1
MELALUI IN HOUSE TRAINING (IHT)
Oleh: Sutarmi, S. Pd. NIP. 19600416 198201 2 015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan pelaksanaan In House Training (IHT) guna meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM); dan 2) meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 melalui In House Training (IHT).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan In House Training bagi guru di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 guna meningkatkan kemampuan guru menetapkan KKM dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Pelaksanaan IHT dilakukan melalui metode ceramah, diskusi, dan pemberian tugas akhir; dan 2) In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam setiap aspek penilaian pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Kata Kunci: supervisi akademik, In House Training (IHT), Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembanganKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum berbasis kompetensi yangmenggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan analisis danmemperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan.
tersebut.Batas angka tersebut akan menjadi batas minimal yang harus dicapai siswa. Denganadanya batas minimal tersebut akan dapat diperoleh data mengenai persentase data siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut. Dengan demikian teknik penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut harus dapat disesuaikan dengan keadaan siswa yang ada disekolah. Agar penetapan Kriteria KetuntasanMinimal (KKM) tersebut dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan peningkatan kemampuan siswa (Muin, 2008: 1).
Kenyataan dilapangan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-langkah penetapan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran yangdapat memberikan informasi kepada guru yang dijadikan pedoman dalam penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Dari hasil pengamatan penulis, penentuan atau penetapan KKM masih ada komponen yang tidak sama dengan model-model yang diberikan Departemen Pendidikan Nasional, yaitu daya serap (intake) siswa sehingga menimbulkan penafsiran yang ganda. Cara pembuatan juga masih dominan menyadur kepunyaan orang lain, guru belum dapat menyesuaikan penetapan KKM dengan situasi lingkungan, sosial, ekonomi siswa dan sekolah.
Berdasarkan hasil pengamatan, di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, masalah yang ditemukan pada guru yang berhubungan dengan penetapan kriteria ketuntasan minimal pada umumnya memiliki dengan cara antara lain: 1) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) buatan sendiri; 2) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menyadur kepunyaan orang lain; 3) Ada indikasi yang dapat dijadikan sebagai dasar asumsi penyebab masalah yakni: a) Kurangnya sosialisasi dalam menetapkan KKM dari Dinas Pendiddikan; b) Sekolah belum banyak melaksanakan bimbingan khusus dalam menetapkan KKM; c) Guru yang mengikuti pelatihan/ diklat sebagian besar belum menginformasikan kepada rekan-rekan bidang studi yang lain; dan d) Kegiatan Kelompok Guru (KKG) belum maksimal,sering diasumsikan hanya sebagai reuni guru mata pelajaran.
ANDA BUTUH FILE SOFT COPY??
Soft copy file lengkap
PTK, PTS, DAN BERBAGAI KARYA
ILMIAH LAINNYA
SILAHKAN KONTAK KAMI
IWAN P.
WA: 083835932818
Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 adalah melalui In House Training (IHT). dengan In House Training (IHT) dipandang sebagai suatu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru menentukan atau menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dikarenakan dalam IHT tersebut guru dapat belajar dalam menentukan KKM secara komprehensif. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan In House Training (IHT) guna meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 melalui In House Training (IHT).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:
1. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kepala sekolah sebagai salah satu model untuk melakukan bimbingan kepada guru-guru dalam menetapkan KKM, khususnya di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk memperbaiki kinerja guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Hal ini diartikan bahwa siswa yang belum mencapai nilai KKM dikatakan belum tuntas.
seratus merupakan kriteria ketuntasan ideal. Satuan pendidikan dapat mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake. Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran; 2) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian; 3) KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak – pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan; dan 4) KKM dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS ) pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua atau wali peserta didik.
Gambar 1 Bagan Prosedur Penetapan KKM
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran:
Tabel 1
Skala Penilaian KKM Berdasarkan Skala Guru Aspek yang dianalis Kriteria dan skala penilaian
Atau dengan menggunakan poin/ skor pada setiap kriteria yang di
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kompleksitas Daya dukung Intake
Nilai
In House Training adalah training/ seminar yang didesain, diselenggarakan, dikelola oleh dan untuk lembaga tertentu saja. Sebelum dilaksanakan trainer sudah mengetahui masalah, kebutuhan, latar belakang trainer, sehingga trainer bisa merumuskan sasaran training, mendesain training, dan memilih metode.( http://www.krisnandira.com/2010/03/14/public-training-vs-inhouse-training-mana-lebih-efektif/). Menurut Syukriwan Hasnam In House Traing adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu, apakah itu lembaga profit atau pun non profit.
Keunggulan dari In House Training (IHT) antara lain adalah sebagai berikut: 1) Masalah yang diangkat sangat penting sehingga lebih fokus memberi jawab atas problem yang ada; 2) Permasalahan diketahui bersama – sama oleh peserta; dan 3) Sekolah lebih homogen sehingga mudah mendiskusikan, lebih dalam pembahasannya dan mudah mencari solusinya.
Kerangka Pemikiran
Pembinaan kemampuan guru dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui In House Training (IHT), yang bertujuan untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaan mereka dengan cepat dan ekonomis dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada. Pelaksanaan In House Training (IHT) yang dilakukan dengan berbagai metode pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan guru, khususnya dalam penetapan KKM yang disampaikan melalui In House Training (IHT) tersebut.
Dari paparan di atas, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal melalui kegiatan In House Training (IHT) yang lebih menekankan pada metode kolaboratif konsultatif akan memberikan kesempatan sharing antara satu guru dengan guru lain. Dengan demikian pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan Minimal dapat ditingkatkan baik dalam teoritisnya maupun implementasinya. Dengan demikian dapat diduga bahwa melalui In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penetapan KKM.
Kerangka pikir tersebut di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam bagan sebagai berikut:
Gambar 2 Diagram Kerangka Pemikiran
Kondisi Awal
Kondisi Akhir Tindakan
Kondisi Awal
- Kompetensi guru meningkat khususnya dalam menatapkan KKM
- Guru belum dapat menyusun dan menetapkan KKM
- Guru hanya menerima KKM yang dibuat Kepala Sekolah tanpa memberi penjelasan.
- Kepala Sekolah memberi penjelasan melalui In House Training
- Guru menyusun dan menetapkan KKM dengan dimbimbing oleh Kepala Sekolah
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas maka selanjutnya dapat dirumuskanhipotesis tindakan. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014”.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru adaptif dan normatif yang berjumlah 9 orang, terdiri dari 6 orang guru laki - laki dan 3 orang guru perempuan. Adapun objek dalam penelitian ini berupa in house training guna meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Penelitian dilakukan pada guru SD Banmati 02, Sukoharjo. Pemilihan lokasi penelitian, karena sekolah tersebut merupakan sekolah di mana peneliti bertugas sebagai kepala sekolah. Disamping itu, dari hasil supervisi ditemukan kelemahan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.
Penelitian ini dilakukan selama 7 (tujuh) minggu, yaitu dari minggu I bulan Juli sampai dengan Minggu ke IV Bulan Agustus tahun 2013. Adapun jadwal waktu penelitian terbagi dalam tabel berikut:
Tabel 3 Jadwal Waktu Penelitian No. Jadwal Penyusunan
Juli Agustus
Minggu Minggu
I II III I II III IV 1. Persiapan
2. Penyusunan proposal 3. Pembuatan instrumen 4. Pengumpulan data 5. Analisis data
6. Penyusunan laporan
Prosedur Penelitian
Sukoharjo. Tindakan yang akan dilakukan adalah berupa In House Training (IHT) dalam Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.
Rancangan penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Tanggart yang dikutip oleh Wiriaatmadja (2006: 214) di mana model tersebut terdiri atas empat langkah, yakni : plan (perencanaan), act (pelaksanaan), observe (pengematan), dan reflect (perenungan). Kempat langkah tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut.
Perencanaan. Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana dalam penelitian tindakan lebih menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenanrnya.
Pelaksanaan. Langkah kedua yang perlu diperhtikan adalah langkah pelaksanaan atau tindakan yang terkontrol secara saksama. Tindakan dalam penelitian harus harti-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur.
Observasi. Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti; memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekaranag dan yang akan datang. Observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang dharapkan atau yang tidak diharapkan.
Refleksi Hasil Tindakan. Langkah keempat adalah langkah reflektif. Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul dalam perencanaan tindakan strategik.
Langkah refklektif dapat berghuna untuk melakukan peninjauan, membuat gambaran kerja yang hidup dalam situasi proses penelitian, hambatan yang muncul dalam tindakan dan kemungkinan lain yang muncul selama proses penelitian.
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan
(Wiriaatmadja, 2006: 64)
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi. Selain observasi, teknik lain yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan analisis dokumen.
Teknik Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar (Sutopo, 2006: 75). Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Spradley (dalam Sutopo, 2006: 75) dikatakan bahwa pelaksanaan teknik observasi dapat dibagi menjadi: 1) observasi tidak berperan, dan 2) observasi berperan.
Studi dokumen dilakukan dengan penelitian mengenai dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kompetensi guru dalam penetapan KKM di SD Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
Teknik Analisis Data
dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.
Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja dalam penelitian ini mencakup indikator keberhasilan tindakan pada aspek hasil belajar siswa. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1. Guru dianggap sudah mempunyai kemampuan menetapkan KKM dengan
kategori Baik apabila sudah memperoleh skor > 70.00.
2. Tindakan dianggap berhasil apabila skor rata-rata yang diperoleh guru sudah mencapai kategori baik dengan skor rata-rata > 70.00.
3. Tindakan dianggap berhasil apabila jumlah guru yang sudah mempunyai kemampuan menetapkan KKM dengan kategori Baik (sudah memperoleh skor > 70.00) sudah mencapai > 75.00% dari jumlah guru.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan guru dalam menentukan KKM pada kndisi awal diketahui dari hasil penilaian yang dilakukan pada saat sebelum kegiatan In House Training (IHT) dilaksanakan. Penilaian dilakukan terhadap 6 aspek, yaitu: a) Aspek kejelasan KKM Indikator Pembelajaran; b) Aspek Standar Kompetensi; c) Aspek Kompetensi Dasar; d) Aspek kompleksitas; e) Aspek daya dukung; dan f) Aspek intake.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai kemampuan guru tertinggi dalam penetapan KKM adalah 80.00, nilai terendah diperoleh sebesar 50.00, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 62.96. Nilai rata-rata tersebut berada pada rentang kategori cukup baik.
Berdasarkan hasil skoring tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Amat Baik (A) adalah 1 orang guru (11.11%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Baik (B) adalah 2 orang guru (22.22%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Cukup Baik (C) adalah 2 orang guru (22.22%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategri Kurang Baik (D) adalah 4 orang guru (44.44%).
Tabel 4
Data Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM berdasarkan Kategori pada Kondisi Awal
No. Kategori Jumlah %
1. Amat Baik 1 11.11%
2. Baik 2 22.22%
3. Cukup Baik 2 22.22%
4. Kurang Baik 4 44.44%
Jumlah 9 100.00%
Data kemampuan guru menetapkan KKM berdasarkan kategori pada kondisi awal dapat diviasualisasikan ke dalam diagram berikut ini.
Gambar 4 Diagram Data Kemampuan Guru Menetapkan KKM Kondisi Awal
Deskripsi Tindakan Siklus I
Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilakukan pada hari Sabtu tanggal 15 Juli 2013, yaitu dari pukul 09.00 s.d 16.00 wib. Bahan kajian adalah penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara umum yang berlaku untuk semua bidang studi.
Berdasarkan pengamatan pelaksanaan pada siklus I, maka dapat diinterpretasikan setiap aspek pada lembar penilaian sebagai berikut:
Aktivitas guru dalam mengikuti IHT diukur berdasarkan 5 aspek pengamatan. Kelima aspek tersebut terdiri dari: a) Berpartisipasi aktif dalam kegitan kelompok; b) Tanggung jawab terhadap tugas; c) Kerja sama dalam
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
1
2 2
4
mengerjakan tugas; d) Kedisiplinan dalam kerja kelompok; dan e) Memusatkan perhatian pada materi.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan peserta termasuk aktif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang meliputi indikator berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok, tanggung jawab terhadap tugas, kedisiplinan dalam kerja kelompok, memusatkan perhatian pada materi yang memenuhi kategori aktif 7 orang (77.78%), dan yang kategori cukup aktif 2 orang (22.22%).
Hasil pengukuran terhadap kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada tindakan Siklus I menunjukkan bahwa kemampuan guru mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil penilaian dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai kemampuan guru tertinggi dalam penetapan KKM adalah 86.67, nilai terendah diperoleh sebesar 53.33, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 69.26. Nilai rata-rata tersebut berada pada rentang kategori cukup baik.
Berdasarkan hasil skoring tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Amat Baik (A) adalah 2 orang guru (22.22%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Baik (B) adalah 2 orang guru (22.22%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategori Cukup Baik (C) adalah 3 orang guru (33.33%). Jumlah guru yang memiliki kemampuan dengan kategri Kurang Baik (D) adalah 2 orang guru (22.22%).
Data jumlah guru yang memiliki kemampuan menetapkan KKM berdasarkan masing-masing kategori pada tindakan Siklus I tersebut di atas selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut ini.
Tabel 5
Data Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM berdasarkan Kategori pada Tindakan Siklus I
No. Kategori Jumlah %
1. Amat Baik 2 22.22%
2. Baik 2 22.22%
3. Cukup Baik 3 33.33%
4. Kurang Baik 2 22.22%
Jumlah 9 100.00%
Gambar 5 Diagram Data Kemampuan Guru Menetapkan KKM Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus I, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan sebagai berikut:
1. In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor rata-rata yang diperoleh guru dari sebesar 62.96 pada kondisi awal menjadi 69.26 pada tindakan Siklus I.
2. Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I masih belum optimal. Hal ini dikarenakan indikator keberhasilan tindakan berupa tercapainya nilai rata-rata > 70.00 belum tercapai. Hal lain yang menunjukkan belum optimalnya hasil yang diperoleh adalah bahwa jumlah guru dengan kemampuan menetapkan KKM kategori Baik dan Amat Baik belum mencapai > 75.00% dari jumlah guru, yaitu baru mencapai 44.44%.
3. Dari hasil yang dipperoleh pada tindakan Siklus I, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada tindakan Siklus II. Adapun perbaikan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a) Aspek KKM pada indikator pembelajaran; b) Aspek kriteria penetapan ketuntasan pada kompleksitas; dan c) Aspek kriteria penetapan ketuntasan pada intake.
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
2 2
3
2
Deskripsi Tindakan Siklus II
Perencanaan pada tindakan Siklus II dilakukan dengan mempertimbangkan hasil refleksi dari tindakan siklus sebelumnya. Dalam tahap perencanaan yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan perbaikan temuan siklus 1 antara lain KKM pada indikator, kompleksitas dan intake; 2) Menyiapkan contoh KKM; dan 3) Menyiapkan format penilaian tugas akhir dan target yang hendak dicapai.
Pelaksanan tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Agustus 2013 dari pukul 09.00 s/d 14.00 wib. Bahan kajian adalah penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal secara umum yang berlaku untuk semua bidang studi.
Berdasarkan pengamatan pelaksanaan pada tindakan Siklus II maka dapat diinterpretasikan setiap aspek pada lembar penilaian sebagai berikut: Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru mengikuti IHT pada tindakan Siklus II menunjukkan bahwa tingkat keaktifan peserta lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan peserta termasuk aktif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang meliputi indikator berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok, tanggung jawab terhadap tugas, kedisiplinan dalam kerja kelompok, memusatkan perhatian pada materi yang memenuhi kategori sangat aktif 4 orang (44.44%), kategri aktif sebanyak aktif 4 orang (44.44%), dan yang kategori cukup aktif 1 orang (11.12%).
Hasil pengukuran terhadap kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada tindakan Siklus I menunjukkan bahwa kemampuan guru mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil penilaian dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai kemampuan guru tertinggi dalam penetapan KKM adalah 93.33, nilai terendah diperoleh sebesar 63.33, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 79.26. Nilai rata-rata tersebut berada pada rentang kategori baik.
Data jumlah guru yang memiliki kemampuan menetapkan KKM berdasarkan masing-masing kategori pada tindakan Siklus II tersebut di atas selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut ini.
Tabel 6
Data Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM berdasarkan Kategori pada Tindakan Siklus II
No. Kategori Jumlah %
1. Amat Baik 4 44.44%
2. Baik 3 33.33%
3. Cukup Baik 2 22.22%
4. Kurang Baik 0 0.00%
Jumlah 9 100.00%
Berdasarkan hasil-hasl tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jumlah guru yang sudah memiliki kemampuan menetapkan KKM dengan kategori Amat Baik (A) dan Bak (B) adalah sebanyak 7 orang guru (77.78%). Sisanya sebanyak 2 orang guru (22.22%) termasuk ke dalam kategori Cukup Baik (C).
Data kemampuan guru menetapkan KKM berdasarkan kategori pada tindakan Siklus II dapat diviasualisasikan ke dalam diagram berikut ini.
Gambar 6 Diagram Data Kemampuan Guru Menetapkan KKM Tindakan Siklus II 0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Amat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
4
3
2
0
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus II, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan sebagai berikut.
1. In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor rata-rata yang diperoleh guru dari sebesar 62.96 pada kondisi awal, meningkat menjadi 69.26 pada tindakan Siklus I, dan kemudian meningkat menjadi 79.26 pada tindakan Siklus II.
2. Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus II sudah cukup optimal. Hal ini ditunjukkan dengan terpenuhinya indikator keberhasilan tindakan berupa tercapainya nilai rata-rata > 70.00 dan tercapainya jumlah guru dengan kemampuan menetapkan KKM kategori Baik dan Amat Baik > 75.00% dari jumlah guru, yaitu sudah mencapai 77.78%.
Pembahasan Hasil Tindakan
Hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa ”In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor rata-rata hasil penilaian kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Hasil penilaian terhadap kemampuan guru pada tahap pra siklus tindakan atau kndisi awal menunukkan bahwa kemampuan guru dalam menetapakan KKM masih kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian bahwa nilai tertinggi adalah 80.00, nilai terendah diperoleh sebesar 50.00, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 62.96. Nilai rata-rata tersebut berada pada rentang kategori cukup baik. Ditinjau dari jumlah guru yang sudah mempunyai kemampuan menetapkan KKM dengan kategori Amat Baik (A) dan Baik (B) baru mencapai 33.33%.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka kepala sekolah perlu melakukan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah adalah dengan melakukan kegiatan In House Training (IHT) guna meningkatkan kemampuan guru menetapkan KKM.
sudah mempunyai kemampuan menetapkan KKM dengan kategori Amat Baik (A) dan Baik (B) meningkat menjadi 44.44%.
Mengingat bahwa hasil yang diperoleh belum optimal, yang ditandai dengan belum terpenuhinya indikator kinerja, maka dilakukan perbaikan pada tindakan siklus berikutnya. Perbaikan yang dilakukan kepala sekolah pada tindakan Siklus II adalah dengan memperbaiki aspek-aspek yang masih menjadi kelemahan guru. Aspek-aspek yang diperbaiki adalah berupa: a) Aspek KKM pada indikator pembelajaran; b) Aspek kriteria penetapan ketuntasan pada kompleksitas; dan c) Aspek kriteria penetapan ketuntasan pada intake.
Perbaikan yang dilakukan kepala sekolah pada tindakan Siklus II cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan guru. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan guru dalam menetapkan KKM dari sebesar 69.26 pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 79.26 pada tindakan Siklus II. Ditinjau dari jumlah guru yang sudah mempunyai kemampuan menetapkan KKM dengan kategori Amat Baik (A) dan Baik (B) meningkat menjadi 77.78%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, selanjutnya dapat diperoleh simpulan penelitian sebagai berikut:
1. Pelaksanaan In House Training bagi guru di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 guna meningkatkan kemampuan guru menetapkan KKM dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Pelaksanaan IHT dilakukan melalui metode ceramah, diskusi, dan
pemberian tugas akhir.
2. In House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri Banmati 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam setiap aspek penilaian
pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
kepala sekolah agar lebih intensif dalam memberikan bimbingan kepada guru melalui berbagai program pelatihan.
2. Bagi Guru
Kegiatan In House Training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan KKM, untuk itu disarankan kepada para guru agar dapat memanfaatkan kegiatan pelatihan yang dilakukan sekolah guna meningkatkan kemampuan profesionalisme mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional 2008, Materi Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departeman Pendidikan Nasonal 2007, Model Penilaian Kelas Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional 2007, Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.
Supardi Suharjono R, Arikunto Suharsimi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas Jakarta : PT Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.
Purwanto Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Uzer dan Setiawati Lilis. 2003. “Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMT)”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Biodata Penulis:
Nama : Sutarmi, S. Pd.
NIP : 19600416 198201 2 015 Jabatan : Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri Banmati 02