• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBUATAN MELAWAN HUKUM WEDERRECHTELIJK. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBUATAN MELAWAN HUKUM WEDERRECHTELIJK. pdf"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERBUATAN MELAWAN HUKUM (WEDERRECHTELIJK) DI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (ONRECHTMATIGE DAAD)

DI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA

Mesdiana Purba,SH,MH1

Nelvitia Purba,SH,Mhum2

Abstrak

Secara umum hukum adalah : segala aturan baik tidak tertulis maupun yang tertulis,yang mengatur mengenai kehidupan dan penghidupan dalam hubungan manusia dengan sesamanya beserta kepentngan-kepentingannya, sedangkan Undang-undang adalah merupakan bagian tertulis dari hukum pada umumnya.

Bersifat melawan Undang-undang berarti bertentangan dengan Undang-undang atau tidak sesuai dengan larangan/keharusan yang ditentukan dalam Undang-undang,atau menyerang suatu kepentingan yang dilindungi oleh Undang-undang tersebut..Untuk perbuatan melawan hukum didalam Hukum Perdata yang dilakukan oleh organ badan hukum pertanggungjawabannya didasarkan pada Pasal 1364 BW.Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang wakil badan hukum yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan Pasal 1367 BW. Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh organ yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, pertanggungjawabannya dapat dipilih antara Pasal 1365 dan Pasal 1367 BW. Meskipun terdapat kesamaan pengertia n perbuatan melawan hukum dari segi hukum Perdata dan hukum Pidana ,namun penentuan norma dalam hukum pidana harus lebih teliti daripada hukum Perdata.Pembatasan arti melawan hukum dalam hukum Pidana terkait pula dengan asas Legalitas yang termuat dalam Pasal 1 Ayat 1 KUHPidana, bahwa suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan perundang-undangan pidana yang telah ada atau yang dikenal dengan “ Adagium Nullum Delictum Noella Poena Pravia Sine Lege Poenali “

Dalam kepustakaan hukum pidana, wederrechtelijk memiliki makna antara lain melawan hukum (tegen het recht), tanpa hak sendiri (zonder eigen recht), bertentangan dengan hukum pada umumnya (in strijd met het recht in het algemeen), bertentangan dengan hak pribadi seseorang (in strijd met een anders subjective recht), bertentangan dengan hukum objektif (tegen het objective recht).Di dalam KUHP dijumpai elemen melawan hukum yang mengandung arti zonder eigen recht dalam Pasal 406, tegen het objective recht dalam Pasal 333, strijd met het recht dalam Pasal 167,378 dan 522 KUHP.

A.Pendahuluan

Istilah perbuatan melawan hukum ada di dalam istilah hukum Perdata maupun di dalam hukum

Pidana.Wederrechtelijk berasal dari Bahasa Belanda yang diartikan dengan melawan hukum yang digunakan

di dalam hukum pidana sedangkan onrechtmatige daad digunakan di dalam istilah hukum perdata.Menurut

Heijder sebagaimana yang dikemukakan Komariah Emong Sapardjaja istilah wederrechttelijk dan

onrechtmatige daad tidak menyebabkan perbedaan, baik arti dan sisi sejarah perundang-undangan maupun

1Dosen Fak. Hukum USI Siantar

(2)

sistmatis.Karena menurut Rutten , sesungguhnya rancangan BW tahun 1824,Pasal 140 mencantumkan

wederrechtelijk yang dalam pembahasan diusulkan diganti dan dirubah redaksinya menjadi onrechtmatige.

Pendapat para ahli hukum Pidana Indonesia berdasarkan kepada literatur Belanda seperti Bambang

Poernomo (1994) atau Andi Hamzah (2008) akhirnya menyimpulkan yang dimaksud dengan melawan

hukum secara formal jika suatu perbuatan telah memenuhi rumusan delik dan dapat dibuktikan.Sesuatu

pengecualian seperti daya paksa, pembelaan paksa itu hanyalah karena ditentukan secara tertulis dalam

Undang-undang (Pasal 48, 49, KUHP).Melawan hukum dikatakan melawan Undang-undang ,oleh karena itu

pandangan ini disebut sifat melawan hukum yang formal.Sebaliknya tidak selalu melawan hukum sebagai

perbuatan yang bertentangan dengan Undang-undang dan suatu perbuatan yang melawan Undang-undang

dapat dikecualikan sebagai perbuatan yang tidak melawan hukum.Menurut Poernomo melawan hukum dapat

dapat diartikan melawan Undang-undang maupun hukum diluar undang-undang.Andi hamzah

mengemukakan bahwa bukan hanya bertentangan dengan undang-undang saja yang dikatakan sifat melawan

hukum dalam hukum Pidana namun juga kepatutan, kelaziman didalam pergaulan masyarakat yang

dipandang perbuatan meawan hukum yang pengertiannya sama dengan melanggar hukum (onrechtmatige)

dalam hukum Perdata.

Perbuatan melawan hukum dalam hukum Perdata terdapat dua pendapat yang saling

bertentangan,pertama pendapat yang mengatakan bahwa perbuatan melawan hukum apabila perbuatan

tersebut bertentangan dengan hak subjektif seseorang atau bertentangan dengan kewajibannya sendiri

menurut undang-undang.Pandangan ini maka perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang

bertentangan dengan undang.Ini berarti bahwa perbuatan yang tidak bertentangan dengan

undang-undang , akan tetapi bertentangan dengan moral atau bertentangan dengan sesuatu yang dianggap tidak patut

dalam pergaulan masyarakat bukan perbuatan melawan hukum.

Pendapat yang lebih luas dikemukakan bahwa pertama kali oleh Molengraff bahwa perbuatan

melawan hukum apabila seseorang yang berbuat kepada orang lain secara tidak patut dalam pergaulan

masyarakat.Sebelum arrest tahun 1919 ,perbuatan melawan hukum dengan arti luas ini ditolak tetapi sejak

arrest tahun 1919 kaidah-kaidah melawan hukum di tarik dari arrest tahun 1919 tersebut, meskipun tetap

timbul pertanyaan bilamanakah perbuatan tersebut bertentangan dengan hak subjektif seseorang atau

bertentangan dengan kewajibannya sendiri menurut Undang-undang, atau bertentangan dengan kesusilaan,

atau bertentangan dengan kecermatan yang patut dalam pergaulan masyarakat baik mengenai penghormatan

diri maupun barang orang lain.

Menurut berbagai pendapat ahli, arti kesusilaan tidak dapat dilepaskan dari arti bertentangan dengan

kepatutan dalam pergaulan masyarakat.Intinya kaidah-kaidah yang banyak terletak dalam peraturan yang

tidak tertulis, sehingga pengertiannya dianggap relatif dan sangat luas.

(3)

Istilah Melawan hukum dan melawan Undang-undang, Sudiman Kartohadiprojo mengatakan

hukum adalah sesuatu yang bersangkutan dengan manusia, dalam keadaan hubungannya dengan manusia

lainnya.

Secara umum hukum adalah : segala aturan baik tidak tertulis maupun yang tertulis,yang mengatur

mengenai kehidupan dan penghidupan dalam hubungan manusia dengan sesamanya beserta

kepentngan-kepentingannya, sedangkan Undang-undang adalah merupakan bagian tertulis dari hukum pada umumnya.

Bersifat melawan Undang-undang berarti bertentangan dengan Undang-undang atau tidak sesuai

dengan larangan/keharusan yang ditentukan dalam Undang-undang,atau menyerang suatu kepentingan yang

dilindungi oleh Undang-undang tersebut.

Bersifat Melawan Hukum berarti : Bertentangan dengan hukum atau tidak sesuai dengan larangan

atau keharusan hukum atau menyerang suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum.Dalam hal ini yang

dimaksud dengan hukum adalah hukum positif (hukum yang berlaku).

Pompe mengemukakan sifat melawan hukum adalah :

Segi luar dari pelanggaran norma, dan kesalahan adalah segi dalam dari pelanggaran norma.Kesalahan

berarti akibatnya dapat dicelakan.

Simons mengatakan bahwa pengertian dari bersifat melawan hukum adalah bertentangan dengan

hukum pada umumnya.

Dalam hubungannya dengan bersifat melawan hukum sebagai salah satu unsur dari delik, beliau

mengatakan selalu berpegangan kepada norma delik sebagaimana yang dirumuskan dalam undang-undang

hukum pidana. Jika ada perselisihan mengenai ada tidaknya sifat melawan hukum dari suatu tindakan

tersebut, Hakim tetap terikat pada perumusan Undang-undang .Artinya yang harus dibuktikan hanyalah

dengan tegas dirumuskan dalam Undang-undang dalam rangka usaha pembuktian.

Moeljatno dan Ruslan Saleh berpendapat bahwa bersifat melawan hukum harus diartikan dengan

bertentangan dengan hukum.

- Bersifat Melawan Hukum Sebagai Unsur Delik

Dalam sistem perundang-undangan hukum pidana yang berlaku sekarang ternyata bersifat melawan

hukum tidak selalu dicantumkan sebagai salah satu unsur delik.Akibatnya timbul persoalan apakah sifat

melawan hukum harus selalu dianggap sebagai salah satu unsur delik,walaupun tidak dirumuskan secara

tegas, ataukah baru dipandang sebagai unsur dari suatu delik jika dengan tegas dirumuskan dalam delik.

Pasal-pasal di dalam KUHPid yang dengan tegas mencantumkan sifat melawan hukum antara lain

adalah Pasal-pasal : Pasal 167,Pasal 168,Pasal 333, Pasal 334, Pasal 335, Pasal 362, Pasal 368, Pasal 378,

Pasal 406 dan termasuk juga Pasal-pasal 302, 392, 282 dan sebagainya.

Secara formal atau secara perundang-undangan suatu tindakan adalah bersifat melawan hukum,

apabila seseorang melanggar suatu ketentuan undang, karena bertentangan dengan

undang-undang.Dengan perkataan lain semua tindakan yang bertentangan dengan undang-undang,atau suatu

(4)

dirumuskan atau tidak,adalah tindakan-tindakan yang bersifat melawan hukum. Sifat melawan hukum itu

hanya akan hilang atau ditiadakan ,jika ada dasar-dasar peniadaannya ditentukan dalam undang-undang.

Penganut ajaran bersifat melawan hukum material antara lain mengemukakan dalih : Apakah

tindakan seorang ayah yang memukul anaknya, seorang guru yang menyetrap muridnya, seseorang yang

menjewer kuping seorang anak yang nakal, yang telah memenuhi rumusan Pasal Penganiayaan juga bersifat

melawan hukum?

Apakah seorang dokter dengan alasan pengobatan melakukan abortus yang telah memenuhi

unsur-unsur Pasal 348 KUHPid bersifat melawan hukum ?

Menurut para penganut ajaran bersifat melawan hukum material,dalam hal ini seperti tersebut

tindakan itu tidak bersifat melawan hukum,walaupun telah memenuhi unsur-unsur dari delik.Hal itu

dikatakan tidak bersifat melawan hukum, karena tindakan tersebut tidak bertentangan dengan suatu

kepatutan dalam masyarakat.

- Bersifat Melawan Hukum Formal Dan Material

a. Penganut Bersifat Melawan Hukum Formal

Para penganut bersifat melawan hukum yang formal mengatakan bahwa pada setiap pelanggaran

delik sudah dengan sendirinya terdapat sifat melawan hukum dari tindakan pelanggaran tersebut.Dengan

demikian dalam hal delik tidak dengan tegas menyatakan bersifat melawan hukum sebagai unsur ,sudah

dengan sendirinya bersifat melawan hukum ada, dan tidak perlu dibuktikan.Tetapi jika dengan tegas

dicantumkan sifat melawan hukum sebagai unsur delik maka harus dibuktikan adanya bersifat melawan

hukum,barulah seseorang itu dapat dikatakan telah melakukan delik tersebut.

Contoh Kasus :

1. Kasus Penganiayaan Pasal 351 KUHPid

Jika A memukul B ,dan B mendapat luka karenanya maka A telah melanggar delik penganiayaan

tersebut Pasal 351 ayat 1 KUHPid.Tidak perlu diselidiki apakah pemukulan itu bersifat melawan

hukum atau tidak.Tegasnya pemukulan itu sudah dengan sendirinya bersifat melawan hukum karena

telah memenuhi perumusan delik dalam Undang-undang.

2. Kasus melanggar kesusilaan (Pasal 281 KUHPid)

C berada dalam keadaan telanjang bulat di muka umum,Dalam hal ini C telah melakukan delik delik

Pasal 281 KUHPid.Tindakan itu dengan sendirinya sudah bersifat melawan hukum ,karena

memenuhi perumusan Pasal tersebut.Tidak perlu lagi diselidiki apakah tindakan itu bersifat

melawan hukum atau tidak.

3. Kasus memasuki rumah dengan paksa (Pasal 167 KUHPid).

Seandainya di dalam Pasal 167 KUHPid tidak dinyatakan dengan tegas unsur melawan hukum

,maka seseorang pegawai penyidik atau jaksa memaksa memasuki suatu rumah untuk menjalankan

tugasnya,dapat dipersalahkan melanggar Pasal 167 KUHPid.Justru dengan adanya unsur bersifat

(5)

sedang melakukan tugasnya atau tidak ,yang akan menentukan apakah tindakannya memasuki

rumah tersebut melawan hukum atau tidak.

- Penganut Bersifat Melawan Hukum Material

Zevenbergen mengatakan bahwa pada setiap delik dianggap ada unsur bersifat melawan hukum dan

harus dibuktikan .

Van Hamel mengatakan bahwa pada setiap delik dianggap ada unsur bersifat melawan hukum

.tetapi sehubungan dengan pembuktian dikatakan jika bersifat melawan hukum dicantumkan dengan tegas

sebagai unsur delik ,atau bersifat melawan hukum tidak dinyatakan dengan tegas akan tetapi timbul

keragu-raguan apakah menurut faham masyarakat tindakan itu bersifat melawan hukum, maka dalam dua hal

tersebut harus ada pembuktian.

- Peniadaan Sifat Melawan Hukum

Dalam undang-undang hukum pidana diadakan ketentuan-ketentuan yang meniadakan sifat

melawan hukum dari suatu tindakan .

Ketentuan-ketentuan tersebut adalah :

a. Mengenal orang cacad atau sakit jiwa/ingatan

Seseorang yang jiwanya cacad pertumbuhannya atau terganggu oleh penyakit, jika melakukan suatu

tindakan dalam keadaan seperti itu dihapuskan pemidanaan kepadanya.Berarti dapat disimpulkan

bahwa disamping kesalahannya ditiadakan,juga sifat melawan hukum ditiadakan.

b. Seseorang yang melakukan tindakan karena terpaksa.

Dari Pasal 48 KUHPid setelah diinterprestasikan secara luas seseorang telah memilih untuk melakukan

salah satu tindakan dari :

a. Dua atau lebih kewajiban hukum yang bertentangan.

b. Dua atau lebih kepentingan hukum yang bertentangan atau

c. Kewajiban hukum dan kepentingan hukum yang bertentangan.

Berarti ia tidak melakukan tindakan yang lainnya, dalam hal ini yang diutamakan adalah yang lebih

penting.Maka terhadap tindakan untuk tidak melakukan yang lainnya itu,dapat disimpulkan sebagai tidak

bersifat melawan hukum atau bersifat melawan hukum ditiadakan.

c. Seseorang yang melakukan perlawanan terpaksa

dari Pasal 49 KUHPid dapat disimpulkan bahwa tindakan pembelaan termaksud dalam Pasal tersebut

tidak bersifat melawan hukum atau bersifat melawan hukum ditiadakan.

d. Seseorang yang melakukan perlawanan terpaksa

Dari Pasal 50 KUHPid dapat disimpulkan bahwa tindakan untuk melakukan undang-undang ,tidak

bersifat melawan hukum atau bersifat melawan hukumnya ditiadakan.

e. Seseorang yang melakukan perintah jabatan

Dari Pasal 51 (1) KUHPid juga harus disimpulkan bahwa tindakan untuk melaksanakan suatu perintah

jabatan tidak bersifat melawan hukum atau bersifat melawan hukumnya ditiadakan.

(6)

Dalam buku ke II KUHPid juga ditemukan tindakan-tindakan yang dapat disimpulkan sebagai tidak

bersifat melawan hukum atau bersifat melawan hukum ditiadakan.

Misalnya Pasal 166 KUHPid tentang seseorang yang tidak melaporkan hal-hal seperti ditentukan dalam

Pasal 164 dan 165 KUHPid ,Pasal 221 KUHPid tentang seseorang yang menyembunyikan seseorang

tersangka dalam perkara kejahatan.Pasal 367 (1) KUHPid tentang pencurian suami istri dan sebagainya.

g. Seseorang yang membunuh musuh

Dalam undang-undang pidana lainnya seperti Pasal 32 KUHPM seseorang militer yang membunuh

didalam pertempuran sesuai dengan hukum internasional,tidak bersifat melawan hukum atau bersifat

melawan hukum ditiadakan.

h. Seseorang yang menolak jadi saksi

Dalam undang-undang hukum acara pidana tentang seseorang yang menolak untuk menjadi saksi (Pasal

274 HIR dan Pasal 168 KUHAP bersifat melawan hukumnya ditiadakan.

Kasus yang didiskusikan Mahasiswa :

Contoh : Kerja keras Supardi sebagai pedagang keliling akhirnya berhasil mewujudkan impiannya.Ia

sekarang bisa berjualan dengan sepeda motor ,motor tersebut murni hasil keringatnya semenjak ia pindah

dari Banyuwangi ke Bali.Sepeda motor tersebut dibelinya di Kreneng (tempat orang biasanya menjual

sepeda motor).Tapi apes bagi Supardi ia dituduh melakukan perbuatan yang bersifat melawan hukum yaitu

telah melakukan penadahan,karena ternyata surat-surat motor tersebut bukan atas nama si penjual (orang

yang menerima pembayaran berdasarkan kuitansi yang di buat).Kasus ini berlanjut dan di proses di Polresta

Denpasar.

B. Bersifat Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad) Di Dalam Perspektif Hukum Perdata

Perbuatan melawan hukum dalam hukum Perdata terdapat dua pendapat yang saling

bertentangan,pertama pendapat yang mengatakan bahwa perbuatan melawan hukum apabila perbuatan

tersebut bertentangan dengan hak subjektif seseorang atau bertentangan dengan kewajibannya sendiri

menurut undang-undang.Pandangan ini maka perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang

bertentangan dengan undang.Ini berarti bahwa perbuatan yang tidak bertentangan dengan

undang-undang , akan tetapi bertentangan dengan moral atau bertentangan dengan sesuatu yang dianggap tidak patut

dalam pergaulan masyarakat bukan perbuatan melawan hukum.

Pendapat yang lebih luas dikemukakan bahwa pertama kali oleh Molengraff bahwa perbuatan

melawan hukum apabila seseorang yang berbuat kepada orang lain secara tidak patut dalam pergaulan

masyarakat.Sebelum arrest tahun 1919 ,perbuatan melawan hukum dengan arti luas ini ditolak tetapi sejak

arrest tahun 1919 kaidah-kaidah melawan hukum di tarik dari arrest tahun 1919 tersebut, meskipun tetap

timbul pertanyaan bilamanakah perbuatan tersebut bertentangan dengan hak subjektif seseorang atau

bertentangan dengan kewajibannya sendiri menurut Undang-undang, atau bertentangan dengan kesusilaan,

atau bertentangan dengan kecermatan yang patut dalam pergaulan masyarakat baik mengenai penghormatan

(7)

Menurut berbagai pendapat ahli, arti kesusilaan tidak dapat dilepaskan dari arti bertentangan dengan

kepatutan dalam pergaulan masyarakat.Intinya kaidah-kaidah yang banyak terletak dalam peraturan yang

tidak tertulis, sehingga pengertiannya dianggap relatif dan sangat luas.

Pasal 1365 BW yang terkenal sebagai Pasal yang mengatur tentang perbuatan melawan hukum.

Di dalam Pasal 1365 BW memuat ketentuan adalah :

“ Setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karenanya menimbulkan kerugian pada orang lain,

mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu mengganti kerugian “

Dari Pasal yang dikemukakan diatas bahwa untuk mencapai suatu hasil yang baik dalam melakukan gugatan

berdasarkan perbuatan melawan hukum maka harus dipenuhi syarat-syarat atau unsur-unsur antara lain :

1. Perbuatan melawan hukum ,yaitu suatu perbuatan yang melanggar hak subjektif orang lain atau yang

bertentangan dengan kewajiban hukum dari si pembuat sendiri yang telah diatur dalam Undang-undang

,dengan perkataan lain melawan hukum ditafsirkan sebagai melawan Undang-undang.

2. Harus ada kesalahan, syarat kesalahan ini dapat diukur secara :

- Obyektif, yaitu dengan dibuktikan bahwa dalam keadaan seperti itu manusia yang normal dapat

menduga kemungkinan timbulnya akibat dan kemungkinan ini akan mencegah manusia yang baik

untuk berbuat atau tidak berbuat.

- Subyektif yaitu dengan dibuktikan bahwa apakah si pembuat berdasarkan keahlian yang ia miliki

dapat menduga akan akibat dari perbuatannya.

Selain itu orang yang melakukan perbuatan melawan hukum harus dapat dipertnggungjawabkan atas

perbuatannya,karena orang yang tidak tahu apa yang ia lakukan tidak wajib untuk membayar ganti rugi.

Sehubungan dengan kesalahan ini terdapat dua kemungkinan yaitu :

- Orang yang dirugikan juga mempunyai kesalahan terhadap timbulnya kerugian.Dalam pengertian

bahwa jika orang yang dirugikan juga bersalah atas timbulnya kerugian, maka sebagian dari kerugian

tersebut dibebankan kepadanya kecuali jika perbuatan melawan hukum itu dilakukan dengan sengaja.

- Kerugian yang ditimbulkan oleh beberapa pembuat, jika kerugian itu ditimbulkan karena perbuatan

beberapa orang, maka terhadap masing-masing orang yang bertanggung jawab atas terjadinya

perbuatan tersebut dapat dituntut untuk keseluruhannya.

3. Harus ada kerugian yang ditimbulkan, dalam pengertian bahwa kerugian yang disebabkan oleh perbuatan

melawan hukum dapat berupa :

- Kerugian materiil, dimana kerugian materiil dapat terdiri dari kerugian yang nyata-nyata diderita dan

keuntungan yang seharusnya diperoleh .Jadi pada umumnya diterima bahwa si pembuat perbuatan

melawan hukum harus mengganti kerugian hanya untuk kerugian yang nyata-nyata diderita, juga

keuntungan yang seharusnya diperoleh.

Kerugian idiil, dimana perbuatan melawan hukum pun dapat menimbulkan kerugian yang bersifat

idiil seperti ketakutan , sakit dan kehilangan kesenangan hidup.

Untuk menentukan luasnya kerugian yang harus diganti umumnya harus dilakukan dengan menilai

(8)

seperti keadaan jika terjadi perbuatan melawan hukum.Pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut ganti

rugi tidak hanya kerugian yang telah diderita pada waktu diajukan tuntutan akan tetapi juga apa yang ia akan

derita pada waktu yang akan datang.

4. Adanya hubungan causal antara perbuatan dengan kerugian.Untuk memecahkan causal antara perbuatan

melawan hukum dengan kerugian terdapat dua teori yaitu :

a. Condition sine qua non, dimana menurut teori ini orang yang melakukan perbuatan melawan hukum

selalu bertanggung jawab jika perbuatannya condition sine qua non yang menimbulkan kerugian

(yang dianggap sebagai sebab daripada suatu perubahan adalah semua syarat-syarat yang harus ada

untuk timbulnya akibat).

b. Adequate veroorzaking, dimana menurut teori ini si pembuat hanya bertanggung jawab untuk

kerugian yang selayaknya dapat diharapkan untuk sebagai akibat daripada perbuatan melawan

hukum.

Kesimpulan

a. Untuk perbuatan melawan hukum didalam Hukum Perdata yang dilakukan oleh organ badan hukum

pertanggungjawabannya didasarkan pada Pasal 1364 BW.Untuk perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh seorang wakil badan hukum yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum,

dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan Pasal 1367 BW. Untuk perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh organ yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum,

pertanggungjawabannya dapat dipilih antara Pasal 1365 dan Pasal 1367 BW.

b. Meskipun terdapat kesamaan pengertian perbuatan melawan hukum dari segi hukum Perdata dan

hukum Pidana ,namun penentuan norma dalam hukum pidana harus lebih teliti daripada hukum

Perdata.Pembatasan arti melawan hukum dalam hukum Pidana terkait pula dengan asas Legalitas

yang termuat dalam Pasal 1 Ayat 1 KUHPidana, bahwa suatu perbuatan tidak dapat dipidana,

kecuali berdasarkan kekuatan perundang-undangan pidana yang telah ada atau yang dikenal dengan

“ Adagium Nullum Delictum Noella Poena Pravia Sine Lege Poenali “

Dalam kepustakaan hukum pidana, wederrechtelijk memiliki makna antara lain melawan hukum (tegen het

recht), tanpa hak sendiri (zonder eigen recht), bertentangan dengan hukum pada umumnya (in strijd met het

recht in het algemeen), bertentangan dengan hak pribadi seseorang (in strijd met een anders subjective recht),

bertentangan dengan hukum objektif (tegen het objective recht).Di dalam KUHP dijumpai elemen melawan

hukum yang mengandung arti zonder eigen recht dalam Pasal 406, tegen het objective recht dalam Pasal 333,

strijd met het recht dalam Pasal 167,378 dan 522 KUHP.

(9)

Daftar Pustaka

SR.Sianturi,2002,Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya,Storia Grafika Jakarta.

Kejaksaan Agung,1985,Peristilahan Hukum Dalam Praktek,Kejaksaan Agung Republik Indonesia .

Utrecht,2000,Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I,Pustaka Tinta Mas Surabaya.

Noyon,1954,Het Wetboek Van Strafrecht ,Deel I,Zesde Druk,Bewerkt Door G.E Langemeijer ,S.Gouda Quint .D.Brouwer En Zoon,Arnhem..

Pompe,1921,Beveiligings Maatregelen Naast Straffen,Dekker En Van De Vegt,Utrecht.

Moeljatno,1955,Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawab Dalam Hukum Pidana,Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada Yogyakarta.

Simons,1919,Geschieedenis Van Het Wetboek Van Strafrecht Voor Nederlandsch aindie.

Schreuder,1951,Het Wetboek Van Strafrecht,A.W.Sijthoff Uitgevers Maatschappij NV Leiden.

Roeslan Saleh,1968,Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana,Centra Jakarta.

Sudarsono,2007,Kamus Hukum.Rineka Cipta,Jakarta.

Sudiman Kartohadiprodjo,Pengantar Tata Hukum di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Rottensteiner F., Briese C., 2002, A new method for building extraction in urban areas from high-resolution LiDAR data, International Archives of the

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Kelompok Kerja Konstruksi IV (empat) ULP Kabupaten Lampung Tengah menurut ketentuan – ketentuan yang berlaku,

Kontrak Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan (jika ada) Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima

Seluruh asli dokumen penawaran Saudara yang telah diunggah melalui LPSE

Apabila dalam waktu tersebut perusahaan Saudara tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka perusahaan

Make sure that the products or services that you will be offering are desired, do not just decide to open up a store with out doing any market research is like playing craps,

If poker is your game it is a little different, most games depend on luck and all you really need to know if the basics, but poker is totally different because you are playing

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N 1 Sidabowa, sedangkan untuk sampelnya diambil seluruh siswa kelas VA sebagai kelas kontrol