• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang - Implementasi Metode Sorogan untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran pada Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang - Implementasi Metode Sorogan untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran pada Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Metode Sorogan untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran pada Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah

di Pontianak. M ahasisw a

Ari W ibow o

Pembimbing I Eli

Pembimbing II M . Alias

ABSTRAK

Proses pelaksanaan metode sorogan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak dengan metode sorogan dapat diterapkan pada materi surah pendek. Oleh karena itu, proses pelaksanaan metode sorogan berjalan dengan baik dan lancar pada tindakan siklus I dan II dapat di atasi dengan melakukan proses latihan secara berulang-ulang dan mengikutsertakan peserta didik dalam menilai kemampuan membaca surah pendek pilihan. Kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kemampuan membaca surah pendek peserta didik sebesar 66,43 dengan kategori penilaian baik. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,91 dengan kualifikasi nilai baik. Pengaruh penggunaan metode sorogan terhadap peningkatan kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak pada siklus I kemampuan membaca surah pendek memperoleh nilai rata-rata 66,43 yang dikategorikan baik dan kemampuan peserta didik dalam membaca surah pendek pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 70,91 yang dikategorikan baik sebesar 13,48 yang diperoleh dari D = 70,91 – 57,43= 13,48.

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Hasil pengamatan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah, menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru belum dapat mengaktifkan peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, walaupun guru sudah memberi kesempatan bertanya, peserta didik hanya menerima materi pelajaran dari guru saja sehingga pembelajaran menjadi kurang aktif. Keaktifan peserta didik diperlukan dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh beberapa sekolah, metode pembelajarannya mengkondisikan peserta didik dengan disibukkan oleh kegiatan yang kurang perlu seperti mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, guru lebih suka memaksakan kehendaknya dalam pembelajaran, ada juga guru untuk memudahkan kerjanya meminta salah satu peserta didik mencatat di papan tulis, kemudian peserta didik yang lain mencatat apa yang dicatat di papan tulis, sedangkan guru yang bersangkutan istirahat di ruang guru atau duduk di kelas asik dengan kegiatan sendiri.

(2)

terdapat 15 orang peserta didik yang melakukan kesalahan dalam membaca al-Quran, 10 orang peserta didik sudah bisa membaca al-Quran dengan sempurna walaupun dibantu saat pembelajaran membaca al-Quran apalagi hal ini terjadi pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah, jika ada kesalahan pada saat peserta didik membaca al-Quran, guru harus segera membetulkan kesalahan yang terjadi.

Kegiatan pembelajaran tersebut di atas, membuat peserta didik merasa bosan dan jenuh mengikuti pembelajaran. Permasalahan dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas antara lain:

1. Lemahnya kemampuan membaca peserta didik terhadap materi pelajaran al-Quran disebabkan tenaga guru dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi utama dalam proses pembelajaran dan metode yang digunakan kurang bervariatif karena guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran.

2. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran dikarenakan kurangnya minat dan motivasi belajar karena didominasi metode ceramah hal tersebut ditandai dengan banyaknya peserta didik yang tidak mau membaca apabila disuruh oleh guru, peserta didik cenderung malas mengikuti pelajaran al-Quran dengan tandai seringnya tidak masuk sekolah pada saat pelajaran al-Quran dan bahkan ada yang bolos sekolah. 3. Guru dalam mengajar kurang mampu meningkat kemampuan membaca

peserta didik, karena dalam pelaksanaan pembelajaran guru lebih cenderung membaca dan siswa disuruh mengikuti bacaan saja.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang: Implementasi metode sorogan untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Quran pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah umum dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana implementasi metode sorogan untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Quran pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak. Dari masalah penelitian tersebut dapat dijabarkan dalam sub-sub masalah penelitian di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan metode sorogan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak?

2. Bagaimana kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak?

3. Apakah penggunaan metode sorogan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak?

C. Tujuan Penelitian

(3)

1. Proses pelaksanaan metode sorogan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak.

2. Kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak.

3. Pengaruh penggunaan metode sorogan terhadap peningkatan kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah penelitian yang mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, di antaranya adalah:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai khasanah pengetahuan Islam yang dapat dijadikan bahan bacaan, rujukan, kajian atau perbandingan keilmuan serta diharapkan memiliki arti penting bagi penelitian yang menitik beratkan pada implementasi metode sorogan untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Quran pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak .

2. Secara Praktis

a. Bagi para pendidik (guru), sebagai masukan dalam memecahkan segala problem yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

b. Bagi peneliti, membuka wawasan berpikir dan cakrawala ilmu pengetahuan serta meningkatkan mutu ataupun kualitas di dalam hasil penelitian maupun pembelajaran.

c. Bagi Fakultas Agama Islam, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan khazanah ilmu pengetahuan juga dapat dijadikan sumber praktis dalam meningkatkan kurikulum Tarbiyah.

E. Definisi Operasional

Depenisi operasional (definition of term) perlu dirumuskan, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan persepsi atau salah menafsirkan konsep atau pengertian yang diungkapkan oleh peneliti. Selain itu, defenisi operasional perlu secara eksplisit disebutkan dalam rancangan suatu penelitian, karena merupakan rumusan secara operasional tentang variabel penelitian.

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dan menghindari agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami dan menginterpretasikan penelitian ini, maka perlu dilakukan penjelasan variabel sebagai berikut:

1. Metode sorogan adalah cara yang sigtimatis yang dilakukan oleh peserta didik dengan menunjukkan tugas yang telah dilaksanakan di hadapan guru. 2. Kemampuan membaca al-Quran adalah kemampuan peserta didik dalam membaca al-Quran sesuai dengan makharijul huruf dan tajwid yang tepat. BAB II Landasan Teori

A. Metode Sorogan

(4)

metode sorogan adalah cara guru mengajar dengan mengumpulkan peserta didik, kemudian peserta didik melakukan antri atau bergiliran menghadap guru untuk membaca atau menghafal pelajarannya.

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Sorogan

Sebagaimana metode-metode lainnya, metode sorogan juga memiliki kelebihan-kelebihan. Adapun kelebihan-kelebihan metode sorogan, antara lain:

a. Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antar guru dengan murid.

b. Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid.

c. Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka tentang interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang memungkinkan terjadinya Tanya jawab. d. Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai

muridnya.

e. Peserta didik yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran (kitab), sedang yang IQ-nya rendah membutuhkan waktu yang cukup lama (Armai Arief, 2002:151).

Selanjutnya menurut Suyono Darnoatmodjo (2012) kelebihan metode sorogan adalah “Individu diajar langsung sehingga dapat diketahui secara pasti kemampuannya dan jika ada kesulitan dapat segera ditangani”.

Selain kelebihan, kelemahan-kelemahan metode sorogan, di antaranya:

a. Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebih dari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode ini kurang begitu tepat.

b. Membuat murid cepat bosan karena ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi.

c. Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu (Armai Arief, 2002: 151).

Suyono Darnoatmodjo (2012) juga mengungkapkan bahwa kelemahan metode sorogan adalah “Membutuhkan pengelolaan yang intensif dengan sistem pemantauan peserta didik yang sistematis, membutuhkan kesabaran, ketelatenan, kedisiplinan baik guru maupun peserta didiknya, mataeri tidak dapat ditentukan bersama tingkat pencapaian ketuntasan belajarnya”.

3. Pelaksanaan Metode Sorogan

Fatchan (1998) (dalam Suyono Darnoatmodjo, 2012) mengatakan bahwa pelaksanaan metode sorogan sebagai berikut:

a. Peserta didik disodori suatu materi pelajaran oleh Kyai atau Ustadz (pembantu Kyai).

(5)

c. Guru/Ustadz membagi kelompok yang jumlahnya antara 3–20 peserta didik setiap angkatan.

Jadi pembelajaran dengan system ini peserta didik dapat bertatap muka, bertanya jawab langsung, berdialog sebanyak-banyaknya dengan guru. Sehingga peserta didik yang satu dengan lainnya membutuhkan waktu yang berbeda, karena kecepatan pemahaman materi untuk masing-masing peserta didik berbeda.

B. Kemampuan Membaca al-Quran 1. Pengertian Kemampuan

Pengertian “baca” dalam judul penelitian ini secara khusus merujuk pada kemampuan membaca Quran peserta didik pada pelajaran al-Quran Hadits, sesuai dengan mata pelajaran yang peneliti ampu selaku guru di kelas VII MTs Raudhatul Islamiyah.

4. Teknik Membaca Al-Quran

Teknik atau cara membaca al-Quran menurut Abdullah Asyafii (2002: 12-59) mengemukakan cara membaca al-Quran sebagai berikut: a. Membaca dengan Maharijul Huruf

b. Membaca Sesuai Tanda Baca c. Membaca dengan Mad

C. Pengaruh Metode Sorogan Terhadap Kemampuan Membaca al-Quran. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai sesuatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalamannya guru gunakan untuk mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis.

Metode merupakan salah satu komponen pembelajaran yang menempati peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah metode sorogan. Metode sorogan adalah sorogan adalah sekelompok murid mendengarkan seorang guru membaca, menerjemahkan, mendengarkan dan menerangkan sering kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan tentang buah pikiran yang sulit. Metode sorogan ini merupakan metode yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar, karena peserta didik harus memfokuskan perhatiannya terhadap materi pelajaran yang diajarkan.

(6)

Pendapat tersebut di atas, dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas, jumlah anak didik mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Guru dalam menyampaikan pelajaran, tanpa memperhatikan pemakai metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.

Kaitannya dengan proses belajar mengajar, motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar peserta didik, tanpa adanya motivasi maka proses belajar peserta didik akan sukar berjalan dengan lancar. Motivasi adalah syarat mutlak dalam belajar, hal ini berarti proses mengajar. Dalam proses belajar mengajar para guru perlu mendisain motivasi yang tepat terhadap anak didik agar para anak didik itu belajar atau mengeluarkan potensi belajarnya dengan baik memperoleh hasil yang maksimal.

Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan pengajaranpun tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Akhirnya dapat dipahami bahwa metode dan motivasi mempunyai peran yang penting adalah proses belajar mengajar. Guru dapat menggunakan metode yang tepat dan bervariasi dalam mengajar.

Pada umumnya sistem nilai yang ditentukan dunia pendidikan ialah pencapaian hasil belajar. hasil belajar ini selanjutnya dijadikan patokan prilaku yang harus dicapai peserta didik. Dengan menetapkan hasil belajar sebagai patokan guru selalu berusaha agar peserta didik mencapai patokan tersebut. Sudah barang tentu tidak semua peserta didik berhasil mencapai prestasi yang telah ditetapkan, akan dipandang sebagai peserta didik yang tidak atau kurang mempunyai kemampuan usaha.

Hasil belajar selain dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu juga dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan. Untuk mencapai hasil belajar, diperlukan sifat dan tingkah laku seperti aspirasi yang tinggi, aktif mengerjakan tugas-tugas, kesiapan belajar, sedangkan sifat dan ciri-ciri yang dituntut dalam kegiatan belajar itu hanya terdapat pada individual yang mempunyai disiplin tinggi, sedangkan yang mempunyai disiplin rendah ciri-ciri tersebut tidak ada sehingga akan menghambat dalam kegiatan belajarnya.

Jadi secara teoritis, sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik. Dengan disiplin, setiap pelajaran akan dilakukan secara efektif dan efisien. Suatu kegiatan dikatakan efektif, bila kegiatan ini mempunyai dampak atau pengaruh. sedangkan dikatakan efisien jika hal maksimal dapat dicapai dengan usaha.

(7)

berarti berusaha untuk mentaati segala ketentuan yang dalam prestasi belajar dapat dicapai dengan baik, jika ada ketaatan terhadap ketentuan ketetapan tersebut. Sehingga dapat dikatakan, jika termotivasi terhadap ketentuan maka akan diperoleh hasil belajar yang maksimal.

Belajar dengan motivasi yang terarah menghindarkan diri dari rasa malas dan menimbulkan kegairahan peserta didik dalam belajar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya kemampuan belajar peserta didik. Dengan demikian keberhasilan peserta didik akan mudah tercapai dengan baik dan memuaskan. Motivasi adalah kunci sukses keberhasilan.

Pada dasarnya kemampuan membaca al-Quran merupakan akibat dari bentuk belajar terutama belajar yang berdisiplin sehingga dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode dan kemampuan membaca al-Quran masing-masing saling berhubungan, sehingga semakin tepat metode pembelajaran yang digunakan guru, semakin baik pula kemampuan peserta didik dalam membaca al-Quran.

D. Mata Pelajaran Al-Quran Hadis 1. Pengertian Al-Quran Hadis

Al Qur’an Hadis merupakan unsur mata pelajaran Agama Islam pada madrasah yang memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang Al-Quran dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam (Silabus, 2012:2). 2. Karakteristik dan Fungsi Mata Pelajaran Al-Quran Hadis

Dari keberadaannya tersebut implikasi dalam proses pembelajarannya tersebut harus menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Mata pelajaran qur’an hadis pada Madrasah Tsanawiyah memiliki tiga karakteristik yaitu:

a. Membaca (menulis) yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid b. Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman,

interpretasi ayat dan Hadis dalam memperkaya khazanah intelektual c. Menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur

pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari (Silabus, 2012:2). 3. Pendekatan Pembelajaran

Cakupan materi pada setiap aspek diktembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi:

a. Keimanan, mendorong peserta didik untuk mengembagkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah Swt sebagai sumber kehidupan. b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan

merasakan hasil-hasil pengamalan isi Al Qur’an dan Hadis dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pembiasaan, membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam.

d. Rasional, mengfungsikan rasio peserta didik sehinga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah difahami.

e. Emosional, menggugah perasaan atau emosi peserta didik dalam menghayati kandungan Al-Quran dan Hadis sehingga lebih terkesan. f. Fungsional, menyajikan materi pelajaran yang memberikan manfaat

(8)

g. Keteladanan, menjadikan guru dan komponen madrasah lainnya sebagai teladan dan cerminan dari individu yang mengamalkan isi Al-Quran dan Hadis (Silabus, 2012:4).

4. Penilaian

a. Penilaian yang dilakukan merupakan pengumpulan informasi kemajuan belajar peserta didik secara utuh baik aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

b. Teknik dan instrumen hendaknya dapat mengukur dengan tepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik.

c. Penilaian dilakukan dengan tes dan non tes.

d. Pengukuran terhadap ranah sikap/afektif, dapat dilakukan dengan menggunakan cara non tes. Seperti skala penilaian, observasi dan wawancara.

e. Penilaian terhadap ranah keterampilan/psikomotor dengan tes perbuatan. Dapat menggunakan lembar pengamatan atau instrumen lainnya (Silabus, 2012:5).

Secara umum penilaian dalam proses pembelajaran Al Qur’an Hadis dapat dilihat pada buku Pedoman Khusus Al Qur’an Hadis.

E. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat dijelaskan bahwa guru mata pelajaran al-Quran Hadis menerapkan metode sorogan yang telah dirancang untuk digunakan dalam pembelajaran al-Quran Hadis kelas VII. Untuk melihat sejauh mana pengaruh metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Quran.

F. Hipotesis Tindakan

Berangkat dari indikasi masalah dan landasan teori dikemukakan hipotesis tindakan yaitu: Jika penggunaan metode sorogan dilaksanakan dengan baik dan benar dalam proses pembelajaran, maka kemampuan membaca al-Quran pada peserta didik akan meningkat.

Guru

Kemampuan Membaca al-Quran Metode Sorogan Sebelum

Diterapkan

(9)

BAB III Metode Penelitian

A. Metode, Bentuk dan Pendekatan Penelitian

Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan, maka bentuk penelitian yang sesuai yaitu penelitian survey. Menurut Sugiyono (2004:3) penelitian survey adalah “Penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil. Tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga diketemukan kejadian-kejadian relatif distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis”.

Setiap penelitian yang dilakukan membutuhkan pendekatan yang tepat dan akurat. Sehingga penelitian ini dapat memperoleh hasil yang maksimal. Untuk itu memilih pendekatan harus sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Subana dan Sudrajat, (2005:13-25) ”Penelitian kualitatif cenderung dipakai untuk mengkaji objek berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul”. Menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2004:4) penelitian kualitatif adalah ”Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftip berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.

B. Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu di MTs Raudhatul Islmiyah yang beralamat di Jl. Pal X. Adapun mata pelajaran yang dijadikan pelaksanaan tindakan adalah mata pelajaran al-Quran yang disajikan dalam 1 jam pelajaran (2 X 35 menit) dalam 1 minggu yang dilaksanakan setiap hari Kamis pukul 13.45 - 14.30 Wiba oleh Bapak Mansur, selaku guru mata pelajaran al-Quran Hadis. Sedangkan kelas yang dijadikan sebagai tindakan adalah peserta didik kelas VII yang berjumlah 25 orang yang telah ditetapkan oleh sekolah berdasarkan pertimbangan permasalahan efektivitas pembelajaran dan kemudahan dalam pelaksanaan tindakan.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII semester I yang berjumlah 25 orang peserta didik terdiri dari 13 anak laki-laki dan 12 anak perempuan pada tahun ajaran 2012/2013.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting guna memperoleh data yang sesuai masalah penelitian. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu tentang implementasi metode sorogan untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Quran pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah Raudhatul IslamiyahDi Pontianak , sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik dan alat pengumpulan data, yaitu:

(10)

Dalam peneltian ini yang menjadi indikator keberhasilan tindakan yang akan dilakukan adalah yang berhubungan dengan kinerja guru dan peserta didik, yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.1

Indikator Keberhasilan

No Aspek Pencapaian Cara Mengukur

1 Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran

75% Format Observasi yang dilihat: 1. Aktivitas peserta didik

mendengarkan penjelasan guru.

2. Aktvitas peserta didik menghafal materi.

3. Aktivitas peserta didik mencari pasangan kartu. 2 Ketepatan dalam

menerapkan langkah-langkah metode sorogan

80% Format observasi untuk mengamati kelengkapan langkah-langkah yang ditetapkan sesuai urutan langkah

3 Ketuntasan Hasil Belajar

75% Melakukan evaluasi hasil belajar dengan menggunakan evaluasi. Peserta didik yang memperoleh lebih besar/sama 75 dinyatakan tuntas.

F. Analisis Data

Adapun analisa data yang peneliti lakukan diawali dengan sebuah perencanaan dalam pengumpulan dari data hasil penelitian yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, untuk tahap selanjutnya data tersebut disajikan dan ditarik satu kesimpulan.

Proses analisa data dapat digambarkan sebagai berikut:

G. Tahapan Penelitian

Model yang dikemukakan Kurt Lewin (dalam Basuki Wibawa, 2004: 13) bahwa konsep inti PTK ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: Perencanaan (Planning), aksi atau tindakan (Acting), observasi (Observing), dan refleksi (Reflecting).

Pengumpulan data Penyajian Data

(11)

BAB IV Paparan Data Dan Pembahasan Penelitian

A. Kemampuan membaca surah pendek peserta didik pada Pra PTK di dalam proses pembelajaran materi membaca al-Quran, diperoleh nilai sebesar 57,43 dan nilai perolehan tersebut masuk dalam kategori kurang. Sehingga peneliti memutuskan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Hal tersebut beralasan karena kemampuan praktek yang diperoleh peserta didik tersebut masih dapat ditingkatkan ke taraf yang optimal. Untuk itu peneliti melakukan tindakan, dengan menggunakan metode sorogan pada siklus I. Hasilnya diperoleh nilai rata-rata kemampuan membaca surah pendek peserta didik sebesar 66,43 dengan kategori penilaian baik. Kemudian peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan catatan memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang dilakukan pada siklus I. Hasilnya diperoleh nilai sebesar 79,91 dengan kualifikasi nilai baik.

B. Proses pelaksanaan metode sorogan berjalan dengan baik dan lancar pada tindakan siklus I dapat di atasi dengan melakukan proses latihan secara berulang-ulang dan mengikutsertakan peserta didik dalam menilai kemampuan membaca surah pendek pilihan.

C. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pengamatan yang telah dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai beriku:

1. Proses pelaksanaan metode sorogan di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak dengan metode sorogan dapat diterapkan pada materi surah pendek. Oleh karena itu, proses pelaksanaan metode sorogan berjalan dengan baik dan lancar pada tindakan siklus I dan II dapat di atasi dengan melakukan proses latihan secara berulang-ulang dan mengikutsertakan peserta didik dalam menilai kemampuan membaca surah pendek pilihan

2. Kemampuan membaca al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Islamiyah di Pontianak pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kemampuan membaca surah pendek peserta didik sebesar 66,43 dengan kategori penilaian baik. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,91 dengan kualifikasi nilai baik.

(12)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dilakukan di atas, maka penulis megajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada tenaga pendidik dapat menerapkan metode sorogan yang divariasikan dengan pemberian hadiah, karena pembelajaran ini merupakan alternatif yang baik dikembangkan untuk mengatasi masalah rendahnya atau kurangnya kemampuan membaca al-Quran peserta didik di dalam kelas khususnya pada materi surah pendek pilihan.

2. Penggunaan metode soroganseyogianya dapat dijadikan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca al-Quran yang lebih baik.

3. Di harapkan guru berkolaborasi mengadakan Penelitian Tindakan Kelas berikutnya untuk mengatasi masalah yang dirasakan terhadap hasil belajar peserta didik di kelas sebagai pengembangan terhadap potensi diri dan profesi.

4. Untuk menumbuhkan motivasi dan semangat peserta didik dalam belajar, guru perlu menggunakan metode sorogan pada mata pelajaran materi al-Quran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar, dan guru sebaiknya dapat memilih pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi pelajarannya di dalam kelas.

5. Pada penelitian-penelitian disarankan agar bisa mengkolaborasikan dan memvariasikan metode sorogan dengan metode atau strategi yang lainya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Asyafii, 2002. Pembelajaran Tajwid. Jakarta: PT Rineka Cipta. Armai Arief, 2002. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Al-Hafidz, Ahsin W. 2005. Metode Menghapal Al-Quran. Jakarta:Balai Pustaka. D Hidayat, dkk, 1991. Belajar Ilmu Tajwid. Jakarta: Rajawali Press.

Effendi, Chairil, 1993. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta. Hasbullah, 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Indeks.

Hadi, Sutrisno, 2001. Metode Penelitian Research. Jakarta: Renika Cipta. Hasan Alwi, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Indeks. Hajmy, 2010. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Aneka Ilmu. Margono, 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta.

Nawawi, Hadari, 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rozak, Abd, 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rasyid, Harun, 2000. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial dan

Agama. Pontianak : Kopma STAIN.

Ramayulius, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Renika Cipta. Susilo, 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(13)

Syaiful Sagala, 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Masalah Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta. Syaiful Nuri, 2007. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Al-Fabeta.

Soehartano, 1999. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta.

Suyono Darnoatmodjo, 2012. http: // psiko-malangraya. blogspot.com/2010/05/definisi-perilaku.html.

Yuliani Indrawati, 2007. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Indeks.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Metode Langsung ( Direct Method) dalam meningkatkan kemampuan membaca teks bahasa Arab bagi peserta didik kelas VII MTs PPMI Assalaam tahun pelajaran

adalah kemampuan membaca dini dan menulis tulisan al-Quran dengan. menggunakan metode

Sesuai deng an hipotesis penelitian yakni “p enerapan metode drill efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis al- Qur’an pada peserta didik kelas VII MTs

Apa yang menjadi faktor penghambat metode sorogan dalam meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur’an di Pondk Pesantren Tahfidzul Qur’an Putri Al-Yamani Sumberdadi

santri kelas Juz 27 TPQ Baiturrahman Karawang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca Al- Quran, karena metode Qiroati adalah metode yang praktis, sederhana dan juga

kemampuan membaca Al- Qur’an Siswa dan metode pembelajaran tuntas baca. tulis Al- Qur’an menggunakan metode Sorogan untuk

ii IMPLEMENTASI METODE UMMI DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QURAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 4 TULUNGAGUNG SKRIPSI Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Apakah kelebihan dan kekurangan metode sorogan dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al- Qur‟an di Bagaimana evaluasi pembelajaran MA Tahfidz plus Al-Qur‟an Al- Ishlah Tambakmas