• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA FUNGSI KOMPOSISI DI KELAS XI IPA I SMAN 7 PALU | Kastarina | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8635 28328 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA FUNGSI KOMPOSISI DI KELAS XI IPA I SMAN 7 PALU | Kastarina | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8635 28328 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL BELAJAR SISWA PADA FUNGSI KOMPOSISI DI KELAS XI

IPA I SMAN 7 PALU

Yuni Kastarina

E-mail: yunikastarina@gmail.com Teguh S. Karniman

E-mail: teguhkarniman@gmail.com Anggraini

E-mail: anggiplw@yahoo.co.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fungsi komposisi di kelas XI IPA 1 SMAN 7 Palu. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini sebanyak 25 siswa dan dipilih tiga siswa sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada fungsi komposisi di kelas XI IPA I SMAN 7 Palu, dengan delapan komponen yaitu: 1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4) student creative, 5) team study, 6) whole class unit, 7) fact test, dan 8) team scores and team recognition.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe TAI, hasil belajar, fungsi komposisi.

Abstract: This research aimed to describe about the aplication of cooperative learning model Team Assisted Individualization (TAI) can improved the learning outcomes on function composition at grade XI IPA I SMAN 7 Palu. This research was a classroom action research which referred to Kemmis and Mc. Taggart research design that were planning, acting, observing, and reflecting. This research was conducted in two cycles. Subject of research were 25 students and three students were selected as informants. The result of the research showed that Cooperative Learning Model TAI can improved learning outcomes on function composition at grade XI IPA I SMAN 7 Palu eight componens: 1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4) student creative, 5) team study, 6) whole class unit, 7) fact test, and 8) team scores and team recognition.

Keyword: cooperative learning model TAI, learning outcomes, function composition

Tujuan pembelajaran matematika ialah membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan dalam bidang matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Hal ini yang mendasari perlunya pembelajaran matematika mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

(2)

dan dialog dengan guru matapelajaran matematika di sekolah tersebut untuk memperoleh jawaban atas dugaan peneliti.

Hasil dialog dengan guru matapelajaran matematika pada SMAN 7 Palu diperoleh informasi bahwa satu diantara faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar pada materi fungsi komposisi yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang konsep fungsi komposisi. Selain itu, siswa berkemampuan tinggi lebih mendominasi di dalam kelas dan siswa berkemampuan rendah cenderung pasif.

Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru tersebut peneliti memberikan tes identifikasi masalah pada siswa kelas XII sebanyak 23 siswa yang telah mempelajari materi fungsi komposisi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas tentang kesulitan siswa pada materi fungsi komposisi. Dua diantara soal yang diberikan yaitu: 1) Misalkan fungsi

dan fungsi dengan dan – .

Tentukan dan dan 2) Fungsi-fungsi f, g dan h adalah pemetaan dari

ke masing-masing ditentukan dengan rumus , , dan

. Tunjukkan bahwa , jawaban siswa

terhadap soal tersebut ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1 Tes identifikasi AS nomor 1

Gambar 1 menunjukkan bahwa siswa AS melakukan kesalahan yaitu mengalikan fungsi dan fungsi yang seharusnya dikomposisikan (AS101 dan AS104) sehingga menyebabkan jawaban akhir siswa AS salah (AS103 dan AS106). Gambar 2 menunjukkan bahwa siswa EL dapat menuliskan apa yang diketahui dari soal (EL201) dan dapat mengkomposisikan dua fungsi (EL203, EL209, dan EL210). Namun, siswa EL salah dalam mensubtitusi (EL204) yang menyebabkan jawaban setiap hasil komposisi dua fungsi salah (EL205, EL208, dan EL213).

Berdasarkan hasil dialog dan hasil tes identifikasi, diperoleh informasi bahwa siswa tidak dapat mengkomposisikan dua buah fungsi dan masih kesulitan menentukan fungsi pembentuk apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui. Selain itu, siswa yang

EL205

EL207

EL208

EL201

EL202

EL203

EL204

EL206

Gambar 2 Tes identifikasi EL nomor 2

AS101 AS102

AS103 AS104

AS105

AS106

EL209

EL210

EL211

EL212

EL213

(3)

berkemampuan tinggi lebih mendominasi pada proses pembelajaran di dalam kelas dan siswa yang berkemampuan rendah cenderung pasif. Peneliti menganggap bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat menjadi alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada fungsi komposisi. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Siswa bekerja sama dalam kelompok, sehingga siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu temannya yang berkemampuan rendah. Kurniawati (2012) mengatakan bahwa

TAI yaitu suatu model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual yang memenuhi student creative, team, placement test, teaching group, team scores and team recognition, team study, fact test, dan whole class unit. Setiap anggota kelompok bekerjasama dalam usaha menyelesaikan soal, sehingga dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah untuk meningkatkan kemampuannya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada fungsi komposisi di kelas XI IPA I SMAN 7 Palu?

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada alur desain penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri dari empat komponen yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan pada satu waktu yang sama. Subjek penelitian ini yakni siswa kelas XI IPA I SMAN 7 Palu sebanyak 25 siswa yang terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Kemudian dari subjek penelitian dipilih tiga siswa sebagai informan yaitu: satu siswa berkemampuan tinggi berinisial WS, satu siswa berkemampuan sedang berinisial EF, dan satu siswa berkemampuan rendah berinisial NN.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: tes, observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI minimal berkategori baik untuk setiap aspek pada lembar observasi dan meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan komposisi dari dua fungsi. Adapun indikator keberhasilan pada siklus II yaitu siswa dapat menentukan fungsi pembentuk fungsi komposisi apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui.

HASIL PENELITIAN

(4)

sebelum masuk ke tahap pelaksanaan tindakan.

Peneliti melakukan diskusi dengan guru matematika kelas XI IPA untuk menentukan informan yang diharapkan dapat mewakili setiap tingkat kemampuan siswa. Berdasarkan diskusi tersebut dipilih siswa dengan inisial WS sebagai informan berkemampuan tinggi, EF sebagai informan berkemampuan sedang, dan NN sebagai informan berkemampuan rendah. Selain itu, hasil tes awal juga dijadikan peneliti sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen dibantu guru matematika kelas XI IPA. Jumlah siswa di kelas XI IPA I yaitu 25 siswa sehingga siswa dibentuk ke dalam lima kelompok belajar yang beranggotakan lima siswa untuk setiap kelompok.

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama di siklus I membahas tentang fungsi komposisi dan siklus II membahas tentang komponen pembentuk fungsi komposisi apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi. Pertemuan kedua pada siklus I dan siklus II peneliti memberikan tes akhir tindakan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap yang memuat fase-fase model pembelajaran kooperatif yang dikombinasikan dengan komponen-komponen model pembelajaran kooperatif tipe TAI, yaitu 1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4) student creative, 5) team study, 6) whole class unit, 7) fact test, dan 8) team scores and team recognition.

Kegiatan awal pembelajaran pada setiap siklus dimulai dengan mengucapkan salam, berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran siswa. Sebanyak 24 siswa yang hadir pada pertemuan pertama siklus I dan sebanyak 25 siswa yang hadir pada pertemuan pertama siklus II. Selanjutnya peneliti menyiapkan siswa untuk belajar dengan mempersilahkan siswa menyiapkan buku dan alat tulis yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dan meminta siswa untuk menyimpan benda maupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang berlangsung. Kemudian peneliti menyampaikan materi yang dipelajari pada siklus I yaitu fungsi komposisi, sedangkan pada siklus II yaitu komponen pembentuk fungsi komposisi apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi. Kegiatan tersebut dapat menarik perhatian siswa di awal pembelajaran.

Fase pertama yakni penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa. Aktivitas yang dilakukan yaitu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan komposisi dari dua buah fungsi. Sedangkan tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu siswa dapat menentukan komponen pembentuk fungsi komposisi apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui dan siswa dapat membuktikan sifat-sifat fungsi komposisi. Setelah penyampaian tujuan pembelajaran siswa terarah dan berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan penerapan fungsi komposisi dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti menyampaikan bahwa fungsi komposisi diterapkan pada proses pembuatan buku, mendaur ulang logam dan pembuatan warna pada mesin cetak. Siswa telah mengetahui manfaat fungsi komposisi sehingga siswa termotivasi untuk mempelajarinya. Kemudian peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali kepada siswa mengenai materi prasyarat. Materi prasyarat pada siklus I ialah operasi fungsi aljabar sedangkan materi prasyarat pada siklus II ialah fungsi komposisi. Siswa dapat mengingat materi prasyarat sehingga siswa tidak kesulitan untuk pembelajaran selanjutnya.

(5)

masing-masing. Hal ini sesuai dengan komponen teaching group dari model TAI. Selanjutnya komponen student creative dari model TAI yaitu guru mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal latihan secara individu yang telah dibagikan sebelumnya. Siswa telah mengetahui materi yang dipelajari dan siswa aktif dalam mengerjakan latihan yang akan dikoreksi oleh teman kelompoknya.

Aktivitas pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar yakni peneliti mengarahkan siswa bergabung ke dalam 5 kelompok belajar dengan tingkat kemampuan matematika yang berbeda. Peneliti menyampaikan bahwa setiap siswa bertanggungjawab terhadap kelompoknya. Oleh karena itu, semua anggota kelompok belajar dan bekerja secara kolaboratif dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan komponen team dari model TAI. Siswa membentuk kelompok dengan tertib, sehingga kondisi kelas dalam keadaan tenang.

Fase selanjutnya yaitu pemberian bantuan kerja tim dan belajar. Pada fase ini, peneliti menyampaikan bahwa hasil kerja individu didiskusikan dalam kelompok, setiap anggota kelompok bersama-sama memeriksa, mengoreksi dan memberikan masukan untuk teman satu kelompok. Anggota kelompok secara bersama-sama membandingkan jawaban dan memecahkan masalah-masalah yang ditemui anggota kelompok saat menyelesaikan latihan secara individu. Peneliti memberikan bantuan saat terdapat hal-hal yang sulit dipahami dengan menggunakan teknik scaffolding. Kemudian setiap kelompok menyimpulkan hasil diskusi berupa jawaban yang benar dari soal yang terdapat pada LKS. Hal ini sesuai dengan komponen team study dari model TAI.

Peneliti memilih perwakilan kelompok dengan cara undian untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada siklus I, terpilih kelompok 1 yang diwakili oleh siswa RA untuk

mempresentasikan jawaban soal nomor 1 yakni mencari rumus fungsi sedangkan

kelompok 3 yang diwakili oleh siswa EF mempresentasikan jawaban soal nomor 2 yakni mencari

rumus fungsi . Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain

untuk memberikan tanggapan, kelompok 2 memberikan tanggapan bahwa jawaban yang diperoleh sama dengan jawaban kelompok 1. Pada siklus II, kelompok yang terpilih yakni kelompok 4 yang diwakili oleh siswa DK mempresentasikan jawaban soal nomor 1 yakni

menentukan apabila dan diketahui, kelompok 2 yang diwakili oleh

siswa NV mempresentasikan jawaban soal nomor 2 yakni menentukan apabila

dan diketahui sedangkan kelompok 5 yang diwakili oleh siswa CA mempresentasikan

jawaban soal nomor 3 yakni membuktikan fungsi komposisi bersifat asosiatif. Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan, setiap kelompok memberikan tanggapan bahwa jawaban yang diperoleh sama dengan jawaban kelompok yang presentasi. Saat diskusi berlangsung, peneliti mengawasi dan membimbing siswa dengan memberikan bantuan seperlunya. Hasil yang diperoleh yaitu siswa dapat memberikan tanggapan terhadap jawaban kelompok yang presentasi sehingga yang dipelajari siswa lebih bermakna.

Aktivitas pada fase evaluasi yakni peneliti memberikan soal yang dikerjakan secara individu. Hal ini sesuai dengan komponen fact test dari model TAI. Setiap siklus peneliti memberikan satu nomor soal kepada siswa. Setelah pengerjaan soal selesai, peneliti meminta kepada seluruh kelompok untuk membuat kesimpulan. Pada siklus I peneliti mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi fungsi komposisi, sedangkan pada siklus II peneliti mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi menentukan fungsi pembentuk fungsi komposisi dan sifat-sifat fungsi komposisi. Hal ini sesuai dengan komponen whole class unit dari model TAI. Siswa dapat menyimpulkan materi yang dipelajari.

(6)

pujian dan tepuk tangan peneliti juga memberikan hadiah berupa buku dan pulpen yang dibungkus dalam kertas kado yang diurut menurut kelompok terbaik. Penentuan kelompok terbaik sesuai dengan komponen team scores and team recognition dari model TAI. Hasil yang diperoleh yakni siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya.

Pertemuan kedua setiap siklus yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan. Tes akhir tindakan siklus I terdiri atas dua butir soal. Satu diantara soal yang diberikan: fungsi dan

berikut ini masing-masing adalah pemetaan dari R ke R f dan .

Tentukan fungsi komposisi dan .

Berdasarkan hasil analisis tes akhir tindakan siklus I, diperoleh kesimpulan bahwa dari 25 siswa yang mengikuti tes akhir tindakan hanya 15 siswa yang menjawab dengan benar dan 10 siswa melakukan kesalahan. Satu diantara kesalahan yang dilakukan yakni melakukan kesalahan dalam operasi pangkat. Sebagaimana ditunjukkan oleh jawaban siswa NN pada Gambar 3.

Gambar 3. Jawaban siswa NN terhadap tes akhir tindakan siklus I

Gambar 3 menunjukkan bahwa siswa NN dapat mengkomposisikan dua buah fungsi

(NNaS102 dan NNaS105), untuk siswa NN menjawab benar (NNaS104) dengan

menuliskan rumus (NNaS102) kemudian mensubtitusi fungsi

(NNaS102 dan NNaS103). Namun, NN melakukan kesalahan pada dalam operasi

pangkat (NNaS106) sehingga jawaban akhir salah (NNaS107). Seharusnya, siswa NN

menjawab . Peneliti melakukan wawancara dengan

siswa NN untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan NN, sebagaimana transkip wawancara berikut.

NN S1 33 P : Lain kali harus lebih teliti dalam menyelesaikan soal agar skornya NN tidak berkurang. Sekarang NN perhatikan apa ada yang salah dari penyelesaian

yang kamu kerjakan?

NN S1 34 S : (melihat pekerjaan) ya kak, ada yang salah. NN S1 35 P : apanya yang salah? Coba kamu kerja kembali!

NN S1 36 S : hasil pangkatnya kak. Harusnya begini 5x pangkat 2 itu hasilnya 25x pangkat 2 (menulis jawaban). Jadi, 2 dikalikan 25x pangkat 2 dikurangi 1. Hasilnya 50x pangkat 2 dikurangi 1. Saya pikir hanya 5 yang dipangkatkan 2, ternyata x nya juga harus dipangkatkan 2.

Hasil wawancara pada siklus I memberikan informasi bahwa siswa salah dalam operasi pangkat (NNaS106), sehingga jawaban akhir salah. Hal ini disebabkan karena siswa kurang teliti. NN menganggap bahwa hanya 5 saja yang dipangkatkan 2. Namun setelah dituntun oleh peneliti untuk mengerjakan kembali, siswa dapat menyelesaikan dengan benar (NN S1 36 S).

Tes akhir tindakan pada siklus II terdiri atas dua butir soal dengan 24 siswa yang mengikuti tes akhir tindakan. Satu diantara soal yang diberikan yaitu: fungsi-fungsi dan

adalah pemetaan dari masing-masing ditentukan dengan rumus f ,

NNaS102

NNaS104

NNaS107 NNaS106

NNaS103

(7)

, dan . Tunjukkan bahwa . Hasil tes akhir tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa dari 24 siswa yang mengikuti tes 21 siswa telah mampu menyelesaikan soal dengan benar dan 3 siswa lainnya masih kurang teliti. Satu diantara 3 siswa tersebut ialah siswa NN, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Jawaban siswa NN terhadap tes akhir tindakan siklus II

Gambar 4 menunjukkan bahwa siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dari soal

(NN3S201) untuk dengan mengkomposisikan terlebih dahulu

(NN3S203) lalu mengkomposisikan hasilnya dengan fungsi (NN3S05) dan siswa NN dapat

menyelesaikan dengan benar. Sedangkan untuk dengan

mengkomposisikan terlebih dahulu kemudian mengkomposisikan fungsi dengan

hasil yang diperoleh (NN3S209) dan siswa NN dapat menyelesaikan dengan

benar. Namun NN tidak menyimpulkan hasil pembuktian sesuai dengan permintaan soal. Peneliti melakukan wawancara dengan siswa NN untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan NN, sebagaimana transkip wawancara berikut.

NN S2 23 P : kita bahas dulu pekerjaannya NN. Coba perhatikan, sebenarnya langkah-langkah kamu dalam mengerjakan sudah benar hanya saja ada yang kurang (memperlihatkan jawaban)

NN S2 24 S : apanya yang kurang kak? (melihat jawaban) NN S2 25 P : silahkan kamu perhatikan dulu!

NN S2 26 S : ya kak, kesimpulannya tidak ada.

NN S2 27 P : seharusnya NN menuliskan kesimpulan yang diperoleh, karena perintah soal untuk membuktikan bahwa

NN S2 28 S : ya kak, soalnya waktu itu buru-buru. Jadi tidak sempat ditulis kesimpulannya.

Hasil wawancara pada siklus II memberikan informasi bahwa siswa NN telah mampu mengkomposisikan fungsi. Namun, siswa NN tidak menuliskan kesimpulannya disebabkan siswa terburu-buru dalam mengerjakan soal (NN S2 26 S).

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa siswa dapat menentukan fungsi komposisi dan siswa dapat menentukan fungsi pembentuk apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi. Namun, masih ada siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

NN3S203

NN3S205

NN3S206

NN3S207

NN3S208

NN3S209

NN3S210 NN3S204

NN3S201

(8)

Segala aktivitas peneliti dan aktivitas siswa diamati melalui lembar observasi aktivitas peneliti dan lembar observasi aktivitas siswa. Adapun aspek yang diamati melalui lembar observasi aktivitas peneliti yaitu: 1) guru membuka pembelajaran dengan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum belajar, 2) mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran, 3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 4) menginformasikan mengenai model pembelajaran TAI yang digunakan dan apa saja yang akan dilakukan selama pembelajaran, 5) memberikan motivasi kepada siswa, 6) melakukan apersepsi dengan mengecek prasyarat siswa, 7) membagikan LKS kepada siswa sebelum bergabung dengan kelompok masing-masing kemudian menjelaskan materi secara singkat dengan memanfaatkan materi pelajaran dalam LKS, 8) mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal yang tersedia pada LKS, 9) mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok belajar yang telah ditentukan, 10) menyampaikan bahwa hasil kerja individu didiskusikan dalam kelompok, setiap anggota kelompok memeriksa, mengoreksi, dan memberikan masukan untuk jawaban teman satu kelompok serta memonitor jalannya kerja kelompok dan memberikan bantuan seperlunya jika siswa mengalami kesulitan, 11) mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lainnya memiliki kesempatan untuk menanggapi, 12) memberikan post-test, 13) guru memberikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 14) menetapkan kelompok terbaik, 15) guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam, 16) efektivitas pengelolaan waktu, dan 17) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Aspek yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran TAI yakni 3 sampai 15.

Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas peneliti pada siklus I yaitu aspek 2, 3, 5, dan 16 berkategori cukup. Aspek 1, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 dan 17 berkategori baik serta aspek 7 berkategori sangat baik. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dijadikan bahan refleksi oleh peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Sedangkan pada siklus II, aspek 5 berkategori cukup. Aspek 2, 4, 9, 12 dan 14 berkategori baik serta aspek 1, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 16 dan 17 berkategori sangat baik.

Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yaitu: 1) menjawab salam dan berdoa bersama, 2) siswa menyiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, 3) mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, 4) siswa menyimak penjelasan guru, 5) menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru mengenai pengetahuan prasyarat, 6) menyimak penjelasan guru mengenai materi pembelajaran, 7) mengerjakan soal yang tersedia pada LKS secara individual, 8) membentuk kelompok dengan tertib, 9) membawa hasil kerja individu ke kelompok yang telah ditentukan serta menanyakan atau meminta bantuan kepada guru jika mengalami kesulitan, 10) untuk kelompok yang maju mempresentasikan hasil kerja kelompok agar segera maju dan kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok penyaji, 11) siswa mengerjakan post-test secara individu, 12) menyampaikan informasi tentang materi yang telah dipahaminya, 13) mendengarkan dan menerima ketetapan guru tentang kelompok terbaik dengan tertib, dan 14) berdoa dan menjawab salam. Adapun aspek aktivitas siswa yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran TAI adalah 6 sampai 14.

(9)

PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada siswa kelas XI IPA I dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa mengenai materi prasyarat dan sebagai pedoman membentuk kelompok. Pemberian tes awal merupakan komponen placement test dari model TAI. Tes awal bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran siswa. Kegiatan ini bertujuan agar dapat menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2014) yang menyatakan bahwa kegiatan guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, dan mengecek kehadiran siswa dapat menarik perhatian siswa.

Aktivitas yang dilakukan pada fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa yaitu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan tegas agar siswa terarah dan berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa penyampaian tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat fungsi komposisi. Setelah siswa mengetahui manfaat fungsi komposisi maka siswa termotivasi untuk mempelajarinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Aritonang (2007) bahwa dengan memberikan informasi tentang manfaat dari apa yang dipelajari, siswa akan termotivasi dalam belajar. Langkah selanjutnya yakni memberikan apersepsi, hal ini bertujuan agar siswa dapat mengingat materi prasyarat yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari sehingga siswa tidak kesulitan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Abdurrahman (2011) bahwa perlu adanya apersepsi agar siswa mengingat materi prasyarat yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran selanjutnya.

Kegiatan inti diawali dengan fase penyajian informasi. Peneliti menyajikan materi secara singkat. Hal ini sesuai dengan komponen teaching group dari model TAI. Selanjutnya komponen student creative dari model TAI peneliti menyajikan soal latihan kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Pemberian soal latihan secara individu bertujuan agar siswa aktif dan berpikir untuk mengerjakan soal latihan sesuai kemampuannya. Hal ini sesuai dengan Kurniawati (2012) yang menyatakan masing-masing siswa aktif mengerjakan latihan, berpikir sesuai kemampuannya, karena hasil pekerjaan individu akan dikoreksi oleh teman lain dalam satu kelompok.

Aktivitas pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar yakni peneliti mengarahkan siswa untuk bergabung dengan anggota kelompok belajar yang telah ditentukan. Setiap kelompok terdiri atas 5 siswa dengan tingkat kemampuan matematika yang berbeda-beda. Pembentukan kelompok merupakan komponen team dari model TAI. Hal ini didukung oleh Winayawati, dkk (2012) yang menyatakan bahwa saat pembentukan kelompok guru mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang.

Fase selanjutnya yakni pemberian bantuan kerja tim dan belajar. Pada fase ini hasil kerja individu didiskusikan dalam kelompok. Setiap anggota kelompok memeriksa jawaban teman lain dalam satu kelompok. Hal ini merupakan komponen team study dari model TAI. Peneliti memberi bantuan saat terdapat hal-hal yang sulit dipahami dengan menggunakan teknik scaffolding. Hal ini sesuai dengan pendapat Nusantara dan Syafi’i (2013) yang

(10)

dialami siswa pada proses belajarnya dengan melakukan upaya pemberian bantuan seminimal mungkin dikenal dengan istilah scaffolding. Selanjutnya peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan jawabannya dan kelompok lain memberi tanggapan agar materi yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna. Hal ini sejalan dengan Rahmawati (2013) yang menyatakan siswa perlu memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan orang lain dalam pembelajaran matematika agar materi yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna.

Aktivitas pada fase evaluasi yakni peneliti memberikan soal yang dikerjakan secara individu yang sesuai dengan komponen fact test dari model TAI. Pemberian latihan dilakukan agar siswa lebih termotivasi dan semangat untuk memahami materi agar pada saat tes akhir tindakan memperoleh nilai yang baik. Setelah jawaban siswa diperiksa dan dinyatakan benar oleh guru, maka siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan. Selanjutnya peneliti memberikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan komponen whole class unit dari model TAI. Peneliti dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siklus I peneliti menanyakan cara-cara menentukan fungsi komposisi. Sedangkan pada siklus II, peneliti menanyakan cara menentukan fungsi pembentuk apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) bahwa peneliti bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan penutup yaitu fase pemberian penghargaan. Peneliti memberi penghargaan (reward) berupa pujian, tepuk tangan dan kado atas usaha siswa dalam menyelesaikan tugas dan partisipasi siswa selama belajar, penentuan kelompok terbaik ini sesuai dengan komponen team scores and team recognition dari model TAI. Reward yang diberikan mempengaruhi keinginan belajar siswa sehingga siswa termotivasi untuk pembelajaran selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Natalia (2014) bahwa penghargaan menjadi hal yang mempengaruhi keinginan belajar siswa sehingga siswa termotivasi untuk pembelajaran selanjutnya.

Hasil tes akhir tindakan siklus I terlihat bahwa siswa dapat menentukan fungsi komposisi. Namun masih ada siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain siswa keliru dalam operasi hitung aljabar dan mensubtitusi fungsi. Walau demikian, ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat wawancara siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Secara umum, siswa dapat menyelesaikan soal fungsi komposisi dengan benar yang berarti indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah tercapai. Selanjutnya, tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa siswa dapat menentukan fungsi pembentuk apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi dengan benar. Hal ini berarti bahwa kriteria keberhasilan tindakan untuk siklus II telah tercapai.

(11)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada fungsi komposisi di kelas XI IPA I SMAN 7 Palu dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif yang dikombinasikan dengankomponen-komponen model TAI, yaitu 1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4) student creative, 5) team study, 6) whole class unit, 7) fact test, dan 8) team scores and team recognition.

Kegiatan pada fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa yaitu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memberikan motivasi kepada seluruh siswa mengenai manfaat fungsi komposisi. Pada fase penyajian materi peneliti menyajikan materi dengan memanfaatkan materi yang disajikan dalam LKS. Hal ini sesuai dengan komponen teaching group. Selanjutnya komponen student creative siswa mengerjakan soal latihan secara individu. Aktivitas pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar yakni peneliti mengarahkan siswa bergabung dengan kelompok belajar yang telah ditentukan tiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang memiliki tingkat kemampuan matematika yang berbeda. Hal ini sesuai dengan komponen team. Kemudian aktivitas pada fase pemberian bantuan kerja tim dan belajar yakni setiap anggota bersama-sama memeriksa, mengoreksi dan memecahkan masalah yang ditemui anggota kelompok saat menyelesaikan latihan secara individu. Hal ini sesuai dengan komponen team study. Selanjutnya perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali materi yang telah dipelajari. Peneliti dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Hal ini sesuai dengan komponen whole class unit. Aktivitas pada fase evaluasi yakni peneliti memberikan soal yang dikerjakan secara individu sesuai dengan komponen fact test

dan aktivitas pada fase pemberian penghargaan yakni peneliti memberikan reward berupa pujian dan kado atas partisipasi dan usaha siswa dalam belajar yang ditentukan sesuai dengan komponen team scores and team recognition.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti berikan yaitu: 1) model pembelajaran kooperatif tipe TAI layak dipertimbangkan sebagai alternatif dalam pembelajaran pada materi fungsi komposisi dan 2) agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan maksimal, maka perlu ada persiapan yang matang baik dari peneliti, guru maupun siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. (2011). Studi Deskriptif tentang Kemampuan Guru Membuat Apersepsi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs NU Khoiriyah Bae Kudus.

Skripsi Sarjana pada Institut Agama Islam Negeri Wali Songo. [Online]. Tersedia: http://librarywalisongo.ac.id/digilib/download.php? id=20478 [16 September 2016]

(12)

Amrullah, A. L. (2014). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Soal Cerita tentang Himpunan di Kelas VII MTSn Palu Barat. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol.,2,,No.,1,,11,halaman.,[Online]..Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index. php/JEPMT/article/download/3226/2281. [26 September 2016].

Aritonang, K. T. (2007). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Jurnal Pendidikan Penabur. Vol. 1, No. 10, 11 halaman. [Online]. Tersedia: http://www.p07jkt.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%20112%20Minat%20dan%20motivasi %20 belajar.pdf [12 Juli 2016].

Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru?. Jurnal Forum,Sosial.,Vol.,6,,No.,1,,6,halaman.,[Online].,Tersedia:,http://eprints.unsri.ac.id/2268 /2/isi.pdf [17 September 2015].

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Kemmis, S., McTaggart, R dan Nixon, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Cristical Participatory Action research. Singapore: Springer Sience. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id/book?id=GB31BAAAQBAJ&printsec=frontcover &dg=kemmis+andmctaggart&sa=X&redir_esc=y#=onepage&q=kemmis%20and%20mct aggart&f=false [15 September 2016].

Kurniawan, A., Triyono dan Ngatman. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN

Pagubugan Kulon 04 Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Matematika.

[Online].,Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ic.id/2472-5608-1SP.rtf. [20 November 2015].

Kurniawati, M. (2012). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas V MI Yappi Mulusan Paliyan Gunung Kidul. Jurnal Pendidikan

Matematika. [Online].,Tersedia:,http://digilib.uinsuka.ac.id/ id/print/ 9914. [19 Oktober 2015].

Lestari, A. (2013). Penerapan Model Coopertive Learning Tipe Team Assisted

Individualization dengan Media Grafis. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online].

Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/1698-3447-2-PB.pdf [20 November 2015].

Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press.

Natalia. (2014). Pengaruh Pemberian Penghargaan oleh Guru Ekonomi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X MAN 2 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol.,3,,No.,6,,11,halaman. [Online].,Tersedia:,http://jurnal.untan.ac. id/index.php/jpdpb/ article/view/5823. [25 September 2016].

Nusantara, T dan Safi’i, I. (2013). Diagnosis Kesalahan Siswa pada Materi Faktorisasi

(13)

Vol.,2,,No.,3,,11,halaman.,[Online].,Tersedia:,http://jurnalonline.um.ac.id/data/Arti kel/artikel29887756D901C2029476EE329D179594. pdf [26 September 2016].

Prabowo, F. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbantuan Komputer pada Materi Fungsi Komposisi untuk Siswa SMA Kelas XI Program IPS.

Jurnal,Online,UM.,Vol.1,,No.1. [Online]. Tersedia: http://jurnalonline.um.ac.id.ac. id/ 3070-6012-2-PB.pdf [20 November 2015].

Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Journal

FMIPA,Unila.,Vol.,1,,No.,1,,14,halaman. [Online].,Tersedia:,http://journ al.fmipa.Unila. ac.id.index.php/semirata/article/view/882/701 [ 26 April 2016].

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Press

Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika.,Vol.,1, No. 4,16 halaman. [Online]. Tersedia: http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/II/JPMUVol1 No4/016-Sutrisno.pdf [17 Juni 2016].

Winayawati, L., Waluya, S.B. dan Junaedi, I. (2012). Implementasi Model Pembelajaran

Kooperatif dengan Strategi Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Menulis

Gambar

Gambar 1 Tes identifikasi AS nomor 1
Gambar 3. Jawaban siswa NN terhadap tes akhir tindakan siklus I
Gambar 4 Jawaban siswa NN terhadap tes akhir tindakan siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama.. kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai

86 Siti Arbainah 4052760662210113 Sejarah Kebudayaan Islam MIS DURIAN LUNJUK Hulu Sungai Tengah ASRAMA HAJI BANJARBARU. 87 Ichsan Sugiharto 8460758659200012 Sejarah Kebudayaan Islam

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja Barang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kepulauan Aru, berdasarkan :. Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) Nomor

(disesuaikan dengan judul dan masalah yang dihadapi perusahaan/lembaga, serta alternatif yang diusulkan serta bagaimana seharusnya yang ideal berdasarkan kajian teori dan

a. Setiap butir skala minat yang terkumpul kemudian dihitung menggunakan cara analisis tingkat persetujuan. Setelah pelaksanaan postest, siswa langsung diberikan

Dari hasil p enelitian y ang telah dilakukan dap at ditarik kesimp ulan: Pertama, bahwa melih at dari berbagai asp ek korp orasi dap at dijadikan subjek delik dalam

Penelitian ini berjudul “ Strategi Marketing Communication melalui Event dalam Meningkatkan Brand Image Harian Amanah ” Penelitan ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui

[r]