• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. K ONSEP DASAR PERILAKU KEORGANISASIAN 1. Pengertian Organisasi dan Unsur-unsurnya - Konsep Dasar Perilaku Keorganisasian | Kuliah Di Awang-Awang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "I. K ONSEP DASAR PERILAKU KEORGANISASIAN 1. Pengertian Organisasi dan Unsur-unsurnya - Konsep Dasar Perilaku Keorganisasian | Kuliah Di Awang-Awang"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

I.

K ONSEP DASAR PERILAKU KEORGANISASIAN

1. Pengertian Organisasi dan Unsur-unsurnya

Organisasi adalah suatu system yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan (Indriyo Gitosudarmo, 1997).

Dari sini dapat dikatakan atau ditunjukkan bahwa organisasi memiliki unsur-unsur. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1). Sistem.

Bahwa organisasi adalah kumpulan dari sub-sub system. 2). Pola Aktivitas

Bahwa didalamnya ada aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang dilaksanakan secara relative teratur dan cenderung berulang.

3). Sekelompok Orang.

Organisasi adalah kumpulan orang-orang. 4). Tujuan.

Setiap organisasi didirikan adalah untuk mencapai suatu tujuan.

Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen mendefinisikan organisasi sebagai kumpulan orang yang mengadakan pembagian pekerjaan yang dikoordinasikan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pengertian ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1). Tujuan yang disepakati oleh anggota-anggota organisasi. Tujuan ini menjadi “jiwa” organisasi.

2). Proses yang mengubah masukan/sumber daya yang dimiliki menjadi keluaran/hasil sebagaimana diinginkan.

3). Pembagian pekerjaan di antara anggota. Termasuk di sini adalah pembagian tugas dan wewenang secara horizontal maupun vertical.

4). Kerjasama dan koordinasi supaya pembagian pekerjaan menjadi efektif dan efisien.

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat terlepas dari organisasi. Setiap hari kita berhubungan dan terlibat dengan organisasi dan hidup kita dipengaruhi dan mempengaruhi organisasi dalam derajat yang berbeda-beda. Secara sadar kita terlibat dalam organisasi sebagai siswa, karyawan, anggota gereja, warga negara dll.

(2)

memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi dibentuk ‘by design’ untuk melayani kebutuhan manusia yang tidak dapat dicapai secara individu. Organisasi lebih dari sekedar alat untuk menyediakan barang dan jasa tetapi juga menyediakan lingkungan di mana sebagian besar dari kita menghabiskan kehidupan.

Sebuah studi tentang organisasi (termasuk oganisasi misi) terdiri dari individu, kelompok individu, struktur dan proses organisasi. Gibson, Ivancevich,dan Donnelly menggambarkan model organisasi sbb:

Perilaku di dalam organisasi: Individu

Perilaku dan perbedaan individu Teori motivasi dan aplikasinya Imbalan, hukuman, dan disiplin Stress dan individu

Perilaku dalam organisasi: kelompok dan pengaruh antar pribadi Perilaku kelompok Perilaku antar-kelompok dan penanganan

konflik

Kekuasaan dan politik Kepemimpinan

Struktur organisasi

Desain organisasi Desain pekerjaan

Proses organisasi

Komunikasi Pengambilan keputusan

Evaluasi prestasi kerja Sosialisasi/karier

Semua komponen dari model organisasi di atas menunjukkan bahwa setiap perubahan variabel dapat mempengaruhi perilaku organisasi dan perilaku individu. Setiap perubahan pimpinan, perubahan struktur dan proses organisasi dll pasti mempunyai pengaruh dalam perilaku organisasi. Sebuah organisasi yang baik mempunyai visi dan misi yang jelas. Visi dan misi ini berfungsi sebagai dasar acuan organisasi untuk mencapai tujuan. Model organisasi di atas dibangun dengan dasar visi dan misi organisasi.

(3)

tujuan secara efektif dan efesien. Disamping organisasi dipandang sebagai wadah, organisasi juga dapat dipandang sebagai proses manusia untuk berinteraksi dan bereaksi melakukan berbagai aktifitas masing-masing. Karakteristik penampilan oraganisasi ditentukan oleh manusianya sendiri, karena manusia dalam organisasi memiliki dua karakter utama, yaitu perilaku(behavior) dan gaya(style). Dua karakter manusia ini dalam sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kejiwaan (psychology) atau roh manusia.

Setiap organisasi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat senantiasa berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk tidak tergilas dari pesaing organisasi lainnya maupun karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peran dua karakter manusia tersebut diatas sangat menentukan kekuatan suatu organisasi sebagai berikut :

1. Memisahkan tugas-tugas secara tegas dan jelas setiap anggota organisasi sehingga pelaksanaannya dapat berhasil guna dan berdaya guna.

2. Memperkenal standar yang harus dipedomani,baik yang berkaitan dengan metode kerja ,maupun kontrol kerja dalam organisasi.

3. Menetapkan upah atau gaji sebagai rangsangan manusia dalam organisasi secara adil,sebagai alat pemotivasi untuk berkarya lebih giat lagi.

2. Pengertian Perilaku Keorganisasian

A. Indriyo Gito Sudarmo dan Nyoman Sudita (1997)

Bidang ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam organisasi yang meliputi studi secara sistematis tentang perilaku struktur dan proses dalam organisasi. B. Keith Davis dan John Newstrom (1985)

Telaah dan aplikasi pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi.

C. Gibson dan kawan-kawan (1996)

Bidang studi yang mencangkup teori, metode dan prinsip-prinsip dari berbagai disiplin guna mempelajari persepsi individu, nilai-nilai, dan tindakan-tindakan saat bekerja dalam kelompok dan dalam organisasi secara keseluruhan, menganalisa akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi studinya, misi dna sasaran serta strategi.

(4)

Bidang yang menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku (manusia) di dalam organisasi dengan tujuan menerapkan pengetahuan yang dapat untuk meningkatkan efektivitas organisasi.

Kesimpulannya yang dapat diambil dari uraian di muka adalah bahwa perilaku keorganisasian adalah suatu studi tentang apa yang dikerjakan oleh orang-orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut dapat mempengaruhi kinerja organisasi dengan bahan kajiannya adalah sikap manusia terhadap pekerjaan, terhadap rekan kerja, imbalan , kerjasama dan yang lainnya.

E. Fred Luthan

Menurut Fred Luthan, Perilaku organisasi didefinisikan sebagai Studi dan aplikasi dari pengetahuan tentang bagaimana orang, individu dan kelompok bertindak dalam organisasi.

Organizational Behavior (OB) is the study and application of knowledge about how people, individuals, and groups act in organizations”

Ia menafsirkan hubungan manusia dan organisasi dalam bentuk keseluruhan dari seorang manusia, Selurh kelompok, dan seluruh organisasi dan seluruh sistim sosial (system approach). Sikap organisasi sangat penting bagi manajemen sumber daya manusia, karena sikap ini akan mempengaruhi perilaku –perilaku organisasi. Sikap – sikap yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan memfokuskan pada sikap karyawan terhadap keseluruhan (Luthan, 1985).

F. Mathis-John H. Jackson,

Perilaku organisasi adalah bagaimana anggota organisasi yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan yang tercermin dalam tindak tanduk dalam organisasi tersebut.

G. Griffin dan kawan-kawan,

Perilaku organisasi (organisational behavior) adalah sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. H. Allen dan Meyer,

Ada tiga Dimensi komitment perilaku organisasi adalah :

(5)

2. Komitmen berkelanjutan (continuence commitment): Komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit,

3. Komitmen normatif (normative commiment): Perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.

I. Schermerhorn Jr., Hunt, & Osborn, 2008, p. 5

Perilaku Oganisasi adalah ilmu tentang individu dan kelompok dalam suatu organisasi. “Organizational behavior is the study of individuals and groups in organizations”.

3.Tingkat Analisis dalam Perilaku Keorganisasian

1). Tingkat individu artinya terkait dengan perilaku, nilai saat berinteraksi.

2). Tingkat kelompok artinya pengaruh terhadap perilaku anggota ole dinamika anggota kelompok, norma dan nilai kelompok.

3). Tingkat organisasi artinya proses pengambilan keputusan manajemen.

Dalam menganalisis perilaku individu, kelompok dan organisasi sangat penting mempertimbangkan faktor lingkungan eksternal seperti : ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi globalisasi dan lain-lain.

4. Fokus Perilaku Keorganisasian

Dalam mempelajari perilaku keorganisasian berfokus pada : 1). Perilaku (perilaku individu dan organisasi)

2). Struktur (organisasi dan kelompok)

3).Proses (interaksi di antara anggota), proses tersebut berupa komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan dan lain-lain.

5. Tujuan Mempelajari Perilaku Keorganisasian

1). Memahami perilaku yang terjadi di dalam organisasi.

2). Meramalkan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam organisasi. 3). Mengendalikan perilaku.

Oleh Nimran (1999) ketiga hal di atas disebut : 1). Prediksi

(6)

6. Kontribusi Beberapa Bidang Ilmu Terhadap Perilaku Dalam Organisasi

1). Psikologi

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan kadang mengubah perilaku. Kontribusinya ilmu ini terhadap Perilaku Keorganisasian adalah dalam hal: pembelajaran, motivasi, kepribadian, persepsi, pelatihan, efektifitas kepemimpinan, kepuasan kerja, pengambilan keputusan individu, penilaian kinerja, pengukuran sikap, seleksi karyawan, desain kerja, stress kerja.

2). Psikologi Sosial

Psikologi Sosial adalah salah satu bidang dalam psikologi, yang memadukan konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi dan memusatkan perhatian pada saling keterpengaruhan antara orang-orang. Kontribusi dari ilmu ini kepada perilaku keorganisasian meliputi: perubahan perilaku, perubahan sikap, komunikasi, proses kelompok, pengambilan keputusan kelompok.

3). Sosiologi

Sosiologi adalah studi tentang orang-orang dalam hubungannya dengan sesama. Terkait pemahaman tentang system sosial dan interaksi manusia dalam suatu system sosial. Sumbangannya meliputi: dinamika kelompok, tim-tim kerja, kekuasaan, konflik, perilaku antar kelompok, teori organisasi formal, perubahan organisasi, budaya organisasi.

4). Antropologi

Antropologi adalah studi tentang masyarakat khususnya tentang manusia beserta kegiatannya. Jadi sumbangannya yang tidak kecil terhadap Perilaku Keorganisasian adalah dalam hal: nilai kpmparatif, analisis lintas budaya, lingkungan organisasional. 5). Ilmu Politik

Ilmu politik adalah pengetahuan tentang perilaku individu dan kelompok dalam suatu lingkungan politik. Sumbangannya yang saat kentara dalam hal ini adalah seperti konflik, politik intra-organisasional dan kekuasaan.

7. Sejarah Singkat Perkembangan Perilaku Keorganisasian

(7)

Setelah Perang Dunia I, fokus dari studi organisasi bergeser kepada analisis tentang bagaimana faktor-faktor manusia dan psikologi mempengaruhi organisasi. Gerakan hubungan antar manusia ini lebih terpusat pada tim, motivasi, dan aktualisasi tujuan-tujuan individu di dalam organisasi.

Para pakar terkemuka pada tahap awal ini mencakup:

Frederick Winslow Taylor (1856-1915) adalah orang pertama yang mencoba mempelajari perilaku manusia dalam pekerjaan dengan menggunakan pendekatan sistematik. Taylor mempelajari karakteristik manusia, lingkungan sosial, pekerjaan, lingkungan fisik, kapasitas, kecepatan, biaya serta hubungannya satu sama lain..

Elton Mayo, seorang warga Australia. Dalam tulisannya pada tahun 1931 ia menyarankan manajer untuk memperhatikan kebutuhan emosional dari pekerja dalam pekerjaan.

Mary Parker Follett adalah seorang penulis yang melakukan analisa terhadap para pekerja.Ia menyimpulkan bahwa pekerja mengalami kombinasi yang yang kompleks dari

kelakuan, kepercayaan dan kebutuhan. Ia menyarankan manajer untuk memotivasi karyawannya ("pull strategy’).

Douglas McGregor mengajukan dua teori yang agak berlawanan tentang sifat mendasar manusia. Ia mengemukakan “Theory X”, yang berbau pesimistis dan negatif, dan “Theory Y” yang merupakan pendekatan yang lebih modern dan menggunakan pendekatan positif. Ia percaya manajer bisa mendapatkan hasil yang lebih baik jika mereka memperlakukan karyawan sebagai manusia yang berkomitmen, bertanggung jawab dan kreatif.

Perang Dunia II menghasilkan pergeseran lebih lanjut dari bidang ini, ketika penemuan logistik besar-besaran dan penelitian operasi menyebabkan munculnya minat yang baru terhadap sistem dan pendekatan rasionalistik terhadap studi organisasi. Sejak tahun 1980-an, penjelasan-penjelasan budaya tentang organisasi dan perubahan menjadi bagian yang penting dari studi ini. Metode-metode kualitatif dalam studi ini menjadi makin diterima, dengan memanfaatkan pendekatan-pendekatan dari antropologi, psikologi dan sosiologi.

Perilaku organisasi saat ini merupakan bidang studi yang berkembang. Jurusan studi organisasi pada umumnya ditempatkan dalam sekolah-sekolah bisnis, meskipun banyak universitas yang juga mempunyai program psikologi industri dan ekonomi industri pula.

8. Konsep Dasar Perilaku Keorganisasian

(8)

Hakekat manusia, meliputi pemahaman tentang:

1). Perbedaan individu, adalah bahwa setiap orang berbeda satu dengan yang lain. 2). Orang seutuhnya, adalah orang-orang berfungsi sebagai mahluk manusia seutuhnya. 3). Perilaku termotivasi adalah orang berperilaku karena suatu dorongan yang berangkat

dari suatu kebutuhan. Motivasi sangat penting dalam menyelenggarakan organisasi. 4). Manusia memiliki nilai martabat.

Hakekat organisasi, meliputi pemahaman tentang:

1). System sosial, artinya bahwa organisasi adalah system sosial yang di bentuk untuk kepentingan bersama.

2). Kepentingan bersama, artinya bahwa organisasi membutuhkan orang-orang, dan orang-orang membutuhkan organisasi.

9. Implikasi Manajerial

Efektivitas manajer sangat berhubungan dengan efektivitas organisasi. Manajer yang efektif adalah manajer yang mampu membawa para pekerja bekerja secara sadar dan bertanggung jawab terhadap pekerjaanya. Tetapi itu bukanlah pekerjaan yang gampang. Setiap individu memiliki keanekaragaman dalam berpikir maupun bertindak. Untuk itu sangatlah penting bagi seorang manajer untuk memahami Perilaku Keorganisasian.

Perilaku Keorganisasian adalah bidang studi yang mencoba menyelidiki dampak individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku di dalam organisasi, dan kemudian berusaha mengaplikasikannya agar organisasi dapat bekerja lebih efektif. Robbins (2001) memfokuskan pada upaya bagaimana memperbaiki produktivitas, mengurangi tingkat kemangkiran, dan mengurangi tingkat keluar masuknya pekerja, serta meningkatkan kepuasan kerja.

(9)

II.

PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

1. Variabel Karakteristik Individu Yang Perlu Dipahami

Mengapa perlu memahami perilaku individu? Tiap individu mempunyai perbedaan dalam merespon terhadap sesuatu maupun perilaku. Ingat tak ada manusia yang sama. Maka setiap pimpinan organisasi penting sekali memahami karakteristik tiap individu yang menjadi anggota organisasinya sehingga dapat dengan lebih mudah memprediksi perilaku mereka.

2. Karakteristik Biografis atau Ciri-ciri Biografis

• Umur

• Jenis kelamin • Status perkawinan • Jumlah tanggungan • Masa kerja

3. Kemampuan

Kemampuan adalah suatu kapasitas yang dimiliki seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas suatu pekerjaan (Robbins, 2001)

Ada 2 jenis kemampuan, yaitu : • Kemampuan Intelektual • Kemampuan Fisik

4. Kepribadian (Traits)

(10)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepribadian seseorang oleh Robbins dikatakan ada tiga yaitu sebagai berikut:

1). Keturunan bahwa kepribadian seseorang dibentuk karena factor orang tua seperti: pemalu, penakut, pemurung atau sebaliknya.

2). Lingkungan, bahwa kepribadian seseorang banyak disumbang oleh lingkungannya seperti: budaya, norma-norma keluarga, teman dan kelompok sosial lainnya. Di India sejak dini sudah ditanamkan nilai-nilai kerja keras, sederhana, kekerabatan kepada generasi mudanya. Di Bali ada nilai-nilai rendah hati, suka membantu ramah kepada orang yang hingga kini tetap mewarnai kepribadian sebagian besar generasi mudanya.

3). Faktor yang lain adalah situasi. Artinya, kepribadian seseorang banyak ditentukan oleh bawahan lahir, lingkungan yang relative stabil, akan dapat berubah karena kondisi situasi tertntu yang berubah.

Daftar kepribadian yang banyak dan panjang kurang begitu popular di kalangan praktisi perilaku keorganisasian oleh Kreitner dan Kinicki (2003) daftar yang panjang itu dikemas menjadi “dimensi kepribadian lima besar” yang menurut hasil reset berkorelasi positip dengan prestasi kerja pegawai, hal mana sangat membantu organisasi pada saat merencanakan seleksi, pelatihan, dan penilaian karyawan. Adapun kelima dimensi kepribadian yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1). Wawasan ekstra (extra version): supel, dapat bersosialisasi, tegas

2). Ramah (agreeableness): bersifat baik, percaya, ramah, kerjasama, berhati lembut 3). Teliti (concientiousness): dapat diandalakan, bertanggujawab, berorientasi prestasi,

menonjol

4). Stabilitas emosional (emotional stability): rileks, aman, tidak khawatir

5). Keterbukaan pada pengalaman (openness to experience): cerdas, imajinatif, ingin tahu, berpikiran luas.

Sementara kepribadian tipe B sebaliknya dengan apa saja, Holland dalam Haryono (2001) memformulasikan tipe-tipe kepribadian sebagai berikut:

(11)

5. Pembelajaran/belajar

Pembelajaran/belajar dalam perspektif perilaku keorganisasian adalah proses perubahan yang relative konstan dalam tingka laku yang terjadi karena pengalaman atau pelatihan(Robbins, 2001). Ada tiga teori yang disampaikan Robbins untuk menjelaskan bagaimana orang mendapatkan pola-pola perilaku yaitu sebagai berikut:

(12)

III.

MOTIVASI

1. Pengertian Motivasi

1). Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) yang dimaksud motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tugas tertentu.

2). Menurut Robbins dan Coulter (2004) motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individu tertentu

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu adalah suatu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk berbuat “sesuatu”. Adanya kebutuhan ini menyebabkan orang bertingkah laku tertentu dalam usahanya mencapai suatu tujuan.

2. Proses Timbulnya Motivasi Seseorang

1). Kebutuhan yang belum terpenuhi

2). Mencari dan memilih cara-cara untuk memuaskan kebutuhan (di sini akan terlibat kemampuan, keterampilan, pengalaman)

3). Perilaku yang diarahkan pada tujuan 4). Evaluasi prestasi

5). Imbalan atau hukuman 6). Kepuasan

7). Menilai kembali kebutuhan yang belum terpenuhi

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Banyak pakar yang telah menulis tentang berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang yang masing-masing punya aksentuasi tersendiri, tetapi bila dipilah faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1). Karakteristik Individu : a. Minat

b. Sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan c. Kebutuhan individual

d. Kemampuan atau kompetensi e. Pengetahuan tentang pekerjaan

(13)

2). Faktor-faktor Pekerjaan :

a. Faktor Lingkungan Pekerjaan b. Faktor dalam Pekerjaan.

4. Teori-Teori Motivasi

Setiap pimpinan organisasi pasti mendambakan suatu situasi di mana seluruh anggota punya gairah kerja dan produktivitas yang tinggi. Untuk mewujudkan situasi tersebut, berbagai upaya sering telah dilakukan namun dambaan tetap tinggal dambaan, realitas yang ada jauh dari harapan.

Robbins (2001) membagi teori motivasi menjadi dua bagian yakni teori dini tentang motivasi, yakni teori-teori yang lahirnya lebih awal, dan teori kotemporer tentang motivasi, adalah deretan teori motivasi yang lebih baru, yang selanjutnya akan diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:

1). Teori-Teori Dini/Awal tentang Motivasi

a. Teori Hirarki Kebutuhan dari Abaraham Maslow. Maslow menghipotesakan bahwa pada diri manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu sebagai berikut :

(1). Kebutuhan fisiologis (Faali): sandang, pangan, papan, seks, dll, kebutuhan pokok ragawi lainnya.

(2). Kebutuhan rasa aman (keselamatan dan perlindungan) terhadap ancaman fisik dan emosional: keamanan, kemerdekaan, perlindungan.

(3). Kebutuhan sosial : berkumpul, berkawan.

(4). Kebutuhan penghargaan : harga diri, otonomi, prestasi, status, pengakuan, perhatian. (5). Kebutuhan aktualisasi diri: pengembangan potensi secara maksimal.

Terlepas dari kritik yang dijatuhkan, teori jenjang kebutuhan Maslow memiliki implikasi praktis bagi manajer, karena mampu menawarkan suatu pola yang mudah dipahami dalam menangani persoalan motivasi di tempat kerja.

b. Teori X dan Teori Y.

Douglas Mc. Gregor mengemukakan dua pandangan yang berbeda tentang manusia, yang satu pada dasarnya negative (teori X), sementara yang lain adalah positif (teori Y). Menurut teori X, manajer mengandaikan karyawan/manusia itu negative, seperti :

(14)

(3). Tak suka tanggung jawab

(4). Mengedepankan keamanan di atas semua factor lain. Maka karyawan harus dipaksa agar berprestasi.

Menurut teori Y, karyawan cenderung positif, seperti: (1). Suka pekerjaan

(2). Kreatif

(3). Bertanggung jawab (4). inovatif

c. Teori Motivasi – Higiene / Teori Dua Faktor

Frederick Herzberg mengembangkan suatu teori yang disebut Teori Dua Faktor, yang terdiri atas :

(1). Faktor Higiene, yaitu faktor-faktor yang dapat menyebabkan ataupun mencegah ketidakpuasan, yang pada hakekatnya, terdiri atas faktor ektrinsik dari pekerjaan

Faktor-faktor itu antara lain: gaji, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, status, kebijakan perusahaan, kualitas supervisi, kualitas hubungan antar pribadi dengan atasan, bawahan dan sesama pekerja, serta jaminan sosial.

(2). Faktor Motivator, faktor-faktor yang betul-betul membawa pada pengembangan sikap positif dan pendorong pribadi (bersifat intrinsik).

Faktor-faktor tersebut meliputi: tanggu jawab, prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, kemajuan, serta pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Kontribusi utama teori ini adalah dapat meningkatkan sensitivitas/kepekaan manajer terhadap fakta bahwa memperlakukan anggota secara baik semata belumlah cukup untuk memotivasi mereka. Pimpinan harus dapat memanfaatkan kapasitas, keterampilan serta bakat dari anggota melalui desain kerja secara efektif. Pekerjaan yang ditawarkan mesti menantang dan menggairahkan.

2). Teori Kontemporer Tentang Motivasi a. Teori ERG oleh Clayton Aldefer.

Teori ini adalah merupakan modifikasi dan pengurangan dari lima jenjang kebutuhannya Maslow menjadi tiga kelompok kebutuhan inti (teras) yaitu:

(1). Existence/Eksistensi, yang oleh Maslow meliputi kebutuhan faali dan rasa aman (2). Relatedness/Hubungan, sama dengan kebutuhan sosialnya Maslow

(15)

Aldefer berdalih seorang individu mungkin saja pada suatu ketika akan berusaha memenuhi beberapa kebutuhannya secara simultan atau serentak.

b. Teori Kebutuhan David McClallend

Menurut McClallend bahwa manusia itu mempunyai tiga kebutuhan, yaitu sebagai berikut:

(1). Kebutuhan akan prestasi atau Need for Achievement

(2). Kebutuhan akan kekuasaan atau Need for Power

(3). Kebutuhan akan afiliasi atau Need for Affilation.

c. Teori Penetapan Tujuan.

Edwin Locke sekitar tahun 1960-an mengatakan bahwa maksud-maksud untuk bekerja kearah suatu tujuan merupakan sumber utama dari motivasi kerja yang kemudian dikenal sebagai teori penetapan tujuan.

d. Teori Penguatan.

Ada 3 jenis penguatan yang dapat dipergunakan manajer untuk memodifikasi motivasi anak buah yaitu sebagai berikut:

(1). Penguatan Positif (2). Penguatan Negatif (3). Hukuman.

e. Teori Keadilan/Kesetaraan

Bahwa setiap individu menurut teori ini akan membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan masukan/keluaran orang lain, dan ia akan berespon untuk menghilangkan setiap ketidakadilan yang dirasakan..

f. Teori Harapan (Ekspektasi)

Teori ini dicetuskan oleh Victor Vroom yang menggambarkan bahwa kuatnya kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu bergantung pada kekuatan yang berupa harapan, bahwa hasil tindakannya tersebut akan diikuti oleh suatu output tertentu dan daya tarik output tersebut. Suatu pertanyaan mendasar yang ingin dijawab oleh teori ini adalah : apa yang menentukan kemauan seseorang untuk mencurahkan tenaga dan pikiran dalam menjalankan tugas dari organisasi. Teori ini memfokus pada tiga hubungan, yaitu sebagai berikut (1). Hubungan upaya-kinerja

(16)

(3). Hubungan ganjaran-tujuan pribadi.

Jadi, untuk menerapkan teori ini seorang pemimpin wajib memahami tiga hal, yaitu: (1). Harapan (expectancy)

(2). Instrumentalitas (insterumentaly) (3). Valensi (valence)

Secara ringkas teori ini dapat dinyatakan dalam formula berikut:

Teori harapan membantu menjelaskan mengapa banyak sekali pekerja tidak termotivasi pada pekerjaan mereka dan melakukan sesuatu yang minimal, semata-mata untuk menyelamatkan diri. Jadi pemimpin dituntut untuk proaktif.

(17)

IV.

PERILAKU ORGANISASI DAN KOMUNIKASI

Mengapa komunikasi penting dalam suatu organisasi ? Pertanyaan ini kerap dilontarkan oleh mereka yang concern terhadap kajian fenomena komunkai maupun mereka yang tertarik pada gejalagejala keorganisasian. Dalam kenyataan masalah komunikasi senantiasa muncul dalam proses pengorganisasian. Komunikasi mempunyai andil membangun iklim organisasi, yang berdampak kepada membangun budaya oranisasi, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat organisasi. Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian (mutual undestanding) . Pendek kata agar terjadi penyetaraan dalam kerangka referensi, maupun dalam pegalaman.

Pengertian Komunikasi Organisasi

Golddhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi adalah proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Pengertian tersebut mengandung konsep-konsep sebagai berikut:

1. Proses, Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar informasi diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada hentinya, maka dikatakan sebagai suatu proses.

2. Pesan, yang dimaksud pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang , obyek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Dalam komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan dalam seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi yang berhubungan dengan bahasa, penerima yang dimaksud, metode difusi, dan arus tujuan dari pesan. Pengklasifikasian pesan menutut bahasa dapat dibedakan pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal dalam organisasi misalnya;surat, memo, pidato, dan percakapan. Sedangkan pesan nonverbal dalam organisasi terutama sekali yang tidak diucapkan atau dityulis seperti; bahasa gerak tubuh, sentuhan, nada suara, ekspresi wajah, dll.

(18)

4. Keadaan Saling Tergantung, Konsep kunci komunikasi organisasi keempat adalah keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini telah menajadi sifat dari suatu organisai yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. Implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan dia harus memperhitungkan implikasi keputusan itu terhadap organisasinya secara menyeluruh. 5. Hubungan, Konsep kunci yang kelima dari omunikasi organisasi adalah hubungan. Karena

organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada manusia yang ada dalam organisasi. Dengan kata laian jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat suatu hubungan perlu dipelajari. Sikap, skill, moral dari seseorang, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi. Hubungan manusia dalam organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan diantara dua orang sampai kepada hubungan yang kompleks. Jadi dalam organisasi terjadi hubungan yang sifatnya individual, kelompok, dan hubnganorganisasi.

6. Lingkungan, yang dimaksud lingkungan adalah semua totalitas secar fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Yang termasuk lingkungan internal adalah personal/anggota, tujuan, produk, dll. Sedangkan lingkungan eksternal adalah; langganan, saingan, teknologi, dll. Komunikasi organisasi terutama bekenaan dengann transaksi yang terjadi dalam lingkungan internal organisasi yang terdiri dari organisasi dan kulturnya, dan antar organisasi dengan lingkungan ekternalnya. Yang dimaksud dengan kultur organisasi adalah pola kepercayaan dan harapan dari anggota organisasi yang menghasilkan norma-norma yang membentuk tingkah laku individu dan kelompok dalam organisasi. Organisasi sebagai suatu sistem terbuka harus berinteraksi dengan lingkungan eksternal seperti; teknologi, ekonomi, undang-undang, dan faktor sosial. Karena faktor lingkungan berubah-ubah, maka organisasi memerlukan informasi baru. Informasi ini harus dapat mengatasi perubahan dalam lingkungan dengan menciptakan dan pertukaran pesan baik secara internal dalam unit-unit yang relevan maupun terhadap kepentingan umum secara eksternal.

(19)

yang kompleks dengan integrasi yang tinggi. Ketidak pastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terjadinya banyak informasi yang diteima daripada sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan meeka. Jadi ketidakpastian dapat disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang didapatkan dan juga karena terlalu banyak yang diterima.

Anatomi Organisasi Ciri-Ciri Umum

Menurut Barry Cushway, mengakui meskipun ada bermacammacam organisasi, hanya sedikit terdapat persamaan, tetapi upaya membandingkan organisasi supaya mengetahui kelebihan dan kekutrangannya. Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas, smua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama yaitu:

1. Satu tujuan 2. Satu struktur.

3. Proses untuk mengkoordinasi kegiatan

4. Orang-orang yang melaksanakan peran-peran yang berbeda.

Pengamat yang lain mengatakan bahwa dalam setiap organisasi, entah tertulis atau tidak terdapat apa yang disebut: Visi, Misi, iklim organisasi, budaya organisasi, motivasi, norma-norma kelompok, dan sebagainya. Semua unsur-unsur tersebut sangat menentukan (berpengaruh) terhadap perilaku organisasi, dapat diringkas sebagai berikut:

1. Proses 2. Iklim 3. Motivasi 4. Budaya

5. Struktur ---> PERILAKU ORGANISASI 6. Norma kelompok

7. Gaya manajemen 8. Pengaruh luar

Pengelompokan Organisasi

Max Weber (1964) membuat kategori organisasi menurut jenis wewenang yang dilaksanakan:

1. Organisasi Tradisional.

Wewenang ditentukan oleh kebiasaan, serta kepercayaan yang telah lama ada dan tidak perlu dipertanyakan.

2. Organisasi Kharisma

(20)

3. Organisasi Birokrasi

Wewenang didasrkan pada pengakuan atas aturan-aturan dan prosedur-prosedur. Katz dan Kahn (1978) mengemukakan sebagai berikut:

1. Organisasi Ekonomis, berkaitan dengan penciptaan kesejahteraan, pembuatan barang dan jasa. 2. Organisasi Perawatan, yang berkaitan dengan sosialisasi orang untuk melakukan peran, seperti

sekolah.

3. Organisasi Penyesuian, berkaitan dengan menciptakan pengetahuan mengembangkan dan menguji teori. Contohnya; Univeritas, lembaga riset.

4. Organisasi Manajerial dan Politik, berkaitan dengan Perundangundangan, koordinasi, dan pengendalian sumber daya. Contoh; pemerintahan, partai politik, dan seriakt buruh.

Budaya Organisasi

1. Nilai dan kepercayaan tentang: a. Waktu

b. Efisiensi c. Diri d. Tindakan e. Kerja

2. Nilai dan kepercayaan tentang: a. Karyawan

b. Pelanggan c. Produksi d. Manajemen e. Masyarakat f. Dll.

3. Efektifitas organisasi: a. Efisiensi

b. Kepemimpinan c. Motivasi d. Kinerja e. Komitmen f. Kepuasan

4. Iklim organisasi

(21)

b. Standar c. Imbalan

d. Keramahan semangat tim persaudaraan e. Kesiapan teknologi

f. Komunikasi terbuka

5. Iklim komunikasi: a. Dukungan

b. Keikutsertaan dalam proses keputusan c. Kejujuran, percaya diri, dan keandalan d. Terbuka dan tulus

e. Tujuan kinerja yang tinggi

Keberadaan Organisasi

1. Organisasi Paranoid (ketakutan): a. Mutu produksi tidak konsisten. b. Lamban menanggapi perubahan c. Kekurangan produk inovatif d. Struktur biaya boros

e. Keterlibatan karyawan rendah

f. Layanan pada konsumen tidak responsif g. Kurang alokasi sumber daya

2. Organisasi gagal: a. Krisis identitas b. Kegagalan visi

c. Terperangkap skenario besar d. Ketinggalan jaman

e. Mengabaikan konsumen f. Musuh dalam selimut. g. Dll.

3. Organisasi yang sehat:

a. Mendefinisikan dirinya sebagai sistem

(22)

d. Beroperasi dalam mode bentuk mengikuti fungsi.

e.Menggunakan manajemen tim sebagai mode yang dominan f. Menghormati pelayanan konsumen

g. Manajemen digerakkan oleh informasi

h. Keputusan dibuat di tingkat yang paling dekat dengan pelanggan i. Mempertahankan komunikasi yang relatif terbuka diseluruh sistem

j. Para manajer dan tim kerja dinilai dari kienerja dan kemajuan yang dihasilkan k. Organisasi beroperasi dalam suatu mode pembelajaran

l. Toleransi yang tinggi dalam hal-hal yang berbeda, tetapi menghargai inovasi dan kretaivitas m. Memeperhatikan kesejahteraan dan tuntutan keluarga

n. Memiliki agenda sosial yang eksplisit

o. Memberi perhatian pada pekerjanan yang efisien.

Daur Hidup Organisasi

Seperti kebanyakan organisasi sosial berbagai data emperik membukikan bahwa organisasi sosial dan sejenis banyak yang timbul tenggelam, muncul lalu hilang lagi, berubah arah, melalui tahap-tahap tertentu, kemudian mati dan biasanya mencoba menghidupkannya kembali. Untuk itu perlu kiranya kita memahami daur hidup orgainsasi sebagai berikut: 1. Pacaran

Ini adalah tahap awal sebelum suatu organisasi sosial lahir dan dibentuk. Pada tahap ini ada beberapa orang berkumpul dan berbincang-bincang. Bagai orang yang dimabuk cinta, mereka akan mengatakan hal itu pada siapa saja. Pada tahap ini saling berikrar untuk mengikat jadian pacaran untuk membentuk organisasi.

2. Bayi

Jika gagasan pembentukan suatu organisasi diterima dan benar-benar disepakati, lahirlah suatu oganisasi baru. Tetapi seperti biasanya, organisasi yang masih “bayi” ini meletakkan serangkaian kegiatan yang belum jelas benar arah dan tujuanya.

3. Kanak-kanak

Berhasil melalui masa bayi, suatu organisasi kemudian memasuki tahap kanak-kanak yang mulai belajar mengenal, ingin tahu, dan malekukan apa saja. Pada tahap ini para anggota organisasi berusaha meraihnya dengan semngat menggebu-gebu.

4. Remaja

(23)

5. Dewasa

Jika konflik-konflik intern pada tahap remaja dapat diatasi, suatu organisasipun mulai memasuki tahap usia dewasa. Pada tahap ini, organisasi sudah menekankan pada orientasi pada hasil dan prestasi kerja, adanya pandangan bersama yang utuh dan padu, serta mekanisme sistem yang lebih efisien.

6. Matang

Oleh rasa dorongan hasrat yang demikian besar untuk menikmati hasil-hasil kerja dimasa lalu, organisasi pada tahap ini mulai bergerak memasuki masa kematanganya. Pada tahap ini organisasi mencapai puncak kemampuannya, yang tetap berusaha mempertahankan orientasi hasil dan tingkat prestasi yang telah dicapainya . Organisasi mulai sungkan menangapi hal-hal yang baru dan lebih suka mengerjakan hal-hal yang sudah terbukti berhasil selam ini.

7. Aristrokrasi

Pada tahap ini suasana organisasi mulai membosankan. Orang-orang yang memegang tampuk kekuasaan organisasi secara tidak sadar mulai dihinggapi rasa khawatir berlebihan tentang berkelanjutan hidup organisasi dan masa depannya, namun tidak pernah diungkapkan terus terang.

8. Birokrasi awal

Cepat atau lambat organisasi yang aristokratis tadi akan tersentak kaget jika ada yang mulai berani menyampaikan ada sesuatu yang salah dalam organisasi. Sumber-sumber dana utamanya selama ini mungkin segera menolak memberikan dukungan lebih lanjut.

9. Birokrasi

Pada saat ini organisasi sosial tiba pada tahap birokrasi penuh, yang tertinggal pada organisasi hanyalah setumpuk peraturan yang njlimet dan pekerjaan rutin tulis menulis gaya kantoran resmi. Tidak ada lagi sesuatu yang berarti yang bisa dilakukan, segala sesuatu mesti tertulis. Suasana kerja benar-benar menjadi tenang dan damai, mereka akan setuju tentang apa saja, namun tidak pernah melakukan apapun.

(24)

V. KEPEMIMPINAN

DEFINISI KEPEMIMPINAN

Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:

1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

3. Kepemimpinanadalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

5. Kepemimpinanadalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

Pengertian Pemimpin

(25)

Tugas Dan Peran Pemimpin

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah: Pemimpin bekerja dengan orang lain

Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.

Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).

Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.

Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas

Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.

Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual

Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

Manajer adalah seorang mediator

Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

Pemimpin adalah politisi dan diplomat

Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

Pemimpin membuat keputusan yang sulit

(26)

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :

1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.

2. Fungsi Peran informalsebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.

3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator

Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut

Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1. Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3. Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

(27)

Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

b. Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja. e. Latihan mengembangkan diri sendiri

(28)

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

(29)

VI.

KEKUASAAN / POWER

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).

Kekuasaan dapat dilihat dari 2 sudut pandang yaitu keuasaan bersifat positif dan negatif. Kekuasaan bersifat positif

Merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat mempengaruhi dan merubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.

Kekuasaan bersifat Negatif Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri terkadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.

Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.

(30)

VII. KESIMPULAN

Masyarakat membentuk sistem sosial dari sebuah organisasi. Sistem ini

terdiri dari individu, kelompok kecil dan kelompok besar. Manusia adalah makhluk

yang hidup, berpikir dan menggunakan perasaan yang bekerja di dalam suatu

organisasi untuk mencapai tujuannya.

Perilaku organisasi adalah bersifat holistik yang menafsirkan hubungan

orang dan organisasi dalam hubungannya dengan orang seutuhnya, kelompok

seutuhnya, organisasi seutuhnya, dan system sosial secara keseluruhan. Konsep ini

menyandang pandangan total tentang orang-orang dalam organisasi untuk

memahami sebanyak mungkin faktor yang mempengaruhi perilaku mereka. Semua

isu dianalisis dalam kaitannya dengan keseluruhan situasi yang mempengaruhinya

bukan dalam hubungannya dangan peristiwa atau masalah secara terpisah. Perilaku

Organisasi juga adalah pemahaman dan penggunaan pengetahuan bagaimana

individu dan kelompok berinteraksi dalam organisasi. Disamping itu prilaku

organisasi dapat dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari

bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta

dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun

organisasi). Perilaku Organisasi meliputi banyak topik seperti perilaku manusia,

budaya, perbedaan, komunikasi, perubahan, kepemimpinan dan tim.

Perilaku

organisasi

juga dikenal sebagai

Studi tentang organisasi

. Studi ini adalah sebuah

bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan

memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi

dan psikologi. Studi tentang Perilaku organisasi membantu kita mengerti

bagaimana manusia berpikir, merasa dan bereaksi dalam sebuah lingkungan

(31)

DAFTAR PUSTAKA:

Personnel, Feb 1990, p.57 in Newstrom, J. & Davis, K. (1993). Organization Behavior: Human

Behavior at Work. New York: McGraw-Hill.

http://www.cio.com/archive/091506/change.html

Komang Ardhana, NI wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, (2009) Perilaku Keorganisasian ed. 2, Graha Ilmu, Jogjakarta

Muhamad, Arni, (2002), Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Panuju, Redi, (2001), Komunikasi Organisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait