1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 2 TEBAS
Desi Isromi Dewi, Hairida, Husna Amalya Melati Program studi pendidikan kimia FKIP Untan Pontianak
Email:Desiisromidewi1995@gmail.com
Abstrack
This study aims to determine whether there is a difference between the student’s learning motivation of grade XI of SMA NEGERI 2 TEBAS in the materials of electrolyte and nonelectrolyte solution using Think Pair Share (TPS) learning models and using conventional learning model, and determining the influence of its models on learning outcomes. The research form used is quasi experiment with as research design
“nonequivalent control group pretest-posttest”. Sampling using a saturated sampling technique. Data collection tecniques are measurement tecniques. Data collection tool used is a quetionnaire of student learning motivations and essay test. Motivation hypothesis test using independent sample t test ( independent samples T-test) at the real level = 5% yields sig value. (2-tailed) of 0.000 so that Ha received (Ho rejected), this shows the difference motivation of students learning experimental class and control class. The test of learning result hypothesis using U-mann whitney test yields Asymp value. Sig. (2-tailed) by 0.005 so that Ho is rejected, it shows the difference of the
student’s learning result of the experimental class and the control class. Learning by
using cooperative type Think Pair Share (TPS) gives an increase in learning outcome of 91.9%.
Keywords : Think Pair Share, Motivation, Learning Outcomes.
PENDAHULUAN
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang ada di SMA/MA. Ada dua hal yang berkaitan dalam kimia yang tidak dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Dalam pembelajaran kimia tidak hanya dapat dilakukan dengan pemberian fakta dan konsep (kimia sebagai produk), tetapi harus diperhatikan juga bagimana siswa dapat menemukan fakta dan konsep itu sendiri (kimia sebagai proses) (Djamarah, 2010). Menurut Chang (2010), salah satu kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari kimia adalah kesulitan memahami konsep kimia. Kebanyakan
2
penyampaian materi akan dapat merangsang siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga apa yang didapat siswa bukanlah suatu kegiatan yang sia-sia sehingga bahan pelajaran lebih mudah diserap siswa dan mempunyai makna.Kenyataan di lapangan, proses belajar mengajar kimia masih belum efektif dan efisien dimana gurun melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah dan berpusat pada guru. Hal ini dibuktikan pada hasil observasi pada kelas XI di SMAN 2 Tebas, guru mengajar menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Metode ceramah yang digunakan yaitu dengan menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan pemberian latihan soal. Penyampaian materi pembelajaran dengan metode ceramah membuat siswa kesulitan dalam memahami materi bersifat abstrak karena materi pelajaran hanya disampaikan lewat kata-kata tanpa danya bukti nyata yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Menurut Chang (2011), salah satu kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari kimia adalah kesulitan memahami konsep kimia.
Menurut Trianto (2010), proses pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru mengakibatkan kurangnya motivasi belajar dan rendahnya hasil belajar. Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam dan luar siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya denganbeberapa indikator atau unsur yang mendukung dalam kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar (Hamzah B, Uno, 2008).
Selain itu, guru menerapkan metode diskusi kelompok dalam proses pembelajaran, namun metode diskusi yang digunakan guru belum efektif. Dengan demikian karena jumlah anggota kelompoknya banyak sehingga tidak seluruh siswa terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok, hanya siswa pintar yang bekerja sedangkan yang berkemampuan kurang tidak berusaha mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Hasil wawancara dari 5 orang siwa yang dipilih secara acak dengan tingkat kemampuan akademik berbeda, siswa tidak menyukai pelajaran kimia karena cara mengajar guru kurang menarik sehingga tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah di depan kelas serta latihan soal. Dalam proses pengerjaan soal, guru kurang membimbing sehingga siswa yang belum memahami materi tidak mau bertanya karena takut salah, malu, dan memilih bertanya kepada temannya yang lebih mengerti.
Masalah seperti ini akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil ulangan .
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Siswa Kelas X SMAN 2 Tebas Stoikiometri 39,29 43,33 41,31 Larutan
elektrolit dan nonelektrolit
39,29 36,67 37,29
Tabel 1 menunjukkan hasil belajar pada materi larutan elektrolit dan nonelektroli memiliki persentase ketuntasan siswa yang palimg rendah dibandingkan materi lainnya yaitu 37,98% dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran kimia adalah 75.
3
yang aktif dalam kelompok yang lainnnya sibuk sendiri.Berdasarkan fakta observasi, wawancara, dan hasil belajar iswa di SMAN 2 Tebas, perlu dilakukan suatu perbaikan dalam proses pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah terciptanya optimalisasi partipasi siswa (Lie, 2007).
Menurut Sumarno (2008), salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat bebas mengemukakakan pendapat kelompok kecil. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuannya, sedangkan siswa yang kurang pandai dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Anita Lie (2007) mengungkapkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh teman sebaya lebih efektif dari pada pengajaran dari beberapa penelitian yang menunjukkan keberhasilan penerapan model Think Pair Share (TPS) diantarnya (1) penelitian yang dilakukan Lisa (2014) menunjukkan peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 23,77 > 20,57. (2) penelitian yang dilakukan oleh Nyai iyos (2015) menunjukkkan hasil belajar pada ranah kognitif sebesar 76,54%. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas XI SMAN 2 Tebas.
METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu atau quasy eksperimental design dan rancangan yang digunakan adalah nonequivalent Pretest-Posttest Group Control Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 2 Tebas yang sudah diajar materi unsur larutan elektrolit dan
nonelektrolit. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh dengan pertimbangan guru yang mengajar pada kedua kelas tersebut sama.
Instrumen penelitian berupa angket motivasi dan tes hasil belajar yang berupa empat soal essay yang divalidasi oleh satu orang dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura dan satu orang guru IPA SMAN 2 Tebas. Hasil validitas menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan valid. Uji coba soal dilakukan pada siswa kelas XI SMAN 2 Tebas yang memberikan tingkat reliabilitas untuk soal tes sebesar 0,61 yang tergolong tinggi.
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan penelitian, 3) Tahap Penyusunan laporan akhir.
Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: 1) melaksanakan prariset di SMAN 2 Tebas 2) Mengidentifikasi masalah 3) Merumuskan masalah 4) memberikan solusi, yaitu mengunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) 5) membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS 6) melakukan validasi perangkat pembelajaran RPP dan LKS 7) merevisi RPP dan LKS yang telah divalidasi. 8) membuat instrumen tes pemahaman konsep siswa yang meliputi tes awal dan tes akhir, serta membuat angket motivasi 9) menguji reliabilitas 10) menganalisis data hasil uji coba.
Tahap Pelaksanaan
4
Tahap AkhirLangkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir, yaitu melakukan analisis dan pengolahan data hasil penelitian. Analisis dan pengolahan data menggunakan uji statistik uji t, menarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah, dan menyusun laporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Nilai tes awal dan akhir yang diperoleh siswa kelas XI IPA 2 SMAN 2 Tebas sebagai kelas kontrol dan siswa kelas XI IPA 2 SMAN 2 Tebas sebagai kelas eksperimen ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Ketuntasan Siswa Kelas Eksperimen & Kontrol
Analisis Hasil Pengolahan Data Nilai Tes Awal dan Akhir Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Perbedaaan kemampuan awal siswa dapat diketahui melalui uji statistik terhadap skor tes awal. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov - Smirnov terhadap skor tes awal diperoleh nilai Sig. 0,24 (>0,05) pada kelas kontrol dan diperoleh nilai Sig. 0,43 (>0,05) pada kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi nilai tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Dengan demikian, uji perbedaan kemampuan awal siswa dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji T-Independent. Hasil uji T_Independent diperoleh Asymp Sig. (2-tailed) dengan memberikan nilai sebesar 0,39 (>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Dengan tidak terdapatnya perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen, analisis selanjutnya dilakukan hanya pada nilai tes akhir. Uji normalitas menggunakan uji Kholmogrov-Smirnov terhadap nilai tes akhirsiswa diperoleh nilai Sig. 0,35 (>0,05) untuk kelas kontrol dan nilai Sig. 0,07 (>0,05) untuk kelas eksperimen. Hal ini menyatakan distribusi nilai tes akhir pada kelas kontrol berdistribusi normal.
Pengolahan data berikutnya menggunakan uji statistik parametrik T-Independent. Hasil uji T-Independent diperoleh nilai Asymp Sig. 0,000 (<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)Terhadap Hasil Belajar
Hasil perhitungan effect size terhadap nilai tes akhir siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh nilai sebesar 1,40 yang menunjukkan kategori tinggi (Glass G. V dalam Becker, 2000). Berdasarkan kurva lengkung normal standar dari 0 ke Z, penggunaan media pembelajaran audio-visual powtoon memberikan pengaruh sebesar 91,9 % terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 2 Tebas.
Motivasi Belajar Siswa
Angket motivasi belajar yang diberikan kepada siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah di beri pembelajaran sesuai perlakuan masing-masing, yaitu kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan kelas kontrol di beri pembelajaran dengan model pembelajaran ceramah pada materi larutan e;ektrolit dan nonelektrolit. Data
Tes Awal Tes Akhir
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Rata-rata Nilai 51,23 50,36 67,35 85,20
Standar Deviasi 7,76 17,19 19,40 12,74
Siswa yang Tuntas 0 0 11 24
5
yang di peroleh dapat dilihat pada Tabel 3. dan Tabel 4. Pemberian angket dilakukan setelahsiswa melaksanakan pembelajaran.
Tabel 3. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol
No Pernyataan Positif Persentase
Persetujuan
Interpetasi Skor
1
Menurut saya, mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang menarik dan menantang
71,42 Kuat
3 Saya mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari di sekolah
71,42 Kuat
6 Saya menanyakan materi kimia yang belum saya pahami kepada guru
83,92 Sangat Kuat
8
Saya akan bekerja sama sebaik-baiknya dengan teman kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
85,71 Sangat Kuat
12 Saya termotivasi untuk lebih giat jika teman saya memperoleh nilai kimia yang lebih tinggi
82,14 Sangat Kuat
13
Saya lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran kimia jika guru menggunakan cara mengajar yang bervariasi
88,39 Sangat Kuat
Pernyataan Negatif
2 Saya malas bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami
83,92 Sangat Kuat
4 Saya tidak mempelajari kembali materi yang telah diajarkan di sekolah
77,67 Kuat
5 Saya tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
66,96 Kuat
9
Jika saya dihadapkan dengan masalah-masalah kimia yang sulit dipecahkan, saya tidak berusaha untuk memecahkan masalah tersebut secara maksimal baik secara individu maupun dengan bantuan orang lain
73,21 Kuat
10
Saya tidak berusaha untuk meraih nilai yang lebih tinggi dari teman saya dalam ulangan kimia
83,92 Sangat Kuat
11
Saya merasa bosan mengikuti pembelajarn kimia karena cara mengajar guru yang tidak bervariasi
65,17 Kuat
Rata-rata 76,34 Kuat
Berdasarkan data Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata persentase tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan total siswa terhadap angket
6
Tabel 4. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen
No Pernyataan Positif Persentase
Persetujuan
Interpetasi Skor
1
Menurut saya, mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang menarik dan menantang
100 Sangat Kuat
3 Saya mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari di sekolah
82,14 Sangat Kuat
6 Saya menanyakan materi kimia yang belum saya pahami kepada guru
100 Sangat Kuat
8
Saya akan bekerja sama sebaik-baiknya dengan teman kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
87,5 Sangat
Kuat
12 Saya termotivasi untuk lebih giat jika teman saya memperoleh nilai kimia yang lebih tinggi
92,85 Sangat Kuat
13
Saya lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran kimia jika guru menggunakan cara mengajar yang bervariasi
100 Sangat Kuat
Pernyataan Negatif
2 Saya malas bertanya kepada guru tentang
materi yang belum dipahami 91,07
Sangat Kuat
4 Saya tidak mempelajari kembali materi yang telah diajarkan di sekolah
87,5 Sangat Kuat
5 Saya tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
65,17 Kuat
9
Jika saya dihadapkan dengan masalah-masalah kimia yang sulit dipecahkan, saya tidak berusaha untuk memecahkan masalah tersebut secara maksimal baik secara individu maupun dengan bantuan orang lain
90,17 Sangat Kuat
10
Saya tidak berusaha untuk meraih nilai yang lebih tinggi dari teman saya dalam ulangan kimia
82,14 Sangat Kuat
11
Saya merasa bosan mengikuti pembelajarn kimia karena cara mengajar guru yang tidak bervariasi
83,92 Sangat Kuat
Rata-rata 87,89 Sangat Kuat
Berdasarkan data Tabel 4. dapat dilihat bahwa rata-rata persentase tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan siswa terhadap angket motivasi belajar yang diberikan sebesar 87,89 dengan kriteria interpretasi skor tergolong sangat kuat.
Perbedaan hasil angket dapat dilihat dengan melakukan uji statistik, dalam
7
disimpulkan bahwa data pada kelas kontrol berdistribusi normal sedangkan data pada kelas eksperimen berdistribusi tidak normal, maka pengolahan data berikutnya menggunakan uji U-Mann Whitney.Hasil uji U-Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai Asymp. sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima, hal ini menunjukkan terdapat perbedaan motivasi belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pembahasan
Siswa pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol diajar langsung oleh peneliti, materi yang diajarkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu materi tentang larutan elektrolit dann nonelektrolit. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen tidak sama dengan pembelajaran pada kelas kontrol. Pembelajaran kelas ekperimen diberi perlakuan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan dengan model konvensional.
Proses pembelajaran pada kelas eksperimen berjalan dengan lancar karena siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dilihat dari keaktifan siswa dalam menanggapi presentasi temannya, bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru ada juga yang menanggapi proses demonstrasi praktikum. Sedangkan pada kelas kontrol siswa terlihat tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran, banyak siswa yang bermain-main, mengobrol dan melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran dan ada yang terlihat sibuk sendiri dengan kegiatannya masing-masing.
Keunggulan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model konvensional adalah dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa, siswa menjadi aktif bertanya dan menjawab pertanyaan peneliti, selain itu yang terpenting adalah model ini mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Arends (2011) yang menyatakan
bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam model pembelajaran Think pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berfikir, merespon, dan saling membantu (Komalasari, 2013).
Pada kelas kontrol guru menggunakan model konvensional dengan ceramah yang sudah biasa dilakukan oleh guru-guru di sekolah tersebut hasilnya siswa tampak kurang termotivasi, siswa cepat bosan sehingga untuk menghilangkan kebosanan tersebut, siswa melakukan kegiatan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran seperti mengajak teman sebangku untuk mengobrol, bermain dan bahkan ada yang terlihat bernyanyi. Wawancara dengan siswa kelas kontrol yang tidak mencapai ketuntasan menyatakan bahwa mereka kurang tertarik belajar dengan model pembelajaran ceramah karena sudah sering dilakukan oleh guru disekolah tersebut.
8
kontrol yang tidak mencapai ketuntasan menyatakan bahwa mereka kurang semangat dan kurang paham belajar dengan bantuan menggunakan metode ceramah. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan bantuan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas eksperimen menjadi lebih baik dibanding hasil belajar kelas kontrol.KESIMPULAN DAN DARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan siswa yang diajar dengan konvensional 2) terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan siswa yang diajar dengan konvensional 3) pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memberikan pengaruh sebesar 91,9% terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 2 Tebas. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu pengaruh model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa SMAN 2 Tebas. Pada proses pembelajaran guru perlu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dalam kelas sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamzah B. Uno. (2008) Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara. Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran
Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Adiatama.
Lie, Anita. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Sadirman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.