Skripsi
AUDIT MANAJEMEN FUNGSI KEUANGAN
(Studi Kasus pada PT. Indonesia Miki Industries)
Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
VERANIKA
01.60.0052
FAKULTAS EKONOMI - AKUNTANSI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
S E M A R A N G
Abstrak
Perusahaan dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan dana yang berasal dari berbagai sumber seperti para investor, kreditur, dan dari laba yang diperoleh perusahaa. Dalam suatu kegiatan usaha yang berjalan aktif, dana ini mengalir secara berkesinambungan dan mengalami perubahan dalam suatu periode akuntansi. Perubahan aliran dana ini dikenal sebagai keuangan perusahaan. Istilah manajemen keuangan mengandung arti bahwa pengelolaan keuangan perusahaan diarahkan sesuai dengan suatu rencana yang dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Dalam PT. IMI pengelolaan keuangan ditangani oleh bagian keuangan yang bertugas untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memantau beraneka ragam data yang diperoleh dari satuan kerja dan bidang fungsional lain dalam perusahaan untuk membuat suatu pelaporan keuangan yang mudah dipahami dan digunakan oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Pentingnya tugas dari satuan kerja bidang keuangan membuat pengendalian dan pengawasan kerja dari satuan ini juga penting, oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk menilai kinerja satuan kerja yang mengurus bidang keuangan dalam perusahaan. Salah satu alat menilai kinerja ini adalah audit manajemen.
Menurut Alejandro R. Gorospe (Tunggal, 1992, h.2) audit manajemen adalah suatu teknik yang secara teratur dan sistematis digunakan untuk menilai efektifitas unit atau pekerjaan dibandingkan dengan standar-standar perusahaan dan industri, dengan menggunakan petugas yang bukan ahli dalam lingkup obyek yang dianalisis, untuk meyakinkan manajemen bahwa tujuannya dilaksanakan, dan keadaan yang membutuhkan perbaikan ditemukan. Dari pengertian ini diketahui bahwa audit manajemen dapat digunakan sebagai alat pendeteksi adanya suatu keadaan yang tidak wajar dalam perusahaan sehingga dapat dilakukan perbaikan yang diperlukan sedini mungkin.
Audit manajemen pada PT. IMI dilakukan karena kurang maksimalnya fungsi perencanaan yang menjadi tugas bagian keuangan. Pembuatan perencanaan ini merupakan hal yang penting dalam menentukan arah aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan, sehingga tidak adanya fungsi ini dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan biaya dan kurangnya koordinasi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Agar audit manajemen yang dilaksanakan pada PT. IMI mencapai sasarannya, maka digunakan empat obyek audit yang akan diteliti, yaitu sasaran finansial perusahaan, perencanaan keuangan, organisasi perusahaan, dan pengendalian keuangan.
pihak manajemen telah dapat menghasilkan laba dan pengembalian atas investasi yang cukup memuaskan.
Hasil analisis ini dapat memberikan penilaian bahwa manajemen telah berhasil dalam mencapai sasaran finansial perusahaan, yaitu mencapai laba yang semaksimal mungkin, namun dalam hal pengelolaan persediaan yang melibatkan perencanaan pihak manajemen dinilai kurang berhasil. Dukungan terhadap pencapaian sasaran finansial perusahaan juga ditunjukkan pada kepatuhan bagian keuangan dalam melaksanakan sistem pengendalian keuangan, yang diperkuat dengan tidak ditemukannya kesalahan otorisasi maupun prosedur dalam sampel dokumen yang diambil dalam penelitian ini.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa perencanaan keuangan yang telah diterapkan bagian keuangan telah disusun sesuai dengan kriteria perencanaan keuangan yang baik, tetapi rencana keuangan tersebut tidak disusun secara spesifik dalam bentuk budgeting sehingga tidak ada koordinasi yang baik dalam pelaksanaan rencana tersebut. Sedangkan struktur organisasi PT. IMI sudah baik dan sesuai dengan prinsip organisasi. Struktur organisasi ini juga sudah mendukung sistem pengendalian internal perusahaan, karena adanya pemisahan fungsi yang jelas, namun dalam penyusunan struktur organisasi ini tidak disertai
dengan pembuatan dokumentasi job description yang jelas.
Pengendalian keuangan perusahaan yang dianalisis dengan menggunakan kuesioner menunjukkan bahwa secara keseluruhan sistem pengendalian perusahaan sudah bagus dan memenuhi syarat pengendalian menurut sistem informasi akuntansi, namun dari hasil kuesioner tersebut juga memperkuat indikasi adanya kelemahan dari sistem perencanaan perusahaan, dimana perusahaan mengakui tidak adanya pembuatan budgeting dan proyeksi arus kas walaupun secara sederhana sehingga tidak ada alat yang digunakan untuk mengontrol hasil penjualan dan biaya operasional.
Rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada PT. IMI ini adalah penghitungan kembali EOQ untuk barang produksi sendiri dan EOQ untuk persediaan bahan baku, dengan demikian perusahaan dapat membatasi proses produksi tanpa menunpuk persediaan atau kekurangan persediaan. Tindakan korektif lain yang dapat direkomendasikan adalah pembuatan perencanaan keuangan yang lebih spesifik berupa budget pendapatan dan pengeluaran, juga rencana produksi. Tindakan ini dilakukan agar kegiatan operasi perusahaan dapat lebih dikendalikan, karena budgeting dapat berfungsi sebagai pedoman dalam mengarahkan setiap kegiatan dalam perusahaan. Perusahaan tidak perlu menambah fungsi khusus untuk bidang perencanaan keuangan, namun dapat mengevaluasi kembali tugas masing-masing karyawan di bagian keuangan dan
membuat job description secara jelas dan terdokumentasi serta dapat diterapkan
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...i
Halaman Persetujuan ...ii
Halaman Pengesahan ...iii
Pernyataan Keaslian Skripsi ...iv
Halaman Persembahan ...v
Abstraksi ...vi
Kata Pengantar ...viii
Daftar isi ...xi
Daftar Tabel ...xiii
Daftar Gambar ...xiv
Daftar Lampiran ...xv
Bab I Pendahuluan ...1
1.1. Latar Belakang Masalah ...1
1.2. Perumusan dan Batasan Masalah ...5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7
1.4. Sistematika Penulisan ...8
Bab II Landasan Teori ...9
2.1. Pengertian Audit Manajemen ...9
2.2. Tujuan dan Manfaat Audit Manajemen ...12
2.3. Perbedaan Audit Manajemen dan Audit Keuangan ...15
2.4. Ruang Lingkup Audit Manajemen ...16
2.5. Karakteristik Audit Manajemen ...16
2.6. Pengertian Sasaran Pemeriksaan ...17
2.7. Objek Audit ...18
2.8. Definisi dan Fungsi Manajemen Keuangan ...22
2.9. Tujuan Audit Manajemen Keuangan ...23
2.10. Sumber Kriteria untuk Evaluasi ...23
2.11. Tahap-tahap Audit Manajemen ...26
2.12. Program Audit Manajemen Keuangan ...31
2.13. Prinsip Manajemen Keuangan ...32
2.14. Kriteria Perencanaan Keuangan ...32
2.15. Prinsip Organisasi ...34
2.16. Prinsip sistem Informasi Akuntansi ...36
2.17. Prinsip Sistem Pengendalian Manajemen ...40
2.18. Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen yang Baik ...40
Bab III Metodologi Penelitian ...45
3.1. Objek dan Lokasi Penelitian ...45
A. Objek dan Lokasi Penelitian ...45
B. Sejarah Singkat Perusahaan ...45
C. Struktur Organisasi Perusahaan ...47
D. Sistem Pencatatan Keuangan Perusahaan ...48
3.2. Metode Pengumpulan Data ...49
A. Jenis dan Sumber Data ...49
B. Teknik Pengumpulan Data ...50
C. Desain Analisis Data ...52
Bab IV Hasil Analisis ...62
4.1. Perencanaan ...62
4.2. Mengumpulkan Bukti-bukti Performa ...68
4.3. Analisis dan Penyelidikan Penyimpangan / Deviasi ...70
4.4. Manentukan Tindakan Korektif ...105
4.5. Melaporkan Hasil Audit Manajemen ...107
Bab V Kesimpulan dan Saran ...108
5.1. Kesimpulan ...108
5.2. Saran ...109
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang MasalahPerusahaan dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan dana yang berasal
dari berbagai sumber seperti para investor, kreditur, dan dari laba yang diperoleh
perusahaan (Van Horne, 1986, h.2). Dana tersebut digunakan perusahaan untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan, seperti kegiatan produksi barang dan
jasa, memberi kredit pada pelanggan, dan lain sebagainya. Dalam suatu kegiatan
usaha yang berjalan aktif, dana ini mengalir secara berkesinambungan dan
mengalami perubahan dalam suatu periode akuntansi. Perubahan aliran dana ini
dikenal sebagai arus dana yang selanjutnya disebut sebagai keuangan perusahaan.
Menurut Wetson (1993, h.xi), bidang keuangan merupakan dasar dari suatu
sistem perusahaan dan pengelolaannya akan berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi perusahaan. Jika keuangan perusahaan ditangani dengan baik, maka akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi perusahaan yang sehat. Demikian pula
sebaliknya jika keuangan tidak ditangani dengan baik, akan berdampak buruk
pada seluruh bidang operasional dalam perusahaan.
Istilah manajemen keuangan mengandung arti bahwa pengelolaan keuangan
perusahaan diarahkan sesuai dengan suatu rencana yang dapat mendukung
tercapainya tujuan perusahaan. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk
pada perusahaan tersebut, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya tujuan
lain.
Dalam perkembangan dunia usaha pada masa kini, manajemen keuangan
mempunyai peran strategis dalam pengambilan keputusan tentang investasi,
pendanaan, dan pengelolaan aktiva yang dapat menentukan kelangsungan hidup
perusahaan. Mengingat sangat pentingnya manajemen keuangan yang baik, maka
biasanya dalam struktur organisasi perusahaan selalu ada satuan kerja tersendiri
yang khusus menangani bidang keuangan, dengan nama apapun satuan kerja itu
dikenal, seperti departemen, divisi, biro, bagian, dan lain sebagainya, tergantung
pada tradisi perusahaan dan struktur organisasi yang digunakan. Dalam hal ini PT.
Indonesia Miki Industries (IMI) menyebut satuan kerja yang mengurus keuangan
perusahaan dengan nama “Bagian Keuangan perusahaan”.
Bagian keuangan pada PT. IMI ini bertugas untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan memantau beraneka ragam data yang diperoleh dari satuan
kerja dan bidang fungsional lain dalam perusahaan untuk membuat suatu
pelaporan keuangan yang mudah dipahami dan digunakan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan. Bagian keuangan harus mampu menganalisis dengan jeli setiap
laporan yang masuk dari bidang fungsional lain dan membuat perencanaan
keuangan dengan seksama guna menghindari terjadinya pemborosan dana dalam
perusahaan. Pentingnya tugas dari satuan kerja bidang keuangan membuat
pengendalian dan pengawasan kerja dari satuan ini juga penting, oleh karena itu
keuangan dalam perusahaan. Salah satu alat menilai kinerja ini adalah audit
manajemen.
Menurut Alejandro R. Gorospe (Tunggal, 1992, h.2) audit manajemen
adalah suatu teknik yang secara teratur dan sistematis digunakan untuk menilai
efektifitas unit atau pekerjaan dibandingkan dengan standar-standar perusahaan
dan industri, dengan menggunakan petugas yang bukan ahli dalam lingkup obyek
yang dianalisis, untuk meyakinkan manajemen bahwa tujuannya dilaksanakan,
dan keadaan yang membutuhkan perbaikan ditemukan. Dari pengertian ini dapat
diketahui bahwa audit manajemen bukan hanya dapat digunakan sebagai alat
untuk menilai kinerja, tetapi juga dapat digunakan sebagai alat pendeteksi adanya
suatu keadaan yang tidak wajar dalam perusahaan sehingga dapat dilakukan
perbaikan yang diperlukan sedini mungkin.
Agar audit manajemen yang dilaksanakan mencapai sasarannya, ada empat
obyek audit yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sasaran finansial
perusahaan, perencanaan keuangan, organisasi perusahaan, dan pengawasan
keuangan (Siagian, 1997, h.145). Sasaran finansial perusahaan digunakan sebagai
obyek audit untuk mengetahui apakah fungsi bagian keuangan mendukung upaya
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan, sedangkan dalam bagian perencanaan
keuangan audit dilakukan untuk mencari dan menemukan fakta tentang
perencanaan keuangan yang disusun bidang keuangan dalam menyelenggarakan
fungsi perencanaan.
Struktur organisasi perusahaan juga merupakan hal yang penting sebagai
keuangan sudah disusun dengan pendekatan kesisteman atau belum. Obyek audit
yang terakhir adalah pengendalian keuangan, yang digunakan untuk menemukan
dan mengumpulkan berbagai informasi tentang kekuatan dan kelemahan dalam
melakukan proses pengendalian keuangan perusahaan.
Audit manajemen dapat digunakan sebagai alat pendeteksi adanya
ketidakberesan dalam suatu perusahaan, oleh karena itu audit manajemen pada
bagian keuangan PT. IMI perlu dilakukan mengingat selama ini bagian keuangan
PT. IMI belum melaksanakan fungsi perencanaan secara maksimal. Menurut
Nasehatun (1994, h.4) perencanaan sebagai sistem manajemen mempunyai tiga
fungsi utama sebagai berikut :
A. Sebagai alat manajemen untuk mengendalikan dan mengarahkan setiap
kegiatan dalam perusahaan agar senantiasa mengacu atau berpedoman
kepada rencana yang dibuat
B. Sebagai alat manajemen yang berfungsi untuk mengkoordinasikan dan
mengsinkronisasikan aktivitas atau kegiatan dalam perusahaan. Setiap
aktivitas yang dilakukan senantiasa berjalan sesuai dengan rencana dan
mencapai sasaran atau hasil sesuai dengan rencana ini
C. Sebagai sistem manajemen dengan tujuan agar setiap pelaksanaan kegiatan
senantiasa dikendalikan dan diarahkan kepada rencana yang ditetapkan
untuk mencapai sasaran atau hasil yang telah ditentukan dalam rencana itu
Tujuan akhir dari perencanaan adalah untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi
Fungsi perencanaan menjadi penting dalam menentukan arah aktivitas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan, sehingga tidak adanya fungsi ini
dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan biaya dan kurangnya koordinasi
dalam pencapaian tujuan perusahaan. Kendati selama ini perusahaan tidak
mengalami permasalah yang cukup serius, audit manajemen pada bidang
keuangan PT. IMI perlu dilakukan untuk mengevaluasi kinerja bagian keuangan
selama ini dan untuk mengetahui apakah tidak adanya fungsi perencanaan dalam
bidang keuangan mempengaruhi kinerja bagian keuangan secara keseluruhan
mengingat bahwa bidang keuangan merupakan dasar dari sistem perusahaan.
Menyadari pentingnya kedudukan bagian keuangan dalam suatu perusahaan
dan pentingnya melakukan praktek-praktek keuangan yang sehat agar perusahaan
dapat bertahan dalam segala situasi, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang audit manajemen yang berjudul “Audit Manajemen Fungsi
Keuangan (Studi Kasus pada PT. Indonesia Miki Industries).”
1.2.
Perumusan Masalah dan Batasan MasalahA. Perumusan Masalah
Dalam era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin berat.
Agar dapat bertahan dalam kondisi ini, perusahaan disamping harus meningkatkan
mutu produk dan pelayanannya juga harus mampu melakukan praktek-praktek
manajemen yang sehat. Kesehatan dalam manajemen perusahaan terutama bagian
keuangannya menjadi pokok masalah yang penting untuk disoroti karena jika
menghadapi segala situasi lingkungan ekternal perusahaan yang cenderung
berubah mengikuti arus perkembangan jaman, seperti semakin ketatnya kompetisi
antar perusahaan, perubahan teknologi, perubahan harga dan tingkat bunga,
ketidak pastian ekonomi dunia, dan fluktuasi nilai tukar.
Pentingnya tugas bagian keuangan ini membuat audit atas bagian keuangan
dalam perusahaan sangat diperlukan untuk mengevaluasi kinerja bagian keuangan.
Untuk tujuan tersebut, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah :
1) Apakah fungsi bagian keuangan pada PT. IMI mendukung keseluruhan
upaya pencapaian tujuan sasaran perusahaan?
2) Bagaimanakah bentuk perencanaan keuangan yang telah diterapkan oleh
bagian keuangan pada PT. IMI?
3) Apakah organisasi yang terkait dengan fungsi keuangan dalam PT. IMI
sudah disusun dengan baik dan memenuhi prinsip organisasi?
4) Apakah terdapat kelemahan pada sistem pengendalian keuangan yang
diterapkan pada PT. IMI?
B. Batasan Masalah
Agar dalam pembahasan usulan penelitian ini tidak menyimpang dari pokok
pembahasan, maka penulis memberikan suatu batasan pada masalah yaitu peran
audit manajemen sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja bagian keuangan pada
finansial perusahaan, perencanaan keuangan, struktur organisasi, dan
pengendalian keuangan.
1.3.
Tujuan dan Manfaat PenelitianA. Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengevaluasi apakah fungsi keuangan pada PT. IMI sudah
mendukung upaya pencapaian tujuan perusahaan
2. Untuk mengevaluasi rencana keuangan yang telah diterapkan oleh
bagian keuangan PT. IMI
3. Untuk mengevaluasi penyusunan struktur organisasi yang terkait
dengan fungsi keuangan pada PT. IMI
4. Untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem pengendalian
keuangan pada PT. IMI
B. Manfaat Penelitian :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pemilik perusahaan
(Direktur) dalam mengevaluasi kinerja bagian keuangan PT. IMI
2. Sebagai media untuk memberikan saran dan perbaikan jika masih ada
kekurangan dalam praktek keuangan yang dilakukan dalam
perusahaan
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak yang berkepentingan untuk
4. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang berminat pada
pembahasan audit manajemen ini.
1.4.
Sistematika PenulisanDalam penelitian ini, sistematika penulisan dibagi dalam lima bab, yaitu :
Bab I Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka pikir penelitian, serta sistematika penulisan dalam penelitian
ini.
Bab II Merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang uraian berbagai teori
serta konsep-konsep tentang penelitian ini.
Bab III Merupakan metodologi penelitian yang berisi tentang lokasi penelitian,
jenis data yang akan digunakan, metode pengumpulan dan analisis data,
serta gambaran umum mengenai obyek penelitian.
Bab IV Merupakan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dimana akan
diungkapkan hasil-hasil yang ditemukan selama penelitian dan
menguraikan beberapa penjelasan yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.
Bab V Merupakan kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi dari pembahasan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Audit Manajemen
Ada beberapa definisi audit manajemen yang telah diungkapkan oleh
beberapa tokoh, sebagai berikut :
A. Menurut Alejandro R. Gorospe (Tunggal, 1992, h.2) audit
manajemen adalah suatu teknik yang secara teratur dan sistematis digunakan
untuk menilai efektifitas unit atau pekerjaan dibandingkan dengan
standar-standar perusahaan dan industri, dengan menggunakan petugas yang bukan
ahli dalam lingkup obyek yang dianalisis, untuk meyakinkan manajemen
bahwa tujuannya dilaksanakan, dan keadaan yang membutuhkan perbaikan
ditemukan.
B. Menurut Siagian (1997,h.15) audit manajemen adalah suatu
kegiatan untuk meneliti dan menilai kinerja perusahaan disoroti dari sudut
pandang peningkatan efisiensi, efektifitas, dan produktifitas kerja, baik
dalam arti perusahaan sebagai suatu keseluruhan maupun dalam arti
berbagai komponennya.
C. Menurut Willy Susilo (2002, h.2) audit manajemen adalah
kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan melalui interaksi
(pemeriksaan, pengukuran dan penilaian serta penarikan kesimpulan) secara
sistematis, obyektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada azas nilai
menilai unsur-unsur manajemen apakah telah direncanakan, dijalankan dan
dikendalikan dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik dan benar
sehingga organisasi melalui fungsi-fungsinya dapat mencapai tujuan yang
direncanakan yang mencakup dimensi PQCDSME – Productivity
(Produktifitas) – Quality (Mutu) – Cost (Biaya) – Delivery (Waktu
penyampaian) – Safety (Keselamatan) – Morale (Etos kerja) – Environment
(Lingkungan) secara efektif dan efisien.
D. Menurut Leo Herbert (1979, h.6-7) audit manajemen atau
M-Auditng adalah:
1. Planning for obtaining, and evaluating sufficient relevant,
material, and competent evidence
2. By an independent auditor
3. On the audit objective of
a. whether an entity’s management or employees have
or have not accepted and carried out;
b. appropriate laws, regulations, policies, procedures,
or other management standards for properly using its resources;
c. in an efficient and economical manner;
4. From this evidence on the audit objective, the auditor
comes to an opinion or conclusion and reports to a third party,
a. with sufficient evidence in the report to convince
b. with a recommendation for the possible correction
of any deficiencies.
Yang dapat diterjemahkan secara bebas sebagai berikut :
5. Suatu rencana untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
yang cukup relevan, material, dan kompeten
6. Dilakukan oleh auditor yang independen
7. Dengan sasaran audit :
c. apakah pihak manajemen dan karyawan sudah atau
belum dapat diterima dan dipublikasikan kepada pihak luar,
d. Apakah penggunaan sumber daya sudah dilakukan
dengan semestinya dan tidak melanggar hukum, regulasi,
kebijakan-kebijakan umum, prosedur, atau standar manajemen
lainnya,
e. Dalam pengertian efisien dan ekonomis,
8. Dari bukti pada sasaran audit, auditor membuat suatu
pendapat atau kesimpulan dan melaporkannya pada pihak ketiga,
f. dengan bukti yang cukup pada laporan untuk
meyakinkan pihak ketiga bahwa kesimpulan yang diperoleh
akurat, dan
g. dengan rekomendasi perbaikan yang mungkin
dilakukan pada hal-hal yang kurang baik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diperoleh sebuah kesimpulan dari
memperoleh dan mengevaluasi informasi faktual dan signifikan untuk menilai
efektifitas dan efisiensi kinerja manajemen dalam suatu organisasi, dilakukan oleh
auditor independen yang selanjutnya melaporkan hasil penemuannya kepada
pihak auditee (pihak yang meminta dilaksanakannya audit) disertai dengan
kesimpulan dan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.
2.2. Tujuan dan Manfaat Audit Manajemen
A. Tujuan Audit Manajemen
Ada beberapa tujuan dari audit manajemen, yaitu (Tunggal, 2001, h.12) :
1. Obyek dari audit manajemen adalah mengungkapkan
kekurangan dan ketidak beresan dalam setiap unsur yang diuji oleh
auditor dan untuk menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan
untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan
2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi
operasi yang paling efisien
3. Untuk mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan
alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri
kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien
4. Audit manajemen bertujuan untuk mencapai efektifitas dan
efisiensi dari pengelolaan
5. Untuk membantu manajemen, auditor berhubungan dengan
setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan
6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam
pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab
mereka.
Menurut Mulyadi (2002, h.33) tujuan dari audit manajemen adalah
mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan
membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Tujuan audit
manajemen lainnya dikemukakan oleh Willy Susilo (2002, h.57) yaitu untuk
mendapatkan informasi faktual dan signifikan berupa data hasil analisa, penilaian,
rekomendasi auditor yang dapat digunakan oleh auditee atau manajemen untuk
berbagai keperluan misalnya untuk dasar pengambilan keputusan, pengendalian
manajemen, perbaikan dan / atau perubahan dalam berbagai aspek dalam upaya
mengamankan kebijakan dan mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.
B. Manfaat Audit Manajemen
Manfaat audit manajemen dapat dirasakan oleh beberapa pihak yaitu
(Susilo, 2002, h.60-61) :
1. Bagi manajemen
Hasil audit yang disampaikan kepada pihak manajemen dapat
membantu penyelesaian masalah atau hambatan yang ada pada setiap fungsi
organisasi baik yang bersifat aktual, maupun potensial, baik untuk keperluan
saat sekarang maupun untuk masa depan. Dengan informasi hasil penilaian
operasi melakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan efisiensi,
efektifitas, maupun produktifitas usaha secara lebih terarah.
2. Bagi pemilik modal
Audit manajemen memberikan informasi yang diperlukan oleh
pucuk pimpinan untuk membuat atau merubah kebijakan organisasi dan
menentukan strategi-strategi pengembangan jangka panjang. Hasil audit
dapat juga dimanfaatkan pucuk pimpinan sebagai dasar untuk menilai kerja
para pimpinan unit-unit operasi serta untuk menentukan perlu tidaknya
mengadakan perubahan sistem pengendalian kegiatan organisasi.
3. Bagi auditor sendiri
Proses audit merupakan kegiatan pembelajaran dan pertumbuhan
yang tidak ternilai harganya, bagi para pelaku audit itu sendiri, karena
melalui proses audit, terjadi proses pemahaman secara mendalam tentang
seluk beluk operasi organisasi serta permasalahan yang dihadapinya baik
permasalahan skala perusahaan maupun permasalahan spesifik yang ada
pada setiap fungsi dalam organisasi. Dengan demikian seorang auditor
secara disadari atau tidak telah mempelajari proses manajemen organisasi
secara komprehensif dan manajemen fungsional secara intensif.
Hasil kerja auditor khususnya auditor independen yang melakukan
audit pada perusahaan publik dapat digunakan oleh berbagai pihak seperti
kreditor, calon investor, dan sebagainya untuk mengambil keputusan.
2.3. Perbedaan antara Audit Manajemen dan Audit
Keuangan
Jenis audit yang selama ini sering digunakan adalah audit keuangan yaitu
pengujian atas kewajaran laporan keuangan, sedangkan untuk audit manajemen
sendiri lebih jarang dilakukan. Berikut dijelaskan perbedaan antara audit
manajemen dan audit keuangan secara ringkas dalam bentuk tabel (Tunggal,
2001, h.1) :
Tabel 2.1. Perbedaan antara Audit Manajemen dan Audit Keuangan
No. Karakteristik Audit
Manajemen
Audit
Keuangan
1. Tujuan Menilai dan
meningkatkan
keefektifan
pengelolaan
Menyatakan
pendapat tentang
laporan keuangan dan
menilai sistem
pengendalian
akuntansi dalam
menjaga keamanan
aktiva perusahaan
Lingkup fungsi catatan keuangan
3. Orientasi Urusan
operasional yang
sudah lalu,
sekarang, dan yang
akan datang
Urusan
keuangan dalam
periode yang sudah
lalu
4. Standar
Penilaian
Prinsip-prinsip manajemen
Prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku
umum
5. Metode
Teknik-teknik manajemen
Standar-standar
audit yang berlaku
umum
6. Presisi Relatif Absolut
7. Penerima Biasanya
intern, umumnya
pimpinan
Terutama pihak
luar pemegang saham,
pemerintah, publik
8. Realisasi Potensial Aktual
9. Keharusan Tidak harus,
terutama prerogatif
pimpinan
Diharuskan
oleh Undang-undang /
peraturan
10. Sejarah Belum lama,
berkaitan dengan
adanya Sistem
Sudah berusia
Approach
11. Katalisator Terutama
permintaan
pimpinan
Tradisi
12. Frekuensi Periodik,
tetapi kebanyakan
saatnya tidak
tertentu / tegas
Teratur, paling
sedikit per tahun
2.4. Ruang Lingkup Audit Manajemen
Audit manajemen mencakup setiap aspek ekonomisasi, efisiensi, dan
efektifitas yang beraneka ragam dalam suatu organisasi, oleh karena itu dapat
mencakup beraneka ragam aktivitas yang luas. Sebagai contah, efektifitas dari
program advertensi atau efisiensi keryawan pabrik merupakan bagian dari suatu
audit manajemen (Tunggal, 1992, h.8).
2.5. Karakteristik Audit Manajemen
Menurut Drs. Amin Widjaja Tunggal (2001, h.9) ada beberapa
karakteristik dari audit manajemen, yaitu :
A. Audit manajemen adalah prosedur yang bersifat investigatif
C. Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu
unitnya (bagian penjualan, bagian perencanaan produksi, dan sebagainya),
atau suatu fungsi, atau salah satu sub klasifikasinya (pengendalian
persediaan, sistem pelaporan, pembinaan pegawai, dan sebagainya)
D. Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari
perusahaan / unit / fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung
jawab, atau tugasnya
E. Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti
atau data dan standar
F. Tujuan utama audit manajemen adalah memberikan
informasi kepada pimpinan tentang efektif tidaknya perusahaan, suatu unit,
atau suatu fungsi. Diagnosis tentang permasalahan dan sebab-sebabnya, dan
rekomendasi tentang langkah-langkah korektifnya merupakan tujuan
tambahan.
2.6. Pengertian Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan adalah merupakan suatu pertanyaan ataupun dugaan /
hipotesis yang ada dalam benak pemeriksa yang memerlukan jawaban atau
pembuktian. Sasaran pemeriksaan dapat dibagi menjadi tiga elemen penting, yaitu
(Setyawan, 1988, h.12-13) :
A. Kriteria (Criteria)
Kriteria adalah merupakan norma atau standar yang menunjukkan
aktivitas sebagai pertanggung jawaban atas wewenang yang dilimpahkan.
Jadi apa yang terkandung dalam kriterialah yang seharusnya dianut oleh
para individu yang memikul tanggung jawab dan kriteria ini akan digunakan
oleh pemeriksa untuk mengukur kinerja para individu yang bertanggung
jawab.
B. Penyebab (Causes)
Penyebab adalah merupakan tindakan / aktifitas aktual yang
dilakukan oleh para individu dalam organisasi. Penyebab itu sendiri dapat
bersifat positif, yaitu yang bersifat ekonomis, efisien, dan efektif maupun
yang bersifat negatif, yaitu yang bersifat pemborosan, inefisiensi, dan
inefektif.
C. Akibat / Efek (Effect)
Akibat adalah merupakan hasil pengukuran dan pembandingan antara
penyebab dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut.
Penyajian sasaran pemeriksaan dapat ditempuh dalam dua cara, yaitu
penyajian dalam bentuk pertanyaan dan penyajian dalam bentuk pernyataan.
2.7. Objek Audit
Agar audit fungsi keuangan mencapai sasarannya, ada empat hal yang
menjadi objek audit, yaitu (Siagian, 1997, h.145-147):
A. Sasaran finansial perusahaan
Dalam pelaksanaan audit fungsi keuangan, yang dapat dijadikan sebagai
tentang tercapai tidaknya sasaran finansial perusahaan. Dari hasil temuan audit
akan terlihat bahwa apakah fungsi manajemen keuangan mendukung atau tidak
keseluruhan upaya pencapaian tujuan berbagai sasaran perusahaan. Disamping itu,
audit harus pula ditujukan pada pencarian, penemuan, dan pengumpulan informasi
tentang posisi finansial masing-masing bidang fungsional yang terdapat dalam
lingkugan perusahaan. Dua pertimbangan mengapa hal ini penting adalah untuk
menjamin bahwa posisi keuangan berbagi bidang fungsional memperkuat posisi
finansial perusahaan sebagai keseluruhan, tidak justru berkembang menjadi
kerajaan kecil dalam perusahaan dan untuk menjamin bahwa para manajer yang
memimpin berbagai komponen perusahaan memahami dan menaati kebijakan
finansial yang ditetapkan oleh manajer keuangan, termasuk kebijaksanaan
perusahaan yang menyangkut pengawasan dibidang keuangan.
Segi lain yang penting dalam pelaksanaan audit ialah untuk meneliti
apakah tujuan dan berbagai sasaran perusahaan memenuhi berbagai persyaratan
seperti kelayakan, kewajaran, dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan
etika atau tidak dan untuk menemukan fakta apakah berbagai komponen
perusahaan memenuhi standar kinerja yang telah ditentukan atau tidak. Dengan
perkataan lain, dari kegiatan audit harus bisa terungkap apakah tujuan dan sasaran
perusahaan mempunyai makna operasional bagi berbagai komponen perusahaan
dan bahwa berbagai komponen itu mampu memenuhi standar yang telah
ditentukan oleh manajemn puncak untuk dipenuhinya. Harus ditekankan bahwa
menilai apakah perusahaan berada pada jalur yang benar atau tidak berdasarkan
strategi akbar yang telah ditetapkan manajemen puncak.
B. Perencanaan keuangan
Perencanaan keuangan sebagai objek audit berarti dua hal, yaitu efektif
tidaknya satuan kerja yang mengurus keuangan perusahaan menyelenggarakan
fungsi perencanaan bagi satuan kerja yang bersangkutan dan mencari dan
menemukan fakta tentang mutu rencana yang disusun oleh para manajer bidang
fungsional dalam lingkungan perusahaan. Dalam menilai proses perencanaan
berbagai komponen perusahaan, sangat penting diteliti apakah rencana satuan
kerja yang lebih kecil merupakan rincian dan operasionalisasi rencana satuan
kerja yang membawahinya atau tidak. Dengan perkataan lain, audit harus bisa
menemukan fakta tentang apakah perusahaan dikelola dengan pendekatan
kesisteman atau tidak dan apakah prinsip sinergi dan simbiosis diterapkan secara
mantap atau tidak.
Menurut Sawir (2001, h.90-91) perencanaan keuangan mencakup
penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi produksi dan
pemasaran, untuk kemudian menentukan bagaimana memenuhi kebutuhan
permodalan. Bila ternyata hasil aktual tidak sesuai dengan proyeksinya,
perencanaan keuangan harus dapat mengidentifikasikan perubahan-perubahan
potensial yang mungkin akan memberikan hasil yang memuaskan. Perencanaan
keuangan biasanya berupa proforma neraca, laporan laba-rugi, laporan sumber
dan penggunaan dana, serta rencana pengeluaran modal berdasarkan kategori dan
1. Peramalan, perusahaan tidak akan pernah dapat melakukan
peramalan yang tepat secara sempurna
2. Menemukan rencana keuangan yang optimal, seorang
manajer keuangan yang baik harus dapat menilai rencana mana yang
terbaik untuk perusahaannya
3. Melihat rencana keuangan berjalan, rencana jangka panjang
digunakan juga sebagai tolok ukur untuk menilai hasil yang dicapai
pada masa datang.
C. Organisasi
Pada uraian sebelumnya telah disinggung bahwa karena pentingnya
peranan satuan kerja yang mengurus keuangan perusahaan, pimpinan sebaiknya
merupakan salah seorang anggota tim manajemen puncak. Dengan posisi
demikian paling sedikit ada empat hal yang dapat diwujudkan, yaitu :
1. Pimpinan satuan kerja dibidang keuangan selalu turut serta
dalam pengambilan keputusan stratejik perusahaan
2. Satuan kerja dibidang keuangan dapat bekerja secara
independen
3. Bantuan dan nasihat yang diberikannya diterima oleh para
manajer lain dalam lingkungan perusahaan
4. Diperlakukan sejajar dengan komponen lain baik
komponen yang menyelenggarakan tugas pokok maupun tugas
Dengan menjadikan organisasi satuan kerja dibidang keuangan sebagai
sasaran audit, informasi yang diperoleh akan mampu memberi masukan penting
tentang apakah organisasi di bidang keuangan itu dikelola dengan efektif atau
tidak yang akan turut menentukan apakah satuan kerja itu mampu
menyelenggarakan fungsi pendukung yang diembannya atau tidak, dikenali
faktor-faktor penyebabnya dan diberikan rekomendasi untuk mengatasinya.
D. Pengendalian keuangan
Fungsi pengendalian di bidang keuangan terdiri dari dua segi yang
penting, yaitu analisis keuangan dan akunting. Akunting berfungsi untuk
mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan melaporkan hasil kegiatan
operasional disoroti kusus dari segi keuangan. Laporan keuangan disusun
berdasarkan format, norma, dan standar yang berlaku baku di lingkungan tertentu,
misalnya di suatu negara. Dengan demikian, audit bidang keuangan harus mampu
menemukan dan mengumpulkan bebagai informasi tentang kekuatan dan
kelemahan dalam melakukan proses pengendalian keuangan perusahaan melalui
proses akunting yang tepat. Berarti bahwa berbagai pertanyaan yang diajukan oleh
tim audit harus mengarah pada faktor kekuatan dan kelemahan itu, untuk
kemudian dimanfaatkan dalam peningkatan pengendalian pada tahap berikutnya.
Proses pengendalian melalui analisis anggaran dan keuangan, agak
berbeda dari praktek-praktek akunting karena dimaksudkan untuk mengamankan
kekayaan dan sumber finansial perusahaan. Hasilnya disampaikan kepada
satuan-satuan kerja operasional untuk dimanfaatkan dalam peningkatan efisiensi dan
Dengan demikian, tim audit keuangan harus dengan cermat mengamati
hal-hal yang potensial menjadi permasalahan dimasa depan baik yang bersumber
dari satuan kerja yang mengurus keuangan sendiri maupun yang berasal dari
berbagai komponen yang terdapat dalam perusahaan.
2.8. Definisi dan Fungsi Manajemen Keuangan
A. Definisi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan
perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan
menyeluruh. Oleh karena itu, fungsi pembuatan keputusan dari manajemen
keuangan dapat dibagi menjadi tiga area utama, yaitu keputusan sehubungan
dengan investasi, pendanaan, dan manajemen aktiva (Van Horne, 1986, h.2).
B. Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan
pengendalian kegiatan keuangan (Husnan, 2002, h.4). menurut Prof. Dr. Ridwan
S. Sundjaja (2003, h.65) ada tiga fungsi utama dari manajemen keuangan, yaitu :
1. Perencanaan dan analisa keuangan
2. Keputusan investasi atau pengelolaan asset
3. Keputusan pembiayaan investasi atau pengelolaan kewajiban dan
2.9. Tujuan Audit manajemen Keuangan
Dari definisi dan fungsi manajemen diatas dapat diketahui bahwa salah
satu fungsi dari manajemen keuangan adalah membuat suatu perencanaan
keuangan untuk pengambilan keputusan tentang investasi dan pendanaan. Tujuan
dari audit manajemen keuangan adalah untuk mencari dan menemukan informasi
tentang bagaimana rencana keuangan yang telah disusun tersebut diwujudkan
melalui berbagai kegiatan operasional disoroti khusus dari segi keuangan
(Siagian, 1997, h.144).
2.10. Sumber Kriteria untuk Evaluasi
Kesulitan utama yang dihadapi dalam audit manajemen adalah
menentukan kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektifitas telah
tercapai. Salah satu pendekatan untuk menyusun kriteria bagi auditor adalah
dengan menetapkan tujuannya yaitu untuk menentukan apakah beberapa aspek
unit usaha itu dapat dibuat lebih efektif atau efisien, dan untuk rekomendasi
perbaikan. Pendekatan ini mungkin memadai bagi auditor yang berpengalaman
dan terlatih baik, tetapi akan sulit bagi kebanyakan auditor untuk mengikuti
pendekatan yang tidak ditentukan dengan jelas semacam itu.
Alvin A. Arens dan James K. Leobbecke (Tunggal, 1997, h.62-65)
mengungkapkan beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan auditor dalam
mengembangkan kriteria evaluasi, yaitu :
Seperangkat kriteria yang sederhana dapat didasarkan pada hasil
aktual (atau hasil audit) dari periode sebelumnya. Gagasan dibalik
penggunaan kriteria ini adalah untuk membandingkan apakah yang telah
dilakukan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Manfaat kriteria ini adalah
kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak memberikan pandangan
mendalam mengenai seberapa baik atau seberapa buruk sebenarnya unit
usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu.
B. Kinerja yang dapat diperbandingkan
Sebagian besar kesatuan yang menjalani audit manajemen tidak
bersifat unik, tetapi banyak kesatuan yang sama didalam keseluruhan
organisasi atau diluarnya. Dalam hal demikian data kinerja dari kesatuan
yang dapat diperbandingkan merupakan sumber yang sangat baik untuk
mengembangkan kriteria. Untuk kesatuan internal yang dapat
diperbandingkan datanya biasanya sudah tersedia. Bila kesatuan yang dapat
diperbandingkan berada diluar organisasi, mereka seringkali juga bersedia
menyediakan informasi seperti itu. Data ini seringkali juga tersedia pada
kelompok industri dan lembaga pemerintah yang berwenang.
C. Standar rekayasa
Dalam banyak jenis penugasan audit manajemen, adalah mungkin
dan layak untuk mengembangkan kriteria berdasarkan standar rekayasa,
misalnya studi waktu dan gerak untuk menentukan tingkat keluaran
produksi. Kriteria ini seringkali memakan waktu dan biaya yang besar
hal ini mungkin sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional
yang utama dan biaya yang dikeluarkan akan berharga. Beberapa standar
dapat juga dikembangkan oleh kelompok industri untuk digunakan oleh
semua anggota mereka, sehingga dapat mengurangi beban biaya setiap
anggotanya. Ini bisa merupakan kelompok dalam industri menurut subyek
atau kelompok fungsional pengolahan data elektronis.
D. Diskusi dan kesepakatan
Kadang-kadang kriteria obyektif sangat sulit didapat dan sangat
memakan biaya, tetapi ada kalanya kriteria dapat dikembangakan melalui
diskusi dan kesepakatan yang sederhana. Pihak yang terlibat dalam proses
ini harus meliputi manajemen kesatuan yang diperiksa, auditor, dan
kesatuan atau orang yang akan mendapat laporan tentang temuan yang
didapat.
2.11. Tahap-tahap Audit Manajemen
Audit manajemen mempunyai banyak cakupan area sehingga sulit
menentukan pendekatan yang dapat diambil dalam melakukan audit. Walaupun
demikian, beberapa fungsi umum biasanya dapat diterapkan pada kebanyakan
audit manajemen, yaitu (Tunggal, 1992, h.40-47) :
A. Perencanaan
Sering area subyek dan tujuan suatu audit manajemen ditunjuk oleh
manajemen puncak. Auditor kemudian merencanakan pekerjaan untuk
didokumantasikan suatu survei pendahuluan merupakan prosedur umum
yang dilakukan auditor untuk mengenal operasi yang diaudit. Auditor
mungkin menggunakan daftar pertanyaan, flow chart, tanya jawab, laporan
manajemen, dan observasi dalam pelaksanaan survei pendahuluan. Daftar
pertanyaan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
masalah yang mempengaruhi efektifitas, efisiensi, dan performa operasi.
Auditor kemudian akan menilai jawaban yang diperoleh, kemudian auditor
mengumpulkan bukti-bukti untuk memperkuat jawaban yang diterima.
Untuk membantu memahami arus barang, jasa dan transaksi
kemana, dimana, dan dalam operasi, auditor dapat menelaah atau
menyiapkan flow chart, yang merupakan diagram piktorial operasi. Pada
waktu mempelajari flow chart, auditor akan mencari inefisiensi dan
kekurangan pengendalian, seperti operasi yang duplikasi, formulir dari
operasi yang tidak perlu, dan kekurangan pengawasan.
Pada saat auditor melakukan tanya jawab melalui audit, auditor
harus berusaha membangun hubungan dan mempromosikan sikap yang
kooperatif dengan personil yang diaudit. Kerjasama ini penting untuk
penyelesaian yang efisien dari audit manajemen. Auditor juga akan
menelaah laporan manajemen, seperti laporan keuangan interim, anggaran,
laporan produksi, dan penjualan. Pada saat melakukan bagian lain dari
survei pendahuluan auditor harus mengamati sekelilingnya. Karyawan atau
peralatan yang nganggur, operasi yang tidak aman, aktiva yang tidak aman
dapat merupakan area yang potensial yang dapat diusulkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber ini,
auditor dapat menentukan beberapa kriteria yang obyektif untuk menilai
operasi. Biasanya tidak ada kriteria yang sempurna, dan auditor harus
mengembangkan yang terbaik dalam keadaan yang dialaminya. Dengan
informasi ini, auditor akan mendesain suatu program audit untuk
menggunakannya sebagai suatu petunjuk untuk mengumpulkan bukti dalam
penilaian akhir suatu operasi.
B. Mengumpulkan bukti-bukti performa
Tujuan mengumpulkan bukti-bukti atau untuk mendapatkan dasar
faktual dalam menilai kriteria performa yang sebelumnya diidentifikasi.
Wawancara merupakan alat yang penting untuk mendapatkan bukti-bukti
selama audit manajemen. Semakin baik pewawancara yang baik tidak
sekedar mengajukan pertanyaan. Wawancara harus direncanakan dan
sebanyak mungkin informasi diperoleh sebelum dilakukan wawancara.
Orang yang diwawancara (interviewee) harus dibuat merasa seenak
mungkin. Pewawancara harus bijaksana dan menghindari untuk pernyataan
“tidak” terhadap suatu pertanyaan.
Auditor akan mengumpulkan bukti yang diperoleh dalam suatu
arsip. Bukti-bukti mungkin berupa bentuk daftar yang berisi informasi yang
diuji dan tembusan dokumen. Dengan menggambarkan formulir-formulir
temuannya. Bukti dokumentasi ini disebut kertas kerja, dikumpulkan
terutama dari sumber intern dan ekstern, seperti statistik industri dapat
bermanfaat dalam penilaian efisiensi beberapa operasi. Kertas kerja juga
dapat diorganisir berdasarkan sub unit dari usaha yang diaudit, urutan
prosedur audit yang dilaksanakan, atau setiap sistem logis yang
mempertinggi pemahaman auditor terhadap pekerjaan yang dilakukan.
C. Analisis dan penyelidikan penyimpangan / deviasi
Pada saat mengumpulkan bukti-bukti, auditor harus waspada untuk
deviasi dari kebijakan perusahaan dan performa yang tidak efektif dan
efisien. Ia harus belajar membedakan deviasi yang tidak signifikan. Deviasi
masa lampau dapat atau tidak dapat dikoreksi, akan tetapi auditor memberi
perhatian terhadap perusahaan jika pengaruh potensial deviasi berlangsung
terus pada masa yang akan datang. Analisis dan penyelidikan deviasi harus
didokumentasikan dalam arsip auditor, karena dokumentasi merupakan
dasar menentukan tindakan korektif.
D. Menentukan tindakan korektif
Setelah analisis dan penyelidikan suatu deviasi, auditor harus
menjawab dua pertanyaan, yaitu :
1. Tindakan korektif apa yang harus diambil?
2. Apakah tindakan korektif dapat diterapkan?
Pertanyaan kedua sering paling sulit dijawab karena auditor perlu
mempertimbangkan faktor-faktor seperti hubungan biaya atau manfaat,
perusahaan yang lain. Semua tindakan korektif yang diusulkan perlu
didiskusikan dengan orang yang terlibat untuk mendapatkan ide dan
kerjasamanya.
E. Melaporkan hasil audit manajemen
Walaupun laporan formal dapat dianggap sebagai langkah terakhir
dalam audit manajemen, laporan informal harus dibuat selama audit.
Sebagai contoh, apabila auditor menemukan suatu inefisiensi yang serius
selama survei pendahuluan, ia harus diselidiki, dinilai, dan dilaporkan
segera daripada menunggu audit selesai. Laporan formal biasanya termasuk
:
1. Suatu konferensi dengan supervisor bagian divisi pada saat
selesainya audit
2. Suatu laporan audit yang tertulis kepada departemen atau
divisi yang termasuk temuan audit secara terinci dan rekomendasi
3. Suatu laporan audit yang tertulis kepada manajemen
puncak atau panitia audit dari dewan direksi dengan meringkaskan
hanya temuan audit yang lebih signifikan dari rekomendasi
Karena ekonomisasi dan efisiensi adalah istilah yang relatif (relative
term), seorang auditor tidak menyatakan pendapat apakah suatu operasi
dilakukan pada tingkat ekonomis dan efisien. Melainkan auditor harus
melaporkan temuan khusus dan simpulan. Tidak ada bentuk laporan yang
standar dari suatu audit manajemen, akan tetapi beberapa masalah akan
pendahuluan harus menguraikan operasi yang diaudit, periode waktu yang
tercakup, dan keterbatasan pada ruang lingkup pekerjaan auditor. Paragraf
yang lain harus memberikan penilaian yang menyeluruh dari operasi dan
penilaian performanya. Ini dapat diikuti suatu bagian yang menyajikan
temuan yang terinci berdasarkan masalah individu. Dilaporan ini penting
untuk melaporkan baik temuan yang baik maupun yang jelek. Memberikan
kredit yang tepat untuk performa yang baik mempromosikan suatu kesan
(image) yang obyektif dari auditor dan mendorong kerjasama dengan
auditor pada masa yang akan datang. Temuan yang jelek harus termasuk
suatu uraian deviasi, tindakan korektif yang diusulkan dan komentar oleh
personel departemen atau divisi. Paragraf akhir dapat menyatakan apresiasi
auditor untuk kerjasama dan bantuan yang diterima selama audit. Penemuan
tindakan korektif aktual yang diambil terhadap temuan termasuk dalam
laporan adalah tanggung jawab manajemen dan biasanya diluar lingkup
auditor.
2.12. Program Audit Manajemen Keuangan
Pada audit manajemen masing-masing program pemeriksaan untuk
masing-masing tahap pemeriksaan mempunyai karakteristik dan penekanan yang
berbeda. Program audit pada tahap perencanaan dan pengumpulan bukti-bukti
performa dititikberatkan pada usaha untuk memperoleh informasi umum seputar
keuangan dan informasi latar belakang perusahaan yang memadai sehingga
penentuan mengenai informasi latar belakang mana yang harus diperoleh, dimana
dapat diperoleh, dan apa yang harus dilakukan kalau sudah diperoleh.
Program audit pada tahap perencanaan dan pengumpulan bukti-bukti
umumnya kurang terinci dibanding dengan program audit pada tahap analisis dan
penentuan tindakan korektif. Program audit pada tahap perencanaan akan memuat
sasaran audit dalam arti luas dan garis besar pedoman untuk mencapai sasaran
audit. Sedangkan program analisis dan penentuan tindakan korektif haruslah lebih
terinci dan spesifik karena pada tahap ini area audit yang lebih sempit telah
diperoleh (Setyawan, 1988, h.39-40).
2.13. Prinsip Manajemen Keuangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prinsip adalah dasar atau asas
yang menjadi pokok untuk berpikir atau bertindak. Sedangkan manajemen
keuangan adalah segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan,
dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Oleh karena itu,
fungsi pembuatan keputusan dari manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga
area utama, yaitu keputusan sehubungan dengan investasi, pendanaan, dan
manajemen aktiva (Van Horne, 1986, h.2). Jadi yang dimaksud dengan
prinsip-prinsip manajemen keuangan adalah dasar atau asas yang menjadi pokok untuk
berpikir dan bertindak dalam melakukan segala aktifitas yang berhubungan
dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva. Dalam penelitian ini
untuk mengetahui dukungan bagian keuangan terhadap sasaran finansial
perusahaan.
2.14. Kriteria Perencanaan Keuangan
Perencanaan keuangan yang baik harus dapat memberikan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dapat dirumuskan dalam enam pertanyaan,
yaitu (Wursanto, 1987, h.43 – 44) :
A. Apa (What)
Apa menanyakan : apa yang menjadi tujuan, apa yang akan
dikerjakan, apa yang direncanakan. Jawaban dari pertanyaan ini
menunjukkan tentang tujuan (Objective), dan sasaran (Target), yang hendak
dicapai dalam waktu yang relative pendek (short term), dan waktu panjang
(long term), sehingga dari sana dapat disusun suatu rencana jangka pendek
dan rencana jangka panjang.
B. Mengapa (Why)
Mengapa menanyakan sebab-sebab mengapa tujuan itu yang akan
dicapai, mengapa jenis kegiatan itu yang harus dikerjakan. Jawaban
terhadap pertanyaan ini memberikan alasan-alasan kenapa perencanaan itu
dibuat, sehingga diperoleh pengertian yang lebih jelas dan terperinci tentang
latar belakang pemikiran perencanaan tersebut.
C. Dimana (Where)
Dimana menanyakan hal yang berhubungan dengan lokasi atau
memberikan jawaban penentuan tentang tempat kerja (lokal, geografis) dan
letak tingkatan pelaksanaan suatu rencana, seperti tingkatan pusat atau
daerah.
D. Kapan (When)
Kapan menanyakan hal yang berhubungan dengan waktu, kapan,
bilamana rencana itu akan dilaksanakan.
E. Siapa (Who)
Siapa menanyakan orang : siapa penanggung jawab rencana itu,
siapa akan diberi tugas melaksanakan rencana itu, baik untuk tenaga
manajemen maupun untuk tenaga pelaksanaannya.
F. Bagaimana (How)
Bagaimana menanyakan cara : bagaimana melaksanakannya,
bagaimana mengerjakannya. Dengan pertanyaan ini dimaksudkan untuk
mendapatkan keterangan-keterangan tentang cara-cara, metode pelaksanaan
dengan memperhatikan faktor kemampuan dan sumber daya. Faktor-faktor
tersebut perlu diinventarisasi terlebih dahulu sehingga pelaksanaan rencana
tidak mengalami hambatan.
2.15. Prinsip Organisasi
Organisasi formal disusun berdasarkan prinsip atau asas yang berlaku.
Salah satu prinsip yang paling banyak dianut dewasa ini, yakni teori kontinjensi
(bersyarat), menyatakan bahwa setiap perusahaan tergantung pada seperangkat
oleh keadaan khusus (yaitu, industri, kewajiban hukum, proses internal, dan
lain-lain) yang dihadapi perusahaan. Namun prinsip yang paling banyak dianut
didasarkan teori organisasional yang klasik atau tradisional. Prinsip ini meliputi
(Wilkinson, 1992, h.35 – 36) :
A. Wewenang
Merujuk pada kekuasaan manajer untuk menuntut keparuhan. Wewenang
didelegasikan kepada tingkatan manajer yang lebih rendah. Kadar wewenang
yang didelegasikan harus seimbang dengan tanggung jawab yang dibebankan
untuk mencapai sasaran khusus. Jadi, jika manajer produksi bertanggung jawab
untuk mempertahankan mutu produk, dia harus memiliki wewenang lengkap atas
pengelolaan pengendalian mutu.
B. Kesatuan Perintah
Merujuk pada kejelasan jalur wewenang dimana setiap karyawan hanya
melapor pada seorang atasan. Jika prinsip ini dilanggar, mungkin sekali akan
terjadi kesimpangsiuran. Misalnya seorang klerk yang melapor kepada dua
manajer dan menerima perintah yang saling bertentangan, tentu akan bingung
mau mengikuti yang mana. Mungkin dia akan mengikuti yang satu dan
mengabaikan yang lain atau mengabaikan keduanya.
C. Rentang Manajemen
Rentang manajemen disebut juga sebagai rentang kendali, merujuk pada
jumlah bawahan yang melapor kepada seorang atasan. Rentang manajemen sangat
berbeda-beda. Rentang yang luas mengurangi tingkatan manajerial dan hasilnya,
pergerakan komunikasi ke tingkatan manajemen yang lebih tinggi, akan tetapi jika
rentang itu terlalu luas, mungkin manajer tingkat tinggi akan menerima lebih
banyak informasi daripada yang dapat mereka tanggapi atau mereka serap.
D. Pembagian Kerja
Merujuk pada segmentasi operasi. Pembagian kerja mempunyai dua
keunggulan, yaitu memungkinkan karyawan dan manajer berspesialisasi dan
membantu perusahaan mengendalikan berbagai operasi dengan lebih efektif.
Harus diperhatikan bahwa satu masalah yang dikenal sebagai suboptimisasi dapat
terjadi apabila pekerjaan dibagi pada unit-unit. Suboptimisasi, yang
mengakibatkan perusahaan tidak bisa mencapai keseluruhan sasarannya, terjadi
karena adanya pertentangan sasaran dan komunikasi yang tidak beres antar unit
kerja. Misalnya, bagian keuangan tidak bersedia meminjamkan uang dengan suku
bunga tinggi meskipun dibutuhkan bagian pemasaran untuk membangun ruang
pamer. Kendatipun ruang pamer itu dapat memperbesar penjualan dan laba,
namun bagian keuangan menolaknya karena terpaku pada sasarannya sendiri :
menghemat dana dengan meminimumkan biaya keuangan.
2.16. Prinsip Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Moscove dalam Baridwan, 1993, h.3 sistem informasi akuntansi
adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengklasifikasikan,
mengolah, menganalisa, dan mengkomunikasikan informasi finansial dan
pengambilan keputusan yang relevan kepada pihak luar perusahaan dan pihak
dasar atau asas yang menjadi pokok untuk berpikir dan bertindak dalam
mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa, dan
mengkomunikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang relevan
kepada pihak luar perusahaan (seperti kantor pajak, investor, dan kreditor) dan
pihak intern (terutama manajemen). Prinsip pengendalian sistem informasi
akuntansi ini meliputi (Romney, 2004, h.236 – 244 ) :
A. Otorisasi Transaksi dan Kegiatan yang Memadai
Para pegawai melaksanakan tugas dan membuat keputusan yang
mempengaruhi aset perusahaan, oleh karena itu pihak manajemen kekurangan
waktu dan sumber daya untuk melakukan supervisi setiap aktivitas dan keputusan,
mereka membuat kebijakan untuk diikuti oleh para pegawai, dan kemudian
memberdayakan mereka untuk melaksanakannya. Pemberdayaan ini, yang disebut
sebagai otorisasi, yang merupakan bagian penting dari pengendalian dan prosedur
organisasi. Otorisasi sering kali didokumentasikan sebagai penandatanganan,
pemberian tanda paraf, atau memasukan kode otorisasi atas dokumen atau catatan
transaksi. Para pegawai yang memproses transaksi harus memverifikasi
keberadaan otorisasi yang sesuai. Auditor meninjau transaksi untuk memverifikasi
otorisasi yang memadai, karena ketidak beradaan otorisasi yang memadai
menunjukan kemungkinan masalah pengendalian.
B. Pemisahan Tugas
Pengendalian internal yang baik mensyaratkan bahwa tidak ada pegawai
yang diberi tanggung jawab terlalu banyak. Seorang pegawai seharusnya tidak
atau kesalahan yang tidak disengaja. Pemisahan tugas yang efektif dicapai ketika
fungsi-fungsi berikut ini dipisahkan :
1. Otorisasi : menyetujui transaksi dan keputusan
2. Pencatatan : mempersiapkan dokumen sumber, memelihara catatan
jurnal, buku besar dan file lainya, mempersiapkan rekonsiliasi,
serta mempersiapkan laporan kinerja.
3. Penyimpanan : menangani kas, memelihara tempat penyimpanan
persediaan, menerima cek yang masuk dari pelanggan, menulis cek
atas rekening bank organisasi.
Apabila dua dari ketiga fungsi tersebut merupakan tanggung jawab satu
orang, maka akan mucul masalah.
C. Desain Penggunaan Dokumen serta Catatan yang Memadai
Desain dan penggunaan catatan yang memadai membantu untuk
memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang
berkaitan. Bentuk dan isinya harus dijaga agar tetap sesederhana mungkin untuk
mendukung pencatatan yang efisien, meminimalkan kesalahan pencatatan, dan
memfasilitasi peninjauan serta verifikasi. Dokumen-dokumen yang mengawali
sebuah transaksi harus memiliki ruang untuk otorisasi. Dokumen-dokumen yang
dipergunakan untuk memindahkan aset ke orang lain harus memiliki ruang untuk
tanda tangan pihak penerima aset. Dalam rangka mengurangi kesempatan
penggunaan dokumen untuk penipuan, dokumen harus diberikan nomer urut yang
Jejak audit yang baik memfasilitasi pelacakan kesetiap transaksi melalui sistem,
perbaikan kesalahan, dan verifikasi output sistem.
D. Penjagaan Aset dan Catatan yang Memadai
Ketika orang berpikir tentang penjagaan aset, mereka sering kali berpikir
tentang kas dan aset fisik, seperti persediaan dan perlengkapan. Akan tetapi,
dimasa sekarang ini, salah satu aset terpenting perusahaan adalah informasi. Oleh
sebab itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga baik aset berupa
informasi maupun fisik. Prosedur-prosedur berikut ini menjaga aset terhadap
pencurian, penggunaan tanpa otorisasi, dan vandalisme :
1. Mensupervisi dan memisahkan tugas secara efektif.
2. Memelihara catatan aset, termasuk informasi, secara akurat.
3. Membatasi aset secara fisik ke aset (mesin kas, lemari besi, kotak
uang, dan akses terbatas ke safe deposit box kas, sekuritas dan aset
dalam bentuk surat-surat berharga. Area penyimpanan yang
terlarang, dipergunakan untuk melindungi persediaan).
4. Melindungi catatan dan dokumen (area penyimpanan tahan api,
kabinet file yang terkunci, dan lokasi pendukung diluar kantor,
merupakan cara yang efektif untuk melindungi catatan dan
dokumen. Akses ke cek kosong serta dokumen harus dibatasi
hanya untuk personil yang memiliki otorisasi).
5. Mengendalikan lingkungan (perlengkapan komputer yang sensitif
harus diletakkan dalam ruangan yang memiliki alat pendingin dan
ditinggikan dan diperkuat untuk menghindari banjir dan kejatuhan
benda lainnya).
6. Pembatasan akses ke ruang komputer, file komputer dan informasi.
E. Pemeriksaan Independen atas Kinerja
Pemerikasaan internal untuk memastikan seluruh transaksi diproses secara
akurat adalah elemen pengendalian lainnya yang penting. Pemerikasaan ini harus
independen, karena pemerikasaan umumnya akan lebih efektif apabila
dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi
yang diperiksa.
2.17. Prinsip Sistem Pengendalian Manajemen
Istilah pengendalian manajemen (management control) digunakan untuk
menunjukkan keseluruhan sistem yang ada dalam organisasi, termasuk
didalamnya perencanaan, penetapan kebijaksanaan, dan penetapan prosedur serta
semua praktek yang sebenarnya dilaksanakan oleh organisasi dalam menangani
semua peristiwa yang terjadi dalam suatu entitas. Sedangkan yang dimaksud
dengan prinsip-prinsip sistem pengendalian manajemen disini adalah dasar atau
asas yang menjadi pokok untuk berpikir dan bertindak dalam melaksanakan
keseluruhan sistem yang ada dalam organisasi. Pengendalian manajemen
bertujuan untuk menjamin terlaksananya strategi yang telah dicanangkan secara
efisien dan efektif oleh fungsionaris yang memperoleh limpahan wewenang dan
efektifitas operasi ditinjau dari hasil yang diinginkan (Setyawan, 1988, h.76).
Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh
dalam rangka mencapai tujuan organisasi, sistem pengendalian manajemen terdiri
atas struktur dan proses (Supriyono, 2000, h.27).
2.18. Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen yang Baik
Sistem pengendalian manajemen organisasi yang baik haruslah memiliki
hal-hal berikut (Setyawan, 1988, h.77) :
A. Pernyataan tujuan organisasi
B. Rencana organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan
C. Kualitas dan kuantitas karyawan yang sesuai dengan
tanggung jawab yang dipikul dan pemisahan fungsi yang memadai
D. Sistem pembuatan kebijakan dan praktek-praktek yang
sehat pada masing-masing unit organisasi
E. Sistem review yang efektif pada setiap aras aktivitas guna
memperoleh keyakinan bahwa kebijakan dan praktek yang sehat telah
dilaksanakan sebagaimana telah digariskan.
2.19. Kerangka Pikir Penelitian
PT. IMI merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan
bumbu masak atau penyedap rasa, yang biasanya disebut dengan MSG
(Monosodium Glutamat). Dalam meningkatkan dan mempertahankan
eksistensinya didunia bisnis, perusahaan harus mampu menerapkan
praktek-praktek manajemen yang sehat terutama dalam bidang keuangan perusahaan.
dan keuangan pada bagian keuangan perusahaan agar dapat mengetahui apakah
fungsi bagian keuangan sudah melaksanakan fungsinya dengan baik dalam
mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
Salah satu alat manajemen yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kinerja bagian keuangan perusahaan adalah audit manajemen, dimana melalui
kegiatan ini akan dapat ditemukan hal-hal yang dapat menjadi masalah dimasa
depan atau kelemahan-kelemahan dalam praktek keuangan yang dilakukan
perusahaan, sehingga dapat dilakukan perbaikan secepat mungkin.
Secara kronologis proses pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sebagai
berikut :
A. Mengetahui sasaran finansial perusahaan agar dapat menilai
dukungan bagian keuangan dalam pencapaian sasaran tersebut
B. Mencari dan menemukan fakta tentang perencanaan keuangan
yang diterapkan oleh bagian keuangan perusahaan untuk
mengevaluasi proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan
rencana
C. Mempelajari struktur organisasi perusahaan untuk mengetahui
penyusunan struktur organisasi yang terkait dengan fungsi
keuangan perusahaan
D. Mempelajari sistem pengendalian keuangan dalam perusahaan
untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam
Berdasarkan uraian kronologis diatas, dapat disusun suatu skema kerangka
pikir atas rencana penelitian ini, sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Direktur
Bagian Keuangan
Sasaran Finansial Perusahaan
Perencanaan Keuangan
Struktur Organisasi
Pengendalian Keuangan
Prinsip Sistem Pengendalian
Manajemen dan sistem
informasi akuntansi kebijakan
perusahaan dan prinsip manajemen keuangan
Saran Perbaikan Kekuatan dan
kekurangan
Analisis Data yang Ditemukan Kriteria
perencanaan keuangan yang baik
Keterangan Kerangka Pikir
Bagian keuangan dalam perusahaan bertanggung jawab langsung kepada
direktur utama. Bagian keuangan ini bertanggung jawab atas segala urusan
administrasi perusahaan. Audit manajemen atas bagian keuangan perusahaan akan
dilakukan dengan empat sasaran audit, yaitu :
B. Sasaran finansial perusahaan, untuk mengetahui dukungan
bagian keuangan dalam upaya pencapaian sasaran tersebut
C. Perencanaan keuangan, untuk mengetahui perencanaan
keuangan yang telah diterapkan oleh bagian keuangan perusahaan
D. Struktur organisasi, untuk mengetahui penyusunan struktur
organisasi yang terkait dengan fungsi keuangan perusahaan
E. Sistem pengendalian keuangan, untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan perusahaan dalam melakukan pengendalian keuangan
Dari data yang diperoleh pada empat sasaran audit diatas akan dilakukan
analisis data dan memperbandingkannya dengan prinsip-prinsip manajemen
keuangan, prinsip-prinsip sistem informasi akuntansi, dan prinsip-prinsip sistem
pengendalian manajemen untuk mengevaluasi kinerja bagian keuangan
perusahaan. Dari analisis data yang ditemukan akan diperoleh kekuatan dan
kekurangan sistem keuangan serta pelaksanaannya dalam perusahaan. Hasil
temuan yang diperoleh akan dibuat laporan audit beserta dengan rekomendasi
perbaikan jika ditemukan kekurangan dalam sistem keuangan perusahaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian
A. Obyek dan Lokasi Penelitian
Audit manajemen yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah audit
manajemen atas bagian keuangan pada PT. IMI, yaitu sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bisnis pembuatan bumbu masak (MSG). PT. IMI ini mempunyai
sebuah kantor operasional sekaligus pabrik tempat produksi yang berada di jl. RE.
Martadinata No. 520 Kab. Batang Jawa Tengah.
B. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Indonesia Miki Industries atau biasa disingkat PT. IMI berdiri sejak 1969,
tetapi pada awal berdirinya PT. IMI masih berbentuk CV, dengan nama CV.
Chemical Co, dengan akte pendirian nomor 44 tanggal 30 januari 1969 dan
memulai kegiatan produksinya pada pertengahan tahun 1970. Pada tanggal 11 juli
1970 barulah diurus pengubahan bentuk perusahaan dari CV menjadi PT melalui
UU PMDN dengan nama PT. Miki Chemical Co.
Pada tanggal 29 april 1972, PT. Miki Chemical Co berganti nama lagi menjadi
PT. Indonesia Miki Industries yang pendiriannya disahkan dengan surat keputusan
Menteri Kehakiman tertanggal 27 juli 1972 dengan nomor JA/5/1/12/20 di
Batang, Jawa Tengah dan terdaftar di kantor Pengadilan Negeri Batang tanggal 10