STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR
DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
EVA RHISNA ANDRETTI NIM. F0307101
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR
DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi
tugas-tugas dan dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 17 Desember 2011
Tim Penguji Skripsi :
1. (Dr. Payamta, M.Si., Ak.)
NIP. 19660925 199203 1 002
2. Muhammad Syafiqurrahman, S.E., M.M., Ak.
NIP. 19800604 200501 1 001
3. (Sri Hanggana, M.Si., Ak.) NIP. 19661125 199402 1 001
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk :
Mama dan Papaku
Rhesa, Pipin dan Yaya
Keluarga Besarku
Sahabat-sahabatku
Semua orang yang pernah hadir dalam hidupku
Masa depanku
v
HALAMAN MOTTO
Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan
Ia akan bertindak.
(Mazmur 37:5)
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.
(Amsal 23:18)
Write your plan in pencil, but give God the eraser. His way is much better
than
we could have chosen. Trust Him!
(Awanama)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan anugerah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Petelur Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan Keuangan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas
Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan yang terbaik. Namun, penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangannya. Tetapi, berkat adanya bimbingan, dukungan, dan bantuan dari
berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih atas segala bimbingan
dan bantuan kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. Santoso Tri H, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sri Hanggana, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing yang selama ini telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan
vii
5. Lulus Kurniasih, SE, M.Si.Ak., selaku pembimbing akademik yang selama masa
perkuliahan selalu memberikan bimbingan dan arahannya.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta
seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan,
serta pelayanan kepada penulis.
7. Mama dan Papaku tersayang, Mama Dalyanti dan Papa Andre Sugiyanto yang
selalu memberiku kasih sayang, perhatian, dukungan, didikan serta doa di setiap
waktu.
8. Adik-adikku, Rhesa Rhisma Andrean, Yosephin Rhistra Andretti dan Chintia
Rizta Andretti, yang memberiku dukungan dan doa.
9. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku.
10.Sahabat-sahabatku, Putri, Cui, Ninuk, Dina, dan Nia yang selalu membantu,
mendukung, dan mendoakanku serta mengisi hari-hariku. Kebersamaan dengan
kalian akan selalu menjadi kenangan. J
11.Sahabat doaku, Terezia Mei Indriarti Pinto, yang selalu mendukungku dalam
keseharian lewat motivasi dan doa serta terimakasih bantuan laptopnya. J
12.Mas-mbak dan adek-adek keluarga besar PMK FE UNS terkasih, yang telah
mengisi hari-hariku dengan memberikan keceriaan, motivasi, dan dukungan
doanya untukku. Selamanya kita bersaudara dalam JC. J
13.Kakak rohaniku, Meyka Fatmawati, yang mengajar serta membimbingku untuk
menjadi seorang yang takut akan Tuhan dan melayani-Nya.
14.Sahabatku terkasih, Maria Kristin Pancawati, yang selalu mendukung dan
mendoakanku meskipun jarak kita jauh.
viii
15.Prasetyo, yang selalu mendoakanku dan mendukungku. Terimakasih untuk
setiap kenangan yang ada.
16.Rekan seperjuanganku, Fajrika Cahyaning Dewi, yang telah bersama-sama
berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih untuk kebersamaan
kita selama ini. J
17.Teman-teman Akuntansi’07, yang melewati suka dan duka di jurusan Akuntansi
bersama semasa kuliah.
18.Semua kawan yang pernah singgah dalam hidupku dan mengisi hari-hari
bersama, terimakasih untuk setiap kenangan dan pelajaran hidup yang telah
kalian berikan.
19.Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis tulis satu per satu.
Pembuatan skripsi ini telah memberikan pengalaman dan manfaat yang besar
bagi penulis, dan penulis pun berharap semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi
orang lain. Sesungguhnya penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan pada skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat menjadi lebih baik
lagi.
Surakarta, 9 November 2011
Penulis
ix
DAFTARISI
halaman
HALAMAN JUDUL………...….…..…... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....………..……. ii
HALAMAN PENGESAHAN………..…….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………..……... iv
HALAMAN MOTTO………..…..…. v
KATA PENGANTAR………..…….…. vi
DAFTAR ISI……….………...……....…….... ix
DAFTAR TABEL………...………..…..…... xi
DAFTAR LAMPIRAN……….……...….... xiii
ABSTRAK………..….……….... xiv
ABSTRACT………...…….………... xv
BAB I PENDAHULUAN……...…...………....………... 1
A.Latar Belakang...………...……..…....…………...…… 1
B.Rumusan Masalah………....…………...…….... 5
C.Tujuan Penelitian…….………...………...……. 5
D.Manfaat Penelitian………...………...……..……. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..………...………... 7
A.Peternakan Ayam Ras Petelur...…... 7
B.Value Chain Analysis………...…....……...…...……….…... 11
C.Studi Kelayakan Bisnis..…………...………..….…... 13
D.Aspek Ekonomi dan Keuangan dalam Studi Kelayakan... 14
x
BAB III METODE PENELITIAN...…………...……….. 19
A.Populasi dan Sampel…...…..…..…..…..…..…..…...……. 19
B.Jenis Data...……. 21
C.Metode Pengumpulan Data.…..…..…..…..…...……. 22
D.Metode Analisis Data...…..…..…..…..…...……. 22
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…..…..…..…....…... 24
A.Pelaksanaan Penelitian...…..…..…..…...…… 24
B.Pembahasan Hasil Penelitian...…… 24
BAB V PENUTUP…..…..…..…...…....…....…....…....…....…... 48
A. Simpulan………... 48
B. Keterbatasan Penelitian..…...…....…...…....…...…... 49
C. Saran...………... 50
DAFTAR PUSTAKA………...………….. 52
LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel III.1 Populasi Ayam Petelur di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010... 19 Tabel III.2 Distribusi Sampel...
20 Tabel IV. 1 Investasi Peternakan Ayam Ras Petelur Per 100 Ekor
xi
Tabel IV. 2 Pendapatan Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor
Ayam Per Bulan………...…....…...…....….... 28 Tabel IV. 3 Perincian Biaya Depresiasi Kandang Per 100 Ekor
Ayam Per Bulan...…...…...…...….... 30 Tabel IV. 4 Perincian Biaya Depresiasi Bangunan Per 100 Ekor
Ayam Per Bulan....…....…...………...…... 30 Tabel IV. 5 Perincian Biaya Depresiasi Mobil Per 100 Ekor Ayam
Per Bulan...…..…...…...…...…....…... 31 Tabel IV. 6 Perincian Biaya Depresiasi Sepeda Motor Per 100
Ekor Ayam Per Bulan.…...…....…... 31 Tabel IV. 7 Perincian Biaya Amortisasi Ayam Afkir Per 100 Ekor
Ayam Per Bulan…...…....…... 33 Tabel IV. 8 Perincian Biaya Gaji Pegawai Kantor Per 100 Ekor
Ayam Per Bulan....………... 34
Tabel IV. 9 Perincian Biaya Gaji Pegawai Kandang Per 100 Ekor Ayam Per Bulan... 34 Tabel IV. 10 Perincian Biaya Listrik Per 100 Ekor Ayam Per
Bulan...…... ..
35 Tabel IV. 11 Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Ras Petelur
Per 100 Ekor Ayam Per Bulan…...……...…... 36 Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pakan Per 100 Ekor Ayam Per
Hari....…...…....…... ..
38 Tabel IV. 13 Perincian Biaya Vaksin dan Obat Per 100 Ekor Ayam
Per Hari...…...…....…....…...…....…... 39 Tabel IV. 14 Perincian Biaya Variabel Peternakan Ayam Petelur Per
100 Ekor Ayam Per Hari…...…....…....…... 40 Tabel IV. 15 Laba Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam
Per Bulan…..…...…....…....…...…....…... 41 Tabel IV. 16 ROI Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per
Bulan..…...…....…....……....…....…...…....….. ...
43
xii
Tabel IV. 17 PBP Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per Bulan..…...…....…....…...…....…...…....…... ....
44 Tabel IV. 18 BEP Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per
Bulan..…...…....…....…....……....…...…....….. ...
46
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran I Kuesioner Penelitian... 53
Lampiran II Rekap Data Kuesioner ………...…… 55
xiii
xiv
ABSTRAK
STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
Eva Rhisna Andretti NIM. F0307101
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari peternakan ayam ras petelur jika ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangannya. Penelitian ini mengambil sampel lima peternakan ayam ras petelur yang tersebar di beberapa area eks-Karesidenan Surakarta. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kuesioner terhadap pemilik atau pengelelola peternakan, dan data yang digunakan seperti data keuangan peternakan bulan Juli 2011. Dalam penelitian ini telah digunakan analisis kriteria investasi, yang dilihat dari nilai ROI.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh sampel termasuk dalam usaha yang layak untuk diteruskan, karena nilai rata-rata ROI yang dihasilkan sampel lebih besar dari tingkat suku bunga bank per bulan. ROI yang dihasilkan sampel adalah 2,56% dan suku bunga bank 1,05%. Selain itu, penulis juga memperhitungkan PBP dan BEP di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel peternakan membutuhkan rata-rata PBP selama 3 tahun 3 bulan untuk dapat menutup keseluruhan biaya investasinya. Selanjutnya, untuk dapat mencapai BEP sampel peternakan harus melakukan penjualan sebanyak 1.302 butir atau 81,37kg per 100 ekor ayam layer.
Kata kunci : kelayakan, peternakan ayam ras petelur, ROI, PBP, BEP
xv
ABSTRACT
FEASIBILITY STUDY OF LAYER CHICKEN FARM OBSERVED FROM ECONOMICS AND FINANCIAL ASPECT
Eva Rhisna Andretti NIM. F0307101
The purpose of this researsch is to find out about feasibility of layer chicken farm if being observed from economics and financial aspect. The research use five layer farms for sample which spread in some areas of ex-Karesidenan Surakarta. Data was collected by doing questionnaire interview to the owner or manager of the farm, and data which be used like farm’s financial data on July 2011. In this research have used the analysis of investment criteria, which was seen from value of ROI.
The results of this research showed that all of the samples were categorized as feasible to be forwarded, because the average value of ROI was bigger than their bank interest rate per month. It means that ROI was 2,56% and interest rate was 1,05%. Besides, the writer also calculated PBP and BEP where the results of this research showed that samples need average of PBP for 3 years and 3 months to cover all of the invenstment costs. Moreover, to reach BEP samples must sale 1.083 piece of eggs or 81,37 kg per 100 layers.
Keywords : feasibility, layer farm, ROI, PBP, BEP
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan zaman yang diikuti peningkatan dalam gerak kemajuan
pembangunan, peningkatan pendapatan masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan,
perubahan gaya hidup (lifestyle), perkembangan jumlah penduduk dan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi berdampak pada pola makanan yang terus meningkat
pada masyarakat (Daryanto, 2008). Daging, susu dan telur adalah produk pangan asal
ternak yang sangat penting dalam memenuhi gizi dan mencerdaskan masyarakat, di
samping itu juga adalah komoditas ekonomi yang strategis. Daging asal ternak
diperoleh dari berbagai sumber yaitu unggas, ruminansia besar, ruminansia kecil dan
ternak lain. Sementara itu susu diperoleh dari ruminansia besar dan ruminansia kecil,
dan telur diperoleh dari unggas.
Kebutuhan protein bagi manusia berbeda-beda tergantung kepada umur,
jenis aktivitas, dan faktor lainnya. Protein asal hewan sangat penting bagi manusia
karena komposisi asam aminonya lebih seimbang dibandingkan protein nabati. Selain
itu, protein hewani merupakan sumber mineral penting, sumber vitamin B12 yang
tidak terdapat dalam produk nabati, dan yang lebih penting adalah memiliki rasa yang
lebih lezat. Kebutuhan protein dari hewani dapat dipenuhi hewan air, yaitu ikan dan
produk air lainnya, serta hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan sapi. Dari berbagai
sumber protein tersebut, daging dan telur yang berasal dari ayam merupakan sumber
protein yang mudah ditemukan dan memiliki harga yang mudah dijangkau. Namun
jika melihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging dan telur
ayam yang merupakan sumber protein masih rendah, menandakan bahwa masyarakat
Indonesia masih kekurangan asupan protein, padahal daging dan telur ayam
merupakan sumber protein yang mudah paling didapatkan.
Telur merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer di kalangan
masyarakat dan merupakan salah satu sumber protein hewani (Sanjaya, 2007). Telur
dihasilkan oleh unggas seperti ayam, bebek, angsa, dll. Telur paling banyak dipasok
oleh ayam ras petelur dan merupakan sumber protein hewani asal ternak termurah
dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Ayam dapat diternakkan
dengan mudah dengan modal yang relatif kecil. Telur merupakan sumber protein
hewani yang paling tinggi nilai biologisnya, hal ini berarti telur merupakan sumber
protein yang paling mudah dicerna.
Khomsan (2010) menyatakan bahwa tingkat konsumsi protein telur di
Indonesia tertinggal jauh dibanding negara lain. Konsumsi protein hewani masyarakat
Indonesia masih jauh ketinggalan dibandingkan negara lain, seperti Jepang dan
Inggris. Jumlah penduduk yang besar dengan konsumsi telur yang hanya 50 butir per
kapita per tahun sangat kecil jika dibandingkan dengan Jepang yang sebanyak 269
butir dan Inggris yang mencapai angka 290 butir per kapita per tahunnya. Ali
Khomsan juga menyatakan bahwa kurangnya asupan protein yang cukup akan
membuat seseorang berpikir lambat dan memiliki perkembangan otak tidak optimal
yang kemudian dapat berdampak pada minimnya SDM berkualitas. Bahkan dalam
suatu studi pada tahun 2008 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia hanya
menduduki peringkat 107, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan bangsa
Indonesia rendah (United Nation Development Programme - UNDP 2007/2008). Untuk mengatasi hal tersebut, konsumsi protein hewani bangsa Indonesia harus
ditingkatkan, karena protein hewani memiliki peran dominan dalam hubungan antara
kualitas otak dan gizi. Cara yang dapat ditempuh salah satunya dengan meningkatkan
konsumsi telur di kalangan masyarakat.
Selama ini masyarakat Indonesia makan hanya untuk menghilangkan rasa
lapar saja bukan sebagai sarana pemenuhan nutrisi (Utoyo, 2008). Tetapi data standar
nasional menunjukkan bahwa konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan 55 gram,
yang terdiri dari 80% protein nabati dan 20% protein hewani (Merdeka, 2010). Hal ini
menunjukkan bahwa hal yang harus diupayakan untuk pemenuhan gizi bagi
masyarakat masih tinggi baik dalam hal pemberian pengetahuan dan penyediaan
sumber protein bagi masyarakat salah satunya adalah telur ayam. Telur ayam selain
dibutuhkan sebagai pemenuh kecukupan gizi juga memiliki sifat income estic demand. Artinya, jika pendapatan seseorang meningkat, maka konsumsi telur juga akan
meningkat.
Beberapa tahun yang lalu industri perunggasan baik ayam pedaging maupun
petelur mengalami krisis karena serangan virus Avian Influenza (AI). Namun
demikian, banyak yang memprediksi bahwa pada tahun-tahun mendatang konsumsi
telur akan meningkat. Rahimi et. Al (2007) menyatakan bahwa dengan pemberian
antibodi kepada ayam serta pemeliharaan sistem pemeliharaan yang baik dapat
menekan kemungkinan ayam terjangkit virus AI. Dengan kemungkinan untuk
menekan penyebaran virus AI serta adanya pertambahan pada permintaan pasokan
telur dari ayam ras ini berkorelasi secara positif pada usaha ternak ayam ras petelur
yang telah ada di Indonesia karena dengan pertimbangan tersebut pengembangan
usaha ternak ayam petelur akan menjadi lebih potensial di masa depan.
Rendahnya konsumsi masyarakat terhadap telur ayam serta upaya Pemerintah
untuk meningkatkan konsumsi tersebut merupakan suatu peluang bagi para pengusaha
perunggasan untuk mendukung peningkatan konsumsi telur ayam di Indonesia. Hal
tersebut didukung juga adanya keberhasilan atas upaya penekanan virus AI. Indonesia
memiliki penduduk yang banyak, dan pendapatan masyarakat diperkirakan akan terus
meningkat, tentunya faktor ini akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan
telur ayam. Merdeka (2010) menyatakan bahwa secara ekonomi pengembangan usaha
ternak ayam ras petelur ini memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena
permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat berlangsung ketika perekonomian
berjalan secara normal. Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang
diikuti dengan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi
tinggi. Tentunya faktor tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi telur ayam,
dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi para pengusaha ternak untuk
menjalankan usaha ternak.
Upaya pengembangan terhadap suatu usaha tentunya tidak lepas pada
masalah kepentingan investasi yang harus diupayakan. Mengupayakan suatu investasi
untuk sebuah usaha perlu melakukan studi kelayakan bisnis. Hal ini dilakukan untuk
melihat peluang perusahaan dalam jangka panjang, mengingat bahwa kondisi yang
akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian.
Studi kelayakan adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu
dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu
semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan
untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau
ditunda dan bahkan tidak dijalankan (wikipedia, 2011). Untuk mendesain suatu studi
kelayakan bisnis perlu ditentukan aspek-aspek apa saja yang akan dipelajari.
Faktor-faktor yang umumnya perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis adalah
menyangkut dengan beberapa aspek antara lain aspek pemasaran, aspek teknik, aspek
manajemen dan aspek keuangan. Apabila gagasan usaha yang telah dinyatakan layak
secara segi ekonomi, dalam pelaksanaan jarang mengalami kegagalan kecuali
disebabkan oleh faktor-faktor uncontrollable (seperti banjir, kebakaran, dan bencana alam lainnya). Studi kelayakan bisnis ini menjadi pedoman kinerja bukan saja dalam
hal investasi tetapi juga pada proses produksi, pengeluaran biaya, pemasaran, hingga
kepemimpinan dalam usaha yang dilakukan.
Banyaknya usaha ternak ayam ras petelur di wilayah surakarta yang masih
mungkin untuk berkembang menjadi lebih besar lagi maka dalam skripsi ini penulis
mengambil judul “Uji Kelayakan Peternakan Ayam Ras Petelur Menurut Aspek Ekonomi dan Keuangan”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan
masalah yang diambil adalah Apakah usaha peternakan ayam ras petelur layak
dijalankan ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa kelayakan
secara ekonomi dan finansial usaha peternakan ayam ras petelur yang ada.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi dalam menghitung dan
menganalisis kelayakan dari usaha peternakan yang telah dijalankan serta
dapat berguna bagi perkembangan usaha yang terkait.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kajian dalam hal
terkait, yaitu mengenai masalah kelayakan finansial agroindustri ayam ras
petelur.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah
ke dalam praktik yang sesungguhnya serta memberikan tambahan wawasan
yang lebih luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan
itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun
demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar.
Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat
diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi
tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal
dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur.
Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal
ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan
cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini.
Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan
(“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
1. Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan
ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar.
Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari
komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit
ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan
(petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per
tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk
bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan
bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif
terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget
ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
2. Tipe Ayam Petelur Medium.
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih
berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu
ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi
juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan
daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena
warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat
yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Meskipun terdapat
perbedaan pada fisik telur, dari segi gizi dan rasa relatif sama.
Produksi telur yang baik dapat tercapai jika beberapa parameter dapat
terpenuhi, seperti bobot badan dan keseragaman sebagai penentu kualitas serta
sistem manajemen yang baik. Pedoman teknis budidaya ayam ras petelur:
a. Penentuan Lokasi
Tiga syarat lokasi yang baik bagi peternakan adalah:
1. Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2. Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3. Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.
b. Penyiapan sarana dan peralatan
1) Kandang
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi
persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 oC, kelembaban
berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang
sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar
matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta
sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan
lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan
membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya
kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup
memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang
tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan
tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan
selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air,
tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.
2) Peralatan
Hal yang harus diperhatikan adalah pentingnya peralatan teknis yang
memadai dan lengkap untuk menunjang kelancaran proses produksi
peternakan.
3) Penerangan dan pengaturan suhu
Pengaturan temperatur disesuaikan sengan umur anak ayam.
Pengaturan ini hanya dilakukan pada masa pemeliharaah stater.
4) Penyiapan bibit
Kriteria dari bibit yang baik adalah berasal dari induk yang sehat, bulu
tampak halus dan lembut, pertumbuhannya baik, punya nafsu makan
yang bagus, tidak ada letakan kotoran di duburnya, gemuk, dan tidak
ada cacat fisik.
5) Konversi ransum
Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur
yang lebih baik dari sejumlah ransum yang dimakannya. Protein pada
ransum yang diberikan pada ayam ras petelur akan berpengaruh pada
performans produksi telur (Suprijatna, 2005).
c.Pemeliharaan
Kualitas masa pemeliharaan pullet (calon petelur) akan menentukan kualitas
layer (ayam ptelur dewasa). Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan
adalah sebagai berikut:
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan
merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya
dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan
memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan
pada label yang dari poultry shoup.
2) Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter
(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Pemberian
pakan ini akan mempengaruhi kualitas dari telur yang akan dihasilkan.
3) Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang
menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara
teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi
2 macam, yaitu:
a) Vaksin aktif
vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih
lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.
b) Vaksin inaktif
vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau
dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu
membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek,
keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.
B. VALUE CHAIN ANALYSIS
Womack et al. (1990) dalam Widarsono (2005) mendefinisikan Value Chain Analysis (VCA) sebagai berikut:
“ …..is a technique widely applied in the fields of operations management, process engineering and supply chain management, for the analysis and subsequent improvement of resource utilization and product flow within manufacturing processes.”
Sedangkan Shank and Govindarajan (1992); Porter (2001) juga dalam
Widarsono (2005), mendefinisikan value chain analysis sebagai alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari
seluruh aktivitas yang dilakukan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga
sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.
Jika mengacu pada pengertian-pengertian tersebut, maka value chain analysis terhadap industri peternakan ayam adalah sebagai berikut:
1. Ayam yang diternak (baik untuk jenis pedaging maupun petelur) berasal dari
telur.
2. Selanjuntnya ayam tersebut dierami dan ditetaskan, sehingga dihasilkan
ayam DOC (Daily Old Chicken).
3. DOC yang sudah lahir, dipilih dan ditentukan untuk menjadi ayam ras
pedaging ataupun ras petelur.
4. Para peternak akan memasok DOC sebagai bibit usaha ternak mereka, DOC
yang dipilih sesuai dengan usaha peternak, DOC pedaging untuk usaha ayam
broiler, dan DOC petelur untuk usaha ayam petelur.
5. Setelah dipelihara dan dikembangkan sebagai ayam pedaging atau petelur,
kemudian ayam-ayam tersebut dapat dipanen dan diperoleh hasilnya. Hasil
yang diperoleh adalah daging untuk ayam jenis pedaging, dan telur untuk
ayam petelur.
6. Daging yang dihasilkan oleh ayam jenis pedaging akan dipasarkan dan dijual
kepada masyarakat luas, yang akan mengkonsumsinya untuk memenuhi
kebutuhan gizinya (protein hewani). Konsumsi ini dapat dilakukan oleh
keluarga-keluarga, ataupun industri-industri seperti restaurant, catering,
rumah makan cepat saji, dan jenis-jenis usaha lainnya yang memerlukan
daging ayam.
7. Jika daging ayam yang berasal dari ayam ras pedaging akan dikonsumsi oleh
masyarakat, maka telur yang berasal dari ayam petelur juga akan dijual
kepada masyarakat yang membutuhkan telur untuk memenuhi kebutuhan
proteinnya, dan sama seperti ayam pedaging, konsumsi terhadap telur
mungkin dilakukan oleh keluarga-keluarga ataupun usaha-usaha yang
memerlukan telur.
C. STUDI KELAYAKAN USAHA
Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut
berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek ekonomi
dan keuangannya, di mana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi
kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu
proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidakjalankan
(Wikipedia, 2011). Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu ide usaha
yang direncanakan (Ibrahim, 2009). Pengertian layak dalam penelitian ini adalah
kemungkinan dari ide suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan
manfaat (benefit), baik dalam aspek financial ataupun nonfinansial.
Aspek-aspek dalam studi kelayakan usaha terbagi menjadi dua bagian
yaitu aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer merupakan aspek yang
sektor usaha yang terdiri dari: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologis, dan aspek ekonomi. Aspek sekunder adalah aspek pelengkap yang
disusun berdasarkan permintaan instansi/lembaga yang terkait dengan objek studi,
yaitu aspek analisis mengenai dampak lingkungan dan aspek social. Secara umum
analisis kelayakan usaha terbagi menjadi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis
dan teknologis, aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, dan aspek keuangan.
D. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN DALAM STUDI KELAYAKAN
Untuk melakukan uji kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam petelur
yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan aspek
ekonomi dan keuangan untuk menentukan kelayakan industri tersebut. Penilaian
dari aspek ekonomi dan keuangan menyangkut dengan hal-hal berikut:
1. Investasi
Jumlah dan investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana kegiatan
usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik mengenai jumlah dan
jenisnya, maupun harga dari masing-masing investasi. Biaya investasi adalah
biaya yang diperlukan dalam pembangunan usaha atau proyek, terdiri dari
pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya
feasibility study, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Investasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan jumlah biaya
pembangunan awal dan modal kerja yang dibutuhkan sampai suatu usaha
dapat beroperasi dan menghasilkan produknya.
2. Pendapatan
Pendapatan merupakan arus masuk yang menambah harta bersih
(ekuitas) dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. Dalam SAK, IAI
(2007:23.1) menyatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan yang timbul
dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda
seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Jenis pendapatan yang diperoleh dari usaha peternakan ayam ras petelur adalah
penjualan atas telur.
3. Biaya
Biaya merupakan arus keluar yang mengurangi harta bersih (ekuitas)
dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. IAI (2007:13) mendefinisikan beban
sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Istilah biaya dan beban yang tersebut di atas memiliki pengertian yang
sama. Perhitungan biaya ini harus disusun dan dihitung sedemikian rupa
sehingga tidak ada unsur biaya yang tertinggal.
Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), dan biaya semi variabel (semi vaiable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi
oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan
tertentu, contohnya adalah biaya depresiasi, asuransi, dan bahan bakar.
Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah
secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin
besar volume kegiatan maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel,
semakin rendah volume kegiatan maka semakin rendah pula jumlah biaya
variabelnya, contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku. Biaya semi
variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan
perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding,
contohnya adalah biaya listrik. Karena perilaku biaya semi variabel mendekati
perilaku biaya tetap, maka biaya semi variabel diasumsikan sebagai biaya tetap.
4. Laba
Laba adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari pengurangan
jumlah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dengan keseluruhan biaya
operasional setiap periodenya. Laba usaha dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
Laba
5. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria yang dimaksud ini adalah mengadakan perhitungan
mengenai layak (feasible) atau tidaknya usaha atau proyek yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini sangat diperlukan
apabila usaha yang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi.
Analisis kriteria dilihat dari segi berikut ini:
a. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) adalah kriteria investasi yang digunakan untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyediaan
pendanaan ekuitas dan utang, yaitu investor dan kreditur. Rasio ini
digunakan untuk melakukan analisis profitabilitas dari suatu usaha atau
proyek. ROI digunakan untuk membandingkan laba atas investasi antara
investasi-investasi yang sulit dibandingkan dengan menggunakan
nilai moneter. Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek
tersebut semakin bagus kinerjanya. Rumus dari ROI adalah sebagai
berikut:
b. Pay Back Period (PBP)
Pay back period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas
bersih (net cash flows). Dengan demikian PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang dibutuhkan agar dana yang
tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Ibrahim
(2009:154) menyatakan bahwa semakin cepat pengembalian biaya
investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut, karena semakin
lancar perputaran modalnya. Berikut ini adalah formula untuk menghitung
pay back period :
c. Break-Even Point (BEP)
Analisa break-even adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume
kegiatan (Rianto, 2010:359). Sedangkan break-even point adalah titik pulang pokok di mana totalrevenue = total cost, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Semakin lama sebuah
perusahaan mencapai titik pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena
keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang telah
dikeluarkan.
Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus aljabar, dan dapat dlakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Break-even point atas dasar unit (Quantity)
BEP (Q)
VC P
FC -=
2) Break-even point atas dasar sales dalam rupiah
BEP (Rupiah)
P VC FC
-=
1
Keterangan:
Q = Kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual
FC = Fixed Cost (Biaya tetap) P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
BAB III
METODE PENELITIAN
A. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang
ingin diteliti oleh penulis (Sekaran, 2006). Populasi yang diteliti oleh penulis
adalah peternakan-peternakan ayam ras petelur yang berlokasi di wilayah
eks-Karesidenan Surakarta, yaitu Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri,
Sragen, dan Klaten. Jumlah seluruh populasi peternakan ayam ras petelur di
wilayah eks-Karisidenan Surakarta tersaji dalam tabel di bawah ini:
Tabel III.1
Populasi Ayam Petelur di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010
No. Nama Kabupaten/ Kota Jumlah
(ekor)
1. Kabupaten Boyolali 793.413
2. Kabupaten Karanganyar 1.853.142
3. Kabupaten Sukoharjo 706.654
4. Kabupaten Klaten 936.742
5. Kabupaten Sragen 398.047
6. Kabupaten Wonogiri 11.150
7. Kota Surakarta -
JUMLAH 4.699.148
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
Tabel III. 1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan populasi ayam
petelur yang berada di wilayah eks-Karesidenan Surakarta pada tahun 2010
adalah sejumlah 4.699.148 ekor ayam.
2. Sampel
Adalah sekelompok atau sebagian dari populasi, sampel terdiri atas
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Sampel yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah 5 peternakan ayam ras petelur
yang tersebar di sentra peternakan yang ada di Kabupaten Karanganyar dan
Boyolali dengan kriteria-kriteria di bawah ini:
a. Merupakan usaha Peternakan ayam ras petelur.
b. Berlokasi di wilayah eks-Karisidenan Surakarta.
c. Mampu memberikan data dan informasi yang wajar.
Dari penyebaran kuesioner yang dilakukan di peternakan ayam ras petelur,
penulis memperoleh 5 sampel peternakan yang bersedia memberikan data dan
informasi. Berikut ini adalah distribusi sampel dalam penelitian ini:
Tabel III. 2 Distribusi Sampel
Nama Peternakan Lokasi Kapasitas
(ekor)
Star Farm Desa Pronasan, Karanganyar 66.000
THR Farm Desa Gondangrejo, Karanganyar 12.000
Peternakan Yudianto Desa Gondangrejo, Karanganyar 10.000
Peternakan Antonius Desa Sambi, Boyolali 8.000
Peternakan Tulus Desa Sambi, Boyolali 6.000
Tabel III.2 menunjukkan jumlah kapasitas masing-masing sampel
peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali.
Jumlah kapasitas tersebut bila ditotal menjadi 102.000 ekor ayam. Jumlah
kapasitas tersebut memang tidak dapat mewakili seluruh kapasitas total ayam
yang ada di eks-Karisidenan Surakarta. Hal tersebut dikarenakan sulitnya akses
bagi penulis unttuk memperoleh data dan informasi dari peternakan ayam ras
petelur yang ada. Tidak semua peternakan bersedia memberikan data dan
informasi yang diperlukan karena menurut kebanyakan peternak data dan
informasi tersebut besifat rahasia.
.
B. JENIS DATA 1. Data Primer
Sekaran (2006) menyatakan bahwa data primer merupakan data
mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang
berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik suatu studi. Penelitian
yang dilakukan oleh penulis menggunakan data primer yang dilakukan dengan
penyebaran kuesioner kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam ras
petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Dengan dasar
kuesioner yang ada dilakukan wawancara untuk mendapatkan data secara
langsung dari peternak. Selain dengan menyebar kuesioner, penulis juga
melakukan pengamatan terhadap peternakan ayam petelur yang diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh
seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Sekaran, 2006).
Data sekunder dapat berupa data internal atau eksternal organisasi dan diakses
melalui internet, penelusuran dokumen, atau publikasi informasi. Data
sekunder yang dipakai oleh penulis adalah literatur-literatur seperti buku,
majalah, dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti penulis yang dapat diperoleh dari internet maupun perpustakaan.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah dengan cara memberikan kuesioner kepada pemilik atau pengelola
peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali.
Pengisian kuesioner dilakukan penulis dengan cara wawancara dengan dasar
pertanyaan-pertanyaan yang tertera di kuesioner yang meliputi data inventaris
peternakan, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dan penjualan
yang terjadi.
D. METODE ANALISIS DATA
Agar dapat mengetahui kelayakan bisnis peternakan ayam petelur yang
berlokasi di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan salah satu
aspek dalam studi kelayakan bisnis, yaitu aspek ekonomi dan keuangan. Dalam
aspek ekonomi dan keuangan yang dianalisa adalah :
1. Investasi.
2. Pendapatan.
3. Biaya.
4. Laba.
5. Kriteria investasi yang dilihat dari segi Return on Investment (ROI), Pay Back Period (PBP), dan Break-Even Point (BEP).
Untuk dapat menentukan kelayakan bisnis peternakan ayam petelur yang
tersebar di Karesidenan Surakarta, penulis akan melakukan analisis dengan cara
menghitung kriteria-kriteria investasi berikut ini :
1. Return on Investment (ROI)
Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek tersebut
semakin bagus kinerjanya, dan proyek tersebut semakin layak. Suatu usaha
dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
pada saat usaha tersebut diusahakan. Tingkat suku bunga yang digunakan
adalah tingkat suku bunga pinjaman bank responden pada saat survey
dilaksanakan. Apabila ROI > tingkat suku bunga pinjaman, berarti proyek
layak, sedangkan jika ROI < tingkat suku bunga pinjaman, proyek tidak
feasible (layak).
2. Pay Back Period (PBP)
PBP dapat digunakan untuk menilai kualitas sebuah proyek, semakin
cepat pengembalian investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek
tersebut.
3. Break-Even Point (BEP)
Semakin lama sebuah proyek mencapai break-even point, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala
biaya yang telah dikeluarkan. Sehingga akan lebih baik apabila sebuah proyek
semakin cepat dalam mencapai BEP-nya.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner ke beberapa
peternakan ayam ras petelur yang berada di daerah Kabupaten Karanganyar dan
Boyolali yang mewakili seluruh peternakana ayam petelur di wilayah
eks-Karisidenana Surakarta secara langsung. Penelitian ini mengambil 5 peternakan
ayam ras petelur yang berlokasi di dua Kabupaten tersebut sebagai sampel.
Peternakan-peternakan ayam ras petelur tersebut adalah Peternakan Tulus dan
Peternakan Antonius yang berlokasi di Desa Sambi, Boyolali; Peternakan
Yudianto dan THR Farm yang berlokasi di Desa Gondangrejo serta Star Farm
yang berlokasi di Desa Pronasan, Karanganyar.
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Studi kelayakan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menentukan
tingkat kelayakan suatu proyek sehingga dapat diketahui kelayakan dari proyek
tersebut untuk dijalankan. Penelitian ini melihat kelayakan suatu proyek
berdasarkan aspek ekonomi dan keuangan. Dalam penelitian ini, proyek yang
dimaksudkan adalah usaha peternakan ayam ras petelur yang berlokasi di
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Penelitian dilakukan dengan
mengambil sampel dari kedua Kabupaten tersebut sebanyak 5 usaha peternakan.
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah oleh penulis, berikut adalah
pembahasan mengenai kelayakan usaha peternakan ayam petelur yang tersebar di
eks-Karesidenan Surakarta apabila dilihat dari segi ekonomi dan keuangan:
1. Investasi
Investasi yang diperlukan dalam usaha peternakan ayam petelur
adalah aktiva-aktiva yang terkait dengan segala bentuk persiapan atas usaha
peternakan tersebut mulai dari pembangunan hingga pelaksanaan kegiatan
operasinya. Aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan usaha antara
lain adalah tanah, kandang ayam, pembangunan gudang penyimpanan dan
mess untuk pegawai, sarana transportasi seperti mobil ataupun motor. Selain
aktiva-aktiva tersebut, aktiva-aktiva yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
usaha setiap periodenya juga harus diperhitungkan, seperti kas yang
digunakan untuk pembayaran gaji pegawai dan listrik, serta persediaan ayam
siap telur (layer), konsentrat, katul, jagung, serta vaksin dan obat. Penelitian
ini membagi aktiva-aktiva yang ada ke dalam dua kelompok yaitu aktiva
tetap dan aktiva lancar. Jumlah dan jenis investasi yang dimiliki oleh
peternakan sampel sangat dipengaruhi oleh kapasitas peternakan dan juga
kemampuan pemilik peternakan dalam mendanai pembangunan peternakan.
Penghitungan atas investasi ini sangat diperlukan untuk menentukan biaya,
titik impas, menghitung laba, dan penghitungan keuangan serta pendanaan
peternakan lainnya. Berikut ini disajikan rincian atas investasi peternakan
ayam petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali dalam Tabel
IV.1:
Tabel IV.1
Investasi Peternakan Ayam Petelur per 100 Ekor Ayam
INVESTASI PER 100 EKOR
10.948.409
10.891.167
9.627.800
11.120.02
5
14.431.66
7
11.030.884 Sumber : data yang diolah
Tabel IV.1 merupakan perincian investasi yang diperlukan dalam
usaha peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dam
Boyolali. Perincian di atas di dapatkan kesimpulan bahwa, untuk
menjalankan sebuah usaha peternakan ayam petelur diperlukan investasi
sebesar Rp11.030.884,00. Nilai total investasi yang diperlukan untuk
peternakan dengan total kapasitas 102.000 ekor ayam siap telur (layer)
adalah sebesar Rp11.251.502.000,00 yang terbagi atas aktiva lancar sebesar
Rp6.803.752.000,00 dan aktiva tetap Rp4.447.750.000,00. Dapat dilihat
pula di dalam tabel, bahwa dari kelima peternakan ayam petelur yangg
menjadi sampel, Peternakan Tulus memiliki keperluan investasi yang paling
tinggi yaitu sebesar Rp14.431.667,00 dengan kapasitas 6.000 ekor ayam
layer.
2. Pendapatan
Pendapatan merupakan aliran kas masuk yang diperoleh dari
penjualan barang-barang hasil produksi atas kegiatan usaha yang dilakukan.
Peternakan ayam ras petelur memiliki produk berupa telur ayam, jadi
pendapatan yang diterimanya berasal dari penjualan telur yang dihasilkan.
Peternakan ayam ras petelur dapat menghasilkan dan menjual produksi
telurnya setiap hari. Jumlah pendapatan dalam usaha peternakan ayam ras
petelur ini dapat dihitung dengan mengalikan nilai kilogram telur ayam yang
diproduksi dengan harga jual telur tersebut. Perhitungan atas pendapatan ini
dilakukan dalam masa satu bulan untuk setiap 100 ekor ayam siap telur
(layer). Perhitungan jumlah produksi telur dilakukan dengan berpedoman
pada kemungkinan ayam bertelur setiap harinya, berdasarkan data yang
diperoleh. Jumlah tersebut kemudian dikonversikan ke dalam satuan
kilogram, selanjutnya dikalikan dengan harga normal telur. Berikut
merupakan rincian penghitungan pendatapan peternakan ayam ras petelur
yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali, yang dihitung per 100
ekor ayam setiap bulannya:
Tabel IV. 2
Pendapatan Peternakan Ayam Petelur per 100 Ekor Ayam per Bulan
Keterangan
hari 37.125.000 6.930.000 5.250.000 4.500.000
3.285.00
bulan 1.687.500 1.732.500 1.575.000 1.687.500
1.642.50
Data pada Tabel IV.2 di atas menunjukkan persentase ayam bertelur
setiap harinya adalah 74% dari jumlah layer yang ada, hal ini berarti dalam
suatu peternakan ayam petelur mampu menghasilkan 74 telur per harinya per
100 ekor ayam atau sebanyak 4,62 kg telur per hari per 100 ekor. Hasil
produksi dari total kapasitas 102.000 ekor ayam layer adalah 75.480 butir
telur atau 4.718 kg telur. Jumlah telur tersebut menghasilkan pendapatan
dalam periode satu bulan peternakan ayam petelur sebesar Rp1.665.000,00
atas penjualan produk telur yang dihasilkan dari 100 ekor ayam layer.
Sedangkan untuk pendapatan yang mampu dihasilkan seluruh kapasitas
(120.000 ekor ayam layer) adalah sebesar Rp1.698.300.000,00 dalam satu
bulan. Peternakan yang memperoleh pendapatan paling tinggi adalah Star
Farm yaitu Rp1.732.500,00 dengan tingkat persentase ayam bertelur 77%
dari 12.000 ekor ayam layer, sedangkan peternakan yang pendapatannya
paling sedikit adalah Peternakan Yudianto yaitu Rp1.575.000,00 dengan
tingkat persentase ayam bertelur 70% dari kapasitas 10.000 ekor ayam layer.
3. Biaya
Biaya merupakan seluruh pengeluaran kas yang dilakukan dalam
proses pelaksanaan usaha peternakan ayam ras petelur ini. Biaya dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap terdiri atas biaya depresiasi aktiva tetap, biaya amortisasi ayam afkir, biaya gaji pegawai, dan biaya listrik.
Biaya variabel dikeluarkan untuk melakukan pembelian pakan yang terdiri
dari konsentrat, jagung dan katul serta biaya pembelian vaksin dan obat.
Berikut merupakan perincian masing-masing biaya yang ada:
a. Biaya tetap (Fixed cost)
Biaya tetap dalam usaha peternakan ayam petelur terdiri dari
gaji pegawai, biaya listrik, biaya depresiasi kandang, biaya depresiasi
bangunan, biaya depresiasi mobil, biaya depresiasi motor, dan biaya
amortisasi ayam afkir. Berikut ini adalah perincian biaya tetap yang
dikeluarkan sampel peternakan ayam petelur:
1) Biaya depresiasi
Aktiva tetap yang dimiliki oleh peternakan ayam petelur
seperti kandang, bangunan, mobil, dan sepeda motor harus
dihitung biaya depresiasi per periodenya. Penghitungan biaya
depresiasi akan disajikan dalan Tabel IV.3, Tabel IV.4, Tabel IV.5,
dan Tabel IV.6. Berikut adalah penghirungan biaya depresiasi
aktiva tetap yang ada:
Jumlah Sumber: data yang diolah
Tabel IV.4 Umur Ekonomis
Tingkat Depresiasi
Mobil 12,50% 12,50% 12,50% 12,50% 12,50% 12,50%
Depresiasi Mobil per tahun Depresiasi Mobil
per bulan Sepeda Motor per tahun
Sepeda Motor per bulan Depresiasi Speda
Motor per 100 per
depresiasi atas kandang yang harus ditanggung peternakan sebesar
Rp24.101,00 per bulan per 100 ekor ayam, di man kandang
memiliki umur ekonomis selama 10 tahun dan tingkat depresiasi
sebesar 10%. Dari Tabel IV.4 dapat disimpulkan biaya depresiasi
bangunan sebesar Rp186,00 per bulan per 100 ekor ayam dengan
umur ekonomis selama 20 tahun d an tingkat depresiasi 5%.
Tingkat depresiasi 12,5% dan umur ekonomis selama 8 tahun,
diperoleh biaya depresiasi mobil Rp2.042,00 per bulan per 100
ekor ayam, rincian atas penghitungannya dapat dilihat di Tabel
IV.5. Tabel IV.6 menyajikan rincian biaya depresiasi sepeda motor
yang menghasilkan biaya depresiasi sebesar Rp531,00 per bulan
per 100 ekor ayam dengan tingkat depresiasi 25% dan umur
ekonomis 4 tahun.
2) Biaya Amortisasi Ayam Afkir
Biaya amortisasi dikenakan atas nilai ayam layer yang
dimiliki dikurangi dengan nilai dari ayam yang mati. Jumlah dari
ayam mati diasumsikan sebesar 20% dari jumlah ayam layer yang
ada. Nilai ayam layer dihitung dengan mengalikan harga perolehan
ayam dengan jumlah ayam layer yang ada, sedangkan nilai ayam
yang mati diperoleh dari jumlah ayam yang mati dengan harga jual
ayam afkir. Ayam layer memiliki umur ekonomis 2 tahun, artinya
ayam layer memiliki masa produktif untuk menghasilkan telur
hingga usia 2 tahun. Ayam dengan usia diatas 2 tahun sudah tidak
produktif lagi untuk menghasilkan telur. Dari Tabel IV.7 diperoleh
biaya amortisasi usaha peternakan ayam petelur secara keseluruhan
(102.000 ekor ayam) adalah sebesar Rp195.925.000,00 setiap bulan
dari nilai yang harus diamortisasi sebesar Rp4.702.200.000,00,
sedangkan biaya amortisasi yang harus ditanggung oleh peternakan
ayam ras petelur untuk 100 ekor ayam setiap bulan adalah
Rp192.083,00. Berikut adalah rincian biaya amortisasi yang ada:
Tabel IV.7
Perincian Biaya Amortisasi Ayam Afkir Per 100 Ekor Per bulan
Keterangan
diamortisasi
3) Biaya Gaji Pegawai
Pelaksanaan kegiatan operasi usaha peternakan ayam petelur,
dibutuhkan beberapa tenaga kerja. Dalam usaha peternakan ayam
petelur, pegawai dibagi menjadi 2 yaitu pegawai kantor dan
pegawai kandang. Pegawai kantor bertugas mencatat hasil
produksi telur sehari-hari, mengatur keuangan peternakan,
melakukan pembukuan dan fungsi administratif lainnya. sedangkan
pegawai kandang adalah mereka yang berkegiatan secara langsung
di kandang ayam untuk memberi pakan, memberikan vaksin dan
obat, membersihkan kandang, mengawasi kesehatan ayam, serta
mengambil dan mengumpulkan telur dari kandang setiap harinya.
Rincian penghitungan gaji pegawai kantor dan gaji pegawai
kandang peternakan ayam petelur di Kabupaten Karanganyar dan
Boyolali disajikan secara terpisah. Berikut merupakan rincian
biaya gaji pegawai kantor dan kandang:
Tabel IV.8
Total Gaji
untuk kapasitas keseluruhan (102.000 ekor) diperlukan biaya gaji
sebesar Rp4.200.000,00 per bulan, sedangkan untuk biaya gaji
pegawai kantor setiap bulan yang harus dibayarkan oleh peternakan
untuk setiap 100 ekor ayam adalah sebesar Rp4.118,00. Pada Tabel
IV.9 ditunjukkan perhitungan atas biaya gaji pegawai kandang.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa, peternakan harus mengeluarkan
biaya sebesar Rp21.285.000,00 untuk 43 pegawai dengan kapasitas
total (102.000 ekor) per bulannya, atau sebesar Rp20.868,00 per
bulan untuk setiap 100 ekor ayam.
4) Biaya Listrik
Biaya listrik yang harus dikeluarkan oleh peternakan ayam
petelur berbeda-beda, hal ini dipengaruhi luasnya lahan dan
banyaknya kapasitas ayam layer yang ada. Berikut ini adalah
rincian perhitungan biaya listrik per bulan dan per 100 ekor ayam
peternakan ayam petelur:
Biaya Listrik Biaya Listrik per
100 per bulan Sumber: data yang diolah
Pada Tabel IV.10 tersaji total biaya listrik yang harus
dikeluarkan oleh peternakan adalah sebesar Rp1.320.000,00 per
bulan untuk semua kapasitas. Sedangkan, untuk biaya listrik yang
harus dikeluarkan peternakan per 100 ekor adalah sebesar
Rp1.294,00 per bulannya. Biaya listrik secara individu
menunjukkan bahwa, THR Farm memiliki biaya listrik yang paling
tinggi yaitu Rp7.576,00 per bulan per 100 ekor ayam, sedangkan
Peternakan Tulus memiliki biaya yang paling kecil yaitu
Rp3.333,00 per 100 ekor ayam per bulan.
Setelah melakukan perincian terhadap komponen-komponen
biaya tetap yang ada, dilakukan perincian secara keseluruhan
biaya-biaya tetap yang ada. Komponen-komponen biaya-biaya tetap yang telah
dijabarkan, disatukan dan dijumlahkan. Berikut adalah perincian biaya
tetap peternakan ayam petelur per 100 ekor per bulan:
Tabel IV.11
Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Petelur per 100 Per Bulan
Biaya Tetap
Depresiasi:
Amortisasi Ayam
Afkir 192.083 192.083 192.083 192.083 192.083 192.083 Sumber:data yang diolah
Tabel IV.11 di atas merupakan rincian dari seluruh biaya tetap yang
harus dikeluarkan oleh peternakan setiap bulan untuk 100 ekor ayam
layer. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa biaya tetap
yang harus dikeluarkan oleh sampel peternakan ayam petelur setiap
bulannya untuk 100 ekor ayam adalah sebesar Rp245.223,00.
Peternakan Tulus merupakan peternakan yang mengeluarkan total
biaya tetap per 100 ekor yang paling besar apabila dibandingkan
dengan sampel lainnya, yaitu sebesar Rp261.181,00, sedangkan
pengeluaran biaya tetap terkecil dikeluarkan oleh Star Farm, dengan
jumlah sebesar Rp243.247,00. Dari Tabel IV. 11 juga diketahui bahwa
biaya tetap keseluruhan yang harus dikeluarkan sampel peternakan
untuk 102.000 ekor ayam adalah sebesar Rp250.127.917,00.
Tabel IV.11 tersebut merupakan penyajian secara keseluruhan
dari biaya-biaya tetap yang sebelumnya telah dirinci pada tabel-tabel
yang sebelumnya. Tabel-tabel tersebut antara lain Tabel IV.3, tabel
tetap per 100 ekor per bulan. Tabel IV.7 yang merinci biaya amortisasi
per 100 ekor per bulan. Rincian biaya gaji pada tabel IV.8 dan tabel
IV.9 per 100 ekor per bulan. selain itu, Tabel IV.10 yang merinci biaya
listrik per 100 ekor per bulan.
b. Biaya variabel (Variable cost)
Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pakan (jenis pakan
yang digunakan oleh sampel peternakan dalam penelitian ini adalah
konsentrat, jagung, dan katul) dan pembelian vaksin dan obat. Berikut
ini adalah pembahasan biaya-biaya tersebut:
1) Biaya pembelian pakan
Peternakan ayam petelur memerlukan 3 jenis bahan sebagai
campuran pakan ayam layer. Campuran tersebur terdiri atas
konsentrat, jagung, dan katul.
Berikut ini adalah perincian biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian pakan ayam petelur:
Tabel IV. 12
2,20 - 2,30 2,40 2,20 1,82
dikeluarkan oleh peternakan dalam memenuhi kebutuhan pakan
ayam layer yang ada. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan biaya
yang diperlukan oleh peternakan ayam petelur dengan kapasitas
102.000 ekor ayam layer adalah sebesar Rp38.511.732,00 setiap
harinya atau Rp37.757,00 per 100 ekor per hari. Peternakan yang
memiliki biaya penyediaan pakan paling besar adalah Star Farm
yaitu sebesar Rp45.600,00 per 100 ekor per hari, hal tersebut
karena peternakan tersebur hanya menggunakan konsentrat untuk
pakan sedangkan harga konsentrat sangat tinggi dibandingkan
harga katul maupun jagung. Biaya pakan terendah adalah THR
Farm yaitu sebesar Rp38.500,00 per 100 ekor per hari.
2) Biaya Vaksin dan Obat
Berikut ini adalah perincian penggunaan vaksin dan obat
oleh sampel peternakan ayam petelur selama satu periode:
Tabel IV. 13
&obat per 100 per bulan
&obat per 100 per hari Sumber: data yang diolah
Tabel IV.13 merinci biaya vaksin dan obat yang harus
dikeluarkan oleh peternakan per 100 ekor ayam per hari. Dari
penghitungan tersebut diperoleh hasil bahwa dibutuhkan biaya
sebesar Rp167,00 per 100 ekor per hari untuk penyediaan vaksin
dan obat. Angka tersebut besarnya sama untuk semua peternakan,
hal ini karena harga vaksin dan obat uang cenderung stabil dan
sama di setiap daerah. Biaya vaksin dan obat yang paling besar
dimiliki THR Farm sebesar Rp3.300.000,00 untuk 66.000 ekor
ayam. Biaya terendah dimiliki Peternakan Tulus sebesar
Rp300.000,00 untuk 6.000 ekor ayam. Besar kecilnya biaya vaksin
dan obat ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas masing-masing
peternakan.
Dari beberapa tabel perincian biaya di atas, dapat dibuat sebuah
ringkasan biaya variabel seperti di tabel berikut:
Tabel IV. 14
Tabel IV.14 merupakan rincian biaya variable peternakan secara
keseluruhan yang dihitung per 100 ekor ayam per hari. Tabel tersebut
merangkum hasil dari perincian atas biaya pakan dalam tabel IV.12 dan
biaya vaksin dan obat dalam tabel IV.13. penghitungan diatas
menunjukkan kebutuhan biaya variable peternakan ayam ras petelur
untuk 102.000 ekor ayam per harinya adalah Rp38.681.732,00 atau
sebesar Rp1.160.451.960,00 per bulannya. Biaya per hari untuk 100
ekor ayam adalah sebesar Rp37.923,00.