Capaian Pembangunan Kabupaten Agam dalam Meningkatkan Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa, Bernegara dan Menghadapi Persaingan Global
Oleh : Ir. H. INDRA CATRI, MSP
Otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab menjadi modal utama pemerintah daerah untuk mengelola berbagai potensi yang dimilikinya secara lebih berdayaguna dan berhasil guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Paradigma baru urusan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengklasifikasikan urusan pemerintahan menjadi urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan urusan konkuren di daerah, maka Pemerintah Daerah menyepakati suatu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berisikan prioritas pembangunan daerah dengan dukungan beberapa kebijakan strategis dan program unggulan yang menjadi kewenangan daerah.
Hasil evaluasi pelaksanaan prioritas pembangunan, kebijakan strategis dan program unggulan daerah di Kabupaten Agam menunjukkan kondisi yang relatif baik. Dari sisi makro ekonomi, hal ini terlihat dari kenaikan nilai PDRB baik dari sisi harga konstan (16,52 triliun, 2017) maupun harga berlaku (12,55 triliun, 2017) kendati laju pertumbuhannya mengalami perlambatan dari 6,01 (2011) menjadi 5,49 (2017).
Sementara itu, kondisi PRDB per Kapita masyarakat mengalami peningkatan dari 20,52 juta rupiah (2011) menjadi 27,34 juta rupiah (2017). Fluktuasi ketimpangan pendapatan masyarakat juga turut mengalami penurunan dari 0,31 (2012) menjadi 0,29 (2017) sehingga memperkecil jurang/jarak antara si miskin dan si kaya.
Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh melambatnya lapangan usaha utama PDRB yaitu: pertanian, kehutanan, perburuan dan jasa pertanian yang mengalami penurunan dari 28,48% (2012) menjadi 26,78% (2016). Hal ini
berbanding terbalik dengan meningkatnya kontribusi sektor konstruksi, transportasi, informatika, dan jasa pendidikan. Kondisi tersebut berdampak terhadap fluktuasi jumlah penduduk miskin yang turun menjadi 7,59% (2017) disaat laju pertumbuhan ekonomi naik menjadi 5,49%. Sementara angka pengangguran terbuka juga mengalami penurunan dari 6,05% (2015) menjadi 4,23% (2016-2017). Hal ini sebagai gambaran besarnya angka usia produktif yang diserap oleh lapangan pekerjaan sekaligus menjadi indikator keberhasilan pembangunan dalam menekan angka pengangguran.
Kemampuan lapangan usaha utama dalam
menyerap tenaga kerja pada periode 2010-2015 cukup fluktuatif, penduduk yang bekerja pada lapangan usaha utama yaitu pertanian, kehutanan, perburuan dan jasa pertanian mengalami penurunan dari 48,43% (2010) menjadi 44,59% (2015). Hal ini berbanding terbalik dengan meningkatnya penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan dan jasa, masing-masing 18,07% dan 13,24% pada tahun 2010 menjadi 20,95% dan 14,24% pada tahun 2015.
Dari sisi pembangunan manusia, nilai IPM Kabupaten Agam berada diatas rata-rata IPM nasional dan terus meningkat dari 67,95 (2012) menjadi 71,10 (2017). Nilai IPM tersebut merupakan yang tertinggi diantara kabupaten lainnya serta berada pada posisi ke 8 (delapan) diantara kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat. Nilai IPM tersebut terdiri dari Angka Harapan Hidup (AHH) sebesar 71,57, Harapan Lama Sekolah (HLS) sebesar 13,84, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar 8,93 dan pengeluaran perkapita sebesar 9,39 juta.
Gambar 1. Capaian Indikator Ekonomi Kabupaten Agam
Gambar 2. Persentase Perkembangan Sektor Utama Terhadap PDRB