• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika dan Profesionalitas Guru Agama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etika dan Profesionalitas Guru Agama"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Etika dan Profesionalitas Guru Agama

Disusun Guna Memenuhi Tugas Tersruktur Mata Kuliah Pengembangan Profesi Guru yang Diampu oleh Nurfuadi M.Pd.I.

Disusun oleh:

Ana Septiani (1617404002)

Dewi Riyani Puspitasari (1617404009)

Nindy Elisa (1617404033)

Re Tali Imani (1617404039)

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Etika dan Profesionalitas Guru Agama.

Etika atau ethics berasal dari bahasa yunani, yaitu ethikos yang berarti adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Etika, secara istilah, memiliki definisi sebagai suatu aturan mengenai sikap atau perilaku di lingkungan kita sesuai dengan kebiasaan ditempat itu, termasuk sopan santun dalam berperilaku ataupun berbicara. Tidak hanya itu, etika bisa kita lihat ketika seseorang yang mengimplementasikan baik buruknya sutau perilaku dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruk, hak dan kewajiban moral. Etika juga bisa disebut suatu kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak. Etika juga diartikan sebagai nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh masyarakat. Menurut Sumaryono, etika adalah studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia dalam bertindak. Menurut Prof. Robert Salemon, etika adalah karakter individu dan hukum yang sosisal (mengatur, mengendalikan dan membahas perilaku manusia).

(3)

good or bad, or in some similar way, yang berarti etika adalah ilmu pengetahuan tentang norma aturan ilmu pengetahuan, tentang tingkah laku kehidupan manusia dalam masyarakat, yang di mana ilmu pengetahuan tersebut menentukan tingkah laku itu benar atau salah, abik atau buruk atau sesuatu yang sama dengan itu.

Dari beberapa pandangan di atas, bisa kita simpulkan bahwa etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana manusia seharusnya hidup dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau beberapa prinsip dalam menentukan langkah-langkah dalam bersikap maupun berperilaku yang benar. Kata “susila” atau “kesusilaan” merupakan betuk dari kesopanan, sopan santun dan keadaban. Etika juga berhubungan dengan filsafat dikarenakan etika merupakan bagian dari filsafat moral, yaitu ilmu yang membahas tindakan manusia. Dengan begitu hubungan antara etika dan filsafat ilmu bisa dikatakan suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan buruk manusia berdasarkan kehendak dalam mengambil keputusan yang mendasari hubungan antar sesama manusia.

(4)

Profesionalitas memiliki dasar dari kata profesi, sehingga perlu kita ketahui terlebih dahulu pengertian dari kata profesi itu sendiri. Menurut KBBI, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu. Menurut Siti Nafsiah, profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai saran untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain yang harus diiringi pula dengan keahlian, keterampilan, profesionalisme dan tanggung jawab. Definisi-definisi di atas dapat kita tarik kesimpulannya bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari tiap-tiap insan. Dengan begitu, profesi tidak bisa dipegang sembarang orang dan memerlukan suatu persiapan lewat pendidikan dan latihan-latihan khusus untuk itu.

Orang awam menganggap bahwa profesi berarti sama halnya dengan pekerjaan. Namun, sebuah pekerjaan belum tentu termasuk dalam bagian sebuah profesi. Profesi memiliki beberapa mekanisme juga aturan-aturan yang telah disepakati dan harus dipatuhi sebagai ketentuan dalam profesi tersebut. Guru profesional paling tidak memiliki sejumlah kualitas dan kemampuan, yang berkaitan dengan 1) kualitas kepribadian yang baik, 2) perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang baik serta pemahaman terhadap karakteristik anak didik, 3) menguasai substansi bahan ajar secara baik, dan 4)dapat melakukan komunikasi secara efektif dan efisiensi dalam berbagai situasi.1

(5)

merefleksi, mengevaluasi serta merencanakan program untuk melakukan peningkatan secara berkelanjutan.2

Sedang, profesionalisme menurut Doni Koesoema berarti suatu cara untuk merealisasikan diakuinya keberadaan seorang guru sebagai pendidik karakter. Menurut Ahmad Bahar, profesionalisme adalah usaha dari suatu kelompok masyarakat untuk memperoleh pengawasan sumber daya yang berhubungan dengan suatu bidang pekerjaan. Beberapa definisi di atas mampu kita simpulkan bahwa profesionalisme tidak sama dengan profesionalitas. Sedang, profesionalitas sendiri memiliki arti sikap para anggota profesi benar-benar menguasai, sungguh-sungguh kepada profesinya. Dengan kata lain, profesionalitas berarti sebutan terhadap kualitas sikap para anggota yang berprofesi dan derajat pengetahuan juga keahlian yang dimiliki agar mampu melakukan tugas masing-masing dengan baik.

Ketika kita menyatukan dua kata yang berbeda makna, seperti halnya etika dan profesionalitas, maka akan kita dapatkan suatu definisi. Etika dan profesionalitas guru agama merupakan ilmu yang menentukan mengenai benar dan salah, baik buruknya suatu nilai yang dianut oleh masyarakat dan kualitas sikap, tingginya pengetahuan yang didapat juga keahlian yang dimiliki oleh guru agama dalam menjalankan kewajibannya.

B. PROFESIONALIME GURU

Guru merupakan salah satu faktor strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan karena gurulah yang meletakkan dan mempersiapkan dasar perkembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. Untuk melaksanakan itu, tentu diperlukan guru yang memiliki profesionalisme tinggi.

Apa yang dimaksud dengan profesionalisme? Selama ini, istilah profesionalisme identik dengan sifat dan perilaku seseorang yang berkompeten,

(6)

berpendidikan, berdedikasi, bertanggung jawab, jujur, dan loyal pada pekerjaannya. Akan tetapi, apakah cukup dengan itukah profesionalisme?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesionalisme adalah ‘mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional’. Dengan demikian, profesionalisme guru adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk dari seorang guru yang profesional.

Pertanyaan berikutnya, apa yang dimaksud dengan profesional? Dalam KBBI disebutkan bahwa profesional berarti (1) ‘bersangkutan dengan profesi’; (2) ‘memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya’; (3) ‘mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir)’. Berdasarkan makna tadi, dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki keahlian khusus dalam mengajar dan memiliki pendapatan yang layak sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

Profesionalisme memang menjadi hal yang kerap dituntut dan diharapkan dalam berbagai profesi, tak terkecuali guru. Di kalangan guru, istilah profesionalisme sering dihubungkan dengan program sertifikasi guru. Program pemerintah yang dilahirkan melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ini bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, serta (4) meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

(7)

terbukti memiliki kecakapan yang layak dan memperoleh pendapatan yang layak pula.

Program sertifikasi guru untuk menciptakan profesionalisme tentu dapat dikatakan tidak berhasil apabila dalam pelaksanaannya guru tidak enganggap tujuan utama program ini sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, tetapi hanya menganggap sebagai suatu tujuan untuk memiliki sertifikat demi mendapatkan tunjangan profesi.

Jika guru memiliki pemikiran seperti itu, tentu seorang guru tidak akan memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas dan keahliannya. Bahkan, idak menutup kemungkinan seorang guru akan mengejar sertifikasi melalui perbuatan yang tidak terpuji dengan cara yang tidak jujur dan menghalalkan segala cara.

Harapan kita, peningkatan kecakapan dan keahlian guru demi kemajuan pendidikan nasional tetap menjadi prioritas utama dalam program sertifikasi. Peningkatkan kecakapan dan keahlian seorang guru dapat diupayakan dengan berbagai cara: melanjutkan pendidikan, membiasakan gemar membaca, mengikuti seminar, melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, atau mengaktifkan diri dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru. Satu hal yang sangat penting, seorang guru harus memiliki visi, misi, dan kemauan yang kuat untuk menjadikan profesi guru sebagai profesi yang dihargai dan disejajarkan dengan profesi mulia lainnya.

Guru harus mampu membuktikan bahwa profesinya layak untuk dihargai dan dihormati karena guru merupakan tulang punggung dalam mencerdaskan bangsa. Profesionalisme guru harus dibangun oleh dua pihak secara bersama-sama, yaitu guru sebagai pihak yang dituntut memiliki kecakapan dan keahlian serta pemerintah sebagai pihak yang dituntut untuk memberikan penghasilan yang layak kepada guru. Intinya, guru dan pemerintah harus memberikan kontribusi positif ke arah perbaikan mutu pendidikan.

(8)

ditetapkan. Kemudian adanya kemauan, kemampuan, serta keseriusan pemerintah dengan segala kebijakannya dalam upaya meningkatkan mutu dan mewujudkan standar penghasilan yang layak bagi guru. Satu hal yang tidak boleh dilupakan juga bahwa keprofesionalismean seorang guru tentu akan terwujud jika dilandasi sikap yang bertanggung jawab dan jujur.

Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.

(9)

1. GuruProfesional

Jika mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humanis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa. Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.

2. Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar

Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:

 Memiliki kemampuan intelektual yang memadai

 Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan

 Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran

 Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan

 Kemampuan mengorganisir dan problem solving

 Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

C. Hubungan antara Etika dan Profesionalisme Guru.

(10)

Adanya penerimaan atas suatu kode etik itu mengandung makna selain adanya pengakuan dan pemahaman atas ketentuan dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, juga adanya suatu ikatan komitmen dan pernyataan kesadaran untuk mematuhinya dalam menjalankan tugas dan perilaku keprofesiannya serta kesiapan dan kerelaan atas kemungkinan adanya jonsejuensi sanksi seandainya terjadi kelalaian terhadapnya. Adapun maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas-pkerjaan keprofesian itu terwujud sebagai mana mestinya dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya. Pihak penerima layanan keprofesian diharapkan dapat terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kewajibannya untuk memberikan imbalannya, baik yang bersifat finansial, maupun secara sosial, moral, kultural dan lainnya. Pengembangan tugas pelayanan keprofesian juga diharapkan terjamin martabat, wibawa dan kredibilitas pribadi dan keprofesiannya serta hak atas imabalan yang layak sesuai dengan kewajiban jasa pelayanannya.

Dengan demikian, maka kode etik keprofesian memiliki kedudukan, peran dan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam menopang keberadaan dan kelangsungan hidup suatu profesi dimasyarakat. Bagi para pengemban tugas profesi akan menjadi pegangan dalam bertindak serta acuan dasar dalam seluk beluk keprilakuannya dalam rangka memelihara dan menjunjung tinggi martabat dan wibawa serta kredibilitas visi, misi, fungsi bidang profesinya. Dengan demikian pula, maka kode etik itudapat merupakan acuan normative dan juga operasional. Perangkat kode etik merupakan landasan bertindak sesuai dengan keperluannya, termasuk pemberlakuan sanksi keprofesian bagi pihak-pihak yang terkait.

(11)

Dengan demikian kode etik adalah suatu istilah dan hubungannya denga profesioanalisme karena kode etik memiliki nilai, baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, sopan atau tidak sopan, dan harus dimiliki oleh stiap pekerjaan profesional, termasuk guru. Etika pada dasarnya adalah sebagai pengendali kinerja dari sebuah profesi yang dengan itu dapat terbentuk sebuah profesionalisme. Faktor pengendali apa yang yang dibutuhkan dibutuhkan agar guru tidak salah dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena guru juga membawa amanat profesi seberapa jauh guru dapat dikontrol perilaku penyimpangannya dari profesi guru. Guru juga dituntut trampil melaksanakan tugas pembelajaran, maka seberapa jauh guru juga tidak menyalahgunakan hak dan kewajibannya sebagai guru pada saat berinteraksi dan transaksi dengan para peserta didik.

Setiap program pendidikan guru bertujuan agar lulusannya mampu melaksanakan pendidikan terhadap anak didik sesuai dengan norma-norma etika yang berlaku. Calon guru dilatih dalam hal etika agar mereka mampu mendidik anak sehingga menjadi manusia yang baik sesuuai dengan harkatnya. Isu pendidikan guru mengandung norma-norma etika kerja sama, untuk itu dikembangkan program kegiatan, unit kelas, dan masalah-masalah kehidupan. Program pendidikan guru memuat latihan pekerjaan yang demokratis dan aktualisasi diri individu. Pendidikan guru berorientasi pada nilai pembentukan calon pendidik yang mampu berpribadi selaku manusia seutuhnya.

Agar guru dapat dipersiapkan secara profesional, maka penyelenggaraan pendidikan profesi guru dibutuhkan penanganan dengan mekanisme yang lebih cermat, terutama terhadap perilaku mereka sebagai guru. Makin kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru bukan hanya berlangsung di Indonesia, melainkan di negara-negara maju, karena memang betapa pentingnya profesionalisme dalam sebuah profesi, salah satunya profesi guru.

(12)

dalam menyukseskan pengajaran yang akan dilaksanakan. Guru yang baik memiliki cara pandang yang tidak terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya saja, namun harus meliputi seluruh kelas, tidak parsial, bersikap tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar oleh peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar yang sehat, suara yang terang, dan adakan variasi sehingga suara yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak.

D. Implementasi Terhadap Etika Dan Profesionalitas Guru Agama

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan , pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dari sikap. Implementasi juga berarti pelaksanaan atau penerapan dalam kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan evaluasi.

Implementasi-implementasi tersebut yaitu meliputi:3

1. Mempunyai watak kebapakan atau keibuan sebelum menjadi seorang pendidik, sehingga ia menyayangi peserta didik seperti menyayangi anaknya sendiri

2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik 3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didik

4. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta didik

5. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan 6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya

7. Memberi bekal kepada peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada masa depan peserta didik

8. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat, bertanggung jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

(13)

Dalam literature kependidikan islam, seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid,mudarris, dan mu’addib. Dalam hal ini, seorang guru sebaiknya:4

1. Seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya

2. Selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman

3. Seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya

4. Seorang guru dituntut untuk mampu mengajarkan kandungan ilmu pengetahuan dan al-hikmah atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya yang bisa mendatangkan manfaat

5. Seorang guru dituntut untuk melakukan transfer ilmu/ pengetahuan, internalisasi, serta amaliah (implementasi)

6. Tugas guru adalah mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya agar tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitarnya

7. Berusaha menularkan penghayatan akhlak dan kepribadiannya kepada peserta didiknya

8. Berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

BAB III PENUTUP

(14)

A. KESIMPULAN

Etika pada dasarnya adalah sebagai pengendali kinerja dari sebuah profesi yang dengan itu dapat terbentuk sebuah profesionalisme. Menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humanis bahkan identik dengan citra kemanusiaan.

B. SARAN

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, Hasyim. 2007. Etika Pendidikan Islam. Jogjakarta:Titian Wacana.

Egar, Ngasbun. 2012. Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Peningkatan Kompetensi secara Komprehensif. Semarang:______.

Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya:Pusat Studi Agama Politik dan Masyarakat (PSAPM).

Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta:PSAPM. Robinson, Philip. 1986. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:CV.RAJAWALI.

Referensi

Dokumen terkait

Karena moralitas itu berkaitan dengan perilaku tokoh, baik sebagai individu maupun makhluk sosial, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah moralitas seperti apa yang dilukiskan

[r]

Berdasarkan gambar diatas, diketahui bahwa ikan cucut betina lebih dominan dari ikan cucut jantan pada bulan Juni, sedangkan pada bulan Juli-Agustus lebih didominasi oleh

Beberapa siswa yang tidak kuat tentunya akan bermasalah dengan kehidupan bersaramanya di dalam atau bahkan sampai trauma dan memutuskan untuk keluar dari sekolah

APLIKASI AUGMENTED REALITY UNTUK MEMPERKENALKAN ULOS BATAK

Mendeskripsikan ketidaksesuaian ragam bahasa jurnalistik pada rubrik Citizen Reporter media online Surya dengan ciri-ciri kalimat jurnalistik yang efektif.. 1.4

Para kaum perempuan (isteri) harus menerima takdir mereka tanpa ada jalan lain untuk proses keadilan. Kasus poligami tersebut di atas merupakan salah satu bentuk

Telah diketahui bahwa dalam suatu graph banyaknya vertex dengan degree ganjil adalah genap, sedangkan dalam suatu binary tree setiap vertex ber-degree ganjil kecuali