LAPORAN KERJA PRAKTEK II
SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK
Disusun Oleh
NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002)
ILHAM RESHA (033 21 0062)
DEWAN SANTOSO (033 21 0065)
JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SURAT KETERANGAN NILAI
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :
Nama : NURSAYAMSU ABUBAKAR
Stambuk : 033 21 0002
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing
Lapangan pada Bagian :
JARINGAN NON KABEL TEMBAGA
Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :
PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR
Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai
yang diperoleh :
A B C D E
Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.
Makassar, .... Juli 2005
Diketahui Oleh,
Ketua Jurusan Elektro
(Ir. Muhammad Nawir, MT.)
Dosen Pembimbing,
SURAT KETERANGAN NILAI
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :
Nama : ILHAM RESHA P.
Stambuk : 033 21 0062
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing
Lapangan pada Bagian :
JARINGAN NON KABEL TEMBAGA
Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :
PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR
Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai
yang diperoleh :
A B C D E
Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.
Makassar, .... Juli 2005
Diketahui Oleh,
Ketua Jurusan Elektro
(Ir. Muhammad Nawir, MT.)
Dosen Pembimbing,
SURAT KETERANGAN NILAI
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :
Nama : DEWAN SANTOSO
Stambuk : 033 21 0065
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing
Lapangan pada Bagian :
JARINGAN NON KABEL TEMBAGA
Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :
PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR
Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai
yang diperoleh :
A B C D E
Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.
Makassar, .... Juli 2005
Diketahui Oleh,
Ketua Jurusan Elektro
(Ir. Muhammad Nawir, MT.)
Dosen Pembimbing,
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktek II ini merupakan salah satu persyaratan dalam
rangka penyelesaian studi pada Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas
Muslim Indonesia.
Nomor : / B 3 / FTE-UMI / VII / 2005
Sub Bidang : Fiber Optik.
Lokasi Praktek : PT. Telkom Kandatel Makassar Bagian Jaringan Non
Kabel Tembaga.
Disusun Oleh :
NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002) ILHAM RESHA P. (033 21 0062) DEWAN SANTOSO (033 21 0065)
Ir. Muhammad Nawir, MT
Kepala Sub Dinas JNKT.
YOSIAS BOKKO JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :
Nama : YOSIAS BOKKO
Jabatan : Kepala Sub Dinas Jaringan Non Kabel Tembaga
Menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa mahasiswa :
Nama/Stambuk :
NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002) ILHAM RESHA P. (033 21 0062) DEWAN SANTOSO (033 21 0065)
Telah melaksanakan Kerja Praktek II mulai 27 Juni 2005 sampai dengan 27
Juli 2005 pada PT. Telkom Kandatel Makassar bagian Jaringan Non Kabel
Tembaga mengenai :
“SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK”
Demikian surat keterangan ini kami buat untuk diketahui dan digunakan
semestinya.
Makassar, ... Juli 2005
Kepala Sub Dinas JNKT.
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas
rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Kerja
Praktek II (KP II) yang berjudul “SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada Jurusan Elektro Fakultas Teknik
Universitas Muslim Indonesia.
Dalam penyusunan Laporan kerja Praktek II ini, penyusun telah
berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat mencapai taraf
kesempurnaan, namun sebagai hamba Allah SWT yang tak luput dari
kekurangan, kekhilafan dan kesalahan maka segala bentuk apapun yang
terbaik selalu penyusun harapkan agar penyusunan Laporan kerja Praktek II
pada kesempatan yang lain dapat lebih disempurnakan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja
Praktaek II ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu
segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dalam
penulisan Laporan Kerja Praktek II ini penyusun terima dengan senang hati.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi dan menyertai setiap langkah kita.
Amin.
Wassalam.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
SURAT KETERANGAN NILAI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
SURAT KETERANGAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 3
1.3. Waktu dan Tempat Kegiatan ... 3
1.4. Tujuan Kegiatan ... 3
1.5. Batasan Masalah ... 4
1.6. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Sistem Komunikasi ... 6
2.1.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik ... 6
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Serat Optik ... 8
2.3 Struktur Serat Optik ... 10
2.4 Jenis Serat Optik ... 11
2.5 Perambatan Cahaya ... 13
2.7 Dasar Sistem Komunikasi Data ... 17
2.7.1 Jaringan Komputer ... 17
2.7.1.1 Topologi Jaringan ... 18
2.7.1.2 Arsitektur Jaringan ... 24
2.7.1.3 Jenis Sambungan ... 24
BAB III PERMASALAHAN... 28
BAB IV PEMBAHASAN ... 30
4.1 Jaringan Komunikasi Serat Optik ... 30
4.2 Penginstalasian Kabel Serat Optik ... 30
4.2.1 Pemasangan Alat Bantu dan Perkakas ... 31
4.2.2 Langkah-Langkah Penarikan Kabel Optik Aerial ... 32
4.2.3 Penambahan Kabel ... 33
4.2.3.1 Penyambungan Kabel Serat Optik ... 33
4.2.3.2 Prosedur Penyambungan Serat Optik ... 34
4.2.4 Pengetesan dan Pencatatan ... 37
4.2.4.1 Cara Pengetesan ... 38
4.2.4.2 Pencatatan ... 39
4.3 Rugi-Rugi Penyambungan ... 39
4.4 Konfigurasi Jaringan SKSO ... 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
2.1 Sistem Komunikasi Serat Optik ... 7
2.2 (a) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Kabel Metalik (b) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Serat Optik ... 8
2.3 Penampang Serat Optik ... 11
2.4 Klasifikasi Serat Optik Berdasarkan Struktur Pandu Gelombang dan Moda Propagasi ... 13
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
4.1 Fungsi Interface V5.1 ... 44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Teknologi serat optik saat ini telah digunakan di berbagai negara
utamanya dibidang telekomunikasi, perbankan, militer, jaringan
komputer, kedokteran, serta alat-alat transportasi laut dan udara.
Penggunaan cahaya untuk komunikasi bukanlah suatu hal yang
baru. Komunikasi gerakan tangan sejak dulu telah digunakan dan mata
sebagai detektor dan otak sebagai prosesor. Orang indian menggunakan
asap sebagai alat komunikasi. Tahun 1880, Graham Bell menemukan
sistem komunikasi cahaya disebut photophone. Photophone
menggunakan cahaya matahari yang terpantul dari sebuah cermin tipis
termodulasi voice. Di penerima cahaya matahari termodulasi itu jatuh
pada cell selenium photoconducting yang langsung mengubahnya
menjadi arus listrik.
Awal perkembangan komunikasi optik dimulai pada tahap konsep
mulai tahun 1880 hingga 1950. Pada bulan juli 1966, Kao dan Hockham
dalam tulisannya mengusulkan penggunaan pelapis (cladding) dari serat
optik. Selanjutnya penelitian dan pengembangan sistem komunikasi
di Inggris olehStandard Telecommunication Laboratories dan di Amerika
Serikat olehBell Telephone Laboratories.
Perkembangan teknologi serat optik di Indonesia dirintis oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk sejak tahun 1986 yang menggunakan
kabel serat optik sebagai medium transmisi antar sentral dan
sentral-lokal.
Serat optik merupakan alternatif media komunikasi masa depan
disebabkan karena kelebihan utamanya yaitu mempunyai kapasitas
lebar pita yang amat besar (sekitar 104 Hz) dan kecepatan
pengirimannya yang sangat cepat. Dibalik kelebihan yang dimilkinya
serat optik mempunyai beberapa kelemahan baik ditinjau dari segi fisik
maupun dari segi transmisi (pemandu sinyal optik).
Bedasarkan deskripsi geometri dan sifat fisis bahan serat optik
maka perhitungan rugi-rugi sinyal optik secara teori dapat dilakukan
dengan bantuan persamaan Maxwell untuk bahan dielektrik dan
persmaan gelombang.
Perhitungan secara teori mengenai rugi-rugi sinyal otik perlu
dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam hal perencanaan instalasi
jaringan kabel serat optik. Dalam Kerja Praktek ini, hasil perhitungan
secara teori diperlukan sebagai bahan perbandingan terhadap data yang
1.2 Perumusan Masalah
Kerja Praktek (KP) yang kami lakukan ini mengenai Sistem
komunikasi serat optik dengan menggunakan interface V5.2
Dalam Kerja Praktek (KP) ini kita dapat mengetahui sistem jaringan
komunikasi serat optik dimana sistem komunikasi tersebut pada masa
sekarang ini telah banyak dipergunakan dan untuk pengembangannya
masih terus dilakukan.
1.3 Waktu dan Tempat
Kerja Praktek (KP) yang kami lakukan selama 1 (satu) bulan
dimulai pada hari Senin, 27 Juni 2005 sampai dengan hari Rabu, 27 Juli
2005. Yang bertempat pada PT. Telkom Kandatel Pettarani Divre VII
Makassar pada bagian Jaringan Akses Lokal Fiber Optik (JARLOKAF),
1.4 Tujuan Kegiatan
Kerja Praktek (KP) yang kami lakukan ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan Program Study Strata Satu (S1) pada Sub
Jurusan Telekomunikasi dan Elektronika Jurusan Elektro Fakultas Teknik
Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
Adapun tujuan dilaksanakannya Kerja Praktek (KP) ini adalah :
1. Dapat mengetahui dasar sistem komunikasi yang menggunakan
2. Mengetahui perbedaan sistem komunikasi yang menggunakan
media kabel tembaga dan serat optik
3. Mengetahui cara penginstalasian jaringan komunikasi yang
menggunakan serat optik.
4. Dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
penginstalasian sistem komuniksi serat optik.
1.5 Batasan Masalah
Luasnya ruang lingkup mengenai Sistem Komunikasi Serat Optik
baik dari segi Hardware maupun dari segi Softwarenya, maka perlu
kami batasi ruang lingkup masalah sesuai dengan keperluan, mengingat
keterbatasan waktu dan instrumen pendukung serta kemampuan
penyusun. Adapun masalah yang kami bahas adalah mengenai :
1. Dasar sistem komunikasi yang menggunakan serat optik serat
optik.
2. Penginstalasian jaringan sistem komunikasi serat optik.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran tenteng pokok–pokok bahasan pada
setiap bab, maka secara garis besar sistematika penulisan tugas akhir
Bab I Pendahuluan.
Pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah, Perumusan
masalah, Tujuan penulisan, Batasan masalah, dan Sistimatika
penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini berisi tentang teori – teori dasar tiap blok sistem
komunikasi yang menggunakan serat optik.
Bab III Permasalahan
Kendala-kendala yang dihadapi dalam penginstalasian Sistem
Komunikasi Serat Optik.
Bab IV Pemecahan Masalah
Pada bab ini menjelaskan tentang cara-cara mengatasi
permasalahan yang mungkin didapati pada penginstalasian
jaringan sistem komunikas serat optik.
Bab V Penutup
Merupakan kesimpulan dari konsep dasar dari Sistem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Komunikasi Serat Optik
2.1.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik
Sistem komunikasi serat optik terdiri dari 3 (tiga) bagian utama
yaitu; pengirim/pemacar (Transmitter), media (Serat Optik), dan
Penerima (Receiver). Pengirim berupa sumber cahaya monochrome
(frekuensi tunggal) yang intensitas cahayanya dapat diubah-ubah. Dan
penerima merupakan detektor cahaya yang dapat mengkonversi
perubahan intensitas cahaya menjadi deretan bit. Sedang Serat Optik
merupakan media yang dapat merambatkan cahaya.
a. Transmitter (pemancar)
Pemancar terdiri dari modulator yang memodulasikan
informasi pada sumber cahaya. Sumber cahaya berupa Light
Emiting Diode (LED) /Laser Diode (LE) secara khusus, tergantung
pada sistem Optical Line Code(OLC) yang digunakan pada sinyal
dataIncoming (datang).
b. Serat Optik
Serat optik merupakan media hantar yang terbuat dari
bahan fiber yang berfungsi memandu gelombang yang akan
c. Receiver (penerima)
Pada sisi penerima detektor menerima pulsa-pulsa cahaya,
detektor (Photo Diode) ini mengubah pulsa-pulsa cahaya menjadi
sinyal listrik dengan bentuk yang sama. Sinyal listrik ini dikuatkan
lalu dimodulasikan oleh modulator sesuai sinyal yang datang
dikodekan kembali ke dalam bentuk biner.
Pada gambar berikut 2.1 akan dilihat sistem komunikasi serat optik.
Gambar 2.1 Sistem Komunikasi Serat Optik
Konsep sistem komunikasi serat optik serupa dengan konsep
sistem komunikasi secara umum dengan komponen dasar seperti
sumber informasi, pemancar/pengirim informasi, media transmisi,
penerima/pendeteksi onformasi dan sampai ke tempat tujuan. Diagram
A/D
Laser diode Photto diode
Optical fiber cable (a)
(B)
Gambar 2.2 (a) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Kabel Metalik (b) Sistem komunikasi dengan Menggunakan Serat Optik
2.2. Kelebihan dan Kekurangan Serat Optik
Keunggulan media transmisi serat optik antara lain :
- Lebar pita yang sangat lebar
Frekuensi pembawa gelombang optik berkisar antara 1013
hingga 1016 Hz (umumnya sekitar 1014 Hz) yang berarti kapasitas
informasi yang dapat dilewatkan juga sangat besar.
- Kerugian transmisi yang rendah
Pengembangan produksi bahan serat optik dengan kerugian
transmisi yang rendah sudah lama dilakukan dan saat ini telah
- Kecepatan transmisi yang sangat tinggi
Kecepatan penyaluran informasi sangat tinggi
(menghampiri kecepatan cahaya) sangat cocok untuk
pengiriman sinyal digital dengan sistem multipleks dengan
kecepatan tinggi.
- Ukuran dan bobot sangat kecil
Dengan bentuk/ukuran serta bobot yang sangat kecil
pemekaian ruang untuk kabel serat optik juga sedikit,
penginstalasiannya mudah serta dapat ditempatkan pada
ruang yang kecil seperti pesawat udara, kapal laut dan satelit.
- Bersifat isolator terhadap listrik
Serat optik aman dari bahaya yang disebabkan oleh
listrik (hubungan singkat dan sengatan listrik).
- Kebal terhadap cakap silang
Serat optik merupakan sebuah pemandu gelombang
dieletrik yang terbuat dari bahan kaca (silika) sehingga kebal
terhadap cakap-silang (crosstalk).
- Transmisi sinyalyang aman
Sinyal optik yang berupa cahaya tidak teradiasi keluar
dari serat optik (sepanjang tidak ada kebocoran) dan tidak
- Sistem dapat dikendaliakan dan pemeliharaannya mudah
Serat optik tidak berkarat dan umur perangkat komponen
optik berkisar 20 – 30 tahun sehingga dalam pemeliharaannya
tidak terlalu repot.
Sedangkan beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh media transmisi
serat optik antara lain :
- Tidak dapat memberikan catuan daya listrik pada stasiun
pengulang (repeater) sehingga perlu penambahan kabel
penghantar listrik untuk semua repeater.
- Serat optik dapat rusak karena tumbukan oleh partikel atom
berenergi tinggi.
- Tidak tahan terhadap tekanan berlebihan dari luar yang dapat
menyebabkan kerusakan pada kabel serat optik.
- Konstruksinya lemah sehingga dalam penerapannya
membutuhkan lapisan penguat sebagai pelindung kabel.
- Perbaikan terhadap kerusakan lebih sulit karena ukuran serat
yang sangat kecil.
2.3. Struktur Serat Optik
Struktur dasar/penampang serat optik dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.3 Penampang Serat Optik
Keterangan gambar 2.3 :
a. Inti (core)
Berfungsi untuk merambatkan cahaya dari satu ujung ke
ujung yang lainnya. Terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas yang
tinggi dengan diameter 9 – 50 µm.
b. Pelapis (cladding)
Berfungsi sebagai cermin (memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung yang lain). Terbuat dari bahan gelas atau plastik
dengan indeks bias yang lebih kecil dari indeks biascore.
c. Jaket (coating)
Berfungsi sebagai pelindung mekanis dan tempat kode
warna. Terbuat dari bahan plastik.
2.4. Jenis Serat Optik
1. Inti tunggal (single core)
Jenis serat optik berdasarkan moda dan indeks bias inti :
1. Indeks undak moda jamak (step index multimode)
Diameter inti 50 µm dan diameter cladding 125 µm. Indeks
bias pada inti seragam, demikian pula pada pelapis.
Penyambungannya lebih mudah, digunakan untuk jarak pendek dan
transmisi data bit rate rendah karena sering terjadi dispersi. Hanya
digunakan untuk jarak pendek dan bit rate rendah (misal untuk
LAN).
2. Indeks angsur moda jamak (granded indeks multimode)
Diameter core 50µm dan diameter cladding 125 µm. Indeks
bias inti tertinggi terdapat pada pusat inti dan berangsur-angsur
turun sampai ke tepi inti yaitu batas antara core dan cladding.
Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada Core sehingga
rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat. Dispersi yang terjadi
minimum namun harganya lebih mahal disebabkan oleh faktor
pembuatan yang lebih sulit.
3. indeks undak moda tunggal (step index monomode)
Diameter core 8 – 10 µm dan diameter cladding 125 µm.
Cahaya merambat dalam satu mode, sejajar dengan sumbu serat
optik. Digunanakan untuk jarak jauh dan transmisi data dengan bit
Gambar 2.4 Klasifikasi serat optik berdasarkan struktur pandu-gelombang dan moda propagasi ;
(1)Step-index multimode, (2)Graded index multimode, (3) Step-index-monomode.
2.5. Perambatan Cahaya
Cahaya merambat dalam medium dengan tiga cara; dibiaskan,
menjalar dari suatu medium ke medium lain yang berbeda
indeks-biasnya akan mengalami pemantulan (refleksi) atau pembiasan
(refraksi). Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya, Snellius
menyimpulkan bahwa perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut
bias adalah suatu bilangan yang konstan yang disebut indeks bias yang
dapat dituliskan :
n
bias (pada bahan 2), n (indeks bias), n1 indeks bias (pada medium 1)
dann2 indeks bias (pada medium 2).
Indeks bias suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan
antara kecepatan rambat cahaya di ruang hampa dengan kecepatan
rambat cahaya dalam bahan tersebut, yaitu :
b
Dengannb indeks bias bahan,c kecepatan rambat cahaya daalam
ruang hampa (± 2,998 x 108 m/s), vb kecepatan rambat cahaya dalam
adalah frekuensi gelombang (Hz), T adalah perioda (s) dan ω adalah
kecepatan sudut (rad/s).
Gambar 2.5 Pembiasan dan pemantulan cahaya pada suatu bidang batas
Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi jika cahaya
melewati suatu bidang batas seperti tampak pada gambar 2.4, yaitu :
(a). Jika n1 < n2 maka θi > θt (cahaya dibiaskan mendekati garis
normal)
(b). Jika n1 > n2 maka θi < θt (cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal).
(c). Jika n1 > n2 dan θt = π/ 2 maka θi = θC (cahaya dibiaskan
(d). Jika n1 > n2 dan θi > θCmaka tidak ada cahaya yang dibiaskan
Persyaratan agar cahaya dapat merambat dalam inti serat optik yaitu :
-. Indeks bias inti harus lebih besar dari pada indeks bias cladding.
-. Sudut datang harus lebih besar dari pada sudut kritis.
Persyaratan tersebut tidak terlepas dari sifat-sifat cahaya dimana;
Cahaya adalah sejenis gelombang elektromagnetik, cahaya adalah
suatu gelombang tranfersal, cahaya mengalami perubahan medan
elektromagnetik selama perambatannya.
2.6. Dispersi
Dispersi adalah suatu fenomena di mana suatu pulsa cahaya yang
datang akan menaglami pelebaran selama perambatannya di dalam
serat optik. Dispersi dpat menyebabkan penumpukan pulsa satu dengan
lainnya (inter symbol interference) yang akan menambah jumlah pulsa
Adapun macam-macam dispersi antara lain :
• Dispersi Moda
Adalah dispersi yang disebabkan karena pulsa cahaya
merambat dalam beberapa lintasan (mode). Perbedaan lintasan
tersebut akan menyebabkan perbedaan jarak tempuh
masing-masing pulsa cahaya yang ditransmisikan tersebut sehingga pulsa
tersebut akan sampai pada bagian penerima dengan waktu yang
berbeda-beda. Dispersi ini terjadi pada saat serat optik multimode.
• Dispersi Chromatic
Dispersi ini terjadi pada semua jenis serat optik. Dispersi ini
terjadi karena pulsa cahaya yang merambat terdiri atas beberapa
panjang gelombang. Hal ini disebabkan karena sumber optik tidak
memancarkan cahaya tunggal (monochromatic) akan tetapi cahaya
dengan beberapa panjang gelombang. Perbedaan panjang
gelombang menyebabkan prbedaan kecepatan rambat pulsa
cahayatersebut pada serat optik, akan menyebabkan bentuk pulsa
cahaya output menjadi melebar.
2.7. Dasar Sistem Komunikasi Data 2.7.1 Jaringan Komputer
Jaringan komputer yang kita kenal sekarang ini mulai
penghujung 1960-an konsep yang ada pada mulanya melayani
komunikasi antar jaringan. Jaringan ARPA (ARPAnet) adalah hasil
penelitian kemudian yang membawa kita menuju komunikasi global
tanpa batas antara komputer di dunia. Internetworking (Internet)
dipercaya sebagai teknologi telekomunikasi yang paling pesat
pertumbuhannya saat ini, adalah hasil evolusi dari jaringan ARPAnet.
2.7.1.1 Topologi Jaringan
Topologi atau konvigurasi merupakan mode atau bentuk
jaringan. Setiap topologi mempunyai kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Pada dasarnya seluruh jaringan berawal dari
hubungan point-to-point kemudian berkembang menjadi multipoint.
Hubungan ini disesuaikan dengan kebutuhan sistem
hardware/software, operating sistem, yang dikeluarkan vendor atau
komposisi area jaringan komputer yang digunakan.
Pada pembahasan ini akan membahas 3 (tiga) topologi dasar
yaitu;BUS, STAR, danRING.
a. TopologiBus
Logika dari sistem jaringan ini adalah satu jalur yang
digunakan oleh seluruh user untuk melewatinya, seolah-olah bis
yang sedang antri di jalan raya. Dalam kenyataannya struktur ini
dasar hubungan interkoneksial. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2... berikut
Gambar 2.6 Topologi Bus
Keuntungan dari topologi ini yaitu :
- Kebutuhan kabel relatif sedikit
Dimungkinkan untuk setiap terminal menhubungkan hanya ke
tempat saluran terdekat.
- Mudah dalam penambahan
Untuk menambah user, masing-masing terminal tinggal
menghubungkan ke jalur terdekat. Adapun untuk jarak user
yang jauh (melebihi spesifikasi teknis) dibutuhkan repeater
untuk mengatasinya. Mudah untuk menambah atau
Kerugian dari topogi ini yaitu :
- Diagnosa gnagguan
Sulit untuk mendeteksi letak gangguan karena kesalahan
satu user akan menyebabkan seluruh jaringan tidak
berfungsi.
- Isolasi gangguan
Untuk mengatasi masalah deteksi gangguan, disarankan
untuk membagi jaringan ke dalam bentuk segmen.
b. Topologi Star
Konfiguarsi jaringan star, ditunjukkan pada gambar 2.7
yang memperlihatkan sebuah pengendali pusat (hub) yang
berada pada titik tengah yang berufngsi sebagai central joint
(pusat hubungan) ke seluruh terminal (end user). Seringkali hub
ini juga berufngsi sebagai swtcher, yang membuat path atau
Gambar 2.7 TopologiStar
Keuntungan dari topologi ini yaitu :
- Kemudahan layanan
Mudah melokalisasi dan memperkirakan letak serta jenis
gangguan jika terjadi masalah, sehingga tidak menyulitkan
pemeliharaan.
- Koneksi tunggal
Jika terjadi kerusakan, terminal lainnya akan tetap beroperasi.
- Pengendalian terpusat
- Protokol akses yang mudah
Protokol yang relatif sederhana, karena penggunaan
teknologi yang sederhana pula.
c. Topologi Ring
Pada topologi ring seperti ditunjukan pada gambar 2.8
sinyal akan mengelilingi terminal. Sinyal ini melalui workstation
yang berfungsi juga sebagai repeater, sehingga sinyal yang
dikirim tetap sampai ke terminal berikutnya akan tejaga. Hal ini
akan berpengaruh terhadap kestabilan operasi jaringan,
meskipun jumlahworkstation bertambah.
Keuntungan dari topologi ini yaitu :
- Panjang kabel relatif pendek, karena setiap user dapat
menghubungkan ke terminal terdekat.
- Memungkinkan untuk penggunaan teknologi fiber optik.
Dengan saluran serat optik, akses respon bisa lebih cepat
(110 Mbps).
Kerugian dari topologi ini yaitu :
- Node gangguan
Karena semua data menuju satu arah secara mengelilingi
lingkaran (ring)melaui simpul (node), apabila salah satu node
menglami kerusakan maka seluruh jaringan tidak akan
bekerja. Satu dari setiap perangkat harus mengirim ulang jika
jaringan mengalami gangguan.
- Diagnosa gangguan
Akan sulit melacak letak kerusakan, karena kerusakan dari
node mengakibatkan node tidak bekerja.
- Isolasi gangguan
Seperti halnya pada sistem bus, pada sistem ini pun sulit
untuk melacak kerusakan yang diakibatkan oleh saluran yang
terisolasi, salah satu solusinya adalah bypass node yang
- Penambahan terminal
Penambahan terminal sulit dilakukan, karena jika untuk
menambah terminal harus mematikan (shut down) sistem
jaringan secara keseluruhan.
2.7.1.2 Arsitektur Jaringan
Jaringan komputer modern didesain dengan tingkat
kehandalan yang tinggi dan dapat saling berhubungan
(interkoneksi). Untuk menyederhanakan desain yang rumit,
beberapa jaringan dapat diorganisir secara seri dari beberapalayer
(lapisan). Setiap bagian dapat memproses sendiri nomor layer, isi
layer, dan fungsi setiap layer dari jaringan ke jaringan yang
berbeda. Bagaimanapun, dalam seluruh jaringan setiap layer
mempunyai tujuan melayanilayer di atasnya.
2.7.1.3 Jenis Sambungan
Dalam komunikasi data ada 2 (dua) jenis sambungan yang
dikenal yaitu;
a. Sambungan Tetap
- Point-to-point
Komunikasi terjadi antara dua stasiun yang secara langsung
tersambung melalui media transmisi. Gambar 2.9
kekurangan antara lain tidak praktis untuk pemakaian
stasiun yang banyak.
Gambar 2.9 Sambungan bentukpoint-to-point
- Multipoint
Bagian ini memperlihatkan sambungan antara 3 (tiga) atau
lebih stasiun pada satu saluran yang sama. Istilah lain yang
digunakan untuk jenis ini adalahmultidrops, multistation,dan
multilines.
Gambar 2.10 Sambungan bentukMultipoint.
b. Sambungan tak Tetap
- Circuit Switching
Pada Circuit Switching bila pelanggan akan
mengadakan hubungan ke tempat yang dituju (Destination)
maka sejumlah rangkaian harus dihubungkan secara
berurutan. Seluruh rangkaian yang dibutuhkan untuk
menjalin hubungan antara source dan destination harus
tetap tersambung selama informasi dikirim.
- Message Switching
Pada Message Switching paket data akan dikirimkan
secara terus menerus berbeda dengancircuit switching yang
bilamana terminal sedang sibuk panggilan akan diulang.
Prinsip ini dikenal dengan istilahStore and forward.
- Packet Switching
Jaringan data umumnya menggunakan sambungan ini.
Jaringan Packet Switching terdiri dari beberapa pusat
penyambungan yang akan dikendalikan komputer dan saling
tersambung melalui saluran transmisi dengan kecepatan
tinggi.User menghubungkan ke terminalnya ke jaringan data
melalui satu node pada jaringan tersebut. Informasi yang
dikirim dibagi menjadi paket-paket dengan besaran tertentu
Untuk menjaga kehandalan, digunakan sistem pengulangan
BAB III PERMASALAHAN
Dalam sistem komunikasi kita mengenal istilah Jaringan Lokal Akses
Kabel Tembaga (JARLOKAT), Jaringan Lokal Akses Radio (JARLOKAR),
dan Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (JARLOKAF).
Perkembangan teknologi telekomunikasi telah mengantar kita sampai
pada Sistem Komunikasi Serat Optik. Sistem Kominikasi Serat Optik (SKSO)
dimana SKSO ini dianggap paling efisien dibandingkan dengan sistem
komunikasi yang ada di Indonesia khususnya pada masa sekarang ini.
Sistem komunikasi yang ada sekarang ini dianggap sudah tidak lagi
menjamin kualitas bagi pelanggan atau pemakai telekomunikasi.
Namun apakah Sistem Komunikasi Serat Optik mampu menggantikan
sistem komunikasi yang menggunakan media kabel tembaga dan sistem
komunikasi yang memanfaatkan gelombang radio. Dan kendala-kendala
apasajakah yang mungkin didapat dalam penginstalasian jaringan sistem
komunikasi yang menggunakan serat optik, serta keuntungan yang didapat
dari sistem yang menggunakan fiber optik tersebut.
Berdasarkan masalah-masalah di atas maka kami mencoba
mengadakan kerja praktek pada PT. Telkom Indonesia pada Bagian Jaingan
dan juga kami dapat megaplikasikan ilmu yang kami dapatkan di bangku
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Jaringan Sistem Komunikasi Serat Optik
Pada dasarnya sistem komunkasi yang menggunakan media serat
optik adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1 Jaringan Dasar SKSO
4.2 Penginstalasian Kabel Serat Optik
Dalam penginstalasian kabel serat optik sebaiknya memerhatikan
Gambar 4.2 Diagram Alir Instalasi Kabel Optik Aerial
4.2.1 Pemasangan Alat Bantu dan Perkakas
Untuk pemasangan alat bantu sebaiknya memperhatikan
prosedur, adapun prosedurnya sebagai berikut :
1. Pemasangan besi sekang, Klem kabel pada tiap tiang sesuai
dengan posisi tiang dan penjepit kabel.
2. Pemasangan temberang pada tempat-tempat yang diperlukan.
3. Pemasangan rol-rol pelincir kabel pada klem kabel di setiap tiang
yang dilalui dalam satu tahapan penarikan.
4. Tali penarik kabel Panjang tali penarik sebaiknya melebihi jarak
5. Alat anti pulir (Swivel). Pada saat penarikan, kemungkinan besar
akan terjadi puliran yang tidak beraturan yang dapat merusak
kabel. Untuk mencegah hal tersebut maka dipasang alat anti pulir
di antara kabel dan tali penarik.
6. Katrol diperlukan untuk penarikan kabel jika memerlukan daya tarik
yang tinggi.
7. Alat Penarik Kabel (Track Tang). Alat penarik ini dapat
dipergunakan diats tiang dengan cara ditambatkan pada tiang.
8. Penempatan Haspel. Haspel ditempatkan pada dongkrak kabel,
kemudian diangkat pelan-pelan setinggi 10 cm dari tanah.
Kemudian membuka tutup haspel dan membersihkan paku-paku
atau plat penjepit yang tertinggal pada haspel.
4.2.2 Langkah-Langkah Penarikan Kabel Optik Aerial
Jika persipan penarikan kabel selesai, petugas yang bertanggung
jawab atas penarikan tersebut memberikan aba-aba untuk penarikan
dan mengadakan pengawasan yang intensif. Hal-hal yang harus
diperhatikan sewaktu penarikan adalah :
Pada Tiang Tikungan
Pada tiang tikungan perlu diawasi secara khusus, jika terdapat
penarikan dan kemudian memeriksa tempat kesalahan. Jika ada
kesalahan maka pada saat itu juga harus diperbaiki.
Pada Tiang Tikungan Tajam
Penarikan kabel pada tikungan yang tajam tidak boleh dilakukan
seperti penarikan biasa tetapi perlu diperiksa terlebih dahulu. Arah dari
penarikan diambil rute yang panjang dilihat dari tikungan.
4.2.3 Penambahan Kabel
4.2.3.1 Penyambungan Kabel srerat optik
Sambungan kabel merupakan titik rawan terjadinya gangguan.
Hal tersebut disebabkan karena saat penanganannya tidak mengikuti
prosedur yang ditentukan.
Penyambungan kabel serat optik mempunyai beberapa
langkah yang semua harus dilakukan dengan benar untuk
mendapatkan hasil yang baik.
a. Penyambungan kabel serat optik harus sesuai prosedur.
b. Penggunaan peralatan dan material harus benar.
c. Pengetesan harus dilaksanakan setelah selesai
penyambungan.
Macam-macam penyambungan adalah sbb:
1. Penyambungan secarafusion (peleburan)
3. Penyambungan denganconnector
Penyambungan kabel serat optik terdiri dari 2 hal, yakni :
penyambungan kabel, dan penyambungan serat. Pertama yang
harus dilakukan adalah penanganan sarana sambung kabel lalu
penyambungan serat.
4.2.3.2. Prosedur Penyambungan Serat A. Splicing Set-Up
1. Bersihkan diseputar lokasi penyambungan.
2. Kupas buffer tubes dan bersihkan denganjelly cleaner.
3. Ambil Fibrlok splice dan tempatkan pada splice holding.
4. Posisikan lengan penjepit / penyimpan fiber (toggle arms) sesuai
peruntukan.
5. Untuk fiber dengan diameter coating 250 m , putar kearah
dalam.
6. Untuk fiber dengan diameter coating 900 m , putar kearah luar.
B. Persiapan Fiber
1. Kupas coating sepanjang + 25 mm s/d 51 mm menggunakan
mechanical stripper.
3. Untuk jenis Fibrlok II 2529 Universal Splice, potong fiber
menggunakan fiber cleaver sepanjang 12,5 mm + 0,5 mm, baik
untuk diameter coating 250 mm maupun 900 mm.
4. Periksa panjang potongan fiber menggunakan pengukur panjang
potongan fiber 12,5 mm yang ada padaFibrlok Assembly Tool.
5. Apabila panjang bare fiber tidak sesuai, lakukan pengaturan
panjang potongan fiber pada fiber cleaver.
C. Penyambungan Fiber
1. Tempatkan fiber pertama pada tempat penyimpanan fiber dengan
cara menjepitkan fiber pada penggenggam (panjang coating dari
bare fiber + 6 mm.
2. Masukkan ujung fiber pertama dengan cara mendorong ke dalam
Fibrlok Splice sampai berhenti.
3. Lakukan hal serupa untuk sisi yang lain (fiber kedua).
4. Masukkan ujung fiber kedua dengan cara mendorong ke dalam
Fibrlok Splice sampai ujung fiber pertama dan kedua
bersentuhan yang ditandai dengan bergeraknya pada fiber
pertama.
5. Setelah kedua ujung fiber bersentuhan, dorong fiber pertama
kearah fiber kedua sekali lagi sampai fiber kedua bergerak.
7. Lakukan pengepresan dengan cara menekan Handle (pada
Fibrlok Assembly Tool) kebawah sampai fibrlok splice berbunyi.
Penyambungan Serat Optik
Dalam penyambungan serat ada cara :
! Secarafusion (peleburan).
Teknik penyambungan fiber optik untuk menyambung 2 fiber
secara permanen dan rugi rugi penyambungan kecil harus
memakai fusion splicer.
Gambar 4.3 Penyambungan Secara Fusion
! Secara mekanik
Fungsi penyambungan mekanik adalah penyambungan
secara mekanik mengambil contoh dari produk 3M type Fibrlok II
1. Digunakan untuk menyambung serat single mode maupun
multimode dengan diameter cladding 125 mm secara
permanen.
2. Diameter coating yang digunakan antara 250 mm s/d 900
mm.
Gambar 4.4 Penyambungan Secara Mekanik
4.2.4 Pengetesan dan Pencatatan
Tujuan pengetesan adalah untuk mengukur mutu optik dari
Kabel Optik Aerial/Kabel Optik Duct setelah instalasi.
Hal-hal yang diperoleh dari hasil pengukuran :
1. Mendeteksi apakah saluran optik yang diapsang memenuhi standar
redaman yang ditentukan (dB/Km)
4.2.4.1 Cara Pengetesan
Pengetesan dilaksanakan untuk tiap span kabel optik yang
dipasang dan dimulai dari ujung terminal/sentral secara berurutan
kearah ujung lainnya. Agar pengetesan tersebut dapat dilakukan
secara berurutan maka penyambungan kabel harus dilakukan dalam
urutan yang sama dengan pengetesan. Adapun alat-alat yang
digunakan untuk pengetesan adalah :
1. OTDR untuk pengetesan saluran, besar redaman dan fisik serat.
OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah sebuah
sistem yang digunakan untuk mengukur dan mengetest dari serat
optik. Sebuah serat optik yang telah dipasang dan berjalan hanya
dapat di ukur dan ditest oleh OTDR, baik dalam hal panjang
gelombang multimode atau single mode. Powermeter biasa hanya
bisa mengukur total redaman dari fiber optik yang tengah berjalan.
OTDR dapat menganalisis setiap dari jarak akan insertion loss,
reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat
menampilkan informasi ini pada layer tampilan.
2. Power meter untuk menghitung link power budget
Dipakai untuk mengukur total loss dalam sebuah link optik
4.2.4.2 Pencatatan
Maksud dari pencatatan untuk mengadministrasikan :
1. Letak dan nomor tiang
2. Letak dan nomor satuan sambungan kabel
3. Jumlah dan panjang kabel serta jumlah serat pada tiap kabel
4. Hasil pengetesan
4.3. Rugi – Rugi Penyambungan
Dalam suatu sistem transmisi optik harus memungkinkan
interkoneksi fiber yang membawa cahaya untuk mengatasi jarak yang
lebih jauh. Hanya perlu memikirkan kecilnya diameter fiber optik untuk
merealisasikannya. Teknik koneksi yang digunakan harus dalam tingkat
ketelitian tinggi. Tujuan ketika menghubungkan dua buah fiber adalah
untuk menggabungkan cahaya yang dibawa dalam salah satu fiber
kedalam inti dari fiber lainnya yang dikenal dengan sedikit mungkin loss.
Ada dua tipe dasar hubungan, hubungan permanent, juga dikenal
sebagai spliced connecton dan separable connection.
Permukaaan akhir fiber yang dihubungkan harus halus dan
bersih. Hal ini dicapai dengan memutuskan fiber atau mudahnya dengan
memotong fiber kemudian menggosok permukaan akhirnya. Didalam
kedua kasus tersebut penting bahwa permukaan akhir fiber tegak lurus
berpasangan tanpa ada satupun celah udara yang tidak diinginkan.
Hubungan loss kecil juga disebut sebagai penyesuaian ketepatan dari
inti dua buah fiber. Kemungkinan rugi-rugi pada penyambungan serat
optik dengan serat optik antara lain :
1. Lateral missalignment (kesalahan secara lateral di mana titik pusat
fiber 1 dan fiber 2 bergeser sejauh jarak tertentu).
2. Angular missalignment (kesalahan yang terjadi akibat terbentuknya
sudut antara fiber 1 dan fiber 2)
3.Separation missalignment (kesalahan yang terjadi akibat terbentuknya
celah antara fiber 1 dan fiber 2)
4.Diameter missalignment (kesalahan yang terjadi akibat dameter yang
berbeda antara fiber1 dan fiber 2).
Rugi-rugi penyambungan dapat terjadi karena :
b. Kualitas penyambungan.
Gambar 4.5 Rugi-rugi Penyambungan
4.4 Konfigurasi Jaringan SKSO
Untuk sistem komunikasi serat optik menggunakan topologi
jaringan ring. Pada topologi ring seperti ditunjukan pada gambar 4.6
sinyal akan mengelilingi terminal. Sinyal ini melalui workstation yang
berfungsi juga sebagai repeater, sehingga sinyal yang dikirim tetap
sampai ke terminal berikutnya akan tejaga. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kestabilan operasi jaringan, meskipun jumlah workstation
Sentral ADM
ADM
ADM
ADM
ONU
ONU
ONU
Gambar 4.6 Konfigurasi Jaringan SKSO
Keuntungan dari topologi ini yaitu :
1. Panjang kabel relatif pendek, karena setiap user dapat
menghubungkan ke terminal terdekat. Maksudnya jika pada
salah satu terminal mengalami gangguan maka sinyal yang
datang pada terminal tersebut tidak diteruskan melaikan
dikembalikan ke sentral dan diteruskan ke terminal yang lain.
2. Memungkinkan untuk penggunaan teknologi fiber optik.
(110 Mbps). Maksudnya topologi ini sangat cocok untuk
komunikasi fiber optik karena fiber optik memepunyai akses
respon yang lebih cepat.
Semua teknologi JARLOKAF menggunakan suatu teknik
transmisi. Ada dua cara teknik transmisi yaitu dengan dua serat di mana
satu serat untuk sinyalLE MDF CT/ OLT Tr an sm isi RT/ ONU kirim dan
satu serat untuk sinyal terima serta cara kedua menggunakan satu serat
untuk sinyal kirim dan satu serat untuk sinyal terima. Teknik transmisi
dengan dua serat optik, teknik multiplexing dan akses yang digunakan
adalah Time Division Multiplexed (TDM) untuk arah downstream dan
Time Division Multiple Access (TDMA) untuk arah upstream. Sedangkan
teknik transmisi dengan satu serat optik menggunakan Wavelength
Division Multiplexing (WDM). Teknik transmisi yang digunakan oleh PT.
Telkom pada sistem JARLOKAF adalah menggunakan dua fiber optik
dengan panjang gelombang 1310 nm. Sedangkan fiber optik yang
digunakan adalah jenis singlemode. Terdapat beberapa komponen yang
dapat memberikan pengaruh terhadap redaman fiber optik secara
keseluruhan. Komponen tersebut meliputi fiber optik, konektor, splice
dan splitter. Persyaratan redaman masing-masing komponen tersebut
adalah sebagai berikut:
- splice : 0,2±0,15 dB/splice
- konektor : 0,5±0,2 dB/konektor
- splitter
4.5 Interfce V5.1
Interface V5.1 adalah interface dengan standart link 2 Mb/s (E1)
untuk menghubungkan sentral lokal dengan jaringan akses tanpa
dukungan fungsi konsentrasi. Interface V5.1 pada sentaral lokal
menangani fungsi-fungsi yang berhubungan dengan pengaturan
panggilan. Sedang pada jaringan akses melakukan fungsi yang
berhubungan dengan adaptasi pensinyalan dan pewaktuan.
Untuk lebih jelasnya fungsi dari interface V5.1 dapat dilihat pada
table berikut :
Tabel 4.1 fungsi interface V5.1
Sisi LE Sisi AN
- pengaturan panggilan yang dating dan penambahan penyediaan jenis layanan.
- Membangkitkan tone
generator, DTMF
announcement.
- Mengirim sinyal untuk membangkitkan pulsa pada AN
- Mengaktifkan dan
menonaktifkan ISDN BRA.
- hubungan port fisik pelanggan.
- Mengubah sinyal analog ke bentuk message protokol V5 - Membangkitkan pulsa meter
untuk pelanggan.
- Pengetesan kondisi port pelanggan, saluran pelanngan dan juga modul AN.
- Mengaktifkan dan
4.6 Interfce V5.2
Interface V5.2 adalah pengembangan dari interface V5.1.
Kelebihan interface ini antara lain adalah pada kemampuannya untuk
menggunakan multilink sampai 16 link 2048 kbps dan fungsi
konsentrator (yang terdapat pada AN) dalam menghubungkan LE dan
AN, disamping itu dapat mnedukung pelayanan ISDN akses primer
(ISDN primary acces).
Jenis layanan yang didukung oleh interface V5.2 adalah semua
layanan yang telah didukung oleh interface V5.1 ditambah dengan
layanan ISDN akses primer.
Perbedaan antara V5.1 dan V5.2
Untuk lebih jelasnya perbedaan antara interface V5.1 dan V5.2 dapat
dilihat pada tabel berikut :
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari Kerja Praktek kami yaitu :
1. Pada dasarnya sistem komunikasi semua sama yaitu terdiri dari
sumber informasi, pemancar, media transmisi, penerima dan
tujuan.
2. Serat Optik merupakan saluran transmisi yang menggunakan
optik dan yang ditransmisikan yaitu berupa cahaya.
3. Meskipun SKSO (Sistem Komunikasi Serat Optik) merupakan
sistem komunikasi yang lebih unggul, tetapi belum mampu
menggantikan sistem komunikasi yang ada sebelumnya.
4. Fiber boleh digunakan dengan baik pada semua sistem,
dan apabila sampai masanya keupayaan tambahan
diperlukan, perkakasan elektronik baru boleh dipasang
untuk tujuan pembangunan.
5. Dalam penginstalasian banyak hal-hal yang diperhatikan
termasuk kebersihan. Baik itu kebersihan orang yang
5.2 Saran
1. Dalam penginstalasian jaringan sistem komunikasi serat optik
sebaiknya mengikuti prosedur yang ada
2. mengingat tingkat kerumitan dan mahalnya biaya untuk
penginstalasian sistem komunikasi serat optik maka bayarlah rekening
DAFTAR PUSTAKA
Alifwansyah., 2002. Indeks Moda Tunggal Serat Optik pada Sentral Telepon Otomat (STO) V Sungguminasa. Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar
http://OptoprovaWorking Towards A Connected Future.htm
Nursyamsu Abubakar, dkk ,. 2004. Laporan Praktikum Komunikasi Data. Laboratorium Teknik Telekomunikasi dan Digital Universitas Muslim
Indonesia makassar. Makassar