• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Berpikir dalam Psikologi Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses Berpikir dalam Psikologi Umum"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES BERPIKIR

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Psikologi Umum II

Yang dibina oleh Bapak Dr. Sudjiono, S. Pd., M. Si.

Oleh Kelompok 8 Offering A:

Ali Ridho (140811601905)

Anwar Kirom (140811604407)

Fariska Triandani (150811604089) Feni Oktaria (150811602743)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi ... i

1. Pendahuluan ... 1

2. Pembahasan ... 1

2.1 Definisi dan Proses Berpikir ... 1

2.2 Macam-macam Berpikir ... 5

2.3 Teori Perkembangan Berpikir ... 6

2.4 Berpikir Kritis, Kreatif, Ilmiah dan Metakognisi ... 8

3. Penutup ... 9

3.1 Kesimpulan ... 9

3.2 Saran ... 10

(3)

1. Pendahuluan

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Akan tetapi karena jiwa itu sendiri merupakan sesuatu hal yang tabu (abstrak), banyak para ahli psikologi mengartikan psikologi sebagai ilmu untuk mempelajari tingkah laku manusia. Kemudian ada juga yang menambahkan, tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan (psikologi sosial), tingkah laku yang tampak saja (behavioristik), menitikberatkan alam bawah sadar (psikoanalisis), memfokuskan bagaimana kognisi bekerja (kognitif), dan ada yang memperhatikan hakikat dari manusia atau memanusiakan manusia (humanistik) sertaada juga yang lainnya. Akhirnya kesemuanya itu menjadi aliran-aliran dalam psikologi yang muncul seiring waktu berjalan, yang kadang saling menguatkan, akan tetapi lebih sering mengkritik pandangan dari aliran sebelumnya.

Salah satu yang menjadi pandangan dalam psikologi adalah memfokuskan ke dalam aktivitas mental. Dalam aktivitas mental biasanya berisi tentang kognisi dan afeksi. Dan dalam kognisi akan dikaitkan dengan proses berpikir. Oleh karenanya berpikir merupakan salah satu dari banyak aktivitas mental. Salah satu perkataan yang sering terdengar ketika membahas mengenai berpikir adalah “Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada)” dari filsuf perancis Rene Descartes. Dari perkataan filsuf ini menunjukkan bahwa berpikir memang suatu aktivitas yang sering dilakukan manusia, bahkan menyangkut keberadaan manusia itu. Contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan aktivitas berpikir, seperti: ketika memutuskan barang mana yang harus dibeli, ketika merencanakan apa yang dilakukan besok, menulis makalah, dan banyak lagi yang lainnya.

Pada kesempatan ini, kami akan mengurai berkenaan dengan berpikir, mulai dari definisnya, prosesnya, macam-macam, teori-teori para ahli tentang berpikir, perkembangan berpikir, hingga pada berpikir kreatif dan meta kognisi. Dengan adanya tulisan ini diharapkan pembaca dapat, minimal mengetahui bagaimana definisi berpikir, prosesnya, hingga dapat memahami berpikir kreatif dan meta kognisi, terlebih lagi dapat mengaplikasikannya.

2. Pembahasan

2.1Definisi dan Proses Berpikir

(4)

membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, menimbang dan memutuskan (Sobur, 2003). Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir adalah memproses suatu informasi yang telah diterima. Proses itu dapat berupa membandingkan, menggolongkan, memilah, menghubungkan, menafsirkan, menimbang, dan juga memutuskan. Ada juga yang mengatakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk memahami, mengetahui, dan memperoleh pengetahuan (informasi).

Selain berkaitan dengan akal –karena akal disebut-sebut sebagai pikiran, berpikir juga berkaitan dengan masalah. Jika tidak ada masalah maka manusia tidak akan berpikir. Dan dalam kehidupan ini, masalah adalah suatu kepastian. Proses penyelesaian masalah itulah yang disebut dengan proses berpikir (Ahmadi, 2009). Dalam proses berpikir biasanya akan timbul suatu pertanyaan apa masalahnya, bagaimana pemecahannya, apa tujuan memecahkan masalah dan faktor apa saja yang dapat membantu memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam berpikir sering timbul pertanyaan 5 W 1 H (what, when, where, who, why, dan how).

Sehingga jika berpikir selalu melibatkan suatu masalah, maka proses berpikir dalam menyelesaikan masalah seharusnya ada beberapa hal di bawah ini (Ahmadi, 2009):

- Ada minat untuk menyelesaikan masalah - Memahami tujuan pemecahan masalah

- Mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah - Menentukan kemungkinan mana yang digunakan

- Melaksanakan kemungkinan yang dipilih untuk memecahkan masalah

Akan tetapi secara umum, proses berpikir akan menimbulkan kegiatan-kegiatan jiwa berupa membentuk pengertian, membentuk pendapat, dan membentuk kesimpulan (Ahmadi, 2009).

A. Membentuk pengertian

Pengertian merupakan hasil proses berpikir yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok (ciri khas) dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu perkataan. Dengan medapatkan suatu pengertian, kita akan dapat membedakan atau menyamakan satu entitas dengan entitas yang lain. Dan dengan mendapatkan suatu perbedaan atau menyamakan kita akan mendapatkan pengertian baru yang lebih konkret.

(5)

melalui 4 proses, yaitu proses analisis, proses komparasi, proses abstraksi, dan proses kombinasi.

- Proses analisis yaitu menguraikan unsur-unsur atau ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.

- Proses komparasi yaitu membandingkan unsur-unsur yang telah dianalisis. Sehingga didapatkan unsur yang sama, unsur yang bersifat umum, dan unsur yang bersifat tambahan.

- Proses abstraksi yaitu mengurangkan atau menyisihkan sifat-sifat yang tambahan dari sifat-sifat yang umum, sehingga yang ada hanya sifat-sifat umum saja.

- Proses kombinasi yaitu sifat-sifat umum yang bersamaan kita rangkum kemudian kita tetapkan menjadi definisi.

B. Membentuk pendapat

Pendapat merupakan hasil prose berpikir dengan meletakkan hubungan antara tanggapan yang satu dengan lain, antara pengertian yang satu dengan yang lain, yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Proses pembentukan pendapat dimulai dari menyadari adanya pengertian, karena tanpa pengertian tidak akan ada pendapat.

C. Membentuk kesimpulan

Kesimpulan merupakan suatu pendapat baru yang dibentuk dari pendapat-pendapat lain yang sudah ada. Cara-cara mengambil keputusan atau kesimpulan ada tiga macam yaitu deduktif, induktif, dan analogi.

a. Kesimpulan Deduktif

Deduksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju peroposisi yang baru sebagai sutau kesimpulan (Keraf dalam Sobur, 2003). Proses berpikir deduktif berlangsung dari umum ke yang khusus. Dari teori, prinsip, yang bersifat umum, kemudian diterapkan pada fenomena yang khusus untuk mendapatkan kesimpulan khusus yang berlaku untuk fenomena tersebut (Sobur, 2003). Sehingga kesimpulan deduktif merupakan suatu kesimpulan yang diambil dengan cara berpikir dari yang umum ke yang khusus. Contoh kesimpulan deduktif yaitu:

Semua Mahasiswa Psikologi UM cerdas-cerdas (umum atau premis mayor) Rizal Mahasiswa Psikologi UM (khusus atau premis minor)

Jadi, Rizal cerdas (kesimpulan khusus dari yang umum/deduksi)

(6)

kebenarannya tidak bisa diterima. Silogisme semu ini menjadi kekurangan dalam pengambilan keputusan atau penarikan kesimpulan dengan cara deduktif. Kebenarannya tidak bisa diterima karena tidak semua premis (mayor dan minor) itu benar, disebut kesalah material. Dan terkadang salah dalam pengampilan kesimpulan dengan bertolak kepada premis mayor dan minor, disbeut kesalah formal. Contoh silogisme semu:

Manusia bernapas dengan paru-paru (mayor) Kerbau bernapas dengan paru-paru (minor) Kerbau adalah manusia (silogisme semu)

Ini merupakan kesalah formal karena kerbau bukanlah manusia. Sedangkan contoh kesalahan material adalah:

Mahasiswa yang rajin masuk kuliah akan mendapat nilai bagus (mayor) Rizal mahasiswa yang rajin masuk kuliah (minor)

Rizal akan mendapatkan nilai yang bagus (konklusi)

Pengambilan kesimpulan ini merupakan bentuk kesalahan material. Kesalahan terdapat pada premis mayor, karena mahasiswa yang rajin belum tentu dapat nilai bagus. Bisa jadi memang rajin, kalau tidak pernah kerja tugas, tidak pernah memperhatikan, tidak pernah jwab ujian, maka nilainya akan jelek.

b. Kesimpulan Induktif

Induksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menentukan suatu kesimpulan umum. Jadi cara berpikir induksi yaitu menarik kesimpulan yang umum dari yang khusus. Sehingga kesimpulan induktif merupakan kesimpulan yang diambil dari cara berpikir dari yang khusus ke yang umum. Datanya merupakan fenomena sekitar. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Dan tingkatan berpikirnya adalah induktif. Contoh berpikir induktif adalah sebagai berikut:

“Universitas Negeri Ngalam memiliki 8 fakultas, Psikologi, Sastra, Ekonomi, MIPA, Tekhnik, Ilmu Keolahragaan, Ilmu Sosial, dan Ilmu Pendidikan. Fakultas Psikologi terakreditasi baik. FE terakreditasi baik. FS terakreditasi baik. FMIPA terakreditasi baik. FIK terakreditasi baik. FIS terakreditasi baik. FIP terakreditasi baik. Dan FT juga terakreditasi baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Universitas Negeri Ngalam terakreditasi baik”

(7)

Kekurangan berpikir seperti ini, terkadang sampel yang diambil tidak dapat menjadi ukuran sesuatu yang umum.

c. Kesimpulan Analogi

Jika deduktif merupakan dari umum ke khusus dan induktif merupakan dari khusus ke umum, maka kesimpulan analogi merupakan pendapat khusus dari yang khusus. Dengan kata lain kesimpulan analaogimerupakan kesimpulan yang diambil dari pendapat yang khusus dengan membandingkan situasi. Analogi diambil dari pendapat khusus dengan memanfaatkan situasinya yang sama. Contohnya, hari kemarin Anton terlambat ke sekolah karena hujan. Kemudian di hari selanjutnya, juga turun hujan dan Anton terlambat juga. Sehingga dari sini orang akan memanfaatkan keadaan yang sama yaitu hujan sebagai alasan kesimpulan bahwa Anton akan terlambat ke sekolah lagi.

Kesimpulan analogi ini memang cenderung menggeneralisasikan atau menyamaratakan. Sehingga tidak salah jika kesimpulan ini sering dianggap tidak logis dan kebenarannya kurang dapat diterima.

2.2Macam-macam Berpikir

Rakhmat (dalam Sobur, 2003) menuliskan ada dua macam berpikir, bepikir autistik dan berpikir realistik. Bepikir autistik lebih mengarah pada cara berpikir yang imajinatif, fantasi, dan bahkan dapat dikatakan jauh dari kehidupan nyata. Sedangkan berpikir realistik merupakan arti sebaliknya dari berpikir autistik, yaitu sesuai dengan kehidupan nyata. Kemudian, Ruch seperti yang dikutip Rakhmat (dalam Sobur, 2003) membagi berpikir realistik menjadi tiga macam yaitu berpikir deduktif, induktif, dan evaluatif. Untuk deduktif dan induktif telah dijelaskan pada cara pembentukan kesimpulan. Sedangkan berpikir evaluatif yaitu berpikir kritis, menilai baik dan buruknya, tepat atau tidak tepatnya. Dalam berpikir ini, tidak menambah dan mengurangi gagasan akan tetapi menilai menurut kriteria tertentu (Rakhmat dalam Sobur, 2003).

Selain berpikir autistik dan realistik, juga ada yang menambahkan berpikir alamiah dan ilmiah. Berpikir alamiah merupakan pola berpikir yang alami, kebiasaan yang sudah diketahui umum. Contoh berpikir alamiah seperti: gula rasanya manis, garam rasanya asin, api itu panas, dan lain-lain. Sedangkan berpikir yang ilmiah adalah berpikir yang secara runtut, cermat, dan berdasarkan data atau informasi yang teruji kebenaraannya. Contoh berpikir ilmiah seperti ketika menyimpulkan sesuatu dengan merujuk kepada data.

(8)

- Berpikir dari pengalaman yaitu dengan menghimpun berbagai pengalaman untuk pemecahan masalah.

- Berpikir representatif yaitu dengan mengingat sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lainuntuk pemecahan suatu masalah.

- Berpikir kreatif yaitu berpikir yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru. - Berpikir produktif yaitu berpikir untuk menghasilkan sasuatu yang bermanfaat. - Berpikir rasional yaitu berpikir logis, berdasarkan fakta-fakta yang ada.

- Berpikir konvergen (vertikal) yaitu berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.

- Berpikir divergen (lateral) yaitu berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

- Berpikir pendek yaitu berpikir dangkal, terburu-buru, tidak ilmiah, tidak logis.

2.3Teori Perkembangan Berpikir

Karena berpikir merupakan salah satu dari kajian kognisi, maka teori yang sering didengar berkenaan dengan perkembangan kognitif adalah teori Jean Piager. Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek – objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek-objek dan peristiwa tersebut.

(9)

Piaget memiliki pendapat bahwa ada 4 tahapan dalam perkembangan kognitif (Santrock: 2012), yaitu:

A. Tahap Sensorimotor (dari lahir sampai usia 2 tahun)

Menurut Piaget, perilaku bayi yang baru lahir merupakan refleks tanggapan yang dibangun secara biologis terhadap rangsangan tertentu (misalnya, mengisap jari). Tapi dalam bulan kedua, bayi mulai menunjukkan perilaku yang m77ereka ulang terus menerus, yang mencerminkan perkembangan persepsi dan skema berbasis perilaku yang disebut tahap sensorimotor. Awalnya perilaku ini berfokus pada tubuh mereka sendiri secara eksklusif (misalnya, mereka mungkin berulang kali menempatkan jari tertentu dalam mulut mereka), tapi akhirnya perilaku mereka melibatkan objek di sekitarnya juga. Piaget mengatakan bahwa pada sebagian besar tahun pertama perilakunya bersifat spontan dan tidak terencana.

B. Tahap Praoperasional (umur 2 sampai umur 6 atau 7)

Kemampuan untuk menggambarkan benda-benda dan peristiwa secara mental (pemikiran simbolik) memberikan pandangan yang luas tentang dunia pada anak-anak. Salah satu sumber simbol utama pada tahap ini adalah bahasa. Kosakata yang meningkat memberikan skema yang baru yang berfungsi sebagai simbol yang memungkinkan anak-anak untuk berpikir tentang objek dan peristiwa di waktu yang berbeda dan di tempat yang jauh. Selain itu, bahasa memungkinkan anak-anak untuk mengkomunikasikan pikiran mereka dan menerima informasi dari orang lain.

C. Tahap Operasional Konkrit (usia 6 atau 7 sampai usia 11 atau 12)

Ketika anak-anak pindah ke tahap operasi konkret, proses berpikir mereka mulai mengambil bentuk operasi logis yang memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan berbagai kualitas dan perspektif suatu obyek atau kejadian. Pemikiran operasional tersebut memungkinkan sejumlah kemampuan yang lebih maju. Misalnya, anak-anak sekarang menyadari bahwa sudut pandang dan perasaan mereka sendiri belum tentu dimiliki oleh orang lain dan mungkin mencerminkan pendapat pribadi. Mereka dapat menerapkan operasi logis mereka hanya untuk hal yang bersifat konkrit, objek dan peristiwa yang dapat diamati – itulah sebabnya disebut operasional konkret.

D. Tahap Operasional Formal (umur 11 atau 12 sampai masa dewasa)

(10)

mereka menjadi lebih mampu memahami konsep-konsep abstrak matematika, ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu sosial.

2.4Berpikir Kritis, Kreatif, Ilmiah dan Metakognisi

Santrock (2012) menyebtukan bahwa ada tiga aspek penting dalam berpikir, yaitu kritis, kreatif, dan ilmiah. Berpikir kritis merupakan kegiatan berpikir yang reflektif, produktif, dan mengevaluasi fakta. Dan yang menjadi aspek penting dalam berpikir kritis adalah penuh perhatian (mindfulness). Penuh perhatian diartika sebagai sikap waspada, penuh perhatian,, dan fleksibel secara kognisi dalam menjalani tugas sehari-hari.

Berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk berpikir dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa, serta untuk menemukan solusi yang unik terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian kreativitas berbeda dengan intelegensi. Intelegensi lebih mengarah pada berpikir konvergensi, yaitu cara berpikir yang menghasilkan sebuah jawaban yang tepat dan ditandai dengan jenis berpikir yang dapat diukur dengan tes intelegensi. Sebagai contoh adalah pertanyaan; berapa banyak uang lima ribuan yang anda dapat jika ditukar dengan uang lima ratusan sebanyak dua ratus?. Sedangkan berpikir kreatif lebih mengarah kepada cara berpikir divergensi, yaitu cara berpikir yang menghasilkan berbaga jawaban terhadap suatu pertanyaan yang sama dan ditandai dengan adanya kreativitas. Contoh, apa gunanya bulpen selain untuk menulis? Dan pertanyaan yang tidak menuntut untuk dijawab dengan tepat lain yang dapat mengukur seberapa kreatif individu.

Berpikir ilmiah, sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya, berpikir ilmiah merupakan cara berpikir yang dilandasakan dengan ilmu pengetahuan, teori-teori, atau fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya. Ketiga cara bepikir ini (kritis, kreatif, dan ilmiah) sangat penting dalam dunia pendidikan. Berpikir kritis digunakan untuk menanggapi isu-isu terkini, menganalisis, mengaitkan, hingga menyimpulkan. Sehingga informasi yang ada tidak ditelan mentah-mentah. Sedangkan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam pemecahan masalah, menghasil suatu inovasi-inovasi dalam ilmu pengetahun. Sedangkan berpikir ilmiah sangat diperlukan untuk mempertanggungjawabkan pendapat, menguji kebenaran.

(11)

Beberapa strategi untuk meningkatkan kemampuan metakognisi individu, antara lain: - Identifikasi diri yaitu dengan mengetahui apa yang aku bisa dan apa yang tidak aku

bisa.

- Regulasi diri yaitu pengaturan diri melalui perencanaan, penjadwalan kegiatan.

- Monitoring dan evaluasi yaitu mengawasi kegiatan yang telah dijadwalkan, memegang erat apa yang telah dijadwalkan, dan mengevaluasi, menambah atau mengurangi kegiatan, menilai, dan mnimbang baik buruknya.

3. Penutup 3.1Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan, sebagai berikut: a. Berpikir merupakan kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung,

mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, menimbang, dan memutuskan.

b. Dalam proses berpikir akan menimbulkan kegiatan jiwa berupa membentuk pengertian, membentuk pendapat, dan membuat kesimpulan.

c. Cara pengambilan kesimpulan ada tiga yaitu: deduktif, induktif, dan analogi.

d. Macam-macam berpikir: berpikir autistik, berpikir realistik, berpikir alamiah, berpikir ilmiah, berpikir dari pengalaman, berpikir representatif, berpikir kreatif, berpikir pendek, berpikir produktif, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan berpikir rasional.

e. Teori perkembangan kognitif piaget: sensori-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.

f. Berpikir kritis yaitu berpikir yang mengevaluasi, mewaspadai, reflektif, dan produktif. g. Berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang tidak biasa, dengan cara-cara yang

baru, dan dapat menemukan pemecahan masalah dengan cara-cara yang unik.

h. Berpikir ilmiah merupakan cara berpikir dengan dilandasi ilmu pengetahuna, teori, dan fakta yang teruji kebenarannya.

(12)

3.2Saran

Saran yang dapat penulis ajukan adalah,

a. Bagi pendidik, selain memperhatikan peserta didik untuk mengetahui definis, proses, dan teori tetang berpikir, juga memperhatikan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, terlebih berkenaan dengan metakognisi.

b. Bagi peserta didik, untuk dapat memahami dengan benar tentang materi berpikir, sehingga mampu mengaplikasikannya di kehidupan nyata.

Rujukan

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Santrock, John W. 2012. Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketiga Belas Jilid I. Penerjemah: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

relevan dengan perusahaan. 2) Laporan tahunan wajib memuat informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan, serta jumlah saham yang diperdagangkan untuk setiap

Supplementation with vitamin A & iron for nutritional anemia in pregnant women in west Java indonesia.. An Exclusively Human Milk-based Diet is Associated with a Lower

Tangan harus dicuci dengan sabun dan air bersih (atau handrub antiseptik) setelah melepas sarung tangan karena pada saat tersebut mungkin sarung tangan ada

HAK MINORITAS ATAS LABA (RUGI) BERSIH ANAK PERUSAHAAN 24. ELEMEN TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SESUAI DENGAN PSAK NOMOR 7 NO... a. Tanda Tangan dan

Tuliskan upaya yang ditempuh pemerintah dalam menembus upaya blockade laut yang dilakukan Belanda pada masa-masa awal kemerdekaan.. Pada 19 Januari 1947, atas inisiatif

Di mana pelatihan tersebut menggunakan pola penyesuaian bobot untuk mencapai nilai kesalahan yang minimum antara keluaran hasil prediksi dengan keluaran yang

Jadi kalaupun dia hanya punya uang 5juta saya ambil juga, berarti saya butuh 4 orang yang mau ngasih minjam saya 5juta, tanpa bunga, karena sorenya udah balik.. ~ tempat gak

Xiangping Wu (2012) meneliti tentang faktor–faktor yang mempengaruhi turnover intention pada industri retail Bangkok dan hasil penelitian ini menegaskan bahwa