• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR

BIOLOGI KELAS VIII SMP N 26 PADANG

Weni1, Mades Fifendy2, Liza Yulia Sari2

1Mahasiswa program studi pendidikan biologi, STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen program studi pendidikan biologi, STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

This study aims to determine the effect of the application of cooperative learning model Two Stay Two Stray on learning outcomes biology class VIII SMPN 26 Padang. This type of research is experimental research using randomized design Posttest Only Control Group Design. The population in this study were all students of class VIII SMPN 26 Padang enrolled in the academic year 2015/2016. Sampling with purposive sampling technique in order to obtain a sample that is class as an experimental class I VIII.1 and VIII.2 as an experimental class II. The instrument used was a written test dallam form an objective matter. Data analysis techniques menggunakkan t-test with a level of 0.05. The research shows that the implementation of cooperative learning model Two Stay Two Stray on the affective, cognitive and psychomotor effect on learning outcomes biology class VIII SMPN 26 Padang.

Key words: Effects, learning model, cooperative, Type Two Stay Two Stray

Pendahuluan

Pembelajaran merupakan suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Dalam hal ini, kegiatan yang terjadi adalah guru mengajar dan siswa belajar.

Guru harus memiliki sejumlah kemampuan menguasai materi pelajaran dan menggunakan model yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk meningkatkan proses belajar siswa, guru harus bisa memilih dan menerapkan cara pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Observasi dan wawancara dilakukan dua kali, Pertama dilakukan pada guru kelas VIII bulan Februari semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 dan yang kedua dilakukan pada bulan Agustus semester 1 Tahun Pelajaran 2015-2016, Observasi dan wawancara pertama dilakukan kepada guru kelas VIII terlihat bahwa pembelajaran masih terpusat pada guru mengakibatkan siswa lebih banyak diam dan hanya memperhatikan guru yang sedang menerangkan materi. Siswa kelihatan pasif, sering jenuh, banyak siswa yang berbicara sama temannya ketika guru menjelaskan materi, ada juga yang mengganggu temannya ketika proses pembelajaran berlangsung, dan ada juga siswa yang sering keluar masuk pada saat proses pembelajaran.

Siswa tidak mau bertanya pada guru tentang

materi yang tidak dipahami. Guru juga kurang memakai metode yang bervariasi, yang pernah dipakai seperti pembelajaran kelompok biasa. Ketika guru memberikan tugas kelompok, hanya siswa yang berkemampuan tinggi mengerjakan, sedangkan siswa yang lainnya hanya menunggu jawaban dari temannya tanpa mau berusaha. Observasi dan wawancara yang kedua dilakukan kepada guru kelas VIII. Hasil observasi dan wawancara yang kedua ini tidak jauh berbeda dengan yang pertama, masalah yang ditemukan yaitu siswa kurang konsentrasi saat guru menyampaikan materi pembelajaran.

Kurangnya konsentrasi siswa disebabkan oleh fakktor dari diri siswa itu sendiri dan ada juga dari teman lain yang suka mengganggu teman yang sedang memperhatikan guru menerangkan materi.

Siswa tidak betah berada di dalam kelas, sehingga banyak siswa yang keluar masuk pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Siswa lebih banyak diam dan hanya memperhatikan guru yang sedang menerangkan materi.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang yang memiliki kemampuan yang berbeda, dengan tujuan untuk saling memotivasi antara anggotanya dan saling membantu agar tercapainya suatu

(2)

tujuan pembelajaran yang maksimal.

Pernyataan ini sejalan dengan ungkapan Amri (2010:67) bahwa “ model pembelajaran kooperatif merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda”. Oleh karena itu penulis telah melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas VIII SMP N 26 Padang.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan Randomized Control Group Postest Only Design. Waktu penelitian ini dilakukan pada

bulan november – desember 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 26 Padang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2015/2016.

Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling sehingga diperoleh sampel yaitu kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen I dan VIII.2 sebagai kelas eksperimen II. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk soal objektif. Teknik analisis data menggunakan uji-t dengan taraf 0,05. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.

Sedangkan kelas eksperimen II dengan menerapkan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.

Hasil dan Pembahasan

2,82 2,86 2,86 2,93

2,15

2,73 2,77 2,81

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

eksperimen I eksperimen II Gambar 1. Ranah Afektif

(3)

80,76

71,34

66 68 70 72 74 76 78 80 82

eksperimen I

Gambar 2. Ranah Kognitif 3.33

3.16 3.33 3.21

3 3.25

2.8 2.9 3 3.1 3.2 3.3 3.4

Eksperimen 1

Gambar 3. Ranah Psikomotor Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen I dengan mennerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen II dengan menggunakan metode ceramah , diskusi dan tanya jawab. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen I adalah 80,76 dan kelas eksperimen II 71,34. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah diuraikan di atas menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, sehingga memenuhi persyaratan untuk uji-t, hasil uji-t pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah thitung = 3,30 Pada taraf

kepercayaan 95% α= 0,05 didapat harga ttabel

= 1,68. Dengan demikian, baik kelas eksperimen dan kelas kontrol thitung lebih besar dari ttabel, berarti hipotesis diterima.

Penilaian ranah afektif dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung., bahwa sikap sisw selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dilihat dari rata-rata lebih baik dibandingkan pembelajaran metode ceramah, diskusi dan tanya jawab dimana rata-rata penilaian afektif eksperimen I Yaiti 2,89 Dengan predikat c dan rata-rata kelas eksperimen ii 2,73 dengan predikat c.

Tingginya nilai rata-rata sikap berani dalam bertanya pada kelas eksperimen I disebabkan karena siswa kelas eksperimen I termotivasi dan antusias sekali dalam bertanya pada saat guru menanyakan materi yang kurang dipahaminya. Dalam kegiatan tersebut dapat dilihat minat siswa untuk belajar sangat tinggi. menurut Hamalik (2011:33) “Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat”. Rendahnya nilai rata-rata kegiatan berani dalam bertanya pada kelas eksperimen II disebabkan siswa cendrung diam dan tidak berinisiatif untuk bertanya. Apabila guru sudah menginstruksikan untuk bertanya, maka hanya satu atau dua orang yang mau bertanya. Sehingga siswa lain tidak mau atau malu untuk bertanya.

Bekerja sama dalam kelompok pada kelas eksperimen I adalah 2,86 dengan predikat (C) sedangkan kelas eksperimen II adalah 2,73 dengan predikat (C). Tingginya nilai rata-rata sikap bekerjasama dalam kelompok pada kelas eksperimen I dibandingkan dengan kelas eksperimen II disebabkan karena siswa kelas eksperimen I lebih aktif dalam diskusi kelompok dan sangat antusias sekali dalam mengerjakan LDS yang diberikan kepada kelompoknya.

Rendahny nilai rata-rata bekerja sama dalam kelompok pada kelas eksperimen II disebabkan karena hanya sebagian siswa yang mau bekerja sama. Sehingga mengakibatkan bekerja sama dalam kelompok menjadi kurang.

Berdasarkan hasil yang telah didapat penilaian ranah psikomotor dilihat dari rata- rata capaian optimum kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sama-sama dengan

(4)

predikat B. Indikator yang dinilai pada ranah psikomotor berupa kelengkapan laporan, penggunaan kalimat dan gaya bahasa serta penulisan. Berdasarkan gambar 4 dilihat dari capaian optimum perindikator, penulisan merupakan penilaian psikomotor yang tertinggi dari yang lain. Pada kelas eksperimen I yaitu 3,33 dengan predikat B sedangkan pada kelas eksperimen II yaitu 3,25 dengan predukat B. Tingginya kelas eksperimen I disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa memiliki banyak waktu sehingga lebih memperhatikan setiap isi laporan, kalimat, dan penulisan yang digunakannya, rendahnya kelas eksperimen II disebabkan karena waktu yang kurang, sehingga siswa kurang memperhatikan setiap isi laporan, kalimat, dan penulisan yang digunakannya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan penggunaan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada materi sistem

pernapasan pada manusia kelas VIII1 SMP N 26 Padang

Saran

1. Agar guru dapat menerapkan model Two Stay Two Stray (TSTS) ini sebagai salah satu model pembelajaran.

2. Penulis berharap pada penelitian selanjutnya, dalam menerapkan model Two Stay Two Stray (TSTS) agar dapat memperhatikan efektifitas waktu dan mampu mengontrol kelas agar tidak terjadi keributan.

Daftar pustaka

Amri, Sofan. DKK. 2010. Proses Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka

Hamalik, oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran

Inovatif. Medan: Media Persada

Referensi

Dokumen terkait

dengan mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Aktivitas dan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray disertai media audio- visual mampu

Pada aspek psikomotorik hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray mempunyai rata-rata hasil belajar

Open Access: https://doi.org/10.23887/jear.v7i1.52129 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray TSTS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Agama Hindu pada Siswa Kelas VI SD

Sementara itu berdasarkan hasil rekapitulasi nilai pengamatan dapat diperoleh nilai rata-rata pengamatan keaktifan belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan

Untuk mengubah siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TS-TS) sangatlah tepat, karena model ini

RANAH AFEKTIF Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS disertai Handout yang dilakukan di SMAN 2

Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Pada Ranah Psikomotor Kelas Sampel Ranah Kognitif Hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair