• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL BEST PRACTICE REFORMASI BIROKRASI DALAM PENINGKATAN KUALITAS IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL BEST PRACTICE REFORMASI BIROKRASI DALAM PENINGKATAN KUALITAS IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MODUL BEST PRACTICE

REFORMASI BIROKRASI

DALAM PENINGKATAN KUALITAS

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI

Teknis Substantif Administratif Bidang Reformasi Birokrasi

(3)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA Pasal 1

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

MODUL BEST PRACTICE

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

2020

REFORMASI BIROKRASI

DALAM PENINGKATAN KUALITAS

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI

Teknis Substantif Administratif Bidang Reformasi Birokrasi

Sri Yusfini Yusuf, S.H., M.Si

Ma`Mun, Bc.I.P., S.H., M.H.

(5)

BPSDM KUMHAM Press

Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere-Depok 16512

Telepon (021) 7540077, 754124; Faksimili (021) 7543709, 7546120 Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id

Cetakan I : September 2020 Perancang Sampul : Maria Mahardhika Penata Letak : Maria Mahardhika Ilustrasi Sampul : freepik.com & pixabay.com xii+122 hlm; 18 x 25 cm

ISBN: 978-623-6869-27-7

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip dan memublikasikan

sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin penerbit. Dicetak oleh:

PERCETAKAN POHON CAHAYA

Isi di luar tanggung jawab percetakan Sri Yusfini Yusuf, S.H., M.Si Ma`Mun, Bc.I.P., S.H., M.H.

MODUL BEST PRACTICE

REFORMASI BIROKRASI DALAM PENINGKATAN

KUALITAS IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI

(6)

KATA SAMBUTAN

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya Modul Best Practice berjudul “Reformasi Birokrasi dalam Peningkatan Kualitas Implementasi Reformasi Birokrasi" telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali para pembaca agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Modul Best Practice merupakan strategi pendokumentasian pengetahuan

tacit yang masih tersembunyi dan tersebar di banyak pihak, untuk menjadi bagian

dari aset intelektual organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber-sumber pengetahuan yang dapat disebarluaskan sekaligus dipindah tempatkan atau replikasi guna peningkatan kinerja individu maupun organisasi. Keberadaan Modul Best Practice dapat mendukung proses pembelajaran mandiri, pengayaan materi pelatihan dan peningkatan kemampuan organisasi dalam konteks pengembangan kompetensi yang terintegrasi (Corporate University) dengan pengembangan karir.

Modul Best Practice pada artinya dapat menjadi sumber belajar guna memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit 20 jam pelajaran (JP) bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).

(7)

Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga modul ini dapat berkontribusi positif bagi para pembacanya dan para pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.

Selamat Membaca… Salam Pembelajar…

Jakarta, Agustus 2020 Kepala Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, karena atas kehendak dan perkenanan-Nya, kita masih diberi kesempatan dan kesehatan dalam rangka penyusunan Modul Best Practice berjudul “Reformasi Birokrasi dalam Peningkatan Kualitas Implementasi Reformasi Birokrasi”.

Modul Best Practice “Reformasi Birokrasi dalam Peningkatan Kualitas Implementasi Reformasi Birokrasi” menjadi sumber pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan terhadap keberagaman bidang tugas dan fungsi serta kinerja organisasi Kemenkumham. Selain itu modul ini juga menjadi upaya untuk memperkuat dan mengoptimalkan kegiatan pengabadian aset intelektual dari pengetahuan tacit individu menjadi pengetahuan organisasi. Pengetahuan tacit yang berhasil didokumentasikan akan sangat membantu sebuah organisasi dalam merumuskan rencana strategis pengembangan kompetensi baik melalui pelatihan maupun belajar mandiri, serta implementasi Kemenkumham Corporate University (CorpU).

Demikian Modul Best Practice “Reformasi Birokrasi dalam Peningkatan Kualitas Implementasi Reformasi Birokrasi” ini disusun, dengan harapan modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi para pembaca khususnya pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Depok, 26 Oktober 2020 Kepala Pusat Pengembangan Diklat

Teknis dan Kepemimpinan,

Hantor Situmorang NIP 196703171992031001

(9)
(10)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Deskripsi Singkat ... 3 C. Tujuan Pembelajaran ... 3 D. Materi Pokok ... 3 E. Petunjuk Belajar ... 4

BAB II KONSEPSI REFORMASI BIROKRASI ... 5

A. Konsep Dasar Reformasi Birokrasi... 5

B. Konsep Dasar Regulasi Reformasi Birokrasi ... 10

C. Tujuan, Sasaran dan Strategi Reformasi Birokrasi. ... 11

BAB III KONSEPSI ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI ... 19

A. Konsep Dasar Road Map Reformasi Birokrasi ... 19

B. Area Perubahan Reformasi Birokrasi ... 23

C. Isu-Isu Strategis Reformasi Birokrasi ... 26

D. Program-Program Reformasi Birokrasi Dalam Road Map ... 30

E. Quick Wins ... 53

F. Pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Hukum dan HAM 54 BAB IV KONSEPSI DASAR PMPRB DAN PEMBAGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WBK/WBBM ... 57

A. Konsepsi Dasar Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) .. 57

(11)

C. Pelaksanaan PMPRB Dan Pembangunan ZI Menuju WBK/WBBM

di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM ... 106

D. Langkah-langkah Percepatan Pelaksanaan RB di Kemenkumham : ... 110

BAB V PENUTUP ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran dan Rekomendasi... 119

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pelaksanaan

Reformasi Birokrasi ... 11

Gambar 2.3 Hubungan antara Tujuan dan Sasaran Reformasi Birokrasi dengan Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2020-2024 ... 16

Gambar 2.4 Tingkatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi ... 17

Gambar 3.1. Grand Design Reformasi Birokrasi ... 20

Gambar 3. 2. Kerangka Pikir dan Keterkaitan Antar Bagian Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 ... 22

Gambar 3.3. Hal-Hal Baru pada Roadmap RB 2020-2024 ... 23

Gambar 3.4. Area Perubahan ... 23

Gambar 3.5. Arahan Utama Presiden Republik Indonesia ... 29

Gambar 3.7 Kerangka Waktu Road Map Reformasi Birokrasi ... 31

Gambar 3.8. Perbedaan Quick Win Mandatory dan Quick Win Mandiri ... 54

Gambar 4.1 Persentase Komponen Penilaian RB ... 57

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sasaran dan Target Reformasi Birokrasi 2020-2024 ... 14

Tabel 3.1. Sasaran Level Meso Reformasi Birokrasi 2020-2024 ... 32

Tabel 3.2. Indikator Program pada Setiap Sasaran Reformasi Birokrasi . 45 Tabel 3.3 Kegiatan Level Mikro Reformasi Birokrasi 2020-2024 ... 47

Tabel 4.2 Bobot Komponen Pengungkit... 102

Tabel 4.3 Bobot Komponen Hasil... 102

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945 banyak permasalahan yang dialami oleh Bangsa Indonesia permasalahan tersebut terkait dengan pelayanan publik yang buruk, dan pemerintahan yang tidak akuntabel. Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi permasalahan pokok yang tidak dapat dilepaskan dari birokrasi di Indonesia, Permasalahan ini menggangu jalannnya otoritas pemerintah dan pelayanan di Indonesia. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 dengan ekses masal yang dialami oleh bangsa ini seakan-akan menjadi puncak dari kekecewaan rakyat Indonesia. Kondisi krisis tersebut mengakibatkan lahirnya tuntutan masyarakat yang kecewa oleh kejadian tersebut sehingga masyarakat menuntut diadakannya reformasi penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Permasalahan lain yang menjadi faktor perlu di gulirkannya reformasi birokrasi di Indonesia yaitu adanya permasalahan internal dan ekternal yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Permasalahan internal yaitu lembaga pemerintah yang masih belum kompetitif dan efektif dalam menjalankan tugasnya, sumberdaya manusia yang belum berkualitas, dan penyelenggaraaan pemerintahan yang belum berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Selain permasalahan internal, ter-dapat juga permasalahan eksternal yaitu bangsa Indonesia dihadapkan pada persaingan antar bangsa seperti persaingan industri, perdagangan, pelayanan dan sumber daya manusia. Permasalahan internal dan eksternal tersebut menjadi hal yang segera di selesaikan agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dalam persaingan antar bangsa di tingkat regional dan internasonal.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, reformasi birokrasi nasional perlu merevisi dan membangun berbagai regulasi, memodernkan berbagai kebijakan dan praktek manajemen pemerintah pusat dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan paradigma dan

(15)

peran baru. Upaya tersebut membutuhkan suatu grand design dan road map reformasi birokrasi yang menjadi dasar pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk yang

berisi arah kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional untuk kurun waktu 2010-2025. Sedangkan Road Map Reformasi Birokrasi adalah bentuk operasionalisasi Grand Design reformasi birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

Dengan adanya Grand Design sebagai dasar pelaksanaan Reformasi Birokrasi, pada tahun 2020 diharapkan dapat diwujudkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas korupsi, kolusi, serta nepotisme. Selain itu, diharapkan pula dapat diwujudkan pelayanan publik yang sesuai dengan harapan masyarakat, harapan bangsa Indonesia yang semakin maju dan mampu bersaing dalam dinamika global yang semakin kompetitif, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi semakin baik, SDM aparatur yang semakin profesional, serta mind-set dan culture-set yang mencerminkan integritas dan berkinerja tinggi.

Reformasi Birokrasi di Kementerian Hukum dan HAM telah dicanangkan sejak reformasi bergulir dengan berpedoman pada ketentuan/peraturan/ petunjuk pelaksana yang dikeluarkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN- RB) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik berintegritas, adaptif, bersih dari perilaku korupsi kolusi dan nepotisme, mampu melayani publik secara akuntabel, serta memegang teguh Tata Nilai Kami PASTI dan Kode Etik Perilaku pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.

(16)

Berlatar belakang hal tersebut di atas maka disusunlah modul Reformasi Birokrasi dengan tujuan untuk memperbaharui dan menambah hal-hal yang perlu dilakukan guna mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi, serta bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pegawai Kementerian Hukum dan HAM RI terkait pelaksanaan reformasi birokrasi.

B. Deskripsi Singkat

Materi ini membekali para pembaca agar dapat memahami dan mampu menjelaskan tentang konsep pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Belajar

Setelah mempelajari modul ini para pembelajar diharapkan dapat menjelaskan tentang konsep pelaksanaan reformasi birokrasi.

2. Indikator Hasil belajar

Setelah mempelajari modul ini para pembelajar dapat : a. Dapat menjelaskan tentang konsep reformasi birokrasi

b. Dapat memahami proses pelaksanaan pelaksanaan reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM

c. Dapat menyusun langkah-langkah strategis pelaksanaan re-formasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM. d. Dapat mengimplementasikan sasaran reformasi birokrasi

nasional.

D. Materi Pokok

1. Konsep Dasar Reformasi Birokrasi a. Konsep Dasar Reformasi Birokrasi

1) Pengertian Reformasi Birokrasi

2) Pengertian Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road

Map Reformasi Birokrasi.

3) Pengertian Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi (PMPRB) dan Pembagunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

(17)

b. Konsep Dasar Regulasi Reformasi Birokrasi c. Tujuan, Sasaran Dan Strategi Reformasi Birokrasi.

1) Tujuan Reformasi Birokrasi. 2) Sasaran Reformasi Birokrasi 3) Strategi Pelaksanaan.

2. Konsepsi Road Map Reformasi Birokrasi

a. Konsep Dasar Road Map Reformasi Birokrasi b. Area Perubahan Reformasi Birokrasi

c. Isu – Isu Strategis Reformasi Birokrasi

d. Program – Program Reformasi Birokrasi Dalam Road Map e. Quick Wins

f. Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Hukum Dan HAM.

3. Konsepsi Dasar PMPRB Dan Pembagunan Zona Integritas Menuju WBK/WBBM

a. Konsepsi Dasar Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

b. Konsepsi Dasar Pembagunan Zona Integritas Menuju WBK/ WBBM

c. Pelaksanaan PMPRB dan Pembangunan ZI menuju WBK/ WBBM di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM

E. Petunjuk Belajar

Untuk mempermudah penggunaan modul dan memberikan hasil yang optimal dalam proses pembelajaran, maka ada beberapa petunjuk yang harus dilakukan, yaitu:

1. Bacalah tahap demi tahap dari bab/sub bab yang telah disusun secara kronologis sesuai dengan urutan pemahaman.

2. Selesaikan belajar dalam bab pertama dahulu, setelah paham dan selesai melakukan semua petunjuk dari bab tersebut diselesaikan secara menyeluruh baru dapat beranjak ke bab berikutnya. sehingga pembaca dapat mengukur keberhasilan masing-masing secara bertahap.

(18)

BAB II

KONSEPSI REFORMASI BIROKRASI

Setelah membaca bab ini, di harapkan dapat memahami dan menjelaskan pengertian reformasi birokrasi, regulasi reformasi birokasi, dan tujuan, sasaran, strategi reformasi birokrasi

Reformasi birokrasi memiliki berbagai komponen yang perlu di pahami satu persatu agar terbangun pemahaman yang benar mengenai konsep dari reformasi birokrasi. Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian reformasi birokrasi dari pedapat para ahli, pada poin selanjutnya di paparkan mengenai Pengertian

Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi,yang

terakhir pemaparan mengenai Pengertian Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi (PMPRB) dan pengertian Pembagunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Regulasi reformasi birokrasi dan tujuan, sasaran dan strategi reformasi birokrasi

A. Konsep Dasar Reformasi Birokrasi

Reformasi Birokrasi merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan, pembangunan nasional, dan menyelaraskan birokrasi pemerintahan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi agar sesuai dengan dinamika tuntutan masyarakat.

1. Pengertian Reformasi Birokrasi

Untuk memahami konsep dasar pengertian reformasi birokrasi secara menyeluruh, maka perlu di berikan pengertian reformasi dan pengertian birokrasi dari para ahli dan jurnal, agar mudah memahami pengertian reformasi birokrasi.

Saat ini pemerintah tengah fokus melakukan reformasi yang bertujuan untuk memperbaiki birokrasi yang selama ini dinilai buruk oleh masyarakat. Reformasi sebenarnya sudah ada sejak zaman pemerintahan yang terdahulu. dimana dapat dilihat telah adanya

(19)

usaha untuk melakukan perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Reformasi dapat diterjemahkan dengan pemaknaan upaya yang dilakukan untuk menjadikan pemerintahan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Seperti halnya Sedarmayanti (2009:67), yang mengatakan bahwa reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, konferensif, ditujukan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik (Good

Governance).

Pendapat mengenai reformasi juga disampaikan Widjaja (2011:75), mengatakan bahwa reformasi adalah suatu usaha yang dimaksud agar praktik-praktik politik, pemerintah, ekonomi dan sosial budaya yang dianggap oleh masyarakattidak sesuai dan tidak selaras dengan kepentingan masyarakat dan aspirasi masyarakat diubah atau ditata ulang agar menjadi lebih sesuai dan lebih selaras (sosio- reformasi). Kemudian pendapat Prasojo (2009:xv), mengatakan bahwa reformasi merujuk pada upaya yang dikehendaki (intended change), dalam suatu kerangka kerja yang jelas dan terarah, oleh karena itu persyaratan keberhasilan reformasi adalah eksistensi peta jalan (road map), menuju suatu kondisi, status dan tujuan yang ditetapkan sejak awal beserta indikator keberhasilannya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa reformasi merupakan perubahan yang didalamnya terdapat upaya untuk menjadikan pemerintahan menjadi lebih baik sesuai dengan keinginan masyarakat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang baik, berarti fokus dari reformasi itu sendiri adalah birokrasi, karena birokrasi merupakan badan penyelenggara urusan negara. Sehingga untuk mewujudkan Good Governance berarti harus dilakukannya reformasi pada badan birokrasi.

Penjelasan mengenai reformasi birokrasi yang di paparkan diatas menunjukan bahwa focus dari reformasi yang dilakukan pemerintah adalah untuk memperbaiki birokrasi, terdapat banyak definisi mengenai konsep dan pengertian birokrasi.

(20)

Menurut Hegel dalam Sulistio & Budi (2009: 07), mengungkapkan bahwa birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organik yang netral dalam struktur sosial dan berfungsi sebagai penghubung antara negara yang memanifestasikan kepentingan umum dan masyarakat sipil yang mewakili kepentingan khusus dalam masyarakat.

Blau dalam Pasolong (2008:7) mengatakan bahwa birokrasi merupakan organisasi yang dirancang untuk menyelesaikan tugas- tugas administratif dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis.

Senada dengan pendapat diatas menurut Muhaimin dalam Sulistio & Budi (2009:08), mengatakan bahwa birokrasi adalah keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas membantu pemerintah (untuk memberikan pelayanan publik) dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu. Sementara itu Blau dan Page dalam Santosa (2008:2), mengatakan bahwa birokrasi sebagai sebuah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinasikan secara sistematik dari pekerjaan banyak orang.

Merujuk pada pendapat para ahli pada paparan diatas dapat disimpulkan bahwa birokrasi dapat dikatakan sebagai suatu organisasi yang memiliki tugas sebagai penyelenggara pemerintahan dan bertugas untuk melayani masyarakat. Reformasi ditujukan untuk memperbaiki birokrasi, dikarenakan birokrasi yang bertugas melayani masyarakat dan bersentuhan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu untuk memperbaiki penyelenggaraan pelayanan publik maka pemerintah melakukan reformasi birokrasi.

Selajutnya pendapat para ahli mengenai Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber

(21)

daya manusia aparatur (Modul Manajemen Reformasi Birokrasi

Kemenkumham, 2019:11)

Menurut Sedarmayanti (2009:72), mengatakan bahwa reformasi birokrasi merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektifitas, efisien, dan akuntabilitas. Reformasi birokrasi pemerintahan diartikan sebagai penggunaan wewenang untuk melakukan pembenahan dalam bentuk penerapan peraturan baru terhadap sistem administrasi pemerintahan untuk mengubah tujuan, struktur maupun prosedur yang dimaksudkan untuk mempermudah pencapaian tujuan pembangunan (Dede Mariana,Jurnal Sosiohumaniora, November 2006: 7)

2. Pengertian Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi.

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk

untuk kurun waktu 2010-2025 berisi langkah-langkah umum penataan organisasi, penataan tatalaksana, penataan manajemen sumber daya manusia aparatur, penguatan sistem pengawasan intern, penguatan akuntabilitas, peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemberantasan praktek KKN.

Pelaksanaan operasional dari Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, dituangkan melalui Road Map Reformasi Birokrasi yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN- RB).

Road Map Reformasi Birokrasi adalah bentuk operasionalisasi

dari Grand Design Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan Reformasi Birokrasi dari 1 (satu) tahapan ke tahapan selanjutnya selama 5 (lima) tahun dengan sasaran per tahun yang jelas.

(22)

3. Pengertian Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi (PMPRB) dan Pembagunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

Merujuk pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Pengertian Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang selanjutnya disingkat PMPRB adalah model penilaian mandiri yangberbasis prinsip Total Quality Management dan digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta analisis yang menyeluruh terhadap kinerja instansi pemerintah.

Selanjutnya Pengertian Pembagunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi Dan Wilayah Birokrasi Bersih Dan Melayani Di Lingkungan Instansi Pemerintah yaitu

a. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;

b. Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi yang selanjutnya disingkat Menuju WBK adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja/kawasan yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja;

(23)

c. Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani yang selanjutnya disingkat Menuju WBBM adalah predikat yang diberikan kepad suatu unit kerja/kawasan yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.

B. Konsep Dasar Regulasi Reformasi Birokrasi

Pelaksanaan reformasi birokrasi secara umum di Indonesia berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025.

Pelaksanaan operasional dari Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, dituangkan melalui Road Map Reformasi Birokrasi yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB). Sejauh ini ada tiga dokumen

road map yang berhasil dibuat oleh pemerintah mengacu pada grand desain

RB 2010-2025. road map pertama (I) dituangkan melalui Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 dan road map kedua (II) ditetapkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019, dan road map ketiga (III) ditetapkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024.

Membahas mengenai reformasi birokrasi, tidak lepas juga dari komponen komponen yang ada dalam reformasi birokrasi, komponen tersebut meliputi Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi (PMPRB) dan Pembagunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Untuk regulasi Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi (PMPRB) diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. dan regulasi mengenai Pembagunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

(24)

Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi Dan Wilayah Birokrasi Bersih Dan Melayani Di Lingkungan Instansi Pemerintah.

C. Tujuan, Sasaran dan Strategi Reformasi Birokrasi.

Gambar 2.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 1. Tujuan Reformasi Birokrasi

Tujuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2020-2024 adalah men cip ta kan pemerintahan yang baik dan bersih. Pencapaian tujuan ini diukur melalui indikator global diantaranya: Ease of Doing Business (Kemudahan Melakukan Berbisnis) yang dikeluarkan oleh World Bank,

Corruption Perceptions Index (Indeks Persepsi Korupsi) ,Transparency International, Government Effectiveness Index (Tingkat Efektifitas

(25)

oleh Edelman. Selain akan diukur pada akhir periode Roadmap Reformasi Birokrasi 2020-2024, setiap indikator tersebut juga akan di evaluasi pencapaiannya setiap tahun sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang terkait dengan strategis reformasi birokrasi pada berbagai tingkatan.

2. Sasaran Reformasi Birokrasi

Pembangunan di sub bidang aparatur negara diarahkan pada tiga sasaran pembangunan. Sasaran Reformasi Birokrasi disesuaikan dengan sasaran pembangunan sub sektor aparatur negara, sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 yang Reformasi Birokrasi 2020-2024. juga akan digunakan sebagai sasaran Reformasi Birokrasi. Terdapat tiga sasaran Reformasi Birokrasi, yaitu:

a. Birokrasi yang bersih dan Akuntabel; b. Birokrasi yang Kapabel;

c. Pelayanan Publik yang Prima.

Ketiga sasaran Reformasi Birokrasi tersebut diyakini merupakan pengungkit utama dari pencapaian tujuan dan berbagai indikatornya. Penetapan ketiga sasaran di atas juga mempertimbangkan keberlanjutan dari sasaran Reformasi Birokrasi periode sebelumnya dengan memperhatikan lingkungan strategis pemerintah. Berikut gambaran hubungan sasaran Reformasi Birokrasi periode sebelumnya dengan sasaran Reformasi Birokrasi 2020-2024.

(26)

Gambar 2.2

Perbandingan Sasaran Reformasi Birokrasi Antar Periode

Terdapat tujuh indikator sasaran yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan sasaran Reformasi Birokrasi 2020-2024. Di bawah ini adalah rincian dari indikator sasaran Reformasi Birokrasi 2020-2024 beserta baseline tahun 2019 dan target pada tahun 2024.

(27)

Tabel 2.1 Sasaran dan Target Reformasi Birokrasi 2020-2024

SASARAN INDIKATOR SASARAN BASELINE2019 TARGET 2024 Birokrasi yang bersih dan akuntabel 1. Persentase n.a 100% kementerian/lembaga/pe merintah daerah dengan Indeks Perilaku Anti Korupsi minimal baik 2. Persentase

kementerian/lembaga/pe merintah daerah dengan Predikat SAKIP minimal B

K/L a. 96,40% a. 100% Provinsi b. 94,12% b. 100% (2018) Kabupaten/Kota c. 46,85% c. 100% (2018) 3. Persentase kementerian/lembaga/ pemerintah daerah

dengan Opini BPK minimal WTP K/L a. 94% (2018) a. 100% Provinsi b. 94% b. 100% (2018) Kabupaten/Kota c. c.84,5% c. 100% (2018)

Birokrasi 1. Persentase n.a 100%

yang kementerian/lembaga/pe kapabel merintah daerah dengan

Indeks Kelembagaan baik K/L Provinsi Kabupaten/Kota

(28)

2. Persentase

kementerian/lembaga/pe merintah daerah dengan predikat penilaian SPBE minimal Baik (Indeks SPBE >2,6): a. K/L 74% 100% b. Pemerintah Provinsi 50% 80% c. Pemerintah Kabupaten/ Kota 22% 50% 3 Nilai Indeks 65,7 100 Profesionalitas ASN 100 (2018) Pelayanan Publik yang Prima 1 Persentase Kementerian/Lembaga/ pemerintah daerah dengan Indeks

Pelayanan Publik yang Baik.

a. K/L 59,52% 100%

b. Pemerintah Provinsi 76,47% 100% c. Pemerintah Kabupaten/kota 33,27% 100% 3. Strategi Pelaksanaan

Dalam rangka memastikan pencapaian tujuan dan sasaran Road

Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 tercapai, strategi pelaksanaan

Reformasi Birokrasi harus ditetapkan sebaik mungkin. Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 ini menetapkan hal-hal baru yang tidak ada pada Road Map periode sebelumnya namun juga tetap mempertahankan hal-hal baik yang dianggap efektif dari Road Map periode sebelumnya.

Penambahan hal baru tersebut misalnya adalah ditetapkannya sasaran dan indikator program yang terukur agar ketercapaian perubahan pada setiap area dapat lebih dimonitor secara riil. Adapun diantara hal yang masih tetap dipertahankan dari Road Map periode sebelumnya adalah pengorganisasian pelaksanaan Reformasi Birokrasi kedalam tingkatan nasional dan instansional serta pelaksanaan quickwin pada tingkatan nasional dan instansional. Secara umum, hubungan antara

(29)

tujuan, sasaran, serta strategi pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2020-2024 dapat terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 Hubungan antara Tujuan dan Sasaran Reformasi Birokrasi dengan Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2020-2024

Secara umum pelaksanaan Reformasi Birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:

a. Nasional. Pada tingkat nasional, pelaksanaan Reformasi Birokrasi dibagi ke dalam tingkat pelaksanaan Makro dan Meso. 1) Makro. Tingkat pelaksanaan makro mencakup penetapan

arah kebijakan Reformasi Birokrasi secara nasional serta monitoring dan evaluasi pencapaian program-program Reformasi Birokrasi pada tingkat meso dan mikro.

2) Meso. Tingkat pelaksanaan meso mencakup pelaksanaan program Reformasi Birokrasi oleh instansi yang ditetapkan sebagai leading sector. Instansi tersebut bertanggung jawab dalam perumusan kebijakan-kebijakan inovatif, menerjemahkan kebijakan makro, mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan tersebut, serta pemantauan kemajuan pelaksanaannya.

b. Instansional. Pada tingkat instansional, disebut juga dengan tingkat pelaksanaan mikro, mencakup implementasi kebijakan/ program Reformasi Birokrasi pada masing-masing kementerian/ lembaga/pemerintah daerah. Kebijakan tersebut sebagaimana digariskan secara nasional melalui program makro, pogram

(30)

meso, dan pelaksanaan program atau inovasi lainnya yang masih menjadi bagian dari upaya percepatan Reformasi Birokrasi yang selaras dengan program Reformasi Birokrasi nasional.

(31)
(32)

BAB III

KONSEPSI ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

Setelah membaca bab ini, pembaca di harapkan dapat memahami dan menjelaskan konsep dasar Road Map Reformasi Birokrasi dan Area Perubahan Reformasi Birokrasi.

Road Map Reformasi Birokrasi merupakan bentuk operasionalisasi Grand

Design Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali

dan merupakan rencana rinci reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas. Pada bab ini akan di bahas mengenai konsep dasar Road yang di dalamnya mencangkup area perubahan reformasi Birokrasi, Isu-isu strategis reformasi birokrasi, Program- program reformasi birokrasi dan Quick Wins

A. Konsep Dasar Road Map Reformasi Birokrasi

Reformasi Birokrasi merupakan kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam rangka memastikan terciptanya perbaikan tata kelola pemerintahan. Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan prasyarat utama pembangunan nasional. Dalam rangka memastikan pengelolaan Reformasi Birokrasi yang efektif, pemerintah perlu untuk menetapkan perencanaan dan tata kelola Reformasi Birokrasi dalam sebuah dokumen perencanaan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan stakeholder yang berkepentingan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 yang terbagi dalam tiga periode Road Map Reformasi Birokrasi nasional, yaitu Road Map Reformasi Birokrasi

(33)

Gambar 3.1. Grand Design Reformasi Birokrasi

Pada Tahun 2020 ini Reformasi Birokrasi telah masuk kepada periode ketiga atau terakhir dari Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional. Pada tahap akhir ini, Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy) yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran, ditetapkan juga indikator tujuan dan indikator sasaran Reformasi Birokrasi. Penetapan indikator tujuan dan sasaran ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal yang dapat merepresentasikan sedekat mungkin profil birokrasi yang diinginkan serta lebih objektif karena menggunakan indikator keberhasilan Reformasi Birokrasi yang dipotret oleh Lembaga internasional dan digunakan oleh banyak negara di dunia.

Road Map disusun untuk membantu menjabarkan visi misi dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Presiden dan Wakil Presiden terpilih tentang Reformasi Birokrasi, melanjutan dari Grand

(34)

Design dan Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 sehingga

dapat menjadi acuan bagi kementerian/lembaga/pemerintah daerah dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi pada masing-masing kementerian/ lembaga/pemerintah daerah.

Dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 25 Tahun 2020 ini, asas yang akan dikedepankan adalah Fokus dan Prioritas. Fokus berarti bahwa upaya Reformasi Birokrasi akan dilakukan secara fokus pada akar masalah tata kelola pemerintahan. Prioritas berarti setiap instansi akan memilih prioritas perbaikan tata kelola pemerintahan sesuai dengan karakteristik sumber daya dan tantangan yang dihadapi.

Selain itu, guna meningkatkan kualitas Road Map ini dibandingkan dengan Road Map sebelumnya, terdapat setidaknya tiga hal yang diperbaharui. Pertama, Road Map ini lebih menekankan hal-hal yang bersifat implementatif dibandingkan dengan formalitas. Penyusunan strategi diarahkan untuk menjawab permasalahan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Kedua, program dan kegiatan didesain agar dapat diimplementasikan sampai dengan unit kerja kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Hal ini dilakukan agar reformasi birokrasi berjalan sampai dengan tingkatan paling terendah dari kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Ketiga, analisis dilakukan secara lebih holistik, komprehensif, dan antisipatif sehingga didapatkan potret kemajuan, tantangan, dan permasalahan Reformasi Birokrasi yang lebih utuh. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pembahasan tentang “Evaluasi atas Capaian Reformasi Birokrasi 5 Tahun Terakhir” serta “Analisis atas Lingkungan Strategis”. Kedua pembahasan tersebut menjadi dasar bagi penetapan Sasaran Reformasi Birokrasi, upaya yang perlu dilakukan, serta manajemen atau pengelolaan Reformasi Birokrasi.

(35)

Gambar 3. 2.

Kerangka Pikir dan Keterkaitan Antar Bagian Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024

Road Map ini memiliki tujuan dan sasaran Reformasi Birokrasi yang

ditetapkan didapatkan dari proses berpikir logis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti akademisi dari berbagai universitas, praktisi, pengusaha, birokrat, dan masyarakat dengan berdasarkan dua pertimbangan yang sudah disebutkan sebelumnya (evaluasi pencapaian Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan Analisis Lingkungan Strategis). Strategi pelaksanaan Reformasi Birokrasi juga diformulasikan secara lebih riil menjawab permasalahan yang terjadi di lapangan, dengan mengedepankan kolaborasi dan keterlibatan banyak pihak. Pengikutsertaan ini dilakukan secara vertikal, yaitu melibatkan setiap level jabatan dalam pemerintahan dari level paling strategis sampai paling teknis, maupun secara horizontal yaitu melibatkan banyak kementerian/lembaga terkait, dan unsur di luar pemerintahan seperti masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan politisi.

(36)

Gambar 3.3. Hal-Hal Baru pada Roadmap RB 2020-2024

B. Area Perubahan Reformasi Birokrasi

Pada Road Map 2020-2024 terdapat delapan area perubahaan yang menjadi fokus pembangunan, dari masing- masing area perubahan tersebut terdapat hal-hal yang harus di perbaiki dan dilaksanakan untuk mancapai tujuan dari reformasi birokrasi, 8 area perubahan tersebut yaitu

(37)

1. Area Manajemen Perubahan

Pada area ini Perubahan Mindset dan Budaya Kinerja di Lingkungan Organisasi merupakan hal yang akan dicapai untuk mencapai hal tersebut di perlukan Internalisasi paradigma pola pikir kepada seluruh ASN berdasarkan pada UU No 5 Tahun 2014 tentang ASN, Sehingga karakter dan budaya kinerja ASN lebih berintegritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelengarakan pelayanan pblik yang berkualitas bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat,dan pemersatu bangsa.

2. Deregulasi Kebijakan.

Pada area perubahan ini hal yang perlu dilakukan adalah reform pada Peraturan/ kebijakan yang dinilai menghambat kinerja dan perkembangan birokrasi harus sederhanakan hal ini bertujuan untuk percepatan dalam pemberian pelayanan. Penyederhanaan peraturan/ kebijakan di lakukan dengan melakukan pemetaan pada sejumlah peraturan Pemerintah, Peraturan presiden, Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri yang dinilai menghambat kinerja organisasi.

3. Penataan Organisasi

Pada area perubahan ini hal yang perlu dilakukan adalah Melakukan kajian pada Lembaga Non Struktural (LNS), dari hasil kajian tersebut berupa rekomendasi untuk melikuidasi instansi yang memiliki fungsi serupa, selanjutnya LNS yang fungsinya serupa akan diintegrasikan ke kementerian atau Lembaga pemerintah yang mengurusi bidang yang sama. Dan Melakukan perampingan struktur organisasi pemerintah mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 18 Thun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Dalam Jabatan Fungsional. Tujuannya adalah untuk menunjang kinerja yang efektif dan efisien agar komunikasi/ disposisi lebih fleksibel dan langsung ke fugsional.

(38)

4. Penataan Tata Laksana

Pada area perubahan ini hal yang perlu dilakukan yaitu mewajibkan penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang mengacu pada Peraturan Presiden No 95 Tahun 2019 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). dan Penerapan SPBE untuk integrasi proses bisnis, data, infrastruktur, aplikasi dan keamanan yang akan menghasilkan keterpaduan data secara nasional. SPBE bertujuan meminimalisir duplikasi data dan mengurangi pemborosan dalam pembelanjaan TIK, sehingga terwujudnya tatakelola pemerintah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

5. Penataan SDM Aparatur

Pada area perubahan ini hal yang perlu dilakukan adalah Pelaksanaan Merit Sytem untuk menciptakan ASN yang professional, berintegritas dan berdaya saing tinggi; Perencanaan kebutuhan / formasi jabatan didasarkan atas kebutuhan organisasi yang sesuai dengan peta jabatan instansi/ organiasasi yang telah ditepakan oleh pjabat pembina kepegawaian; System rekrutmen ASN secara kompetitif berbasis kompetensi dengan Computer Assisted Test (CAT), yang diselenggarakan dengan tahapan ujian Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) serta penetapan nilai ambang batas (Passing Grade); dan Penerapan Talent Pool ASN sebagai dasar pengembangan karier ASN. Dengan Talent Pool ini diharapkan dapat mewujudkan system pengkaderan pejabat tinggi ASN melalui system promosi terbuka, transparan, kompetensi dan kinerja.

6. Penguatan Akuntabilitas.

Pada area perubahan ini hal yang perlu dilakukan adalah Imple-mentasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di seluruh Kementerian/Lembaga/pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan perintah presiden guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemerintah, dengan menhamin APBN yang focus dan tepat sasaran. Hasil dari implementasi SAKIP adalah organisasi yang memiliki kinerja

(39)

tinggi dan pemanfaatan anggaran secara efektif dan efisien. dan Kebijakan Refocussing anggaran untuk menghindari pemborosan pada Kementerian/Lembaga.

7. Penguatan Pengawasan.

Pada area perubahan ini hal yang perlu dilakukan adalah Percepatan Reformasi Birokrasi yang masif melalui Pembagunan Zona Integritas pada seluruh unit kerja. Melalui pembangunan ZI menuju WBK/ WBBM dapat menciptakan kementerian/ Lembaga yang memiliki budaya anti korupsi dan pelayanan public yang prima kepada masyarakat.

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

Pada area perubahan ini hal yang perlu dilakukan adalah Peningkatan kualitas pelayanan publik yang akan berpengaruh pada semakin baiknya indeks persepsi masyarakat atas penyeleggaraan pelayanan public.

Adanya Inovasi pada pelayanan pubik seperti penyelengaraan pelayanan public secara terpadu dan terintegritas antara pelayanan pusat dan daerah dalam satu gedung pelayanan sebagai contoh Mall Pelayanan Publik (MPP);Pelaksanaan Sistem Informasi Pelayanan Publik dan Pelayanan Publik Berbasis Elektronik (e- Services) dan Pelaksanaan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N- LAPOR!) yang responsive.

C. Isu-Isu Strategis Reformasi Birokrasi

Isu strategis Reformasi Birokrasi adalah beberapa hal terkini yang segera direspon oleh pemerintah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, diantaranya penyederhanaan struktur dan kelembagaan birokrasi, program pemindahan ibu kota negara, dan pemanfaatan teknologi.

1. Penyederhanaan Struktur Dan Kelembagaan Birokrasi

Penataan dan penguatan organisasi dilakukan untuk men-dapatkan profil kelembagaan pemerintah yang tepat fungsi, tepat proses dan tepat ukuran. Organisasi pemerintah saat ini dihadapkan

(40)

pada tantangan yang tidak mudah dalam pencapaian birokrasi kelas dunia. Untuk mencapai hal tersebut maka penyederhanaan struktur dan kelembagaan birokrasi menjadi salah satu area perubahan dari reformasi birokrasi yang harus dilaksanakan. Penyederhanaan struktur dan kelembagaan birokrasi merupakan Langkah awal dalam transformasi kelembagaan pemerintah yang selanjutnya diikuti dengan penetapan tatalaksana dan koordinasi lintas bidang menuju terwujudnya Smart Institution.

Penyederhanaan birokrasi merupakan tindak lanjut pidato Presiden pada sidang paripurna MPR RI pada tanggal 20 Oktober 2019. Penyederhanaan birokrasi tersebut dilakukan dengan menyederhanakan struktur birokrasi menjadi dua level dan mengalihkan jabatan struktur dibawah dua level tersebut menjadi jabatan fungsional. Penyederhanaan birokrasi tersebut sudah dimulai dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara, yang salah satunya mengamanatkan agar struktur organisasi kementerian mengutamakan kelompok jabatan fungsional.

2. Pemindahan Ibu Kota Negara

Dalam rangka menciptakan pemerataan pembangunan dan pengelolaan pemerintahan yang lebih baik Presiden telah mengumumkan pemindahan Ibu Kota Negara dari DKI Jakarta ke sebagaian wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu disiapkan rencana yang terintegrasi antara pemindahan Ibu Kota Negara dengan Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024, meliputi transformasi kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, sistem dan prosedur kerja ASN, akuntabilitas dan pengawasan atas kinerja ASN serta pelayanan publik. Sebagai langkah awal perlu disusun undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya sebagai dasar persiapan, pembangunan dan pemindahan Ibu Kota Negara yang baru.

(41)

3. Transformasi Digital

Pesatnya perkembangan teknologi berdampak pada pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan dengan pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi digital. Tantangan global menuntut para eksekutif untuk cakap dan respon dalam menjalankan proses-proses pelayanan pemerintahan berbasis digital atau elektronik. Isu ini menjadi penting untuk direspon dalam merumuskan langkah strategis untuk mewujudkan pemerintahan kelas dunia di tahun 2025. Dalam hal ini, Kementerian/lembaga/pemerintah daerah harus melakukan transformasi digital melalui pelaksanaan tata kelola SPBE yang terpadu dalam rangka mendukung transformasi proses bisnis pemerintahan untuk mewujudkan layanan mandiri, layanan bergerak dan layanan cerdas yang fleksibel dan tanpa batas.

4. Arahan Utama Presiden Republik Indonesia

Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045. Kelima arahan tersebut mencakup Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pembangunan Infrastruktur, Penyederhanaan Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan Transformasi Ekonomi.

(42)

Gambar 3.5. Arahan Utama Presiden Republik Indonesia

Peran Reformasi Birokrasi untuk mewujudkan kelima arahan utama presiden tentang pembangunan nasional di atas adalah memastikan setiap program/kegiatan dilakukan dalam rangka mengakselerasi pencapaian kelima sasaran tersebut. Dalam hal pembangunan SDM, Reformasi Birokrasi perlu mendorong setiap ASN agar memiliki keterampilan dan kompetensi spesifik yang dapat membantu birokrasi menghadapi era digital dan industri 4.0.

Dalam hal pembangunan infrastruktur, Reformasi Birokrasi berperan untuk memastikan penggunaan anggaran dilakukan secara efektif, efisien, dan bebas dari segala penyimpangan. Salah satu perwujudannya adalah dengan meningkatkan pengawasan pada proyek- proyek srategis nasional.

(43)

Dalam hal penyederhanaan regulasi, Reformasi Birokrasi mengupayakan terbentuknya regulasi yang ideal di mana kuantitas regulasi perlu disederhanakan, namun tetap membawa dampak yang lebih baik, salah satunya adalah dengan mempercepat penyusunan Omnibus Law. Selain itu penyederhanaan regulasi perlu untuk dilakukan seluruh kementerian/lembaga/pemerintah daerah dalam rangka menciptakan kemudahan berusaha dan pembangunan ekonomi, serta meningkatkan efektivitas berbagai program pemerintah yang memerlukan kolaborasi lintas instansi.

Dalam hal penyederhanaan birokrasi, Reformasi Birokrasi perlu dilakukan dengan memangkas berbagai prosedur dan jenjang yang panjang dan berbelit. Salah satunya dengan melakukan penyederhanaan struktur organisasi menjadi lebih ramping dan efisien. Penyederhanaan birokrasi ini dilakukan untuk menciptakan kemudahan berusaha serta menekan berbagai biaya yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.

Dalam hal transformasi ekonomi, Reformasi Birokrasi perlu mengarahkan kementerian/lembaga/pemerintah daerah untuk memastikan setiap program dan kegiatannya dirancang untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dan memangkas berbagai biaya birokrasi yang menyebabkan efisiensi dan pemborosan.

D. Program-Program Reformasi Birokrasi Dalam Road Map

Pencapaian tujuan dan sasaran Reformasi Birokrasi dilakukan melalui program-program prioritas yang dipandang strategis, cepat dan efektif untuk mewujudkan pemerintahan kelas dunia. Program Reformasi Birokrasi dikelompokkan berdasarkan cakupan atau ruang lingkup dari implementasi program itu sendiri, yaitu program makro, meso, dan mikro.

(44)

1. Program Makro

Pada level makro, program pelaksanaan Reformasi Birokrasi fokus terhadap upaya dalam menetapkan arah kebijakan nasional serta upaya untuk mengawal agar implementasi kebijakan tersebut berjalan sesuai dengan Road Map Reformasi Birokrasi 2020 – 2024. Terkait dari waktu pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi 2020 – 2024, level makro juga memastikan agar pelaksanaan agenda Reformasi Birokrasi berjalan sebagaimana kerangka waktu Road Map sebagai berikut

Gambar 3.7 Kerangka Waktu Road Map Reformasi Birokrasi 2. Program Meso

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada level meso merupakan pelaksanaan sasaran program yang merupakan uraian atau cascade

down dari 3 (tiga) sasaran Reformasi Birokrasi. Selain itu, sesuai

dengan RPJMN 2019- 2024 yang menetapkan Reformasi Birokrasi sebagai program pengarusutamaan yang wajib dilakukan oleh se lu ruh kementerian/lembaga/pemerintah daerah, maka setiap kementerian/Lembaga leading sector harus memastikan pelaksanaan

(45)

program-program meso urusannya pada setiap kementerian/lem-baga/pemerintah daerah dengan memperhatikan kebutuhan dan keberagaman yang berbeda-beda. Berikut ditetapkan sasaran program dan instansi pengampu serta kegiatan/tema yang mendukung pencapaian sasaran program.

Tabel 3.1. Sasaran Level Meso Reformasi Birokrasi 2020-2024

SASARAN PROGRAM LEADING

SECTOR KEGIATAN/TEMA

Sasaran 1. Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel 1.1.Menguatnya Integritas

dan Budaya Antikorupsi dalam Birokrasi

Kementerian Pendayagunan Aparatur

Level Organisasi - Perluasan Pembangunan Zona Integritas kepada seluruh kementerian/ lembaga/pemerintah daerah, khususnya pada pelayanan yang strategis dan berisiko;

Level Individu – Menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Umum Pembangunan Integritas Pegawai ASN, sebagai dasar terbangunnya budaya integritas pegawai ASN. Lembaga

Administrasi Negara Kementerian Dalam Negeri

Induksi antikorupsi kepada ASN melalui pendidikan pelatihan. Induksi antikorupsi kepada kepala daerah, anggota DPRD dan Pejabat

(46)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

• Pembentukan kurikulum dan proses pembelajaran yang memiliki muatan antikorupsi. Tenaga pendidik yang mampu menerapkan kurikulum dan memberikan teladan praktik antikorupsi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika

Diseminasi konten antikorupsi melalui berbagai saluran media cetak, elektronik, dan sosial. Pembinaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap kinerja Aparat 1.2.Terciptanya pengawasan yang independen, profesional, dan sinergis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pembinaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Meningkatkan sinergitas antar lembaga pengawasan. Meningkatkan sinergitas APIP dengan pemeriksa eksternal (BPK)

Menetapkan peraturan presiden mengenai

kebijakan dan manajemen risiko di kementerian/lembaga/ pemerintah daerah

Membentuk sistem manajemen risiko

(47)

 Menetapkan unit yang bertanggungjawab terhadap manajemen risiko

Membuat panduan hubungan kerja antara pengampu jabatan fungsional risk officer dan aparat pengawas intern pemerintah (APIP).

SASARAN PROGRAM LEADING

SECTOR KEGIATAN/TEMA

1.3.Menguatnya manajemen kinerja dalam sistem pemerintahan yang efektif, efisien, dan akuntabel Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. • Memastikan perencanaan berbasis kinerja • Memastikan program-program yang direncanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan nasional • Menjamin keterhubungan

tujuan, sasaran, dan program pembangunan antar berbagai sektor

• Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses perencanaan dan penganggaran (e-planning dan e-budgeting) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi • Memastikan ketersambungan antara tujuan, sasaran, dan indikator kinerja dalam perencanaan pembangunan di kementerian/lembaga/ pemerintah daerah

(48)

• Melakukan evaluasi ketersambungan antara tujuan, sasaran, indikator kinerja, dan pelaporan pelaksanaan

• Memperbaiki ukuran kinerja outcome di setiap program dan kegiatan oleh kementerian/ lembaga/pem eri ntah daerah • Meningkatkan kualitas

evaluasi penerapan SAKIP di kementerian/lembaga/ pemerintah daerah • Menetapkan kebijakan

mengenai peningkatan

kompetensi dan pembudayaan kinerja dalam perencanaan dan penganggaran;

• Menetapkan Peraturan Menteri mengenai penilaian kinerja individu kinerja organisasi. • Menggunakan informasi

kinerja sebagai dasar dalam menyusun proses bisnis internal pemerintah.

• Menetapkan Peraturan Menteri mengenai penggunaan

capaian kinerja sebagai dasar untuk pemberian tunjangan kinerja.

Kementerian Keuangan

Memastikan penganggaran berbasis kinerja sesuai dengan mandat UU 17/2003 tentang keuangan negara.

(49)

Kementerian Dalam Negeri

• Menciptakan interoperability

antara sistem perencanaan, penganggaran, dan kinerja di daerah. • Melakukan monitoring mengenai pelaksanaan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja di daerah • Melakukan pengembangan kompetensi kepala daerah dalam perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja • Melakukan monitoring

mengenai pelaksanaan perencanaan dan

penganggaran berbasis kinerja di daerah

• Melakukan pengembangan kompetensi kepala daerah dalam perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Melakukan koordinasi dengan Kemendagri dalam pengintegrasian berbagai sistem perencanaan, penganggaran, dan kinerja di daerah

Lembaga Administrasi

• Melakukan diklat peningkatan kompetensi manajemen kinerja ASN

• Internalisasi budaya kinerja dalam berbagai pelatihan ASN

(50)

Negara Badan Kepegawaian Negara

Penyiapan aplikasi informasi kinerja PNS secara nasional yang dapat diintegrasikan

dengan aplikasi kinerja PNS dkementerian/ lembaga / pemerintah

daerah;

• Penyusunan Perka BKN terkait pengelolaan informasi dan data penilaian kinerja PNS; • Penyusunan Perka BKN terkait

tata cara survei perilaku kerja secara tertutup.

• Penyusunan Perka BKN terkait pemeringkatan kinerja pegawai. 1.4.Meningkatnya fairness, transparansi, profesionalisme, dan nondiskriminatif dalam sistem pemerintahan Kementerian Komunikasi dan Informatika

• Penyediaan infratruktur dan aplikasi pemanfaatan

one-data system untuk perumusan

kebijakan dan pengambilan keputusan

• Efektivitas PPID dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik

• Mendorong digitalisasi dan transparansi berbagai informasi di kementerian/ lembaga

(51)

Badan Pusat Statistik

• Menyediakan berbagai data yang dibutuhkan untuk mendukung one- data system • Memberikan kemudahan

akses kepada seluruh

pemangku kepentingan dalam perolehan data untuk berbagai kepentingan secara terbuka. Kementerian

Dalam Negeri

Mendorong dan memperkuat partisipasi berbagai pemangku kepentingan (masyarakat, private

sector, dan dunia usaha) dalam

pembuatan dan implementasi kebijakan di

daerah. Arsip Nasional

Republik Indonesia

• Menetapkan dan implementasi kebijakan pengelolaan arsip berbasis digital

• Memperkuat knowledge management melalui

digitalisasi arsip Badan Siber dan

Sandi Negara

Memastikan sistem keamanan data, aplikasi dan infrastruktur dalam penyelenggaraan SPBE Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

• Memperluas database dan implementasi e-catalog • Meningkatkan ASN

bersertifikasi dan jabatan fungsional dalam pengadaan barang dan jasa.

• Melaksanakan pengawasan rencana, penganggaran, dan pelaksanaan pengadaan barang/jasa

(52)

1.5. Reviu terhadap berbagai peraturan perundang- undangan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

 Memperkuat koordinasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk melakukan harmonisasi regulasi

 Mendorong reregulasi atau deregulasi berbagai peraturan perundang- undangan

berdasarkan hasil reviu  Mendorong penyederhanaan

regulasi pada setiap jenjang level peraturan perundangan- undangan.

 Meningkatkan kompetensi ASN sebagai perancang peraturan perundang-

undangan (legal drafter) pusat dan daerah

Sasaran 2. Birokrasi yang Kapabel 1.1.Tertatanya

kelembagaan

kementerian/lembaga/ pemerintah daerah

yang berbasis kinerja dan prinsip efisiensi Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

• Memastikan struktur organisasi pemerintah berbasis kinerja • Menetapkan kebijakan

penyederahaan eselon 3 dan 4 secara bertahap dan selektif Birokrasi

Kementerian Dalam Negeri

• Menetapkan kebijakan penyederahaan eselon 3 dan 4 secara bertahap dan selektif kinerja yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

(53)

 Melakukan monitoring evaluasi atas pelaksanaan kebijakan pemisahan antara pembuat kebijakan (policy maker) dan pelaksana kebijakan (policy

implementing agency) di pemerintahan daerah. Kementerian Komunikasi dan Informatika • Memperkuat interoperability

system antar kementerian/ lembaga/pemerintah daerah baik secara vertikal maupun horizontal.

Lembaga administrasi Negara

• Mengenmabkan kurikulum dan pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan untuk

pengembangan kompetensi pegawai yang menjalankan SPBE. 1.3. Meningkatnya profesionalisme ASN berbasis sistem merit Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Menetapkan kebijakan tentang pertukaran dan magang antara ASN dan swasta

 Mengembangkan sistem di mana seluruh kementerian/ lembaga/pe meri ntah daerah memiliki dan melaksanakan IHRM (Integrated Human Resource Management)  Membangun sistem informasi

(54)

 Mengarusutamakan evidence- based policy dengan

melibatkan pemangku kepentingan, seperti perguruan tinggi, riset, dan lembaga penelitian pada K/L sebagai proses dan metode analisis dalam setiap proses kebijakan yang dilakukan. • Fungsional sebagai tindak

lanjut dari penyederhanaan birokrasi melalui penyetaraan jabatan administrasi ke dalam jabatan fungsional.

• Membentuk Tim Manajemen Talenta Nasional (penetapan oleh Presiden) dan membentuk Manajemen Talenta Nasional (berkoordinasi dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Lembaga Administrasi Negara, Badan Kepegawaian Negara, dan Komisi Aparatur Sipil Negara) • Memastikan dan melakukan

pendampingan serta

monitoring dan evaluasi atas penyusunan dan implementasi pola karir dan manajemen talenta instansi pada setiap kementerian/lembaga/ pemerintah daerah berjalan dengan efektif

(55)

Lembaga Administrasi Negara

• Melakukan kajian

komprehensif pembentukan national talent management. • Memasukan kurikulum

pembuatan dan implementasi serta analisis kebijakan publik dalam semua jenjang kediklatan ASN.

• Melakukan pelatihan mitigasi risiko dalam semua jenjang kediklatan dan bidang. • Memperbaiki sistem

pengajaran diklat yang berbasis studi kasus dan proyek perubahan. • Melakukan perubahan kelembagaan diklat • Membentuk dan mengembangkan Corporate University. Kementerian Dalam Negeri

Memperkuat dan mendorong

evidence-based policy

dengan melibatkan pemangku kepentingan, seperti perguruan tinggi, riset, dan lembaga

penelitian pada level pemerintah daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Mendorong Perguruan Tinggi untuk secara aktif terlibat dalam berbagai proses perumusan dan pengembangan evidence-

based policy pada kementerian/

(56)

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Melakukan sertifikasi manajemen risiko bagi jabatan fungsional ASN. 1.4. Meningkatnya kepemimpinan transformatif untuk memperbaiki kinerja birokrasi Lembaga Administrasi Negara • Memperbaiki sistem pengajaran diklat yang berbasis studi kasus dan proyek perubahan

• Melakukan perubahan kelembagaan diklat Sasaran 3. Pelayanan Publik yang Prima

3.1 Menguatnya pelayanan publik yang responsif dan berdaya saing Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara danReformasi Birokrasi • Mendorong penerapan kebijakan pelayanan publik (Stadar Pelayanan, Maklumat Pelayanan, dan SKM);

• Mendorong sistem pelayanan yang terpadu dan terintegrasi; • Mendorong K/L/D untuk

menerapkan sistem pengelolaan pengaduan yang terintegrasi, tuntas dan berkelanjutan dalam rangka pengelolaan pengaduan yang efektif. Kementerian Dalam Negeri • Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengembangkan pusat-pusat inovasi pelayanan publik.

(57)

3.2 Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi  Penguatan kebijakan untuk peningkatan kualitas pelayanan publik;

Mendorong K/L/D untuk melakukan percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui inovasi dengan pembinaan inovasi pelayanan publik secara terus menerus dan berkelanjutan, yaitu:

1) Mendorong Penciptaan inovasi dalam rangka mendapatkan data dan informasi inovasi serta inovasi yang terseleksi sesuai standar internasional melalui Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik;

2) Mendorong Pengembangan Inovasi melalui pengembangan Hub Inovasi dalam rangka penyebarluasan pengetahuan dan

3) Mendorong Pelembagaan Inovasi dalam rangka

keberlanjutan inovasi melalui kebijakan dan pembinaan yang terus menerus. Kantor Staf

Presiden

Monitoring pelaksanaan SP4AN- LAPOR! kepada Presiden RI secara berkala

(58)

Lembaga Administrasi Negara

• Melakukan kajian terhadap penyelenggaraan pelayanan publik sebagai bahan masukan untuk melakukan revisi

UU25/2009 tentang pelayanan publik; Kementerian Koordinator bidang Perekonomian • Mengkoordinasikan penyederhanaan prosedur perizinan terkait EoDB pada seluruh stakeholder terkait • Mendorong implementasi one

single submission (OSS)

Hasil pada program Meso ini akan diukur dengan menggunakan beberapa indikator antara pada setiap sasaran Reformasi Birokrasi. K/L yang tugas dan kewenangannya terkait dengan indikator antara ini wajib untuk melaporkan perkembangan capaian indikator tersebut kepada Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional setiap tahunnya.

Tabel 3.2. Indikator Program pada Setiap Sasaran Reformasi Birokrasi

SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET 2024

Birokrasi yang bersih dan akuntabel Persentase kementerian/lembaga/pemerintah

daerah dengan Indeks Perilaku Anti Korupsi level baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Indeks Kapabilitas APIP minimal level 3

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Indeks Maturitas SPIP minimal level 3

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Predikat SAKIP minimal B

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah

daerah dengan Opini BPK minimal WTP

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Indeks Perencanaan baik

(59)

Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah dengan Indeks Reformasi Hukum baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Indeks Tata Kelola Pengadaan Barang dan Jasa baik

100% Birokrasi

yang kapabel

Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah dengan Indeks Kelembagaan baik

Persentase

kementerian/lembaga/pemerintah daerah dengan predikat penilaian SPBE minimal Baik (Indeks SPBE >2,6): 100% a. K/L b. Pemerintah Provinsi 80% c. Pemerintah Kabupaten/Kota 50% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Indeks Pengawasan Kearsipan baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Indeks Profesionalitas ASN baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Indeks Tata Kelola Manajemen ASN baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah

dengan Indeks Merit System baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah

daerah dengan Indeks Kualitas Kebijakan baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah

daerah dengan Indeks Kepemimpinan Perubahan baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah

daerah dengan Indeks Pemerintahan Daerah Baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah

daerah dengan Indeks Pengelolaan Keuangan baik

100% Persentase kementerian/lembaga/pemerintah

daerah dengan Indeks Pengelolaan Aset baik

100% Pelayanan

Publik yang Prima

Persentase kementerian/lembaga/pemerintah daerah dengan Indeks Pelayanan Publik Baik

(60)

Dalam rangka memastikan setiap kementerian/lembaga penanggung-jawab indikator dan program meso melaksanakan program tersebut, maka setiap kementerian/lembaga penanggung jawab harus menyusun rencana aksi pelaksanaan program. Rencana aksi ini akan di monitor dan evaluasi secara berkala (tiga bulanan) oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara sebagai Ketua Tim Reformasi Birokrasi Nasional (TRBN).

3. Program Mikro

Setelah ditetapkan program level meso, selanjutnya adalah kegiatan mikro yang menjadi prioritas kementerian/lembaga/ pemerintah daerah dalam menerapkan Reformasi Birokrasi di lingkup internal instansi. Aktifitas mikro seperti tabel berikut berdasarkan kepada sasaran Reformasi Birokrasi serta 8 (delapan) area perubahan Reformasi Birokras.i dan program di level meso.

Tabel 3.3 Kegiatan Level Mikro Reformasi Birokrasi 2020-2024 Program/Area

Perubahan Indikator Kegiatan

Manajemen Perubahan

1. Indeks

Kepemimpinan Perubahan

• Pengembangan dan Penguatan nilai-nilai untuk meningkatkan komitmen dan implementasi perubahan (reform);

• Penguatan nilai integritas; • Pengembangan dan Penguatan

peran agen perubahan dan role model;

• Pengembangan budaya kerja dan cara kerja yang adaptif dalam menyongsong revolusi industry 4.0;

Gambar

Gambar 2.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 1.  Tujuan Reformasi Birokrasi
Tabel 2.1 Sasaran dan Target Reformasi Birokrasi 2020-2024
Gambar 2.3 Hubungan antara Tujuan dan Sasaran Reformasi Birokrasi dengan Strategi  Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2020-2024
Gambar 2.4 Tingkatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Psikologi fenomenologis atau yang biasa disebut psikologi )murni* merupakan  bagian dari filsafat yang menggunakan metode fenomenologis untuk menjelaskan

Tahapan penelitian ini adalah pemeriksaan karakteristik simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan gel berbasis HMPC (Hidroksi Propil Metil Selulosa) dan krim menggunakan

Hal ini dikarenakan kebutuhan daya listrik yang dihasilkan tidak menentu, ketika operator di control room menaikkan daya listrik maka control valve membuka sehingga steam

TELKOM Tbk CABANG SOLO telah dilaksanakan dengan berpedoman pada Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1993

Keadilan merupakan suatu keharusan yang mesti dilakukan oleh pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarkat dengan tidak melihat dari sisi status seperti ekonomi,

Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan berbalik ke arah timur untuk kembali menuju Desa Tokawi, lalu menuju ke Desa Pakis dan menetap di Dusun Sobo selama 98 hari

Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.. Jika pernyataan benar, alasan

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman (2015:12). Langkah- langkah analisis data yaitu pengumpulan