• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK II

SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK

Disusun Oleh

NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002)

ILHAM RESHA (033 21 0062)

DEWAN SANTOSO (033 21 0065)

JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

(2)

SURAT KETERANGAN NILAI

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :

Nama : NURSAYAMSU ABUBAKAR

Stambuk : 033 21 0002

Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing

Lapangan pada Bagian :

JARINGAN NON KABEL TEMBAGA

Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :

PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR

Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai

yang diperoleh :

A B C D E

Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.

Makassar, .... Juli 2005

Diketahui Oleh,

Ketua Jurusan Elektro

(Ir. Muhammad Nawir, MT.)

Dosen Pembimbing,

(3)

SURAT KETERANGAN NILAI

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :

Nama : ILHAM RESHA P.

Stambuk : 033 21 0062

Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing

Lapangan pada Bagian :

JARINGAN NON KABEL TEMBAGA

Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :

PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR

Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai

yang diperoleh :

A B C D E

Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.

Makassar, .... Juli 2005

Diketahui Oleh,

Ketua Jurusan Elektro

(Ir. Muhammad Nawir, MT.)

Dosen Pembimbing,

(4)

SURAT KETERANGAN NILAI

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :

Nama : DEWAN SANTOSO

Stambuk : 033 21 0065

Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing

Lapangan pada Bagian :

JARINGAN NON KABEL TEMBAGA

Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :

PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR

Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai

yang diperoleh :

A B C D E

Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.

Makassar, .... Juli 2005

Diketahui Oleh,

Ketua Jurusan Elektro

(Ir. Muhammad Nawir, MT.)

Dosen Pembimbing,

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek II ini merupakan salah satu persyaratan dalam

rangka penyelesaian studi pada Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas

Muslim Indonesia.

Nomor : / B 3 / FTE-UMI / VII / 2005

Sub Bidang : Fiber Optik.

Lokasi Praktek : PT. Telkom Kandatel Makassar Bagian Jaringan Non

Kabel Tembaga.

Disusun Oleh :

NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002) ILHAM RESHA P. (033 21 0062) DEWAN SANTOSO (033 21 0065)

Ir. Muhammad Nawir, MT

Kepala Sub Dinas JNKT.

YOSIAS BOKKO JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

(6)

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :

Nama : YOSIAS BOKKO

Jabatan : Kepala Sub Dinas Jaringan Non Kabel Tembaga

Menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa mahasiswa :

Nama/Stambuk :

NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002) ILHAM RESHA P. (033 21 0062) DEWAN SANTOSO (033 21 0065)

Telah melaksanakan Kerja Praktek II mulai 27 Juni 2005 sampai dengan 27

Juli 2005 pada PT. Telkom Kandatel Makassar bagian Jaringan Non Kabel

Tembaga mengenai :

“SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK”

Demikian surat keterangan ini kami buat untuk diketahui dan digunakan

semestinya.

Makassar, ... Juli 2005

Kepala Sub Dinas JNKT.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas

rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Kerja

Praktek II (KP II) yang berjudul “SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada Jurusan Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muslim Indonesia.

Dalam penyusunan Laporan kerja Praktek II ini, penyusun telah

berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat mencapai taraf

kesempurnaan, namun sebagai hamba Allah SWT yang tak luput dari

kekurangan, kekhilafan dan kesalahan maka segala bentuk apapun yang

terbaik selalu penyusun harapkan agar penyusunan Laporan kerja Praktek II

pada kesempatan yang lain dapat lebih disempurnakan.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja

Praktaek II ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu

segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dalam

penulisan Laporan Kerja Praktek II ini penyusun terima dengan senang hati.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi dan menyertai setiap langkah kita.

Amin.

Wassalam.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT KETERANGAN NILAI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT KETERANGAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 3

1.3. Waktu dan Tempat Kegiatan ... 3

1.4. Tujuan Kegiatan ... 3

1.5. Batasan Masalah ... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Sistem Komunikasi ... 6

2.1.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik ... 6

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Serat Optik ... 8

2.3 Struktur Serat Optik ... 10

2.4 Jenis Serat Optik ... 11

2.5 Perambatan Cahaya ... 13

(9)

2.7 Dasar Sistem Komunikasi Data ... 17

2.7.1 Jaringan Komputer ... 17

2.7.1.1 Topologi Jaringan ... 18

2.7.1.2 Arsitektur Jaringan ... 24

2.7.1.3 Jenis Sambungan ... 24

BAB III PERMASALAHAN... 28

BAB IV PEMBAHASAN ... 30

4.1 Jaringan Komunikasi Serat Optik ... 30

4.2 Penginstalasian Kabel Serat Optik ... 30

4.2.1 Pemasangan Alat Bantu dan Perkakas ... 31

4.2.2 Langkah-Langkah Penarikan Kabel Optik Aerial ... 32

4.2.3 Penambahan Kabel ... 33

4.2.3.1 Penyambungan Kabel Serat Optik ... 33

4.2.3.2 Prosedur Penyambungan Serat Optik ... 34

4.2.4 Pengetesan dan Pencatatan ... 37

4.2.4.1 Cara Pengetesan ... 38

4.2.4.2 Pencatatan ... 39

4.3 Rugi-Rugi Penyambungan ... 39

4.4 Konfigurasi Jaringan SKSO ... 41

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

2.1 Sistem Komunikasi Serat Optik ... 7

2.2 (a) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Kabel Metalik (b) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Serat Optik ... 8

2.3 Penampang Serat Optik ... 11

2.4 Klasifikasi Serat Optik Berdasarkan Struktur Pandu Gelombang dan Moda Propagasi ... 13

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

4.1 Fungsi Interface V5.1 ... 44

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknologi serat optik saat ini telah digunakan di berbagai negara

utamanya dibidang telekomunikasi, perbankan, militer, jaringan

komputer, kedokteran, serta alat-alat transportasi laut dan udara.

Penggunaan cahaya untuk komunikasi bukanlah suatu hal yang

baru. Komunikasi gerakan tangan sejak dulu telah digunakan dan mata

sebagai detektor dan otak sebagai prosesor. Orang indian menggunakan

asap sebagai alat komunikasi. Tahun 1880, Graham Bell menemukan

sistem komunikasi cahaya disebut photophone. Photophone

menggunakan cahaya matahari yang terpantul dari sebuah cermin tipis

termodulasi voice. Di penerima cahaya matahari termodulasi itu jatuh

pada cell selenium photoconducting yang langsung mengubahnya

menjadi arus listrik.

Awal perkembangan komunikasi optik dimulai pada tahap konsep

mulai tahun 1880 hingga 1950. Pada bulan juli 1966, Kao dan Hockham

dalam tulisannya mengusulkan penggunaan pelapis (cladding) dari serat

optik. Selanjutnya penelitian dan pengembangan sistem komunikasi

(13)

di Inggris olehStandard Telecommunication Laboratories dan di Amerika

Serikat olehBell Telephone Laboratories.

Perkembangan teknologi serat optik di Indonesia dirintis oleh PT.

Telekomunikasi Indonesia, Tbk sejak tahun 1986 yang menggunakan

kabel serat optik sebagai medium transmisi antar sentral dan

sentral-lokal.

Serat optik merupakan alternatif media komunikasi masa depan

disebabkan karena kelebihan utamanya yaitu mempunyai kapasitas

lebar pita yang amat besar (sekitar 104 Hz) dan kecepatan

pengirimannya yang sangat cepat. Dibalik kelebihan yang dimilkinya

serat optik mempunyai beberapa kelemahan baik ditinjau dari segi fisik

maupun dari segi transmisi (pemandu sinyal optik).

Bedasarkan deskripsi geometri dan sifat fisis bahan serat optik

maka perhitungan rugi-rugi sinyal optik secara teori dapat dilakukan

dengan bantuan persamaan Maxwell untuk bahan dielektrik dan

persmaan gelombang.

Perhitungan secara teori mengenai rugi-rugi sinyal otik perlu

dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam hal perencanaan instalasi

jaringan kabel serat optik. Dalam Kerja Praktek ini, hasil perhitungan

secara teori diperlukan sebagai bahan perbandingan terhadap data yang

(14)

1.2 Perumusan Masalah

Kerja Praktek (KP) yang kami lakukan ini mengenai Sistem

komunikasi serat optik dengan menggunakan interface V5.2

Dalam Kerja Praktek (KP) ini kita dapat mengetahui sistem jaringan

komunikasi serat optik dimana sistem komunikasi tersebut pada masa

sekarang ini telah banyak dipergunakan dan untuk pengembangannya

masih terus dilakukan.

1.3 Waktu dan Tempat

Kerja Praktek (KP) yang kami lakukan selama 1 (satu) bulan

dimulai pada hari Senin, 27 Juni 2005 sampai dengan hari Rabu, 27 Juli

2005. Yang bertempat pada PT. Telkom Kandatel Pettarani Divre VII

Makassar pada bagian Jaringan Akses Lokal Fiber Optik (JARLOKAF),

1.4 Tujuan Kegiatan

Kerja Praktek (KP) yang kami lakukan ini merupakan salah satu

syarat untuk menyelesaikan Program Study Strata Satu (S1) pada Sub

Jurusan Telekomunikasi dan Elektronika Jurusan Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Adapun tujuan dilaksanakannya Kerja Praktek (KP) ini adalah :

1. Dapat mengetahui dasar sistem komunikasi yang menggunakan

(15)

2. Mengetahui perbedaan sistem komunikasi yang menggunakan

media kabel tembaga dan serat optik

3. Mengetahui cara penginstalasian jaringan komunikasi yang

menggunakan serat optik.

4. Dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam

penginstalasian sistem komuniksi serat optik.

1.5 Batasan Masalah

Luasnya ruang lingkup mengenai Sistem Komunikasi Serat Optik

baik dari segi Hardware maupun dari segi Softwarenya, maka perlu

kami batasi ruang lingkup masalah sesuai dengan keperluan, mengingat

keterbatasan waktu dan instrumen pendukung serta kemampuan

penyusun. Adapun masalah yang kami bahas adalah mengenai :

1. Dasar sistem komunikasi yang menggunakan serat optik serat

optik.

2. Penginstalasian jaringan sistem komunikasi serat optik.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tenteng pokok–pokok bahasan pada

setiap bab, maka secara garis besar sistematika penulisan tugas akhir

(16)

Bab I Pendahuluan.

Pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah, Perumusan

masalah, Tujuan penulisan, Batasan masalah, dan Sistimatika

penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tentang teori – teori dasar tiap blok sistem

komunikasi yang menggunakan serat optik.

Bab III Permasalahan

Kendala-kendala yang dihadapi dalam penginstalasian Sistem

Komunikasi Serat Optik.

Bab IV Pemecahan Masalah

Pada bab ini menjelaskan tentang cara-cara mengatasi

permasalahan yang mungkin didapati pada penginstalasian

jaringan sistem komunikas serat optik.

Bab V Penutup

Merupakan kesimpulan dari konsep dasar dari Sistem

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Komunikasi Serat Optik

2.1.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik

Sistem komunikasi serat optik terdiri dari 3 (tiga) bagian utama

yaitu; pengirim/pemacar (Transmitter), media (Serat Optik), dan

Penerima (Receiver). Pengirim berupa sumber cahaya monochrome

(frekuensi tunggal) yang intensitas cahayanya dapat diubah-ubah. Dan

penerima merupakan detektor cahaya yang dapat mengkonversi

perubahan intensitas cahaya menjadi deretan bit. Sedang Serat Optik

merupakan media yang dapat merambatkan cahaya.

a. Transmitter (pemancar)

Pemancar terdiri dari modulator yang memodulasikan

informasi pada sumber cahaya. Sumber cahaya berupa Light

Emiting Diode (LED) /Laser Diode (LE) secara khusus, tergantung

pada sistem Optical Line Code(OLC) yang digunakan pada sinyal

dataIncoming (datang).

b. Serat Optik

Serat optik merupakan media hantar yang terbuat dari

bahan fiber yang berfungsi memandu gelombang yang akan

(18)

c. Receiver (penerima)

Pada sisi penerima detektor menerima pulsa-pulsa cahaya,

detektor (Photo Diode) ini mengubah pulsa-pulsa cahaya menjadi

sinyal listrik dengan bentuk yang sama. Sinyal listrik ini dikuatkan

lalu dimodulasikan oleh modulator sesuai sinyal yang datang

dikodekan kembali ke dalam bentuk biner.

Pada gambar berikut 2.1 akan dilihat sistem komunikasi serat optik.

Gambar 2.1 Sistem Komunikasi Serat Optik

Konsep sistem komunikasi serat optik serupa dengan konsep

sistem komunikasi secara umum dengan komponen dasar seperti

sumber informasi, pemancar/pengirim informasi, media transmisi,

penerima/pendeteksi onformasi dan sampai ke tempat tujuan. Diagram

(19)

A/D

Laser diode Photto diode

Optical fiber cable (a)

(B)

Gambar 2.2 (a) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Kabel Metalik (b) Sistem komunikasi dengan Menggunakan Serat Optik

2.2. Kelebihan dan Kekurangan Serat Optik

Keunggulan media transmisi serat optik antara lain :

- Lebar pita yang sangat lebar

Frekuensi pembawa gelombang optik berkisar antara 1013

hingga 1016 Hz (umumnya sekitar 1014 Hz) yang berarti kapasitas

informasi yang dapat dilewatkan juga sangat besar.

- Kerugian transmisi yang rendah

Pengembangan produksi bahan serat optik dengan kerugian

transmisi yang rendah sudah lama dilakukan dan saat ini telah

(20)

- Kecepatan transmisi yang sangat tinggi

Kecepatan penyaluran informasi sangat tinggi

(menghampiri kecepatan cahaya) sangat cocok untuk

pengiriman sinyal digital dengan sistem multipleks dengan

kecepatan tinggi.

- Ukuran dan bobot sangat kecil

Dengan bentuk/ukuran serta bobot yang sangat kecil

pemekaian ruang untuk kabel serat optik juga sedikit,

penginstalasiannya mudah serta dapat ditempatkan pada

ruang yang kecil seperti pesawat udara, kapal laut dan satelit.

- Bersifat isolator terhadap listrik

Serat optik aman dari bahaya yang disebabkan oleh

listrik (hubungan singkat dan sengatan listrik).

- Kebal terhadap cakap silang

Serat optik merupakan sebuah pemandu gelombang

dieletrik yang terbuat dari bahan kaca (silika) sehingga kebal

terhadap cakap-silang (crosstalk).

- Transmisi sinyalyang aman

Sinyal optik yang berupa cahaya tidak teradiasi keluar

dari serat optik (sepanjang tidak ada kebocoran) dan tidak

(21)

- Sistem dapat dikendaliakan dan pemeliharaannya mudah

Serat optik tidak berkarat dan umur perangkat komponen

optik berkisar 20 – 30 tahun sehingga dalam pemeliharaannya

tidak terlalu repot.

Sedangkan beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh media transmisi

serat optik antara lain :

- Tidak dapat memberikan catuan daya listrik pada stasiun

pengulang (repeater) sehingga perlu penambahan kabel

penghantar listrik untuk semua repeater.

- Serat optik dapat rusak karena tumbukan oleh partikel atom

berenergi tinggi.

- Tidak tahan terhadap tekanan berlebihan dari luar yang dapat

menyebabkan kerusakan pada kabel serat optik.

- Konstruksinya lemah sehingga dalam penerapannya

membutuhkan lapisan penguat sebagai pelindung kabel.

- Perbaikan terhadap kerusakan lebih sulit karena ukuran serat

yang sangat kecil.

2.3. Struktur Serat Optik

Struktur dasar/penampang serat optik dapat dilihat pada gambar 2.2

(22)

Gambar 2.3 Penampang Serat Optik

Keterangan gambar 2.3 :

a. Inti (core)

Berfungsi untuk merambatkan cahaya dari satu ujung ke

ujung yang lainnya. Terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas yang

tinggi dengan diameter 9 – 50 µm.

b. Pelapis (cladding)

Berfungsi sebagai cermin (memantulkan cahaya agar dapat

merambat ke ujung yang lain). Terbuat dari bahan gelas atau plastik

dengan indeks bias yang lebih kecil dari indeks biascore.

c. Jaket (coating)

Berfungsi sebagai pelindung mekanis dan tempat kode

warna. Terbuat dari bahan plastik.

2.4. Jenis Serat Optik

1. Inti tunggal (single core)

(23)

Jenis serat optik berdasarkan moda dan indeks bias inti :

1. Indeks undak moda jamak (step index multimode)

Diameter inti 50 µm dan diameter cladding 125 µm. Indeks

bias pada inti seragam, demikian pula pada pelapis.

Penyambungannya lebih mudah, digunakan untuk jarak pendek dan

transmisi data bit rate rendah karena sering terjadi dispersi. Hanya

digunakan untuk jarak pendek dan bit rate rendah (misal untuk

LAN).

2. Indeks angsur moda jamak (granded indeks multimode)

Diameter core 50µm dan diameter cladding 125 µm. Indeks

bias inti tertinggi terdapat pada pusat inti dan berangsur-angsur

turun sampai ke tepi inti yaitu batas antara core dan cladding.

Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada Core sehingga

rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat. Dispersi yang terjadi

minimum namun harganya lebih mahal disebabkan oleh faktor

pembuatan yang lebih sulit.

3. indeks undak moda tunggal (step index monomode)

Diameter core 8 – 10 µm dan diameter cladding 125 µm.

Cahaya merambat dalam satu mode, sejajar dengan sumbu serat

optik. Digunanakan untuk jarak jauh dan transmisi data dengan bit

(24)

Gambar 2.4 Klasifikasi serat optik berdasarkan struktur pandu-gelombang dan moda propagasi ;

(1)Step-index multimode, (2)Graded index multimode, (3) Step-index-monomode.

2.5. Perambatan Cahaya

Cahaya merambat dalam medium dengan tiga cara; dibiaskan,

(25)

menjalar dari suatu medium ke medium lain yang berbeda

indeks-biasnya akan mengalami pemantulan (refleksi) atau pembiasan

(refraksi). Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya, Snellius

menyimpulkan bahwa perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut

bias adalah suatu bilangan yang konstan yang disebut indeks bias yang

dapat dituliskan :

n

bias (pada bahan 2), n (indeks bias), n1 indeks bias (pada medium 1)

dann2 indeks bias (pada medium 2).

Indeks bias suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan

antara kecepatan rambat cahaya di ruang hampa dengan kecepatan

rambat cahaya dalam bahan tersebut, yaitu :

b

Dengannb indeks bias bahan,c kecepatan rambat cahaya daalam

ruang hampa (± 2,998 x 108 m/s), vb kecepatan rambat cahaya dalam

(26)

adalah frekuensi gelombang (Hz), T adalah perioda (s) dan ω adalah

kecepatan sudut (rad/s).

Gambar 2.5 Pembiasan dan pemantulan cahaya pada suatu bidang batas

Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi jika cahaya

melewati suatu bidang batas seperti tampak pada gambar 2.4, yaitu :

(a). Jika n1 < n2 maka θi > θt (cahaya dibiaskan mendekati garis

normal)

(b). Jika n1 > n2 maka θi < θt (cahaya dibiaskan menjauhi garis

normal).

(c). Jika n1 > n2 dan θt = π/ 2 maka θi = θC (cahaya dibiaskan

(27)

(d). Jika n1 > n2 dan θi > θCmaka tidak ada cahaya yang dibiaskan

Persyaratan agar cahaya dapat merambat dalam inti serat optik yaitu :

-. Indeks bias inti harus lebih besar dari pada indeks bias cladding.

-. Sudut datang harus lebih besar dari pada sudut kritis.

Persyaratan tersebut tidak terlepas dari sifat-sifat cahaya dimana;

Cahaya adalah sejenis gelombang elektromagnetik, cahaya adalah

suatu gelombang tranfersal, cahaya mengalami perubahan medan

elektromagnetik selama perambatannya.

2.6. Dispersi

Dispersi adalah suatu fenomena di mana suatu pulsa cahaya yang

datang akan menaglami pelebaran selama perambatannya di dalam

serat optik. Dispersi dpat menyebabkan penumpukan pulsa satu dengan

lainnya (inter symbol interference) yang akan menambah jumlah pulsa

(28)

Adapun macam-macam dispersi antara lain :

• Dispersi Moda

Adalah dispersi yang disebabkan karena pulsa cahaya

merambat dalam beberapa lintasan (mode). Perbedaan lintasan

tersebut akan menyebabkan perbedaan jarak tempuh

masing-masing pulsa cahaya yang ditransmisikan tersebut sehingga pulsa

tersebut akan sampai pada bagian penerima dengan waktu yang

berbeda-beda. Dispersi ini terjadi pada saat serat optik multimode.

• Dispersi Chromatic

Dispersi ini terjadi pada semua jenis serat optik. Dispersi ini

terjadi karena pulsa cahaya yang merambat terdiri atas beberapa

panjang gelombang. Hal ini disebabkan karena sumber optik tidak

memancarkan cahaya tunggal (monochromatic) akan tetapi cahaya

dengan beberapa panjang gelombang. Perbedaan panjang

gelombang menyebabkan prbedaan kecepatan rambat pulsa

cahayatersebut pada serat optik, akan menyebabkan bentuk pulsa

cahaya output menjadi melebar.

2.7. Dasar Sistem Komunikasi Data 2.7.1 Jaringan Komputer

Jaringan komputer yang kita kenal sekarang ini mulai

(29)

penghujung 1960-an konsep yang ada pada mulanya melayani

komunikasi antar jaringan. Jaringan ARPA (ARPAnet) adalah hasil

penelitian kemudian yang membawa kita menuju komunikasi global

tanpa batas antara komputer di dunia. Internetworking (Internet)

dipercaya sebagai teknologi telekomunikasi yang paling pesat

pertumbuhannya saat ini, adalah hasil evolusi dari jaringan ARPAnet.

2.7.1.1 Topologi Jaringan

Topologi atau konvigurasi merupakan mode atau bentuk

jaringan. Setiap topologi mempunyai kekurangan dan kelebihan

masing-masing. Pada dasarnya seluruh jaringan berawal dari

hubungan point-to-point kemudian berkembang menjadi multipoint.

Hubungan ini disesuaikan dengan kebutuhan sistem

hardware/software, operating sistem, yang dikeluarkan vendor atau

komposisi area jaringan komputer yang digunakan.

Pada pembahasan ini akan membahas 3 (tiga) topologi dasar

yaitu;BUS, STAR, danRING.

a. TopologiBus

Logika dari sistem jaringan ini adalah satu jalur yang

digunakan oleh seluruh user untuk melewatinya, seolah-olah bis

yang sedang antri di jalan raya. Dalam kenyataannya struktur ini

(30)

dasar hubungan interkoneksial. Seperti yang ditunjukkan pada

gambar 2... berikut

Gambar 2.6 Topologi Bus

Keuntungan dari topologi ini yaitu :

- Kebutuhan kabel relatif sedikit

Dimungkinkan untuk setiap terminal menhubungkan hanya ke

tempat saluran terdekat.

- Mudah dalam penambahan

Untuk menambah user, masing-masing terminal tinggal

menghubungkan ke jalur terdekat. Adapun untuk jarak user

yang jauh (melebihi spesifikasi teknis) dibutuhkan repeater

untuk mengatasinya. Mudah untuk menambah atau

(31)

Kerugian dari topogi ini yaitu :

- Diagnosa gnagguan

Sulit untuk mendeteksi letak gangguan karena kesalahan

satu user akan menyebabkan seluruh jaringan tidak

berfungsi.

- Isolasi gangguan

Untuk mengatasi masalah deteksi gangguan, disarankan

untuk membagi jaringan ke dalam bentuk segmen.

b. Topologi Star

Konfiguarsi jaringan star, ditunjukkan pada gambar 2.7

yang memperlihatkan sebuah pengendali pusat (hub) yang

berada pada titik tengah yang berufngsi sebagai central joint

(pusat hubungan) ke seluruh terminal (end user). Seringkali hub

ini juga berufngsi sebagai swtcher, yang membuat path atau

(32)

Gambar 2.7 TopologiStar

Keuntungan dari topologi ini yaitu :

- Kemudahan layanan

Mudah melokalisasi dan memperkirakan letak serta jenis

gangguan jika terjadi masalah, sehingga tidak menyulitkan

pemeliharaan.

- Koneksi tunggal

Jika terjadi kerusakan, terminal lainnya akan tetap beroperasi.

- Pengendalian terpusat

(33)

- Protokol akses yang mudah

Protokol yang relatif sederhana, karena penggunaan

teknologi yang sederhana pula.

c. Topologi Ring

Pada topologi ring seperti ditunjukan pada gambar 2.8

sinyal akan mengelilingi terminal. Sinyal ini melalui workstation

yang berfungsi juga sebagai repeater, sehingga sinyal yang

dikirim tetap sampai ke terminal berikutnya akan tejaga. Hal ini

akan berpengaruh terhadap kestabilan operasi jaringan,

meskipun jumlahworkstation bertambah.

(34)

Keuntungan dari topologi ini yaitu :

- Panjang kabel relatif pendek, karena setiap user dapat

menghubungkan ke terminal terdekat.

- Memungkinkan untuk penggunaan teknologi fiber optik.

Dengan saluran serat optik, akses respon bisa lebih cepat

(110 Mbps).

Kerugian dari topologi ini yaitu :

- Node gangguan

Karena semua data menuju satu arah secara mengelilingi

lingkaran (ring)melaui simpul (node), apabila salah satu node

menglami kerusakan maka seluruh jaringan tidak akan

bekerja. Satu dari setiap perangkat harus mengirim ulang jika

jaringan mengalami gangguan.

- Diagnosa gangguan

Akan sulit melacak letak kerusakan, karena kerusakan dari

node mengakibatkan node tidak bekerja.

- Isolasi gangguan

Seperti halnya pada sistem bus, pada sistem ini pun sulit

untuk melacak kerusakan yang diakibatkan oleh saluran yang

terisolasi, salah satu solusinya adalah bypass node yang

(35)

- Penambahan terminal

Penambahan terminal sulit dilakukan, karena jika untuk

menambah terminal harus mematikan (shut down) sistem

jaringan secara keseluruhan.

2.7.1.2 Arsitektur Jaringan

Jaringan komputer modern didesain dengan tingkat

kehandalan yang tinggi dan dapat saling berhubungan

(interkoneksi). Untuk menyederhanakan desain yang rumit,

beberapa jaringan dapat diorganisir secara seri dari beberapalayer

(lapisan). Setiap bagian dapat memproses sendiri nomor layer, isi

layer, dan fungsi setiap layer dari jaringan ke jaringan yang

berbeda. Bagaimanapun, dalam seluruh jaringan setiap layer

mempunyai tujuan melayanilayer di atasnya.

2.7.1.3 Jenis Sambungan

Dalam komunikasi data ada 2 (dua) jenis sambungan yang

dikenal yaitu;

a. Sambungan Tetap

- Point-to-point

Komunikasi terjadi antara dua stasiun yang secara langsung

tersambung melalui media transmisi. Gambar 2.9

(36)

kekurangan antara lain tidak praktis untuk pemakaian

stasiun yang banyak.

Gambar 2.9 Sambungan bentukpoint-to-point

- Multipoint

Bagian ini memperlihatkan sambungan antara 3 (tiga) atau

lebih stasiun pada satu saluran yang sama. Istilah lain yang

digunakan untuk jenis ini adalahmultidrops, multistation,dan

multilines.

Gambar 2.10 Sambungan bentukMultipoint.

b. Sambungan tak Tetap

(37)

- Circuit Switching

Pada Circuit Switching bila pelanggan akan

mengadakan hubungan ke tempat yang dituju (Destination)

maka sejumlah rangkaian harus dihubungkan secara

berurutan. Seluruh rangkaian yang dibutuhkan untuk

menjalin hubungan antara source dan destination harus

tetap tersambung selama informasi dikirim.

- Message Switching

Pada Message Switching paket data akan dikirimkan

secara terus menerus berbeda dengancircuit switching yang

bilamana terminal sedang sibuk panggilan akan diulang.

Prinsip ini dikenal dengan istilahStore and forward.

- Packet Switching

Jaringan data umumnya menggunakan sambungan ini.

Jaringan Packet Switching terdiri dari beberapa pusat

penyambungan yang akan dikendalikan komputer dan saling

tersambung melalui saluran transmisi dengan kecepatan

tinggi.User menghubungkan ke terminalnya ke jaringan data

melalui satu node pada jaringan tersebut. Informasi yang

dikirim dibagi menjadi paket-paket dengan besaran tertentu

(38)

Untuk menjaga kehandalan, digunakan sistem pengulangan

(39)

BAB III PERMASALAHAN

Dalam sistem komunikasi kita mengenal istilah Jaringan Lokal Akses

Kabel Tembaga (JARLOKAT), Jaringan Lokal Akses Radio (JARLOKAR),

dan Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (JARLOKAF).

Perkembangan teknologi telekomunikasi telah mengantar kita sampai

pada Sistem Komunikasi Serat Optik. Sistem Kominikasi Serat Optik (SKSO)

dimana SKSO ini dianggap paling efisien dibandingkan dengan sistem

komunikasi yang ada di Indonesia khususnya pada masa sekarang ini.

Sistem komunikasi yang ada sekarang ini dianggap sudah tidak lagi

menjamin kualitas bagi pelanggan atau pemakai telekomunikasi.

Namun apakah Sistem Komunikasi Serat Optik mampu menggantikan

sistem komunikasi yang menggunakan media kabel tembaga dan sistem

komunikasi yang memanfaatkan gelombang radio. Dan kendala-kendala

apasajakah yang mungkin didapat dalam penginstalasian jaringan sistem

komunikasi yang menggunakan serat optik, serta keuntungan yang didapat

dari sistem yang menggunakan fiber optik tersebut.

Berdasarkan masalah-masalah di atas maka kami mencoba

mengadakan kerja praktek pada PT. Telkom Indonesia pada Bagian Jaingan

(40)

dan juga kami dapat megaplikasikan ilmu yang kami dapatkan di bangku

(41)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Jaringan Sistem Komunikasi Serat Optik

Pada dasarnya sistem komunkasi yang menggunakan media serat

optik adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut :

Gambar 4.1 Jaringan Dasar SKSO

4.2 Penginstalasian Kabel Serat Optik

Dalam penginstalasian kabel serat optik sebaiknya memerhatikan

(42)

Gambar 4.2 Diagram Alir Instalasi Kabel Optik Aerial

4.2.1 Pemasangan Alat Bantu dan Perkakas

Untuk pemasangan alat bantu sebaiknya memperhatikan

prosedur, adapun prosedurnya sebagai berikut :

1. Pemasangan besi sekang, Klem kabel pada tiap tiang sesuai

dengan posisi tiang dan penjepit kabel.

2. Pemasangan temberang pada tempat-tempat yang diperlukan.

3. Pemasangan rol-rol pelincir kabel pada klem kabel di setiap tiang

yang dilalui dalam satu tahapan penarikan.

4. Tali penarik kabel Panjang tali penarik sebaiknya melebihi jarak

(43)

5. Alat anti pulir (Swivel). Pada saat penarikan, kemungkinan besar

akan terjadi puliran yang tidak beraturan yang dapat merusak

kabel. Untuk mencegah hal tersebut maka dipasang alat anti pulir

di antara kabel dan tali penarik.

6. Katrol diperlukan untuk penarikan kabel jika memerlukan daya tarik

yang tinggi.

7. Alat Penarik Kabel (Track Tang). Alat penarik ini dapat

dipergunakan diats tiang dengan cara ditambatkan pada tiang.

8. Penempatan Haspel. Haspel ditempatkan pada dongkrak kabel,

kemudian diangkat pelan-pelan setinggi 10 cm dari tanah.

Kemudian membuka tutup haspel dan membersihkan paku-paku

atau plat penjepit yang tertinggal pada haspel.

4.2.2 Langkah-Langkah Penarikan Kabel Optik Aerial

Jika persipan penarikan kabel selesai, petugas yang bertanggung

jawab atas penarikan tersebut memberikan aba-aba untuk penarikan

dan mengadakan pengawasan yang intensif. Hal-hal yang harus

diperhatikan sewaktu penarikan adalah :

Pada Tiang Tikungan

Pada tiang tikungan perlu diawasi secara khusus, jika terdapat

(44)

penarikan dan kemudian memeriksa tempat kesalahan. Jika ada

kesalahan maka pada saat itu juga harus diperbaiki.

Pada Tiang Tikungan Tajam

Penarikan kabel pada tikungan yang tajam tidak boleh dilakukan

seperti penarikan biasa tetapi perlu diperiksa terlebih dahulu. Arah dari

penarikan diambil rute yang panjang dilihat dari tikungan.

4.2.3 Penambahan Kabel

4.2.3.1 Penyambungan Kabel srerat optik

Sambungan kabel merupakan titik rawan terjadinya gangguan.

Hal tersebut disebabkan karena saat penanganannya tidak mengikuti

prosedur yang ditentukan.

Penyambungan kabel serat optik mempunyai beberapa

langkah yang semua harus dilakukan dengan benar untuk

mendapatkan hasil yang baik.

a. Penyambungan kabel serat optik harus sesuai prosedur.

b. Penggunaan peralatan dan material harus benar.

c. Pengetesan harus dilaksanakan setelah selesai

penyambungan.

Macam-macam penyambungan adalah sbb:

1. Penyambungan secarafusion (peleburan)

(45)

3. Penyambungan denganconnector

Penyambungan kabel serat optik terdiri dari 2 hal, yakni :

penyambungan kabel, dan penyambungan serat. Pertama yang

harus dilakukan adalah penanganan sarana sambung kabel lalu

penyambungan serat.

4.2.3.2. Prosedur Penyambungan Serat A. Splicing Set-Up

1. Bersihkan diseputar lokasi penyambungan.

2. Kupas buffer tubes dan bersihkan denganjelly cleaner.

3. Ambil Fibrlok splice dan tempatkan pada splice holding.

4. Posisikan lengan penjepit / penyimpan fiber (toggle arms) sesuai

peruntukan.

5. Untuk fiber dengan diameter coating 250 m , putar kearah

dalam.

6. Untuk fiber dengan diameter coating 900 m , putar kearah luar.

B. Persiapan Fiber

1. Kupas coating sepanjang + 25 mm s/d 51 mm menggunakan

mechanical stripper.

(46)

3. Untuk jenis Fibrlok II 2529 Universal Splice, potong fiber

menggunakan fiber cleaver sepanjang 12,5 mm + 0,5 mm, baik

untuk diameter coating 250 mm maupun 900 mm.

4. Periksa panjang potongan fiber menggunakan pengukur panjang

potongan fiber 12,5 mm yang ada padaFibrlok Assembly Tool.

5. Apabila panjang bare fiber tidak sesuai, lakukan pengaturan

panjang potongan fiber pada fiber cleaver.

C. Penyambungan Fiber

1. Tempatkan fiber pertama pada tempat penyimpanan fiber dengan

cara menjepitkan fiber pada penggenggam (panjang coating dari

bare fiber + 6 mm.

2. Masukkan ujung fiber pertama dengan cara mendorong ke dalam

Fibrlok Splice sampai berhenti.

3. Lakukan hal serupa untuk sisi yang lain (fiber kedua).

4. Masukkan ujung fiber kedua dengan cara mendorong ke dalam

Fibrlok Splice sampai ujung fiber pertama dan kedua

bersentuhan yang ditandai dengan bergeraknya pada fiber

pertama.

5. Setelah kedua ujung fiber bersentuhan, dorong fiber pertama

kearah fiber kedua sekali lagi sampai fiber kedua bergerak.

(47)

7. Lakukan pengepresan dengan cara menekan Handle (pada

Fibrlok Assembly Tool) kebawah sampai fibrlok splice berbunyi.

Penyambungan Serat Optik

Dalam penyambungan serat ada cara :

! Secarafusion (peleburan).

Teknik penyambungan fiber optik untuk menyambung 2 fiber

secara permanen dan rugi rugi penyambungan kecil harus

memakai fusion splicer.

Gambar 4.3 Penyambungan Secara Fusion

! Secara mekanik

Fungsi penyambungan mekanik adalah penyambungan

secara mekanik mengambil contoh dari produk 3M type Fibrlok II

(48)

1. Digunakan untuk menyambung serat single mode maupun

multimode dengan diameter cladding 125 mm secara

permanen.

2. Diameter coating yang digunakan antara 250 mm s/d 900

mm.

Gambar 4.4 Penyambungan Secara Mekanik

4.2.4 Pengetesan dan Pencatatan

Tujuan pengetesan adalah untuk mengukur mutu optik dari

Kabel Optik Aerial/Kabel Optik Duct setelah instalasi.

Hal-hal yang diperoleh dari hasil pengukuran :

1. Mendeteksi apakah saluran optik yang diapsang memenuhi standar

redaman yang ditentukan (dB/Km)

(49)

4.2.4.1 Cara Pengetesan

Pengetesan dilaksanakan untuk tiap span kabel optik yang

dipasang dan dimulai dari ujung terminal/sentral secara berurutan

kearah ujung lainnya. Agar pengetesan tersebut dapat dilakukan

secara berurutan maka penyambungan kabel harus dilakukan dalam

urutan yang sama dengan pengetesan. Adapun alat-alat yang

digunakan untuk pengetesan adalah :

1. OTDR untuk pengetesan saluran, besar redaman dan fisik serat.

OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah sebuah

sistem yang digunakan untuk mengukur dan mengetest dari serat

optik. Sebuah serat optik yang telah dipasang dan berjalan hanya

dapat di ukur dan ditest oleh OTDR, baik dalam hal panjang

gelombang multimode atau single mode. Powermeter biasa hanya

bisa mengukur total redaman dari fiber optik yang tengah berjalan.

OTDR dapat menganalisis setiap dari jarak akan insertion loss,

reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat

menampilkan informasi ini pada layer tampilan.

2. Power meter untuk menghitung link power budget

Dipakai untuk mengukur total loss dalam sebuah link optik

(50)

4.2.4.2 Pencatatan

Maksud dari pencatatan untuk mengadministrasikan :

1. Letak dan nomor tiang

2. Letak dan nomor satuan sambungan kabel

3. Jumlah dan panjang kabel serta jumlah serat pada tiap kabel

4. Hasil pengetesan

4.3. Rugi – Rugi Penyambungan

Dalam suatu sistem transmisi optik harus memungkinkan

interkoneksi fiber yang membawa cahaya untuk mengatasi jarak yang

lebih jauh. Hanya perlu memikirkan kecilnya diameter fiber optik untuk

merealisasikannya. Teknik koneksi yang digunakan harus dalam tingkat

ketelitian tinggi. Tujuan ketika menghubungkan dua buah fiber adalah

untuk menggabungkan cahaya yang dibawa dalam salah satu fiber

kedalam inti dari fiber lainnya yang dikenal dengan sedikit mungkin loss.

Ada dua tipe dasar hubungan, hubungan permanent, juga dikenal

sebagai spliced connecton dan separable connection.

Permukaaan akhir fiber yang dihubungkan harus halus dan

bersih. Hal ini dicapai dengan memutuskan fiber atau mudahnya dengan

memotong fiber kemudian menggosok permukaan akhirnya. Didalam

kedua kasus tersebut penting bahwa permukaan akhir fiber tegak lurus

(51)

berpasangan tanpa ada satupun celah udara yang tidak diinginkan.

Hubungan loss kecil juga disebut sebagai penyesuaian ketepatan dari

inti dua buah fiber. Kemungkinan rugi-rugi pada penyambungan serat

optik dengan serat optik antara lain :

1. Lateral missalignment (kesalahan secara lateral di mana titik pusat

fiber 1 dan fiber 2 bergeser sejauh jarak tertentu).

2. Angular missalignment (kesalahan yang terjadi akibat terbentuknya

sudut antara fiber 1 dan fiber 2)

3.Separation missalignment (kesalahan yang terjadi akibat terbentuknya

celah antara fiber 1 dan fiber 2)

4.Diameter missalignment (kesalahan yang terjadi akibat dameter yang

berbeda antara fiber1 dan fiber 2).

Rugi-rugi penyambungan dapat terjadi karena :

(52)

b. Kualitas penyambungan.

Gambar 4.5 Rugi-rugi Penyambungan

4.4 Konfigurasi Jaringan SKSO

Untuk sistem komunikasi serat optik menggunakan topologi

jaringan ring. Pada topologi ring seperti ditunjukan pada gambar 4.6

sinyal akan mengelilingi terminal. Sinyal ini melalui workstation yang

berfungsi juga sebagai repeater, sehingga sinyal yang dikirim tetap

sampai ke terminal berikutnya akan tejaga. Hal ini akan berpengaruh

terhadap kestabilan operasi jaringan, meskipun jumlah workstation

(53)

Sentral ADM

ADM

ADM

ADM

ONU

ONU

ONU

Gambar 4.6 Konfigurasi Jaringan SKSO

Keuntungan dari topologi ini yaitu :

1. Panjang kabel relatif pendek, karena setiap user dapat

menghubungkan ke terminal terdekat. Maksudnya jika pada

salah satu terminal mengalami gangguan maka sinyal yang

datang pada terminal tersebut tidak diteruskan melaikan

dikembalikan ke sentral dan diteruskan ke terminal yang lain.

2. Memungkinkan untuk penggunaan teknologi fiber optik.

(54)

(110 Mbps). Maksudnya topologi ini sangat cocok untuk

komunikasi fiber optik karena fiber optik memepunyai akses

respon yang lebih cepat.

Semua teknologi JARLOKAF menggunakan suatu teknik

transmisi. Ada dua cara teknik transmisi yaitu dengan dua serat di mana

satu serat untuk sinyalLE MDF CT/ OLT Tr an sm isi RT/ ONU kirim dan

satu serat untuk sinyal terima serta cara kedua menggunakan satu serat

untuk sinyal kirim dan satu serat untuk sinyal terima. Teknik transmisi

dengan dua serat optik, teknik multiplexing dan akses yang digunakan

adalah Time Division Multiplexed (TDM) untuk arah downstream dan

Time Division Multiple Access (TDMA) untuk arah upstream. Sedangkan

teknik transmisi dengan satu serat optik menggunakan Wavelength

Division Multiplexing (WDM). Teknik transmisi yang digunakan oleh PT.

Telkom pada sistem JARLOKAF adalah menggunakan dua fiber optik

dengan panjang gelombang 1310 nm. Sedangkan fiber optik yang

digunakan adalah jenis singlemode. Terdapat beberapa komponen yang

dapat memberikan pengaruh terhadap redaman fiber optik secara

keseluruhan. Komponen tersebut meliputi fiber optik, konektor, splice

dan splitter. Persyaratan redaman masing-masing komponen tersebut

adalah sebagai berikut:

(55)

- splice : 0,2±0,15 dB/splice

- konektor : 0,5±0,2 dB/konektor

- splitter

4.5 Interfce V5.1

Interface V5.1 adalah interface dengan standart link 2 Mb/s (E1)

untuk menghubungkan sentral lokal dengan jaringan akses tanpa

dukungan fungsi konsentrasi. Interface V5.1 pada sentaral lokal

menangani fungsi-fungsi yang berhubungan dengan pengaturan

panggilan. Sedang pada jaringan akses melakukan fungsi yang

berhubungan dengan adaptasi pensinyalan dan pewaktuan.

Untuk lebih jelasnya fungsi dari interface V5.1 dapat dilihat pada

table berikut :

Tabel 4.1 fungsi interface V5.1

Sisi LE Sisi AN

- pengaturan panggilan yang dating dan penambahan penyediaan jenis layanan.

- Membangkitkan tone

generator, DTMF

announcement.

- Mengirim sinyal untuk membangkitkan pulsa pada AN

- Mengaktifkan dan

menonaktifkan ISDN BRA.

- hubungan port fisik pelanggan.

- Mengubah sinyal analog ke bentuk message protokol V5 - Membangkitkan pulsa meter

untuk pelanggan.

- Pengetesan kondisi port pelanggan, saluran pelanngan dan juga modul AN.

- Mengaktifkan dan

(56)

4.6 Interfce V5.2

Interface V5.2 adalah pengembangan dari interface V5.1.

Kelebihan interface ini antara lain adalah pada kemampuannya untuk

menggunakan multilink sampai 16 link 2048 kbps dan fungsi

konsentrator (yang terdapat pada AN) dalam menghubungkan LE dan

AN, disamping itu dapat mnedukung pelayanan ISDN akses primer

(ISDN primary acces).

Jenis layanan yang didukung oleh interface V5.2 adalah semua

layanan yang telah didukung oleh interface V5.1 ditambah dengan

layanan ISDN akses primer.

Perbedaan antara V5.1 dan V5.2

Untuk lebih jelasnya perbedaan antara interface V5.1 dan V5.2 dapat

dilihat pada tabel berikut :

(57)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari Kerja Praktek kami yaitu :

1. Pada dasarnya sistem komunikasi semua sama yaitu terdiri dari

sumber informasi, pemancar, media transmisi, penerima dan

tujuan.

2. Serat Optik merupakan saluran transmisi yang menggunakan

optik dan yang ditransmisikan yaitu berupa cahaya.

3. Meskipun SKSO (Sistem Komunikasi Serat Optik) merupakan

sistem komunikasi yang lebih unggul, tetapi belum mampu

menggantikan sistem komunikasi yang ada sebelumnya.

4. Fiber boleh digunakan dengan baik pada semua sistem,

dan apabila sampai masanya keupayaan tambahan

diperlukan, perkakasan elektronik baru boleh dipasang

untuk tujuan pembangunan.

5. Dalam penginstalasian banyak hal-hal yang diperhatikan

termasuk kebersihan. Baik itu kebersihan orang yang

(58)

5.2 Saran

1. Dalam penginstalasian jaringan sistem komunikasi serat optik

sebaiknya mengikuti prosedur yang ada

2. mengingat tingkat kerumitan dan mahalnya biaya untuk

penginstalasian sistem komunikasi serat optik maka bayarlah rekening

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Alifwansyah., 2002. Indeks Moda Tunggal Serat Optik pada Sentral Telepon Otomat (STO) V Sungguminasa. Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar

http://OptoprovaWorking Towards A Connected Future.htm

Nursyamsu Abubakar, dkk ,. 2004. Laporan Praktikum Komunikasi Data. Laboratorium Teknik Telekomunikasi dan Digital Universitas Muslim

Indonesia makassar. Makassar

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Komunikasi Serat Optik
Gambar 2.2 (a) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Kabel Metalik
Gambar 2.3 Penampang Serat Optik
Gambar 2.4 Klasifikasi serat optik berdasarkan struktur pandu-gelombang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saliva ejektor merupakan alat isolasi rongga mulut yang berguna untuk menyedot saliva dalam proses perawatan gigi. Saliva ejektor ini merupakan salah satu Assistant’s Unit

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Property &amp; Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3)Apakah Debt to asset ratio berpengaruh

kerosakan fizikal, Kecederaan (termasuk kecederaan anggota), perbelanjaan tertanggung atau apa-apa kerugian turutan secara Iangsung atau tidak langsung disebabkan

setiap orang atau badan usaha yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada sumber air tanpa izin dari pihak yang berwenang

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang penerapan metode story telling pada kemampuan membaca permulaan di kelompok B3 TK Budi Mulia 2 Pandeansari Yogyakarta.

Teknik permainan dalam bimbingan kelompok diperkirakan tepat digunakan sebagai salah satu bentuk permainan yang dapat diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan

Pola kemitraan ini pada hakekatnya merupakan hubungan antara Pemerintah sebagai pembuat program, BUMN sebagai pelaksana dan perpanjangan tangan dari pihak pemerintah dan Industri

Lebih lanjut, menurut Bu Sumarni, yang meminta untuk disunat adalah orang tua si bayi dengan saran dari bidan untuk melakukan sunat.. Alat dan obat yang digunakan untuk