkat tinggi di usia 55-64 tahun sedangkan pada perempuan mulai meningkat tinggi

pada usia 75-84 tahun. Prevalensi PJK pada tahun 2007-2010 menyebutkan bahwa pada usia lebih dari 80 tahun, angka kejadian pada laki-laki dan perempuan sama-sama meningkat dari usia sebelumnya tetapi angka kejadiannya lebih rendah dari laki-laki yaitu sebesar 18,6% dari populasi. 3,4

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), angka mortalitas yang terjadi karena PJK ini mengalami penurunan dalam rentang waktu 2006-2010 di dunia. Selain itu, menurut AHA pada tahun 2015, angka kematian karena penyakit jantung menurun sebanyak 39% namun beban dan faktor risiko dari penyakit jantung tersebut masih cukup tinggi walaupun penurunan angka mortalitas tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu penanganan dari faktor risiko itu sendiri dan penatalaksanaan yang ditingkatkan lebih baik lagi. 3,5

Semakin bertambahnya usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko PJK yang tidak dapat diubah dengan begitu penanganan yang dilakukan lebih kepada modifikasi dari faktor risiko yang dapat diubah berupa dislipidemia, hipertensi, merokok, diabetes mellitus, dan obesitas. Menurut data dari Framingham Heart Study, laki-laki dengan tekanan darah >140/90, kolesterol 240, HDL 40, memiliki diabetes, dan merokok memiliki faktor risiko yang tinggi mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 37% dan pada perempuan yaitu 27%. Dengan begitu perlu dilakukan penjaringan faktor risiko pada usia lebih dari 30 tahun agar dapat segera dilakukan pencegahan primer, salah satunya menggunakan Framingham Risk Score yang hasilnya adalah memperkirakan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun. 4,6,7,8

(17)

bahwa memiliki dampak yang baik untuk memodifikasi faktor resiko penyakit kardiovaskular karena dengan menurunkan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menurunkan angka kejadian PJK sebesar 30% dan 11% angka kejadian mortalitasnya. Pencegahan primer atau pengendalian untuk faktor risiko PJK secara keseluruhan juga berpengaruh untuk menurunkan kejadian PJK sebanyak 44% dan lebih efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal karena dengan tatalaksana untuk PJK yang tidak sedikit tersebut hanya berpengaruh sebanyak 47% untuk menurunkan angka mortalitas PJK dengan biaya yang mahal. 4,9,10

Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner ini juga harus tetap diperhatikan karena menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, penyebab kematian tertinggi di Indonesia berubah menjadi penyakit tidak menular yaitu prevalensinya sebesar 59,5% dengan penyakit jantung koroner yang menempati posisi ke-9 yaitu sebesar 5,1%. Diprediksikan bahwa penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian tertinggi tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2013, di Indonesia prevalensi penyakit jantung koroner yang sudah terdiagnosis dokter atau hanya gejala sebesar 1,5% yang terjadi lebih tinggi pada perempuan, tinggal di perkotaan, dan kejadian PJK ini meningkat seiring bertambahnya usia.11,12

Dengan data-data berupa terus meningkatnya prevalensi PJK di Indonesia dan efektifnya pencegahan primer terhadap PJK ini maka perlu dilakukan tindakan pencegahan agar angka mortalitas dan prevalensi PJK yang harus diberikan tatalaksana yang tepat dan tidak sedikit dengan biaya yang tidak murah dapat berkurang. Tindakan pencegahan yang efektif bisa dimulai dengan penilaian faktor risiko PJK ini menggunakan Framingham Risk Score.

(18)

pada fasilitas pelayanan kesehatan primer agar angka kesakitan semakin berkurang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sebaran faktor risiko penyakit jantung koroner berdasarkan Framingham Risk Score pada masyarakat binaan Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015?

2. Bagaimana tingkat risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat risiko penyakit jantung koroner dengan faktor risiko jenis kelamin, usia, status pekerjaan, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, kadar kolesterol, diabetes mellitus, perokok, tekanan darah, dan obesitas sentral?

1.3 Hipotesis

1. Pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Jakarta tahun 2015, sebaran faktor risiko yang memiliki persentase paling tinggi adalah tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas sentral, diabetes mellitus, dan perokok.

2. Masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Jakarta tahun 2015 lebih dari 50% berisiko tinggi untuk mengalami PJK dalam 10 tahun.

(19)

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui sebaran faktor risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015.

2. Mengetahui tingkat risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui persentase masyarakat sekitar KPKM Buaran yang memiliki faktor risiko rendah, sedang, tinggi untuk menderita penyakit jantung koroner berdasarkan Framingham Risk Score.

2. Mengetahui hubungan antara faktor risiko yang ada dengan tingkatan risiko mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun.

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi KPKM Buaran, hasil dari penelitian ini dapat menjadi sebuah data mengenai pengelompokan masyarakat sekitar terhadap faktor risiko penyakit jantung koroner sehingga pihak KPKM dapat melakukan tindakan pencegahan primer maupun sekunder terhadap masyarakat yang memiliki faktor risiko tersebut.

Bagi masyarakat sekitar KPKM Buaran, hasil dari penelitian ini dapat membantu untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit degeneratif sehingga masyarakat ikut serta untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif tersebut.

Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya.

(20)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Koroner 2.1.1. Definisi

Menurut AHA, penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu istilah yang digunakan ketika terjadi penumpukan plak di arteri koroner jantung. Penumpukan plak tersebut dapat membuat asupan oksigen ke otot-otot jantung berkurang sehingga jantung tidak dapat berkontraksi secara normal dan menyebabkan serangan jantung.2

Istilah lain untuk PJK adalah penyakit aterosklerotik koroner. Aterosklerotik dapat menyebabkan penimbunan lemak dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah.13

2.1.2. Faktor Risiko

Kejadian aterosklerotik pada pembuluh darah terjadi karena beberapa faktor risiko yang saling berkaitan sehingga dapat mempercepat proses aterogenik.Faktor risiko yang berpengaruh terbagi menjadi dua, faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. 13

Faktor risiko yang tidak dapat diubah terdiri dari: 1. Usia

Seiring dengan peningkatan usia, kejadian aterosklerotik semakin mudah terjadi. Sekitar 82% kejadian PJK pada usia lebih dari 65 tahun akan menyebabkan angka mortalitas pada individu tersebut meningkat karena jantung mengalami perubahan fisiologis bahkan tanpa ada penyakit sebelumnya.2

2. Jenis kelamin

(21)

3. Riwayat keluarga

Angka kejadian meningkat pada pasien dengan riwayat infark miokard pada ayah atau sodara laki-laki sebelum usia 55 tahun dan ibu atau saudara perempuan sebelum usia 65 tahun.2

Menurut data dari AHA, angka kejadian mortalitas juga meningkat pada pasien yang memiliki ras African American. Selain itu, risiko PJK juga lebih tinggi pada beberapa orang Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawaii dan beberapa orang America Asia. Hal tersebut dikarenakan tingkat obesitas dan diabetes yang tinggi dan pada orang Asia dikarenakan oleh rendahnya high density lipoprotein cholesterol (HDL-C).2

Faktor risiko yang dapat diubah, terdiri dari: 1. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi perifer total. 13,14

Di dunia, sekitar satu miliyar penduduk memiliki hipertensi dan dua pertiganya adalah penduduk dari Negara berkembang. Hipertensi juga merupakan penyebab paling utama kematian karena kadang hipertensi ini bersifat sebagai “silent killer” yang tidak dirasakan oleh penderitanya hingga sudah terjadi komplikasi ke organ lain seperti gagal jantung, infark miokard, stroke, atau gagal ginjal. 2,13

(22)
[image:22.595.139.504.111.256.2]

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah.15

Peningkatan tekanan darah sistemik dapat menyebabkan beban ventrikel kiri jantung bertambah dikarenakan peningkatan curah jantung ke seluruh tubuh sehingga beban ventrikel kiri yang semakin meningkat tersebut membuat otot jantung ventrikel kiri hipertrofi atau disebut left ventricular hypertrophy (LVH). 13,16

Hipertensi selain membuat beban ventrikel jantung meningkat juga membuat permeabilitas dinding pembuluh darah menurun sehingga elastisitasnya tidak seperti keadaan normal.

Kejadian-kejadian tersebut semakin memperparah keadaan aterosklerosis koroner karena dengan meningkatnya beban ventrikel maka semakin tinggi juga kebutuhan oksigen ventrikel tersebut, sedangkan dengan adanya penyempitan pada pembuluh darah koroner, kebutuhan oksigen untuk ventrikel tersebut akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik hingga infark pada otot jantungnya. 13,16

2. Hiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan lipid serum diatas batas normal. Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen).2

Dalam aterogenesis, kolesterol dan trigliserida adalah lipid yang paling berperan. Lipid plasma tidak dapat beredar bebas dalam darah sehingga dibutuhkan protein yang disebut lipoprotein. Lipoprotein terbagi menjadi empat kelas di dalam darah, yaitu:13

- Kilomikron yang mengandung banyak trigliserida,

(23)

- Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) yang kandungannya sama seperti kilomikron,

- Lipoprotein densitas rendah (LDL) yang memiliki kadar paling tinggi kolesterolnya,

[image:23.595.119.518.78.572.2]

- Lipoprotein densitas tinggi (HDL) yang kandungan proteinnya lebih tinggi dari kolesterol.

Tabel 2.2 Kadar lipid serum17,18

Peningkatan kolesterol memiliki hubungan dengan peningkatan angka kejadian PJK. Satu pertiga dari penyakit jantung iskemik dikarenakan oleh tingginya kolesterol. Secara umum, 2,6 juta kematian di dunia disebabkan oleh tingginya kolesterol. Pada tahun 2008 di dunia, prevalensi peningkatan kolesterol total pada dewasa (>240 mg/dL) yaitu sebesar 9,7 %.14

Kolesterol yang tinggi ini lebih berperan pada pembentukan plak aterom ketika sudah terjadi jejas pada pembuluh darah koroner. Hal tersebut terbukti dengan diturunkannya kadar kolesterol dalam darah, angka kejadian PJK semakin menurun.14

3. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan dimana terjadi gangguan metabolisme yang dapat berupa kerusakan pancreas sehingga membuat defisiensi insulin ataupun terjadinya resistensi insulin pada sel-sel tubuh sehingga dampak dari kedua keadaan tersebut adalah terjadinya peningkatan glukosa darah. 17

Lipid Optimal (mg/dL) Borderline (mg/dL)

Tinggi/sangat tinggi (mg/dL)

Kolesterol total <200 200-239 240

Kolesterol HDL Laki-laki: > 40 Perempuan: >50

Kolesterol LDL < 100 100-129 130

(24)
[image:24.595.129.504.210.527.2]

Peningkatan glukosa dalam darah pada DM tipe 2 dijelaskan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah yang dikarenakan oleh stress oksidatif sehingga akan mempermudah LDL berakumulasi dalam jejas tersebut. LDL yang terakumulasi dapat membuat plak aterom dan kemudian terjadi permeabilitas vaskular yang abnormal.19

Tabel 2.3 Kadar glukosa dalam darah untuk diagnosis diabetes.18,20

Penyakit jantung koroner dapat terjadi 2 sampai 4 kali lebih mudah dengan faktor risiko diabetes dibandingkan dengan yang tidak memiliki faktor risiko tersebut. Penelitian di United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menyatakan bahwa penurunan glukosa darah dapat menurunkan resiko stroke (21%) dan infark miokard (23%) dengan menurunkan juga angka kejadian komplikasi mikrovaskular.19

Diabetes sering dikaitkan dengan beberapa faktor risiko lainnya seperti hiperlipidemia, hipertensi sistemik, dan obesitas sehingga dibutuhkan terapi yang secara keseluruhan untuk sindrom metabolik tersebut.14

4. Obesitas

Obesitas adalah keadaan dimana terjadi kelebihan kandungan lemak di jaringan adipose sehingga dampaknya adalah peningkatan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang. Obesitas dipicu oleh asupan kalori yang masuk dari makanan tidak seimbang dengan asupan kalori yang keluar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat, lemak, dan protein pada sel-sel adiposit sebagai trigliserida. Untuk obesitas sentral diukur dari lingkar pinggang yang

Glukosa darah puasa (mg/dL)

Glukosa darah sewaktu (mg/dL) Plasma

vena

Darah kapiler

Plasma vena Darah kapiler

DM 126 100 200 200

(25)

diinterpretasikan jika lingkar pinggang 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan.21,22

[image:25.595.125.512.147.579.2]

Obesitas sering menjadi faktor pemicu dari diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia sehingga obesitas dapat dijadikan faktor risiko dari penyakit jantung koroner. Menurut World Heart Federation, 58% dari diabetes mellitus dan 21% dari penyakit jantung iskemik disertai oleh peningkatan indeks massa tubuh diatas 21.23

Tabel 2.4 Klasifikasi kategori IMT untuk Asia.18,24

5. Merokok

Rokok merupakan salah satu penyebab kematian di Amerika Serikat. Data dari CDC menyebutkan bahwa merokok akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebanyak 2-3 kali dibandingkan dengan non-perokok. Tetapi perokok pasif yang hanya menghirup asap rokok di tempat kerja maupun rumah mempunyai kesempatan yang sama dengan perokok aktif yaitu 25-30% untuk berkembang menjadi penyakit jantung.25

Efek rokok terhadap peningkatan risiko PJK sering dijumpai apabila telah mengkonsumsi rokok lebih dari 25 batang perhari, dan risiko tersebut akan semakin meningkat apabila konsumsi dari rokok tersebut juga meningkat. Zat-zat kimia pada rokok yang paling kuat efeknya untuk menyebabkan penyakit jantung adalah nikotin, karbon monoksida (CO), dan gas oxidant (bagan 2.1).26

Nikotin adalah zat yang mengaktifkan saraf simpatis sehingga akan membuat vasokontriksi pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen terhadap jantung meningkat. Selain itu, nikotin

IMT (kg/m2) Klasifikasi < 18,5 Berat badan kurang 18,5 – 22,9 Berat badan normal 23,0 – 24,9 Berat badan lebih dengan risiko 25,0 – 29,9 Obesitas I

(26)

juga dapat menyebabkan disfungsi endotel vaskular, abnormalitas lipid, dan resistensi insulin.26

CO adalah konstituen mayor yang terdapat pada rokok. CO yang beredar didalam darah nantinya akan mengikat pada hemoglobin sehingga mengurangi jumlah hemoglobin untuk membawa oksigen dan menghambat hemoglobin juga untuk pelepasan oksigen. Paparan CO pada perokok dalam jangka panjang akan membuat massa sel darah merah membesar dan mengurangi kapasitas dari sel darah merah untuk membawa oksigen sehingga hasilnya adalah keadaan hipoksemia. Keadaan hipoksemia dapat menyebabkan juga peningkatan massa sel darah merah yang efeknya adalah peningkatan kekentalan darah atau hiperkoagulasi.26

Zat oksidan pada rokok menghasilkan radikal bebas yang berperan dalam proses inflamasi dan nantinya akan mengaktifkan trombosit serta disfungsi endotel. Aktivasi trombosit akan membantu proses aterogenesis pada vaskular semakin mudah.26

Bagan 2.1 Mekanisme rokok menyebabkan keadaan akut pada kardiovaskular.26

6. Aktivitas Fisik

(27)

meningkatkan kolesterol HDL dan sensitivitas insulin pada orang dengan diabetes. 27

Manfaat fisiologis dari olahraga adalah perbaikan fungsi dan kemampuan tubuh untuk menggunakan oksigen sehingga ketika kemampuan ini sudah membaik maka ketika melakukan pekerjaan sehari-hari hanya akan sedikit merasa kelelahan.27

Terdapat beberapa bukti bahwa olahraga dapat meningkatkan kapasitas pembuluh darah untuk dilatasi sehingga dinding pembuluh darah lebih konsisten dan kemampuan untuk memberikan oksigen ke otot lebih baik. Menurut penelitian, pasien serangan jantung yang berpartisipasi dalam program olahraga yang diberikan, angka mortalitasnya berkurang dari 20% menjadi 25%.27

Rekomendasi aktivitas fisik dari CDC/ American College of Sports Medicine (ACSM) consensus statement and surgeon General’s Report adalah melakukan aktivitas sedang 30 menit atau lebih setiap harinya. Aktvitas sedang yang dimaksud adalah kegiatan yang sebanding dengan berjalan cepat sekitar 2 sampai 4 mil per jam yaitu berbagai tugas rumah tangga, bersepeda, berenang, dan lain-lain. Dengan melakukan 30 menit dari aktivitas sedang harian tersebut energi yang dikeluarkan per minggu adalah 600-1200 kalori.27

7. Stres

Stres merupakan salah satu faktor risiko yang terdapat pada penyakit jantung koroner. Hal tersebut dikarenakan stres dapat memicu abnormalitas metabolisme lipid karena peningkatannya hormon kortisol. Selain itu, hormon lainnya yang berperan adalah katekolamin. Peningkatan katekolamin ini akan meningkatkan denyut jantung dan membuat vasokontriksi.33

(28)

2.1.3. Patogenesis dan patofisiologi

[image:28.595.115.511.136.755.2]

Aterosklerosis pada arteri koroner jantung merupakan awal mula terjadinya penyakit jantung koroner. Proses pembentukan aterosklerosis tersebut dimulai dengan terjadinya cedera endotel pembuluh darah yang disebabkan oleh hipertensi, zat nikotin pada pembuluh darah, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus.16

Gambar 2.1 Patogenesis pembentukan aterosklerosis. 16

Setelah cedera endotel, terjadi beberapa proses seperti pada gambar 2.1 yaitu: 16,28

1. Akumulasi lipoprotein pada tunika intima pembuluh darah. LDL yang masuk akan teroksidasi didalamnya.

2. Stress oksidatif, termasuk konstituen dari LDL-teroksidasi menginduksi sitokin lokal.

3. Sitokin tersebut meningkatkan ekspresi dari molekul adhesi yang mengikat leukosit pada endotel dan molekul kemoatraktan (monocyte chemoattractant protein 1 [MCP-1]) yang secara langsung membantu migrasi leukosit ke dalam tunika intima.

4. Setelah masuk dinding arteri, monosit darah mendapatkan stimulus dari macrophage colony-stimulating factor (M-CSF) yang meningkatkan ekspresi dari reseptor scavenger.

5. Reseptor scavenger membantu makrofag untuk fagositosis LDL-teroksidasi dan nantinya membentuk sel busa.

6. Migrasi sel otot polos ke tunika intima dari tunika media. Terjadi penebalan dinding pembuluh darah

(29)

8. Pada tahap berikutnya, kalsifikasi dapat terjadi dan fibrosis dapat terus berlanjut, kadang disertai dengan kematian sel otot polos yang nantinya terbentuk kapsul fibrosa atau disebut plak fibrosa.

Plak yang terbentuk pada arteri koroner membuat lumen pembuluh darah koroner menyempit sehingga asupan oksigen otot jantung untuk berkontraksi menurun dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas dan stress emosional. Keadaan tersebut sering disebut juga stable angina pectoris sebagai manifestasi dari penyakit jantung iskemik.16

Plak fibrosa yang bisa terbentuk adalah plak yang stabil dan yang rentan. Plak fibrosa yang stabil mengandung lipid yang sedikit dan kapsul fibrosa yang tebal, sedangkan plak yang rentan mengantung lipid yang banyak dan kapsul fibrosa yang tipis sehingga lebih rentan pula untuk mengalami ruptur. Ruptur plak aterom akan mengaktifkan agregasi platelet yang nantinya aktivasi faktor pembekuan darah dan membentuk thrombus di dalam lumen pembuluh darah.16

Sumbatan thrombus yang terdapat dalam pembuluh darah akan menyebabkan ketidak-seimbangan suplai oksigen dan kebutuhannya. Bentuk dari sindrom koroner akut bergantung kepada derajat obstruksi koroner. Sindrom koroner akut (SKA) adalah kumpulan gejala klinis yang sesuai dengan iskemia miokard akut dan yang termasuk ke dalam SKA adalah unstable angina (UA), non ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI), dan ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI).29

(30)

2.1.4. Gejala klinis dan diagnosis

Penegakan diagnosis dari penjakit jantung koroner selain dari gejala klinis yaitu dengan pemeriksaan fisik, biomarker jantung, dan elektrokardiogram (EKG).

Gejala klinis dari penyakit jantung koroner terbagi sesuai dengan kejadiaan yang dialami oleh penderitanya.

1. Stable Angina 30

- rasa tidak nyaman atau nyeri angina biasanya digambarkan dengan dada terasa ditekan dan tidak dapat terlokalisir.

- rasa tidak nyaman pada dada tersebut muncul ketika olahraga atau stress emosional dan hilang dengan istirahat.

- gejala lain yang biasanya terasa adalah gejala seperti dispepsia yaitu mual, muntah, dan nyeri di epigastrium.

2. Unstable Angina

Angina yang tidak stabil ini memiliki tiga gejala klinis khusus dibandingkan dengan angina yang stabil. Tiga gejala klinis tersebut yaitu:30

- Angina yang terjadi saat istirahat atau aktivitas ringan dan terasa lebih dari 20 menit. Angina ini terasa dalam satu minggu.

- Angina terjadi pertama kali dengan onset terjadinya dalam dua bulan dari gejala awal.

- Angina yang terjadi lebih sering, durasi lebih lama dibandingkan dengan angina yang sudah pernah di diagnosis sebelumnya.

Selain dari tiga gejala klinis khusus tersebut, angina yang tidak stabil ini biasanya menyebar dari daerah sternum ke leher, lengan dan bahu.30

3. Non-STEMI dan STEMI

Pada NSTEMI dan STEMI, gejala klinisnya tidak banyak berbeda dengan unstable angina tetapi hanya berbeda pada derajat keparahannya.29

(31)

2.1.5. Pencegahan Primer

Pengelolaan pola hidup adalah salah satu pencegahan primer yang efektif karena pentingnya nutrisi dan aktivitas fisik untuk memodifikasi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sudah beberapa kali ditegaskan.9

Beberapa rekomendasi pengelolaan pola hidup, yaitu:9 1. Menurunkan kolesterol LDL

- Diet yang dianjurkan: sayur-sayuran, buah-buahan, gandum; termasuk produk susu yang rendah lemak, ikan, minyak nabati, dan kacang-kacangan. Kurangi asupan gula dan daging merah.

Sesuaikan dengan kebutuhan kalori perhari dan nutrisi keadaan khusus seperti diabetes mellitus serta mengikuti Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dietary pattern, the United States Departement of Agriculture (USDA) food pattern, atau the AHA diet.

- Kurangi persentasi kalori dari lemak jenuh - Kurangi persentasi kalori dari trans fat 2. Menurunkan tekanan darah

- Pola diet sama seperti menurunkan LDL yaitu menggunakan DASH diet

- Mengurangi asupan garam yaitu tidak kebih dari 2,400 mg/hari

- Mengurangi asupan garam hingga 1,500 atau 1,00 mg/hari dapat menurunkan tekanan darah

- Kombinasi DASH diet dengan mengurangi asupan garam 3. Aktivitas fisik terhadap lemak dan tekanan darah

Secara umum, melakukan 3-4 sesi aktivitas fisik aerobik per minggu dan berlangsung selama 40 menit per sesi dapat menurunkan kadar LDL di tubuh dan tekanan darah.

2.2. Framingham Risk Score

(32)

dikembangkan oleh National Heart Institute and Boston University mulai dari tahun 1984 hingga 2003. Kategori Framingham Risk Score pada penelitian ini yang digunakan adalah penilaian tingkat risiko terhadap perkembangan infark miokard atau mortalitas dari penyakit jantung koroner dalam 10 tahun kemudian. Instrumen ini dibentuk untuk usia > 30 tahun tanpa diketahui riwayat penyakit jantung sebelumnya.31,32

Instrumen Framingham Risk Score pada penelitian ini memiliki tujuh item penilaian yaitu jenis kelamin, usia, tekanan darah, kadar kolesterol total atau LDL, kadar kolesterol HDL, diabetes mellitus, dan perokok. Namun karena keterbatasan penelitian yaitu pada item pemeriksaan kadar kolesterol LDL dan HDL maka instrumen ini di modifikasi sehingga hanya item selain kolesterol LDL dan HDL yang diteliti (lampiran 4 dan 5).7

Framingham Risk Score selain digunakan untuk identifikasi orang-orang yang beresiko terhadap PJK, tetapi juga dapat digunakan untuk penyakit lain seperti stroke, klaudikasio intermiten, gagal jantung, hipertensi, diabetes mellitus, dan atrial fibrilasi.7

2.3. Peranan Penilaian Risiko Penyakit Degeneratif

Penilaian risiko terhadap penyakit degeneratif mempunyai manfaat yang baik karena dapat mendeteksi lebih awal dan mencegahnya menjadi sebuah penyakit kronik. Pasien yang datang ke dokter biasanya membawa sebuah keluhan utama dan dokter tersebut hanya mencari riwayat penyakit pasien dan memikirkan apa diagnosis banding dari keluhan utama pasien serta rencana penatalaksanaannya. Dari siklus tersebut, dokter tidak dipaksa untuk melakukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Sedangkan upaya pencegahan dan promosi kesehatan dapat memberikan penanggulangan terbaik untuk setiap pasien sehingga meminimalkan kemungkinan berkembangnya penyakit kronis.34

(33)

membuat perencanaan untuk mengurangi risiko tersebut dengan pengaturan dari gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi lainnya.34

Upaya pencegahan ini selain dibutuhkan interaksi antara dokter dan pasien sebaiknya lebih baik lagi terdapat tim pelayanan kesehatan yang nantinya bekerja memantau kemajuan dari rencana kesehatan pasien dan mengingkatkan dokter terhadap kejadian yang buruk dari pasien tersebut. Yang terpenting adalah dibutuhkannya pengembangan alat penilaian risiko yang lebih akurat dan sesuai.34

Bagan 2.2 Skema pelayanan kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien dengan komponen lainnya.34

Hasil dari penilaian risiko pada pasien di komunitas adalah pasien yang memiliki risiko rendah, risiko tinggi dan penderita penyakit kronik. Pasien yang memiliki risiko tinggi adalah fokus utama yang nantinya akan dilakukan perencanaan kesehatan pribadi seperti modifikasi risiko yang dimilikinya. Sedangkan pada penderita, akan dberikan tatalaksana sesuai dengan penyakit yang dimilikinya. 34

(34)

2.4. Kerangka Teori

(35)

2.5. Kerangka Konsep

(36)

22

[image:36.842.77.757.62.507.2]

2.6. Definisi operasional

Tabel 2.5 Definisi operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Skala ukur

Hasil ukur

1. Usia7 Usia partisipan 35 tahun Kuesioner Mengisi kuesioner Ordinal 1. Usia 35-39 2. Usia 40-44 3. Usia 45-49 4. Usia 50-54 5. Usia 55-59 6. Usia 60-64 7. Usia 65-69 8. Usia 70-74 2. Tekanan darah7 Tekanan darah sistolik dan

diastolik partisipan

Spigmo-manometer

Pengukuran dilakukan dua kali dengan jarak waktu lima menit dan diklasifikasikan berdasarkan

Framingham Risk Score

Ordinal 1.<120/ 80 mmHg 2.120-129/80-84 mmHg 3.130-139/85-89 mmHg 4.140-159/90-99 mmHg 5.160/100 mmHg 3. Kadar gula darah

puasa18

Gula darah puasa didapatkan setelah responden puasa minimal delapan jam.

Strip glukosa

Darah partisipan didapatkan dari ujung kapiler jari dengan menggunakan jarum lanset dan dimasukan di alat strip glukosa

(37)

23

4. Kolesterol total7 Kadar kolesterol total dalam darah pasrtisipan

Strip kolesterol

Darah partisipan didapatkan dari ujung kapiler jari dengan menggunakan jarum lanset dan dimasukan di alat strip kolesterol

Ordinal 1.< 160 mg/dl 2.160-199 mg/dl 3. 200-239 mg/dl 4. 240 -279 mg/dl 5. 280 mg/dl 5. Riwayat kadar

kolesterol HDL7

Kadar HDL dalam darah partisipan yang pernah diperiksa di laboraturium atau rumah sakit.

Kuesioner Mengisi kuesioner Ordinal 1. Tidak tahu 2. < 35 mg/dl 3. 35-44 mg/dl 4. 45-49 mg/dl 5. 50-59 mg/dl 6. 60 mg/dl 6. Merokok7 Pernah atau sedang

mengkonsumsi rokok

Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal 1. Tidak merokok 2. Ya, merokok. 7. Diabetes Mellitus7 Keadaan dimana terjadi

gangguan metabolisme akibat kelainan sekresi insulin sehingga terjadi hiperglikemia disertai gejala klasik diabetes dan pernah di diagnosis oleh dokter.18

Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal 1. Tidak 2. Ya

8. Riwayat penyakit jantung koroner dalam

Riwayat nyeri dada seperti ditekan yang menjalar ke bahu,

(38)

24

keluarga7 lengan, dan leher selama 15-30 menit atau pernah di diagnosis oleh dokter pada orangtua, kakak, atau adik sebelum usia 65 tahun.7

9. Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga7

Riwayat memiliki tekanan darah tinggi lebih dari 140 mmHg pada orangtua, kakak, atau adik.

Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal 1. Tidak 2. Ya

10. Obesitas sentral22 Keadaan dimana ukuran lingkar pinggang seseorang melebihi batas. Untuk perempuan 80 cm dan laki-laki cm.

Meteran lingkar pinggang

Mengukur diantara batas inferior tulang iga terakhir dengan krista illiaca.

Ordinal 1. 90 cm untuk laki laki dan 80 untuk perempuan

2. cm untuk laki-laki dan < 80 untuk perempuan

11. Aktivitas fisik35 Kegiatan fisik yang dilakukan responden yang dapat berupa kegiatan fisik dengan intensitas berat dan sedang.

Kegiatan fisik berat yaitu kegiatan yang membuat otot Anda bekerja kuat dan membuat

Kuesioner Mengisi kuesioner dan

mengklasifikasikannya berdasarkan standar dari physical activity guidelines for americans, yaitu: 1. aktivitas rendah:

intensitas kegiatan fisik sedang yang kurang dari 150 menit/minggu dan intensitas

(39)

25

Anda sulit bernapas. Contoh: lari, bersepeda, panjat tebing, berenang dengan cepat, tenis, bulu tangkis, lompat tali, bermain bola, berkebun berat (menggali misalnya),

mengangkat barang berat, yoga.

Kegiatan fisik sedang yaitu kegiatan yang membuat otot Anda bekerja tidak terlalu kuat dan membuat Anda bernapas cukup sulit. Contoh: berjalan, berjalan cepat, menari, berenang dengan santai, berkebun ringan seperti menyiram tanaman, menyapu, mengepel, memasak, menjemur, naik turun tangga.

kegiatan fisik berat yang kurang dari 75 menit/minggu.

2. Aktivitas sedang, jika: intensitas kegiatan fisik sedang yang berikisar 150-300 menit/minggu dan intensitas kegiatan fisik berat yang berkisar 75-150

menit/minggu.

3. Aktivitas berat, jika lebih dari 300 menit/ minggu untuk intensitas kegiatan fisik sedang dan lebih dari 150 menit/minggu untuk intensitas kegiatan fisik berat.

12 Tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun7,31,32

Tingkatan risiko ini untuk memprediksi risiko dari perkembangan infark miokard atau mortalitas dari penyakit

Instrumen

Framingham

Risk Score

Hasil kuesioner dan pemeriksaan yang sesuai dengan pertanyaan pada Framingham Risk Score di skoring sesuai instrumen

(40)

26

(41)

27

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan desain cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) terpilih pada kelurahan Buaran, kecamatan Serpong yang merupakan wilayah binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan September tahun 2014 sampai Agustus tahun 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah masyarakat di RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 di daerah Buaran yang berusia lebih dari 35 tahun pada tahun 2015 dan belum pernah didiagnosis penyakit jantung koroner sebelumnya.

3.3.2. Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus untuk penelitian analitik. Besar sampel analitik kategorik tidak berpasangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

√ √

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

(42)

Z = Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 80% yaitu sebesar 0,84 P1 = Proporsi kejadian PJK yang mendapat pengaruh dari faktor risiko

merokok sebesar 0,635.6

P2 = Proporsi kejadian PJK yang tidak mendapat pengaruh dari faktor risiko merokok sebesar 0,365.6

P = Proporsi total: (P1+P2)/2 Q1 = 1-P1

Q2 = 1-P2 Q = 1-P

√ √

Sampel minimal pada penelitian analitik ini berdasarkan hasil perhitungan adalah sebesar 55 orang untuk masing-masing kelompok yang memiliki faktor risiko merokok maupun tidak sehingga total sampel minimal untuk penelitian ini adalah 110 orang.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan cluster random sampling yaitu pemilihan RT diambil dari RW yang menjadi wilayah binaan KPKM Buaran FKIK, setelah itu dilakukan two stage cluster sampling, warga yang berada di RT yang terpilih akan dipilih lagi beberapa orang untuk memenuhi sampel yang telah dihitung.

3.3.4. Kriteria Inklusi

- Masyarakat yang tinggal di daerah binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah

- Usia responden diatas 35 tahun

- Belum pernah di diagnosis penyakit jantung koroner sebelumnya.

3.3.5. Kriteria Eksklusi

(43)

3.4. Cara Kerja Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah dikembangkan dari Framingham Risk Score untuk menilai faktor risiko seseorang terhadap penyakit jantung koroner. Penelitian dilakukan dalam dua hari di setiap RT.

Hari pertama responden yang sudah terpilih sebagai sampel didatangi rumahnya kemudian dilakukan wawancara kuesioner Framingham Risk Score secara terpimpin oleh peneliti. Setelah itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah tekanan darah menggunakan spigmomanometer dan stetoskop Riester yang dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu selama lima menit. Setelah itu responden diberikan pemberitahuan bahwa pemeriksaan pada kemudian hari harus berpuasa dahulu selama minimal delapan jam dan hanya diperbolehkan minum air putih sebelum responden tidur.

Hari kedua dilakukan pemeriksaan lainnya dengan urutan pertama yaitu pemeriksaan tinggi badan yang menggunakan meteran tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm dan pasien berdiri menghadap ke depan, setelah itu dilakukan pemeriksaan berat badan yang menggunakan timbangan berat badan merk One med dengan ketelitian 0,1 cm dan pasien berdiri menghadap ke depan. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan lingkar pinggang yang diukur menggunakan meteran lingkar pinggang dengan ketelitian 0,1 cm dan diukur diantara batas inferior tulang iga terakhir dengan krista iliaca. Pemeriksaan terakhir pada hari kedua adalah pemeriksaan kolesterol total dan kadar gula darah puasa yang dilakukan menggunakan alat easy touch.

Hasil dari pengambilan data pada RT disekitar KPKM Buaran ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu untuk melihat apakah instrumen yang digunakan valid dan reliabel atau tidak, setelah itu dilakukan pengolahan data.

3.5. Manajemen Data 3.5.1. Pengumpulan Data

- Data primer

(44)

hasil kuesioner yang dibagikan pada masyarakat RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 sekitar KPKM Buaran yang telah dipilih dengan two stage cluster sampling serta memenuhi kriteria inklusi.

- Alur pengumpulan data

3.5.2. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dari responden akan diolah dengan menggunakan program computer software SPSS for windows versi 22.0. Tahapan pengolahan data yaitu coding, editing, entry data, dan cleaning.

3.5.3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

3.5.3.1. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen. keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.5.3.2. Analisis Bivariat

(45)

Syarat uji Chi-square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Bila syarat uji Chi-square tidak terpenuhi maka akan digunakan uji Fisher untuk tabel 2x2 dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk tabel 2xK.36

Melalui uji statistik Chi-square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

3.5.4. Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

3.6. Etika Penelitian

(46)

32

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data demografi

Kelurahan Buaran terletak dibagian selatan kecamatan Serpong dengan luas wilayah 379,98 Ha. Batas utara dari kelurahan Buaran yaitu kelurahan Ciater, batas timur yaitu kecamatan Pamulang, batas selatan dan barat yaitu kecamatan Setu. Jumlah RT/RW pada kelurahan Buaran ini sebanyak 9 RW dan 33 RT dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 13.064 jiwa dengan jumlah penduduk berdasarkan usia diatas 35 tahun sebanyak 6.022 jiwa.

Wilayah binaan KPKM Buaran hanya sebatas pada 3 RW yaitu RW 3, 4, dan 5 dengan jumlah masing-masing RT adalah 4, 3, dan 4. Dalam penelitian ini RT yang terpilih adalah RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 dengan masing-masing jumlah penduduk berdasarkan usia lebih dari 35 tahun adalah 313, 335, dan 201 jiwa.

4.2. Hasil uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas kuesioner pada penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur sebelum dilakukannya pengambilan data sehingga instrumen tersebut memiliki kualitas yang baik. Hasil dari uji validitas adalah menentukan mana item kuesioner dan pemeriksaan yang valid dan kurang valid. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menentukan apakah kuesioner yang digunakan dapat konsisten di semua responden.

(47)

4.2.1. Uji validitas

Suatu item dikatakan validitasnya baik ketika hasil Pearson Correlation lebih besar dari koefisien kolerasi sederhana (tabel r). Tabel r yang digunakan pada pengujian ini adalah 0,361 karena N=30 dengan tingkat signifikan 5%.

Tabel 4.1. Hasil uji validitas pada item pemeriksaan

No. Item Pemeriksaan Pearson

Correlation Tabel r Keterangan

1. Usia 0,303 0,361 Validitas kurang baik

2. Tekanan darah sistolik 0,782 0,361 Validitas baik

3. Tekanan darah diastolik 0,617 0,361 Validitas baik

4. Kolesterol 0,476 0,361 Validitas baik

5. Gula darah puasa 0,765 0,361 Validitas baik

6. Berat badan 0,348 0,361 Validitas kurang baik

7. Tinggi badan -0,179 0,361 Validitas kurang baik

8. Lingkar pinggang 0,497 0,361 Validitas baik

[image:47.595.109.511.209.581.2]
(48)
[image:48.595.108.510.96.675.2]

Tabel 4.2. Hasil uji validitas pada item kuesioner

[image:48.595.110.509.106.657.2]

No. Item Kuesioner Pearson Correlation

Tabel r Keterangan

1. Berapakah tekanan darah Anda biasanya?

0,708 0,361 Validitas baik

2. Apakah Anda pernah meminum obat darah tinggi?

0,596 0,361 Validitas baik

3. Apakah Anda meminum obat darah tinggi tersebut secara rutin/teratur?

0,625 0,361 Validitas baik

4. Apakah Anda masih meminum obat darah tingginya?

0,750 0,361 Validitas baik

5. Berapa gula darah Anda biasanya? 0,787 0,361 Validitas baik 6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai

penyakit diabetes/ penyakit gula/ kencing manis?

0,756 0,361 Validitas baik

7. Apakah Anda meminum obat diabetes/ penyakit gula/ kencing manis secara rutin?

0,756 0,361 Validitas baik

8. Centanglah pilihan disamping jika

Anda pernah merasakan

gejala-gejala tersebut!

- kencing lebih dari 3x pada

malam hari

- rasa haus lebih sering dari

biasanya, sehingga banyak

minum

- rasa lapar terus menerus

sehingga makan lebih sering

dan banyak dari biasanya

- berat badan menurun drastis

tanpa sebab yang jelas

- tidak ada

0,222 0,361 Validitas kurang

(49)
[image:49.595.110.513.105.541.2]

Tabel 4.2 Hasil uji validitas pada item kuesioner (sambungan) No. Item kuesioner Pearson

Correlation

Tabel r Keterangan

9. Berapa kolesterol Anda biasanya? 0,709 0,361 Validitas baik

10. Berapa kadar kolesterol-HDL Anda

biasanya?

0,409 0,361 Validitas baik

11. Apakah ada anggota keluarga yaitu

Ayah, Ibu, Anak, atau saudara

kandung Anda yang pernah

mempunyai penyakit tekanan darah

tinggi?

0,570 0,361 Validitas baik

12. Apakah ada anggota keluarga yaitu

Ayah, Ibu, Anak, atau saudara

kandung yang memiliki penyakit

jantung seperti serangan jantung,

gagal jantung atau angin duduk?

0,243 0,361 Validitas kurang

baik

13. Apakah Anda seorang perokok? 0,091 0,361 Validitas kurang

baik

14. Berapa hari dalam seminggu Anda

biasanya melakukan kegiatan fisik

berat?

0,192 0,361 Validitas kurang

baik

15. Berapa hari dalam seminggu Anda

biasanya melakukan kegiatan fisik

sedang?

0,221 0,361 Validitas kurang

baik

[image:49.595.113.510.105.542.2]
(50)

4.2.2. Uji reliabilitas

Item kuesioner yang dikatakan konsisten dalam mengukur setiap sampel adalah item kuesioner yang hasil uji reliabilitasnya didapatkan ketika membandingkan nilai Cronbach’s Alpha dengan kriteria pembagian dari interpretasi nilai cronbach alpha, yaitu sebagai berikut32:

[image:50.595.117.505.157.752.2]

1. Kurang reliabel: Cronbach’s Alpha 0,00 - 0,20 2. Agak reliabel: Cronbach’s Alpha 0,21 - 0,40 3. Cukup reliabel: Cronbach’s Alpha 0,42 - 0,60 4. Reliabel: Cronbach’s Alpha 0,61 - 0,80 5. Sangat reliabel: Cronbach’s Alpha 0,81 - 1,00

Tabel 4.3. Nilai Alpha uji reliabilitas

Cronbach’s Alpha N of items

0,728 15

Dari nilai Cronbach’s Alpha yang didapatkan yaitu sebesar 0,728 jika dibandingkan dengan kriteria interpretasi maka kuesioner yang digunakan reliabel walaupun kuesioner tersebut ada beberapa item yang validitasnya kurang.

Tabel 4.4. Hasil uji realibilitas pada item kuesioner

No. Item Kuesioner Cronbach’s Alpha if item deleted

Keterangan

1. Berapakah tekanan darah Anda biasanya? 0,689 Reliabel 2. Apakah Anda pernah meminum obat darah

tinggi?

0,702 Reliabel

3. Apakah Anda meminum obat darah tinggi tersebut secara rutin/teratur?

0,703 Reliabel

4. Apakah Anda masih meminum obat darah tingginya?

0,693 Reliabel

5. Berapa gula darah Anda biasanya? 0,672 Reliabel 6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai penyakit

diabetes/ penyakit gula/ kencing manis?

0,704 Reliabel

7. Apakah Anda meminum obat diabetes/ penyakit gula/ kencing manis secara rutin?

(51)
[image:51.595.110.516.114.594.2]

Tabel 4.4. Hasil uji realibilitas pada item kuesioner (sambungan)

No. Item Kuesioner Cronbach’s Alpha

if item deleted

Keterangan

8. Centanglah pilihan disamping jika Anda pernah merasakan gejala-gejala tersebut!

- kencing lebih dari 3x pada malam hari - rasa haus lebih sering dari biasanya,

sehingga banyak minum

- rasa lapar terus menerus sehingga makan lebih sering dan banyak dari biasanya - berat badan menurun drastis tanpa sebab

yang jelas - tidak ada

0,730 Reliabel

9. Berapa kolesterol Anda biasanya? 0,721 Reliabel 10. Berapa kadar kolesterol-HDL Anda

biasanya?

0,724 Reliabel

11. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, Ibu, Anak, atau saudara kandung Anda yang pernah mempunyai penyakit tekanan darah tinggi?

0,704 Reliabel

12. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, Ibu, Anak, atau saudara kandung yang memiliki penyakit jantung seperti serangan jantung, gagal jantung atau angin duduk?

0,726 Reliabel

13. Apakah Anda seorang perokok? 0,759 Reliabel 14. Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya

melakukan kegiatan fisik berat?

0,730 Reliabel

15. Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan kegiatan fisik sedang?

0,728 Reliabel

(52)

4.3. Analisis Univariat

Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini terlebih dahulu akan dideskripsikan dengan analisis univariat yang hasilnya nanti memberi gambaran umum mengenai responden. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan faktor-faktor risiko PJK. Sedangkan variabel terikatnya adalah risiko tinggi, sedang, dan rendah dari PJK tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 128 responden dan jumlah tersebut sudah memenuhi batas minimal sampel untuk penelitian ini yaitu 110 responden.

4.3.1. Gambaran karakteristik responden

Gambaran karakteristik responden pada penelitian ini yaitu sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan terakhir.

Tabel 4.5 Sebaran karakteristik responden (N=128)

Dalam tabel 4.5 didapatkan jumlah laki-laki sebanyak 38 responden (29,7%) dengan lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebesar 90 responden (70,3%).

Usia responden pada usia 35-59 tahun distribusinya sebanyak 104 responden (81,3%) dan pada usia 60 tahun sebanyak 24 responden (18,8%). Rerata usia responden yaitu 48 tahun dengan usia minimal 35 tahun dan

Variabel Kategori N %

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

38 90

29,7 70,3

Usia 35-59 tahun

60 tahun

104 24

81,3 18,8 Pekerjaan Bekerja

Tidak bekerja

45 83

35,2 64,8 Pendidikan terakhir Rendah

[image:52.595.121.498.192.604.2]
(53)

maksimal 76 tahun. Untuk usia sudah sesuai dengan kriteria inklusi yaitu 35 tahun.

Pekerjaan responden yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu bekerja dengan sebaran respondennya sebanyak 45 responden (35,2%) dan tidak bekerja sebanyak 83 responden (64,8%).

Pendidikan terakhir responden dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu pendidikan terakhir rendah, sedang, dan tinggi. Untuk yang termasuk ke dalam pendidikan terakhir rendah adalah responden yang tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD, dan lulus SMP. Untuk pendidikan terakhir menengah yang termasuk kedalamnya adalah lulus SMA atau sederajatnya. Pendidikan terakhir tinggi adalah yang lulus perguruan tinggi atau sarjana. Hasil sebaran respondennya adalah sebanyak 91 responden (71,1%) berpendidikan terakhir rendah, 35 responden (27,3%) berpendidikan terakhir menengah, dan 2 responden (1,6%) berpendidikan terakhir tinggi.

4.3.2. Gambaran faktor risiko PJK pada responden berdasarkan Framingham Risk Score

(54)
[image:54.595.108.513.130.582.2]

Tabel 4.6 Sebaran faktor risiko PJK berdasarkan Framingham Risk Score pada responden (N=128)

No. Variabel Kategori N %

1. Kolesterol total < 160 mg/dl

160-199 mg/dl 200-239 mg/dl 240-279 mg/dl 280 mg/dl 12 20 35 42 19 9,4 15,6 27,3 32,8 14,8

2. Riwayat pemeriksaan kolesterol HDL

Belum pernah periksa

< 35 mg/dl

35-44 mg/dl 60 mg/dl 124 1 1 2 96,9 0,8 0,8 1,6

3. Tekanan darah sistolik < 120 mmHg 50 39,1

120-129 mmHg 5 3,9

130-139 mmHg 29 22,7

140-159 mmHg 26 20,3

160 mmHg 19 14,1

4. Tekanan darah diastolik < 80 mmHg 49 38,3

85-89 mmHg 6 4,7

90-99 mmHg 40 31,3

100 mmHg 33 25,8

5. Diabetes mellitus Tidak 119 93,0

Ya 9 7,0

6. Perokok Non-perokok 97 75,8

Perokok 31 24,2

(55)

yang menyebutkan bahwa kadar kolesterol total pada penderita PJK lebih banyak diatas 200 mg/dL (56,3%).

Pada riwayat pemeriksaan kolesterol-HDL didapatkan sebanyak 124 responden menjawab belum pernah diperiksa kolesterol-HDL. Hal ini menjadi kekurangan dalam penelitian karena kolesterol HDL adalah salah satu faktor risiko yang harus dihitung dalam Framingham Risk Score.

Kolesterol HDL merupakan salah satu lipid yang bersifat anti-aterogenesis karena semakin tinggi kadar kolesterol HDL dalam tubuh, semakin banyak kolesterol ekstrahepatik yang dibawa kembali ke hepar untuk dikeluarkan bersama empedu. Selain itu, kolesterol HDL dapat secara langsung menghambat migrasi monosit ke dalam ruang subendotelial sehingga tidak ada kolesterol-LDL yang dapat fagositosis oleh makrofag dan reseptor scavenger dalam pembentukan plak.37

Pada hasil tekanan darah didapatkan bahwa pada penelitian ini yang memiliki tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg yaitu sebanyak 45 responden (34,4%) yang artinya responden tersebut sudah menderita hipertensi derajat 1 dan 2. Rerata kadar tekanan darah sistolik pada seluruh responden adalah 130 mmHg dengan tekanan darah sistolik minimal 95 mmHg dan maksimal 190 mmHg.

Untuk hasil dari tekanan darah diastolik, yang memiliki tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg adalah 73 responden (57,1%). Rerata tekanan darah diastoliknya adalah 90 mmHg dengan minimal 65 mmHg dan maksimal 120 mmHg. Jika di lihat dari yang memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg, jumlahnya lebih sedikit dari yang tekanan darah sistoliknya normal yaitu 50 responden, tetapi jika di lihat dari tekanan darah diastolik, didapatkan jumlah yang lebih banyak pada tekanan darah diatas 90 mmHg yang mengartikan bahwa sebanyak 73 responden tersebut sudah menderita hipertensi derajat 1 dan 2.

(56)

dengan penelitian dari Amelia38 yang hasil penelitiannya berupa pasien PJK lebih banyak yang memiliki hipertensi (68,2%).

Dari tabel 4.6 tentang diabetes mellitus didapatkan responden yang tidak DM sebanyak 119 responden (93,0%) dan yang DM sebanyak 9 responden (7,0%). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pada masyarakat KPKM Buaran yang memiliki DM tidak terlalu banyak sehingga hanya sedikit yang memiliki risi

Gambar

Gambar 2.1 Patogenesis pembentukan aterosklerosis ...............................  14
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah.15
Tabel 2.2 Kadar lipid serum17,18
Tabel 2.3 Kadar glukosa dalam darah untuk diagnosis diabetes.18,20
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Pada penelitian ini didapatkan distribusi dari faktor risiko penyakit jantung koroner di RSUP NTB antara lain laki-laki 65% dan perempuan 35%, 28,8% memiliki riwayat

Analisis deskriptif antara resiko penyakit jantung koroner dan jenis kelamin pada kelompok Senam Jantung Sehat didapatkan dapat diketahui bahwa sebanyak 6 orang dari responden

Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medis di RSUP H.Adam Malik Medan selama periode 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011 yang menderita penyakit jantung koroner usia ≤

EVALUASI RISIKO HIPOKALEMIA DAN ARITMIA AKIBAT PENGGUNAAN INSULIN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS DI PUSAT JANTUNG TERPADU RUMAH

Untuk itu peneliti tertarik untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan sekunder Penyakit jantung koroner di poliklinik jantung RSUD

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan saran untuk masyarakat ialah pasien penyakit jantung koroner yang memiliki faktor risiko hipertensi hendaknya melakukan latihan

Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu penyakit jantung yang menyangkut gangguan dari pembulu darah koroner yang dalam mengenal dan menanganinya membutuhkan perhatian

Analisis deskriptif antara resiko penyakit jantung koroner dan jenis kelamin pada kelompok Senam Jantung Sehat didapatkan dapat diketahui bahwa sebanyak 6 orang dari responden