• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PENGETAHUAN MENGENAI BIJI K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN PENGETAHUAN MENGENAI BIJI K"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PENGETAHUAN MENGENAI BIJI KARET SEBAGAI ALTERNATIF PENGHASILAN TAMBAHAN BURUH TANI

KARET DI DESA TEGALSARI Mata Kuliah: Pendidikan Berbasis Mayarakat

A. LATAR BELAKANG

Desa Tegal Sari merupakan desa yang terbentuk melalui program transmigrasi pada tahun 1980 dibawah binaan dari dinas transmigrasi yang disebut UPT III wilayah pematang panggang II. Penduduk desa Tegal Sari berasal dari daerah jawa timur, jawa tengah dan jawa barat. Berdasarkan tata letaknya desa Tegal Sari berada diwilayah kecamatan Mesuji makmur

kabupaten ogan komering ilir sumatera selatan, dengan luas wilayah 1.526 Ha dimana 85% berupa daratan yang bertopografi tinggi dan 65% daratan

dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan karet (LPPD desa Tegal Sari , 2016). Berdasarkan data yang menyebutkan bahwa 65% wilayah dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan karet, maka tidak mengherankan jika sebagian besar penduduk didesa tersebut berprofesi sebagai petani dan buruh penyadap karet. Berdasarkan data Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) Tegal Sari tahun 2016 jumlah penduduk desa Tegal Sari adalah 3.387 jiwa dari 997 kepala keluarga (KK) yang terbagi dalam 7 (tujuh) wilayah dusun dengan rincian sebagai berikut:

Tabel.1 Jumlah Penduduk

DUSUN JUMLAH PENDUDUK

Dusun I 467

Dusun II 326

Dusun III 536

Dusun IV 273

Dusun V 553

Dusun VI 584

Dusun VII 648

(2)

Masyarakat desa Tegal Sari memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam akan tetapi sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani dan buruh tani yang dirincikan sebagai berikut :

Tabel.1.2

Jumlah Penduduk berdasarkan profesi (Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) Tegal Sari , 2016)

Profesi (Pekerjaan) Jumlah Perorang

Petani 834

Buruh tani (Penyadap Karet) 626

Pegawai Negeri Sipil 26

Pedagang 21

Penjahit 2

Pekerja Bangunan 68

Pegawai Swasta 8

Jumlah Total 1.585

Berdasarkan data yang disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani karet dan buruh tani (penyadap karet), Oleh karena itu ketika terjadi penurunan harga karet yang melanda dunia

termasuk Indonesia, penurunan harga memberikan dampak yang sangat

signifikan terhadap ekonomi masyarakat desa Tegal Sari terutama mereka yang berprofesi sebagai buruh tani (penyadap karet). Masalah ekonomi tersebut berupa pendapatan para buruh tani (penyadap karet) yang menurun sehingga tidak mencukupi untuk membeli kebutuhan sehari - hari.

(3)

Rp.120.000-Rp.150.000/minggu, sehingga dalam sebulan penghasilan rata-rata masyarakat adalah sekitar Rp.360.000-Rp.450.000. Dengan penghasilan rata-rata saat terjadi penurunan harga komoditi karet seperti disebutkan diatas, sedangkan harga kebutuhan pokok terus melonjak maka masyarakat desa Tegal Sari

memerlukan penghasilan tambahan untuk mecukupi kebutuhan pokok mereka. Adanya permasalahan tersebut, menurut kepala desa setempat banyak dari penduduk desa mencari pekerjaan tambahan dengan merantau kedaerah lain hingga kekota-kota besar. Pada kenyataannya menurut salah satu warga yang merantau saat itu, merantau untuk mencari pekerjaan diluar malah menimbulkan masalah baru, hidup ditempat lain juga membutuhkan biaya hidup sehingga beban biaya hidup sehari-hari malah semakin bertambah bukan terkurangi. Oleh karena itu jika melihat pada pernyataan dari kepala desa dan pernyataan warga maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tambahan (pekerjaan sampingan) sangat diperlukan oleh masyarakat desa Tegal Sari terutama mereka yang berprofesi sebagai buruh tani (penyadap karet).

Berdasarkan penelitian yang dihasilkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Institut Pertanian Bogor (2013), biji karet yang dibiarkan berserakan dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi oleh manusia dengan

menghilangkan kadar Hcn pada biji karet tersebut. Dengan melihat hasil

penelitian tersebut maka biji karet dapat diolah dan digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan peluang usaha serhingga memberikan pengasilan tambahan bagi masyarakat desa Tegal Sari. peluang usaha tersebut berkaitan dengan kuliner kreatif berdasarkan potensi yang dimiliki desa Tegal Sari, meningat 65% wilayah digunakan sebagai perkebunan karet maka ketersediaan biji karet yang saat ini masih belum dimanfaatkan oleh mayarakat sangatlah melimpah.

(4)

Kurangnya pengetahuan akan potensi dan manfaat yang terdapat pada biji karet untuk diolah sebagai bahan pangan sangatlah wajar terjadi pada masyarakat Tegal Sari mengingat latar belakang pendidikan masyarakat yang sebagian besaradalah pra sekolah dan tamatan Sekolah Dasar (SD) seperti yang ditunjukan pada tabel 1.3, sehingga diperlukan pihak lain untuk penyampaian informasi tersebut.

Tabel.1.3

Tingkat pendidikan penduduk desa Tegal Sari (LPPD Desa Tegal Sari , 2016)

TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

Pra Sekolah 390

Sekolah Dasar (SD) 700

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 368

Sekolah Menengah Atas (SMA) 115

Sarjana 76

Jumlah Total 1.649

Mengingat perlunya penghasilan tambahan bagi masyarakat Tegal Sari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setelah melihat permasalah yang dialami dan salah satu potensi yang dimiliki desa yang dapat dimanfaatkan adalah biji karet maka perlu untuk dilakukan pembelajaran bagi masyarakat desa Tegal Sari mengenai biji karet yang dapat diolah sebagai bahan pangan sehingga dapat menjadi suatu inovasi olahan pangan dalam kuliner kreatif, selain itu adanya hasil observasi dilapangan yang menunjukkan bahwa para buruh tani setelah

(5)

B. TUJUAN

Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan melalui proses pembelajaran dan praktik pengolahan secara bersama, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan biji karet untuk membangun usaha dibidang ekonomi kreatif sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan penghasilan tambahan serta mengubah biji karet menjadi sesuatu yang bernilai dan memiliki manfaat bagi masyarakat.

C. MANFAAT

Adapun manfaat dari program peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai biji karet adalah sebagai berikut:

1. Membangun inisiatif masyarakat untuk memecahkan masalah ekonomi secara bersama-sama melalui potensi yang dimiliki.

2. Mengubah masyarakat yang konsumtif menjadi masyarakat yang kreatif sehingga jeli untuk melihat potensi yang ada disekitar tempat tinggalnya.

D. TINJAUAN PUSTAKA

a. Pendidikan berbasis msayarakat

Pendidikan berbasis masyarakat menurut Umberto Sihombing merupakan pendidikan yang dirancang, dilaksanakan, dinilai, dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha menjawab tantangan dan peluang yang ada di lingkungan masyarakat tertentu dengan berorientasi pada masa depan. Dengan kata lain, pendidikan berbasis masyarakat adalah konsep pendidikan “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat”. Pendidikan berbasis masyarakat menurut Umberto Sihombing merupakan pendidikan yang dirancang, dilaksanakan, dinilai, dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha menjawab tantangan dan peluang yang ada di lingkungan masyarakat tertentu dengan berorientasi pada masa depan. Dengan kata lain, pendidikan berbasis masyarakat adalah konsep pendidikan “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat”.

(6)

Dengan mengutip pendapat dari The Association for Community Based Education, ia mengartikan konsep pendidikan berbasis masyarakat sebagai:

“Responding to underserved populations by carrying out of range of activities that include economic development, housing rehabilitation, health services, job training, adult literacy, and continuing education programs. The promise is that education cannot be separated from the culture and community in which it occurs-it is linked to community development and the empowerment of communities”.

Jawaban atas ketidakmampuan negara dalam melayani penduduk untuk menyelesaikan berbagai aktivitas, yang meliputi pembangunan ekonomi, rehabilitasi perumahan, pelayanan kesehatan, latihan kerja, pemberantasan buta huruf, dan program-program pendidikan berkelanjutan. Premisnya adalah bahwa pendidikan tidak bisa terpisah dari kultur dan masyarakat tempat pendidikan itu terjadi. Oleh karena itu, pendidikan berbasis masyarakat berhubungan dengan pembangunan masyarakat dan

pemberdayaannya. Menurut Cunningham (Suharto, 2013), berdasarkan definisi di atas, yang menjadi komitmen pendidikan berbasis masyarakat adalah untuk mengadakan pembangunan dan pemberdayaan dalam masyarakat (development and empowerment in communities).

Menurut Suharto (2013) Pendidikan berbasis masyarakat dengan

demikian merupakan salah satu agenda yang perlu ditekankan dalam rangka implementasi demokratisasi pendidikan. Dengan pelaksanaan konsep

pendidikan ini masyarakat diharapkan memiliki kesadaran untuk terus belajar sepanjang hayat (lifelong education). Dalam konteks ini, peran pemerintah tidak lebih dari sekadar sebagai pelayan, fasilitator, pendamping, mitra, dan penyandang dana bagi pendidikan berbasis masyarakat. Dengan peran-peran ini, hubungan pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan konsep

pendidikan berbasis masyarakat merupakan hubungan kemitraan

(partnership), dengan maksud transformasi masyarakat itu sendiri. Menurut Sihombing, dengan hubungan kemitraan ini pemerintah tidak lagi

(7)

campur atas lembaga pendidikan yang memang berbasis masyarakat, sebab campur tangan dan dominasi pemerintah hanya akan melahirkan sifat resistensi, masa bodoh, menurunkan kreativitas, menimbulkan

ketergantungan, dan bahkan mengikis kepercayaan masyarakat itu sendiri untuk melaksanakan pendidikannya.

b. Pendidikan berbasis masyarakat dalam perspektif sosiologis P.M. Cunningham (Suharto, 2013) memandang pendidikan berbasis masyarakat dari perspektif sosiologis. Cunningham membedakan konsep ”pendidikan masyarakat” (community education) dengan ”pendidikan

berbasis masyarakat” (community-based education). Menurutnya, pendidikan masyarakat didefinisikan sebagai proses pembangunan pendidikan

masyarakat dengan tujuan untuk pengembangan potensi dan partisipasi masyarakat di tingkat lokal, yang pelaksanaannya mengikuti paradigma fungsionalis. Paradigma ini mengasumsikan adanya “sekolah negeri” dan keinginan untuk menggunakannya secara efisien. Sekolah-sekolah ini memang dibuat agar menjadi sumber daya masyarakat, dalam rangka

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan. Paradigma ini tidak melihat struktur sosial masyarakat di mana sekolah itu berada, tapi yang dilihat adalah keterlibatan warga negara dalam pembangunan masyarakat.

Berbeda dengan pendidikan masyarakat, pendidikan berbasis masyarakat menurut Cunningham adalah untuk mengadakan pembangunan dan

pemberdayaan dalam masyarakat (development and empowerment in communities). Dalam pelaksanannya, pendidikan berbasis masyarakat mungkin diorganisir di sekitar populasi khusus, atau di sekitar lingkungan tertentu. Yang jarang terjadi adalah penempatan organisasi-organisasi berbasis masyarakat pada suatu sekolah negeri (public school). Hal ini karena definisi menyangkut pendidikan berbasis masyarakat itu adalah hubungan antar kekuasaan dan kemiskinan (power and poverty relationships), bukan

(8)

Menurut Cunningham (Suharto,2013) adanya kedua paradigma di atas tidak lepas dari perdebatan seputar tujuan utama pendidikan yang diterima di sekolah. Penafsiran pertama, yaitu paradigma fungsionalisme,

mengindikasikan bahwa adanya modernisasi dan perubahan secara

evolusioner dalam pembangunan telah menekankan perlunya konsensus dan integrasi, agar semua terjadi dalam keseimbangan. Di sini sekolah sering ditujukan untuk mempersiapkan warganegara, baik melalui kognitif maupun sosialisasi, untuk mengambil peran sosial dan ekonomisnya berdasarkan prestasi yang mereka capai di dalam suatu sistem kompetitif. Adapun di dalam penafsiran kedua, yaitu paradigma konflik, kekuasaan telah dijadikan analisis konsep utamanya. Analisis kekuasaan ini telah membawa suatu bentuk konflik di mana variabel-variebel seperti ras, jenis kelamin, dan kelas adalah alat yang kuat untuk menjelaskan pendidikan bagi upaya proses penjinakan (domestication). Konsep penjinakan merupakan sentral di dalam menganalisa pertentangan dan perlawanan golongan atau kelas.

Berikut dikemukakan tabel yang dikemukakan Cunningham, yang menggambarkan perbedaan ”pendidikan masyarakat” (paradigma fungsionalisme) dengan ”pendidikan berbasis masyarakat” (paradigma konflik) :

Masyarakat secara Geografis Masyarakat secara Geografis dan Komunitas

Formal Fokus pada LembagaNonformal

(9)

Prod

Kultur High Culture, seperti Museum

dan Perpustakaan Popular Culture, sepertiTeater dan Seni Popular

Tabel Cunningham di atas secara sepintas menjelaskan bahwa paradigma pendidikan fungsionalis senantiasa melaksanakan program pendidikannya dengan apa yang disebut pendidikan masyarakat (community education) dan pembangunan masyarakat (community development). Oleh karena teori fungsionalis yang dijadikan landasan paradigmanya, maka program pendidikan semacam ini senantiasa berupaya mempertahankan status quo. Pendidikan dalam teori fungsionalis telah dijadikan instrumen untuk mencapai stabilitas atau equlibrium di atas konsensus para anggota masyarakatnya. Selain itu, tabel di atas juga menjelaskan bahwa berbeda dengan paradigma fungsionalis, paradigma konflik telah menekankan program pendidikannya pada apa yang disebut pendidikan berbasis masyarakat (community-based education). Paradigma konflik menurut Nasikun (Suharto, 2013) mengindikasikan bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya unsur-unsur yang bertentangan di dalam masyarakat secara terus-menerus, karena perbedaan otoritas. Otoritas yang berbeda telah melahirkan dua kepentingan yang berlawanan. Suatu kelompok senantiasa mempertahankan status quo, dan kelompok yang lain berupaya menghendaki perubahan dan perombakan. Dua kelompok ini senantiasa berada pada posisi konflik, demi mempertahankan kepentingannya. Ada tiga bentuk

(10)

sosial yang dihasilkan dari konflik yang terjadi antara kelompok pro status quo (pemerintah) dengan kelompok yang anti status quo (masyarakat). Konflik semacam ini kiranya diperlukan dalam rangka penciptaan masyarakat transformatif.

c. Biji karet sebagai bahan pangan

Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) dan Potensinya Karet (Hevea brasiliensis) termasuk genus Hevea, family Euphorbiaceae dan termasuk dalam tanaman penghasil biji dan getah (lateks). Karet termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri dan silang. Biji akan diperoleh setelah lima hingga enam bulan setelah penyerbukan. Di Indonesia, perkebunan karet diusahakan oleh rakyat dan perkebunan negara sehingga potensi persediaan biji karet setiap tahun di Indonesia cukup besar. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), luas areal perkebunan karet di Indonesia hingga 2012 adalah 472,200 ha. Setiap hektar diharapkan dapat menghasilkan biji 5,000 hingga 10,000 butir per tahun (Team Sertifikasi Bahan Tanaman Karet Rakyat, 1975).

Diperkirakan dari seluruh areal tersebut hanya 40 persen yang menghasilkan biji (Hardjosuwito dan Hoesnan, 1976). Jika setiap biji memiliki bobot dua gram (2g) daging biji per butir (Hardjosuwito dan Hoesnan, 1976), maka setiap tahun produksi daging biji karet adalah sebesar 1,888.8 - 3,777.6 ton. Komposisi Biji Karet Biji karet terdiri dari kurang lebih 40 persen kulit dan 60 persen daging biji. Variasi proporsi dua unsur ini tergantung pada

kesegaran biji. Proporsi kulit biji akan semakin meningkat jika biji dibiarkan mongering. Menurut Lauw et al. (1967) biji karet mengandung protein yang bernilai rendah, namun jika dikombinasikan dengan berbagai jenis bahan makanan lain maka nilai proteinnya dapat ditingkatkan (Atklistiyanti.dkk, 2013).

Biji karet juga mengandung 32.3 persen lemak, 3.6 persen air, 2.4 persen abu, dan setiap 100 g bahan mengandung 450 μg tiamin, 2.5 μg asam

(11)

g) dapat membahayakan manusia dan meracuni tubuh karena telah lebih dari dosis maksimal asam sianida pada bahan makanan yaitu 50 μg per 100 g bahan (Darjanto dan Murjati 1980). Dosis minimal asam sianida yang mematikan adalah 0.5 – 3.5 mg HCN per kg berat badan (Chen et.al. 1934). Asam Sianida (HCN) dalam Biji Karet Senyawa sianida ini merupakan zat yang dapat meracuni manusia dan dikenal dengan nama ‘linamarin’. Linamarin termasuk dalam golongan glukosida sianogenik. Biasanya racun ini bersama-sama dengan enzim linase dapat menghidrolisa senyawa sianida (Atklistiyanti.dkk, 2013).

Kadar asam sianida pada biji karet dapat direduksi dengan metode

perebusan dan perendaman. Metode yang digunakan dapat menurunkan kadar asam sianida pada biji karet sehingga aman untuk dikonsumsi manusia dan digunakan sebagai bahan pangan. Perlakuan perebusan selama 15 menit dan perendaman selama 6 jam merupakan perlakuan yang paling efektif dalam mereduksi asam sianida dengan penurunan kadar protein yang paling rendah (Atklistiyanti.dkk, 2013).

E. METODE

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari program adalah sebagai berikut:

1. Bekerja sama dengan Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK). Alasan dipilihnya PKK sebagai relasi untuk melaksanakan program dikarenakan PKK memiliki program pokok yaitu pendidikan dan keterampilan

sertapengembangan kehidupan berkoperasi, sehingga program ini akan lebih efektif jika dijalankan secara bersama dengan PKK.

2. Mengadakan Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan biji karet. 3. Besama-sama dengan masyarakat melakukan praktik langsung pengolahan

untuk menghilangkan kardar Hcn pada biji karet sehingga menjadi bahan baku pangan yang dapat dikonsumsi.

(12)

5. Mengenalkan hasil olahan kepada masyarakat.

6. Menguji produk di Badan Pengawas Obat dan Makanan.

7. Mempromosikan dan memasarkan olahan makanan melalui kegiatan pameran/bazaar.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan data awal yang didapatkan dilapangan permasalahan yang muncul adalah ketika harga karet mengalami penurunan masyarakat desa Tegal Sari terutama mereka yang berprofesi sebagai buruh penyadap karet memerlukan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Biji karet

merupakan salah satu potensi yang dimiliki desa yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penghasilan tambahan dan mengisi waktu luang masyarakat dengan melihat peluang dari biji karet yang dapat digunakan sebagai usaha dibidang kuliner kreatif, sehingga perlu untuk dilakukan pembelajaran kepada masyarakat desa Tegal Sari mengenai pengolahan biji karet.

(13)

Atklistiyanti, Catur.dkk. 2013. Kajian Teknik Reduksi Asam Sianida (Hcn) Pada Tempe Biji Karet Dalam Upaya Peningkatan Diversifikasi Protein Nabati. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa dengan Surat Perjanjian Penugasan Program Kreativitas Mahasiswa Nomor : 050/SP2H/KPM/Dit.Litabmas/V/2013, tanggal 13 Mei 2013 Institut Pertanian Bogor.

Suharto, Toto. 2013. Pendidikan Berbasis Masyarakat Organik: Pengalaman Pesantren Persatuan Islam. Surakarta : FATABA Press.

Gambar

Tabel Cunningham di atas secara sepintas menjelaskan bahwa paradigma

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan DMO bagi KKKS terletak dalam kewajibannya itu sendiri, kewajiban untuk menyerahkan minyak dengan harga lebih rendah dari harga pasar (ICP) setelah 60 bulan

Hal ini penting dilakukan karena kampanye MR berfungsi sebagai tambahan imunisasi rutin merupakan langkah yang penting dalam memutus transmisi rubella pada kelompok yang

Hasil penelitian tentang pengaruh Green Competitive Strategies terhadap pelaksanaan Green banking sejalan dengan penelitian Tonmoy (2013) menjelaskan bahwa Green

Film ini dikemas dalam bentuk CD yang akan dibagikan ke masyarakat sekitar desa Penyarang, juga berbentuk file video yang akan diunggah di media sosial

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi nyata antara perlakuan konsentrasi dan macam Sitokinin pada semua parameter yang diamati.. Pemberian Sitokinin

Pernyataan di atas menyatakan bahwa pendidikan adalah untuk semua, menghargai potensi anak, menghargai pengembangan diri anak dengan tidak mengenal kata normal maupun

mikrofon yang terkandung dalam telefon. Pertuturan analog ini kemudian ditukarkan oleh penukar analog ke digit kepada alur bit digit. Maklumat yang dikod kemudian

Berdaarkan hasil pelaksanaan praktik mengajar di sekolah latihan, praktikan mempunyai simpulan bahwa tugas seorang guru (praktikan) meliputi