• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Atas Air Bersih dan Aman sebagai Hak Asasi Manusia T1 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Atas Air Bersih dan Aman sebagai Hak Asasi Manusia T1 BAB III"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

27

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A.

Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum tentang Masalah Air Bersih dan Aman

Pada saat ini 76% dari penduduk dunia memiliki ketersediaan air kurang dari 5.000 m3 per kapita per tahun, dengan 35% penduduk mendapatkan pasokan air yang sangat rendah. Situasi ini akan semakin memburuk di awal abad berikutnya: pada tahun 2025 sebagian besar penduduk bumi akan hidup di dalam kondisi kekurangan air.1

Total volume air di bumi berjumlah 1.400 juta km3dimana hanya 2,5%, atau sekitar 35 juta km3, adalah air. Sebagian air dalam bentuk permanen seperti es dan salju, terperangkap di Antartika dan Greenland, atau dalam air bawah tanah. Sumber air yang dimanfaatkan manusia adalah sungai, danau, embun yang berada di tanah, dan air bawah tanah yang membentuk kolam. Porsi pemanfaatan sumber ini hanya sekitar 200.000 km3dari jumlah air yang tersedia – kurang dari 1% dari jumlah air dan hanya 0,01% dari jumlah air yang berada di bumi.2

1

Igor A Shiklomanov; World Water Resources: A New Appraisal and Assessment for The 21st Century. Paris, France: UNESCO; 1998; dalam Hary Jocom, Danial D Kameo, Intiyas Utami, A. Ign. Kristijanto; Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP; Air dan Konflik: Studi Kasus Kabupaten Timor Tengah Selatan; JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 14 Issue 1: 51-61 (2016), h. 52; Lihat uraiannya dalam:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=476405&val=1315&title=Air%20dan%20Konfli k:%20Studi%20Kasus%20Kabupaten%20Timor%20Tengah%20Selatan

Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 09.21 WIB.

2 Igor A Shiklomanov; World Fresh Water Resources. In Water in Crisis a Guide to the World’s Fresh Water Resources, edited by Peter H. Gleick, 13–24. New York: Oxford University Press.; dalam Hary Jocom, Danial D Kameo, Intyas Utami, A. Ign. Kristijanto; Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNDIP; Air dan Konflik: Studi Kasus Kabupaten Timor Tengah Selatan; JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 14 Issue 1: 51-61 (2016), h. 52; Lihat uraiannya dalam:

(2)

28

Ercin dan Hoekstra (2014) mengemukakan bahwa faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi masa depan sumber daya air global adalah: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, perubahan pola produksi dan perdagangan, meningkatnya persaingan atas air karena meningkatnya permintaan untuk keperluan rumah tangga, industri dan pertanian dan cara di mana berbagai sektor masyarakat akan merespon meningkatnya kelangkaan air dan polusi. Faktor-faktor ini juga disebutkan dalam Global Water Futures 2050, sebuah studi persiapan tentang bagaimana membangun generasi yang akan datang atas skenario air oleh UNESCO dan United Nations World Water Assessment Program (Cosgrove dan Cosgrove, 2012; Gallopin, 2012 dalam Ercin dan Hoekstra, 2014). Dalam studi ini Ercin dan Hoekstra (2014) menyebutkan ada sepuluh faktor pendorong penting yang berhasil diidentifikasi untuk menilai sumber daya air dalam waktu jangka panjang: demografi, ekonomi, teknologi, persediaan air, infrastruktur air, iklim, perilaku sosial, kebijakan, lingkungan dan pemerintahan(Ercin and Hoekstra 2014). Ercin dan Hoekstra (2014) membandingkan ruang lingkup kajian tentang kebutuhan akan air dengan skenario kajian kebutuhan air lainnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dari hasil komparasi disimpulkan bahwa tak satu pun dari studi skenario global membahas pertanyaan tentang bagaimana alternatif pilihan konsumen mempengaruhi status masa depan sumber daya air kecuali Rosegrant et al. (2002,2003) dalam Ercin dan Hoekstra (2014). Selain itu, hubungan antara kecenderungan konsumsi, perdagangan, pembangunan sosial dan ekonomi belum pernah terintegrasi.3

Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 09.21 WIB.

3

(3)

29

Sekitar sepertiga dari populasi dunia hidup di negara yang memiliki ketersediaan air yang minim – yang mana air konsumsi lebih dari 10% merupakan hasil olahan dari sumber air yang ada. Dari 80 negara, 40% dari populasi dunia mengalami penderitaan yang serius karena kekurangan air pada pertengahan tahun 1990-an dan hal ini diprediksikan dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun mendatang dua per tiga penduduk dunia akan hidup di negara yang mengalami krisis air. Pada tahun 2020, pemakaian air akan meningkat sampai 40%, dan lebih dari 17% air akan dibutuhkan untuk produksi bahan pangan seiring dengan pertambahan populasi manusia dunia yang semakin meningkat (UNEP 2012).4

Meningkatnya jumlah penduduk dunia, yang berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan konsumsi air bersih dan pangan, mendorong peningkatan jumlah produksi pangan (Mekonnen and Hoekstra 2011), sedangkan di sisi lain lahan pertanian semakin berkurang akibat terjadinya alih fungsi lahan (SIDA 2005). Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan air berkisar 25% dan 57% (Molle and Mollinga 2003), baik untuk sektor pertanian, industri, dan air bersih (Mekonnen and Hoekstra 2011; SIDA 2005; UNEP 2012). Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksi bahwa peningkatan jumlah populasi penduduk dunia dari sekitar 7 Milyar penduduk menjadi 9,6 Milyar pada tahun 2050, dan negara berkembang berkontribusi besar terhadap peningkatan jumlah penduduk (+41%) (Bringezu et al. 2014).5

Khusus tentang air bersih dan aman, dampak memburuknya pasokan air bersih di dunia yang terjadi atau diprediksikan akan terjadi di masa mendatang antara lain ditunjukkan oleh data yang dilansir WWF pada 2007:

4

Ibid, h. 54.

5

(4)

30

a. Pada pertengahan abad ini, tujuh milyar jiwa di 60 negara mungkin akan menghadapi kelangkaan air (setidaknya dua milyar di 48 negara saat ini sudah menghadapinya);

b. Lebih dari 1,5 miliar jiwa tidak memiliki akses langsung air minum, dan jika pola konsumsi ini terus berlanjut, setidaknya dalam kurun 20 tahun mendatang kira2 hampir populasi setengah penduduk dunia akan tinggal di daerah aliran sungai yang kritis;

c. Lima juta jiwa, sebagian besar anak-anak, meninggal setiap tahun karena penyakit karena mengkonsumsi air berkualitas buruk.6

Menurut UNESCO (1978), volume total air dunia sebesar ± 1,8 milyar kilometer kubik, dan sekitar 11 juta meter kubik air tawar berada di permukaan dan dalam tanah, dan itu yang bisa kita manfaatkan saat ini. Sebagian besar sisanya adalah air laut. Jika dikatakan air tawar sudah mengalami krisis saat ini, maka sebenarnya masih terdapat air laut yang masih bisa dimanfaatkan.7

Arab Saudi, Bahrain dan Kuwait telah memanfaatkan air laut untuk dijadikan air bersih dengan menggunakan teknologi Desalinasi Air laut (desalinasi thermal) telah lama digunakan di Arab Saudi, Bahrain, Kuwait. Tetapi metode ini sangat boros energi. Kini beberapa negara juga sudah menggunakan teknologi yang lebih baru, yakni menggunakan metode reverse osmosis. Dengan teknologi ini, Israel sudah dapat memproduksi air tawar sebanyak 16.000 liter per detik. Contoh lain negara yang menggunakan teknologi ini adalah Singapura. Negara ini berupaya membebaskan ketergantungan pasokan air yang selama ini bergantung kepada

6

Samsuhadi Samoen; Air Bersih dan Permasalahannya; Persatuan Insinyur Endonesia; Mengelola Air Bersih; Engineer Weekly, No. 02 W. 1 Maret 2016, h. 4; Lihat uraiannya dalam:

http://pii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf

Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 09.09 WIB.

(5)

31

Malaysia. Spanyol juga sudah memiliki instalasi desalinasi yang dapat memproduksi total 32.000 liter per detik air tawar.8

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (The Sustainable Development Goals), atau dikenal sebagai Global Goals (Tujuan Global) yang dibangun berdasarkan

Millenium Development Goals (MDGs) yang memiliki delapan target anti kemiskinan dan dunia telah berkomitmen untuk mencapainya pada 2015. MDGs, yang diadopsi pada 2000, yang ditujukan untuk mengatasi berbagai masalah termasuk pengurangan kemiskinan, kelaparan, penyakit, ketidaksetaraan gender, serta akses terhadap air dan sanitasi. Kemajuan besar telah dibuat pada MDGs, yang ditunjukkan oleh nilai agenda sebagai pemersatu didukung oleh tujuan dan target. Meskipun telah mencatat sejumlah keberhasilan ini, pengentasan kemiskinan belum berakhir. SDGs memiliki agenda keberlanjutan yang lebih luas dan jauh dibandingkan dengan MDGs dengan tujuan untuk mengatasi akar penyebab kemiskinan dan kebutuhan terpenuhinya kebutuhan universal untuk pembangunan yang ditujukan bagi semua orang. SDGs memiliki 17 tujuan dan terkait dengan pemanfaatan air seperti tercantum dalam tujuan 6.4 yang menargetkan pada 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi penggunaan air di semua sektor, memastikan pemanfaatan air secara berkelanjutan, pasokan air tawar untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara substansial mengurangi jumlah orang yang menderita kelangkaan air (ICSU, ISSC (2015).9

8 Ibid.

9

Eddy Kiswanto dan Agus Joko Pitoyo; Gunakan Air Secara Bijak – Ciptakan Perilaku Hemat Air;

Policy Brief; Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan – Universitas Gajah Mada; Yogyakarta, 2016, h. 1; Lihat uraiannya dalam:

https://cpps.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/PB-No.-23-2016_GUNAKAN-AIR-SECARA-BIJAK-Ciptakan-Perilaku-Hemat-Air.pdf

(6)

32

Secara global, lebih dari tiga perempat miliar orang, sebagian besar adalah penduduk miskin, masih tidak memiliki akses terhadap air yang bersih dan aman, meskipun terdapat fakta bahwa rata-rata sudah memenuhi target global untuk air minum yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs). Target MDG untuk air minum sudah dicapai pada tahun 2010, ketika 89 persen dari populasi global memiliki akses ke sumber air minum - seperti pasokan pipa, sumur bor dilengkapi dengan pompa, dan sumur yang terlindungi.10

Menurut The Economist World Figures in Pocket 2016, pencapaian 100 persen akses air bersih sebenarnya baru bisa diraih negara seperti Singapura dan Korea. Akses terbaik terhadap air bersih selanjutnya ada di, berturut-turut, Malaysia (99,6 %), dan (Brazil 97,5%). Beberapa negara tetangga kita seperti Thailand (95,8%), Vietnam (95%), Philipina (91,8%), juga sudah memiliki akses air bersih yang baik. Sedangkan dua negara besar Asia yaitu India dan China, masing-masing, penduduknya mempunyai akses terhadap air bersih sebesar 92,6% dan 91,9%. Indonesia sendiri, menurut sumber informasi yang sama, baru 84,9% penduduk yang mempunyai akses terhadap air bersih. Artinya masih ada gap 15,1% menuju 100% di tahun 2019.11

Sedangkan menurut UNICEF pada laporannya tahun 2014, persentase orang dengan akses ke sumber air yang baik di Indonesia telah meningkat dari 70 persen pada tahun 1990 menjadi 84 persen pada tahun 2011. Namun, situasinya tidak seragam, akses di daerah pedesaan (76 persen) lebih rendah dibandingkan dengan daerah perkotaan (93 persen). Orang-orang miskin juga mempunyai akses air

10

Rudianto Handojo; Air Bersih (Editorial); Persatuan Insinyur Endonesia; Mengelola Air Bersih;

Engineer Weekly, No. 02 W. 1 Maret 2016, h. 3; Lihat uraiannya dalam:

http://pii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf

Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 09.09 WIB.

(7)

33

bersih yang rendah. UNICEF juga memerkirakan bahwa 1.400 anak di bawah lima tahun meninggal setiap hari karena penyakit diare terkait dengan kurangnya air bersih dan sanitasi serta kebersihan yang memadai . Karena itu, dunia diharapkan tidak pernah berhenti membangun akses air bersih sampai setiap pria, wanita dan anak memiliki air dan sanitasi layak. Yang mungkin mengejutkan, adalah bahwa bahkan di negara-negara berpenghasilan menengah ada jutaan orang miskin yang tidak memiliki air bersih untuk diminum. Target harus ditetapkan pada kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan yang paling sulit dijangkau, yang paling miskin dan yang paling dirugikan.12

Khusus tentang Indonesia, dalam rencana pembangunan infrastruktur dicantumkan bahwa pelayanan air minum di Indonesia pada 2019 harus sudah dapat menjangkau 100% penduduk Indonesia. Saat ini, masyarakat yang dapat dilayani masih di bawah 70%. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, paling tidak masih ada gap lebih dari 30%. Untuk memenuhi pencapaian tersebut, pemerintah mencanangkan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di perkotaan untuk 21,4 juta sambungan rumah (268.680 liter/detik) serta pembangunan SPAM di perdesaan sejumlah 11,1 juta sambungan rumah (untuk 22.647 desa). Ini adalah pekerjaan besar tetapi harus tercapai.13

Pasokan air selalu menjadi kendala utama penyediaan air bersih di Indonesia. Sebagian besar PDAM mengandalkan air baku dari air sungai untuk memasok air ke rumah tangga dan industri. Padahal kualitas sungai dan air sungai telah mengalami penurunan kualitas dari tahun ke tahun akibat kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Apalagi keika musim kemarau panjang tiba, dipastikan

12 Ibid.

(8)

34

ketersediaan air bersih untuk rumah tangga dan industri menyusut, bahkan terhenti. Di masa mendatang, sangat tidak bijaksana untuk menggantungkan ketersediaan air bersih dengan mengandalkan air baku dari air sungai. Diperlukan inovasi teknologi untuk memberikan solusi dalam jangka panjang untuk memproduksi air bersih. Bukan hanya masalah distribusinya.14

Proses siklus hidrologi atau siklus air yang meliputi evaporasi, kondensasi, presipitasi, dan infiltrasi yang menyebabkan terjadinya pergerakan aliran air. Tumbuhan dan tanaman memegang peranan penting dalam proses transpirasi demikian juga energi matahari memegang peranan dalam proses evaporasi. Air dapat terpengaruh oleh wilayah dan aktivitas yang ada yang dilaluinya. Air dapat berwarna jernih di sekitar pegunungan atau berwarna hitam atau pekat di daerah rawa maupun wilayah industri.15

Air dapat digunakan untuk berbagai kepentingan mulai untuk kebutuhan irigasi, pertanian, kehutanan, industri, pariwisata, air minum dan masih banyak lagi kegiatan yang dapat memanfaatkan air untuk berbagai keperluan. Di balik keindahannya, air juga merupakan sumber konflik, terutama untuk masalah pembagian air di daerah-daerah maupun negara-negara yang tidak mempunyai cukup sumber air, khususnya untuk pertanian dan air minum. Air juga dapat berlebih di sebagian daerah, sehingga terjadi banjir dan sebagian lainnya dapat mengalami kekeringan karena kekurangan air. Salah satu sebab terjadinya kejadian tersebut adalah adanya aktivitas manusia yang berlebihan, misalnya

14

Aries R Prima; Insinyur dan Air Bersih (Pemimpin Redaksi); Persatuan Insinyur Endonesia; Mengelola Air Bersih; Engineer Weekly, No. 02 W. 1 Maret 2016, h. 2; Lihat uraiannya dalam:

http://pii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf

Dikunjungi pada Selasa 18 April 2017, pukul 09.09 WIB.

15

Djoko M Hrtono; Sumber Air Baku Untuk Air Minum; Persatuan Insinyur Endonesia; Mengelola Air Bersih; Engineer Weekly, No. 02 W. 1 Maret 2016, h. 6; Lihat uraiannya dalam:

http://pii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf

(9)

35

penggundulan hutan. Laporan dari ICCSR, Bappenas 2010, tentang keseimbangan air, menggambarkan bahwa ketersediaan air di wilayah Kalimantan dan Papua masih menunjukkan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Di Indonesia masalah air ini sangat penting, sehingga setidaknya ada 16 kementerian dan lembaga yang mempunyai kepentingan dalam masalah air ini.16

Untuk keperluan air minum, maka sumber air baku yang dapat digunakan untuk kebutuhan air minum dapat terdiri dari mata air, air permukaan (sungai, danau, waduk, dll.), air tanah (sumur gali, sumur bor) maupun air hujan. Dari segi kualitas air, kualitas mata air relatif jernih dibandingkan dengan kualitas sumber air dari air permukaan pada umumnya, dengan demikian mata air lebih baik digunakan dibandingkan dengan air permukaan. Namun demikian keberadaan mata air ini pada saat ini terus berkurang keberadaannya. Air tanah, yang umumnya mempunyai kandungan besi dan mangan relatif lebih besar dari sumber air yang lain, pemakaiannya juga sudah harus mulai dikurangi atau dihentikan sehubungan dengan masalah penurunan muka tanah. Air hujan yang keberadaannya sangat tergantung musim, masih dapat digunakan sebagai sumber air baku dengan membangun tangki penampungan atau waduk dalam skala besar.17

Air permukaan sebagai sumber air baku, pada saat ini masih menjadi pilihan instalasi pengolahan air minum PDAM. Walaupun dari segi kualitas air, merupakan yang terburuk dibandingkan dengan sumber air baku lainnya. Namun dari segi kuantitas dan kontinuitas masih tersedia dalam jumlah banyak dibandingkan dengan ke 3 (tiga) sumber air baku yang lain. Walaupun demikian,

16 Ibid.

(10)

36

untuk menghasilkan air permukaan ini menjadi air minum, diperlukan instalasi pengolahan agar air dapat diminum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Persoalannya adalah kualitas air permukaan sekarang ini cenderung menurun, baik karena adanya limbah cair yang berupa limbah domestik maupun limbah industri, serta sampah. Peningkatan pencemaran air permukaan sudah sangat tinggi, dibandingkan ketika instalasi pengolahan air minum PDAM yang dibangun pada 30 atau 40 tahun yang lalu dengan kondisi kualitas air yang ada pada saat itu. Untuk itu perlu lebih ditingkatkan sosialisasi agar masyarakat dan industri tidak membuang limbah cair maupun sampah ke air permukaan.18

Pengawasan terhadap badan air perlu lebih ditingkatkan kalau perlu dilakukan tindakan yang berupa denda atau hukuman agar kualitas air permukaan menjadi lebih baik lagi. Jika kualitas air permukaan menjadi lebih baik, kemampuan instalasi pengolahan untuk mengolah air menjadi optimum, dengan demikian masyarakat yang menikmati air minum akan mendapat pelayanan yang lebih baik, yang akan mendorong pertambahan masyarakat yang ingin mendapat pelayanan air minum yang baik.19

18 Ibid.

(11)

37 2. Beberapa Contoh Kasus di Indonesia

Pada bagian ini disampaikan beberapa contoh kasus, yang diambil dari berbagai pemberitaan media, tanpa banyak diubah dari pemberitaan asslinya, untuk memperlihatkan realitas hidup kemasyarakatan yang terkait dengan masalah air bersih dan aman di Indonesia.

a. Karimunjawa: masalah air bersih dan aman karena alih fungsi lahan. Krisis air bersih mengancam wilayah Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.20 Alih fungsi daerah resapan di kawasan perbukitan untuk hotel, rumah inap (homestay), dan sejumlah infrastruktur lain menyebabkan ketersediaan air semakin berkurang, terutama pada musim kemarau. Camat Karimunjawa M Taksin mengatakan, selama ini sekitar 7.000 warga Desa Karimunjawa dan Kemojan, Kepulauan Karimunjawa menggantungkan pasokan air dari sumber air di kawasan perbukitan. Taksin menegaskan, "Namun, dua hingga tiga tahun terakhir, semakin banyak alih fungsi lahan di kawasan tersebut. Akibatnya, masalah air bersih mulai dirasakan warga dan pengelola tempat penginapan." Taksin mengatakan, beberapa tahun terakhir, kawasan perbukitan di Pulau Karimunjawa banyak dibangun berbagai fasilitas publik mulai dari Bandar Udara Dewandaru, kantor pemerintahan, sekolah, hotel, dan homestay. Maraknya pembangunan hotel dan homestay seiring geliat aktivitas pariwisata kepulauan di Laut Jawa tersebut. Menurut dia, perlu terobosan untuk penyediaan air di Kepulauan Karimunjawa. Jika tidak, diperkirakan dalam kurun waktu lima tahun ke depan kawasan tersebut kehabisan pasokan air bersih. Hal ini ironis mengingat

20

Lihat: Gregorius Magnus Vinesso (Penulis) & Laksono Hari Wiwoho (Editor); Karimunjawa Terancam Krisis Air Bersih; Kompas, 11 Januari 2017, Lihat uraian lengkapnya nya dalam:

http://regional.kompas.com/read/2017/01/11/14350031/karimunjawa.terancam.krisis.air.bersih

(12)

38

Karimunjawa telah ditetapkan sebagai satu dari empat destinasi wisata unggulan Jateng bersama Dieng, Borobudur, dan Sangiran. Kekurangan pasokan air terutama dirasakan warga pada Juni-September. Selama itu, debit air resapan dari kawasan perbukitan berkurang. Akibatnya, pihak satuan kerja air di Kecamatan Karimunjawa yang mengelola air resapan itu harus menggilir jatah pengaliran air agar seluruh rumah warga dan tempat penginapan kebagian.

(13)

39

di tingkat kecamatan bisa digantikan pegawai PDAM supaya lebih profesional," ujar Taksin. Sementara itu, Direktur Utama PDAM Jepara Prabowo mengatakan, pihaknya siap mengelola air bersih di Karimunjawa. Saat ini, PDAM telah memiliki konsep pengelolaan air bersih di daerah tersebut. Dua alternatif yang diajukan, yakni pembangunan embung atau membendung teluk di kawasan perbukitan. "Seluruh alternatif butuh kajian lebih dalam. Urusan dana, jika pemerintah berat, kami juga bisa bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pembangunan infrastrukturnya," ujarnya. Terkait alternatif pembendungan perairan teluk, Prabowo mengatakan, hasilnya diperkirakan mampu menyediakan air baku dengan debit sekitar 50 liter per detik. Debit air itu cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hotel, dan tempat penginapan di Karimunjawa selama setahun.

b. Jakarta: Masalah kesehatan perempuan.

Ketua Solidaritas Perempuan Puspa Dewi mengatakan, praktik pengelolaan sumber daya air yang bertumpu pada eksploitasi dan komersialisasi sangat memberi dampak pada masyarakat terkait akses terhadap persediaan air bersih, khususnya kaum perempuan.21 Menurut Puspa, penguasaan sumber daya air oleh pihak swasta menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis air. Karena itu hak warga negara atas air menjadi tidak terpenuhi. "Jakarta menjadi salah satu wilayah yang masyarakatnya menghadapi masalah krisis air yang mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas," ujar Puspa dalam diskusi terkait RUU Sumber Daya Air di kantor Konsorsium Pembaruan Agraria, Pancoran,

21

Sebagaimana diberitakan Kristian Erdianto (Penulis) & Bayu Galih (Editor); Perempuan Jakarta Hadapi Ancaman Kesehatan akibat Krisis Air Bersih; Kompas, 05 Februari 2017, Lihat uraiannya dalam:

http://nasional.kompas.com/read/2017/02/05/20233771/perempuan.jakarta.hadapi.ancaman.kese hatan.akibat.krisis.air.bersih

(14)

40

Jakarta Selatan, Minggu (5/2/2017). Puspa menuturkan, berdasarkan hasil pemantauan Solidaritas Perempuan pada akhir 2016 hingga awal 2017 di lima wilayah padat penduduk kota Jakarta, sebanyak 94 persen warga memanfaatkan air dengan kualitas yang buruk.

(15)

41

Pada kesempatan yang sama, Koordinator nasional Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (Kruha) Muhammad Reza mengatakan, praktik pengelolaan sumber daya air saat ini masih mementingkan aspek ekonomi dan ekploitasi tanpa memperhatikan aspek sosial bagi masyarakat. Oleh sebab itu dia meminta pembahasan RUU SDA dilakukan secara terbuka untuk menghindari terjadinya legalisasi praktik eksploitasi air lewat undang-undang. Dia juga mendesak pertimbangan MK dijadikan sebagai landasan dalam membahas RUU SDA. MK menekankan bahwa fungsi pengelolaan air oleh negara dilakukan pemerintah harus memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

(16)

42

c. Defisit Air Bersih dan Aman: kurangnya kolaborasi.

Defisit air bersih masih menjadi masalah di Jakarta.22 Sebanyak 10 juta penduduk Jakarta membutuhkan air bersih sebesar 26.100 liter per detik. Sementara itu, dua operator penyedia air bersih di Jakarta hanya mampu memasok air sebanyak 17.000 liter per detik. Artinya, sampai saat ini masih ada defisit air bersih sebesar 9.100 liter per detik. Keadaan ini berkaitan dengan keterbatasan sumber air baku, yaitu sumber air yang dapat diolah menjadi air minum dan kebutuhan rumah tangga. Di Jakarta ada 13 sungai yang mengalir, namun berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995, kualitas airnya di bawah standar mutu air baku. Semua sungai yang mengalir di Jakarta masuk ke golongan C dan D. Sedangkan yang dibutuhkan untuk pengolahan air baku menjadi air minum harus ada di golongan A dan B. Hal ini lantas menjadi tantangan besar bagi para penyedia air bersih. Sebab, kebutuhan akan air bersih terus meningkat. Penyedia air bersih mesti bekerja keras untuk mengolah dan menyuplai air kepada warga dengan memanfaatkan sumber air yang ada. Operator penyediaan dan pelayanan air bersih wilayah barat Jakarta PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) pun menganggap tidak adanya pertambahan air baku yang signifikan sebagai salah satu tantangan utama. Sebab, Palyja sendiri punya visi melayani warga Jakarta untuk mendapatkan akses air bersih dengan mudah.

Corporate Communication Division Head Palyja Meyritha Maryanie mengatakan, upaya Palyja untuk menyuplai air ke pelanggan di Jakarta harus

22

Sebagaimana diberitakan dalam Advertotial Kompas; Ketersediaan Air Bersih Ditentukan oleh Kuatnya Kolaborasi; Kompas, 04 Januari 2017, Lihat uraiannya dalam:

http://biz.kompas.com/read/2017/01/04/174221228/ketersediaan.air.bersih.ditentukan.oleh.kuatn ya.kolaborasi

(17)

43

dibarengi dengan kerja sama yang kuat antara Palyja, para pemangku kepentingan, serta masyarakat. “Kami tidak bisa sendiri. Kami membutuhkan kerja sama antar-institusi untuk mendukung kami dalam melayani pelanggan. Untuk itu kami harus memperkuat kerja sama,” ujar Meyritha saat ditemui di

Aksi Peduli Lingkungan Palyja di Saung KPC Pejaten Timur, Jakarta, Rabu (21/12/2016). Menurut Meyritha, ketersediaan air bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, tetapi juga pemerintah pusat, salah satunya di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. “Oleh sebab itu kami call for action dari semua institusi yang terlibat di air bersih ini,” kata Meyritha. Selain itu, Meyritha juga mengharapkan kerja sama dari

masyarakat. Seperti diketahui, sebagian warga Jakarta punya kebiasaan yang mencemarkan lingkungan, seperti membuang sampah ke kali. Sungai Ciliwung menjadi korbannya. “Kenapa air Ciliwung sekarang tidak dipakai? Padahal dulu air dari Ciliwung juga bisa kami olah. Nah, sekarang kami tidak bisa ambil air baku dari Ciliwung. Kalau tidak ada kerja sama, termasuk dari masyarakat, sungai akan begitu terus,” tutur Meyritha.

Maka dari itu, sejak akhir tahun 2015 hingga kini, Palyja menggaungkan jargon “Bersama Demi Air”. Tujuannya, untuk mengajak semua pihak bekerja

(18)

44

“Mau kami, suatu saat sungai itu menjadi sumber air baku untuk Jakarta. Nah,

ini upaya bersama, yang harus dilakukan secara bersama-sama. Tidak bisa satu pihak lakukan, yang lain tidak, yang lain tetap buang limbah ke sungai,” kata Meyritha. Meyritha mencontohkan, upaya Palyja mengajak semua pihak bekerja bersama untuk peningkatan produksi air tampak dari kerja sama restrukturisasi menyeluruh hubungan Palyja dan PAM Jaya. “Itu adalah bagian

dari bersama demi air tadi. Kita lakukan semuanya. Menghilangkan ego masing-masing untuk bekerja bersama-sama demi air,” tutur Meyritha.

Selain itu, untuk merangkul masyarakat Palyja juga mendukung dan membina tujuh komunitas yang dinamakan Palyja Green Community (PGC). Tujuh komunitas itu umumnya tersebar di pinggir sungai. “Tujuannya supaya mereka yang tinggal di pinggir sungai tidak membuang sampai ke sungai. Mereka malah menarik sampah dari sana. Contohnya Komunitas Pecinta Ciliwung (KPC), mereka menarik sampah organik untuk diolah menjadi gas dengan biodigester,” kata Meyritha. Jika kerja sama dengan seluruh pihak terkait

(19)

45

d. Air Bersih: menjawab dilema warga Jakarta.

Warga Jakarta masih dalam dilema soal memenuhi kebutuhan air bersih.23 Masalahnya masih sama, kebutuhan akan air bersih terus ada, namun warga Jakarta juga tak mau membiarkan tanahnya semakin ambles, karena pengambilan air bawah tanah yang berlebihan. Berbagai upaya dilakukan untuk menghindari penurunan permukaan air tanah akibat penggunaan yang berlebihan. Salah satunya berupa penetapan Perda DKI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah. Perda tersebut mengatur pajak air tanah jadi lebih tinggi dibanding tarif air perpipaan.

Selain itu, pemerintah pun membatasi penggunaan air tanah melalui program zero deep well. Harapannya, para pengguna air, baik warga perumahan maupun pengelola gedung, mengurangi pengambilan air bawah tanah. Berdasarkan data dari Dinas Tata Air SKI Jakarta pada Juli 2016, pemakai air tanah terbesar adalah kelompok niaga, meliputi apartemen, hotel bintang 4 dan 5, real estate, bengkel besar, dan bank. Kuningan, Jakarta Selatan, adalah salah satu kawasan di Jakarta yang kebutuhan air bersihnya tinggi. Kawasan tersebut didominasi oleh gedung-gedung perkantoran, apartemen, dan hotel. Tentunya gedung-gedung tersebut mengkonsumsi air dalam volume yang banyak setiap harinya. Namun, konsumsi air tanah terbatas karena adanya program zero deep well serta tingginya pajak air tanah. Oleh sebab itu, gedung-gedung di kawasan tersebut membutuhkan pasokan air bersih dari sumber lainnya dengan tarif yang lebih murah.

23

Sebagaimana diberitakan dalam Advertorial Kompas; Menjawab Dilema Warga Jakarta Soal Air Bersih; Kompas, 19 Januari 2017, Lihat uraiannya dalam:

http://biz.kompas.com/read/2017/01/19/201632828/menjawab.dilema.warga.jakarta.soal.air.bersi h

(20)

46

PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) sebagai operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah barat Jakarta pun berupaya memenuhi permintaan tersebut. Tahun 2016 ini, PALYJA melakukan instalasi pipa untuk mengirim air ke arah timur Jakarta, yakni wilayah Kuningan, Rasuna Said, Pancoran, sampai ke arah Tebet. “Penggunaan sumur dalam itu kan sekarang dibatasi, bahkan charge-nya dinaikkan, jadi mahal. Jadi sekarang gedung-gedung berlomba-lomba pakai air PALYJA, tidak pakai sumber air dari sumur,” tutur Plt. Kepala Divisi Konstruksi PALYJA Tito Wirananto di

Jakarta, Jumat (9/12/2016). Untuk menjangkau meningkatnya permintaan dan kebutuhan pelanggan di kawasan tersebut, PALYJA meningkatkan kapasitas jaringannya. Caranya, dengan memasang pipa transmisi yang tersambung dengan pipa dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan 1. “Dengan adanya pipa ini, PALYJA bisa menambah pasokan air menjadi 200 liter per detik,” ujar Tito. Saat ini, IPA Pejompongan 1 berkapasitas 2.000 liter per

detik. Sebelumnya, IPA tersebut memasok air ke dua jalur, yaitu arah barat Jakarta, seperti Pluit, juga ke arah selatan dan timur Jakarta, seperti Pancoran, dan Gatot Subroto. “Sekarang kita pecah. Jadi kita bikin jalur khusus, jalur baru, dari IPA Pejompongan 1 langsung ketemu pipa yang menuju ke Pancoran itu, ke arah timur. Jadi sekarang terpisah dua,” kata Tito. Dengan

(21)

47

e. Air Bersih di Rumah Susun: Penjelasan Ahok.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) membenarkan harga air di rumah susun adalah Rp 5.500 per kubik. Hal ini karena penyaluran air untuk warga rusun harus menggunakan pompa agar sampai ke lantai atas.24 "Kalau di rumah susun itu Rp 5.500, itu sudah kita subsidi karena dia (harus) pompa naik ke atas kan," ujar Ahok di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Senin (20/2/2017). Namun, menurut Ahok, hal ini bukan berarti ia berbohong ketika mengatakan bahwa warga bisa membeli air dengan harga Rp 1.050 per kubik. Ahok mengatakan, air dengan tarif Rp 1.050 per kubik dijual untuk warga yang tidak mendapatkan subsidi rusun. "Harga air itu cuma Rp 1.050, modal (Pemprov DKI) Rp 7.000, tetapi untuk yang tinggal di rumah susun itu Rp 5.500," ujar Ahok. Saat debat calon gubernur-wakil gubernur pada 27 Januari lalu, Ahok selaku cagub DKI Jakarta sempat mengatakan bahwa saat ini air bersih yang dijual ke warga sudah murah. Saat itu, Ahok menyebut harga air bersih yang dijual untuk warga miskin hanya Rp 1.050 per kubik.

Namun, pernyataan Ahok itu dibantah sejumlah warga penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur. Menurut warga, saat ini harga air bersih yang harus mereka bayar setiap bulannya mencapai Rp 5.500 per kubik. "Kalau di media kayaknya enak benar, ngomong begini-begini, semuanya baik-baik. Itu yang kemarin warga komplain. Di debat dia ngomong pembayaran air Rp 1.200. Faktanya di sini

24

Sebagaimana diberitakan Jessi Carina (Penulis) & Icha Rastika (Editor); Penjelasan Ahok soal Harga Air Bersih di Rumah Susun; Kompas, 20 Februari 2017; Lihat uraiannya dalam:

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/20/18240441/penjelasan.ahok.soal.harga.air.bersih. di.rumah.susun.

(22)

48

kami bayar Rp 5.500. Jadi yang bohong siapa?" kata Ketua RW 17, Muhammad Rais.

f. Bandung Raya: warga menjerit karena krisis air bersih.

Sejak sebulan terakhir ini Kota Bandung, Jawa Barat, mengalami krisis air bersih.25 Akibatnya, warga Kota Kembang berkeluh kesah, seperti yang disampaikan Oom Emoh (49) warga Banceuy, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung. Saat ditemui Kompas.com, Senin (2/11/2015), Oom mengatakan belakangan air bersih dari PDAM jarang mengalir di rumahnya. "Susah air sekarang mah. Mau nyuci susah, mau mandi juga susah. Sudah sebulan terakhir ini susah air. Tolong pemerintah, bagaimana ini?" keluh Oom. Warga Banceuy lainnya, Iing (53) mengeluhkan hal serupa. Derita warga bertambah dengan keringnya sumur tempat mereka biasa mengambil air. "Aduh, susah air sekarang mah. Sumur kami kering. Ada air dari sumur sebelah juga sedikit, itu pun keruh, ya daripada tidak ada, air keruh pun kami saring lagi aja," kata Iing. Keluhan serupa terkait krisis air bersih ini juga disampaikan Yuli (23) warga Cibaduyut, Kota Bandung.

"Di Cibaduyut susah air. Kebanyakan masyarakat di sini pakai sumur. Sekarang airnya nggak ada, kadang ada sih air, tapi, ya gitu airnya, keruh dan bau," keluh Yuli saat ditemui di rumahnya. Sementara itu, Kasub Humas PDAM Kota Bandung, Tarsum membenarkan kelangkaan air bersih yang terjadi belakangan ini. Bahkan, bukan hanya di Kota Bandung saja, kondisi seperti ini juga dialami masyarakat di Bandung Raya yang meliputi Kota

25

Sebagaimana diberitakan Rio Kuswandi – Kontributor Bandung (Penulis) & Ervan Hardoko (Editor); Bandung Raya Krisis Air Bersih, Warga Menjerit; Kompas, 02 November 2015; Lihat uraiannya dalam:

http://regional.kompas.com/read/2015/11/02/18143021/Bandung.Raya.Krisis.Air.Bersih.Warga.Me njerit

(23)

49

Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. "Kelangkaan air bersih terjadi di seluruh daerah di Bandung Raya, hampir semua daerah (di Bandung Raya) sulit air bersih," kata Tarsum kepada Kompas.com saat dihubungi melalui sambungan telepon. Tarsum menjelaskan, pemicu utama krisis air bersih ini adalah musim kemarau, sehingga debit air berkurang. Pihak PDAM, lanjut Tarsum, tak tinggal diam menyikapi berbagai macam keluhan warga ini. Sejak sepekan terakhir ini, PDAM melakukan pengiriman air bersih ke berbagai tempat di Bandung Raya, terutama daerah yang mengalami krisis air. "Pasokan air di PDAM masih ada, kami kirimkan ke hampir semua daerah (kecamatan) di Bandung. Kami sudah buat jadwalnya, kami kirim tiap pagi dan sore, itu (air) kita bagikan gratis. Tapi, memang belum semua daerah tersentuh, kita lakukan bertahap," katanya.

g. Gorontalo: Rumah Sakit Limboto lumpuh.

Rumah Sakit MM Dunda di Limboto, Gorontalo lumpuh akibat tidak ada pasokan air bersih dari PDAM pascabanjir.26 Puluhan pasien rawat inap dipindahkan ke RS Aloei Saboe dan rumah sakit lainnya sedangkan pasien yang diangap sudah sembuh dipulangkan. Sementara yang lain minta pulang paksa. Evakuasi para pasien rumah sakit ini sebenarnya sudah dimulai sejak Selasa (26/10/2016) malam pukul 22.00 Wita, namun setelah itu rumah sakit ini mengalami masalah pasokan air bersih dari PDAM. “Pasien bayi dan anak tidak dipindahkan karena belum membutuhkan terlalu banyak air bersih, namun pasien lainnya sudah kami pindahkan ke rumah sakit lain,” kata

26

Sebagaimana diberitakan Rosyid A Azhar – Kontributor Gorontalo (penulis) & Erlangga Djumena (Editor); Tak Ada Pasokan Air Bersih, RS Limboto Lumpuh; Kompas, 27 Oktober 2016; Lihat uraiannya dalam:

http://regional.kompas.com/read/2016/10/27/06403881/tak.ada.pasokan.air.bersih.rs.limboto.lum puh

(24)

50

Femmy Lihu, Kepala Seksi Pelayanan dan Asuhan Keperawatan RS MM Dunda Limboto, Kamis (27/10/2016).

Meski demikian rumah sakit ini masih menerima pasien di Unit Gawat Darurat. Namun setelah diberikan tindakan darurat pasien langsung dirujuk ke rumah sakit lainnya. Layanan pertolongan ini hanya bersifat sementara untuk menegatasi kedaruratan. Dari data yang dikeluarkan rumah sakit, jumlah total pasien rawat inap sebanyak 177 pasien, pasien yang dirujuk ke RS Aloei Saboe Kota Gorontalo sebanyak 47 orang, ke beberapa rumah sakit dan klinik lainnya 12 pasien, diizinkan pulang 89 pasien, dan pulang paksa 17 pasien. “Sisa pasien yang masih dirawat di rumah sakit ini adalah 10 orang, 1 orang

pasien PICU dan 9 orang pasien NICU,” kata Femmy Lihu. h. Jakarta: masyarakat bawah dan air bersih.

Sebagai pusat kota pemerintahan dan juga ekonomi negara Indonesia. masyarakat yang tinggal di Jakarta sangat majemuk.27 Gedung-gedung pencakar langit menghimpit rumah-rumah warga. Sama seperti kota lainnya di dunia, Jakarta juga tak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Tak sedikit masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) ikut mengadu nasib di sini walaupun dengan segala keterbatasan, termasuk urusan air bersih. "Untuk itulah, kami selaku operator penyediaan dan distribusi air bersih di wilayah barat Jakarta merancang beberapa program untuk para pelanggan K2 atau pelanggan yang berpenghasilan rendah," ujar Meyritha Maryanie, Corporate

27

Sebagaimana diberitakan Latief (Editor); Mengurai Masalah Keterbatasan Air Bersih untuk Masyarakat Bawah di Jakarta; Kompas 09 Februari 2016; Lihat uraiannya dalam:

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/02/09/16000061/Mengurai.Masalah.Keterbatasan.Air. Bersih.untuk.Masyarakat.Bawah.di.Jakarta.

(25)

51

Communications & Social Responsibility/CCSR Division Head Palyja, Senin (9/2/2015).

Meyritha menjelaskan, Global Partnership on Output Based (GPOBA) merupakan program hasil kerjasama Palyja dengan Bank Dunia sejak 2008. Beberapa pihak lain yang terlibat di dalamnya adalah Pemda DKI, PAM Jaya, Badan Regulator, KPAM dan Mercy Corps. Dari kerjasama itulah, sebanyak 5.042 sambungan telah berhasil dilakukan di Rawa Bengkel, Menceng, Muara Baru, Warung Gantung, Rawa Lele dan Sumur Bor.

Sementara itu, lanjut Meyritha, Kios Air adalah program yang diluncurkan untuk melayani masyarakat Jakarta di wilayah pelayanan Palyja, namun belum terjangkau jaringan pipanisasi. Sistem pelayanan yang dilakukan adalah dengan menyiagakan tim truk tangki untuk mengisi bak-bak penampungan Kios Air setiap harinya. "Jumlah Kios air yang kami miliki saat ini mencapai 51 unit. Satu kios air dapat melayani kurang lebih 200 keluarga. Jika satu keluarga kami asumsikan terdiri dari empat anggota keluarga, maka 51 kios air dapat melayani kebutuhan 40.800 orang," ujarnya.

(26)

52

bagi warga yang tinggal di Kampung deret. Iini sejak tahun lalu, dengan Kampung deret Petogogan sebagai proyek pertamanya," kata Meyritha.

i. NTT: 375 desa krisis air bersih.

Sebanyak 375 desa/kelurahan di sembilan kabupaten di Nusa Tenggara Timur saat ini krisis air bersih akibat kekeringan, terutama di wilayah pesisir.28 Pemerintah daerah mengajukan bantuan dana kekeringan kepada pemerintah pusat. Namun, dari enam kabupaten itu, baru dua kabupaten yang mendapatkan bantuan dana dari pemerintah pusat untuk mengatasi kekeringan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Tadeus Tini di Kupang, Senin (29/8/2016), mengatakan, kini harga air bersih melonjak dari Rp 500.000 menjadi Rp 750.000 per tangki ukuran 5.000 liter. Harga itu berlaku di sejumlah desa di pesisir selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan. "Kondisi jalan yang buruk menyebabkan sopir-sopir enggan masuk, tetapi dengan harga air yang tinggi mereka bersedia. Satu tangki air untuk memenuhi kebutuhan selama satu pekan bagi sekitar lima anggota keluarga. Itu pun dimanfaatkan untuk minum dan memasak. Sementara untuk kebutuhan mencuci dan mandi, mereka mencari sumber air lain, letaknya sekitar 12 kilometer dari permukiman," kata Tini.

Laporan dari sembilan kabupaten itu sudah diteruskan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana, tetapi baru dua kabupaten yang mendapatkan bantuan. Kabupaten Flores Timur mendapatkan bantuan senilai Rp 1,1 miliar untuk pembuatan dua sumur bor dan distribusi air bersih. Adapun Kabupaten Rote Ndao mendapatkan bantuan Rp 260 juta untuk distribusi air bersih.

28

Sebagaimana diberitakan Caroline Damanik (Editor); 375 Desa di NTT Krisis Air Bersih; Kompas 30 Agustus 2016; Lihat uraiannya dalam:

http://regional.kompas.com/read/2016/08/30/16523721/375.desa.di.ntt.krisis.air.bersih

(27)

53

Daerah lain belum mendapat tanggapan dari BNPB karena mereka belum mempertanggungjawabkan anggaran yang dialokasikan untuk penanggulangan kekeringan pada tahun sebelumnya. Enam dari sembilan kabupaten sudah mendapatkan bantuan mobil tangki (air), tetapi empat kabupaten tidak mengalokasikan anggaran untuk biaya operasional mobil, termasuk honor sopir sehingga mobil itu tidak dimanfaatkan. Di Desa Lelata, Kecamatan Wulandoni, Lembata, misalnya, sumber air Buka Baret kering sejak 2012, sedangkan debit air sumber air Ora Ladun terus menurun sejak 2013. "Ora Ladun hanya menghasilkan satu jeriken air atau 5 liter setelah 30 menit menunggu. Sementara air itu dimanfaatkan oleh sekitar 1.750 warga yang tersebar di tiga desa itu. Warga antre di sumber mata air selama 24 jam hanya untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak. Sebagian besar warga jarang mandi, banyak yang terkena penyakit kulit," kata Kepala Badan Permusyawaratan Desa Lelata Yoseph Boly. Aparat Desa Lelata telah melaporkan hal itu ke Pemkab Lembata, tetapi belum ada tindak lanjut. Pemkab memiliki dua mobil tangki, tetapi tidak beroperasi lagi karena kurang perawatan.

(28)

54

j. Ponorogo: pasca-longsor 4 (empat) desa kisis air bersih.

Sebanyak empat desa mengalami kesulitan air bersih pasca-longsor yang melanda lokasi longsor Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.29 Selama ini, keempat desa tersebut mengandalkan pasokan air dari pusat sumber air di desa tersebut. "Di Desa Wagir Kidul, masalah air bersih dialami warga kami di Dusun Kerep yang memang selama ini bergantung dengan aliran air bersih dari Banaran. Infonya yang parah malah ada di tiga desa sebelah," kata Kepala Desa Wagir Kidul Siti Aminah dikonfirmasi di Posko Tagana, Desa Wagir Kidul, Selasa (4/4/2017). Tiga desa lain yang kesulitan air bersih tersebut adalah Desa Singgahan, Bedrug, dan Tegalrejo. Saat ini, warga hanya mengandalkan air dari hasil penampungan air hujan yang keruh untuk keperluan MCK (mandi cuci kakus) dan sebagian untuk kebutuhan konsumsi. "Kalau di Dusun Kerep dampaknya tidak separah di Singgahan, Bedrug ataupun Tegalrejo karena warga kami masih bisa mendapat air bersih dari tiga dusun lain sekitar yang sumber airnya bukan dari Banaran," tuturnya.

Informasi dari Kades Banaran Sarnu, sumber air di lokasi bencana tanah longsor Dusun Tangkil memang terdapat tiga mata air. Satu di antaranya bahkan disebut Sarnu dan beberapa warga memiliki debit sangat besar, sehingga mampu memasok air untuk sejumlah desa di bawahnya serta memenuhi kebutuhan PDAM. Di sumber air itu juga dibangun instalasi tiga pipa besar dengan diameter sebesar batang pohon kelapa. "Yang kami tahu

29

Sebagaimana diberitakan Caroline Damanik (Editor), ANTARA (Sumber); 4 Desa Alami Kesulitan Air Bersih Pasca-Longsor Ponorogo; Kompas 04 April 2017; Lihat uraiannya dalam:

http://regional.kompas.com/read/2017/04/04/23465521/4.desa.alami.kesulitan.air.bersih.pasca-longsor.ponorogo.

(29)

55

sumber air di sana memang sangat besar dan menjadi tumpuan suplai air warga desa di bawahnya," kata Mujiat, warga Desa Banaran. Belum ada konfirmasi langsung dari Kepala Desa Singgahan, Bedrug maupun Kendalrejo terkait dampak hancurnya instalasi air bersih di lokasi bencana tanah longsor Desa Banaran. Namun, sejumlah warga membenarkan aliran air yang disambung menggunakan pipa dan sebagian lain jaringan selang yang dibangun secara konvensional dan sederhana itu mati total sejak longsor terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran. "Kami belum mendapat bantuan air bersih dari daerah ataupun tim BPBD, mungkin karena mereka masih konsentrasi di atas (lokasi bencana)," ujar salah seorang warga Desa Singgahan.

(30)

56

k. Bangun sistem penyaringan air bersih: DKI anggarkan Rp. 93 milyar. Pemprov DKI Jakarta menyiapkan anggaran sebesar Rp 93 miliar guna pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) berteknologi sea water reverse osmosis (SWRO) atau sistem penyaringan air bersih di Kepulauan Seribu.30 Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Sumarsono mengatakan, saat ini, salah satu daerah di Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Untung Jawa, telah dijadikan lokasi pilot project pembangunan SPAM SWRO di Kepulauan Seribu. Sumarsono menambahkan, sebelumnya, anggaran Rp 93 miliar itu dialokasikan untuk pembangunan SWRO di delapan titik di Kepulauan Seribu, termasuk di Pulau Untung Jawa.

Namun, karena masalah pada pihak kontraktor, pengerjaan proyek itu tak jadi dilakukan. "Delapan titik kami batalkan karena realisasi hanya 5 persen, yang ada semen dan alat berat saja, karena kontraktor tidak bonafide," ujar Soni saat pendatanganan serah terima SWRO Pulau Untung Jawa dengan Kementerian PUPR di Balai Kota, Rabu (18/1/2017).

Secara terpisah, Direktur Pengembangan Sistem Air Minum Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR M Natsir mengatakan, kapasitas SWRO mencapai 2,5 liter per detik. Adapun pemasangan SWRO di Pulau Untung Jawa mencapai 300 sambungan rumah (SR). Natsir berharap agar SWRO ini bisa mengatasi permasalahan air bersih di Kepulauan Seribu. "Tujuan pembangunan SWRO ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan

30

Sebagaimana diberitakan David Oliver Purba (Penulis 9 Penulis) & Icha Rastika (Editor); DKI Anggarkan Rp 93 Miliar untuk Bangun Sistem Penyaringan Air Bersih; Kompas 18 Januari 2017; Lihat uraiannya dalam:

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/18/20091391/dki.anggarkan.rp.93.miliar.untuk.ban gun.sistem.penyaringan.air.bersih

(31)

57

meningkatkan pelayanan air minum, khsususnya di Pulau Untung Jawa," ujar Natsir.

l. Balikpapan: Soal air bersih, walikota dimarahi warga.

Ratusan warga mengambil air di sumur bor di depan PLTD Gunung Malang di Balikpapan, Kalimantan Timur. Mereka berangsur-angsur datang dari daerah perbukitan dari banyak di seputaran PLTD. Tiap orang datang menenteng jeriken 20 liter, ember cat 25 kilogram, atau galon air. “Soalnya sudah dua bulan air sama sekali tidak mengalir di tempat kami. Kami tak cukup uang untuk beli air setiap hari. Jadi dengan (cara mengambil air seperti) ini saja,”

kata Deddy, warga Bukit Sion sekitar 500 meter jauhnya dari sumur bor itu.31 Deddy membawa tiga ember cat dan sebuah gallon dengan motor. Ia antre satu jam lamanya di sana. “Sampai kapan sulit air seperti ini. Air sekarang ini yang penting bisa masak dan minum. Sedikit saja untuk mandi,” kata Lukman,

warga di Gunung Sari yang rumahnya 1 Km jauhnya dari sumur bor. Deddy dan Lukman dua dari ratusan warga lain yang antre di sumur bor depan PLTD saban hari selama satu minggu belakangan ini. Hal serupa juga terjadi di banyak tempat, di antaranya di Kelurahan Sumberejo dan Gunung Bakaran. Warga yang antre kebanyakan tinggal di daerah bukit, sebagaimana kontur Balikpapan yang berupa bukit dan dataran. Warga memang suka memanfaatkan daerah bukit dan tebing sebagai tempat tinggal dan mendirikan rumah.

31

Sebagaimana diberitakan Dani Julius Zebua – Kontributor Balikpapan (Penulis) & Erlangga Djumena (Editor); Krisis Air Bersih, Wali Kota Balikpapan Mengaku Dimarahi Warga; Kompas 17 Maret 2016; Lihat uraiannya dalam:

http://regional.kompas.com/read/2016/03/17/22410071/Krisis.Air.Bersih.Wali.Kota.Balikpapan.Me ngaku.Dimarahi.Warga

(32)

58

Dalam laman resminya, PDAM tidak mampu lagi mengaliri air bersih bagi 37 daerah dengan kontur tinggi atau perbukitan. Akibatnya, warga terpaksa turun untuk mengambil air di sumur-sumur bor terdekat, atau membeli air lewat truk tangki PDAM dan pengusaha angkutan air dadakan. Hujan deras yang mengguyur Balikpapan tidak mampu memenuhi waduk Manggar, waduk utama Balikpapan, menjadi awal persoalan. Volume waduk tadah hujan tak bertambah karena sedikitnya jumlah hujan. Volume waduk justru terus menurun rata-rata 3-4 cm per hari.

PDAM pun menggilir disribusi air akibat ketinggian air waduk kini mendekati 4,4 meter. Ketinggian air seperti ini dinilai memasuki masa kritis, karena bisa mempengaruhi warna dan rasa air yang diproduksi. Akibat penggiliran itu, maka pelanggan yang berada di daerah bukit, atau jauh dari Instalasi IPAM milik PDAM tidak terlayani lagi. “Tempat saya saja sudah dua bulan tidak mengalir,” kata Septian, dari Jalan Bunto Bulaeng di Gunung Kawi.

Wali kota Balikpapan, Rizal Effendi, mengatakan, krisis air bersih di Balikpapan ini membuat pihaknya terus mendapat kecaman. Warga, melalui media sosial dan SMS di sejumlah media massa terus menyudutkan pemerintah atas terjadinya kesulitan air bersih saat ini. Warga menilai pemerintah lamban dan kebijakan pembangunannya dianggap tidak pro rakyat. “Saya sampai kenyang dimarahi warga. Sudah air mati, listrik padam, warga pakai lilin, dan banyak lagi. Ya di Facebook dan di mana pun,” kata Rizal.

(33)

59

bagi 79.000 pelanggan di Balikpapan. PDAM juga mengandalkan pasokan air tanah untuk sebagian kecil warga. Air waduk sendiri sempat 10,3 meter di bulan Juli 2015. Kondisinya terus menyusut sejak pertengahan Februari 2016. “Penggiliran adalah upaya untuk bisa memperpanjang pasokan rutin bagi

warga,” kata Direktur Umum PDAM Tirta Manggar, Gazali Rahman di lain

kesempatan.

Krisis air bukan pertama di Balikpapan. Setidaknya, krisis berulang hampir setiap tahun. Diantaranya yang paling parah terjadi pada tahun 2004 dan 2014. Pemerintah sebelumnya sudah mengantisipasi kelemahan waduk tadah hujan Manggar, dengan membangun waduk Teritip. Waduk ini dibangun di lahan 300 hektar di Kecamatan Balikpapan Timur. Waduk dirancang untuk bisa menghasilkan 400 liter air per detik Sayang hingga kini, waduk Teritip belum juga selesai. Pemerintah beralasan mereka terkendala pembebasan lahan sekitar 200 ha.

m. UU Sumber Daya Air: Bagaimana setelah dibatalkan MK?

Mahkamah Konstitusi (MK) menghapus keberadaan seluruh pasal dalam UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) yang diajukan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dkk. Pasalnya, beleid itu dianggap belum menjamin pembatasan pengelolaan air oleh pihak swasta, sehingga dinilai bertentangan UUD 1945.32

Dengan dibatalkan keberadaan UU SDA, MK menghidupkan kembali UU Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan untuk mencegah kekosongan hukum hingga adanya pembentukkan undang-undang baru. Karenanya, segala bentuk

32

Hukum Online ASH; MK Batalkan UU Sumber Daya Air: Pengelolaan SDA harus diserahkan pada BUMN maupun BUMD; Lihat uraiannya dalam:

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54e4bd8e5dc0a/mk-batalkan-uu-sumber-daya-air

(34)

60

pengelolaan air tidak lagi berdasar pada UU SDA, tetapi UU Pengairan. “Menyatakan UU SDA bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat. Menyatakan UU Pengairan berlaku kembali,” ucap Ketua MK Arief Hidayat saat membacakan putusan bernomor 85/PUU-XI/2013 di ruang sidang MK, Rabu (18/2).

Permohonan pengujian sejumlah pasal dalam UU SDA diajukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, kelompok masyarakat, dan sejumlah tokoh di antaranya Amidhan, Marwan Batubara, Adhyaksa Dault, Laode Ida, M. Hatta Taliwang, Rachmawati Soekarnoputri, dan Fahmi Idris. Penerapan pasal-pasal itu dinilai membuka peluang privatisasi dan komersialisasi pihak swasta atas pengelolaan SDA yang merugikan masyarakat sebagai pengguna air.

Meski mengakui keterlibatan swasta dijamin dalam UU SDA dan putusan MK No. 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan No. 008/PUU-III/2005 yang mengakui peran swasta dan telah mewajibkan pemerintah memenuhi hak atas air sebagai kebutuhan pokok, di luar hak guna air. Namun, penafsiran MK itu telah diselewengkan secara normatif yang berdampak teknis pelaksanaannya. Buktinya, dapat dilihat Pasal 1 angka 9 PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang menyebut penyelenggara pengembangan SPAM adalah BUMN/BUMN, koperasi, badan usaha swasta, atau kelompok masyarakat. Padahal, Pasal 40 ayat (2) UU SDA sudah dinyatakan pengembangan SPAM tanggung jawab pemerintah pusat/pemerintah daerah.

(35)

61

mindset (pola pikir) pengelola air yang selalu profit oriented dengan keuntungan maksimum bagi pemegang sahamnya. Hal ini jelas pasal-pasal privatisasi itu bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945, sehingga harus dinyatakan dibatalkan.

Dalam pertimbangannya, MK menyatakan sebagai unsur yang menguasai hajat hidup orang banyak, air sesuai Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) haruslah dikuasai negara. Sehingga, dalam pengusahaan air harus ada pembatasan ketat sebagai upaya menjaga kelestarian dan ketersediaan air bagi kehidupan. Setidaknya, ada lima poin pembatasan yang ditegaskan MK dalam hal pembatasan pengelolaan air. Pertama, setiap pengusahaan air tidak boleh mengganggu dan meniadakan hak rakyat. Soalnya, selain dikuasai negara, air ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kedua, negara harus memenuhi hak rakyat atas air sebagai salah satu hak asasi manusia, yang berdasarkan Pasal 28I ayat (4) UUD harus menjadi tanggung jawab pemerintah. Ketiganya, MK pengelolaan air pun harus mengingat kelestarian lingkungan. Keempat, sebagai cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak air menurut Pasal 33 ayat 2 UUD 1945 harus dalam pengawasan dan pengendalian oleh negara secara mutlak. Kelima, hak pengelolaan air mutlak milik negara, maka prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah BUMN atau BUMD.

“Apabila semua pembatasan tersebut terpenuhi dan masih ada ketersediaan air,

(36)

62

memenuhi prinsip dasar pembatasan pengelolaan sumber daya air yang telah disebutkan di atas. “Karena UU SDA dinyatakan bertentangan dengan UUD

1945, untuk mencegah terjadinya kekosongan pengaturan SDA dan sambl menunggu pembentukan UU baru, maka UU Pengairan Pengairan diberlakukan kembali.”

Usai persidangan, kuasa hukum Muhammdiyah, Ibnu Sina Chandranegara mengatakan putusan MK membuktikan konstitusi masih berpihak pada kepentingan umum dimana hak air tidak bisa dikotak-kotakan dengan hak guna air. Dengan putusan MK, seluruh norma yang terkandung dalam UU SDA rontok dan harus kembali menggunakan UU Pengairan tahun 1974. “Soalnya, praktiknya, penggunaan air dalam UU SDA seperti sistem agraria

dengan menggunakan hak guna air,” kata Ibnu Sina.

Ditanya peran swasta dalam pengelolaan air, dirinya menilai air harus diserahkan pada BUMN maupun BUMD untuk dikelola. Dia berharap ke depannya pemerintah membuat rumusan baru mengenai UU SDA walaupun saat ini dikembalikan pada UU Pengairan. “Prinsipnya, ketika sudah dikelola

(37)

63 n. Semarang: Air siap minum diminati.

Sejak dua tahun terakhir, Pemkot Semarang menempatkan instalasi pengolahan air menjadi siap minum di beberapa tempat.33 Selain di taman, air siap minum yang biasa disebut waterflo tersebut juga ada di beberapa sekolah. Namun, belum semua tempat untuk berkumpul banyak orang dilengkapi fasilitas tersebut. Padahal, warga dan pengunjung sudah banyak yang memanfaatkannya. Saat haus, usai jalanjalan, mereka meminum air dari tempat tersebut. Seperti di Taman Srigunting, Kawasan Kota Lama, sejak 2016 lalu, pemkot menempatkan warterflo sebagai fasilitas penunjang di tempat itu.

Pengunjung biasanya datang membawa botol air mineral, namun tak sedikit yang langsung meminum air di tempat tersebut. ”Ini seperti di luar negeri, air

ini bisa langsung diminum. Kami berharap, pemerintah dapat menambah fasilitas ini. Perawatan juga harus rutin dilakukan, agar air selalu aman saat diminum,” ujar Sararwati, warga Kembangarum, Semarang Barat, saat

mengunjungi Kota Lama, kemarin.

Meski mendapatkan tanggapan positif, pemerintah belum akan menambah fasilitas warterflo pada tahun ini. Kabid Pertamanan dan Pemakaman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Semarang, Jaiz Suyono mengatakan, tahun ini belum dianggarkan penambahan fasilitas waterflo. ”Tahun ini, kami masih fokus menambah taman. Akan ada 21 taman yang

dibuat tahun ini dengan anggaran Rp 53 miliar. Kemungkinan, penambahan warterflo baru akan dilakukan pada 2018,” papar Jaiz saat dihubungi, kemarin.

33

Sebagaimana diberitakan Koran Suara Merdeka; Air Siap Minum Diminati Belum Ada Rencana Menambah; Suara Merdeka 20 April 2017, Lihat uraiannya dalam:

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/air-siap-minum-diminati/

(38)

64

Dia menambahkan, waterflo sudah terpasang di tujuh taman, antara lain di Taman Srigunting, Taman Menteri Supeno, dan Taman Pandanaran. Kemudian ada beberapa sekolah yang sudah dipasang fasilitas tersebut, yakni di SMA 1 dan SMK 7 Semarang. Terpisah, Humas PDAM Tirta Moedal, Joko Purwanto menuturkan, fasilitas air siap minum di beberapa taman, merupakan program dari pemerintah.

Alat untuk mengolah air menjadi siap minum juga dari pemkot, sedangkan PDAM hanya menyuplai air. Adapun waterflo program dari PDAM, baru satu, yakni di SMA1. Alat pengolahan air berasal dari PDAM. Namun, imbuh dia, telah banyak sekolah yang secara mandiri memasang alat tersebut dan mengolah air menjadi siap minum. ”Ini masuk dalam program Kota Sehat.

Banyak sekolah yang telah memasang alat ini sendiri. Memang perlu ada standarisasi dan pengecekan rutin, agar air yang dihasilkan benar-benar sudah siap minum dan tidak berbahaya,” jelas Joko.

o. Indonesia: sungai dan contoh konflik air.

Indonesia memang tercatat mempunyai sumber daya air 3,22 triliun meter kubik per tahun, setara ketersediaan air per kapita sebesar 16.800 meter kubik per tahun. Meski demikian, tidak setiap titik air teralokasikan dengan adil bagi setiap orang. Terbuka pula kemungkinan konflik mengingat dari 133 sungai di Indonesia, ternyata hanya sebanyak 13 sungai yang mengalir di satu kabupaten/ kota. Sebanyak 27 sungai lintas provinsi, 37 sungai dianggap sungai strategis nasional, dan 51 sungai lintas kabupaten/ kota. Bahkan, ada lima sungai yang mengalir antar negara.34

34

(39)

65

Sungai Benanain misalnya, mengalir di Nusa Tenggara Timur-Timor Leste; Sungai Noel Mina mengalir antara Nusa Tenggara Timur-Timor Leste; Sungai Sesayap mengalir di Kalimantan Timur-Serawak (Malaysia); Sungai Mamberamo mengalir di Papua-Papua Nugini; dan Sungai Einladen-Digul-Bikuma mengalir di Papua-Papua Nugini. Sungai lintas provinsi yang terkenal diantaranya, Sungai Musi (Sumatera Selatan-Bengkulu), Sungai Batanghari (Jambi-Sumatera Barat), Sungai Bengawan Solo (Jawa Timur-Jawa Tengah), Sungai Kampar (Riau-Sumatera Barat), dan Sungai Barito-Kapuas (Kalimantan Selatan- Kalimantan Tengah).

Sudah rawan konflik, sungai-sungai itu juga tidak menjamin ketersediaan air baku. Dari 100% sumber daya air di Jawa Tengah misalnya, sebanyak 65 miliar meter kubik (100%), yang terbuang ke laut sebanyak 37 miliar meter kubik (57%). Meski demikian, yang dimanfaatkan ternyata hanya 25 miliar meter kubiknya (38%). Di Jawa Barat, tercatat ada potensi air dari Sungai Cimanuk yang melintas Bendung Rentang, di Kabupaten Indramayu, rata-rata sebesar 4,3 miliar meter kubik per tahun. Akan tetapi, baru dimanfaatkan 28 persennya saja. Sisanya, digelontorkan begitu saja ke laut. Setelah berpuluh tahun, rencana untuk membendung Sungai Cimanuk yang dibiarkan di laci, akhirnya kini ada titik terang. Dibangunlah Bendungan Jatigede, yang ditargetkan selesai dibangun pada tahun 2014.

Nantinya, akan ada air baku sebanyak 3.500 liter untuk memenuhi kebutuhan air minum di wilayah Kabupaten Cirebon dan Indramayu, termasuk kawasan industri dan kilang minyak di Balongan, Indramayu.

http://pkps.bappenas.go.id/attachments/article/956/DESEMBER%20Reguler_AIR%20BERSIH_INDON ESIA_L.pdf

(40)

66

Akan tetapi, seperti halnya di pembangunan bendungan di India, selalu ada sisi lain yang patut diwaspadai dengan ketersediaan air baku. Bagaimana misalnya, dengan usaha tambak atau keramba apung di Sungai Cimanuk tatkala debit air diatur?

Dari konflik mata air di Cipaniis di Desa Paniis, di kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, kita juga belajar betapa pemanfaatan air lintas batas dapat menuai persoalan. Sejak tahun 1830, Kota Cirebon sudah memanfaatkan air dari mata air Cipaniis; namun saat era otonomi daerah, Pemerintah Kuningan meminta kompensasi atas penggunaan mata air di wilayahnya. Konflik pun mengemuka pada November 2008. Kabupaten Kuningan mulai mengurangi penyaluran air ke Kota Cirebon yang berakibat sebagian wilayah kota tidak mendapat air bersih oleh karena tarif yang dirasa belum dibayar. Bukan sekedar masalah pembayaran tarif, sebab ternyata Kuningan berniat mengoptimalkan Cipaniis bagi Kuningan sendiri.

3. Gambaran tentang Pengakuan Hak atas Air sebagai HAM

(41)

67

Salah satu latar belakang pengakuan HAM atas air ialah kelangkaan air ialah faktor kelangkaan air (water scarcity). Menurut data awal dekade ini, sekitar tahun 2000, perhitungan air di dunia dapat diperkirakan menjadi 2,5% air tawar (freshwater) dan 97,5% merupakan air laut (saltwater).35 Dari 2,5% air tawar tersebut, 87%-nya merupakan es/glaciers permanen. Sisanya sekitar 13% merupakan air darat dan air danau/sungai yang terdapat risiko tercemar polusi.36 Perkiraan lain yang timbul berdasarkan konfigurasi distribusi air tersebut, dan juga dikarenakan perubahan iklim global, maka kelangkaan air (water scarcity) akan meningkat sebesar 20% dalam 25 tahun ke depan. Di sisi lain, penduduk terus bertambah dan kebutuhan lahan pertanian untuk memberi makan penduduk bumi juga semakin bertambah pula.37 Data tersebut didukung oleh banyak hasil studi. Salah satunya adalah suatu riset yang dibuat oleh International Water Management Institute (IWMI), sebuah pusat penelitian di bawah badan bernama

Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR).38 Dari hasil penelitiannya, IWMI mendapati bahwa sepertiga penduduk dunia diperkirakan akan mengalami kelangkaan air yang parah dalam jangka sampai dengan tahun 2025.39

35

Sumber data diambil dari Shiklomanov and Rodda, 2003, dapat diakses di:

http://www.greenfacts.org/en/water_resources/figtable boxes/8.htm

sebagaimana ada dalam dalam Yunani Abiyoso; Op Cit; h. 38. 36

The Environmental Agency,

http://www.environment-agency.gov.uk/commondata/103196/106426?lang=_e :

sebagaimana ada dalam Yunani Abiyoso; Ibid, h. 39.

37

Rose ary Lyster, The Curre t “tatus of Water Law i New “outh Wales. Makalah dalam seminar tentang Water Law Reform in New South Wales, the Faculty of Law, the University of Sydney, 22 September 2004, dapat diakses di:

http://www.water.nsw.gov.au/Watermanagement/Law-and-policy/Law-and-Policy/default.aspx

sebagaimana ada dalam Yunani Abiyoso;Ibid.

38

The Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR)

http://www.cgiar.org ; sebagaimana dalam Yunani Abiyoso; Ibid.

39

(42)

68

Kelangkaan air itulah yang mendorong badan-badan keuangan internasional dan negara-negara pemodal itu membawa masuk air ke dalam kerangka pikir ekonomi kapitalisme, yakni bahwa semakin langka suatu benda, semakin tinggi nilai ekonominya. Seolah-olah mereka -Bank Dunia dan negara-negara pemodal- menafikan bahwa air memiliki sifat sebagai barang/benda publik yang dapat dinikmati secara bersama-sama.40

Forum pertama yang menyatakan bahwa air sebagai hak ekonomi adalah Dublin Statement pada 1992 yang menyatakan bahwa air memiliki nilai ekonomi dalam setiap pemakaiannya, maka harus dianggap sebagai barang ekonomis. Walaupun pada dasarnya, banyak yang menentang teori tersebut karena menganggap kebutuhan dasar manusia adalah air dan harus dijamin akses terhadapnya tentunya dengan harga yang terjangkau.41

40

Padahal dalam Paragraf 1 Komentar Umum No.15 di yataka ahwa : Water is a limited natural resource and a public good fundamental for life and health. The human right to water is

i dispe sa le for leadi g a life i hu a dig ity. Lihat Yunani Abiyoso; Ibid.

41

(43)

69

B.

Analisa

Analisa dalam Skripsi ini akan difokuskan pada upaya untuk menjawab 2 (dua) Rumusan Masalah. Untuk itu penulis akan membuat Analisa yang berurutan.

1. Penjelasan tentang Hak atas Air Bersih dan Aman sebagai Hak Asasi Manusia.

Dalam hal ini, penulis akan menjelaskan berdasarkan 2 (dua) aspek penjelasan yaitu penjelasan faktual dan penjelasan yuridis.

a. Penjelasan Faktual.

Yang dimaksudkan oleh penulis dengan penjelasan faktual ialah usaha untuk menerangkan fakta-fakta tentang air dan hubungan antara manusia dengan air yang kemudian memunculkan kesadaran dan pengertian bahwa hak atas air bersih dan aman adalah hak asasi manusia.

Bila membaca Hasil Penelitian Skripsi ini pada bagian Gambaran Umum tentang Air Bersih dan Aman, maka terlihat bahwa ada beberapa fakta yang perlu dijelaskan. Pada kenyataannya keberadaan air bersih dan aman tidaklah merata pada seluruh bagian dari bumi tempat tinggal umat manusia. Bahkan masih lebih banyak manusia yang tidak dapat menikmati keberadaan air bersih dan aman, ketimbang jumlah manusia yang dapat menikmatinya. Kondisi ini bisa disebut sebagai masalah keberadaan air bersih dan aman yang tidak merata atau faktor kelangkaan dan masalah kekurangan air bersih dan aman untuk kebutuhan manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Dari eksperiment juga diketahui bahwa untuk motor listrik dengan daya kecil seperti yang dipakai di laboratorium, perhitungan daya mekanis yang biasanya dilakukan

Sari Fajarini, Pengaruh Metode Think Pair And Share (TPS) Dalam Pembelajaran Matematika Materi Segiempat Terhadap Pemahaman Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 1

Kewenangan peradilan tata usaha Negara dalam menanggani sengketa pemilihan umum kepala daerah (PILKADA) yang bersifat administrative diatur didalam undang- undang Nomor

Kedua bangsa kambing menunjukkan kualitas semen segar yang lebih baik pad akambing muda dalam parameter kualitas makroskopis (earna dan konsistensi) hubungannya

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diuraikan dalam penelitian ini yaitu bagaimana analisis sistem deteksi kerusakan

Yasir Nasution, Prof... Syukri Al

Sistem pemerintahan daerah di empat negara Asean tersebut di atas mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda, tetapi pada umumnya memiliki peranan pada tingkat bawah, yaitu

Hubungan dalam bidang pertanggungjawaban adalah hubungan yang sifatnya sepihak dari DPRD kepada Kepala Daerah dan dapat juga dikelompokkan ke dalam hubungan