• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN ILMIAH KESPRO FISIOLOGIS p1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN ILMIAH KESPRO FISIOLOGIS p1"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA Nn.S USIA 16 TAHUN DENGAN DISMENORE PRIMER

DI PUSKESMAS GUBUG II

DISUSUN OLEH: OKTARIA NILA KURNIAWATI

P1337424414038 DIV KEBIDANAN/SEMESTER V

PRODI DIV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Ilmiah ini disusun oleh :

Nama : Oktaria Nila Kurniawati NIM : P1337424414038

Kelas : DIV Kebidanan/ Semester V

Laporan Ilmiah Berjudul “ Kesehatan Reproduksi Pada Nn. S Usia 16 Tahun Dengan Dismenorhea Primer di Puskesmas Gubug II ” Dalam Rangka Praktek Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi D-IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2016.

Gubug, 19 Desember 2016

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Lilis Wijayanti, AMKeb Oktaria Nila Kurniawati

Mengetahui, Pembimbing Akademik

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil fisiologis.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal di Prodi DIV Kebidanan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.

Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Lilis Wijayanti AM.Keb selaku bidan pembimbing klinik pada Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

2. Ibu Nur Khafidhoh, S.SiT, M.Kes selaku dosen pembimbing pada Mata Kuliah Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.

3. Rekan-rekan yang mengikuti Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan. 4. Keluarga yang selalu mendukung penulis.

5. Semua pihak yang ikut membantu penulisan makalah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Gubug, 19 Desember 2016

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulanya untuk kehamilan. Walaupun menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik saat menjelang atau selama haid berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu nyeri haid. Nyeri haid dalam istilah medis disebut juga dysmenorrhea (dismenore) atau menstrual cramps.

Dismenore adalah kondisi medis saat haid yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan, ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul. Dismenore adalah keluhan yang sering dialami seorang wanita pada bagian perut bawah saat haid yang disebabkan karena kontraksi uterus (rahim) yang intens. (Winkjosastro,2007)

Dismenore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic biasanya dari enam bulan sampai tahun kedua setelah menarche (menstruasi pertama kali didapatkan perempuan, biasanya perempuan indonesia pada usia 12-14 tahun. Tapi seiring kemajuan jaman usia itu semakin dini saja). Dismenore ini sering hilang pada usia 25 tahun atau setelah perempuan hamil atau melahirkan normal.

Dismenore atau nyeri haid adalah suatu nyeri haid yang demikian hebatnya, sehingga membuat penderita harus beristirahat cukup, bahkan kadang harus memaksa untuk meningalkan pekerjaan sehari-hari. Hal itu yang merupakan suatu gejala yang menyebabkan wanita muda sering pergi ke dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Namun demikian, gejala ini bersifat kadang pula berupa nyeri yang sanggat hebat, meskipun frekuensi dismenore cukup tinggi sudah lama terjadi pada wanita, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat diperankan dengan baik. Sebagai bidan upaya yang dilakukan dengan meningkatkan preventif dan kkuratif dengan cara banyak makan-makanan bergizi, berolah raga, berfikir positif, minum air hangat dll. (Winkjosastro, H. 2007)

(5)

Asuhan kebidanan pada Nn. S usia 16 tahun dengan Disminorhea Primer di Puskesmas Gubug II.

A. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada Nn. S dengan gangguan system reproduksi Dismenorhea Primer secara komprehensif

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif pada pada Nn. S dengan gangguan system reproduksi Dismenorhea Primer

b. Melakukan pengkajian data objektif pada Nn. S dengan gangguan system reproduksi Dismenorhea Primer

c. Melakukan analisa pada Nn. S dengan gangguan system reproduksi Dismenorhea Primer

d. Melakukan penatalaksanaan pada Nn. S dengan gangguan system reproduksi Dismenorhea Primer

B. MANFAAT PENULISAN 1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk study kasus selanjutnya. 2. Bagi Lahan Praktik

Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diharapkan oleh lahan praktik.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat khususnya remaja-remaja tentang penataksanaan dismenorhea primer..

4. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat mengaplikasikan pada penanganan d kalangan remaja.

5. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan kepada remaja tentang penatalaksanaan dismenorhea primer

BAB II

LANDASAN TEORI

(6)

Setiap bulan, secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami peristiwa reproduksi, yaitu menstruasi. Menstruasi merupakan meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma. Peristiwa itu begitu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan mengalami proses tersebut.

Seorang wanita subur, selama kira-kira 38 tahun dalam hidupnya dan setiap bulannya, akan melepaskan sel telur matang yang dikeluarkan secara bergantian dari salah satu indung telur. Pematangan telur dirangsang oleh organ kecil yang berada di dasar otak yang disebut hipofisis.

Selama menstruasi, proses pematangan telur telah dimulai. Sesudah 14 hari, proses pematangan telah selesai dan telur melepaskan diri dari indung telur (ovulasi). Silia yang mengelilingi saluran telur akan menangkap telur tersebut. Melalui saluran telur, telur menuju ke arah ruang rahim. Di saluran telur, sel telur dapat bertemu dengan sperma (benih dari pria) yang datang dari arah yang berlainan (dari ruang rahim).

Telur dapat dibuahi oleh satu benih sperma (ada kira kira 200 juta sperma yang masuk melalui vagina). Jika telur yang telah dibuahi itu sampai ke ruang rahim, selaput lendir ruang rahim telah siap untuk menerima telur. Sebelumnya, rahim telah menerima isyarat melalui hormon esterogen dan progesteron bahwa akan datang sel telur yang telah matang. Selaput lendir ruang rahim mempersiapkan diri dengan baik untuk dapat menerima telur.

Jika dalam perjalanannya telur tidak bertemu dengan sperma, telur akan mati beberapa jam setelah lepas dari indung telur. Selaput lendir ruang rahim seakan-akan sia-sia mempersia-siapkan diri untuk menerima telur. Hipofisis juga memperhatikan hal tersebut. Kira-kira 14 hari setelah pelepasan telur, lapisan paling luar dari selaput lendir rahim (endometrium) diberi isyarat bahwa bagian tersebut perlu mengalami peluruhan . maka secara tiba-tiba, lapisan tersebut lepas atau meluruh sehingga menyebabkan perdarahan. Ha seperti itulah yang dimnamakan haid atau menstruasi.

B. Pengertian Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi adalah perdarahan menstruasi yang tidak normal dalam hal panjang siklus, lama siklus, jumlah darah siklus dan nyeri. Hal ini melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan emdometrium.

(7)

2. Estrogen dihasilkan oleh folikel dan korpus luteum.

3. Peningkatan estrogen depengaruhi hanya oleh corpus luteum. 4. Korpus luteum hanya ada jika terjadi ovulasi.

5. Korpus luteum hanya dapat bertahan ± 10_14 hari. 6. Fase luteal ± 14 hari (hampir selalu tetap).

7. Fase folikulogenesis (proliferasi) bervariasi ±7_21 hari.

C. Pengertian Dismenore

Menstruasi merupakan proses yang dialami dan wajar dalam kehidupan seorang wanita .Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, di antaranya adalah nyeri haid atau dismenore.

Dismenore adalah rasa nyeri pada perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Dismonere biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu, prostaglandin F2 alfa, dari sel-sel endometrium uterus.

Dismenore juga dapat diartikan sebagai haid yang nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Selain itu, Dismenore juga memiliki arti sebagai nyeri uteri pada saat menstruasi. Dismenore primer tidak dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit organik. Intensitas dismonerea bisa berkurang setelah hamil atau pada umur sekitar 30 tahun. Jadi dapat disimpulkan definisi dari disminore adalah nyeri yang dirasakan wanita saat haid.

D. Macam-Macam Dismenore

1. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan dismenore kongestif.

a. Nyeri Dismenore Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah wanita muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula wanita yang tidak mengalami hal seperti itu.

(8)

Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, bra terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas dan sebagainya. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

2. Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder

a. Dismenore Primer

Dismenore primer muncul pada permulaan menstruasi saat menarche, dan biasanya tidak terdapat dasar organik untuk nyeri tersebut, yang diyakini disebabkan oleh aktivitas abnormal saraf dan otot serviks uterus ataupun hormonal. Sering dimulai pada waktu wanita mendapatkan haid hari pertama dan sering dibarengi rasa mual, muntah, dan diare. Gadis dan wanita muda dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang sesudah wanita itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari wanita yang belum pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori itu. Etiologi patogenesis adalah teori prostaglandin terutama prostaglandin F2 alfa. Pada akhir daur haid, kadar progesteron menurun, kadar prostaglandin dalam endometrium (dan darah haid) bertambah. Peninggian kadar prostaglandin ini menyebabkan bertambahnya kontraksi otot uterus, menyebabkan timbulnya iskemi yang menimbulkan rasa sakit

b. Dismenore Sekunder

(9)

sesudah haid pertama dapat dengan mudah ditemukan penyebabnya melalui pemeriksaan yang sederhana. Jika pada usia 40 tahun ke atas timbul gejala nyeri haid yang tidak pernah dialami, penting sekali baginya untuk memeriksakan diri. Rasa nyeri biasanya mulai sebelum datang haid, dapat berlangsung sepanjang haid serta dapat pula disertai keluhan-keluhan lainnya seperti pendarahan banyak, disprareunia serta keputihan nyeri haid sekunder dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

1) Rahim yang terbalik sehingga membuat darah haid tidak mudah dikeluarkan, tetapi penyebab itu lebih jarang daripada yang diperkirakan sebelumnya 2) Benjolan besar atau kecil di rahim dapat menimbulkan keluhan perdarahan

yang banyak atau sering disertai gumpalan darah 3) Mioma uteri

4) Adanya AKDR

5) Peradangan selaput lendir rahim. Hal itu biasanya hanya terjadi-dan jarang terjadi-sesudah persalinan atau keguguran. Peradangan dapat pula terjadi akibat penyakit kelamin yang dilalaikan

6) Pemakaian spiral

7) Endometriosis. Pertumbuhan jaringan lapisan rahim di tempat lain di dalam ruang panggul

8) Fibroid atau tumor 9) Infeksi pelvis

Patogenesis dismenore sekunder yaitu disebabkan karena adanya kadar prostaglandin F2α dalam endometrium meningkat dengan adanya alat kontrasepsi dalam rahim. Faktor antara lain adanya sumbatan dalam uterus, kelainan anatomi rahim, regangan karena bekuan darah ataupun karena pertumbuhan jaringan menyebabkan bertambahnya kontraksi uterus akibatnya bertambah nyeri

E. Tanda dan Gejala Dismenore 1. Dismenore primer

a. Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun b. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur c. Sering terjadi pada nulipara

d. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic

e. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid f. Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic

g. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

(10)

j. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala 2. Dismenore sekunder

a. Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun b. Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur c. Tidak berhubngan dengan siklus paritas

d. Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul

e. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah f. Berhubungan dengan kelainan pelvic

g. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi h. Seringkali memerlukan tindakan operatif i. Terdapat kelainan pelvik

F. Patofisiologi Dismenore

Ada beberapa faktor yang terkait dengan dismenore primer yaitu prostaglandin uterine yang tinggi, aktivotas uteri abnormal, dan faktor emosi/ psikologis. Belum diketahui dengan jelas bagaimana protaglandin bisa menyebabkan dismenore tetapi telah diketahui bahwa wanita dengan dismenore mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi dari pada wanita tanpa dismenore. Dismenore primer biasanya timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen. G. Penatalaksanaan Desminore

Dismenore primer dapat diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa menghalangi sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat NSAIN (Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs) adalah obat yang efektif untuk menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-obat ini adalah Ibuprofen, Naproxen, dan Ketoprofen. Dismenore sekunder diatasi dengan memperbaki penyebab organik.

Bagi sebagian besar wanita, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang menghambat terbentuknya prostaglandin, misalnya ibuprofen, dapat secara efektik mengurangi kram. Asetaminofen kurang membantu, karena bekerja dengan mekanisme yang berbeda dengan obat-obat anti-inflamasi terdahulu. Inhibitor prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal nyeri muncul atau pada tanda pertama pengeluaran darah haid. Hal ini dikarena kram akibat haid yang kuat dapat menyebabkan terjadinya endometris (pertumbuhan jaringan uterus di luar uterus yang menyebabkan nyeri) keluhan dismenore harus selalu dianggap serius dan harus dilakukan upaya untuk mengurangi insidensnya.

Selain itu penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut Prawirohardjo (2009), adalah sebagai berikut :

(11)

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

2. Pemberian obat analgetik.

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesic yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen.

Berdasarkan penelitian, pada saat dismenore, para wanita dapat mengunakan obat analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut yang berasal dari gejala fisik, namun selain gejala fisik mungkin juga ada hal lain yang berhubungan dengan gejala psikologis. Penyembuhan secara psikologis sangat individual tergantung sikap dan mental dalam menghadapinya. Dengan seimbangnya kondisi fisik dan psikologis seseorang pada saat menstruasi, itu akan meningkatkan aktivitas dan dengan meningkatnya aktivitas maka akan meningkat pula produktivitas seseorang. Pada penelitian ini terdapat kelemahan yaitu pada variabel perancu menoragia dan penggunaan obat analgetik, dimana variabel tersebut tidak dikendalikan. (Kurniawati, 2011)

3. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontasepsi.

(12)

Sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada banyak yang dapat anda lakukan sendiri untuk membantu mengurangi kram menstruasi, dan dengan sedikit percobaan, anda pasti dapat menemukan cara untuk membawa kelegaan. Suhu panas merupakan ramuan tua yaitu dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat juga bisa membantu.

Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress dan orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa nyaman. Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi. Salah satunya adalah peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak kemudian secara perlahan menaikkan punggung anda keatas setinggi-tingginya. Vitamin E sebagai Terapi Alternatif Dismenore

Dengan adanya mekanisme efek dari vitamin E dalam biosintesis prostaglandin, dimana prostaglandin berperan dalam menimbulkan sensasi rasa nyeri, maka vitamin E mempunyai peranan dalam mengurangi rasa nyeri haid. Berdasarkan data meta analisis dikatakan vitamin E dosis rendah < 400 IU dan vitamin dosis tinggi adalah ≥ 400 IU (Miller ER, 2005)

Menurut Ziaei (2001), dalam suatu penelitian dengan pemberian vitamin E 500 IU selama 5 hari, dimulai dari hari kedua sebelum hari haid pertama mempunyai perbedaan bermakna dibandingkan dengan placebo dalam mengurangi nyeri haid yang diukur dengan visual analog scale. Dilanjutkan dengan penelitian selanjutnya pemberian dengan dosis yang lebih rendah dengan pemberian Vitamin E 200 IU selama dua sampai empat siklus pada 2 hari sebelum haid sampai hari ketiga haid juga ditemukan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok dalam intensitas nyeri haid yang dinilai dengan visual analog scale

Vitamin E terdapat dalam makanan seperti kacang-kacangan, gandum, papaya, alpukat, tomat, brokoli, minyak zaitun, dan lain sebagainya

H. Hasil penelitian berdasarkan Jurnal Ilmiah

Pengaruh Senam Dismenore terhadap Penurunan Dismenore pada Remaja Putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati

(13)

menunjukkan adanya perbedaan mean penurunan tingkat dismenore pada responden yang melakukan senam dismenore dan responden yang tidak mengalami senam dismenore.

Senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormone endorphin. Hormone ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar β-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Semakin banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar β-endorphin. Seseorang yang melakukan olahraga/senam, maka β-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hypothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi (Harry, 2005)

Kadar endorphin beragam di antara individu, seperti halnya factor-faktor seperti kecemasan yang mempengaruhi kadar endorphin. Individu dengan endorphin yang banyak akan lebih sedikit merasakan nyeri. Sama halnya aktifitas fisik yang berat diduga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam system control desendens (Smeltzer & Bare, 2011)

Hal ini didukung juga penelitian oleh Martchelina (2011) dengan judul “Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Usia 12 – 17 Tahun SMP 31 di Cipedak Kecamatan Jagakarsa” yaitu rata – rata penurunan tingkat nyeri pada pengukuran pertama sebesar 5,6%. Rata – rata penurunan tingkat nyeri pada pengukuran kedua sebesar 3,2%, dari kedua hasil tersebut dapat diketahui terdapat selisih penurunan sebesar 2,4%. Hasil dari p-value sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh senam dismenore terhadap penurunan tingkat nyeri saat menstruasi pada remaja putri di SMP 31 Cipedak Kecamatan Jagakarsa.

(14)

ovulasi. Dismenore akan semakin berkurang dan hilang dengan sendirinya dengan semakin bertambanya umur (Proverawati & Misaroh, 2009).

Peningkatan kadar prostaglandin terjadi pada akhir fase luteal atau pada fase menstruasi yaitu pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3 dalam siklus menstruasi. Gambaran klinis dismenore primer termasuk onset segera setelah menstruasi pertama dan biasanya berlangsung sekitas 48 – 72 jam, sering mulai beberapa jam sebelum atau sesaat setelah menstruasi (Anurogo & Wulandari, 2011).

Peningkatan kadar prostaglandin yang diimbangi dengan senam yang menghasilkan endorphin maka diharapkan nyeri dapat berkurang. Senam dilakukan setiap sore hari karena konsentrasi endorphin terendah ditemukan pada saat malam hari dan tertinggi pada saat pagi hari (Harry, 2005).

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA Nn.S USIA 16 TAHUN DENGAN DISMENORE PRIMER

DI PUSKESMAS GUBUG II

PENGKAJIAN:

Tanggal : 19 Desember 2016 Jam : 10.00 WIB

Tempat : Puskesmas Gubug II

IDENTITAS PASIEN:

Identitas Pasien Identitas Penanggung jawab : Ibu Nama : Nn. S

Umur : 16 tahun Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Pelajar

Suku bangsa : Jawa, Indonesia

Nama : Ny S Umur : 43 tahun Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Swasta

(15)

Alamat : Jeketro Alamat : Jeketro

A. DATA SUBYEKTIF 1. Alasan Datang:

Nn S mengatakan ingin memeriksakan keadaannya. 2. Keluhan Utama:

Nn S mengatakan nyeri perut pada saat menstruasi. Ini adalah menstruari hari ke-2 3. Riwayat Kesehatan:

a. Sekarang :

Nn S mengatakan saat ini tidak pernah/tidak sedang menderita penyakit jantung, penyakit ginjal, asma, diabetes mellitus, alergi dan PMS

b. Yang lalu:

Nn S mengatakan dahulu tidak pernah menderita menderita penyakit jantung, penyakit ginjal, asma, diabetes mellitus, alergi dan PMS

c. Keluarga :

Nn S mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, penyakit ginjal, asma, diabetes mellitus, alergi dan PMS

4. Riwayat Haid

Menarche : Usia 13 tahun Siklus : 28 hari Lama : 7 hari

Nyeri Haid : Nyeri sejak hari pertama menstruasi Banyaknya : Ganti pembalut 3 kali sehari Warna Darah : Merah kehitaman

5. Riwayat Perkawinan :

Nn S mengatakan belum pernah menikah.

6. Riwayat KB :

Nn S mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Nn S mengatakan belum pernah hamil, melahirkan, dan mengalami masa nifas

(16)

a. Pola Nutrisi

Makan : Frekuensi 3 kali sehari, porsi 1 piring Lauk pauk : tempe, tahu, telur Minum : Frekuensi 6-8 gelas sehari

Jenis : air putih b. Pola Eliminasi

BAB : Frekuensi 1 kali sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek BAK : Frekuensi 2-4 kali sehari, warna kuning jernih.

c. Pola aktivitas

Sehari-hari melakukan kegiatan sekolah, menyapu, mengepel, mengaji, dll d. Pola istirahat

Tidur siang : ± 1 jam (pukul 14.00-15.00 WIB ) Tidur malam : ± 7 jam (pukul 22.00 – 05.00 WIB) e. Pola sexual

Frekuensi : -Contact bleeding :

-Keluhan : Nn.S mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual karena belum menikah

f. Pola higiene

Mandi : 2 kali sehari Sikat gigi : 2 kali sehari Keramas : 3 kali seminggu Ganti pakaian : 1 kali sehari Ganti celana dalam : 2 kali sehari g. Psiko, social, spiritual, cultural

Psikologis : Nn.S sangat terganggu aktifitasnya dikarenyakan nyeri perut Sosial : Keluarga Nn.S menyarankan untuk periksa keadaannya Spiritual : Pada saat ini Nn.S sedang tidak diperbolehkan beribadah

Cultural : Kebudayaan yang dianut Nn.S tidak ada hubungan dengan nyeri haid yang dirasakannya

9. Tingkat Pengetahuan

Nn.S mengatakan bahwa belum mengetahui mengenai kesehatan reproduksi apapun

B. DATA OBYEKTIF: 1. Pemeriksaan Umum:

Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis

Tensi : 100/60 mmHg Nadi : 80 x/mnt

Suhu /T : 37 oC RR : 22 x/mnt

(17)

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bentuk mesocephal, persebaran rambut merata, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut tidak mudah rontok. Muka : Simetris, konjungtiva pucat, sklera sedikit ikterik Hidung : simetris, tidak ada polip, secret dalam batas normal

Bibir : sedikit pucat, tidak ada perdarahan gusi, gigi lengkap, tidak ada gigi berlubang, tidak ada karies gigi

Telinga : simetris, serumen dalam batas normal, pendengaran baik Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan

vena jugularis.

Dada : Cardio dan pulmo dalam batas normal.

Perut : Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas : Simetris, jari-jari lengkap, tidak ada oedem, akral tidak dingin, turgor kulit baik

Diagnosis : Nn.S usia 16 tahun dengan dismenore primer Masalah : Nyeri haid

Kebutuhan : Pemberian penkes mengenai cara mengurangi nyeri haid

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu mengenai hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam keadaan normal Hasil : Nona mengetahui hasil pemeriksaan dalam keadaan normal

2. Memberitahu Nona bahwa nyeri haid merupakan hal wajar yang dialami pada saat mentruasi

Hasil : Nona mengetahui dan mengerti mengenai nyeri haid yang dialami anaknya 3. Memberitahu Nona cara pengurangan nyeri saat menstruasi yaitu dengan kompres

air hangat

Hasil : Nona mengerti dan bersedia melakukan kompres air hangat bila nyeri

4. Menganjurkan Nona untuk banyak mengkonsumsi makan makanan yang mengandung zat besi agar sel darah merah dalam tubuh meningkat sehingga tidak terjadia anemia dan lemas

Hasil : Nona mengerti dan bersedia untuk banyak mengkonsumsi makan makanan yang mengandung zat besi

5. Memberikan obat asam mefenamat 3x1 dan antacid 3x1

(18)
(19)

Setelah melakukan asuhan gangguan kesehatan reproduksi kepada Nn. S dengan dismenorhea primer maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai penanganan dismenorhea ini, pengkajian, analisa, dan planning yang telah penulis lakukan antara lain :

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung penetapan diagnosa.

Persamaan dan perbedaan pengkajian antara teori dan praktek

PENGKAJIAN TEORI PRAKTEK

Alasan datang Ada alasan datang dan keluhan utama pasien

Kesadaran, TD, N, RR, T Sama dengan teori

(20)

Pemeriksaan obstetri

Muka, payudara, abdomen, genetalia

Hanya muka saja

2. Analisa

Analisa yang ada pada praktek umumnya sudah sesuai dan sama dengan teori asuhan nifas. 3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gangguan kesehatan reproduksi pada Nn. S dengan Dismenorhea antara teori dengan praktik tidak terdapat kesenjangan. Diantaranya sesuai teori untuk menghilangi rasa nyeri saat haid di lakukan kompres hangat pada bagian yang nyeri, sama dengan yang dilakukan saat praktik. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik pada asuhan gangguan kesehatan reproduksi ini.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

1. Dari data subjektif tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek

(21)

3. Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam analisa

4. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dalam penataksanaan A. SARAN

1. Sebagai tenaga kesehatan, sebaiknya melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk mendapat data yang lebih akurat dan komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Hartanto. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Harapan.

Manuaba, I. 2007. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena- fenomena yang telah dipaparkan diatas terlihat bahwa peran Bidang Pembinaan Penempatan Dan Perluasan Kesempatan Kerja pada Dinas Tenaga Kerja

[r]

Khuluq dan khalaq adalah dua kata yang dapat ditemukan dalam satu kalimat...Al Ghazali lebih jauh menjelaskan bahwa khuluq (akhlak) merupakan kondisi kejiwaan

Duration of storage time of beef with soy protein hydrolysate increased the peroxide value, and the color, texture, flavor, juiciness, tenderness, and the acceptability scores

Penelitian ini membahas tentang “ Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan dan Kualitas Informasi Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online di Tokopedia (Studi Kasus pada

Subtansi berikutnya adalah menganalisis aspek ekonomi Perusda Kota Tarakan meliputi jumlah unit usaha yang dikelola oleh Perusda Kota Tarakan, perkembangan

Senam lansia pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam dapat meningkatkan fungsi jantung dan

pertimbangan yang sering digunakan konsumen dalam memilih suatu jenis produk.. dan memudahkan pembelian konsumen. Citra merek dalam suatu pasar akan. membantu konsumen