• Tidak ada hasil yang ditemukan

109 GAMBARAN MANAJEMEN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS TIBAWA KABUPATEN GORONTALO The Representation of Neonatal Emergency Obstetric Care Management Base (PONED) In Gorontalo District Tibawa Health Centers

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "109 GAMBARAN MANAJEMEN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS TIBAWA KABUPATEN GORONTALO The Representation of Neonatal Emergency Obstetric Care Management Base (PONED) In Gorontalo District Tibawa Health Centers"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

109

GAMBARAN MANAJEMEN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS TIBAWA KABUPATEN GORONTALO The Representation of Neonatal Emergency Obstetric Care Management Base

(PONED) In Gorontalo District Tibawa Health Centers

1)

Franning Deisi Badu, 2)Fitria Saleh

1)

Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo

2)

Bagian AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo

ABSTRACT

Background: Development of Community Health Centers capable PONED that is part of the MPS which began in 2009, beginning with the training of doctors, nurses and midwives as well as complementary facilities and infrastructure on the terms that have been set were expected to prevent and manage complications of pregnancy and childbirth so be able to reduce MMR and IMR. The purpose og this research is to find out information about the implementation of Emergency Obstetric Care and Neonatal Basic (PONED) in Tibawa Health Centers 2016.

Methods: This Research used qualitative research was to obtain in-deph information (in-deph-Interview) on management of the implementation (PONED) in rural community of Tibawa Health Centers 2016 sample size consisted of three people, divided into key informants and common informant.

Results: PONED own with good planning, because the planning has been carried out every year. Organizing PONED has made the division of tasks and organizational structures that standard. PONED implementation in the field still had shortcoming, for the reason that a trained midwife PONED not all exposed areas of training MPS

(Management Pregnancy Saver). Supervision is good, because the leader oversight

had been monitoring on a regular basis at the Community Health Center. Evaluation was good quality, because the health department regularly conducted supervision through the evaluation of SPM (Minimum Service Standards) which is done every three months and every year.

Suggestion: The health department would be able to think of the addition of qualified helath professionals such as midwives are sufficient for basic emergency care and trained nurses.

(2)

110 PENDAHULUAN

Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), tepatnya pada tujuan 4 dan tujuan 5 yaitu Menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu. Program Kesehatan Ibu dan Anak menjadi sangat penting karena ibu dan anak merupakan unsur penting pembangunan (Mujiati dkk, 2013).

Laporan WHO tahun 2011 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut

World Bank, target MDGs untuk

Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai target MDGs 5 tersebut, peran Puskesmas diakui sangat penting (Mujiati dkk, 2013).

Salah satu upaya yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dalam mendukung percepatan penurunan AKI dan AKN adalah melalui penanganan Obstetri dan Neonatal emergensi/komplikasi di tingkat pelayanan dasar dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas yang didukung dengan keberadaan Rumah Sakit dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dalam suatu Collaborative Improvement

PONED-PONEK (Kemenkes, 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Jumlah Puskesmas Mampu PONED di Provinsi Gorontalo yaitu 18 puskesmas, di Kabupaten Gorontalo puskesmas PONED terdapat 5 puskesmas, yaitu puskesmas Telaga, Tilango, Tibawa, Batudaa dan Sidomulyo (Dinkes Provinsi Gorontalo, 2016).

Hasil observasi awal menunjukkan bahwa Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang ada di Puskesmas Tibawa yang memiliki tugas pokok melayani kesehatan ibu

(pemeriksaan kehamilan, besalin, nifas) dan bayi belum dapat melayani secara keseluruhan dari seluruh ibu hamil dan anak.

Di provinsi Gorontalo, angka kematian ibu pada tahun 2014 sebesar 39 per 100.000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2015 angka kematian ibu mengalami kenaikan menjadi 52 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk kematian bayi ditahun 2014 sebesar 226 kematian/1000 kelahiran hidup. Sama halnya dengan angka kematian ibu pada tahun 2015, angka kematian bayi juga mengalami kenaikan dari 226 menjadi 240 kematian/1000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Gorontalo, 2016).

Di Kabupaten Gorontalo, angka kematian ibu pada tahun 2014 sebesar 15 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2015 sebesar 20 per 100.00 kelahiran hidup. Untuk kematian bayi ditahun 2014 sebesar 13 kematian/1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 18 kematian/1000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten Gorontalo, 2016).

Hasil survey pendahuluan yang dilaksanakan melalui wawancara dengan bidan koordinator untuk PONED di Puskesmas Tibawa menunjukkan bahwa AKI pada tahun 2014 sebanyak 1 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 2 orang yang disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan dan hipokalemi. Untuk AKB Puskesmas, Tibawa mengalami penurunan AKB dari 6 orang pada tahun 2014, menjadi 3 oang pada tahun 2015 (Puskesmas Tibawa, 2016).

(3)

111 pembinaan, pengarahan dan pengendalian program juga dibutuhkan oleh puskesmas.

Berdasarkan kasus yang ada dapat dilihat jelas bahwa pelaksanaan PONED khususnya manajemennya belum sesuai dengan prosedur yang ada sehingga hasil yang diharapkan belum maksimal dan tidak sesuai harapan. Olehnya itu peneliti dapat melihat dimana dari kasus tersebut perlu adanya manajemen yang baik, baik itu dari segi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam memaksimalkan pelaksanaan PONED yang ada di Puskesmas Tibawa Kabupaten Gorontalo tersebut. Melihat fakta-fakta diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Manajemen PONED di Puskesmas Tibawa berdasarkan fungsi manajemen.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang di gunakan adalahpenelitian kualitatif yaitu untuk memperoleh informasi secara mendalam

(Indepth Interview) tentang manajemen

pelaksanaan PONED. Penelitian ini di laksanakan di Puskesmas Tibawa Kabupaten Gorontalo tahun 2016. Waktu penelitian ini di laksanakan selama sebulan, yaitu dari bulan april sampai dengan bulan mei 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di Puskesmas Tibawa Tahun 2016 dan Sampel dalam penelitian ini adalah kepala Puskesmas Tibawa sebagai informan kunci yang dapat memberikan informasi tentang manajemen PONED di Puskesmas Tibawa. Informan biasa adalah bidan koordinator, dokter pelaksana program PONED, dan bidan pelaksana program PONED. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara

Purpossive Sampling yaitu berdasarkan

pertimbangan peneliti yang sengaja memilih informan yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai Pelaksanaan PONED.

HASIL

1. Karakteristik Informan

Informan yang digunakan sebanyak tiga orang. Satu orang kepala puskesmas, satu orang bidan koordinator PONED dan satu orang bidan PONED. Kelompok umur informan antara 27-43 tahun. Semua informan memiliki status pendidikan S1 dan D3.

2. Variabel Penelitian a. Perencanaan PONED

Wawancara dengan Kepala Puskesmas Tibawa Kabupaten Gorontalo tentang bagaimana perencanaan pada kegiatan PONED sebagaimana berikut :

“Kalau perencanaan PONED itu torang kumpul melalui minloklintas program, jadi kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan di PONED itu yang torang rencanakan. Pada pengggaran dan rencana kegiatan selanjutnya itu torang ambil dari minloklintas program”

(N.P, 37 thn, 21 April 2016) Hasil wawancara dengan Koordinator Bidan PONED terungkap hal sebagai berikut:

“Kalau depe perencanaan sesuai dengan kondisi yang ada. Kitorang sudah merencanakan apakah itu terlaksana atau tidak kitorang melihat setiap triwulan. Perencanaan itu selama satu tahun apa yang akan kitorang kerjakan, apa yang torang laksanakan itu torang rencanakan tapi depe keberhasilan biasa torang evaluasi nanti dipertiga bulan trus nanti di satutahun. Cuman setiap program atau setiap kegiatan yang kitorang laksanakan itu kitorang upayakan untuk bias kitorang

capai” (H.M, 43 thn, 28 April

2016)

(4)

112 PONED mengungkapkan bahwa :

“Perencanaan sudah dilakukan sesuai pedoman perencanaan PONED yaitu setiap tahun dilakukan perencanaan program pada rapat perencanaan minlok” (Y.M, 29 thn, 14 April 2016 )

b. Pengorganisasian PONED Wawancara dengan Kepala Puskesmas Tibawa antara lain menyampaikan bahwa :

“Itu sudah ada depe organisasi sendiri. Dari kepala puskes sampe kebikor, sampe kebidan desa itu ada. Sampe di tim PONED sendiri perawat ada”(N.P, 37 thn, 21 April 2016)

Disebutkan juga oleh Koordinator Bidan PONED di Puskesmas Tibawa bahwa :

“Ditim PONED ada depe bikor, kemudian ada penanggung jawab ruang bersalin, ruang nifas deng ruang poli”(H.M, 43 thn, 28 April 2016)

Diungkapkan juga oleh bidan pelaksana PONED di Puskesmas Tibawa bahwa :

“Pengorganisasian dilakukan

berdasarkan pedoman Pelaksanaan PONED yaitu pengorganisasian PONED, meliputi koordinator program

dan anggota”(Y.M, 29 thn, 14

April 2016 )

c. Pelaksanaan PONED

Keterangan yang disampaikan oleh Kepala

Puskesmas Tibawa adalah sebagai berikut :

“Artinya PONED ini kan dia 1x24 tetap torang harus laksanakan dan di sini kan puskes perawatan dan juga puskes PONED jadi pelaksanaan itu setiap

saat”(N.P, 37 thn, 21 April

2016)

Diungkapkan juga oleh Koordinator Bidan PONED di Puskesmas Tibawa bahwa :

“Pelaksaannya sudah sesuai dengan yang torang inginkan. Kitorang so bisa lakukan tindakan persalinan yang abnormal sebatas persalinan sungsang diatas yang G dua bisa kita laksanakan di sini. Dan melihat kondisi ibuu, baru ada beberapa tindakan patologi misalnya HTP, retensio, hipertensi dalam kehamilan. Yang artinya yang patolohi-patolohi itu ada sebagian besar

yang bisa kita

laksanaakan”(H.M, 43 thn, 28

April 2016)

Bidan puskesmas yang menjadi salah satu pelaksana program PONED Puskesmas

Tibawa menjelaskan sebagaimana terungkap dalam

wawancara berikut :

“Kalau untuk pelaksanaan PONED torang menerima rujukan dari puskesmas sekitar. Ada itutorang trima rujukan. Cuman torang mo lia ibu kalau misalnya memang torang bisa tangani torang mo tangani kalau tidak bisa torang rujuk ka rumah

sakit” (Y.M, 29 thn, 14 April

2016 )

d. Pengawasan PONED

Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Tibawa didapatkan sebagai berikut :

“Pengawasan PONED itu ada tim. Tim PONED ada dokternya, bidannya, ada perawatnya, ada kami kepala puskes jadi kalau pengawasannya itu setiap saat artinyasetiap kalau ada kelahiran atau apa itu biasanya dilaporkan

ke kami”(N.P, 37 thn, 21 April

(5)

113 Berikut hasil wawancara dengan Bidan Koordinator Puskesmas Tibawa :

“Semua ikut mengawasi dari

depe dokter, depe kapus”(H.M,

43 thn, 28 April 2016)

Hasil wawancara dengan bidan PONED Puskesmas Tibawa sebagai berikut :

“Pengawasan PONED ada dari puskes, dari DIKES, dari tim P2KS, dari dinas provinsi ada”(Y.M, 29 thn, 14 April 2016 )

e. Evaluasi PONED

Kepala Puskesmas Tibawa

dalam wawancara mengungkapkan bahwa :

“Proses evaluasi biasanya kita ada namanya kelas bidan, kemudian biasanya kita liat kasus-kasus apa yang banyak. Kasus-kasus rujukan yang yang dari puskes yang lain atau kasus yang rujukan ke rumah sakit atau kasus yang bisa kita tangani di sini”(N.P, 37 thn, 21 April 2016)

Berikut pernyataan dari Bidan Koordinator tentang evaluasi PONED :

“Proses evaluasi PONED kita bisa liat kasus atau tindakan yang kita laksanakan apakah ada kasus yang tidak bisa kita laksanakan kita lakukan di sini padahal itu misalnya sebenarnya itu adalah yang bisa dilakukan di

sini begitu”(H.M, 43 thn, 28

April 2016)

Berikut hasil wawancara dengan bidan PONED Puskesmas Tibawa :

“Evaluasi PONED ada. Dia sama-sama dengan minlok atau evaluasi program biasa dia per triwulan”(Y.M, 29 thn, 14 April 2016 )

PEMBAHASAN

Pengertian planning adalah sebagai berikut; “Planning is the selecting and relating of facts and the making and using of assumptions regarding the future in the visualization and formulation of proposed activities believed necessary to achieve desired resuli” (perencanaan adalah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan penggunaan pikiran-pikiran/asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan) (Asraf, 2010)

Hasil pengamatan dilapangan diperoleh bahwa bidan selaku koordinator PONED telah melakukan perencanaan program dengan baik, setiap tahun ada rencana program, ada juga jadwal kegiatan dalam setahun, anggaran dan sumber anggaran. Perencanaan juga secara detail dapat dilihat pada buku kegiatan harian dan buku kegiatan bulanan PONED di Puskesmas, dalam buku kegiatan tersebut dapat dilihat petugas penanggung jawab, pelaksanalapangan dan pembina kegiatan.

Ditemukan juga hasil penelitian dilapangan bahwa perencanaan PONED dilakukan melalui minlok lintas program dimana kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada program PONED itu direncanakan pada minlok lintas program baik itu penganggaran ataupun rencana kegiatan selanjutnya. Perencanaan program PONED juga disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dalam hal ini ditemukan bahwa perencanaan merupakan penentu terlebih dahulu tentang apa yang akan dikerjakan pada satu tahun mendatang dan hasilnya biasanya dievaluasi pada triwulan dan satu tahun. Setiap program atau kegiatan yang dilakukan diupayakan agar tercapai sesuai dengan yang direncanakan.

(6)

114 (2013), bahwa perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu kegiatan, jika perencanaan tidak matang maka tentu pelaksanaannya, juga tidak akan baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dilapangan bahwa dalam perencanaan program PONED di Puskesmas Tibawa itu sesuai dengan prioritas masalah yang ada di Puskesmas Tibawa sehingganya dalam pengambilan keputusan untuk suatu kegiatan yang berkaitan dengan Program PONED terstruktur dengan baik dan penentu kebijakan dalam perencanaan adalah kepala Puskesmas.

Pengorganisasian adalah serangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber daya yang dimiliki puskesmas dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan puskesmas. Atas dasar pengetian tersebut, fungsi pengorganisasian juga meliputi proses pengintegrasian semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas.

Actuating (directing, commanding,

motivating, influencing) atau fungsi

penggerakkan pelaksanaan Puskesmas adalah proses pembimbingan kepada staf agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan yang efektif, pengembangan motivasi, komunikasi, dan pengarahan sangat membantu suksesnnya pelaksanaan fungsi aktuasi (Alamsyah, dkk, 2013).

Pengorganisasian dalam program PONED adalah penentuan petugas kesehatan yang akan diberikan tanggung jawab untuk mengatur dan menjalankan program PONED di Puskesmas Tibawa Kabupaten Gorontalo. Pengorganisasian yang ada di Puskesmas Tibawa didasarkan pada profesi masing-masing petugas kesehatan, hal ini dilakukan agar

kegiatan berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan dan target yang ingin dicapai.

Hasil penelitian dilapangan ditemukan PONED di puskesmas Tibawa sudah ada organisasinya sendiri. Dari kepala puskesmas, bidan koordinator, bidan desa sampai perawat PONED, dan sudah ada penanggung jawab untuk masing-masing ruangan seperti ruang bersalin, ruang nifas dan ruang poli. Penggorganisasian PONED di puskesmas Tibawa dilakukan berdasarkan pedoman pelaksanaan PONED.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan ditemukan bahwa organisasi PONED di Puskesmas Tibawa sudah baik, hal ini dapat diukur pada adanya struktur organisasi PONED yang sudah ada, adanya pembagian tugas dan wewenang antara koordinator PONED dan anggota terdapat jam pelayanan yang jelas dan alur rujukan yang tertempel dalam ruangnan khusus PONED di Puskesmas Tibawa.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Oktyan Praditya (2012) menyebutkan bahwa proses pengorganisasian pada suatu organisasi harus sesuai dengan tupoksi masing-masing individu, mengingat tanggung jawab yang diberikan bukanlah mudha dan membutuhkan keahlian yang dimiliki individu, untuk itu penempatan personil harus sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Menurut Elni Sari (2013), Peran organisasi dalam sebuah program sangatlah penting, karena instititusi didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan aktifitas, kerja sama, dan tentu saja orang yang melakukan aktifitas tersebut atau sumber daya manusia,yang ketiga unsur ini terdapat dalam sebuah organisasi.

(7)

115 pelaksanaan berhubungan dengan aktivitas manusia mempengaruhi orang-orang agar mereka dapat melaksanakan usaha-usaha kearah pencapaian tujuan tertentu (Azwar, 1996)

Pelaksanaan program PONED adalah salah satu upaya dan merupakan upaya terakhir untuk mencegah kematian ibu. Pelaksanaan program PONED yang ada sesuai dengan prosedur yang ada dan beberapa target mencapai hasil yang memuaskan.

Sesuai hasil yang ditemukan dilapangan pelaksanaan PONED di puskesmas Tibawa dilakukan 1x24 jam dan sudah sesuai dengan SOP yang ada. Puskesmas Tibawa menerima rujukan dari puskesmas sekitar. Tetapi dengan melihat kondisi ibu terlebih dahulu apakh bisa ditangani di puskesmas Tibawa atau di rujuk ke Rumah Sakit.

Tidak semua program PONED di puskesmas Tibawa mencapai target, biasanya disebabkan oleh banyak kendala, baik itu dari petugas maupun saran dan prasarana. Akan tetapi yang dijadikan poin utama poin utana dalam pelaksanaan program PONED adalah target-target yang mempunyai masalah-masalah besar dalam program PONED.

Kendala dalam pelaksanaan program PONED di puskesmas Tibawa yaitu saran dan prasarana. Sebenarnya sudah ada alat-alat untuk PONED tetapi para petugas tidak mengetahui cara memakainya dan akhirnya ada beberapa alat yang tidak terpakai karena petugas

tidak mengetahui cara menggunakannya.

Disebutkan dalam penelitian Elni Sari (2013), tentang pelaksanaan pada program-program yang ada di puskesmas harus sesuai dengan hasil yang ingin dicapai dan sesuai target, sehingga dalam prioritas masalah dapat dilihat apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan harapan atau tidak.

Hasil survey dan wawancara diketahui bahwa pelaksanaan kurang

karena peralatan PONED masih minim menyebabkan keterbatasan di Puskesmas sehingga alternatif rujukan kerumah sakit menjadi prioritas utama. Penerapan SOP sulit di tegakkan dengan optimal karena disamping peralatan kurang, juga belum semua bidan terlatih dan mahir dengan pelatihan bidan PONED.

Pengawasan merupakan proses penentuan apa yang harus disesuaikan dalam pelaksanaan bila perlu melakukan tindakan korektif agar pelaksanaan kegiatan program tetap sesuai dengan rencana. Pengawasan adalah melakukan penilaian sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan (Azwar, 1996)

Pengawasan pelaksanaan program PONED merupakan proses yang sangat penting yang bertujuan agar dapat mengetahui apakah program PONED tersebut capaiannya sesuai target yang diharapkan. Survey dan wawancara dilapangan ditemukan bahwa pengawasan sudah baik dilaksanakan oleh kepala Puskesmas dan oleh Dinas Kesehatan sebagai instansi penanggung jawab.

Menurut hasil penelitian dilapangan ditemukan bahwa pengawasan PONED di puskesmas Tibawa sudah ada timnya yaitu dokter, bidan, perawat dan kepala Puskesmas. Pengawasan dilakukan setiap ada kelahiran atau ada laporan yang di terima oleh Kepala Puskesmas. Semua petugas PONED ikut mengawasi program PONED di puskesmas Tibawa antara lain meliputi dokter dan Kepala Puskesmas.

(8)

116 Dalam pengawasan PONED di puskesmas Tibawa sudah terdapat standar kinerja karena puskesmas Tibawa menuju akreditas maka mereka beruasah melakukan standar-standar pelayanan pada program PONED dan untuk mengukur capaian yang harus dicapai. Standar kinerjanya disesuaikan dengan SOP yang ada.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elni Sari (2013),Pengawasan merupakan suatu komponen penting dalam pelaksanaan program. Dengan adanya pengawasan, kinerja pengelola program dan tingkat keberhasilan suatu program yang dilakukan, di puskesmas dapat diketahui.

Hasil wawancara dilapangan ditemukan bahwa pengawasan sudah baik dilaksanakan oleh kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan baik melalui evaluasi bulanan.

Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditatapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program (Alamsyah, dkk, 2013).

Evaluasi pelaksanaan PONED adalah tahapan kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan proses kegiatan, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana hasil yang telah dicapai dalam kegiatan tersebut, meliputi evaluasi bulanan, triwulan semester dan tahunan oleh Dinas Kesehatan. Evaluasi yang baik apabila sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan PONED Puskesmas.

Dalam proses evaluasi yang ada melibatkan seluruh pemegang program dan yang turut bertanggung jawab dalam program PONED, namun terkadang hasil

evaluasi tidak selamanya sesuai dengan target. Hal tersebut dikarenakan peralatan emergensi belum mencukupi kebutuhan pasien.

Berdasarkan hasil penelitian proses evaluasi biasanya dilakukan pada kelas bidan kemudian di situ akan dilihat apa saja kasus-kasus yang ada. Apakah kasus rujukan dari puskesmas yang lain atau kasus rujukan ke Rumah Sakit atau kasus yang bisa ditangani di puskesmas Tibawa. Proses evaluasi program PONED di puskesmas Tibawa dilihat dari kasus atau tindakan yang dilaksanakan di Puskesmas. Apakah ada kasus yang tidak bisa dilakukan di puskesmas. Proses evaluasi juga biasanya dilakukan bersama-sama dengan minlok atau evaluasi program di pertriwulan.

Yang melakukan evaluasi program PONED di puskesmas Tibawa yaitu Kepala Puskesmas dengan Dinas Kesehatan. Evaluasi oleh Kepala Puskesmas biasanya dilaksanakan setelah ada tindakan-tindakan yang dilakukan di puskesmas dan untuk Dinas Kesehatan di buat dalam bentuk laporan-laporan mampu PONED atau tidak.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elni Sari (2013), bahwa evaluasi bagian penting dari efektifitas pencapaian program. Dengan evaluasi yang selalu dilaksanakan secara rutin akan meningkatkan efektifitas program.

Hasil wawancara dilapangan bahwa evaluasi dilakukan secara rutin oleh Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo yang dilakukan secara rutin tiap tiga bulan, dan evaluasi tahunan program PONED oleh Dinas Kesehatan.

(9)

117 program, walaupun ada beberapa hasil evaluasi yang tidak sesuai dengan target yang direncanakan akan tetapi hal tersebut menjadikan suatu motivasi bagi setiap pemegang program pada tahun-tahun berikutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan PONED sudah baik, karena perencanaan sudah dilaksanakan setiap tahun, perencanaan dilakukan dalam rapat di Puskesmas sehingga menghasilkan target dan sasaran secara jelas. Dan Pengorganisasian PONED sudah baik karena telah dilakukan pembagian tugas dan struktur organisasi yang baku, koordinator bertanggung jawab terhadap kegiatan anggota, terdapat ruangan dan peralatan bagi kebutuhan program PONED. Dan Pelaksanaan dilapangan masih terdapat kekurangan, hak ini disebabkan bidan terlatih PONED belum semua yang terpapar dengan pelatihan

MPS (Management Pregnancy Saver)

yakni jenis pelatihan bagi bidan mampu PONED, peralatan sudah ada tetapi belum lengkap sehingga pasien sering masih dirujuk kerumah sakit. Dan Pengawasan sudah baik, karena kepala puskesmas sudah melakukan pengawasan secara rutin di Puskesmas di samping Pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. Dan Pengevaluasian sudah baik, karenan Dinas Kesehatan secara rutin melakukan evaluasi yang dilakukan tiap tiga bulan dan tiap tahun.

Disaarankan kepada instansi terkait dan pemda setempat agar melakukan pelatihan untuk bidan-bidan yang belum terlatih PONED dan melengkapi peralatan kesehatan yang memadai di Puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi dan Ratna Muliawati.

Pilar Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat. 2013. Yogyakarta:

Nuha Medika

Asraf, Ali. Sistem Pengelolaan Sampah

Medis Di Rumah Sakit. 2010

(http://aliasfar06.com/2010/11/13/s istem-pengelolaan-sampah-medis-dirumah-sakit.html) Diakses 9 Juni 2016

Azwar, Azrul. Pengantar administrasi

Kesehatan. 1996. Jakarta:

Binarupa Aksara

Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

Kematian Ibu dan Bayi. 2016.

Gorontalo

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.

Kematian Ibu dan Bayi. 2016.

Gorontalo

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.

Data Puskesmas Yang

Menyelenggarakan PONED.

2016. Gorontalo

Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Pedoman

Penyelenggaraan

Puskesmas Mampu PONED.

2013. Jakarta

Mujiati, dkk. Kesiapan Puskesmas Poned (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) Di Lima Regional Indonesia. 2014 (http://ejournal.litbang.depkes.go.i d/index.php/MPK/article/view/3485 /34 47). Diakses 29 Januari 2016.

Praditya, Oktyan. Studi Kualitatif Manajemen Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Sekaran Kota

Semarang. 2012

(http://journal.unnes.ac.id/sju/inde x.php/uphj) Diakses 7 Juni 2016 Puskesmas Tibawa. Kematian Ibu dan

Bayi. 2016. Gorontalo

Sari, Elni. Analisis Sumber Daya Organisasi Dalam Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi

Puskesmas Di Kabupaten Padang

Pariaman, 2013

(http://repository.unhas.ac.id/bitstr eam/handle/123456789/5441/JUR NAL

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Review dilakukan terhadap berbagai teknik text summarization yang pernah digunakan pada penelitian-penelitian di bidang peringkasan teks berbahasa indonesia, baik

Model ini dapat dijadikan alternatif pilihan dalam proses pembelajaran karena memiliki kelebihan diantaranya, (1) dapat membuat siswa merasa nyaman dan gembira dalam belajar,

selanjutnya disebut Transaksi Lindung Nilai Syariah adalah transaksi yang dilakukan berdasarkan pada Prinsip Syariah dalam rangka memitigasi risiko perubahan nilai tukar atas mata

Alhamdulillah robbil a’lamin buku ini telah selesai sesuai dengan judulnya, maka tujuan dari buku ini dibuat sebagai pedoman bagi para sivitas akademika (dosen,

Setelah mengamati video youtube tentang dongeng “Gagak Sang Pembohong”, peserta didik dapat menyusun kalimat baku menggunakan 3 kosakata dalam teks dongeng yang berkaitan

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kinerja ekspor berbagai produk karet Indonesia ke negara- negara ASEAN5 (Malaysia, Singapore, Thailand, Filipina,

Sistem ini akan menghasilkan suatu pohon keputusan yang nantinya akan dibuat sebagai acuan dalam penentuan kelulusan peserta sertifikasi guru. Perancangan proses

Bentuk dan metode rangkaian kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan bimbingan islami dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak usia prasekolah di RA Al Muna Semarang yaitu :..