• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ajar Dosen Filsafat Ilmu dipakai tg 28 Feb 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Ajar Dosen Filsafat Ilmu dipakai tg 28 Feb 2013"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Bahan Ajar Dosen

Ringkasan

FILSAFAT ILMU

oleh

Prof. Dr. Bambang Triadji

untuk :

Mahasiswa Pasca Sarjana Tahun 2012/2013 Kelas PBI A dan TPm C

Pascasarjana (S2)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

BAB I

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

A. ILMU DAN FILSAFAT

Menurut Jujun S. Suria Sumantri, jenis manusia dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya dibedakan sebagai berikut :

1. Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya 2. Orang yang mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya 3. Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang diketahuinya 4. Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya.

Orang yang dapat memperoleh pengetahuan yang benar apabila orang tersebut termasuk golongan 1 dan sekaligus 2 yaitu :

1. Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya 2. Orang yang mengetahui apa yang tidak diketahuinya Dengan demikian maka filsafat didorong untuk mengetahui : 1. Apa yang telah kita ketahui

2. Apa yang belum kita ketahui

Pengetahuan diperoleh dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari kedua-duanya.

Orang mampu berfilsafat apabila : 1. Rendah hati

Memahami bahwa tidak semuanya akan dapat diketahui dan merasa dirinya kecil dibandingkan dengan kebesaran alam semesta.

Filsuf Faust mengatakan : ”Nah disinilah aku, si bodoh yang malang, tak lebih pandai dari sebelumnya”. Socrates menyadari kebodohannya dan bilang ” Yang saya ketahui adalah bahwa saya tak tahu apa-apa”

2. Bersedia untuk mengoreksi diri, berarti berani berterus terang terhadap seberapa jauh kebenaran yang sudah kita jangkau

Ilmu merupakan pengetahuan yang kita alami sejak di bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri sendiri :

1. Apakah yang sebenarnya saya ketahui tentang ilmu

2. Apakah ciri-ciri yang hakiki tentang ilmu dibanding dengan yang bukan ilmu 3. Bagaimanakah saya tahu bahwa ilmu yang saya ketahui memang benar 4. Kriteria apa untuk menentukan kebenaran.

Berfilsafat antara lain meliputi :

1. Apakah ilmu yang telah ada sudah benar 2. Mengapa kita harus mempelajari ilmu 3. Apakah kegunaan ilmu itu

4. Apakah ilmu yang ada sudah meliputi semua aspek kehidupan

5. Di manakah batas cakupan ilmu.Apakah ada aspek kehidupan yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu

6. Apakah kelemahan dan kekurangan ilmu

(3)

juga memperhatikan tanah tempat berpijaknya dan berkeinginan untuk membongkarnya secara fundamental. Hamlet berkata ” Ah Horaito, masih banyak lagi di langit dan di bumi, selain yang terjaring dalam filsafatmu ”. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang pertama yaitu

menyeluruh”.

Namun demikian ilmuwan juga memiliki kelemahan. Sebagai contohnya, ahli fisika nuklir memandang rendah ahli ilmu sosial, lulusan IPA merasa lebih tinggi dibanding lulusan IPS, ilmuwan memandang rendah pengetahuan lain, ilmuwan meremehkan moral, agama, dan estetika.

Sebaiknya ilmuwan tersebut menengadah ke bintang-bintang dan kalau dia normal akan berkata ” Lho, kok masih ada langit lain di luar tempurung kita” dan akhirnya dia menyadari kebodohannya. Pada saat itu Socrates berkata : ”Ternyata saya tak tahu apa-apa”.Selanjutnya Socrates berpikir filsafati sebagai berikut :

1. Dia tidak percaya bahwa ilmu yang sudah dimilikinya itu benar 2. Apakah kriteria untuk menyatakan kebenaran

3. Apakah kriteria yang digunakan tersebut sudah benar 4. Apakah hakekat kebenaran itu sendiri.

Socrates berpikir tentang ilmu secara mendalam dan ini merupakan karakteristik berpikir filsafat yang kedua yaitu mendasar.

Pertanyaan-pertanyaan berputar-putar dan melingkar yang seharusnya mempunyai titik awal dan titik akhir.Namun bagaimana menentukan titik awal? Akhirnya untuk menentukan titik awal, kita hanya berspekulasi. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang ketiga yaitu

spekulatif.

Ciri filsafat adalah spekulatif dalam arti bahwa untuk menembus suatu rangkaian pengetahuan harus dengan penjelajahan berbekal asumsi, meskipun dengan asumsi yang spekulatif. Contoh, dengan adanya UFO (Unidentified Flying Object), manusia mulai berpikir bahwa manusia bukan satu-satunya penghuni alam semesta (lihat Lampiran I).

Akhirnya kita menyadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Dengan demikian lengkaplah tiga karakter berpikir filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.

B. Filsafat Peneratas Pengetahuan

Seorang yang skeptis berkata : Sudah ribuan tahun orang berfilsafat namun selangkahpun dia tidak maju. Sepintas lalu kelihatannya memang demikian namun kesalahpahaman tersebut dijawab oleh Will Durant.

Will Durant mengatakan : Filsafat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri sedangkan infanteri sebagai ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi ilmu, setelah itu ilmulah yang menyempurnakan kemenangan. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafatpun pergi untuk menjelajah kembali ke tempat lain.

Semua ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, semula sebagai filsafat, contohnya Ilmu Fisika yang ditulis oleh Issac Newton semula bernama Filsafat Alam dan menurut Will Durant, setiap ilmu dimulai dari filsafat dan diakhiri dengan seni. Contoh lainnya, nama asal ekonomi adalah filsafat moral.

(4)

Manusia tiada henti-hentinya mencari ilmu untuk mempermudah kehidupannya, sehingga manusia dianggap makhluk yang serakah. Contoh dalam ilmu ekonomi manusia menerapkan prinsip untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, sehingga manusia juga disebut sebagai Homo Economicus.

Seorang profesor yang penuh humor mengatakan bahwa yang dikaji oleh filsafat : a. What is a man

b. What is

c. What

Maksudnya :

a. Semula fisuf mempelajari tentang apa sebenarnya manusia itu. b. Kemudian mempelajari apa sebenarnya kehidupan.

c. Akhirnya filsuf mengatakan ”what” tentang yang ditanyakan kepadanya setelah dia tidak tertarik mendengarkan uraian panjang lebar yang tidak ilmiah. Bagi dia semua itu GIGO (Garbage In, Garbage Out/Sampah yang masuk, sampah yang keluar) Filsuf hanya mau mendengarkan kalau uraian tersebut ilmiah.

Menurut Auguste Comte, tingkat perkembangan ilmu adalah sebagai berikut : 1. Religius, penjabaran dari ajaran agama

2. Metafisika, mulai terlepas dari ajaran agama 3. Positif, diuji secara ilmiah

C. Bidang Telaahan Filsafat

Sesuai dengan karakteristik filsafat yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia dan permasalahan yang dikaji oleh filsafat meliputi :

1. Logika ( benar dan salah ) 2. Etika ( baik dan buruk ) 3. Estetika ( indah dan jelek )

Dari kajian filsafat tersebut di atas, timbul cabang- cabang filsafat yang amat banyak.

D. Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu.Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dan ilmu sosial, namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.

Filsafat ilmu menelaah antara lain : 1. Objek apa yang ditelaah ilmu 2. Bagaimana wujud objek tadi

3. Hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia 4. Bagaimana proses terjadinya ilmu

5. Kegunaan ilmu

6. Bagaimana hubungannya dengan kaidah moral Pada hakekatnya telaahan tersebut digolongkan menjadi : 1. Ontologi, apa yang dikaji oleh ilmu

(5)

BAB II

PENGERTIAN FILSAFAT

A. Definisi Filsafat

Menurut Surajiyo definisi fisafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu sebagai berikut : 1. Arti Filsafat secara etimologi

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari kata philein artinya cinta dan sophia artinya kebijaksanaan, sehingga artinya cinta kebijaksanaan.

2. Arti Filsafat secara terminologi

a. Plato: Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli

b. Aristoteles : Filsafaf adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang

terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan)

c. Hasbullah Bakry : Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu

dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

B. Objek Filsafat

Menurut Surajiyo setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek. Demikian pula filsafat yang dapat dibedakan dalam :

1. Objek Formal , sudut pandang yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakekat dari objek materialnya.Misalnya objeknya “manusia” yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya

2. Objek Material , sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Dalam hal ini terdapat beberapa pengertian yaitu :

a. Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada b. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang dirinya dan

tempatnya di dunia

c. Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia

C. Metode Filsafat

Sebenarnya metode filsafat sama banyaknya dengan definisi dari para ahli dan filsuf karena metode adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakekat yang sesuai dengan pandangan filsuf itu sendiri. Namun demikian sedikitnya ada sepuluh metode, yaitu sebagai berikut :

1. Metode Kritis, menganalisis istilah atau suatu pendapat

2. Metode Intuitif, melalui intuisi akan tercapai pemahaman langsung mengenai suatu kenyataan

3. Metode Skolastik, bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip diperoleh kesimpulan-kesimpulan

4. Metode Geometris, melalui analisis tentang hal yang kompleks, diperoleh suatu hakekat yang sederhana

(6)

kesimpulan

6. Metode Transendental, melalui pengertian tertentu kemudian dianalisis dengan

memperhatikan syarat-syarat yang penting.Metode ini disebut juga metode Neo Skolastik 7. Metode Fenomenologis, secara sistematis memperhatikan gejala-gejala sehingga terlihat

hakekat-hakekat yang murni

8. Metode Dialektis, melalui dinamika pemikiran yaitu tesis, antithesis, dan sintesis akan diperoleh hakekat kenyataan

9. Metode Neo Positivistis, kenyataan dipahami dengan jalan menggunakan aturan-aturan yang positif atau yang berlaku

10. Metode Analitika Bahasa, menganalisa ucapan-ucapan filosofis dengan jalan menganalisa melalui pemakaian bahasa sehari-hari.

D. Asal Filsafat, Peranan Filsafat, dan Aliran/Mazhab dalam Filsafat

1. Asal Filsafat

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu sebagai berikut : a. Keheranan

b. Kesangsian

c. Kesadaran akan keterbatasan,karena merasa dirinya sangat kecil, sering menderita, dan sering mengalami kegagalan mendorong pemikiran bahwa di luar manusia yang terbatas, pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

2. Peranan Filsafat

Berdasarkan sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia, yaitu :

a. Pendobrak

Berabad-abad manusia tertawan dalam penjara tradisi, kebiasaan, dan mistik. Dengan filsafat, manusia mendobrak penjara tersebut dan menyadarkan bahwa kehidupan dalam penjara adalah kehidupan yang tidak benar.

b. Pembebas

Filsafat bukan hanya mendobrak penjara tersebut, tetapi juga berhasil membawa keluar manusia dari penjara tersebut dan meninggalkan kebodohan, kepicikan, ketidakteraturan, kesesatan berpikir serta menuju ke dunia rasionalitas yang bebas dari hal-hal yang mengekang akal budi manusia

c. Pembimbing

Filsafat kemudian membimbing manusia untuk berpikir rasional, luas, mendalam, sistematis, integral, dan koheren.

3. Aliran/Mazhab dalam Filsafat

a. Aliran Natural Phylosophi, yang menghargai alam dan wujud setinggi tingginya dan menganggap bahwa alam bersifat abadi

b. Aliran Ketuhanan, mengakui zat-zat yang metafisik

c. Aliran Mistik, menganjurkan manusia jangan hanya menjangkau alam inderawi tetapi juga alam non inderawi agar sempurna

(7)

E. Ciri-Ciri Filsafat

Menurut Ali Mudhofir yang dikemukakan oleh Surajiyo, ciri-ciri filsafat adalah sebagai berikut :

1. Radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya

2. Universal, berpikir tentang hal-hal yang bersifat umum dan bukan parsial 3. Konseptual, hasil generalisasi dari pengalaman individual

4. Koheren dan konsisten, sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis dan tidak mengandung kontradiksi

5. Sistematik, kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud

6. Komprehensif, mencakup secara menyeluruh, misalnya alam semesta secara keseluruhan 7. Bebas, hasil dari pemikiran yang bebas dari berbagai prasangka sosial,

historis,kultural,maupun religious

8. Bertanggung jawab, terhadap hati nurani dan kepada orang lain.

F. Kegunaan Filsafaf

Dengan belajar filsafat, manusia semakin mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar, dengan demikian menurut Surajiyo, filsafat sangat berguna bagi manusia, yaitu sebagai berikut :

1. Kegunaan secara umum :

a. Diperoleh pengertian yang mendalam tentang manusia dan dunia

b. Diperoleh kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis tentang berbagai gejala dari bermacam pandangan

c. Diperoleh dasar metode dan wawasan yang lebih mendalam serta kritis dalam melaksanakan studi pada ilmu-ilmu khusus (Menurut pendapat Franz Magnis Suseno)

d. Diperoleh kenikmatan yang tinggi dalam berfilsafat (Plato)

e. Dengan berfilsafat manusia berpikir dan karena berpikir maka manusia ada.Menurut Rene Descartes : karena berpikir maka saya ada (cogito ergo sum)

f.Diperoleh kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh Usaha peradaban (Alfred North Whitehead)

g. Filsafat merupakan sumber penyelidikan berdasarkan eksistensi tentang manusia (Maurice Marleau Ponty)

2. Kegunaan secara khusus, dalam lingkungan sosial budaya Indonesia menurutFranz Magnis Suseno :

a. Menghadapi tantangan modernisasi melalui perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma filsafat agar dapat bersikap terbuka dan kritis

b. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kebudayaan, tradisi dan filsafat Indonesia serta untuk mengimplementasikannya

c. Sebagai kritik yang membangun terhadap berbagai ketidakadilan sosial dan pelanggaran hak asasi manusia

d. Merupakan dasar yang paling luas dan kritis dalam kehidupan intelektual di lingkungan akademis

(8)

G. Cabang-cabang Filsafat

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli filsafat, maka dapat dicatat cabang-cabang fisafat antara lain sebagai berikut :

1. Epistemologi (teori pengetahuan) 2. Etika ( Filsafat Moral )

3. Logika 4. Metodologi 5. Biologi 6. Psikologi 7. Antropologi 8. Sosiologi

9. Estetika ( Fisafat Seni ) 10. Metafisika

11. Politik ( Filsafat Pemerintahan ) 12. Filsafat Agama

13. Filsafat Ilmu 14. Filsafat Pendidikan 15. Filsafat Hukum 16. Filsafat Sejarah 17. Filsafat Matematika

H. Filsafat dan Agama

Semula filsafat dianggap sangat bertentangan dengan ajaran agama, khususnya agama Islam. Namun kemudian menurut Ibn Rusyd, antara filsafat dan agama sesungguhnya tidak ada pertentangan. Agama justru mewajibkan pemeluknya untuk belajar filsafat.

Jika filsafat mempelajari secara kritis tentang segala wujud yang ada dan

merenungkannya sebagai petunjuk bahwa ada sang pencipta maka sesungguhnya antara apa yang dikaji oleh filsafat dan apa yang dianjurkan oleh syari’ah telah saling bertemu. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa mempelajari filsafat sesungguhnya telah diwajibkan oleh syari’ah.

I. Ilmu dan Agama

Ilmu dan teknologi amat bermanfaat bagi peradaban manusia. Namun pada sisi lain ilmu dan teknologi juga mengakibatkan kerusakan bagi peradaban manusia. Einstein pernah bilang bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh.

Apabila tanpa agama maka ilmu akan membawa manusia ke jurang malapetaka.

(9)

BAB III

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

A. Penalaran

Menurut Andi Hakim Nasoetion dalam sebuah ceramahnya di depan televisi, manusia mempunyai nalar sedangkan binatang tidak. Kalau binatang mempunyai nalar, maka yang dilestarikan bukan harimau Jawa tetapi manusia Jawa.

Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dan ini dimulai dari Adam dan Hawa yang telah memakan buah pengetahuan yang diwariskan kepada umat manusia sehingga manusia mengetahui mana yang baik dan buruk serta mana yang indah dan mana yang jelek Binatang sebenarnya juga mempunyai pengetahuan, tetapi terbatas pada pengetahuan untuk mempertahankan kehidupan ( survival). Contoh, anak tikus hanya diajari oleh induknya bahwa kucing itu berbahaya demi kelangsungan hidupnya. Manusia mengembangkan ilmu bukan hanya untuk survival, tetapi juga untuk lainnya demi tujuan yang lebih tinggi misalnya kebudayaan.

Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena :

1. Mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan binatang tidak mempunyai itu, contohnya anjing tidak bisa tukar menukar tulang dengan temannya.Manusia bisa melakukan tukar menukar, oleh karena itu disebut Homo Economicus.

Anjing tidak mempunyai nalar yang analitis sehingga tidak ada anjing yang berkata : ” Ayahku miskin namun jujur”

2. Manusia mempunyai penalaran ( berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir)

Binatang bisa berpikir tetapi tidak mampu berpikir nalar.Namun binatang bisa berbuat sesuatu yang benar berdasarkan instink, bukan berdasarkan nalar. Instink binatang jauh lebih peka dibanding dengan instink seorang profesor geologi.Binatang sudah jauh berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus setelah itu baru profesor mengetahui belakangan.Namun binatang tidak bisa menalar tentang gejala tersebut, misalnya mengapa gunung bisa meletus.

Penalaran adalah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Berpikir adalah kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Kebenaran bagi setiap orang tidak sama, oleh karena itu proses berpikir untuk menemukan pengetahuan yang benar juga tidak sama.

Ciri-ciri penalaran :

1. Logika dan kegiatan penalaran adalah proses berpikir logis 2. Analitik, kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu

Ada kegiatan berpikir yang tidak berdasarkan penalaran, yaitu perasaan dan intuisi . Kegiatan penalaran, perasaan, dan intuisi sebagai usaha aktif dari manusia.

Kegiatan penalaran, perasaan, dan intuisi sebagai usaha aktif dari manusia

Wahyu sebagai usaha yang pasif dari manusia.Wahyu diberikan oleh Tuhan melalui malaekat dan nabi.

Pengetahuan yang diperoleh dari wahyu dan intuisi adalah merupakan kebenaran

(10)

Penalaran yang dikaji dalam pelajaran filsafat ilmu adalah penalaran ilmiah yang merupakan penggabungan dari penalaran deduktif ( terkait dengan rasionalisme ) dan induktif ( terkait dengan empirisme ).

B. Logika

Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid) sehingga menghasilkan kesimpulan yang benar. Contoh dari penarikan kesimpulan yang tidak benar adalah seperti berikut ini. Peneliti ingin menemukan penyebab mabuk. Dia menyampur air dengan wiski, kemudian air dengan minuman keras lokal, dan juga air dengan tuak. Semuanya mengakibatkan mabuk. Kesimpulan yang diambil, airlah yang menyebabkan mabuk.

Cara penarikan kesimpulan yang benar didasarkan pada hal-hal seperti berikut:

1. Induktif, dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Contoh : Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai mata. Disimpulkan secara umum bahwa semua binatang mempunyai mata.

Keuntungan penggunaan metode induktif :

a. Ekonomis, bermacam-macam pernyataan dapat disingkat menjadi satu pernyataan b. Dapat diteruskan kepada kesimpulan yang lebih umum lagi. Contoh : Semua

binatang mempunyai mata dan semua manusia mempunyai mata, maka semua makhluk hidup mempunyai mata.

2. Deduktif, dari hal-hal yang bersifat umum menjadi bersifat individual. Deduktif biasanya melalui silogisme yaitu disusun dari 2 pernyataan ( premis mayor dan premis minor) serta 1 kesimpulan.

Contoh :

Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor) Si Polan adalah makhluk (premis minor) Jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan)

Kesimpulan yang diambil benar apabila : Premis mayor benar

Premis minor benar

Pengambilan keputusan sah

Matematika adalah adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.

Contoh : kalau a sama dengan b dan b sama dengan c, maka akan sama dengan c.

C. Sumber Pengetahuan

Rene Descartes berkata : De omnibus dubitandum, artinya, segala sesuatu harus diragukan.Hamlet berkata kepada Ophelia :

Ragukan bahwa bintang-bintang itu api Ragukan bahwa matahari itu bergerak Ragukan bahwa kebenaran itu dusta Tapi jangan ragukan cintaku kepadamu.

(11)

1. Rasio

Rasio ini menimbulkan paham rasionalisme yang mempergunakan metode deduktif. Premis yang dipakai berasal dari ide bahwa premis tersebut bersifat apriori dan sudah ada sejak dahulu sebelum manusia memikirkannya, oleh karena itu paham ini disebut idealisme. Kriteria untuk ide yang benar bagi semua pihak tidak ada karena ide tersebut bersifat subjektif dan solipsistik ( hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam benak orang yang berpikir tersebut );

2. Pengalaman,

Pengalaman ini menimbulkan paham empirisme yang diperoleh manusia melalui pengalaman yang konkrit menurut daya tangkap pancaindera manusia.

Contoh : Benda padat kalau dipanaskan akan memanjang, langit mendung diikuti turunnya hujan.Gejala tersebut muncul mempunyai kesamaan dan berulang dengan mengikuti pola-pola tertentu.

Kelemahan empiris :

a. Hubungan antara beberapa fakta tidak jelas

Dalam hal ini harus hati- hati karena fakta-fakta yang dikumpulkan belum tentu bersifat konsisten.Contohnya hubungan antara rambut keriting dengan inteligensi manusia.

b. Kemampuan pancaindera kita terbatas.

Contoh : Tongkat lurus yang dimasukkan ke dalam air bisa terlihat bengkok.

3. Intuisi

Pengetahuan ini diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu.Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan dan intuisi tidak dapat diandalkan untuk menyusun pengetahuan, namun dapat dipergunakan sebagai hipotesis. Maslow mengatakan bahwa intuisi adalah merupakan pengalaman puncak atau intelegensi yang tertinggi.

4. Wahyu

Wahyu sebagai usaha yang pasif dari manusia. Wahyu diberikan oleh Tuhan melalui malaekat dan nabi. Pengetahuan yang diperoleh dari wahyu adalah benar.

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia dan dimulai dari percaya. Kepercayaan kepada Tuhan merupakan sumber pengetahuan atau sumber ilmu. Sebagai contoh, Al Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan sejarah karena berisi sejarah tentang kisah-kisah sejarah Islam, sumber ilmu hukum karena mengatur antara lain hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum pidana dan perdata, dan hukum perang. Sumber ilmu sosial karena mengatur dasar-dasar kehidupan manusia dalam masyarakat dan negara. Juga sumber filsafat Islam, Ilmu Alam, Ilmu Pertanian, Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Ilmu Hewan dan lain-lain.

Perbedaan antara agama dengan pengetahuan lain :

a. Agama dimulai dari rasa percaya yang kemudian bisa dikaji kebenarannya

(12)

Pendapat lain menambahkan bahwa sumber pengetahuan juga dari :

5. Otoritas, pengetahuan dapat berasal dari kekuasaan yang sah yang dimiliki seseorang dan diakui oleh kelompoknya dalam arti pengetahuan terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan

6. Keyakinan, yaitu suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan

D. Kriteria Kebenaran

Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama tentang kebenaran. Contoh : Anak kecil menganggap gurunya berbohong karena kemaren bilang bahwa 5 + 2 = 7, tetapi sekarang bilang bahwa 3+4 = 7.

Orang dewasa mudah menerima bahwa hal tersebut benar, tetapi anak kecil mempunyai kriteria kebenarannya sendiri.

Kebenaran dapat diukur dengan menggunakan tiga teori yaitu teori koherensi atau konsistensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis.

Teori koherensi/konsistensi menyatakan bahwa pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (aksioma). Matematika disusun berdasarkan Teori Koheren yang didasarkan pada aksioma. Dari sini disusun teori dan kemudian dikembangkan menjadi kaidah.

Teori korespondensi berpendapat bahwa pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.

Teori pragmatis/empiris mempergunakan pengumpulan fakta- fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu. Teori ini mengukur kebenaran dengan kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

(13)

BAB IV

SEJARAH LAHIRNYA FILSAFAT DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

A. Periode Filsafat Yunani ( Abad 6 SM s/d 0 M )

Pada waktu itu dikenal seorang ahli filsafat yaitu Thales yang menggunakan pola deduktif.

B. Periode Kelahiran Nabi Isa ( Abad 0 s/d 6 M )

Pada waktu itu terjadi pertentangan antara gereja dengan raja, sehingga filsafat mengalami kemunduran dan ilmu menjadi beku karena danggap sumber kebenaran hanya dari gereja dan raja saja, sehingga terjadi pembatasan kebebasan seseorang dalam berpikir dan berkarya.

C. Periode Kebangkitan Islam ( Abad 6 s/d 13 M )

Periode tersebut merupakan masa keemasan atau kebangkitan Islam dan ditandai dengan banyaknya ilmuwan Islam yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Di antaranya :

1. Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali yang ahli dalam hukum Islam 2. Al Farabi yang ahli dalam astronomi dan matematika

3. Ibnu Sina ahli kedokteran 4. Al Kindi ahli filsafat

5. Al Ghazali yang meramu berbagai ilmu yaitu agama, filsafat, mistik, dansufisme menjadi kesatuan dan berkesinambungan

6. Ibnu Khaldun ahli sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, dan kenegaraan 7. Anzahel, penemu teori peredaran planet

Namun setelah perang salib, umat Islam mengalami kemunduran

D. Periode Kebangkitan Eropa ( Abad 14 s/d 20 )

Pada masa ini, Kristen yang berkuasa dan dianggap menjadi sumber otoritas

kebenaran.Di sini muncul kembali pemikiran Yunani dengan munculnya empirisme dan rasionalisme. Muncul pula pemikiran Islam dengan Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina “ The Canon of Medicine “.Pada waktu itu muncul gerakan untuk menentang kebijakan gereja dan penguasa yang ditandai dengan munculnya ilmuwan seperti Newton dengan teori gravitasi dan John Locke serta J.J.Rousseau yang mengembuskan kebebasan manusia.

E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan setelah Abad ke-17

Pada waktu itu muncul filsuf Scotlandia bernama David Hume yang mengungkapkan

(14)

BAB V ONTOLOGI

A. Metafsika

Taufik Ismail membuat sajak yang berjudul " Berpikir tentang Dunia ". Isi sajaknya adalah sebagai berikut :

Ternyata dunia ini adalah sebuah peti mati Sebuah peti yang besar dan tertutup atasnya Dan kita manusia berputar-putar di dalamnya Dunia sebuah peti besar yang tertutup di atasnya Dan kita terkurung di dalamnya

Dan kita berjalan-jalan di dalamnya Dan kita bermenung di dalamnya Dan kita beranak di dalamnya Dan kita membuat peti di dalamnya Dan kita membuat peti

Di dalam peti ini...

Isi sajak merupakan contoh dari ontologi yang didasarkan pada metafisika yaitu menjelaskan apa yang dikaji. Di sini yang dikaji adalah " dunia ".

Manusia tak henti-hentinya terpesona menatap dunia dan metafisika mengkaji tentang apa yang ada dibalik sesuatu yang nyata. Misalnya, sudah kita ketahui bahwa alam adalah sesuatu yang nyata, maka metafisika mengkaji apa yang ada dibalik alam tersebut yang menurut tafsiran, bahwa di balik alam ini ada ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural). Di ini timbul aliran antara lain animisme.

Sebagai lawan dari supernatural adalah paham naturalisme yang menolak adanya ujud yang gaib. Di sini muncul aliran materialisme yang berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib melainkan oleh kekuatan alam itu sendiri. Di sini muncul teori tentang atom yang menjelaskan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom dan alam beserta isinya ini hanya terdiri dari dua macam yaitu atom dan kehampaan.Dengan demikian gejala alam hanya perwujudan dari proses kimia-fisika. Di sini muncul 2 paham yaitu paham mekanistik dan paham vitalistik (lihat lampiran II).

Paham mekanistik mengatakan bahwa gejala alam termasuk makluk hidup, hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Paham vitalistik mengatakan bahwa gejala pada makluk hidup bukan hanya gejala kimia-fisika tetapi juga terdapat gejala lain yang unik dan berbeda secara substantif dengan gejala kimia-fisika. Contohnya, otak manusia yang terdiri dari 15 miliar sel saraf yang gejalanya tidak seluruhnya dapat dijangkau oleh ilmu kimia-fisika melainkan oleh ilmu lain misalnya ilmu psikologi. Di samping itu, otak juga menghasilkan pikiran dan pikiran menghasilkan ilmu pengetahuan. Di sini muncul aliran dualistik yang mengatakan bahwa otak dan pikiran adalah dua hal yang berbeda.

(15)

B. Asumsi

Semua kejadian yang akan datang tidak ada yang pasti, oleh karena itu setiap pendapat harus mempunyai asumsi. Dari sini timbul tiga macam analisis yaitu sebagai berikut :

1. Determinisme, peristiwa tertentu sudah pasti akan terjadi, misalnya besok pagi matahari tetap akan terbit dari arah timur.

2. Probabilistik, peristiwa tertentu akan terjadi pada jarak waktu tertentu.Misalnya 6 buah dadu yang mempunyai nomor urut 1 sampai 6 dilemparkan, maka kemungkinan munculnya nomor 1 mempunyai probabilitas 1/6, sehingga apabila dilemparkan 6 kali akan muncul lagi no. 1.

3. Pilihan bebas, suatu peristiwa terjadi tergantung pilihannya. Misalnya, pemanah yang akan memanah suatu lingkaran, maka dia bebas akan memanah bagian tengah lingkaran atau pinggir lingkaran.

C. Peluang

Suatu ilmu tidak dapat menjamin bahwa yang diuraikan benar 100 % melainkan hanya memberikan peluang atau kemungkinan terhadap terjadi atau tidak terjadinya sesuatu. Contoh, berdasarkan ilmu meteorologi dan geofisika bisa diramalkan bahwa hari ini akan terjadi hujan dengan probability 0.8. Jadi ilmu tersebut hanya bisa memberikan kesimpulan yang dilengkapi probabilistik. Oleh karena itu, seseorang akan menerapkan teori dari suatu ilmu tertentu tergantung pada risikonya, dalam arti semakin berat risiko yang dihadapi, diperlukan

probability yang makin besar.

D. Asumsi dalam Ilmu

Ilmu didasarkan pada beberapa asumsi, karena tidak ada satu ilmupun yang mempunyai kebenaran absolut. Newton berpendapat bahwa zat, gerak, ruang, dan waktu bersifat absolut tetapi Einstein berasumsi bahwa keempat komponen tersebut bersifat relatif. Contoh : Zat dan gerak menurut Newton adalah 2 hal yang berbeda tetapi Einstein berpendapat bahwa keduanya adalah merupakan satu kesatuan karena gerak atau energi adalah proses perubahan yang terjadi dalam zat.

Kalau kita tetap memakai sumber energi tradisional seperti air, panas, dan angin maka cukup dipakai teorinya Newton, tetapi kalau mau pakai nuklir pakailah teorinya Einstein. Menurut teori Einstein, kebutuhan listrik dunia selama sebulan dapat dipenuhi dengan konversi zat (uranium) 5 kg saja.

Ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya. Namun sayangnya asumsi tersebut sering hanya tersirat dan bukan tersurat. Sebenarnya agar hasilnya tidak menyesatkan maka asumsi tersebut harus jelas dan tegas.

E. Batas-Batas Penjelajahan Ilmu

Sampai di mana batas penjelajahan ilmu ? Jawabannya : Ilmu mulai penjelajahannya dari pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Contoh : Apakah ilmu mempelajari surga dan neraka ? Jawabnya, tidak, karena hal tersebut berada di luar pengalaman manusia.

Ilmu mempunyai batasan karena :

1. Fungsi dari ilmu itu sendiri yaitu sebagai alat pembantu manusia dalam menghadapi masalah

2. Metode yang digunakan adalah kebenaran yang telah teruji secara empiris.

(16)

Ruang penjelajahan ilmu kemudian dikapling menjadi berbagai disiplin ilmu yang semula hanya ilmu alam dan ilmu sosial, sekarang dua ilmu tersebut sudah menjadi 650 cabang keilmuan. Di samping itu juga muncul ilmu terapan , misalnya ilmu tentang bunyi mempunyai ilmu terapan yang disebut ilmu teknik akustik. Ilmu sosial berkembang relatif lebih lambat dibanding dengan ilmu alam.

Di samping ilmu alam dan ilmu sosial , pengetahuan mencakup juga humaniora yaitu seni, filsafat, agama, sejarah ( sejarah kadang-kadang dimasukkan ke dalam ilmu sosial). Juga ada matematika yang bukan merupakan ilmu karena merupakan sarana berpikir yang penting untuk kegiatan berbagai disiplin ilmu. Studi matematika meliputi antara lain aljabar, kalkulus, stastitika.

(17)

BAB VI EPISTEMOLOGI

A. Jarum Sejarah Pengetahuan

Dahulu dalam masyarakat primitif konsep dasar pengetahuan adalah kesamaan, dalam arti pengetahuan adalah satu . Semua menyatu dalam satu kesatuan yang batas-batasnya kabur. Tidak terdapat jarak yang jelas antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain. Contoh orang yang ahli dalam bidang peternakan ayam dianggap ahli pula dalam bidang ekonomi, perkawinan, kebatinan (ngelmu), kenakalan remaja dan entah apalagi.

Konsep dasar ini mengalami perubahan fundamental dengan bekembangnya Abad Penalaran (The Age of Reason) pada pertengahan abad ke 17. Disini konsep dasar berubah dari kesamaan kepada perbedaan sehingga mulailah adanya pembedaan pengetahuan menurut apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahui, dan untuk apa dipergunakan. Ilmu mulai

dibedakan antara ilmu sosial dan ilmu alam yang kemudian terpecah lagi menjadi 650 cabang ilmu dan spesialisasi makin banyak.

Menciutnya kapling ilmu ternyata menimbulkan masalah dalam menghadapi kehidupan manusia yang makin banyak dan bersifat rumit. Di sini muncul usaha orang untuk memutar jarum sejarah dengan menggabungkan beberapa pengetahuan, misalnya pengetahuan dokter dengan dukun sehingga muncul terkun (dokter dukun).

Pendekatan inter disipliner memang perlu namun bukan dengan mengaburkan otonomi masig ilmu. Di sini muncul paradigma baru yaitu "konsep sistem", dalam arti masing-masing ilmu menyumbangkan analisisnya dengan memanfaakan sarana berpikir ilmiah seperti logika, matematika, dan statistik.

B. Cara Menyusun Pengetahuan

Pengetahuan bisa menjadi ilmu dan juga bisa menjadi bukan ilmu. Pengetahuan tentang pertanian bisa menjadi ilmu pertanian, tetapi pengetahuan main gitar bukanlah ilmu,

melainkan seni. Juga pengetahuan agama yang mengemukakan bahwa sesudah mati, semua manusia akan dibangkitkan .

Bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar ? Epistemologi menjawab : harus dilandaskan pada metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.

Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab atau memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari yang dihadapi manusia yang pemecahannya dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam atau dalam kata lain untuk menguasai alam.

Agar mampu mengontrol gejala alam, pertama harus tahu mengapa sesuatu itu terjadi. Penelaahan diarahkan kepada hubungan berbagai faktor yang terikat dalam konstelasi yang menyebabkan timbulnya gejala.

Ilmu mencari penjelasan mengenai alam dan kemudian menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya seni bersifat personal berdasarkan pengalaman hidup perseorangan.

Berkembangnya ilmu atau seni berakar dari pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba (percobaan). Perkembangan ini berlanjut menyebabkan timbulnya ilmu terapan yang mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Mesir kuno (3000 tahun sebelum Masehi) telah mengembangkan irigasi dan dapat

(18)

Ilmu terapan tidak menyumbang berkembangnya teori-teori yang bersifat umum sebab analisanya bersifat praktis. Contoh, daun pepaya bisa melunakkan daging. Pengetahun tersebut hanya berhenti di situ dan tidak diteruskan dengan analisa kimia.

Pada peradaban tertentu, perkembangan selanjutnya dari pengetahuan ada dua arah: 1. Kuantitatif , artinya banyak pengetahuan yang ditemukan

2. Kualitatif, dikembangkan konsep-konsep teori baru yang bersifat teoritis

Jembatan dari kuantitatif ke kualitatif adalah pengembangan konsep teoritis yang bersifat mendasar yang selanjutnya dijadikan tumpuan untuk pengembangan pengetahuan ilmiah yang bersifat integral.

Ilmu kurang berkembang dalam peradaban Timur karena aspek kultural yang tidak memandang penting cara berpikir ilmiah. Bagi mereka, yang penting adalah berpikir etis yang menghasilkan kearifan (wisdom).

Akal sehat dan percobaan mempunyai peranan penting untuk menemukan penjelasan mengenai gejala alam.Akal sehat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan yang mempunyai karakteristik : 1. Kebiasaan dan pengulangan

2. Kabur dan samar-samar 3. Pengetahuan yang tidak teruji.

Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang berpendapat bahwa mencari ilmu pengetahuan yang benar adalah secara analitis yang bersifat kritis.Rasionalisme bersifat majemuk dengan berbagai kerangka yang dibangun secara deduktif di sekitar objek pemikiran tertentu.

Di samping itu berkembang pula empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar didapat dari kenyataan pengalaman.

Timbul pendapat lain bahwa ilmu mempunyai dua peranan, yaitu di satu pihak sebagai metafisika dan di pihak lain sebagai akal sehat. Dari situ berkembanglah metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian secara empiris. Dengan metode eksperimen dapat diuji berbagai penjelasan teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empiris, Di sini dapat digabungkan antara berpikir deduktif dengan induktif. Metode eksperimen akhirnya terbukti bisa mendorong

perkembangan pengetahuan yang sangat cepat.

C. Metode Ilmiah

Metode adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu . Ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya melalui metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan induktif dalam membangun ilmu.

Proses kegiatan ilmiah dimulai dari mengamati.Kita mengamati objek tertentu kalau kita mempunyai perhatian.Kita mempunyai perhatian kalau kita mempunyai masalah.Dari sini proses kegiatan berpikir dimulai yang diarahkan kepada objek bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris dan berusaha memecahkan masalah.

Dalam menghadapi masalah, manusia bersikap melalui tiga tahap : 1. Tahap mistis, merasa dikepung oleh kekuatan gaib

(19)

pengalaman seperti hal-hal yang mistis dan agama.Namun demikian agama dapat dipakai untuk melengkapi penelaahan.

3. Tahap fungsional, penelaahan dapat diteruskan menjadi ilmu apabila hal tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Teori ilmiah harus memenuhi dua persyaratan yaitu konsisten dengan teori-teori sebelumnya dan sesuai dengan fakta-fakta empiris. Selanjutnya logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dengan induktif serta rasionalisme dengan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif.

Sebelum teruji kebenarannya. secara empiris, maka status logika ilmiah hanyalah bersifat sementara yang biasa disebut hipotesis.Kita dapat mengajukan banyak hipotesis berdasarkan hakekat rasionalisme yang bersifat pluralistik.

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang kita hadapi. Hipotesis merupakan penunjuk jalan untuk mendapatkan jawaban dan kita tidak boleh berhenti atau berpuas diri hanya sampai pada hipotesis saja.Hipotesis harus diuji dengan kenyataan empiris. Hipotesis disusun secara deduktif dengan mengambil premis (asumsi) dari pengalaman ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.

Para jenius umumnya hanya meletakkan dasar-dasar keilmuan saja, sedangkan pengisiannya dilakukan oleh manusia-manusia biasa yang memiliki ketekunan dan kerja kerasnya.Ini berbeda dengan filsafat karena seorang filsuf harus membangun sistem secara lengkap berupa bangunan dan segala isinya.

Dalam penyusunan hipotesis diperlukan proses induktif karena penyusun hipotesis juga mempunyai pengalaman individu yang dimasukkan sebagai unsur dalam hipotesis.Dalam menguji kebenaran hipotesis, kita harus menetapkan faktor-faktor apa yang dapat kita uji untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Misalnya untuk penelitian prestasi belajar ditetapkan faktornya adalah angka rapor di sekolah.

Proses pembuktian memerlukan instrumen untuk meneliti faktor-faktor yang telah ditetapkan.Instrumen tersebut mungkin belum ada dan harus dibuat terlebih dahulu sehingga proses pembuktian memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal.

Metode ilmiah sering dikenal sebagai proses ”logico-hiphotetico-verification ” yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perumusan masalah

2. Penyusunan kerangka berpikir 3. Perumusan hipotesis

4. Pengujian hipotesis 5. Penarikan kesimpulan

Pada dasarnya langkah tersebut berurutan tetapi kadang-kadang terjadi juga lompatan karena proses tidak hanya didasarkan pada penalaran melainkan juga pada imajinasi dan kreativitas.

Peneliti harus mempunyai pengetahuan dasar tentang masalah yang diteliti dan

menguasai tema pokok dari metode ilmiah, namun penerapannya tidak kaku dan simplistis melainkan didasarkan pada logika dan alur jalan pikiran peneliti.

Laporan penelitian ilmiah adalah juga milik masyarakat, oleh karena itu harus dapat dikomunikasikan kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.Dengan demikian ilmuwan harus dapat menyusunnya dengan sistematika cara berpikir tertentu yang tercermin dalam format dan tekniknya serta menguasai sarana komunikasi ilmiah.

(20)

fakta yang menolak hipotesis tersebut.Jadi ilmu bersifat pragmatis karena tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolut melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia.

Metode ilmiah tidak dapat diterapkan pada pengetahuan yang bukan ilmu seperti matematika dan seni .Namun demikian beberapa aspek yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut dapat menerapkan metode ilmiah, misalnya tentang aspek pengajaran seni yang akhirnya dimasukkan dalam ilmu pendidikan.

Beberapa disiplin ilmu sosial mengembangkan teknik-teknik tersendiri untuk meneliti aspek tertentu yang bersifat eksploratoris sehingga penelitian yang bersifat kualitatif diikuti oleh penelitian kuantitatif dengan penerapan metode ilmiah sepenuhnya.

D. Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan Ilmiah mempunyai fungsi :

1. Menjelaskan, misalnya ada kaitannya antara hutan yang gundul dengan banjir

2. Meramalkan, misalnya suatu daerah yang hutannya banyak ditebang, maka pada musim hujan akan terlanda banjir

3. Mengontrol, misalnya untuk mencegah banjir dengan mengadakan pengawasan yang ketat terhadap hutan agar jangan ditebang.

Pola penjelasan tentang suatu gejala dapat dilakukan melalui cara :

1. Deduktif, menarik kesimpulan yang logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Probabilistik, menarik penjelasan secara induktif dari sejumlah kasus yang kemudian ditarik kesimpulan dalam bentuk “kemungkinan “

3. Fungsional atau teleologis, penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai arah perkembangan tertentu

4. Genetik, mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya.

Teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sebenarnya tujuan akhir dari setiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten, namun hal ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan saja misalnya fisika, sedangkan ilmu sosial sulit mencapainya.

Teori terdiri dari beberapa hukum, misalnya dalam teori ekonomi makro dikenal hukum permintaan dan penawaran. Hukum adalah penjelasan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.Dengan memahami hukum tersebut, maka kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi dan bagaimana mengatasinya. Hukum tersebut harus berlaku umum, misalnya hukum permintaan dan penawaran bukan hanya berlaku untuk padi tetapi juga berlaku untuk semua benda ekonomi dan berlaku untuk semua daerah. Untuk meningkatkan keumuman, maka teori-teori yang tingkat keumumannya rendah digabung.

Ilmu dasar kurang langsung mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari, oleh karena itu dikembangkanlah ilmu terapan.Hal tersebut sangat berguna untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang , ilmu dasar itu juga harus dikembangkan.

Di dalam bidang keilmuan, kita juga mengenal prinsip, yaitu pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian, misalnya dalam ilmu ekonomi dikenal prinsip ekonomi yakni mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya.

(21)

Penelitian dasar atau penelitian murni adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Sedangkan penelitian terapan bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah kehidupan yang bersifat praktis. Dulu jarak waktu antara diketemukannya ilmu dasar dengan diketemukannya ilmu terapan amat lama, kadang-kadang sampai ratusan tahun, tetapi sekarang jarak waktu tersebut makin lama makin pendek. Ilmu terapan tersebut ada yang bersifat konstruktif dan ada yang bersifat destruktif.

(22)

BAB VII AKSIOLOGI

A. Ilmu dan Moral

Ilmu dan teknologi amat bermanfaat bagi peradaban manusia. Namun pada sisi lain ilmu dan teknologi juga mengakibatkan kerusakan bagi peradaban manusia. Di samping itu dalam perkembangannya ternyata bukan ilmu dan teknologi yang menyesuaikan dengan kebutuhan manusia, melainkan justru sebaliknya manusialah yang harus menyesuaikan dengan ilmu dan teknologi, malahan manusia dibelenggu oleh ilmu dan teknologi itu. Dengan kemajuan ilmu yang sangat pesat sekarang ilmu sudah mengancam dehumanisasi dengan diketemukannya teknik reproduksi dan penciptaan manusia (kloning)

Berkenaan dengan kemajuan zaman, ilmu, dan kaitannya dengan moral, pada zaman kerajaan di Jawa dahulu, ada seorang raja yang kemudian menjadi pujangga yaitu Ronggowarsito dengan tulisannya yang terkenal yang juga dianggap sebagai ramalan tentang kondisi masa depan sebagai berikut :

Amenangi zaman edan Ewuh aya ing pambudi Melu edan ora tahan Yen tan melu anglakoni Boya keduman melik Kaliren wekasanipun Dilalah kersa Allah Begja-begjane kang lali

Luwih begja kang eling lan waspada

Artinya dalam bahasa Indonesia :

Mengalami zaman edan Kita sulit menentukan sikap Turut edan tidak tahan Kalau tidak turut edan Kita tidak kebagian Menderita kelaparan

Tetapi dengan bimbingan Tuhan

Betapa lebih bahagia yang ingat serta waspada

(23)

Suatu masyarakat harus menetapkan strategi pengembangan teknologinya agar sesuai dengan nilai budaya yang dijunjungnya dalam arti mencari alternatif penerapan teknologi yang lebih bersifat manusiawi.

Dalam perkembangannya para ilmuwan terbagi menjadi dua golongan : 1. Ilmu harus bersifat netral;

2. Netralitas ilmu terbatas dan harus berlandaskan asas-asas moral. Golongan ini mendasarkan pada hal-hal sebagai berikut :

a. Ilmu secara faktual telah digunakan secara destruktif

b. Ilmu berkembang pesat sehingga dikhawatirkan akan terjadi penyalahgunaan. Terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki.

B. Tanggungjawab Sosial Ilmuwan

Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab sosial yang tidak berhenti pada

penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat

Sikap masyarakat terhadap ilmu ada dua kemungkinan : 1. Diam karena ketidaktahuannya

2. Radikal dan irasional, misalnya dengan merusak hasil teknologi. Oleh karena itu,

tanggungjawab moral seorang ilmuwan adalah memberikan perpektif yang benar dengan menjelaskan tentang untung dan ruginya, baik dan buruknya sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.Pada pokoknya seorang ilmuwan harus bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.Ilmuwan juga harus membantu pemerintah dan masyarakat dengan meramalkan apa yang akan terjadi dan memberikan saran tentang cara mengatasi masalah dan mengubah kegiatan yang non produktif menjadi kegiatan yang produktif.

Manusia itu bukan saja pandai membuat rasional namun juga cerdas membuat rasionalisasi. Hal tersebut berarti bahwa pikiran manusia dapat dipergunakan untuk mempertahankan kebenaran tetapi juga untuk mempertahankan ketidak benaran ( menutupi kesalahan ). Lebih berbahaya lagi apabila rasionalisasi disusun secara sistimatis dan meyakinkan,.Contoh Hitler yang menyatakan : " Deutche uber alles " ( Bangsa Jerman di atas semuanya ).

Di bidang etika, tangungjawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberikan informasi tetapi memberi contoh. Aspek etika dari hakekat keilmuan sering kurang memperoleh perhatian dari para ilmuwan dan pendidik. Kita sering mendidik agar menjadi cerdas tetapi tidak dilengkapi dengan nilai-nilai moral yang luhur.

C. Nuklir dan Pilihan Moral

Pada tanggal 2 Agustus 1939 Albert Einstein menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Rosevelt, mengusulkan agar Amerika membuat bom atom. Einstein mempunyai alasan bahwa Jerman sudah mengadakan penelitian yang intensif untuk membuat bom atom, oleh karena itu Amerika harus mendahuluinya. Apabila Jerman lebih dahulu bisa membuat bom atom , maka Jerman akan memenangkan perang dan akan menjajah dunia dengan kekejamannya. Oleh karena itu sebagai ilmuwan dia terpanggil untuk menyelamatkan dunia dan kemanusiaan.

Apakah seorang ilmuwan harus menyembunyikan penemuan yang dianggap

(24)

alasan bahwa seorang ilmuwan harus netral dan ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan untuk penemuan selanjutnya yang dapat mengamankan bahaya dari penemuan sebelumnya. Apabila penemuan sebelumnya tidak diungkapkan, maka perkembangan ilmu pengetahuan akan mandeg atau melambat. Contoh, pengetahuan tentang nuklir yang menghasilkan bom atom tetapi pada perkembangan selanjutnya ilmuwan dapat menemukan pemanfaatan nuklir untuk membangun PLTN ( Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ) dan pengetahuan lain yang menguntungkan kehidupan.

Apabila suatu penemuan dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif, maka ilmuwan mempunyai tanggungjawab moral dan berkewajiban untuk melawannya karena dialah yang paling tahu bagaimana menghadapi orang yang menyalahgunakan ilmu tersebut (Lihat Lampiran III).

D. Revolusi Genetika

Ilmu kimia dahulu berkembang karena didorong oleh keinginan untuk menemukan obat mujarab agar bisa hidup abadi dan juga mencari rumus campuran kimia untuk membuat logam emas. Ilmu fisika berkembang karena didorong untuk membuat persenjataan agar bisa memenangkan peperangan yang akhirnya dapat menemukan bom nuklir.

Pada saat ini ilmu memasuki babak baru yaitu berikembangnya ilmu di bidang genetika. Ilmu genetika sekarang ini bukan lagi menelaah organ-organ manusia, melainkan sudah menelaah hakekat manusia itu sendiri yang menjurus kepada teknologi untuk mengubah manusia, misalnya merekayasa agar terlahir manusia yang mempunyai IQ tinggi dan merekayasa agar manusia tidak bisa mati dengan mengganti organ-organ tubuh yang telah rusak dengan organ buatan dan seterusnya. Malahan sekarang sudah menjurus ke arah kloning manusia.

Apakah perkembangan genetika semacam itu dapat dibenarkan secara moral. Jawabannya dikembalikan kepada hakekat ilmu itu sendiri, yaitu untuk membantu manusia mencapai tujuan hidupnya yang berkaitan erat dengan hakekat kemanusiaan. Jadi ilmu tidak berwenang untuk menjamah daerah kemanusiaan yang mempengaruhi tujuan hidupnya. Kesimpulannya, manusia menolak ilmu yang merekayasa manusia. Contoh, Amerika melarang penelitian lebih lanjut terhadap sel punca yang dipergunakan untuk merekayasa manusia.

(25)

BAB VIII

SARANA BERPIKIR ILMIAH

A. Sarana Berpikir Ilmiah

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir yaitu alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Dalam mencari sarana berpikir ilmiah kita harus memperhatikan bahwa:

1. Sarana ilmiah bukanlah ilmu karena metodenya berbeda dengan metode ilmiah 2. Tujuannya adalah agar kita dapat melakukan penelitian ilmiah secara baik.

Sarana ilmiah berupa : 1. Bahasa

2. Logika 3. Matematika 4. Statistika

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seseorang kepada orang lain. Logika menggabungkan antara berpikir deduktif dengan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.

B. Bahasa

Manusia juga disebut sebagai “ Animal Symbolicom “, artinya binatang yang memakai simbol dalam bahasa dan kegunaan bahasa adalah :

1. Memungkinkan manusia mengomunikasikan pengetahuannya kepadaorang lain 2. Memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dan objek faktualditransformasikan

menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak

3. Memberikan kemungkinan untuk berpikir secara sistematis dan berlanjut Bahasa tersebut mengkomunikasikan :

1. Buah pikiran 2. Perasaan 3. Sikap

Namun demikian bahasa mempunyai kelemahan yaitu mempunyai kecenderungan mengemukakan pula perasaan dan sikap yang bersifat emosional. Di samping itu kadang-kadang suatu kata tertentu mempunyai arti yang bermacam-macam.

Apakah sebenarnya bahasa itu ? Jawabannya, bahasa adalah serangkaian bunyi atau isyarat dan merupakan lambang yang membentuk suatu arti tertentu. Lambang-lambang tersebut disusun dalam perbendaharaan kata yang merupakan akumulasi dari pengalaman dan pemikiran.

Komunikasi ilmiah bertujuan menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan yang terbebas dari unsur emotif dan bersifat reproduktif. Dengan demikian komunikasi ilmiah harus jelas, objektif, dan bebas emotif. Jelas artinya eksplisit dan dilengkapi dengan definisi-definisi terhadap istilah yang bisa disalahtafsirkan. Di samping itu juga harus mempergunakan tatabahasa yang baik dan mempergunakan kata-kata yang baik .Objektif dalam arti bebas dari emosi dan sikap.

C. Matematika

(26)

z = y : x

z : lamanya seseorang berjalan kaki x : kecepatan

y : jarak yang ditempuh

Matematika memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.

Sedangkan bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif , tidak bersifat eksak yang menyebabkan daya prediktif dan kontrol kurang cermat dan tepat, misalnya gajah lebih besar daripada semut . Matematika mengembangkan konsep pengukuran dengan memberi ukuran berat pada gajah dan semut tersebut.

Ilmu sosial mengalami kesukaran dalam pengukuran, tetapi sekarang sudah dapat diatasi dengan mempergunakan matematika dan statistika. Selanjutnya perkembangan ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap :

1. Sistematik 2. Komparatif 3. Kuantitatif

Tahap sistematik ilmu menggolongkan objek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu. Tahap komperatif , melakukan perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan seterusnya. Tahap kuantitatif mencari hubungan sebab akibat berdasarkan pengukuran yang eksak dari objek yang kita selidiki.

Berdasarkan perkembangannya, masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang sempurna. Di sini logika berkembang menjadi matematika dan sejarah perkembangan matematika adalah sebagai berikut :

1. Matematika kuno ( zaman Mesir kuno ) 2. Matematika estetika

3. Matematika sebagai ilmu hitung dan aljabar 4. Matematika modern.

Peranan matematika dalam hubungan dengan komunikasi ilmiah yaitu sebagai ratu dan sekaligus sebagai pelayan. Sebagai ratu dalam arti merupakan bentuk tertinggi dari logika. Sebagai pelayan dalam arti memberikan pelayanan terhadap sistem dan bentuk model matematik.

Beberapa aliran dalam filsafat matematika :

1. Logistik, berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang hasilnya ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris

2. Intusionis, berpendapat bahwa intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan

3. Formalis, berpendapat bahwa banyak masalah-masalah dalam bidang logika yang samasekali tidak ada hubungannya dengan matematika.

Ketiga aliran tersebut dalam perkembangannya saling melengkapi.

(27)

tanpa disadari bisa menjadi tujuan dan bukan alat. Di samping itu bagaimana rumit dan dalamnya matematika seyogyanya dapat dikomunikasikan dengan kata-kata sederhana.

D. Statistika

Suatu kemungkinan dapat dihitung dengan teori peluang yang merupakan dasar dari teori statistika. Statistika merupakan ilmu yang memungkinan kita menghitung tingkat peluang dengan eksak. Di samping itu pengujian dengan meneliti seluruh populasi sangat menyulitkan karena memakan waktu yang lama dan menghabiskan biaya yang mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut statistika memberikan jalan keluar dengan jalan hanya meneliti sebagian populasi yang bersangkutan ( sample ).

Statistika mampu memberikan secara kuantitaif tingkat ketelitian dari kesimpulan dengan catatan makin banyak contoh yang diambil maka ketelitian kesimpulannya akan makin tinggi. Tingkat ketelitian yang diperlukan disesuaikan dengan hakekat permasalahan yang dihadapi. Contoh, operasi otak manusia harus lebih teliti dibandingkan dengan penelitian terhadap tinggi badan anak usia 10 tahun.

Statistika juga memberikan kemampuan untuk mengetahui hubungan kausalita antara 2 faktor atau lebih bersifat kebetulan atau benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris, misalnya hubungan antara pemupukan dengan pertumbuhan padi. Dalam hal ini statistika tidak dapat mencapai kebenaran yang sempurna tetapi bagaimanapun dapat memberikan suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis. Di samping itu juga menghindari penarikan kesimpulan induktif secara tidak benar karena yang dipakai adalah matematika, padahal hanya logika deduktif yang berkaitan dengan matematika.

Kesimpulan yang didapat dalam berpikir deduktif merupakan hal yang pasti sepanjang premis yang dipakai kita percayai kebenarannya. Sedangkan kesimpulan yang ditarik secara induktif memberikan sekedar peluang. Contoh bulan Nopember untuk beberapa tahun, hujan, maka Nopember tahun ini kemungkinan besar juga akan hujan.

Menurut bidang pengkajiannya, statistika dibedakan dalam :

1. Statistika teoritis, mengkaji dasar-dasar teori statistika, misalnya teori pengambilan sampel

2. Statistika terapan, penggunaan teori statistika untuk pemanfaatan tujuan tertentu, misalnya bagaimana menghitung harga rata-rata

(28)

BAB IX

ILMU DAN KEBUDAYAAN

A. Manusia dan Kebudayaan

Menurut E.B. Taylor (1871), kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan hidupnya. Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologi, rasa aman , afiliasi, harga diri, dan pengembangan potensi. Kebutuhan binatang hanya terpusat pada kebutuhan fisiologis dan rasa aman saja dan diperolehnya dengan instink, sedangkan manusia mencapai semua kebutuhannya bukan dengan instink melainkan melalui kebudayaan.

Keseluruhan segi kebudayaan diperoleh manusia secara sadar melalui pendidikan atau proses pembelajaran dan terdapat enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni : teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, agama.Teori adalah hakekat penemuan kebenaran. Nilai ekonomi adalah kegunaan benda dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai estetika adalah keindahan dan segi artistik. Nilai sosial adalah hubungan antar manusia. Nilai politik adalah kekuasan dan pengaruh. Nilai agama adalah usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi.

Masalah pertama yang dihadapi oleh pendidikan adalah menetapkan nilai budaya apa yang harus dikembangkan dalam diri anak didik kita dengan syarat :

1. Relevan dengan zamannya

2. Eksplisit dan definitif ( jelas dan pasti)

Pada kenyataannya banyak pendidikan diberikan tetapi sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau ketinggalan zaman. Hal ini diperparah lagi dengan kelompok pendidik yang bersifat konservatif dan tidak mau melakukan pembaruan dan perubahan. Untuk melakukan perubahan, langkah yang harus ditempuh adalah membuat skenario masyarakat di masa yang akan datang yang mempunyai karakteristik :

1. Masyarakat Indonesia akan beralih dari masyarakat tradisional agraris menjadi

masyarakat modern yang berorientasi industri. Untuk itu diarahkan kepada : a. Kemampuan analitik

b. Kemampuan individual (mandiri)

Kedua hal ini akan mendorong ke arah lebih percaya diri dan berani mengambil keputusan sendiri.

2. Lebih menjunjung tinggi Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup Bangsa Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya kita mengenal masyarakat modern yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Bertumpu pada ilmu dan teknologi

2. Kehidupan bermasyarakat ditata secara rasional berdasarkan análisis

3. Pengambilan keputusan didasarkan pada argumentasi yang didukung oleh penalaran yang kuat dan bukan berdasarkan intuisi, perasaan, dan tradisi.

(29)

memberikan kompas dan tujuan.Sehubungan dengan ini Einstein mengatakan bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.Dengan demikian pendidikan harus dapat mewujudkan anak didik menjadi manusia yang taqwa, terdidik, bermoral luhur, dan estetik ( mau bekerja keras dan mandiri ).

B. Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup, dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa.

Ilmu dan kebudayaan saling tergantung dan saling mempengaruhi. Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional, ilmu mempunyai peranan sebagai berikut :

1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan 2. Ilmu mengisi pembentukan watak suatu bangsa

Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan dan ilmu merupakan produk dari cara berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah memerlukan persyaratan yaitu : 1. Mempunyai alur jalan pikiran yang logis, artinya konsisten dengan pengetahuan ilmiah

yang sudah ada 2. Didukung oleh fakta

Kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak melainkan terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan Karakteristik ilmu adalah :

1. Mempercayai rasio ( rasional ).

2. Alur jalur pikiran yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang telah ada ( logis ) 3. Pengujian secara empiris ( objektif )

4. Terbuka untuk koreksi ( terbuka )

Tambahan : Sifat kritis melandasi keempat sifat tersebut di atas

Ilmu sebagai asas moral karena menjunjung tinggi kebenaran dan melakukan pengabdian secara universal. Namun dalam pelaksanaannya tidak mudah karena sering dipengaruhi oleh struktur kekuasaan terutama di negara yang sedang berkembang karena kegiatan keilmuan dilakukan oleh aparat negara.

Langkah-langkah yang diperlukan agar ilmu berperan dalam kehidupan kita adalah : 1. Memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat karena ilmu merupakan bagian dari

kebudayaan.

2. Menyadari bahwa ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. 3. Rasa percaya terhadap metode ilmiah yang digunakan

4. Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral yang luhur.

5. Pengembangan keilmuan harus disertai pengembangan filsafat ilmu.

6. Kegiatan ilmiah harus bersifat otonom. Namun demikian diperlukan kontrol dari pemerintah dan masyarakat.

C. Dua Pola Kebudayaan

(30)

BAB X

ILMU DAN BAHASA

A. Terminologi Ilmu dan Pengetahuan

Dalam kaitannya dengan ini kita harus mengetahui perbedaan antara pengetahuan dan ilmu. Pengetahuan ( knowledge ) adalah apa yang diketahui oleh manusia, sedangkan ilmu (science) adalah bentuk pengetahuan yang mempunyai objek ontologis, epistemologi, dan landasan aksiologis.

Fungsi utama bahasa adalah sebagai sarana komunikasi antar manusia ( fungsi

komunikatif) dan juga sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Contoh, pencanangan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 dapat mempersatukan Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku (fungsi kohesif).

B. Politik Bahasa Nasional

(31)

BAB XI

FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat Pendididkan

Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany :

“ Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan”.

Filsafat pendidikan merupakan satu segi dari filsafat umum yang menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.

Filsafat Pendidikan bersandarkan pada filsafat umum seperti :

1. Hakekat kehidupan, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapai kehidupan yang baik;

2. Hakekat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang ingin menerima pendidikan;

3. Hakekat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatuproses sosial; 4. Hakekat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapai

hakekat pendidikan.

Filsafat pendidikan seperti halnya filsafat umum juga berusaha mencari hakekat

masalah, dan proses pendidikan. Sehubungan dengan itu, maka tugas filsafat pendidikan adalah :

1. Merancang dengan bijak dan arif usaha-usaha dan proses pendidikan untuk suatu bangsa;

2. Menyiapkan warga negara pada umumnya dan generasi muda pada khususnya agar beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa;

3. Berusaha mengubah cara-cara hidup masyarakat ke arah yang lebih baik;

4. Mendidik akhlak, seni, dan keindahan kepada masyarakat agar mereka menghormati kebenaran dan mencapai segala sesuatu melalui kebenaran tersebut.

Filsuf pendidikan harus memiliki :

1. Pikiran yang benar, jelas, dan menyeluruh tentang wujud dan segala aspek

yang berkaitan dengan Ketuhanan, kemanusiaan, pengetahuan alam, dan pengetahuan sosial;

2. Mampu memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar pada nilai-nilai kebaikan dan keindahan.

Menurut Kneller, filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, juga bersifat spekulatif, preskriptif, dan analitik :

1. Spekulatif, karena berusaha membangun teori-teori tentang hakekat manusia,hakekat masyarakat, dan hakekat dunia yang penuh dengan ketidakpastian;

2. Preskriptif, karena tujuan yang akan dicapai dan cara mencapainya harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Contohnya adalah pendidikan Pancasila yang diajarkan di sekolah harus didasarkan pada UUD 1945 dan peraturan perundang-pundangan lain yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

Unit pelaksana tugas logam Yogyakarta berfungsi untuk mendukung industri kecil menengah logam di kota Yogyakarta, dalam rangka mewujudkan visinya yaitu menjadikan pusat

Sedangkan pada sediaan emulgel tidak mengandung etanol 95% sehingga daya proteksi yang dihasilkan oleh sediaan emulgel tidak mengalami penurunan yang drastis karena minyak akar

Oleh karena itu, software seperti JAWS harus selalu di-maintain agar compatible dengan teknologi komputerisasi yang baru sehingga kaum tunanetra dapat terus

Penurunan nilai atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan dianggap telah terjadi jika, dan hanya jika, terdapat bukti yang objektif mengenai penurunan nilai sebagai akibat

Pengaruh Temperatur Annealing Terhadap Struktur, Sifat listrik dan Sifat Optik Film Tipis Zinck Oxide Doping Alumunium (ZnO:Al) Dengan Metode DC Magneton

s) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan tugas Seksi Sekolah Dasar; t) .Melaksanakan Koordinasi dengan unit kerja terkait. 3.1 Seksi Sarana dan Prasarana Taman

Setiap kali kita mengikuti sakramen Perjamuan Kudus, kita diingatkan bahwa Kristus pernah hadir pada waktu dulu untuk menyelamatkan manusia dengan memberikan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh