• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DISERTAI (LDS) TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 30 PADANG

Riza Umami, Rutz Rize Paas Megahati dan Evrialiani Rosba Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Riza_umami@gmail.com

ABSCTRACT

This research was motivated by the low results of studying biology students who are still under the KKM, this is caused by the learning process carried out in general are still centered teacher. Students simply listen and record information provided by the teacher without any question about material that is not understood to overcome these problems apply cooperative learning model TPS accompanied by LDS. This study aims to determine the effect of adoption of cooperative learning model Think pair share (TPS) Accompanied LDS on learning outcomes IPA- biology class VIII SMPN 30 Padang. This research is experimental study design Randomized Control Group Posttest-Only Design. The population in this study were all students of class VIII SMP N 30 Padang enrolled in the first semester of the school year 2016/2017. Sampling was done by purposive sampling technique in order to obtain a sample that is class VIII3 as experiments and VIII_2 as the control class. Instruments used in cognitive test is written in the form of an objective matter. Data were analyzed using t-test with a level of 0.05. Based on the results of the assessment on the cognitive test results obtained studying biology students that the average value of the experimental class 66.06 and the average value of the control class 63.36 hypothesis analysis results obtained while Thitung Ttabel = 1.67 = 0.47 means Fhitung < Ftable so the hypothesis is rejected, the affective domain in the form of sheets observation stance in the experimental class while Thitung Ttabel = 1.67 = 0.12 so the hypothesis is rejected while the psychomotor Ttabel = 1.67 while Thitung = 0.13 so the hypothesis is rejected , It can be concluded that there is no influence adoption of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) with LDS on learning outcomes IPA-biology class VIII SMPN 30 Padang

Keywords: Model, Cooperative Learning, TPS, LDS, Students.

PENDAHULUAN

Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang kehidupan mahluk hidup, karena menyangkut unsur hayati yang merupakan subjek dan objek Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Berdasarkan observasi dan wawancara pada bulan Mei di SMPN 30 Padang, proses pembelajaran yang dilaksanakan pada umumnya masih berpusat kepada guru. Guru sebagai sumber informasi (teacher centered), sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diberikan guru tanpa ada pertanyaan tentang materi yang tidak dipahami. secara terbuka baik kepada guru

maupun temannya. Salah satu media pembelajdigunakan disekolah tersebut adalah media buku paket. Hal ini ditunjukan dari nilai rata-rata kelas VIII SMPN 30 Padang untuk materi sistem gerak pada manusia tahun pelajaran 2015/2016 yakni kelas VIII180, VIII2 69, VIII368,VIII473, VIII573,VIII660, VIII767, VIII867. VIII973. Nilai tersebut belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 78.

Siswa kesulitan membandingkan macam- macam organ penyusun sistem gerak, membedakan anatomi dan fungsi tulang rawan dan tulang keras dan contoh kelainan yang berkaitan dengan tulang dan otot.

Salah satu model pembelajaran yang dapat efektif membangkitkan aktivitas, semangat belajar dan hasil belajar siswa yaitu model Think- pair- share (TPS)

(2)

merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2009:81).

Menurut Istarani (2011:67). Tahap-tahap yang digunakan dalam pemebelajran kooperatif tipe TPS adalah : 1). Thinking .Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya 2). Pairing. Pada tahap ini guru memintak peserta didik berpasangan- berpasangan dengan itu untuk berdiskusi.

Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya.

3). Sharing. Dalam kegiatan ini diharapkan jawab yang mendorong pada penontruksian pengetahuan secara intergative. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.

Kelebihan pembelajaran Think Pair Share (TPS) baik digunakan dalam rangka melatih berfikir siswa secara baik. Untuk itu, model pembelajaran Think Pair Share ini menekankan pada peningkatan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa dan daya analisis terhadap suatu permasalahan. Dengan demikian kelebihan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yaitu: (1) dapat meningkatkan daya nalar, daya kritis, daya imajinasi siswa dan daya analisis terhadap suatu permasalahan, (2) miningkatka kerjasama anatar siswa karena mereka dibentuk dalam kelompok, (3) meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai pendapat orang lain, (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat sebagai implementasi ilmu pengetahuan anak ketika selesai diskusi.

Sedangkan kekurangan/kelemahan dari model pemebelajaran ini adalah :(1) sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat pemikiran siswa, (2) bahan- bahan yang berkaitan dengan pembahasan permasalahan yang ada tidak dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa, (3) kurang terbiasa memulai pembelajara dengan suatu permasalahan yang ril atau nyata, (4) pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relative terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Disertai (LDS) Terhadap Hasil Belajar IPA-Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 30 Padang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitia rancangan penelitian ini Randomized Control Group Posttest Only Design.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang terdaftar pada pelajaran 2016/2017 di SMPN 30 Padang yang terdiri atas delapan kelas Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling kelas eksperimen adalah VIII3 dan kelas kontrol adalah VIII2. Teknik analisa data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas serta uji hipotesis menggunakan uji t.

Instrument penelitian ini pada ranah kognitif berupa soal okjektif, ranah afektif berupa lembaran okserver sikap, ranah psikomotor berupa laporan lembar diskusi siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel. Data diperoleh dari tes akhir yang dilakukan.

Pada tes akhir digunakan soal berupa objektif berjumlah sebanyak 33 butir soal, yang diambil dari soal uji coba yang telah dilakukan pada kelas VIII.4 dengan jumlah soal sebanyak 94 soal objektif. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tes akhir masing-masing diikuti oleh 32 dan 33 orang siswa dan hasil pengukuran tes hasil belajar kedua kelas tersebut di klasifikasikan berdasarkan data perhitungan tes hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

(3)

Gambar .Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada Kognitif Kelas Sampel

Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang diamati oleh observer untuk melihat afektif siswa dalam proses pembelajaran

Gambar . Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada Afektif Kelas Sampel

Penilaian psikomotor dilakukan pada kedua sampel yaitu pada kelas eksperimen dinilai dari lembar diskusi siswa dan pada kelas kontrol yang dinilai dari catatan siswa pada saat proses belajar. Data hasil penilaian psikomotor pada kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar . Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada Ranah Psikomotor Kelas Sampel

Ranah Kognitif

Hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai LDS didapat banyaknya siswa yang tidak tuntas yaitu 25 orang siswa dari 32 orang siswa dengan persentase 66,06.

Banyaknya siswa yang tidak tuntas disebabkan oleh siswa belum terbiasa dengan model yang diterapkan hal ini dapat dilihat saat guru menyuruh pada tahap think siswaberfikir sendiri banyak siswa tidak mengerjakan tugasnya kemudian pada tahap pair berpasangan dia mengganggu temannya kemudian pada saat guru menyuruh tampil persentasi kedepan kelas banyak pasangan yang tidak mau tampil dia menyuruh siswa lain untuk tampil duluan, pada tahap evaluasi siswa banyak yang mencontoh pada temannya maka dari itu banyak nilai kuis siswa yang tinggi. Menurut Megahati (2015) kendala yang dihadapi pada kelas eksperimen pada saat pertemuan pertama ketika salah satu pasangan mempersentasekan hasil diskusinya didepan kelas siswa yang meribut di belakang.

Pada kelas kontrol rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru menjelaskan 0

10 20 30 40 50 60 70

VIII.3 VIII.2 66,06 63,36

Kelas Sampel

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

2,942,85 2,912,88 2,97

disiplin Percaya diri Bertangung jawab Gambar .Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada

Kognitif Kelas Sampel

Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang diamati oleh observer untuk melihat afektif siswa dalam proses pembelajaran

Gambar . Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada Afektif Kelas Sampel

Penilaian psikomotor dilakukan pada kedua sampel yaitu pada kelas eksperimen dinilai dari lembar diskusi siswa dan pada kelas kontrol yang dinilai dari catatan siswa pada saat proses belajar. Data hasil penilaian psikomotor pada kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar . Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada Ranah Psikomotor Kelas Sampel

Ranah Kognitif

Hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai LDS didapat banyaknya siswa yang tidak tuntas yaitu 25 orang siswa dari 32 orang siswa dengan persentase 66,06.

Banyaknya siswa yang tidak tuntas disebabkan oleh siswa belum terbiasa dengan model yang diterapkan hal ini dapat dilihat saat guru menyuruh pada tahap think siswaberfikir sendiri banyak siswa tidak mengerjakan tugasnya kemudian pada tahap pair berpasangan dia mengganggu temannya kemudian pada saat guru menyuruh tampil persentasi kedepan kelas banyak pasangan yang tidak mau tampil dia menyuruh siswa lain untuk tampil duluan, pada tahap evaluasi siswa banyak yang mencontoh pada temannya maka dari itu banyak nilai kuis siswa yang tinggi. Menurut Megahati (2015) kendala yang dihadapi pada kelas eksperimen pada saat pertemuan pertama ketika salah satu pasangan mempersentasekan hasil diskusinya didepan kelas siswa yang meribut di belakang.

Pada kelas kontrol rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru menjelaskan Eksperimen

Kontrol

Kelas Sampel

2,88 2,972,94

eksperi men kontrol

0 0,5 1 1,5 2 2,5

3 2,91

2,692,742,7

Indikator Penilaian Psikomotor kelengkapan

isi

kerapian dan kebersihan

Percaya diri Bertangung jawab Gambar .Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada

Kognitif Kelas Sampel

Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang diamati oleh observer untuk melihat afektif siswa dalam proses pembelajaran

Gambar . Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada Afektif Kelas Sampel

Penilaian psikomotor dilakukan pada kedua sampel yaitu pada kelas eksperimen dinilai dari lembar diskusi siswa dan pada kelas kontrol yang dinilai dari catatan siswa pada saat proses belajar. Data hasil penilaian psikomotor pada kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar . Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada Ranah Psikomotor Kelas Sampel

Ranah Kognitif

Hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai LDS didapat banyaknya siswa yang tidak tuntas yaitu 25 orang siswa dari 32 orang siswa dengan persentase 66,06.

Banyaknya siswa yang tidak tuntas disebabkan oleh siswa belum terbiasa dengan model yang diterapkan hal ini dapat dilihat saat guru menyuruh pada tahap think siswaberfikir sendiri banyak siswa tidak mengerjakan tugasnya kemudian pada tahap pair berpasangan dia mengganggu temannya kemudian pada saat guru menyuruh tampil persentasi kedepan kelas banyak pasangan yang tidak mau tampil dia menyuruh siswa lain untuk tampil duluan, pada tahap evaluasi siswa banyak yang mencontoh pada temannya maka dari itu banyak nilai kuis siswa yang tinggi. Menurut Megahati (2015) kendala yang dihadapi pada kelas eksperimen pada saat pertemuan pertama ketika salah satu pasangan mempersentasekan hasil diskusinya didepan kelas siswa yang meribut di belakang.

Pada kelas kontrol rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru menjelaskan

2,7

Eksperimen Kontrol

Indikator Penilaian Psikomotor

kerapian dan kebersihan

Percaya diri Bertangung jawab

(4)

materi siswa mendengarkan apa yang dijelaskan guru, siswa mencatat materi yang sudah dijelaskan, selain itu pada saat mencatat ada sebagian siswa kurang serius merasa bosan dalam tugas yang diberikan oleh guru siswa meribut kemudian guru memberikan kuis banyak siswa yang mencontoh dan banyak nilai siswa yang tinggi .

Ranah Afektif

Berdasarkan data yang diperoleh pada Gambar 3 dan nilai yang tertinggi diperoleh pada indikator pertama disiplin dan indikator kedua percaya diri, indikator ketiga bertanggung jawab yaitu dengan nilai rata-rata dan berada pada predikat cukup.

Tingginya nilai rata-rata pada model pembelajaran koopertif Think Pair Share (TPS ) disertai media lembar diskusi siswa dimana siswa dituntut aktif dalam berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Selain itu siswa dan guru saling berkomunikasi, siswa tidak takut bertanya didalam proses pembelajaran.

Dimana selama proses pembelajran guru sebagai fasilitator.

Pada kelas eksperimen siswa saling bekerjasama dengan teman dalam satu pasangan untuk mencari jawaban yang ada pada lembar LDS. pada kelas eksperimen ini guru menggunakan model pembelajaran Think Pair Share ( TPS) disertai LDS siswa dituntun untuk bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang ada pada LDS di dalam indikator tanggung jawab ini guru memberikan penjelasan materi yang diajarkan.

Pada kelas kontrol rata-ratanya lebih rendah karena pada kelas kontrol siswa hanya mengerjakan catatan sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan untuk mencatat siswa banyak yang bermain-main dan meribut pada saat pembelajaran berlangsung. Menurut pendapat Latisma (2010:192) hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya.

Ranah Psikomotor

Penilaian keterampilan siswa kelas diambil melalui nilai capain optimum siswa sehingga terjadi peningkatan rata-rata pada pencapaian optimum pada kelas eksperimen 3,10 dibandingkan kelas kontrol rata-rata 2,88. Adapun Indikator yang digunakan pada penilaian keterampilan yang pertama kelengkapan isi saat berdiskusi sedangkan yang kedua yaitu kerapiaan dan kebersihan penulisan.

Pada kelas eksperimen pada setiap indikator disebabkan pada jawaban LDS sudah baik dan telah sesuai dengan tujuan pembelajaran meskipun ada juga beberapa kelompok yang kelengkapan hasil diskusi masih kurang lengkap karena dalam pembelajaran siswa banyak bermain-main.

Pada kelas kontrol disebabkan karena masih banyak siswa membuat catatan tidak lengkap dan tidak rapi, ada sebagian siswa malas mencatat dan tidak bersungguh-sungguh dalam belajar. Menurut Hamalik (2009:36) proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulum akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.

Menurut Megahati (2015) KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) disertai LDS terhadap hasil belajar IPA- Biologi siswa kelas VIII SMPN 30 Padang.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar menentukan model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepada guru bidang studi Biologi SMPN 30 Padang agar bisa memilih model pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik materi pembelajaran.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik.Oemar.2011.kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran

Inovatif. Medan: Media Persada.

Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan. UNP Press

Lie, Anitali. 2010. Cooperative Learning.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Megahati, RRP, 2015. Jurnal Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Stars With A Question (LSQ) Disertai Handout Pada Materi Sistem Gerak Kelas VIII di SMPN 22 Padang.

Bioconsetta. Vol 1(1). Hal 49

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.

Jakarta: Kencana

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Kemampuan Menginterpretasi dan Mengananlisis Siswa Kelas V Sekolah Dasar.. Yogyakarta; Universitas