• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain adalah suatu sistem yang berlaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Desain adalah suatu sistem yang berlaku"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desain adalah suatu sistem yang berlaku untuk segala jenis perancangan dimana titik beratnya adalah melihat segala sesuatu persoalan tidak secara terpisah atau tersendiri, melainkan sebagai suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling terkait .Sedangkan interior adalah bagian dalam dari sebuah bangunan dibentuk oleh elemen-elemen yang bersifat arsitektur dari struktur dan pembentuk ruangnya, seperti kolom, dinding, lantai, dan atap . Ruang berfungsi sebagai tempat yang penting untuk beraktivitas, sebagai tempat tinggal dan juga berfungsi sebagai lambang status sosial dan harga diri . Dari pengertian-pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa desain interior adalah suatu proses perancangan bagian dalam dari sebuah bangunan,yang meliputi unsur fisik, yaitu struktur dan elemen pembentuk ruang (lantai,dinding, plafon) dan unsur non fisik yaitu untuk memenuhi fungsi ruang sebagai tempat beraktivitas.

Desain interior terbentuk dari beberapa unsur dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain semiotika, gaya hidup dan konsep space and place. Faktor – faktor ini mempengaruhi bentuk ruang interior yang dapat kita lihat dalam berbagai bangunan yang telah berdiri walaupun mungkin kita sering tidak menyadarinya.

1.2 Pembatasan masalah

Isi dari karya tulis ini memuat hasil pengamatan dalam field trip yang telah dilakukan di Museum Seni Rupa dan Keramik , Stasiun Kota, Kemang, Pasifik Place, dan Sekolah Internasional Global Jaya. Field trip ini sendiri dimaksudkan untuk melihat unsur dan faktor semiotika, gaya hidup, budaya kota dan konsep space and place secara langsung pada bangunannya.

1.3 Metode Penelitian

Pembahasan dari makalah ini merupakan hasil dari apa yang saya amati langsung di lapangan sesuai dengan pokok bahasannya.

(2)

2.1 Pengertian Desain Interior

Bila ingin berbicara tentang desain biasanya dimulai dengan usaha memformulasikan pengertian tentang desain, membuat definisi desain dan mencari arti desain. Pengertian desain interior dikemukakan oleh D.K. Ching (2002:46) sebagai berikut:

Interior design is the planning, layout and design of the interior space within buildings. These physical settings satisfy our basic need for shelter and protection, they set the stage for and influence the shape of our activities, they nurture our aspirations and express the ideas which accompany our action, they affect our outlook, mood and personality.The purpose of interior design , therefore, is the functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological enhancement of interior space.

Definisi di atas menjelaskan bahwa desain interior adalah sebuah perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam di dalam bangunan. Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita akan naungan dan perlindungan, mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi kita dan mengekspresikan gagasan yang menyertai tindakan kita, disamping itu sebuah desain interior juga mempengaruhi pandangan, suasana hati dan kepribadian kita.Oleh karena itu tujuan dari perancangan interior adalah pengembangan fungsi, pengayaan estetis dan peningkatan psikologi ruang interior.

Dari definisi di atas didapat pengertian bahwa desain interior adalah suatu proses pembentukan ruang dalam, dengan cara memanipulasi volume ruang serta pengolahan permukaaan ruang. Desain interior bekerja dengan pertimbangan psikologi lingkungan, arsitektur dan desain produk. Pembentukan dari desain interior itu tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor sebelum mencapai bentuk akhirnya.

Kita akan mencoba memperhatikan berbagai unsur pembentuk desain interior di beberapa bangunan.

(3)

Pada kedua tempat ini kita akan membahas mengenai semiotika. Semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam kehidupan. Tanda-tanda merupakan bentuk penyederhanaan dari maksud yang terkandung pada suatu konsep atau benda, yang seringkali tidak dapat disampaikan melalui kata-kata yang terbatas. Semiotik memberikan pemahaman tentang elemen-elemen yang membentuk tanda dan kaidah apa saja yang mengaturnya.

Dalam semiotik, sebuah tanda dapat dibahas melalui tiga tingkatan makna yaitu: terpisahkan dari kehidupan sosial, dengan mengkaji tanda sudut panjang subjek yang menggunakan tanda, yaitu masyarakat.

(4)

Semiotika yang pertama kali terlihat adalah pilar-pilar raksasa menopang kanopi berbentuk prisma memberi kesan kokoh dan kuat sesuai fungsi awalnya sebagai gedung peradilan. Pelataran yang luas semakin memperkuat kesan megah bangunan ini.

a.Penataan ruang

Penataan ruang museum memperlihatkan adanya tahapan – tahapan yang harus kita lalui untuk dapat menikmati barang – barang yang dipamerkan. Disamping pelataran yang luas akan terdapat satu jalur masuk yang sekaligus sebagai tempat pembelian tiket. Hal ini berarti kita harus membeli tiket terlebih dahulu sebelum bisa masuk ke dalam museum. Setelah itu kita akan diperlihatkan sejarah awal mengenai keramik dalam bentuk berbagai papan informasi dan banner. Pembagian ruang pameran juga dikelompokkan berdasarkan barang yang dipamerkan. Tiap barang dikelompokkan menurut periodenya. Lantai 2 diperuntukkan sebagai penjelasan tambahan dan lebih mendalam mengenai jenis – jenis keramik yang ada.

b.Elemen Pembentuk Ruang b.1 Lantai

Lantai pada museum ini msaih mempertahankan material aslinya sehingga menunjukkan kesan tua dari si bangunan dan juga karya yang dipamerkan.

b.2 Kotak Pajangan

Hampir semua karya yang berupa keramik diletakkan dalam kotak kaca. Ini memberi kesan bahwa karya – karya tersebut hanya untuk dilihat dan bukan untuk disentuh. Hal ini juga memberi kesan perlindungan terhadap karya tersebut.

(5)

Adanya lampu sorot memperkuat kesan bahwa barang – barang yang ada memang untuk dipamerkan. Penyorotan lampu pada barang pameran tentu saja untuk menambah daya tariknya.

b.4 Banner dan Papan Informasi

Di museum ini terdapat beberapa lembar informasi dan banner yang memberikan info mengenai karya dan juga museum itu sendiri.

2.2.2 Stasiun Kota

Tulisan “STASIUN KOTA” yang tertulis di kedua pintu masuk bangunan ini menjadi sebuah semiotika yang sangat kuat sebagai identitasnya.Bentuk bangunan dan warnanya menjadi tanda bahwa bangunan stasiun ini berusia cukup tua.

a.Penataan ruang

Penataan ruang di stasiun kota ini memperlihatkan

Lampu sorot Banner informasi

Lampu sorot

Kotak kaca

Lembar Informasi

Lantai yang tua

(6)

tahapan apa saja yang harus kita lakukan di sini. Yang paling awal kita temui adalah loket pembelian tiket. Ini berarti kita harus membeli tiket terlebih dahulu sebelum menaiki kereta. Setelah itu kita akan melalui pos pemeriksaan tiket. Kemudian kita akan berada di ruang untuk menunggu kereta. Setelah kereta tiba barulah kita kemudian bisa berpindah untuk memasuki kereta yang kita inginkan.

Penataan peron disesuaikan dengan tujuan kereta apinya agar tidak membingungkan para calon penumpang tapi dari jumlah orang yang menumpang di tiap peron juga kita bisa melihat bahwa frekuensi kereta api yang paling sering terjadi itu adalah di peron 11 dan 12 yang menuju Bogor. Tempat menunggu diletakkan menghadap peron tentunya agar kita tetap bisa melihat kereta api yang akan datang atau dengan kata lain agar kita tetap ingat tujuan awal kita berada disitu.

b. Elemen Pembentuk Ruang b.1 Plafon

Plafon di stasiun ini diletakkan sangat tinggi sehingga memberi kesan lapang dan luas.

b.2 Pagar

(7)

belum. Ini tentunya juga secara tidak langsung untuk membedakan kedua ruang tersebut.

b.3 Papan Informasi dan speaker

Di sepanjang stasiun ini terdapat berbagai sarana untuk

memberikan informasi seperti poster,banner dan sesekali terdengar suara pemberitahuan dari speaker.

Banyak semiotika lain yang terdapat di stasiun ini. Karcis adalah tanda bahwa kita sudah membayar biaya sehingga boleh menaiki kereta api. Para petugas keamanan yang ada di sekitar menandakan bahwa tempat ini dijaga. Barang bawaan para penumpang yang berbeda-beda menunjukkan bahwa latar belakang dan profesi para penumpang tersebut berlainan. Bunyi pluit kereta menandakan bahwa kereta akan berangkat dan bunyi kereta yang mendekat menandakan bahwa ada kereta yang datang.

2.3 Gaya Hidup dan Konsumerisme

Kata konsumerisme dapat ditarik pada dua hal yang berkaitan, yaitu konsumtif dan konsumen. Konsumtif mengindikasikan sebuah tindakan, sedangkan konsumen lebih cenderung mengarah kepada pelaku dari sebuah tindakan konsumsi. Berkaitan dengan itu, pemahaman kata konsumerisme pada masa sekarang cenderung bergeser kepada sebuah bentuk atau gaya hidup.

Gagasan tentang konsumerisme ini terkait dengan teori-teori konsumsi yang pernah ada. Salah satu pencetus teori konsumsi ini adalah Karl Marx. Ia merupakan peletak dasar teori konsumsi klasik. Ia menganalisa tentang apa yang membentuk serta menyusun kebutuhan manusia. Lebih lanjut, ia juga melihat bagaimana kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat bertemu di dalam aplikasi proses produksi.

(8)

kita bahwa sebagai manusia pasti membutuhkan sesuatu demi kelangsungan hidupnya. Hal ini mengingatkan pula bagi kita akan hakekat kebudayaan, yakni alam kodrat sendiri sebagai milik manusia, sebagai ruang lingkup untuk ralisasi diri (J.W.M. Bakker, 1984). Segala kebutuhan yang diperlukan manusia guna melangsungkan hidupnya diperoleh dari relasinya dengan alam.

Terkait dengan hal tersebut, konsumerisme dapat kita lihat sebagai paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata konsumerisme dijelaskan dengan arti : paham atau gaya hidup yg menganggap barang-barang (mewah) sbg ukuran kebahagiaan, kesenangan, dsb; gaya hidup yg tidak hemat Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.

Untuk bisa memahami konsep konsumerisme dan gaya hidup ini kita akan melihatnya dari Kemang sebagai daerah komersil dan Pasific Place. Kemang merupakan salah satu daerah yang bisa dibilang menjadi “korban” oleh perkembangan konsumerisme ini karena “dipaksa” untuk menjadi daerah komersial oleh pemerintah sedangkan Pasific Place adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di Jakarta.

Pusat perbelanjaan dan Budaya Konsumerisme merupakan dua hal yang tak bisa di pisahkan, karena satu dengan lainnya terdapat koherensi. Dimana Budaya konsumerisme itu bisa timbul karena pusat perbelanjaan juga. Pusat perbelanjaan yang banyak terdapat di kota – kota besar di Indonesia memfasilitasi keinginan konsumtif masyarakat. Selain itu pusat perbelanjaan juga menimbulkan berbagai budaya baru di masyarakat misalnya menjadi daerah bergaulnya para remaja bahkan menjadi tempat terjadinya transaksi bisnis dan rapat kerja. Intinya mal telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan budaya kota.

(9)

karena semakin mendekatnya dengan era globalisasi, yang menghubungkan pandangan masyarakat global dari gaya hidup modern kepada masyarakat Jakarta.

Tetapi, didalam beberapa abad terakhir, sudah semakin terlihat bahwa mall tidak hanya sebagai tempat untuk berbelanja tetapi juga untuk menunjukkan beberapa elemen dari praktek budaya. Masyarakat Jakarta jauh lebih beruntung, mereka memiliki mall. Dari keseluruhannya, mall adalah tempat dimana masyarakat Jakarta pergi untuk melihat dan dilihat. Sebagai tambahan, untuk menonjolkan bahwa mall juga merupakan pusat perbelanjaan, mall di Jakarta dibangun sedemikian rupa sebagai tempat umum dimana masyarakatnya bisa melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kelas ekonominya.

(10)

Fenomena publik tentang budaya mall berkembang cepat di Jakarta selama dua dekade ini. Mall adalah public space yang baru, didesain untuk tampilan dan konsumsi komunitas modern. Public space ini mendikte pakaian seperti apa yang harusnya dikenakan, dan mereka yang tidak memenuhinya tidak akan dianngap. Budaya mall harus dilihat sebagai tempat untuk orang-orang kelas menengah baru, karena disanalah mereka menunjukkan bahwa mereka termasuk golongan kelas menengah.

Dengan mengubah public space menjadi zona perdagangan dan mengklaim legitimasi moral –mengimplikasikan justifikasi kelas dengan menjadi modern, terhormat, dan rapi– orang-orang kelas menengah Jakarta mengklaim mall sebagai daerah resmi mereka. Tindakan mengubah public space menjadi konsumer place ini dilakukan untuk menyingkirkan mereka yang tidak dapat berpartisipasi dalam konsumerisme. Budaya mall adalah kerja produktif para masyarakat kelas menengah yang memproduksi diri sendiri dan eksistensi eksternalnya dari material mentah. Melalui budaya mall, orang-orang kelas menengah Jakarta diproduksi dan diproduksi ulang. Para masyarakat kelas menengah Jakarta benar-benar sebuah proyek budaya kelas; ia tidak pernah ada di luar produksi dan produksi ulang melalui latihan-latihan kultural.

Fakta bahwa tingkat pemasukan dan standar kehidupan penduduk Jakarta telah meningkat, sebagai hasil kebijakan-kebijakan perkembangan ekonomi Orde Baru, tidak langsung menentukan kelas. Walaupun benar bahwa memiliki materi atau sumber finansial pada tingkat tertentu menentukan kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan konsumsi, bukan hanya kemampuan finansial yang mendefinisikan kelas menengah. Banyak penduduk Jakarta yang tidak dapat mengklaim diri sebagai kelas menengah karena mereka tidak bias menunjukkan gaya hidup mereka di mall. Hal ini tidak berarti budaya mall simply sebagai produk penentuan ekonomi. Budaya mall adalah proses tiada akhir dari produk kultural dan formasi kelas menengah.

(11)

Kemang walaupun memang merupakan kawasan komersial namun tetap terhubung dengan kawasan sekitar bahkan sebenarnya dia tetap berada di lingkungan karena yang komersial hanyalah toko – toko yang ada di kawasan tersebut. Lain halnya dengan Pasific Place yang merupakan sebuah mal. Pusat perbelanjaan merupakan sebuah tempat dimana orang yang masuk didalamnya dipisahkan dari lingkungan. Mal tersebut kemudian yang menjadi lingkungan mereka yang baru.

Perbedaan – perbedaan ini tentunya mempengaruhi konsep toko – toko yang ada di kedua kawasan ini. Salah satunya adalah perbedaan cara mereka mendisplay. Windows display yang merupakan “wajah” dan “alat” toko untuk menjaring konsumen diaplikasikan secara berbeda.

Kemang Icon adalah sebuah gedung yang ditempati oleh beberapa jenis usaha seperti restoran, galeri seni, toko tas dan sebagainya. Lokasinya yang berada di pinggir jalan menyebabkan display yang ada sulit untuk dilihat bila hanya dilewati secara sekilas. Windows display dalam bangunan ini cenderung terbatas dan oleh karenanya memaksa pengunjung untuk masuk ke dalam toko tersebut. Toko ini juga terkesan tertutup dan privat. Lain halnya dengan Gelatissimo yang berada di dalam sebuah pusat perbelanjaan. Display yang ada digunakan semaksimal mungkin untuk mengekspos keunikan dan kelebihan toko dan produk yang ditawarkan. Letaknya di dalam pusat perbelanjaan memaksanya untuk benar- benar bisa menarik perhatian para pengunjung yang berlalu lalang.

Perbedaan dari kedua window display ini sebenarnya sangat dipengaruhi oleh faktor lokasi dan frekuensi orang yang melewatinya. Perbedaan kedua faktor ini menyebabkan munculnya teknik window display yang berbeda dalam menjaring konsumen. Kemang icon lebih

(12)

memfokuskan pada kalangan yang memang berniat datang kesana atau minimal orang yang kebetulan lewat dan tertarik untuk masuk sedangkan Gelatissimo lebih memfokuskan bagaimana menjaring orang yang lalu lalang dan menawarkan produknya secara terbuka dan bahkan terkesan frontal karena langsung memperlihatkan apa yang dijualnya bukan hanya dengan poster atau daftar menu. Tentu saja ini juga dipengaruhi oleh faktor persaingan antar toko yang sangat tinggi dalam sebuah pusat perbelanjaan.

Tingkat konsumerisme yang tinggi sebenarnya berdampak baik pada ekonomi negara. Tingginya tingkat beli masyarakat tentunya menguntungkan industri apalagi industri kreatif yang nota bene selalu diburu. Brand tidak lagi hanya menjadi identitas produsen tapi sudah menjadi gaya hidup dan budaya baru di masyarakat. Bisnis Franchise adalah bentuk nyata dari komersialisasi Brand tadi.

Berbagai inovasi dan desain baru selalu muncul karena permintaan yang tinggi dari masyarakat. Namun kondisi ini kemudian menjadi ironis karena kita (baca: masyarakat Indonesia) seringkali hanya bisa menjadi konsumen dan bukannya produsen. Kondisi yang memprihatinkan jika kita melihat bahwa pusat perbelanjaan di Negara kita ini sebagian besar diisi oleh produk – produk dari luar negeri.

2.4 Space and Place

2.4.1Definisi Space and Place

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ‘place’ dan ‘space’ mempunyai arti yang sama yaitu tempat. Tetapi, sebenarnya, kedua kata tersebut mempunyai perbedaan yang sangat nyata.

“Space is the boundless extent within which matter is

physically extended and objects and events have positions relative to one another[1]. Physical space is often conceived in three linear dimensions, although modern physicists usually consider it, with time, to be part of the boundless four-dimensional continuum known as spacetime. In

(13)

Jika space mengacu pada struktur, kualitas geometri dari lingkungan fisik, place merupakan gagasan yang mencakup dimensi hidup, pengalaman dan interaksi penggunaan ruang oleh penghuninya

Dapat kita simpulkan bahwa perbedaan space dan place mempunyai perbedaan ciri, antara lain:

SPACE:

- Ilmiah. Space mempunyai dimensi; panjang, lebar dan tinggi. Oleh karena itu ‘space’ tersebut mempunyai sifat ‘dapat diukur’.

- Impersonal. Bukan mengenai manusia, tapi lebih kepada fisik dari pembentuk ‘space’ itu sendiri misalnya dinding, lantai dan langit-langit. - Rasional

- Sosio-ekonomi. Bentukan-bentukna dari sebuah space biasanya di dasarkan pada tujuan ekonomi. Berapa tinggi atau lebar sebuah ruangan akan berdampak kepada biaya pembuatan space tersebut. Selain itu, apakah dengan besaran tertentu space tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan mendatanggkan keuntungan.

Contoh: perancangan sebuah kios dengan dimensi tertentu. Pemilik dan desainer akan memikirkan berapa besar space yang dibutuhkan agar semua barang dan kegiatan dapa ditempung. Pengeluaran untuk

membuat kios tersebut dengan dimensi yang telah ditentukan pastinya juga dihitung.

Gambar 1 (kiri) menunjukkan bahwa sebuah space di antara dua buah gedung, di mana space tersebut berupa lorong yang mempunyai lebardan tinggi. Selain itu lorong tersebut terbentuk dari dasar (jalan) dan dinding (gedung).

(14)

PLACE:

- Tidak ilmiah, bersifat abstrak. - Personal

- Fenomenologis. Ada sebuah kegiatan/ aktivitas yang terjadi sehingga Sebuah kawasan dapat dinamakan place.

- Psikologis. Sebuah place dapat memberikan dampak kepada psikologis orang-orang yang berkegiatan di dalamnya. Sebuah tempat yang ramai tentu akan member kesan yang berbeda dengan tempat yang sepi.

untuk memahami konsep space and place ini kita akan melihat dari sebuah sekolah yaitu Global Jaya International School.

2.4.2 Global Jaya International School

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas.

Gambar 3 (Kiri) memberikan penjelasan sebuah place berupa cafe. Di mana terdapat sebuah aktifitas yang membuat kawasan tersebut menjadi lebih ‘hidup’

(15)

Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah.

Global Jaya International School (GJIS) adalah salah satu sekolah internasional yang ada di Indonesia. Sekolah ini beralamat di Jl. Raya Jombang, Bintaro Jaya Sektor IX Pondok Aren Tangerang. Sejak dibuka tahun 1995, sekolah ini menawarkan pendidikan yang berkualitas internasional untuk anak – anak dari tingkat TK hingga year 12 (SMA).

Di sekolah ini terdapat 3 tingkatan pendidikan yaitu Primary School (9 – 12 tahun), Middle School ( 11 – 16 tahun), dan Senior School (16 – 19 tahun). Setiap tingkat pendidikan memiliki konsep pengajaran masing – masing sesuai dengan keperluan namun tetap berdasarkan kurikulum internasional.

Sekolah ini menawarkan konsep pengajaran yang berbeda dari sekolah pada umumnya. Dengan kurikulum Internasional yang mengimplementasikan International Baccalaureate Programme maka proses belajar yang mengajar yang terjadi juga berbeda dari sekolah kebanyakan.

Seperti telah dijelaskan bahwa faktor penting dalam perubahan sebuah space menjadi place adalah kenyamanan. Dalam hal ini berarti kenyamanan dari sekolah yang tentunya dipengaruhi oleh atmosfer perasaan yang mucul akibar berbagai bentuk fisk yang ada.

(16)

fasilitas yang lengkap diharapkan dapat memberikan kualitas yang baik juga.

Ruangan kelas diikuti maksimal oleh 24 murid sehingga mengoptimalkan pengajaran dan pengawasan perkembangan murid. Konsep moving class membuat ruangan- ruangan yang ada lebih memrepresentasikan pelajaran yang diberikan misalnya banyak alat musik di ruang musik atau banyak poster bernuansa sains di ruang sains. Ruangan kelas dibuat senyaman mungkin bagi murid dengan gaya dinamis sehingga tidak terkesan kaku untuk memancing siswa turut aktif dalam pengajaran. Warna-warna cerah digunakan alih-alih warna putih yang biasa ada di sekolah umum untuk memperkuat suasana ceria dan dinamis.

Sebagai sekolah internasional tentunya GJIS (Global Jaya International School) memiliki murid tidak hanya warga negara Indonesia saja tetapi juga kaum ekspatriat. Oleh karena itu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris sehingga mempermudah pengajaran bagi kaum ekspatriat dan juga untuk memenuhi kurikulum internasional.Selain itu para murid di sekolah ini merupakan anak – anak dari kalangan tingkat ekonomi atas sehingga konsep pengajaran, fasilitas, pergaulan, dan gaya hidup murid yang ada juga terkesan mewah dan eksklusif.

(17)

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Sadar atau tidak ternyata berbagai faktor pembentuk interior ada di antara kita dan mempengaruhi lingkungan dan bangunan yang kita didirikan. Hal ini juga mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkungan.

3.2 Saran

Setelah mengetahui bahwa lingkungan interior dibentuk oleh berbagai faktor, kita harus lebih memperhatikan faktor – faktor tersebut dalam pembentukan desain kita nantinya. Kita harus lebih peka agar nantinya bisa muncul desain yang baik.

REFERENSI

Eco, Umberto. 1976. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.

Yi-Fu-Tuan,2008,Space and Place,University of Minnesota Press,Minneapolis.

(18)

Soedjatmiko, Haryanto, 2008, Saya Berbelanja, Maka Saya Ada, Yogyakarta: Jalasutra.

Website :

http://globaljaya.com (Website GJIS)

Gambar

Gambar 1 (kiri) menunjukkan bahwa sebuah space di antara dua buah gedung, di mana space tersebut berupa lorong yang mempunyai lebardan tinggi
Gambar 3 (Kiri) memberikan penjelasan sebuah place berupa cafe. Di mana terdapat sebuah aktifitas

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan membaca cepat merupakan keterampilan memilih isi bacaan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan, yang ada relevansinya dengan pembaca tanpa membuang-buang

Peningkatan yang terjadi setelah dilakukan integrasi metode klasifikasi dan clustering untuk data numerik dengan menggunakan algoritme C4.5 dan naive bayes untuk

Hal-hal yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai manajer adalah (1) pemberdayaan orangtua dilakukan kepala sekolah dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk ikut andil

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

Viskositas Mooney karet alam SIR 20CV dengan berbagai perlakuan bahan pemantap dan karet blanko disajikan pada Gambar 6.. Viskositas Mooney karet

Ramelan Surabaya diasumsikan dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya, dan penduduk Surabaya mayoritas beragama Islam, yang melaksanakan prosesi keagamaan seperti berpuasa

Sehingga perlunya suatu bentuk kegiatan pendampingan masyarakat untuk lebih memasyarakatkan tanaman obat keluraga (TOGA) ini sebagai suatu bentuk kemandirian

Tanda-tanda komunikasi interpersonal guru dan siswa yang afektif yang terdapat pada guru PAI di SMP Swasta Al-Hikmah Marelan yang keempat adalah Hubungan yang makin baik,