PERBANDINGAN BUDAYA POLITIK INDONESIAJEPANG DALAM MEMBANGUN NILAI
NILAI ANTIKORUPSI
Putri Padmi N, Mr. Hilmy Mochtar, Mr. Tri Hendra
Program Studi Ilmu Politk, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Malang, 65145, Indonesia
amick4noeru[at]gmail.com
Abstract
“Corruption in Indonesia has been a habit and it happened in every political ways. Especially in elite politic on government. Corruption has also been called as a culture and is being a part of social life of Indonesian, in empire age long ago its called Upeti, upeti is various gifts given by people based on an certain matters to their superior,King, bureaucrats, neighbour and other people. To fight against corruption uses many method of laws, moreover establish independence Institution to eliminate corruption but it still can not efficient. this research use another method to eliminate corruption with concern to culture, and political culture like establish morality, value of Indonesia’s culture, like Japan. Japan, is one of the few country in Asia without standing anticorruption performance, and even Japan is famous for its culture of pride and shame that affect a lot in the fight against corruption. It is not mentioned that there is no specific law regulating about corruption,resulting in insignificant punishment for the corruptors.The content of this research is comparative between Indonesia and Japa, and believe that Indonesia can build anticorruption’s culture to efforts on fight against corruption in Indonesia.”
KEY WORDS: SHAME CULTURE, SOCIAL CONTROL, COMPARATIVE, INSTITUTION, POLITICAL CULTURE, GLOBALIZATION AND MORAL VALUE OF CULTURE.
Abstrak
Korupsi di indonesia telah menjadi kebiasaan dan terjadi pada setiap kegiatan politik. Terutama elit politik di pemerintahan, Korupsi juga disebut sebagai sebuah budaya dan merupa kan bagian dari kehidupan sosial Indonesia, di jaman kerajaan ini dinamakan upeti. Upeti meru pakan berbagai hadiah yang diberikan saat halhal tertentu oleh rakyat atau seseorang kepada atasan, raja, birokrasi, tetangga, dan orang lain. Indonesia dalam melawan korupsi mengguna kan beberapa metode hukum, bahkan membangun institusi independen untuk memberantas ko rupsi namun masih belum efisien. riset ini menggunakan metode lain untuk memberantas ko rupsi dengan memperhatikan pada perspektif budaya dan budaya politik seperti membangun moralitas, nilai dari masyarakat Indonesia, seperti Jepang. Jepang, merupakan salah satu dari be berapa negara di Asia tanpa institusi anti korupsi, dan bahkan Jepang terkenal dengan budaya malu yang berpengaruh secara signifikan terhadap perlawanan memberantas korupsi. Hukum an sosial untuk koruptor merupakan hukuman final. Isi dari riset ini adalah membandingkan budaya politik antara Indonesia dengan Jepang dalam membangun budaya anti korupsi, dan ri set ini percaya bahwa indonesia mampu memberantas korupsi seperti Jepang yang fokus pada nilainilai antikorupsi sebagai usaha untuk memberantas korupsi di Indonesia.
1. Pendahuluan
Korupsi dan demokrasi adalah dua hal yang tidak bisa lepas bagai kan pisau bermata dua dan merupa kan salah satu konsekuensi sebuah negara memilih sistem Demokrasi. Para ahli ilmu politik dan filsuf me nekankan keberadaan korupsi dalam politik atau negara1: usahausaha un
tuk mengamankan kekayaan atau ke kuasaan melalui caracara tidak sah atau keuntungan pribadi atas biaya rakyat. Korupsi bukan hal yang baru dalam sejarah peradaban manusia dan ada di manamana dalam masya rakat yang kompleks. Sehingga di anggap perlu untukmenjelaskan mengapa terjadi korupsi di banyak negara dan bagaimana pemecahan nya, dan apa yang sebaiknya diper hatikan.
Faktorfaktor yang ditemukan adalah : modernisasi, demokrasi poli tik atau bisa disebut ideologi dan bu daya. Saat ini cukup banyak ilmuan sosial yang berpaling ke faktorfaktor budaya untuk menjelaskan moderni sasi, demokratisasi politik, strategi militer, perilaku etnis dan korupsi2.
Sampai pada melihat budaya sebagai pengaruh utama, tetapi bukan satu satunya, terhadap perilaku sosial, dan politik, sehingga studi kasus ma upun penlitian tentang korupsi perlu kita lihat dari segi budaya. Daniel Patrick Moyihan berkata: “Bahwa bu dayalah dan bukannya politik yang menentukan kesuksesan sebuah ma syarakat”. Dalam hal ini definisi bu daya istilah subjektif seperti nilai nilai, sikap, kepercayaan, oreintasi, dan praduga mendasar dalam suatu masyarakat. Seperti yang telah dite gaskan oleh Seymour Martin Lipset dan Gabriel Salman Lenz bahwa ting kat korupsi di berbagai negara cende rung bervariasi sejajar dengan garis budaya3. Budaya Indonesia adalah
budaya baik yang dibentengi oleh ni lainilai agama, norma sosial yang melekat turun temurun dan sejarah yang membentuk masyarakat untuk berperilaku antikorupstif tetapi se makin modern bangsa Indonesia ter kikis pula budaya yang baik itu yang semakin sulit kita jumpai sejak kebia saan upeti kerajaan yang begitu kolo nilais masuk, praktek korupsi itu ti
dak dibabat, melainkan dibiarkan te tap hidup guna mengikat loyalitas pembesarpembesar pribumi. Hal ini mengakibatkan kebiasaan yang hing ga sekarang masih tumbuh dan digu nakan untuk mencapai tujuan de ngan memanfaatkan elite pemerin tah, mereka dirayu persenan, kekaya an berlimpah tanpa harus bekerja ke ras dan terus menerus dalam peme rintahan masa Orde Baru yang lang geng hingga sekarang.
Sedangkan Jepang sejak dahulu terkenal dengan tradisi Seppuku. Seppuku (切 腹?, arti harfiah: "potong perut") adalah suatu bentuk ritual bunuh diri yang dilakukan untuk bertanggung jawab menebus kesalahan dan rasa malu karena gagal dalam tugas atau melalaikan perintah atasan4. Sebagai negara yang
samasama memiliki budaya turun temurun dan kepercaayaan. Dengan budaya malunya yang mampu bertahan linier modernisasi tidak merubah dalam prakteknya, budaya inilah yang menjadi senjata utama dalam pencegahan korupsi. Menganalisis perbandingan budaya kedua negara dalam hal korupsi menjadi lintas kultural yang menarik, benar yang dikatakan Samuel Huntington5.
1.1 Preposisi
Preposisi adalah kebenaran Objektif yang mana kebenaran tersebut masih bisa diperdebatkan maka, berdasarkan permasa lahan yang telah di uraikan diatas, maka pe neliti mempunyai preposisi pertama yaitu penanaman nilainilai luhur, moral yang ada di masyarakat Indonesia kemudian bisa ber kembang menjadi nilainilai antikorupsi se perti yang ada di Jepang, sehingga bisa me nurunkan tingkat perilaku korupsi di Indo nesia. Preposisi kedua adalah penanganan pelaku korupsi di Indonesia seperti di Je pang yaitu diberlakukan sebagai disfugsi masyarakat dan dengan kontrol sosial tidak hanya dengan Undangundang saja sehing ga bisa menurunkan tingkat korupsi di Indo nesia.
2.1 Pendekatan Struktural Fungtional dalam teori Sistem Politik Easto dan Almond.
Hubungan antara budaya politik dan struktur politik, Pye mengatakan konsep budaya politik efekti digunakan perlu dilengkapi dengan analisis struktur politik dilihat satu sisi sebagai produk yang mencerminkan budaya politik dan juga “nilai sistem” yang membentuk budaya politik. Pendekatan struktur fungsional mnganggap fungsifungsi yang ada d negara ditentukan oleh strukturstruktur yang ada di tengah masyarakat dengan variabelvariabel kunci: fungsi, aktor, nilai (value), norma, tujuan, input, output, respon. Setiap negara memiliki norma yang berlainan sehingga konsep norma ini dapat pula digunakan sebagai parameter dalam melakukan perbandingan kerja sistem politik suatu negara dengan negara lain, penting untuk memahami bagaimana politik dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan dan bagaimana politik mempengaruhi lingkungan itu. Output sebuah sistem politik adalah sebuah kebijakan, dan tentunya kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan. Kesejahteraan yang terdapat di masyarakat dijaga oleh normanorma yang dimiliki, dan sanksi terhadap pelanggaran norma, dimana suatu masyarakat memiliki peluang untuk menjaga tatanan sistem yang sudah terbentuk melalui budaya yang mereka bangun. Meski terdapat ‘penyakit sosial’ atau pelanggaran norma yang mungkin terjadi, tidak akan mampu merusak tatanan kehidupan masyarakat seperti yang terjadi di Jepang masyarakatnya mampu menjaga “budaya malu” hingga saat ini.
2.2 Konsep Kekuatan Budaya
Perlu kiraya memusatkan perhatian pada peranan nilainilai dan perilaku budaya sebagai fasilitator atau hambatan bagi kemajuan6. Pertama,
melihat bahwa korupsi sebagai masalah sosial menjadi bentuk krimininilaitas yang dianggap sebagai perilaku moral yang menyimpang (deviance), yang berhadapan dengan reaksi sosial7.
Kedua, melihat kekuatan budaya. Budaya yang dipengaruhi oleh banyak faktor lain, contohnya, geografi dan iklim, politik, serta tingkah laku sejarah. Dalam tulisannya Jeffery Sachs8
menekankan geografi dan iklim sebagai faktor faktor yang menentukan dalam menjelaskan pertumbuhan dan buku Jared Diamond, Guns, Gems, and Steel, yang menyimpulkan bahwa “perbedaan yang mencolok sejarah panjang bangsa satu yang lain dari benua yang berbeda tidaklah disebabkan perbedaan kordati bangsabangsa itu sendiri perbedaan itu datang karena lingkungan yang berbeda9”. Kekuatan Budaya juga terlihat
pada bagaimana orangorang sudah bisa memprediksi kesuksesan Jepang dan Jerman pasca Perang Dunia II10 dengan menyertakan faktor
budaya, yang paling mencolok adalah tidak ada sifat “ketergantungan”. Berkebalikan dengan Indonesia yang “ketergantungan” dengan pinjaman keuangan dan teknologi yang telah terjadi hingga sekarang menjadi penjajahan modern. Konsep plitical culture yang diperkenalkan oleh Almond dan Verba dalam buku the civic culture. Mendefinisikan kultur politik sebagai ““the political system as internalized in the cognitions, feelings and evaluations of its populations”. Definisi ini lebih diperjelas lagi oleh Lucian Pye ““the sum of fundamental values, sentiments and knowledge that give form and substance to political process”. Dengan definisi ini maka nilai, norma dan budaya menentukan arah politik suatu bangsa.
3. Metodelogi Penelitian
Penelitian yang bersifat perbandingan ini bermaksud mengadakan perbandingan kondisi yang berbeda yang ada di satu tempat, apakah kondisi di tempat tersebut sama atau ada perbedaan, dan kalau ada perbedaan, kondisi mana yang lebih baik. Memperbandingkan beberapa Negara dengan berbagai cara biasanya disebut “strategi kasus perbandingan” atau “fokus perbandingan”. Memperbandingkan beberapa Negara mendapatkan kontrol melalui pemilihan yang berhatihati dari Negara yang akan dianalisis menggunakan level tengah dari abstraksi konseptual. Karena Negara yang menjadi unit analisis dan fokus ditunjukan menjadi kesamaan dan perbedaan dari Negaranegara daripada anlitikal hubungan antara variabelvariabel.
Pendidikan antikorupsi, Penangan terhadap pelaku korupsi.
Peneliti menggunakan metodelogi sistem desain perbandingan, untuk memperbandingkan beberapa Negara dibagi menjadi dua tipe dari system design :”Most Similar system design”dan“Most different system design”. Most Similar system design (MSSD) mencariperbandingan politikal sistem yang dibagi beberapa kesamaan aspek dalam usaha untuk menetralkan beberapa perbedaan selama menyoroti yang lain. Berdasarkan metode dari perbedaan, MSSD mencari untuk mengidentifikasi aspek kunci yang berbeda diantara negara yang mirip. Sehingga peneliti memilih MSSD dalam penelitian ini. Untuk menguji preposisi peneliti membandingkan antara Indonesia dan Jepang dalam pembangunan nilainilai antikorupsinya11.
3.2 Teknik Pengambilan data dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan menuju pada lembaga pemerintahan atau institusi maupun NGO (Non Government Of fice) yang berfokus pada korupsi. Un tuk NGO peneliti memilih ICW (In donesia Corruption Watch), TII (Transparency International Indone sia), dan Lembaga Pemerintah adalah KPK (Komisi Pemberantasan Korup si). Kemudian dalam melakukan pen carian sumber data primer menggu nakan indepth interview dengan teknik purposive kepada informan kunci yang dianggap memiliki pengetahu an yang mendalam terhadap fokus penellitian ini terutama dalam hal ko rupsi12.
3.3. Identifikasi AspekAspek yang diperbanding kan.
a. Identifikasi Aspek
Untuk memudahkan penelitian dalam membuat analisis maka, menggunakan istilah “aspek” yang dijadikan sebagai bantuan dalam menganalisis focus perbandingan yang digambarkan (A) yaitu Jepang dan aspekaspeknya dalam (A1) dan
seterusnya, kemudian (B) yaitu Indonesia dengan Aspek perbandingannya (B1) dan
seterusnya.
Adapun aspek yang diteliti yang berhubungan dengan judul dan masalah yang terjadi adalah sebagai berikut: Aspek pembangunan kelembagaan antikorupsi, Aspek Pembangunan Pendidikan antikorupsi dan Aspek Penangan pelaku korupsi. Berikut adalah alasan mengapa peneliti memilih ketiga aspek tersebt dalam perbandingan penelitian antara Indonesia dan Jepang :
Aspek Kelembagaan Antikorupsi: Aspek Kelembagaan antikorupsi berar ti peneliti beranggapan bahwa kelem bagaan adalah output sebuah sistem politik di suatu pemerintahan dalam kajian fokusnya kasus korupsi teruta ma Indonesia dan Jepang serta dengan memperbandingkan kelembagaan maka kita bisa melihat seberapa pen tingnya kasus atau perilaku korupsi di Indonesia dan Jepang.
Aspek Pembangunan Pendidikan Anti korupsi:
Alasan mengapa peneliti menjadikan pembangunan pendidikan atikorupsi untuk melihat bahwa pemerintah Indo nesia maupun Jepang memiliki cara te sendiri selain hukum untuk menurun kan perilaku koruptif dengan penan manpenanaman nilainilai yang diajar kan baik melalui pendidikan formal ataupun masyarakat, dan keluarga. Aspek Penanganan Pelaku Korupsi
Segi Budaya SosialPolitik:
Fokus pada penanganan pelaku korup si dengan caracara yang Indonesia dan Jepang miliki secara khas mengingat perilaku politik yang terjadi di dalam pemerintahan atau parlemen yang se bagian besar berasal dari partai politik. Fokus pada penanganan yang tidak bersifat peradilan atau undangundang tetapi pada penanganan sosial atau in ternal partai.
Kesemuanya berfokus pada kajian budaya Indonesia dan budaya Jepang sebab budaya lokal yang menjadi dom inan antara Indonesia maupun Jepang dimana dalam kehidupan seharihari mereka bersikap pada pedoman buda ya yang kemudian terakomodasi men jadi sebuah budaya politik.
b. Definisi Aspek
dan perilaku berbudaya seharihari masyarakat Jawadan Islam. Sedangkan Jepang melalui Studi litelatur baik jurnal, novel atau karya sastra Jepang ditambah wawancara di kedutaan Jepang. Kemudian memperbandingkan perilaku elit partai LDP (partai Jepang) dan Demokrat (partai Indonesia) sebagai perwakilan dari elit partai berkuasa di Indonesia dan Jepang dalam melihat perilaku korupsinya.
Tabel 3.1 Definisi Aspek
Aspek Jepang (A) Indonesia (B) Pembangunan
kelembagaan antikorupsi
Jigyou Shiwake. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).
Penangan pelaku korupsi.
Bunuh diri, bullying, shaming and Naming. Kontrol sosial.
UU Tipikor, penjara,
memiskinkan, tidak mengaku.
Perilaku korupsi elit partai
berkuasa
Partai Liberal Democratic Party
Partai Demokrat
Pembangunan Pendidikan antikorupsi
Melalui nilai nilai budaya tradisional yang melekat kuat seperti budaya malu, bushido dsb.
Nilai dan moral yang ada sejak lama, pendidikan antikorupsi dsb.
Sumber : diolah peneliti dari adaptasi WickhamCrowley13
4. Pembahasan
4.1 Pembangunan Kelembagaan Antikorupsi
Sesuai dengan fokus penelitian hal yang pertama akan dibahas ada lah Pembangunan kelembagaan anti korupsi dengan menyadari bahwa pembangunan kelembagaan antiko rupsi berarti kedua negara Jepang dan Indonesia telah melihat seberapa urgent korupsi. Meski samasama me miliki lembaga yang menangani ko rupsi dimana tingkatan, posisi dan
tugas lembaga tersebut mungkin ber beda dan bisa dibandingkan.
Di Indonesia tanpa disadari, ko rupsi muncul dari kebiasaaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh ma syarakat umum warisan zaman kera jaan dahulu yang disebut Upeti (ucapan terima kasih/pajak/rasa syukur dan semuanya diberikan ke pada raja) yang dengan terselubung dan diluar kesadaran masih berlang sung terus. Seperti memberi hadiah kepada pejabat atau pegawai negeri atau keluargannya sebagai imbalan jasa sebuah pelayanan, kebiasaan itu dipandang lumrah dilakukan sebagai bagian dari budaya ketimuran. Kebi asaan koruptif ini lamalama akan menjadi bibitbibit korupsi yang nya ta.14
Korupsi semakin parah sampai proses peneggakan hukum dan elit politik dengan menyelewengkan uang rakyat atau pemanfaatan jabatan untuk menyamarkan asal usul uang hasil kejahatan sehingga seolaholah berasal dari tindakan sah. Kerugian akibat korupsi adalah penyumbang terbesar kemiskinan di Indonesia, sementara itu gerakan anti korupsi seolah berjalan di tempat. Di Indonesia korupsi merajalela terjadi akibat beberapa faktor, menurut Huntington15 apabila akses politik
lebih berat daripada akses ekonomi, maka orang akan memasuki arena politik demi memperoleh uang dan ini menjerumus pada semakin luasnya korupsi politik dan korupsi ekonomi akibat tujuan awal terjun di dunia politik untuk memperoleh kedudukan demi memperoleh uang yang banyak entah apapun caranya.
UU Nomor 30 Tahun 2002 pasal 6 adalah melakukan fungsi koordinasi dan supervisi dengan instansi yang
berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Di Jepang kasus memiliki sejarah kekaisaran yang juga memiliki sejarah pemberian budaya ketimuran. Saat ini kasus korupsi yang sering terjadi di Jepang adalah proyek pengadaan, mendirikan bangunan dan salah satu bentuk yang paling umum dari korupsi di Jepang adalah suap untuk proyek proyek konstruksi. Bentuk suap adalah salah satu alasan mengapa Jepang memiliki jembatan dan jalur kereta api tapi kurang dari setengah populasi dihubungkan ke jalur selokan begitu banyak. Banyak korupsi berputar di sekitar perusahaan konstruksi berusaha untuk mengamankan uang untuk proyekproyek pekerjaan umum. Praktek yang umum adalah birokrat memberi kontrak pada sebuah perusahaan konstruksi dan perusahaan yang diberikan kontrak oleh birokrat kemudian diberi pekerjaan bergaji tinggi ketika birokrat tersebut pensiun dari pemerintah. Padahal Sejak pemerintahan Bakufu sudah dibuktikan bahwa institusi harus bebas korupsi,pada zaman Meiji korupsi skala kecil sudah diwajibkan bunuh diri salah satunya contoh organisasi yang sangat ketat dalam mengikat para pegawai yang oshoku (kerja kotor) dengan memberlakukan hukuman seppuku. dan yang paling terkenal adalah Kyokuchu Hatto banyak anggota Shinsengumi yang harus mati melakukan ‘seppuku’.Kyokuchu Hatto memiliki 5 pasal:
1. Dilarang melanggar Bushido, yang melanggar harus seppuku. 2. Dilarang meninggalkan Shinseng
umi, yang melanggar harus sep puku.
3. Dilarang memperbanyak uang (berbisnis) secara sembunyisem bunyi/untuk pribadi, yang me langgar harus seppuku.
4. Dilarang ikut campur dalam urusan orang lain yang melang gar harus seppuku.
5. Dilarang melakukan pertarungan yang bersifat untuk pribadi, yang melanggar harus seppuku.
Melihat permasalahan ko rupsi proyek yang begitu besar Je pang Semenjak PM Hatoyama meme rintah 2009, ada sebuah tim yang di tunjuk untuk memeriksa semua lem baga atau institusi pemerintah yang memanfaatkan pajak dari rakyat Je pang, apakah uang rakyat telah be narbenar dipakai dengan adil. Tim tersebut adalah 行政刷新会議(diba ca gyousei sasshin kaigi atau Govern ment Revitalisation Unit ), yang tugas utamanya disebut 事業仕分け(baca: Jigyoushiwake) atau pemeriksaan ke uangan proyek. Dimana lembaga ini bertugas memeriksa apakah anggar an proyek ini perlu dan meminta penjelasan kepada politisi terkait dan disiarkan langsung di Internet jadi mereka tidak bisa menutupnutupi dan diputuskan secara langsung dan dibahas di beberapa media sebagai pendekatan yang cukup bagus untuk memeriksa penggunaan uang rakyat di lembaga atau institusi yang dikon trol negara16.
sama di kemudian hari. Wujud dari budaya Hansei ini jelas terungkap dalam kehidupan seharihari di sega la sektor masyarakat termasuk dalam bidang pemerintahan.
Dalam penanganan kasus korupsi semangat Samurai masih bisa dijumpai khususnya hubungan antara kasus korupsi di Jepang ketika salah seorang sudah ketahuan melakukan korupsi maka jalan terakhir yang dia lakukan selain mengundurkan diri adalah dengan bunuh diri. Jepang masyarakatnya memiliki keteguhan nilai lokal yang tinggi sehingga tidak dengan mudah melakukan tindakan yang dapat merugikan bangsa dan Negaranya dengan melakukan korupsi dan reaksi masyarakat serta media yang samasama mampu memberikan efek jera yang begitu luar biasa seperti bullying bagi keluarga koruptor yang menyebabkan rasa malu tinggi di sekeliling masyarakat.
Jepang memilki kontrol sosial yang bagus karena masyarakat memberikan efek Shaming and Namingyang sangat kuat dan sudah mampu memberikan efek jera bagi koruptor selain media. Indonesia medialah yang berperan shaming and naming tetapi media kadang tidak menggambarkan dengan bentuk bentuk yang dapat membuat jera para koruptor karena msayarakat Indonesia sendiri seakan bersikap acuh atau enggan untuk memberikan sanksi sosial kepada pelaku koruptor.
4.2 Perilaku Korupsi Elit Politik (Partai Demokrat) Indonesia dan (Liberal Democracy Party) Jepang.
Membahas korupsi berarti membahas perubahan nilainilai dan moral yang baik dan berkembang dalam masyarakat menjadi penyimpangan sikap. Perubahan itu ditentukan oleh nilainilai yang berkembang di masyarakat. Kemudian nialai yang berubah itu menjadi kebiasaan dalam lingkungan yang tidak menuntun kemabli kebada kebenaran dan jika dalam lingkungan yng biak maka akan tercipta pula konsisi yang baik sesuai dengan bagaimana nilainilai moral yang kita dapatkan dalam keluarga dan lingkungan. Peneliti beranggapan bahwa korupsi yang
terjadi di pemerintahan tidak lepas dari struktur politik kekuasaan yang memberikan ruang untuk munculnya masalah korupsi mereka sebenarnya ingin berbuat jujur dan berperialku sesuai dengan nilai dan moral yang dianggapnya benar kemudian lingkungan jahat emmbuat mereka melupakan apa yang baik dan akan menyebabkannya perilaku korupsi itu menjadi dengan dukungan dari pihal sekitar dan lingkungan yang mengubah. Oleh karenanya coba lihat kasus korupsi yang dilakukan anggota elit partai Indonesia dan Jepang yang berkuasa pada tahun 20092014. Budaya politik yang dimiliki masingmasing negara akan tampak pada sikap yang diambil baik partai ataupun pribadi.
Tabel 4.1
Korupsi Elit Partai Antara Indonesia dan Jepang
Aspek Pembahasa
n
Partai Demokrat (Indonesia)
Partai LDP (Jepang)
Nama/Jab
atan Urbaningrum/Anas Ketua Umum
Jero Wacik, Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral
(ESDM)/ Sekretaris Majelis Tinggi.
Nazaruddin
/mantan bendahara
umum. Angelina
Sondakh anggota DPR RI
/Mantan wakil Sekjen
Andi Mallarangeng
Menpora.
Tiga menteri pertanian yang berbeda secara berurutan yaitu: Toshikatsu Matsuoka, Norihiko Akagi Takehiko Endo FumioKyuma Menteri Pertahanan Yuko Obuchi, Menteri (METI) Menteri Kehakiman Midori Matsushima
Kasus Korupsi
Gratifikasi proyek Hambalang
Memeras sejumlah
rekanan pengadaan
barang di kementerian
Korupsi wisma atlet. Korupsi anggaran di II
kementerian Korupsi
proyek Hambalang
Keuangan Membela AS
Penyalahgunaan Anggaran Kelompok Melanggar UU Pemilu
Dampak Elektabilitas yangme nurun pada Pe milu Ke percaya an ma syarakat menurun Keluar dan mendiri kan par tai
el ektabilitas dan
Kepercayaan menurun. oposisi bisa membuat mosi tidak percaya. keluar dari partai,mendirika n partai.
Kebijakan Partai Internal
Eksternal
Langsung Pecat Kader yang Tersangka Korupsidan Mengundurkan diri
Departemen Pemberantasan
Korupsi dan Mafia Hukum Mengapresiasi KPK dalam Memberantas
Korupsi Membuka Forum Anti Korupsi Indonesia17
menggundurkan
diri dari pemerintahan.
Bunuh diri.
Mengapresiasi Jigyou
Sumber : LDP18dan Partai
Demokrat, data diolah
4.3 Pembangunan Pendidikan Antikorupsi
Persoalan utama dari budaya korupsi, adalah moralitas individu bangsa. Moralitas seseorang sangat ditentukan oleh lingkungan dan pergaulan sosialnya. Tinggi rendahnya moralitas yang terbangun dalam diri seseorang, tergantung seberapa besar dia menyerap nilai (pervade value) yang diproduksi oleh lingkungannya. Sehingga sangat dimungkinkannya penyebaran nilai nilai antikorupsi melalui masyarakat dengan penguatan nilai budaya, moral dan faktor lainnya misal
agama. Oleh sebab itu pembangunan antikorupsi harus kita lihat sebagai pembangunan budaya sebab penularan nilainilai dalam pendidikan diawali oleh budaya seperti yang dikatakanEdward B. Tylor : “Kebudayaan memilki 3 komponen penting, sebagai tata kehidupan (order), suatu proses (process). Serta bervisi tertentu (goals), maka pendidikan merupakan proses proses pembudayaan.” Sebab Perubahan budaya yang di integrasikan ke dalam pembangunan politik yang berkonsep, berstrategi, berencana, dan memilki program sangat penting bagi tercerminnya sikap antikorupsi.
Budaya dan kaitannya dengan korupsi yang digunakan sebagai salah satu langkah represif yang dirasa peneliti akan cukup mampu membangun berbagai bentukbentuk pencegahan selain hukum. KPK telah mengintegrasikan pencegahan denganperbaikan sektor strategis; yaitu Strategi pencegahan yang fokus pada aspek individu, aspek sistem dan aspek budaya19.
Aspek Individu: Korupsi pada In tinya dapat dipetakan dalam dua pandang di satu sisi, beberapa pemi kir meletakkan korupsi sebaagai ber asal dari individu itu sendiri. Sedang kan bagi kaum moralis, korupsi diar tikan sebagai “penyimpangan indvi dual, kegagalan moral di pihak indi vidu yang yang berwatak lemah dan tidak terlatih dengan baik”. Seseo rang melakukan korupsi tidak lebih karena indvidu tidak mampu berha dapan langsung dengan realitas di luar dirinya. Saat keadaan dan ke sempatan tertentu tersedia bagi tin dakan korupsi, maka pilihan kini ber ada di tanagn individu dan menga lami problematik. Dimana individu harus bertarung melawan dirinya dan jika tidak ada pilihan lain selain mengaambil suguhan yang ada atau menyediakan suguhan untuk menda patkan posisi tertentu (upeti).
daya yang baik dan benar telah terkondisikan dan terakomodasi dalam sistem politk juga. Sehingga terjadi keselarasan dengan sistem di masyarakat yang menanamakan bu daya Antikorupsi.
Strategi pembangunan budaya antikorupsi diawali dari menyadari bahwa “crime cannot be controlled withouth the interest and participation of schools, bussiness, sosial agencies, private groups, and individual citizens”20.menghilangkan sifatsifat buruk yang tanpa sadar akan menjadi penghambat bagi kemajuan dalam perkembangan dan pembagunan jati diri Indonesia, yaitu dengan menghilangkan sifat ketergantungan. Setelah itu membangun Kepercayaan, Identitas Nasional, budaya antikorupsi melalui pendidikan dan sosialisasi politik.
Identitas Nasional itu perlu karena kan membuat kita kuat sebab menajdi benteng kita untuk mempertahankan nialinilai budaya khas yang ada sehingga tidak bisa dengan muda diubah oleh masuknya modernisasi.
Kepercayaan menurut Inglehert21 sangat penting saling
percaya antar sesama warga untuk mengurangi biaya transaksi sosial (upeti) atau hadiah karena pemberian tersebut dimaksudkan agar penerima memberi perhatian lebih. Kepercayaan merefleksikan keseluruhan warisan sejarah dari sebuah masyarakat tertentu, termasuk faktor, ekonomi, politik, agama. Kepercayaan menciptakan efisiensi, kepercayaan dan nilainilai serupa, kesetiaan atau perkataan jujur (Truth Telling) sebagai sebuah aturan umum, kepercayaan muncul ketika sebuah komunitas saling berbagi serangkaian nilainilai moral untuk menciptakan perilaku yang wajar dan jujur. Peran agama dalam bentukbentuk kehidupan religius tertentu bisa juga sangat membantu, karena agama menyediakan alatalat internalisasi aturanaturan perilaku yang tepat. Jepang memiliki kode etiknya sendiri: Bushido, atau apa yang disebut etika samurai yang menekankan kebajikankebajikan, kestiaan militer, kehormatan dan keberanian. dewasa ini rakyat Indonesia memiliki nilai kurang
percaya yang cukup drastis terhadap negara terutama dalam penanganan kasus korupsi.
Pendidikan Keluarga sangat kuat dan kekal dan membentuk ikatan etnik, linguitik dan penanaman religius dengan memperkuat nilai kultur. Akar permasalahan korupsi di Indonesia tampaknya lebih disebabkan lemahnya nilainilai antikorupsi atau budaya hukum internal (cara berpikir dan berperilaku berdasarkan moral).
Pertama dengan
mengartikan suapmenyuap, upeti dan tindak kejahatan korupsi lainnya sebagai tindakan yang memalukan. Rasa malu terkondisi secara budaya, rasa malu yang sedemikian kuat dan universal itu merupakkan pengakuan bahwa ada sesuatu yang pantas dijauhi dalam tingkah laku yang melampaui rasa sekedar tidak sopan dan sekedar tidak legal dan rasa malu akibat perilaku korupi harus ditanamkan sejak dini baik lingkungan keluarga hingga pendidikan formal.
Pada pendidikan formal fokus KPK dalam melaksanakan tugas pencegahan korupsi adalah membangun Budaya Antikorupsi22.
Isi dari modul KPK adalah berupa penanaman kembali 9 nilai (value) yang dikemudian hari diperkenalkan sebegai nilainilai antikorupsi yang terdiri dari :
1.Jujur 5. Tanggung jawab 2.Pe duli 6. Kerja Keras
3.Mandiri 7. Sederhana 4.Disiplin 8. Berani dan 9. Adil
Impelemntasi pendidikan antikorupsi tersisip dalam mata pelajaran pengembangan budaya dan karakter bangsa.Metode pembelajaran pendidikan pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan integritas lainnya perlu diubah dari praktik selama ini yang berkutat pada domain kognitif, ke arah penanaman dan pembetukan watak.
sekalipun. Indikator yang bisa dilihat untuk seseorang memiliki integritas :pertama, mengikuti kode etik yang telah berlaku. jujur dalam mengelola dan menggunakan sumber daya lingkup otoritasnya. Kedua, melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinannya., jujur dan berbicara dengan etis meskipun itu menyakiti kolega atau teman dekat. Ketiga, bertindak berdasarkan nilai (value), meskipun sulit untuk melakukannya.
Keuatan budaya jangan dipandang sebelah mataa dalam relasinya terhadap politik setidaknya Parsons telah memberikan dasar bagi pendekatan dan dia mendefinisikan budaya politik sebagai 'pola orientasi ke aksi politik', dan orientasi sebagai 'sikap terhadap politik'. Orientasi aktor 'menyangkut "bagaimana" dari hubungannya ke dunia objek, pola atau caracara di mana hubungannya itu diatur'. Bagaimana aktor memperoleh, dan orientasi apa ingin ia miliki. Jawaban yang Parsons berikan untuk pertanyaan ini adalah bahwa hal itu merupakan hasil dari sosialisasi, dari internalisasi budaya; lebih khusus, budaya normatif karena itu, yang melekat dalam sistem tindakan adalah "orientasi normatif“23. Menurut Parson
Orientasi adalah sifatnya stabil, diinternalisasi, dan disposisional yang mendasari dan membimbing perilaku individu. Budaya politik adalah '"internalisasi" sistem budaya yang berkaitan dengan 'pola makna', sosial atau kepribadian yang dimiliki. Pola budaya dapat menjadi 'obyek orientasi dan unsur dalam orientasi aksi dan dapat ditransfer dari menjadi objek perilaku orientasi, bagian dari motivasi dan psikologi mereka.
Sehingga internalisasi dalam sistem kepribadian budaya normatif akan melahirkan kontrol. Sebab terjadinya korupsi pada aktor politik sekalinya aktor politik tersebut memiliki pengetahuan bahwa korupsi itu perilaku yang salah, dengan berada dalam sistem struktur politik yang jahat maka akan mengubah pendiriannya dan terjadi konflik batin dan yang tidak memiliki keyakinan dan keteguhan sikap kebenaran bahwa korupsi itu adalah
sesuatu yang kotor akan kalah. Dan dijelaskan pula oleh Parsons yang membahas budaya politik dan struktur politik oleh karenanya harus dilihat struktur politik di pemerintah Indonesia yang menanamkan bersama nilainilai buruk bagi aktor politiknya yang mengarah pada perilaku korupsi. Arus globalisasi yang kuat dan gencar menghantam negaranegara semuanya yang dipaksa bertransformasi24. Globalisasi
membawa nilainilai dan budaya budaya dari luar apalagi Indonesia tidak punya proteksi yang kuat sehingga ketika arus globaliasasi dan transformasi itu datang kita tidak punya filter dan tidak punya proteksi untuk menghadang hal ini nilainilai keluhurannya yang kita miliki sudah semakin runtuh25, Kemudian
keruntuhan nilai luhur yang hebat itu kemudian tidak lagi diajarkannya frekuensi melalui frekuensi guru, orang tua tetapi melalui mediamedia yang dalam penyebarannya sering menanamkan nilai globalisasi konsumtif.akibat konsumtifisme kemudian menjadi perilaku korupsi membuat para yang elit politik akibat tuntutan keluarga memaksanya melakukan tidakan korupsi, sebab Konsumtifisme itu mendorong sikap gratifikasi dan korupsi26. Akar
permasalahan korupsi saat ini seperti yang dikatakan Ibnu khaldun27:
“nafsu untuk hidup bermewah mewah di kalangan kelompok berkuasa.
4.4 Analisis Perbandingan
1) Aspek pembangunan kelembagaan antikorupsi : Institusi antikorupsi di Jepang berbeda dengan yang di Indonesia bagi Je pang Institusi hanyalah sebagai salah satu bagian yang membantu memperkuat kebi jakan pemerintah dalam hal pemberantasan korupsi tetapi semuanya tetap berada pada posisi masyarakat apakah masyarakat me milki kemampuan untuk dapat mengubah perilaku korup dengan budaya yang hidup diantara masyarakat Jepang sedangkan In donesia institusi antikorupsinya masih beru saha mengembalikan budayabudaya lokal nilainilai luhur yang tergerus.
nekankan pada budaya dan nilainilai moral atau sikap kesatria yang dimiliki oleh pelaku korupsi yang berakhir dengan bunuh diri akibat malu, atau tidak mampu memper tanggungjawabkan kesalahannya ada negara atau masyarakat. Indonesia dalam pena nganan terhadap pelaku korupsi lebih me milih diam padahal tahu akibat takut pada patronklien yang masih kental dan pengeta huan masyarakat mengenai korupsi yang masih kurang sehingga kontrol sosialpun juga tidak seperti di Jepang.
3) Aspek perbandingan perilaku elit korupsi partai : kasus korupsi partaiIndone sia hampir sama juga ada pada Jepang tetapi dengan beda dimensional antara dimensi budaya masyarakat dengan dimensi poli tik.Jepang juga memiliki struktur politik yang sama dengan Indonesia dimana dalam pemerintahannya atau elit partai memiliki nilainilai kotor oshoku (korupsi) tetapi seba gian besar aktor politiknya tidak dengan mudah berubah mengikuti sistem budaya politik dikarenakan sudah memilki kebenar an dan keyakinan yang teguh yang selaras dan terus dijaga dengan kuat sesuai dengan dimensi sistem masyarakat Jepang yang me nanamkan nilainilai yang baik sesuai tradisi Jepang. Indonesia punya budayabudaya yang kuat juga seperti Jepang juga disetiap daerah seperti Siri na pace, agama Islam, dan Mo Limo. Hanya saja di Indonesia nilainilai luhur itu tidak dipertahankan dengan baik.
4) Aspek pembangunan pendidikan antikorupsi : korupsi memang harus diyakini bahwa korupsi dapat dikurangi karena reaksi masyarakat merupakan kekuatan yang besar dalam menumbuhkan semangat pembangunan antikorupsi di Indonesia. Oleh karena itu penyakit korupsi dapat dihilangkan melalui pendekatan budaya dengan membangun Budaya Antikorupsi yang sesuai dengan budaya Indonesia, bercirikan budaya lokal dan mengembalikan nilainilai norma yang luhur kembali sehingga tidak kalah dengan Budaya Antikorupsi Jepang.
5. Kesimpulan dan Saran
Indonesia bisa berkaca dengan Jepang dalam hal pembangunan nilainilai antikorupsi. Jepang memiliki nilainilai budaya malu, jiwa ksatria, jujur yang kuat melekat pada masyarakatnya yang berjalan linier terhadap kesadaran masyarakat maupun elit pemerintahan sehingga mengurangi perilaku koruptif dengan kontrol sosial dan kontrol
moral yang dimiliki oleh Jepang. Kebanyakan dari masyarakat Jepang dan elit mengganggap bahwa perilaku korupsi (oshoku) adalah buruk, bukan nilainilai yang diajarkan dalam keluarga dan masyarakatnya dan itu perbuatan yang merugikan diri sendiri, orang lain dan Negara.
Indonesia setidaknya dapat belajar dari budaya Jepang yang menyalurkan semangat Antikorupsi dengan budaya malu melalui pendidikan formal. dengan berkeyakinan bahwa kita memiliki kesamaan budaya keti muran dan keteladanan nenek moyang ma sih dipertahankan, serta pedoman masyara kat Indonesia dan Jepang yang samasama menjadikan Agama sebagai pola pikir utama dalam menjalankan kehidupan seharihari maka perilaku korupsi di Indonesia bisa di kurangi melalui penanaman nilainilai anti korupsi yang berasal dari budaya lokal yang berkembang di masyarakat seperti di Je pang. Karenaefek jera hukuman untuk para koruptor adalah sanksi sosial dan moral ma syarakat yang dibangun oleh kesadaran ma syarakat itu sendiri. Sehingga terjadi kese larasan antara sistem politik dengan sistem di masyarakat yang menanamakan budaya Antikorupsi.
1
Daftar Pustaka.
Arnold J. Heidenheimer,
Political Corruption: Readings in Comparative Analysis.
(New Brunswick, NJ:
Transaction, 1978) hal. 3
2
Editor : Lawrence E. Harrison and Samuel P. Huntington,
“Kebangkitan Peran Budaya: Bagaimana Nilai
Nilai Membentuk Kemajuan Manusia”
(LP3ES, 2006) hal. Xiv
3
Ibid..hal 3
4Lihat
http://www.wikipedia.com/seppuku/
5Francis Fukuyama,
Trust,
(Qalam, Yogyakarta:2010).
6
Lawrence E. Harrison,
“Paradigma Budaya : Simposium Akademi Harvard Dalam Kebangkitan Peran
Budaya,
(Jakarta, LP3ES; 2011) hal. 7
7Lihat Jhon I. Kitsuse,
“Social Reaction Deviant Behaviour”.
8
Jeffery Sachs, lihat buku
Kebangkitan Peran Budaya..
9
Lihat Jared Diamond,
Guns, Gems, and Steel
(New York:Norton, 1997) hal 405 dan lihat buku
kebangkitan
Peran Budaya Ibid hal 15
10 Lihat Buku
“Kebangkitan Peran Budaya “ hal. 7
11
Todd Landman, 2005,
“Issues and Methods in Comparative Politics an Introduction”,
second edition,
(New York:ISBN) hal 2632
12
ICW
(bagian korupsi di partai),
TII
(deputy), dan
KPK
(4 pimpinan ketua KPK jabatan tahun 2014).
13 WickhamCrowley, 1993
“Sources of Peasant Support for Guerillas”
, hal 92117.
14
Buku saku KPK,
“Memahami Untuk Membasmi Tindak Pidana Korupsi”
hal. 1
15
Samuel P. Huntington, 1995,
Gelombang Demokrasi Ketiga
(Jakarat: Intermasa) hal 133
dikutip oleh
Mansyur Semma, 2008.
“Negara dan Korupsi : Pemikiran Mochtar Lubis Atas Negara, Manusia Indonesia
dan Perilaku Politik”
, (Yayasan Obor Indonesia:Jakarta)
hal 41
16
Fumi Yamazaki,
Jigyou Shiwake in Japan
,
http://fumijp.blogspot.com/2010/04/jigyoshiwakein
japan.html
diakses pada tanggal 6 Januari 2014
17
Lihat:
http://www.demokrat.or.id/2014/06/memberantaskorupsitidakmudahtapiharusteruskita
lakukan/
diakses pada 6 Januari 2015
18
http://suicunesoul.blogspot.com/2008/10/
perkembanganldpdandpj
.html
19Bambang Widjojanto, Wakil ketua KPK,
wawancara,
Yogyakarta pada 9 Desember
20
The Precident’s Comission on Law Enforcment and Admnidtration of Justice, The Challengge of Crime in a Free
Society, Government Printing Office, Washington 1967;V.
Diambil dari
“Fungsi PerudanangUndangan Pidana
dalam Penanggulangan Korupsi di Indonesia“,
hal 8.
21
Ibid..
22
Hasil Penelitian
, dalam Festival Antikorupsi ,Yogyakarta, Desember. 2014
23 Almond dan Verba,
The Civic Culture
, hal. 1314.
24Dedi H, 2014,
wawancara
pada 14 November.
Profil Dedi H, sebagai Deputy di bidang korupsi pad Transparency International Indonesia.
25 Abraham Samad, 2014,
wawancara
pada 8 Desember.
Profil Abraham Samad : adalah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
26 Bambang Widjojanto 2014,
wawancara
pada 10 Desember
Profil Bambang Widjojanto atau dikenal pak Bewe adalah Wakil ketua KPK