• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR

DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

EVA RHISNA ANDRETTI NIM. F0307101

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR

DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi

tugas-tugas dan dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 17 Desember 2011

Tim Penguji Skripsi :

1. (Dr. Payamta, M.Si., Ak.)

NIP. 19660925 199203 1 002

2. Muhammad Syafiqurrahman, S.E., M.M., Ak.

NIP. 19800604 200501 1 001

3. (Sri Hanggana, M.Si., Ak.) NIP. 19661125 199402 1 001

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan untuk :

Mama dan Papaku

Rhesa, Pipin dan Yaya

Keluarga Besarku

Sahabat-sahabatku

Semua orang yang pernah hadir dalam hidupku

Masa depanku

(5)

v

HALAMAN MOTTO

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan

Ia akan bertindak.

(Mazmur 37:5)

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.

(Amsal 23:18)

Write your plan in pencil, but give God the eraser. His way is much better

than

we could have chosen. Trust Him!

(Awanama)

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

dan anugerah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Petelur Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan Keuangan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas

Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

memberikan yang terbaik. Namun, penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangannya. Tetapi, berkat adanya bimbingan, dukungan, dan bantuan dari

berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih atas segala bimbingan

dan bantuan kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Drs. Santoso Tri H, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Sri Hanggana, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing yang selama ini telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan

(7)

vii

5. Lulus Kurniasih, SE, M.Si.Ak., selaku pembimbing akademik yang selama masa

perkuliahan selalu memberikan bimbingan dan arahannya.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta

seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan,

serta pelayanan kepada penulis.

7. Mama dan Papaku tersayang, Mama Dalyanti dan Papa Andre Sugiyanto yang

selalu memberiku kasih sayang, perhatian, dukungan, didikan serta doa di setiap

waktu.

8. Adik-adikku, Rhesa Rhisma Andrean, Yosephin Rhistra Andretti dan Chintia

Rizta Andretti, yang memberiku dukungan dan doa.

9. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku.

10.Sahabat-sahabatku, Putri, Cui, Ninuk, Dina, dan Nia yang selalu membantu,

mendukung, dan mendoakanku serta mengisi hari-hariku. Kebersamaan dengan

kalian akan selalu menjadi kenangan. J

11.Sahabat doaku, Terezia Mei Indriarti Pinto, yang selalu mendukungku dalam

keseharian lewat motivasi dan doa serta terimakasih bantuan laptopnya. J

12.Mas-mbak dan adek-adek keluarga besar PMK FE UNS terkasih, yang telah

mengisi hari-hariku dengan memberikan keceriaan, motivasi, dan dukungan

doanya untukku. Selamanya kita bersaudara dalam JC. J

13.Kakak rohaniku, Meyka Fatmawati, yang mengajar serta membimbingku untuk

menjadi seorang yang takut akan Tuhan dan melayani-Nya.

14.Sahabatku terkasih, Maria Kristin Pancawati, yang selalu mendukung dan

mendoakanku meskipun jarak kita jauh.

(8)

viii

15.Prasetyo, yang selalu mendoakanku dan mendukungku. Terimakasih untuk

setiap kenangan yang ada.

16.Rekan seperjuanganku, Fajrika Cahyaning Dewi, yang telah bersama-sama

berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih untuk kebersamaan

kita selama ini. J

17.Teman-teman Akuntansi’07, yang melewati suka dan duka di jurusan Akuntansi

bersama semasa kuliah.

18.Semua kawan yang pernah singgah dalam hidupku dan mengisi hari-hari

bersama, terimakasih untuk setiap kenangan dan pelajaran hidup yang telah

kalian berikan.

19.Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat

penulis tulis satu per satu.

Pembuatan skripsi ini telah memberikan pengalaman dan manfaat yang besar

bagi penulis, dan penulis pun berharap semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi

orang lain. Sesungguhnya penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan dan kelemahan pada skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat menjadi lebih baik

lagi.

Surakarta, 9 November 2011

Penulis

(9)

ix

DAFTARISI

halaman

HALAMAN JUDUL………...….…..…... I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....………..……. ii

HALAMAN PENGESAHAN………..…….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………..……... iv

HALAMAN MOTTO………..…..…. v

KATA PENGANTAR………..…….…. vi

DAFTAR ISI……….………...……....…….... ix

DAFTAR TABEL………...………..…..…... xi

DAFTAR LAMPIRAN……….……...….... xiii

ABSTRAK………..….……….... xiv

ABSTRACT………...…….………... xv

BAB I PENDAHULUAN……...…...………....………... 1

A.Latar Belakang...………...……..…....…………...…… 1

B.Rumusan Masalah………....…………...…….... 5

C.Tujuan Penelitian…….………...………...……. 5

D.Manfaat Penelitian………...………...……..……. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..………...………... 7

A.Peternakan Ayam Ras Petelur...…... 7

B.Value Chain Analysis………...…....……...…...……….…... 11

C.Studi Kelayakan Bisnis..…………...………..….…... 13

D.Aspek Ekonomi dan Keuangan dalam Studi Kelayakan... 14

(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN...…………...……….. 19

A.Populasi dan Sampel…...…..…..…..…..…..…..…...……. 19

B.Jenis Data...……. 21

C.Metode Pengumpulan Data.…..…..…..…..…...……. 22

D.Metode Analisis Data...…..…..…..…..…...……. 22

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…..…..…..…....…... 24

A.Pelaksanaan Penelitian...…..…..…..…...…… 24

B.Pembahasan Hasil Penelitian...…… 24

BAB V PENUTUP…..…..…..…...…....…....…....…....…....…... 48

A. Simpulan………... 48

B. Keterbatasan Penelitian..…...…....…...…....…...…... 49

C. Saran...………... 50

DAFTAR PUSTAKA………...………….. 52

LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel III.1 Populasi Ayam Petelur di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010... 19 Tabel III.2 Distribusi Sampel...

20 Tabel IV. 1 Investasi Peternakan Ayam Ras Petelur Per 100 Ekor

(11)

xi

Tabel IV. 2 Pendapatan Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor

Ayam Per Bulan………...…....…...…....….... 28 Tabel IV. 3 Perincian Biaya Depresiasi Kandang Per 100 Ekor

Ayam Per Bulan...…...…...…...….... 30 Tabel IV. 4 Perincian Biaya Depresiasi Bangunan Per 100 Ekor

Ayam Per Bulan....…....…...………...…... 30 Tabel IV. 5 Perincian Biaya Depresiasi Mobil Per 100 Ekor Ayam

Per Bulan...…..…...…...…...…....…... 31 Tabel IV. 6 Perincian Biaya Depresiasi Sepeda Motor Per 100

Ekor Ayam Per Bulan.…...…....…... 31 Tabel IV. 7 Perincian Biaya Amortisasi Ayam Afkir Per 100 Ekor

Ayam Per Bulan…...…....…... 33 Tabel IV. 8 Perincian Biaya Gaji Pegawai Kantor Per 100 Ekor

Ayam Per Bulan....………... 34

Tabel IV. 9 Perincian Biaya Gaji Pegawai Kandang Per 100 Ekor Ayam Per Bulan... 34 Tabel IV. 10 Perincian Biaya Listrik Per 100 Ekor Ayam Per

Bulan...…... ..

35 Tabel IV. 11 Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Ras Petelur

Per 100 Ekor Ayam Per Bulan…...……...…... 36 Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pakan Per 100 Ekor Ayam Per

Hari....…...…....…... ..

38 Tabel IV. 13 Perincian Biaya Vaksin dan Obat Per 100 Ekor Ayam

Per Hari...…...…....…....…...…....…... 39 Tabel IV. 14 Perincian Biaya Variabel Peternakan Ayam Petelur Per

100 Ekor Ayam Per Hari…...…....…....…... 40 Tabel IV. 15 Laba Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam

Per Bulan…..…...…....…....…...…....…... 41 Tabel IV. 16 ROI Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per

Bulan..…...…....…....……....…....…...…....….. ...

43

(12)

xii

Tabel IV. 17 PBP Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per Bulan..…...…....…....…...…....…...…....…... ....

44 Tabel IV. 18 BEP Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per

Bulan..…...…....…....…....……....…...…....….. ...

46

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran I Kuesioner Penelitian... 53

Lampiran II Rekap Data Kuesioner ………...…… 55

(13)

xiii

(14)

xiv

ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

Eva Rhisna Andretti NIM. F0307101

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari peternakan ayam ras petelur jika ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangannya. Penelitian ini mengambil sampel lima peternakan ayam ras petelur yang tersebar di beberapa area eks-Karesidenan Surakarta. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kuesioner terhadap pemilik atau pengelelola peternakan, dan data yang digunakan seperti data keuangan peternakan bulan Juli 2011. Dalam penelitian ini telah digunakan analisis kriteria investasi, yang dilihat dari nilai ROI.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh sampel termasuk dalam usaha yang layak untuk diteruskan, karena nilai rata-rata ROI yang dihasilkan sampel lebih besar dari tingkat suku bunga bank per bulan. ROI yang dihasilkan sampel adalah 2,56% dan suku bunga bank 1,05%. Selain itu, penulis juga memperhitungkan PBP dan BEP di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel peternakan membutuhkan rata-rata PBP selama 3 tahun 3 bulan untuk dapat menutup keseluruhan biaya investasinya. Selanjutnya, untuk dapat mencapai BEP sampel peternakan harus melakukan penjualan sebanyak 1.302 butir atau 81,37kg per 100 ekor ayam layer.

Kata kunci : kelayakan, peternakan ayam ras petelur, ROI, PBP, BEP

(15)

xv

ABSTRACT

FEASIBILITY STUDY OF LAYER CHICKEN FARM OBSERVED FROM ECONOMICS AND FINANCIAL ASPECT

Eva Rhisna Andretti NIM. F0307101

The purpose of this researsch is to find out about feasibility of layer chicken farm if being observed from economics and financial aspect. The research use five layer farms for sample which spread in some areas of ex-Karesidenan Surakarta. Data was collected by doing questionnaire interview to the owner or manager of the farm, and data which be used like farm’s financial data on July 2011. In this research have used the analysis of investment criteria, which was seen from value of ROI.

The results of this research showed that all of the samples were categorized as feasible to be forwarded, because the average value of ROI was bigger than their bank interest rate per month. It means that ROI was 2,56% and interest rate was 1,05%. Besides, the writer also calculated PBP and BEP where the results of this research showed that samples need average of PBP for 3 years and 3 months to cover all of the invenstment costs. Moreover, to reach BEP samples must sale 1.083 piece of eggs or 81,37 kg per 100 layers.

Keywords : feasibility, layer farm, ROI, PBP, BEP

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman yang diikuti peningkatan dalam gerak kemajuan

pembangunan, peningkatan pendapatan masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan,

perubahan gaya hidup (lifestyle), perkembangan jumlah penduduk dan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi berdampak pada pola makanan yang terus meningkat

pada masyarakat (Daryanto, 2008). Daging, susu dan telur adalah produk pangan asal

ternak yang sangat penting dalam memenuhi gizi dan mencerdaskan masyarakat, di

samping itu juga adalah komoditas ekonomi yang strategis. Daging asal ternak

diperoleh dari berbagai sumber yaitu unggas, ruminansia besar, ruminansia kecil dan

ternak lain. Sementara itu susu diperoleh dari ruminansia besar dan ruminansia kecil,

dan telur diperoleh dari unggas.

Kebutuhan protein bagi manusia berbeda-beda tergantung kepada umur,

jenis aktivitas, dan faktor lainnya. Protein asal hewan sangat penting bagi manusia

karena komposisi asam aminonya lebih seimbang dibandingkan protein nabati. Selain

itu, protein hewani merupakan sumber mineral penting, sumber vitamin B12 yang

tidak terdapat dalam produk nabati, dan yang lebih penting adalah memiliki rasa yang

lebih lezat. Kebutuhan protein dari hewani dapat dipenuhi hewan air, yaitu ikan dan

produk air lainnya, serta hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan sapi. Dari berbagai

sumber protein tersebut, daging dan telur yang berasal dari ayam merupakan sumber

protein yang mudah ditemukan dan memiliki harga yang mudah dijangkau. Namun

jika melihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging dan telur

(17)

ayam yang merupakan sumber protein masih rendah, menandakan bahwa masyarakat

Indonesia masih kekurangan asupan protein, padahal daging dan telur ayam

merupakan sumber protein yang mudah paling didapatkan.

Telur merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer di kalangan

masyarakat dan merupakan salah satu sumber protein hewani (Sanjaya, 2007). Telur

dihasilkan oleh unggas seperti ayam, bebek, angsa, dll. Telur paling banyak dipasok

oleh ayam ras petelur dan merupakan sumber protein hewani asal ternak termurah

dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Ayam dapat diternakkan

dengan mudah dengan modal yang relatif kecil. Telur merupakan sumber protein

hewani yang paling tinggi nilai biologisnya, hal ini berarti telur merupakan sumber

protein yang paling mudah dicerna.

Khomsan (2010) menyatakan bahwa tingkat konsumsi protein telur di

Indonesia tertinggal jauh dibanding negara lain. Konsumsi protein hewani masyarakat

Indonesia masih jauh ketinggalan dibandingkan negara lain, seperti Jepang dan

Inggris. Jumlah penduduk yang besar dengan konsumsi telur yang hanya 50 butir per

kapita per tahun sangat kecil jika dibandingkan dengan Jepang yang sebanyak 269

butir dan Inggris yang mencapai angka 290 butir per kapita per tahunnya. Ali

Khomsan juga menyatakan bahwa kurangnya asupan protein yang cukup akan

membuat seseorang berpikir lambat dan memiliki perkembangan otak tidak optimal

yang kemudian dapat berdampak pada minimnya SDM berkualitas. Bahkan dalam

suatu studi pada tahun 2008 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia hanya

menduduki peringkat 107, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan bangsa

Indonesia rendah (United Nation Development Programme - UNDP 2007/2008). Untuk mengatasi hal tersebut, konsumsi protein hewani bangsa Indonesia harus

(18)

ditingkatkan, karena protein hewani memiliki peran dominan dalam hubungan antara

kualitas otak dan gizi. Cara yang dapat ditempuh salah satunya dengan meningkatkan

konsumsi telur di kalangan masyarakat.

Selama ini masyarakat Indonesia makan hanya untuk menghilangkan rasa

lapar saja bukan sebagai sarana pemenuhan nutrisi (Utoyo, 2008). Tetapi data standar

nasional menunjukkan bahwa konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan 55 gram,

yang terdiri dari 80% protein nabati dan 20% protein hewani (Merdeka, 2010). Hal ini

menunjukkan bahwa hal yang harus diupayakan untuk pemenuhan gizi bagi

masyarakat masih tinggi baik dalam hal pemberian pengetahuan dan penyediaan

sumber protein bagi masyarakat salah satunya adalah telur ayam. Telur ayam selain

dibutuhkan sebagai pemenuh kecukupan gizi juga memiliki sifat income estic demand. Artinya, jika pendapatan seseorang meningkat, maka konsumsi telur juga akan

meningkat.

Beberapa tahun yang lalu industri perunggasan baik ayam pedaging maupun

petelur mengalami krisis karena serangan virus Avian Influenza (AI). Namun

demikian, banyak yang memprediksi bahwa pada tahun-tahun mendatang konsumsi

telur akan meningkat. Rahimi et. Al (2007) menyatakan bahwa dengan pemberian

antibodi kepada ayam serta pemeliharaan sistem pemeliharaan yang baik dapat

menekan kemungkinan ayam terjangkit virus AI. Dengan kemungkinan untuk

menekan penyebaran virus AI serta adanya pertambahan pada permintaan pasokan

telur dari ayam ras ini berkorelasi secara positif pada usaha ternak ayam ras petelur

yang telah ada di Indonesia karena dengan pertimbangan tersebut pengembangan

usaha ternak ayam petelur akan menjadi lebih potensial di masa depan.

(19)

Rendahnya konsumsi masyarakat terhadap telur ayam serta upaya Pemerintah

untuk meningkatkan konsumsi tersebut merupakan suatu peluang bagi para pengusaha

perunggasan untuk mendukung peningkatan konsumsi telur ayam di Indonesia. Hal

tersebut didukung juga adanya keberhasilan atas upaya penekanan virus AI. Indonesia

memiliki penduduk yang banyak, dan pendapatan masyarakat diperkirakan akan terus

meningkat, tentunya faktor ini akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan

telur ayam. Merdeka (2010) menyatakan bahwa secara ekonomi pengembangan usaha

ternak ayam ras petelur ini memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena

permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat berlangsung ketika perekonomian

berjalan secara normal. Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang

diikuti dengan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi

tinggi. Tentunya faktor tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi telur ayam,

dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi para pengusaha ternak untuk

menjalankan usaha ternak.

Upaya pengembangan terhadap suatu usaha tentunya tidak lepas pada

masalah kepentingan investasi yang harus diupayakan. Mengupayakan suatu investasi

untuk sebuah usaha perlu melakukan studi kelayakan bisnis. Hal ini dilakukan untuk

melihat peluang perusahaan dalam jangka panjang, mengingat bahwa kondisi yang

akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian.

Studi kelayakan adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu

dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek

teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu

semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan

untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau

(20)

ditunda dan bahkan tidak dijalankan (wikipedia, 2011). Untuk mendesain suatu studi

kelayakan bisnis perlu ditentukan aspek-aspek apa saja yang akan dipelajari.

Faktor-faktor yang umumnya perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis adalah

menyangkut dengan beberapa aspek antara lain aspek pemasaran, aspek teknik, aspek

manajemen dan aspek keuangan. Apabila gagasan usaha yang telah dinyatakan layak

secara segi ekonomi, dalam pelaksanaan jarang mengalami kegagalan kecuali

disebabkan oleh faktor-faktor uncontrollable (seperti banjir, kebakaran, dan bencana alam lainnya). Studi kelayakan bisnis ini menjadi pedoman kinerja bukan saja dalam

hal investasi tetapi juga pada proses produksi, pengeluaran biaya, pemasaran, hingga

kepemimpinan dalam usaha yang dilakukan.

Banyaknya usaha ternak ayam ras petelur di wilayah surakarta yang masih

mungkin untuk berkembang menjadi lebih besar lagi maka dalam skripsi ini penulis

mengambil judul “Uji Kelayakan Peternakan Ayam Ras Petelur Menurut Aspek Ekonomi dan Keuangan”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan

masalah yang diambil adalah Apakah usaha peternakan ayam ras petelur layak

dijalankan ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa kelayakan

secara ekonomi dan finansial usaha peternakan ayam ras petelur yang ada.

(21)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi Perusahaan

Dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi dalam menghitung dan

menganalisis kelayakan dari usaha peternakan yang telah dijalankan serta

dapat berguna bagi perkembangan usaha yang terkait.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kajian dalam hal

terkait, yaitu mengenai masalah kelayakan finansial agroindustri ayam ras

petelur.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah

ke dalam praktik yang sesungguhnya serta memberikan tambahan wawasan

yang lebih luas.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan

itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun

demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar.

Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat

diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi

tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal

dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur.

Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal

ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan

cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini.

Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan

(“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.

Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:

1. Tipe Ayam Petelur Ringan.

Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan

ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar.

Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari

(23)

komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit

ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan

(petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per

tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk

bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan

bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif

terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget

ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.

2. Tipe Ayam Petelur Medium.

Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih

berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu

ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi

juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan

daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena

warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat

yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Meskipun terdapat

perbedaan pada fisik telur, dari segi gizi dan rasa relatif sama.

Produksi telur yang baik dapat tercapai jika beberapa parameter dapat

terpenuhi, seperti bobot badan dan keseragaman sebagai penentu kualitas serta

sistem manajemen yang baik. Pedoman teknis budidaya ayam ras petelur:

a. Penentuan Lokasi

Tiga syarat lokasi yang baik bagi peternakan adalah:

1. Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.

2. Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.

(24)

3. Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.

b. Penyiapan sarana dan peralatan

1) Kandang

Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi

persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 oC, kelembaban

berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang

sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar

matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta

sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan

lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan

membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya

kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup

memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang

tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan

tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan

selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air,

tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.

2) Peralatan

Hal yang harus diperhatikan adalah pentingnya peralatan teknis yang

memadai dan lengkap untuk menunjang kelancaran proses produksi

peternakan.

3) Penerangan dan pengaturan suhu

Pengaturan temperatur disesuaikan sengan umur anak ayam.

Pengaturan ini hanya dilakukan pada masa pemeliharaah stater.

(25)

4) Penyiapan bibit

Kriteria dari bibit yang baik adalah berasal dari induk yang sehat, bulu

tampak halus dan lembut, pertumbuhannya baik, punya nafsu makan

yang bagus, tidak ada letakan kotoran di duburnya, gemuk, dan tidak

ada cacat fisik.

5) Konversi ransum

Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur

yang lebih baik dari sejumlah ransum yang dimakannya. Protein pada

ransum yang diberikan pada ayam ras petelur akan berpengaruh pada

performans produksi telur (Suprijatna, 2005).

c.Pemeliharaan

Kualitas masa pemeliharaan pullet (calon petelur) akan menentukan kualitas

layer (ayam ptelur dewasa). Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan

adalah sebagai berikut:

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan

merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya

dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan

memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan

pada label yang dari poultry shoup.

2) Pemberian Pakan

Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter

(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Pemberian

pakan ini akan mempengaruhi kualitas dari telur yang akan dihasilkan.

(26)

3) Pemberian Vaksinasi dan Obat

Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang

menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara

teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi

2 macam, yaitu:

a) Vaksin aktif

vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih

lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

b) Vaksin inaktif

vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau

dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu

membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek,

keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

B. VALUE CHAIN ANALYSIS

Womack et al. (1990) dalam Widarsono (2005) mendefinisikan Value Chain Analysis (VCA) sebagai berikut:

“ …..is a technique widely applied in the fields of operations management, process engineering and supply chain management, for the analysis and subsequent improvement of resource utilization and product flow within manufacturing processes.”

(27)

Sedangkan Shank and Govindarajan (1992); Porter (2001) juga dalam

Widarsono (2005), mendefinisikan value chain analysis sebagai alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari

seluruh aktivitas yang dilakukan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga

sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.

Jika mengacu pada pengertian-pengertian tersebut, maka value chain analysis terhadap industri peternakan ayam adalah sebagai berikut:

1. Ayam yang diternak (baik untuk jenis pedaging maupun petelur) berasal dari

telur.

2. Selanjuntnya ayam tersebut dierami dan ditetaskan, sehingga dihasilkan

ayam DOC (Daily Old Chicken).

3. DOC yang sudah lahir, dipilih dan ditentukan untuk menjadi ayam ras

pedaging ataupun ras petelur.

4. Para peternak akan memasok DOC sebagai bibit usaha ternak mereka, DOC

yang dipilih sesuai dengan usaha peternak, DOC pedaging untuk usaha ayam

broiler, dan DOC petelur untuk usaha ayam petelur.

5. Setelah dipelihara dan dikembangkan sebagai ayam pedaging atau petelur,

kemudian ayam-ayam tersebut dapat dipanen dan diperoleh hasilnya. Hasil

yang diperoleh adalah daging untuk ayam jenis pedaging, dan telur untuk

ayam petelur.

6. Daging yang dihasilkan oleh ayam jenis pedaging akan dipasarkan dan dijual

kepada masyarakat luas, yang akan mengkonsumsinya untuk memenuhi

kebutuhan gizinya (protein hewani). Konsumsi ini dapat dilakukan oleh

keluarga-keluarga, ataupun industri-industri seperti restaurant, catering,

(28)

rumah makan cepat saji, dan jenis-jenis usaha lainnya yang memerlukan

daging ayam.

7. Jika daging ayam yang berasal dari ayam ras pedaging akan dikonsumsi oleh

masyarakat, maka telur yang berasal dari ayam petelur juga akan dijual

kepada masyarakat yang membutuhkan telur untuk memenuhi kebutuhan

proteinnya, dan sama seperti ayam pedaging, konsumsi terhadap telur

mungkin dilakukan oleh keluarga-keluarga ataupun usaha-usaha yang

memerlukan telur.

C. STUDI KELAYAKAN USAHA

Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut

berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek

pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek ekonomi

dan keuangannya, di mana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi

kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu

proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidakjalankan

(Wikipedia, 2011). Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu ide usaha

yang direncanakan (Ibrahim, 2009). Pengertian layak dalam penelitian ini adalah

kemungkinan dari ide suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan

manfaat (benefit), baik dalam aspek financial ataupun nonfinansial.

Aspek-aspek dalam studi kelayakan usaha terbagi menjadi dua bagian

yaitu aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer merupakan aspek yang

(29)

sektor usaha yang terdiri dari: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan

teknologis, dan aspek ekonomi. Aspek sekunder adalah aspek pelengkap yang

disusun berdasarkan permintaan instansi/lembaga yang terkait dengan objek studi,

yaitu aspek analisis mengenai dampak lingkungan dan aspek social. Secara umum

analisis kelayakan usaha terbagi menjadi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis

dan teknologis, aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, dan aspek keuangan.

D. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN DALAM STUDI KELAYAKAN

Untuk melakukan uji kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam petelur

yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan aspek

ekonomi dan keuangan untuk menentukan kelayakan industri tersebut. Penilaian

dari aspek ekonomi dan keuangan menyangkut dengan hal-hal berikut:

1. Investasi

Jumlah dan investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana kegiatan

usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik mengenai jumlah dan

jenisnya, maupun harga dari masing-masing investasi. Biaya investasi adalah

biaya yang diperlukan dalam pembangunan usaha atau proyek, terdiri dari

pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya

feasibility study, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Investasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan jumlah biaya

pembangunan awal dan modal kerja yang dibutuhkan sampai suatu usaha

dapat beroperasi dan menghasilkan produknya.

(30)

2. Pendapatan

Pendapatan merupakan arus masuk yang menambah harta bersih

(ekuitas) dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. Dalam SAK, IAI

(2007:23.1) menyatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan yang timbul

dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda

seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Jenis pendapatan yang diperoleh dari usaha peternakan ayam ras petelur adalah

penjualan atas telur.

3. Biaya

Biaya merupakan arus keluar yang mengurangi harta bersih (ekuitas)

dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. IAI (2007:13) mendefinisikan beban

sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam

bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam

modal. Istilah biaya dan beban yang tersebut di atas memiliki pengertian yang

sama. Perhitungan biaya ini harus disusun dan dihitung sedemikian rupa

sehingga tidak ada unsur biaya yang tertinggal.

Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), dan biaya semi variabel (semi vaiable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi

oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan

tertentu, contohnya adalah biaya depresiasi, asuransi, dan bahan bakar.

(31)

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah

secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin

besar volume kegiatan maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel,

semakin rendah volume kegiatan maka semakin rendah pula jumlah biaya

variabelnya, contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku. Biaya semi

variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan

perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding,

contohnya adalah biaya listrik. Karena perilaku biaya semi variabel mendekati

perilaku biaya tetap, maka biaya semi variabel diasumsikan sebagai biaya tetap.

4. Laba

Laba adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari pengurangan

jumlah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dengan keseluruhan biaya

operasional setiap periodenya. Laba usaha dapat dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

Laba

5. Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria yang dimaksud ini adalah mengadakan perhitungan

mengenai layak (feasible) atau tidaknya usaha atau proyek yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini sangat diperlukan

apabila usaha yang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi.

Analisis kriteria dilihat dari segi berikut ini:

a. Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) adalah kriteria investasi yang digunakan untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyediaan

(32)

pendanaan ekuitas dan utang, yaitu investor dan kreditur. Rasio ini

digunakan untuk melakukan analisis profitabilitas dari suatu usaha atau

proyek. ROI digunakan untuk membandingkan laba atas investasi antara

investasi-investasi yang sulit dibandingkan dengan menggunakan

nilai moneter. Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek

tersebut semakin bagus kinerjanya. Rumus dari ROI adalah sebagai

berikut:

b. Pay Back Period (PBP)

Pay back period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas

bersih (net cash flows). Dengan demikian PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang dibutuhkan agar dana yang

tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Ibrahim

(2009:154) menyatakan bahwa semakin cepat pengembalian biaya

investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut, karena semakin

lancar perputaran modalnya. Berikut ini adalah formula untuk menghitung

pay back period :

(33)

c. Break-Even Point (BEP)

Analisa break-even adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume

kegiatan (Rianto, 2010:359). Sedangkan break-even point adalah titik pulang pokok di mana totalrevenue = total cost, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Semakin lama sebuah

perusahaan mencapai titik pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena

keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang telah

dikeluarkan.

Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus aljabar, dan dapat dlakukan dengan dua cara, yaitu :

1) Break-even point atas dasar unit (Quantity)

BEP (Q)

VC P

FC -=

2) Break-even point atas dasar sales dalam rupiah

BEP (Rupiah)

P VC FC

-=

1

Keterangan:

Q = Kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

FC = Fixed Cost (Biaya tetap) P = Harga jual per unit

V = Biaya variabel per unit

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang

ingin diteliti oleh penulis (Sekaran, 2006). Populasi yang diteliti oleh penulis

adalah peternakan-peternakan ayam ras petelur yang berlokasi di wilayah

eks-Karesidenan Surakarta, yaitu Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri,

Sragen, dan Klaten. Jumlah seluruh populasi peternakan ayam ras petelur di

wilayah eks-Karisidenan Surakarta tersaji dalam tabel di bawah ini:

Tabel III.1

Populasi Ayam Petelur di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010

No. Nama Kabupaten/ Kota Jumlah

(ekor)

1. Kabupaten Boyolali 793.413

2. Kabupaten Karanganyar 1.853.142

3. Kabupaten Sukoharjo 706.654

4. Kabupaten Klaten 936.742

5. Kabupaten Sragen 398.047

6. Kabupaten Wonogiri 11.150

7. Kota Surakarta -

JUMLAH 4.699.148

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah

Tabel III. 1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan populasi ayam

petelur yang berada di wilayah eks-Karesidenan Surakarta pada tahun 2010

adalah sejumlah 4.699.148 ekor ayam.

(35)

2. Sampel

Adalah sekelompok atau sebagian dari populasi, sampel terdiri atas

sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Sampel yang

digunakan penulis dalam penelitian ini adalah 5 peternakan ayam ras petelur

yang tersebar di sentra peternakan yang ada di Kabupaten Karanganyar dan

Boyolali dengan kriteria-kriteria di bawah ini:

a. Merupakan usaha Peternakan ayam ras petelur.

b. Berlokasi di wilayah eks-Karisidenan Surakarta.

c. Mampu memberikan data dan informasi yang wajar.

Dari penyebaran kuesioner yang dilakukan di peternakan ayam ras petelur,

penulis memperoleh 5 sampel peternakan yang bersedia memberikan data dan

informasi. Berikut ini adalah distribusi sampel dalam penelitian ini:

Tabel III. 2 Distribusi Sampel

Nama Peternakan Lokasi Kapasitas

(ekor)

Star Farm Desa Pronasan, Karanganyar 66.000

THR Farm Desa Gondangrejo, Karanganyar 12.000

Peternakan Yudianto Desa Gondangrejo, Karanganyar 10.000

Peternakan Antonius Desa Sambi, Boyolali 8.000

Peternakan Tulus Desa Sambi, Boyolali 6.000

Tabel III.2 menunjukkan jumlah kapasitas masing-masing sampel

peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali.

Jumlah kapasitas tersebut bila ditotal menjadi 102.000 ekor ayam. Jumlah

kapasitas tersebut memang tidak dapat mewakili seluruh kapasitas total ayam

yang ada di eks-Karisidenan Surakarta. Hal tersebut dikarenakan sulitnya akses

bagi penulis unttuk memperoleh data dan informasi dari peternakan ayam ras

(36)

petelur yang ada. Tidak semua peternakan bersedia memberikan data dan

informasi yang diperlukan karena menurut kebanyakan peternak data dan

informasi tersebut besifat rahasia.

.

B. JENIS DATA 1. Data Primer

Sekaran (2006) menyatakan bahwa data primer merupakan data

mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang

berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik suatu studi. Penelitian

yang dilakukan oleh penulis menggunakan data primer yang dilakukan dengan

penyebaran kuesioner kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam ras

petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Dengan dasar

kuesioner yang ada dilakukan wawancara untuk mendapatkan data secara

langsung dari peternak. Selain dengan menyebar kuesioner, penulis juga

melakukan pengamatan terhadap peternakan ayam petelur yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh

seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Sekaran, 2006).

Data sekunder dapat berupa data internal atau eksternal organisasi dan diakses

melalui internet, penelusuran dokumen, atau publikasi informasi. Data

sekunder yang dipakai oleh penulis adalah literatur-literatur seperti buku,

majalah, dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti penulis yang dapat diperoleh dari internet maupun perpustakaan.

(37)

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah dengan cara memberikan kuesioner kepada pemilik atau pengelola

peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali.

Pengisian kuesioner dilakukan penulis dengan cara wawancara dengan dasar

pertanyaan-pertanyaan yang tertera di kuesioner yang meliputi data inventaris

peternakan, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dan penjualan

yang terjadi.

D. METODE ANALISIS DATA

Agar dapat mengetahui kelayakan bisnis peternakan ayam petelur yang

berlokasi di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan salah satu

aspek dalam studi kelayakan bisnis, yaitu aspek ekonomi dan keuangan. Dalam

aspek ekonomi dan keuangan yang dianalisa adalah :

1. Investasi.

2. Pendapatan.

3. Biaya.

4. Laba.

5. Kriteria investasi yang dilihat dari segi Return on Investment (ROI), Pay Back Period (PBP), dan Break-Even Point (BEP).

Untuk dapat menentukan kelayakan bisnis peternakan ayam petelur yang

tersebar di Karesidenan Surakarta, penulis akan melakukan analisis dengan cara

menghitung kriteria-kriteria investasi berikut ini :

(38)

1. Return on Investment (ROI)

Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek tersebut

semakin bagus kinerjanya, dan proyek tersebut semakin layak. Suatu usaha

dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku

pada saat usaha tersebut diusahakan. Tingkat suku bunga yang digunakan

adalah tingkat suku bunga pinjaman bank responden pada saat survey

dilaksanakan. Apabila ROI > tingkat suku bunga pinjaman, berarti proyek

layak, sedangkan jika ROI < tingkat suku bunga pinjaman, proyek tidak

feasible (layak).

2. Pay Back Period (PBP)

PBP dapat digunakan untuk menilai kualitas sebuah proyek, semakin

cepat pengembalian investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek

tersebut.

3. Break-Even Point (BEP)

Semakin lama sebuah proyek mencapai break-even point, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala

biaya yang telah dikeluarkan. Sehingga akan lebih baik apabila sebuah proyek

semakin cepat dalam mencapai BEP-nya.

(39)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner ke beberapa

peternakan ayam ras petelur yang berada di daerah Kabupaten Karanganyar dan

Boyolali yang mewakili seluruh peternakana ayam petelur di wilayah

eks-Karisidenana Surakarta secara langsung. Penelitian ini mengambil 5 peternakan

ayam ras petelur yang berlokasi di dua Kabupaten tersebut sebagai sampel.

Peternakan-peternakan ayam ras petelur tersebut adalah Peternakan Tulus dan

Peternakan Antonius yang berlokasi di Desa Sambi, Boyolali; Peternakan

Yudianto dan THR Farm yang berlokasi di Desa Gondangrejo serta Star Farm

yang berlokasi di Desa Pronasan, Karanganyar.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Studi kelayakan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menentukan

tingkat kelayakan suatu proyek sehingga dapat diketahui kelayakan dari proyek

tersebut untuk dijalankan. Penelitian ini melihat kelayakan suatu proyek

berdasarkan aspek ekonomi dan keuangan. Dalam penelitian ini, proyek yang

dimaksudkan adalah usaha peternakan ayam ras petelur yang berlokasi di

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Penelitian dilakukan dengan

mengambil sampel dari kedua Kabupaten tersebut sebanyak 5 usaha peternakan.

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah oleh penulis, berikut adalah

(40)

pembahasan mengenai kelayakan usaha peternakan ayam petelur yang tersebar di

eks-Karesidenan Surakarta apabila dilihat dari segi ekonomi dan keuangan:

1. Investasi

Investasi yang diperlukan dalam usaha peternakan ayam petelur

adalah aktiva-aktiva yang terkait dengan segala bentuk persiapan atas usaha

peternakan tersebut mulai dari pembangunan hingga pelaksanaan kegiatan

operasinya. Aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan usaha antara

lain adalah tanah, kandang ayam, pembangunan gudang penyimpanan dan

mess untuk pegawai, sarana transportasi seperti mobil ataupun motor. Selain

aktiva-aktiva tersebut, aktiva-aktiva yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

usaha setiap periodenya juga harus diperhitungkan, seperti kas yang

digunakan untuk pembayaran gaji pegawai dan listrik, serta persediaan ayam

siap telur (layer), konsentrat, katul, jagung, serta vaksin dan obat. Penelitian

ini membagi aktiva-aktiva yang ada ke dalam dua kelompok yaitu aktiva

tetap dan aktiva lancar. Jumlah dan jenis investasi yang dimiliki oleh

peternakan sampel sangat dipengaruhi oleh kapasitas peternakan dan juga

kemampuan pemilik peternakan dalam mendanai pembangunan peternakan.

Penghitungan atas investasi ini sangat diperlukan untuk menentukan biaya,

titik impas, menghitung laba, dan penghitungan keuangan serta pendanaan

peternakan lainnya. Berikut ini disajikan rincian atas investasi peternakan

ayam petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali dalam Tabel

IV.1:

(41)

Tabel IV.1

Investasi Peternakan Ayam Petelur per 100 Ekor Ayam

(42)

INVESTASI PER 100 EKOR

10.948.409

10.891.167

9.627.800

11.120.02

5

14.431.66

7

11.030.884 Sumber : data yang diolah

Tabel IV.1 merupakan perincian investasi yang diperlukan dalam

usaha peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dam

Boyolali. Perincian di atas di dapatkan kesimpulan bahwa, untuk

menjalankan sebuah usaha peternakan ayam petelur diperlukan investasi

sebesar Rp11.030.884,00. Nilai total investasi yang diperlukan untuk

peternakan dengan total kapasitas 102.000 ekor ayam siap telur (layer)

adalah sebesar Rp11.251.502.000,00 yang terbagi atas aktiva lancar sebesar

Rp6.803.752.000,00 dan aktiva tetap Rp4.447.750.000,00. Dapat dilihat

pula di dalam tabel, bahwa dari kelima peternakan ayam petelur yangg

menjadi sampel, Peternakan Tulus memiliki keperluan investasi yang paling

tinggi yaitu sebesar Rp14.431.667,00 dengan kapasitas 6.000 ekor ayam

layer.

2. Pendapatan

Pendapatan merupakan aliran kas masuk yang diperoleh dari

penjualan barang-barang hasil produksi atas kegiatan usaha yang dilakukan.

Peternakan ayam ras petelur memiliki produk berupa telur ayam, jadi

pendapatan yang diterimanya berasal dari penjualan telur yang dihasilkan.

Peternakan ayam ras petelur dapat menghasilkan dan menjual produksi

telurnya setiap hari. Jumlah pendapatan dalam usaha peternakan ayam ras

petelur ini dapat dihitung dengan mengalikan nilai kilogram telur ayam yang

diproduksi dengan harga jual telur tersebut. Perhitungan atas pendapatan ini

dilakukan dalam masa satu bulan untuk setiap 100 ekor ayam siap telur

(43)

(layer). Perhitungan jumlah produksi telur dilakukan dengan berpedoman

pada kemungkinan ayam bertelur setiap harinya, berdasarkan data yang

diperoleh. Jumlah tersebut kemudian dikonversikan ke dalam satuan

kilogram, selanjutnya dikalikan dengan harga normal telur. Berikut

merupakan rincian penghitungan pendatapan peternakan ayam ras petelur

yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali, yang dihitung per 100

ekor ayam setiap bulannya:

Tabel IV. 2

Pendapatan Peternakan Ayam Petelur per 100 Ekor Ayam per Bulan

Keterangan

hari 37.125.000 6.930.000 5.250.000 4.500.000

3.285.00

bulan 1.687.500 1.732.500 1.575.000 1.687.500

1.642.50

Data pada Tabel IV.2 di atas menunjukkan persentase ayam bertelur

setiap harinya adalah 74% dari jumlah layer yang ada, hal ini berarti dalam

(44)

suatu peternakan ayam petelur mampu menghasilkan 74 telur per harinya per

100 ekor ayam atau sebanyak 4,62 kg telur per hari per 100 ekor. Hasil

produksi dari total kapasitas 102.000 ekor ayam layer adalah 75.480 butir

telur atau 4.718 kg telur. Jumlah telur tersebut menghasilkan pendapatan

dalam periode satu bulan peternakan ayam petelur sebesar Rp1.665.000,00

atas penjualan produk telur yang dihasilkan dari 100 ekor ayam layer.

Sedangkan untuk pendapatan yang mampu dihasilkan seluruh kapasitas

(120.000 ekor ayam layer) adalah sebesar Rp1.698.300.000,00 dalam satu

bulan. Peternakan yang memperoleh pendapatan paling tinggi adalah Star

Farm yaitu Rp1.732.500,00 dengan tingkat persentase ayam bertelur 77%

dari 12.000 ekor ayam layer, sedangkan peternakan yang pendapatannya

paling sedikit adalah Peternakan Yudianto yaitu Rp1.575.000,00 dengan

tingkat persentase ayam bertelur 70% dari kapasitas 10.000 ekor ayam layer.

3. Biaya

Biaya merupakan seluruh pengeluaran kas yang dilakukan dalam

proses pelaksanaan usaha peternakan ayam ras petelur ini. Biaya dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap terdiri atas biaya depresiasi aktiva tetap, biaya amortisasi ayam afkir, biaya gaji pegawai, dan biaya listrik.

Biaya variabel dikeluarkan untuk melakukan pembelian pakan yang terdiri

dari konsentrat, jagung dan katul serta biaya pembelian vaksin dan obat.

Berikut merupakan perincian masing-masing biaya yang ada:

a. Biaya tetap (Fixed cost)

(45)

Biaya tetap dalam usaha peternakan ayam petelur terdiri dari

gaji pegawai, biaya listrik, biaya depresiasi kandang, biaya depresiasi

bangunan, biaya depresiasi mobil, biaya depresiasi motor, dan biaya

amortisasi ayam afkir. Berikut ini adalah perincian biaya tetap yang

dikeluarkan sampel peternakan ayam petelur:

1) Biaya depresiasi

Aktiva tetap yang dimiliki oleh peternakan ayam petelur

seperti kandang, bangunan, mobil, dan sepeda motor harus

dihitung biaya depresiasi per periodenya. Penghitungan biaya

depresiasi akan disajikan dalan Tabel IV.3, Tabel IV.4, Tabel IV.5,

dan Tabel IV.6. Berikut adalah penghirungan biaya depresiasi

aktiva tetap yang ada:

(46)

Jumlah Sumber: data yang diolah

Tabel IV.4 Umur Ekonomis

(47)

Tingkat Depresiasi

Mobil 12,50% 12,50% 12,50% 12,50% 12,50% 12,50%

Depresiasi Mobil per tahun Depresiasi Mobil

per bulan Sepeda Motor per tahun

Sepeda Motor per bulan Depresiasi Speda

Motor per 100 per

depresiasi atas kandang yang harus ditanggung peternakan sebesar

Rp24.101,00 per bulan per 100 ekor ayam, di man kandang

memiliki umur ekonomis selama 10 tahun dan tingkat depresiasi

sebesar 10%. Dari Tabel IV.4 dapat disimpulkan biaya depresiasi

bangunan sebesar Rp186,00 per bulan per 100 ekor ayam dengan

(48)

umur ekonomis selama 20 tahun d an tingkat depresiasi 5%.

Tingkat depresiasi 12,5% dan umur ekonomis selama 8 tahun,

diperoleh biaya depresiasi mobil Rp2.042,00 per bulan per 100

ekor ayam, rincian atas penghitungannya dapat dilihat di Tabel

IV.5. Tabel IV.6 menyajikan rincian biaya depresiasi sepeda motor

yang menghasilkan biaya depresiasi sebesar Rp531,00 per bulan

per 100 ekor ayam dengan tingkat depresiasi 25% dan umur

ekonomis 4 tahun.

2) Biaya Amortisasi Ayam Afkir

Biaya amortisasi dikenakan atas nilai ayam layer yang

dimiliki dikurangi dengan nilai dari ayam yang mati. Jumlah dari

ayam mati diasumsikan sebesar 20% dari jumlah ayam layer yang

ada. Nilai ayam layer dihitung dengan mengalikan harga perolehan

ayam dengan jumlah ayam layer yang ada, sedangkan nilai ayam

yang mati diperoleh dari jumlah ayam yang mati dengan harga jual

ayam afkir. Ayam layer memiliki umur ekonomis 2 tahun, artinya

ayam layer memiliki masa produktif untuk menghasilkan telur

hingga usia 2 tahun. Ayam dengan usia diatas 2 tahun sudah tidak

produktif lagi untuk menghasilkan telur. Dari Tabel IV.7 diperoleh

biaya amortisasi usaha peternakan ayam petelur secara keseluruhan

(102.000 ekor ayam) adalah sebesar Rp195.925.000,00 setiap bulan

dari nilai yang harus diamortisasi sebesar Rp4.702.200.000,00,

sedangkan biaya amortisasi yang harus ditanggung oleh peternakan

(49)

ayam ras petelur untuk 100 ekor ayam setiap bulan adalah

Rp192.083,00. Berikut adalah rincian biaya amortisasi yang ada:

Tabel IV.7

Perincian Biaya Amortisasi Ayam Afkir Per 100 Ekor Per bulan

Keterangan

diamortisasi

3) Biaya Gaji Pegawai

Pelaksanaan kegiatan operasi usaha peternakan ayam petelur,

dibutuhkan beberapa tenaga kerja. Dalam usaha peternakan ayam

petelur, pegawai dibagi menjadi 2 yaitu pegawai kantor dan

pegawai kandang. Pegawai kantor bertugas mencatat hasil

(50)

produksi telur sehari-hari, mengatur keuangan peternakan,

melakukan pembukuan dan fungsi administratif lainnya. sedangkan

pegawai kandang adalah mereka yang berkegiatan secara langsung

di kandang ayam untuk memberi pakan, memberikan vaksin dan

obat, membersihkan kandang, mengawasi kesehatan ayam, serta

mengambil dan mengumpulkan telur dari kandang setiap harinya.

Rincian penghitungan gaji pegawai kantor dan gaji pegawai

kandang peternakan ayam petelur di Kabupaten Karanganyar dan

Boyolali disajikan secara terpisah. Berikut merupakan rincian

biaya gaji pegawai kantor dan kandang:

Tabel IV.8

(51)

Total Gaji

untuk kapasitas keseluruhan (102.000 ekor) diperlukan biaya gaji

sebesar Rp4.200.000,00 per bulan, sedangkan untuk biaya gaji

pegawai kantor setiap bulan yang harus dibayarkan oleh peternakan

untuk setiap 100 ekor ayam adalah sebesar Rp4.118,00. Pada Tabel

IV.9 ditunjukkan perhitungan atas biaya gaji pegawai kandang.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa, peternakan harus mengeluarkan

biaya sebesar Rp21.285.000,00 untuk 43 pegawai dengan kapasitas

total (102.000 ekor) per bulannya, atau sebesar Rp20.868,00 per

bulan untuk setiap 100 ekor ayam.

4) Biaya Listrik

Biaya listrik yang harus dikeluarkan oleh peternakan ayam

petelur berbeda-beda, hal ini dipengaruhi luasnya lahan dan

banyaknya kapasitas ayam layer yang ada. Berikut ini adalah

rincian perhitungan biaya listrik per bulan dan per 100 ekor ayam

peternakan ayam petelur:

(52)

Biaya Listrik Biaya Listrik per

100 per bulan Sumber: data yang diolah

Pada Tabel IV.10 tersaji total biaya listrik yang harus

dikeluarkan oleh peternakan adalah sebesar Rp1.320.000,00 per

bulan untuk semua kapasitas. Sedangkan, untuk biaya listrik yang

harus dikeluarkan peternakan per 100 ekor adalah sebesar

Rp1.294,00 per bulannya. Biaya listrik secara individu

menunjukkan bahwa, THR Farm memiliki biaya listrik yang paling

tinggi yaitu Rp7.576,00 per bulan per 100 ekor ayam, sedangkan

Peternakan Tulus memiliki biaya yang paling kecil yaitu

Rp3.333,00 per 100 ekor ayam per bulan.

Setelah melakukan perincian terhadap komponen-komponen

biaya tetap yang ada, dilakukan perincian secara keseluruhan

biaya-biaya tetap yang ada. Komponen-komponen biaya-biaya tetap yang telah

dijabarkan, disatukan dan dijumlahkan. Berikut adalah perincian biaya

tetap peternakan ayam petelur per 100 ekor per bulan:

Tabel IV.11

Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Petelur per 100 Per Bulan

Biaya Tetap

(53)

Depresiasi:

Amortisasi Ayam

Afkir 192.083 192.083 192.083 192.083 192.083 192.083 Sumber:data yang diolah

Tabel IV.11 di atas merupakan rincian dari seluruh biaya tetap yang

harus dikeluarkan oleh peternakan setiap bulan untuk 100 ekor ayam

layer. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa biaya tetap

yang harus dikeluarkan oleh sampel peternakan ayam petelur setiap

bulannya untuk 100 ekor ayam adalah sebesar Rp245.223,00.

Peternakan Tulus merupakan peternakan yang mengeluarkan total

biaya tetap per 100 ekor yang paling besar apabila dibandingkan

dengan sampel lainnya, yaitu sebesar Rp261.181,00, sedangkan

pengeluaran biaya tetap terkecil dikeluarkan oleh Star Farm, dengan

jumlah sebesar Rp243.247,00. Dari Tabel IV. 11 juga diketahui bahwa

biaya tetap keseluruhan yang harus dikeluarkan sampel peternakan

untuk 102.000 ekor ayam adalah sebesar Rp250.127.917,00.

Tabel IV.11 tersebut merupakan penyajian secara keseluruhan

dari biaya-biaya tetap yang sebelumnya telah dirinci pada tabel-tabel

yang sebelumnya. Tabel-tabel tersebut antara lain Tabel IV.3, tabel

(54)

tetap per 100 ekor per bulan. Tabel IV.7 yang merinci biaya amortisasi

per 100 ekor per bulan. Rincian biaya gaji pada tabel IV.8 dan tabel

IV.9 per 100 ekor per bulan. selain itu, Tabel IV.10 yang merinci biaya

listrik per 100 ekor per bulan.

b. Biaya variabel (Variable cost)

Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pakan (jenis pakan

yang digunakan oleh sampel peternakan dalam penelitian ini adalah

konsentrat, jagung, dan katul) dan pembelian vaksin dan obat. Berikut

ini adalah pembahasan biaya-biaya tersebut:

1) Biaya pembelian pakan

Peternakan ayam petelur memerlukan 3 jenis bahan sebagai

campuran pakan ayam layer. Campuran tersebur terdiri atas

konsentrat, jagung, dan katul.

Berikut ini adalah perincian biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian pakan ayam petelur:

Tabel IV. 12

(55)

2,20 - 2,30 2,40 2,20 1,82

dikeluarkan oleh peternakan dalam memenuhi kebutuhan pakan

ayam layer yang ada. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan biaya

yang diperlukan oleh peternakan ayam petelur dengan kapasitas

102.000 ekor ayam layer adalah sebesar Rp38.511.732,00 setiap

harinya atau Rp37.757,00 per 100 ekor per hari. Peternakan yang

memiliki biaya penyediaan pakan paling besar adalah Star Farm

yaitu sebesar Rp45.600,00 per 100 ekor per hari, hal tersebut

karena peternakan tersebur hanya menggunakan konsentrat untuk

pakan sedangkan harga konsentrat sangat tinggi dibandingkan

(56)

harga katul maupun jagung. Biaya pakan terendah adalah THR

Farm yaitu sebesar Rp38.500,00 per 100 ekor per hari.

2) Biaya Vaksin dan Obat

Berikut ini adalah perincian penggunaan vaksin dan obat

oleh sampel peternakan ayam petelur selama satu periode:

Tabel IV. 13

&obat per 100 per bulan

&obat per 100 per hari Sumber: data yang diolah

Tabel IV.13 merinci biaya vaksin dan obat yang harus

dikeluarkan oleh peternakan per 100 ekor ayam per hari. Dari

penghitungan tersebut diperoleh hasil bahwa dibutuhkan biaya

sebesar Rp167,00 per 100 ekor per hari untuk penyediaan vaksin

dan obat. Angka tersebut besarnya sama untuk semua peternakan,

hal ini karena harga vaksin dan obat uang cenderung stabil dan

sama di setiap daerah. Biaya vaksin dan obat yang paling besar

dimiliki THR Farm sebesar Rp3.300.000,00 untuk 66.000 ekor

ayam. Biaya terendah dimiliki Peternakan Tulus sebesar

Rp300.000,00 untuk 6.000 ekor ayam. Besar kecilnya biaya vaksin

(57)

dan obat ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas masing-masing

peternakan.

Dari beberapa tabel perincian biaya di atas, dapat dibuat sebuah

ringkasan biaya variabel seperti di tabel berikut:

Tabel IV. 14

Tabel IV.14 merupakan rincian biaya variable peternakan secara

keseluruhan yang dihitung per 100 ekor ayam per hari. Tabel tersebut

merangkum hasil dari perincian atas biaya pakan dalam tabel IV.12 dan

biaya vaksin dan obat dalam tabel IV.13. penghitungan diatas

menunjukkan kebutuhan biaya variable peternakan ayam ras petelur

untuk 102.000 ekor ayam per harinya adalah Rp38.681.732,00 atau

sebesar Rp1.160.451.960,00 per bulannya. Biaya per hari untuk 100

ekor ayam adalah sebesar Rp37.923,00.

Gambar

Tabel III.1
Tabel IV. 18
Tabel III. 1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan populasi ayam
Tabel III. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diterapkannya sistem pendukung keputusan ini, perusahaan bisa melakukan penilaian dengan lebih objektif dengan perbandingan silang (matriks) pada metode Analytical

Kondisi tersebut juga terdapat pada masyarakat Desa Kemiren yang mempercayai bahwa setiap hal termasuk pepohonan, sumber air, dan kompleks situs Buyut Cili,

Ruang lingkup substansial dalam penelitian ini meliputi tuntutan atribut persepsi para pedagang kaki lima kaitan hubungannya dengan seting trotoar yang menjadi obyek

Mengajar yang dilandasi oleh persepsi yang positif akan memperoleh hasil yang baik karena dengan adanya persepsi terhadap mata pelajaran yang baik dalam diri guru (khusunya

diketahui bahwa mineralisasi U yang ada di Sektor Lembah Hitam dijumpai sebagai isian fraktur (urat) atau kelompok urat dan sebagai isian matrik breksi tektonik, berasosiasi

Skripsi berjudul “Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Metode Proyek di TKK Cor Jesu Malang” yang ditulis oleh “Dominika Injel

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtyas (2012), dimana di dapat hasil rata-rata tekanan darah sistolik penderita hipertensi adalah

Kenyataan bahwa dunia pendidikan perlu penyesuaian terhadap globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima Pendidik agar perannya tidak tergerus oleh