SKRIPSI
UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN IMUNISASI BAYI DI PUSKESMAS SIDOTOPO WETAN
SURABAYA
(Studi Benchmarking di Puskesmas Sidotopo Surabaya)
ANDRI NUR WAHYUTI NIM. 100431579
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA
PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Pada tanggal 28 Juli 2006
Mengesahkan Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, SpOk NIP. 130517177
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Bagian Administrasi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Oleh :
ANDRI NUR WAHYUTI NIM. 100431579
Mengetahui,
Ketua Bagian
Dr. Nyoman Anita D., drg., M.S. NIP. 131871470
Surabaya, 10 Agustus 2006
Menyetujui,
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya proposal skripsi dengan judul
“UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN IMUNISASI BAYI DI PUSKESMAS
SIDOTOPO WETAN SURABAYA (Studi Benchmarking di Puskesmas Sidotopo Surabaya)“, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan
kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
Dalam skripsi ini dijabarkan bagaimana upaya peningkatan cakupan
imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo sebagai tempat benchmarking, sehingga nantinya dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi bayi
di Puskesmas Sidotopo Wetan.
Selanjutnya terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibu
Ernawaty, drg., M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk,
saran dan koreksi sehingga terwujud skripsi ini.
Selain itu kami juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, SpOk, selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
2. Ibu Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S., selaku Ketua Bagian AKM
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
3. Kepala Dinas Kota Surabaya beserta staf yang telah memberi ijin dan
informasi untuk kelancaran penelitian di Puskesmas Sidotopo Wetan dan
4. Kepala Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan beserta staf yang
telah memberikan ijin dan informasi untuk kelancaran penelitian ini.
5. Ibu Rias Ari Mukti dan Ibu Retno Adriyani yang telah bersedia menjadi
penguji skripsi dan memberikan masukkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Yang paling berpengaruh dalam pembuatan skipsi ini tentunya Ibuku, Ibuku,
Ibuku, Bapakku dan kedua adikku David dan Lila yang tak henti-hentinya
melimpahkan kasih sayangnya.
7. “Spesial buat mas tersayang, kekasih muning” yang selalu menjadi penjaga
hati dan tempatku bersandar.
8. Bu Min, Peti, mbak Alin, Lu’lu’, Sebo, Cepot, Yunan, Diar dan semua temen
“Geng Ijo” yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
9. Teman seperjuangan AKK 2004 yang selalu kompak.
10.Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT selalu meridhoi atas segala budi baik yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi penulis sendiri maupun pihak lain
yang memanfaatkannya.
ABSTRACT
One of Republic Indonesia Health Department’s policy is to decrease the incidence of acute infectious diseases by having of immunization program. From the annual report of Sidotopo Wetan Public Health Center (PHC), it was discovered that the coverage realization of immunization for babies was below the target of Universal Child Immunization (UCI). The purpose of this research is to formulate strategic plant to increase the coverage of babies immunization at Sidotopo Wetan PHC through a benchmarking study at Sidotopo PHC. The basis of choosing Sidotopo PHC as comparison in benchmarking study is due to both PHCs have the same characteristics, such as: 1) The number of immunization executors 2) Both PHCs are PHC without inpatient ward; and 3) Both have the same population characterictic of Madurese ethnic majority. Variables observed are midwive’s and nurse’s motivation, tool and equipment, and the management process (planning, executing, and evaluating).
The result of the study revealed that, both PHCs have the same range, nonetheless the coverage of Sidotopo PHC was higher than Sidotopo Wetan PHC. From midwives and nurses of Sidotopo PHC’s motivation which having lower coverage namely about acknowledgement of work accomplishment, interesting job, chances to follow the seminar, some guidance given by Head of PHC on working, informal communization with Head of PHC and satisfaction about bonus. For tool and equipment namely about maintaining vaccine necessity, observe vaccine storage temperature, the temperature inside the thermos bottle must be 2-8oC dan providing immunization service data form. And for planning are about maintaining immunization coverage realization, determinig number of the babies, making the schedule, involving inter-programs and inter-sectoral dan planning on sweeping. For executing namely made coordination meeting with inter-program and inter-sectoral, giving information about immunization time and place, giving illumination dan sweeping. And for evaluating namely about gathering reports from RS, BKIA, doctor and midwives, made some evaluation, gathering some feed back and act after evaluation.
It is suggested to the Head of Sidotopo Wetan PHC, to give more attention to midwives and nurses by giving them motivation, so that motivation can increase the work performance of midwives and nurses. To increase midwives and nurses management knowledge and skill, continuous guidance from Provincial Health Office and inter-sectoral institution coordination needs to be strengthen.
ABSTRAK
Salah satu kebijakan Depkes R.I untuk menurunkan angka kejadian penyakit infeksi akut dilakukan melalui program imunisasi. Dari laporan tahunan Puskesmas Sidotopo Wetan diketahui bahwa pencapaian cakupan imunisasi bayi belum mencapai target yang telah ditetapkan Universal Child Immunization
(UCI). Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun upaya pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan melalui studi benchmarking di Puskesmas Sidotopo. Alasan pemilihan Puskesmas Sidotopo sebagai Puskesmas pembanding dalam studi benchmarking ini adalah karena kedua Puskesmas ini mempunyai karakteristik yang sama. yaitu: (1) Jumlah tenaga pelaksana imunisasi (2) Merupakan Puskesmas non perawatan. (3) Karakteristik masyarakatnya sama yaitu mayoritas dari suku Madura. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi bidan dan perawat, sarana dan prasarana serta proses manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian).
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo mempunyai kriteria yang sama, namun pencapaian di Puskesmas Sidotopo lebih tinggi dibandingkan Puskesmas Sidotopo Wetan. Dari motivasi bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo Wetan yang pencapaiannya masih rendah yaitu tentang pengakuan atas hasil kerja, pekerjaan yang menarik, kesempatan mengikutui seminar, Kepala Puskesmas membimbing dalam melaksanakan tugas, komunikasi informal dengan Kepala Puskesmas dan puas terhadap bonus. Untuk sarana dan prasarana yaitu tentang menetapkan kebutuhan vaksin, memperhatikan suhu penyimpanan vaksin, suhu dalam termos 2-8oC dan menyediakan format pendataan pelayanan imunisasi. Untuk perencanaan yaitu tentang menentukan target cakupan imunisasi, menetapkan jumlah sasaran bayi, menetapkan jadual melibatkan lintas program dan lintas sektor, dan merencanakan
sweeping. Untuk pelaksanaan yaitu melakukan rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor, penyebarluasan informasi tentang jadual dan tempat imunisasi, melakukan penyuluhan dan melakukan sweeping. Dan untuk penilaian yaitu tentang mendapatkan laporan dari RS, BKIA, dokter praktek dan bidan praktek, melakukan evaluasi, mendapatkan feed back dan ada tidaknya tindak lanjut setelah evaluasi.
Kepala Puskesmas Sidotopo Wetan diharapkan lebih memperhatikan bidan dan perawat dengan memberikan motivasi, sehingga dengan motivasi tersebut dapat meningkatkan prestasi kerja bidan dan perawat. Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan dan perawat di bidang manajemen, perlu adanya pembinaan dari Dinas Kesehatan dan koordinasi dengan lintas sektor perlu ditingkatkan.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1
I.2 Identifikasi Penyebab Masalah ... 6
I.3 Pembatasan Masalah... 11
I.4 Perumusan Masalah ... 12
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT II.1 Tujuan Umum... 13
II.2 Tujuan Khusus... 13
II.3 Manfaat Penelitian... 14
BAB III TUNJAUAN PUSTAKA III.1 Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat... 15
III.2 Konsep Imunisasi ... 17
III.3 Motivasi ... 21
III.4 Manajemen... 26
III.5 Benchmarking... 40
BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL IV. 1 Kerangka Konseptual... 51
BAB V METODE PENELITIAN V.1 Rancang Bangun Penelitian ... 53
V.2 Populasi Penelitian ... 53
V.3 Sampel dan Besar Sampel ... 53
V.4 Lokasi dan Waku Penelitian... 53
V.5 Kerangka Operasional ... 54
V.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 54
V.7 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 58
V.8 Teknik Analisis Data... 58
V.9 Kriteria Penilaian... 59
BAB VI HASIL PENELITIAN VI.1 Gambaran Umum Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan ... 61
VI.2 Karakteristik Responden... 64
1. Motivasi ... 66
2. Sarana dan prasarana... 84
3. Perencanaan... 91
4. Pelaksanaan ... 98
5. Penilaian... 105
VI.4 Rangkuman Hasil... 111
BAB VII PEMBAHASAN VII.1 Motivasi Bidan dan Perawat... 113
VII.2 Sarana dan Prasarana ... 115
VII.3 Manajemen ... 116
VII.4 Rekomendasi Benchmarking... 120
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN VIII.1 Kesimpulan ... 123
VIII.2 Saran... 126
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel I.1 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas kota Surabaya tahun 2004
2
Tabel I.2 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas Kenjeran tahun 2002 – 2004
3
Tabel 1.3 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas Sidotopo tahun 2002 – 2004
4
Tabel 1.4 Tabel Perbandingan Pencapaian Cakupan Imunisasi Bayi Puskesmas Kenjeran dan Puskesmas Sidotopo Tahun 2002-2004
Contoh Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USG
Hasil Cakupan Imunisasi Puskesmas Sidotopo tahun 2005
Hasil Cakupan Imunisasi Puskesmas Sidotopo Wetan tahun 2005
Distribusi bidan dan perawat berdasarkan umur di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Distribusi responden berdasarkan jenis profesi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Distribusi prestasi kerja tentang target yang ingin dicapai bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Distribusi pengakuan atas hasil kerja bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Distribusi pendapat responden tentang pekerjaannya sebagai bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Distribusi tugas yang dibebankan kepada bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Distribusi melaksanakan tugas tambahan dari Kepala Puskesmas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Distribusi menyelesaikan tugas sesuai petunjuk dari Kepala Puskesmas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Distribusi mengecek pekerjaan yang diserahkan kepada teman di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Tabel VI.12 Distribusi kesempatan bidan dan perawat untuk mengikuti pelatihan di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
71
Tabel VI.13 Distribusi kesempatan bidan dan perawat untuk mengikuti studi banding di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
72
Tabel VI.14 Distribusi kesempatan bidan dan perawat untuk mengikuti seminar di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
73
Tabel VI.15 Distribusi kesempatan bidan dan perawat untuk melanjutkan pendidikan formal di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
73
Tabel VI.16 Distribusi frekuensi supervise dalam 1 tahun di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
74
Tabel VI.17 Distribusi manfaat supervisi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
74
Tabel VI.18 Distribusi tentang Kepala Puskesmas membimbing dalam melaksanakan tugas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
75
Tabel VI.19 Distribusi tentang sering terjadinya komunikasi informal dengan Kepala Puskesmas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
76
Tabel VI.20 Distribusi tentang saling mengetahui tugas antar teman di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
76
Tabel VI.21 Distribusi tentang menyampaikan masalah kepada teman yang berkaitan dengan tugas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
77
Tabel VI.22 Distribusi tentang saran dari teman untuk mengatasi masalah di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
77
Tabel VI.23 Distribusi tentang melaksanakan saran dari teman di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
78
Tabel VI.24 Distribusi tentang kondisi tata letak ruangan kerja di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
78
Tabel VI.25 Distribusi tentang fasilitas ruangan di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
79
Tabel VI.26 Distribusi tentang tempat tinggal bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
80
Tabel VI.27 Distribusi tentang pernah mendapatkan bonus di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
terhadap bonus tersebut di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Tabel VI.29 Distribusi tentang perasaan puas bidan dan perawat terhadap bonus tersebut di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
81
Tabel VI.30 Distribusi Motivasi pada Bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan
82
Tabel VI.31 Distribusi tentang menetapkan kebutuhan vaksin untuk kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
85
Tabel VI.32 Distribusi tentang menetapkan kebutuhan vaksin berdasarkan jumlah sasaran di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
85
Tabel VI.33
Tabel VI.34
Distribusi tentang menetapkan alat suntik untuk satu kali pemakaian sesuai dengan jumlah sasaran di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
86
Distribusi tentang penyimpanan vaksin dalam termos di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
87
Tabel VI.35 Distribusi tentang memperhatikan suhu penyimpanan vaksin dalam termos di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
87
Tabel VI.36 Distribusi tentang suhu penyimpanan vaksin dalam termos di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
88
Tabel VI.37 Distribusi tentang menyediakan buku pedoman pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
88
Tabel VI.38 Distribusi tentang menyediakan format pendataan sasaran dalam pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
89
Tabel VI.39 Distribusi tentang menyediakan format pelaporan untuk pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
89
Tabel VI.40 Distribusi Sarana dan Prasarana di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan
90
Tabel VI.41 Distribusi tentang menentukan target cakupan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
92
Tabel VI.42 Distribusi tentang ada tidaknya pembentukan atau penetapan tim untuk penggerak masyarakat atau kader di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
92
Tabel VI.43 Distribusi tentang menentukan jumlah sasaran bayi untuk setiap kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
93
pendataan sasaran dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Tabel VI.45 Distribusi tentang menetapkan jumlah tenaga pelaksana kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
94
Tabel VI.46 Distribusi tentang menetapkan tenaga selalu disesuaikan dengan jumlah sasaran dan pembagian wilayah di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
95
Tabel VI.47 Distribusi tentang menetapkan jadual kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
95
Tabel VI.48 Distribusi tentang menetapkan jadual kegiatan imunisasi melibatkan lintas program dan lintas sektor di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
96
Tabel VI.49 Distribusi Perencanaan di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan
96
Tabel VI.50 Distribusi tentang melakukan rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
99
Tabel VI.51 Distribusi tentang penyebarluasan jadual imunisasi ke lintas program, lintas sektor dan tenaga pelaksana dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
99
Tabel VI.52 Distribusi tentang penyebarluasan tempat kegiatan imunisasi ke lintas program, lintas sektor dan tenaga pelaksana dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
100
Tabel VI.53 Distribusi tentang melakukan penyuluhan di setiap kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
101
Distribusi tentang melakukan sweeping jika hasil cakupannya rendah di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Tabel VI.54 101
Tabel VI.55 Distribusi tentang membuat rekapitulasi hasil kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
102
Tabel VI.56 Distribusi tentang kegiatan imunisasi sesuai dengan yang direncanakan di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
102
Tabel VI.57 Distribusi Pelaksanaan di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan
103
Tabel VI.58 Distribusi tentang membuat rekapitulasi hasil kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Tabel VI.59 Distribusi tentang ketepatan waktu dalam membuat laporan bulanan hasil kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
106
Tabel VI.60 Distribusi tentang penilaian atau perhitungan hasil kegiatan imunisasi dilakukan berdasarkan jumlah sasaran di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
106
Tabel VI.61 Distribusi tentang ada tidaknya pelaporan imunisasi dari RS, BKIA, dokter praktek dan bidan praktek di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
107
Tabel VI.62 Distribusi melakukan evaluasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
107
Distribusi ada tidaknya feed back baik secara lisan maupun tertulis dari hasil kegiatan bulanan di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
Tabel VI.63 108
Tabel VI.64 Distribusi ada tidaknya tindak lanjut terhadap masalah imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
108
Tabel VI.65 Distribusi Penilaian di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan
109
Tabel VI.66 Rangkuman hasil sebagai temuan peneliti di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar I.1 Faktor yang kemungkinan menjadi penyebab rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Kenjeran halaman
6
Gambar IV.1 Kerangka Konseptual 51
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
1 Kuesioner untuk bidan dan perawat 130
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Arti Lambang
% : Persentase °C : Derajat celsius ± : Kurang lebih
∑ : Jumlah
n : Nominal
> : lebih besar
Daftar Singkatan
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah BCG : Bacillus Callmate Guerin
BKIA : Balai Kesehatan Ibu dan Anak
CARL : Capability Acceptibility Readiness Leaverage Depkes : Departemen Kesehatan
DKK : Dinas Kesehatan Kota DPT : Difteria Pertusis Tetanus DT : Difteria Tetanus
ERAPO : Eradikasi Poliomyelitis
ETN : Eliminasi Tetanus Neonatorum Hb : Hepatitis B
LSM : Lembaga Swadana Masyarakat NGT : Nominal Group Technique NTB : Nusa Tenggara Barat
PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi Recam : Reduksi Campak
RPK : Rencana Pelaksanaan Kegiatan RS : Rumah Sakit
RUK : Rencana Usulan Kegiatan TT : Tetanus Toksoid
SKRIPSI
UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN IMUNISASI BAYI DI PUSKESMAS SIDOTOPO WETAN
SURABAYA
(Studi Benchmarking di Puskesmas Sidotopo Surabaya)
ANDRI NUR WAHYUTI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2004). Imunisasi secara masal
dimulai pada tahun 1956 dengan vaksinasi cacar di pulau Jawa. Kegiatan ini
berhasil membasmi penyakit cacar di Indonesia sehingga pada tahun 1974
Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Dengan terbuktinya kemampuan
vaksinasi dalam memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit cacar, beberapa
antigen mulai ditambahkan dalam kegiatan imunisasi seperti vaksinasi BCG
(Bacillus Callmate Guerin) tahun 1973, vaksinasi TT (Tetanus Toksoid) 1976, vaksinasi Polio tahun 1980 dan vaksinasi Campak tahun 1982.
Pada bulan Nopember 1990 secara nasional Indonesia telah mencapai UCI
(Universal Child Imunization), yaitu mencakup DPT 3, Polio 3 dan Campak minimal 80% sebelum anak usia 1 tahun dan cakupan untuk BCG, DPT 1, dan
Polio 1 minimal 90%. Sementara itu sejak tahun 1987 dilakukan suatu penelitian
operasional terhadap vaksinasi hepatitis B di NTB yang berlangsung sampai
dengan tahun 1990. Selanjutnya sejak tahun 1997 program imunisasi mencakup 7
(tujuh) jenis antigen dengan masuknya vaksinasi hepatitis B.
Dari hasil cakupan imunisasi bayi tahun 2004 di wilayah kota Surabaya
telah berhasil mencapai UCI dengan cakupan imunisasi untuk BCG sebesar 99%,
sebesar 97,3% dan Hepatitis B3 sebesar 90%, maka cakupan imunisasi bayi kota
Surabaya telah mencapai target yang telah ditetapkan. Cakupan imunisasi bayi di
Puskesmas wilayah kota Surabaya dapat di lihat pada tabel I.1
Tabel I.1 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas kota Surabaya tahun 2004
HASIL PELAYANAN IMUNISASI
BCG DPT 1 DPT 3 POLIO 4 CAMPAK Hb 3 NO PUSKESMAS JUMLAH
HASIL PELAYANAN IMUNISASI
BCG DPT 1 DPT 3 POLIO 4 CAMPAK Hb 3 NO PUSKESMAS JUMLAH
BAYI
Sumber: Laporan tahunan program imunisasi DKK Surabaya tahun 2004
Dari tabel I.1 dapat diketahui bahwa Puskesmas Sidotopo merupakan salah
satu Puskesmas yang cakupan imunisasi bayinya telah mencapai target yang telah
ditetapkan. Sedangkan Puskesmas Sidotopo Wetan adalah Puskesmas yang
pencapaian cakupan imunisasi bayinya masih rendah dan belum mencapai target
yang telah ditetapkan. Pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo
Wetan dapat di lihat pada tabel I.2 sebagai berikut:
Tabel I.2 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas Sidotopo Wetan tahun 2002- 2004
Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004
Cakupan Cakupan Cakupan N
o
Jenis
Imunisasi Target Sasaran
N %
Dari tabel I.2 dapat diketahui bahwa pencapaian cakupan imunisasi bayi di
Puskesmas Sidotopo Wetan masih rendah dan ada beberapa cakupan imunisasi
yang belum mencapai target. Dari 48 Puskesmas non perawatan yang ada di kota
Surabaya, salah satu Puskesmas yang pencapaian cakupan imunisasinya mencapai
target adalah Puskesmas Sidotopo. Pencapaian cakupan imunisasi di Puskesmas
Sidotopo Wetan berbeda dibandingkan dengan Puskesmas Sidotopo, berikut
ditampilkan data pencapaian cakupan imunisasi bayi dari tahun 2002-2004 pada
tabel berikut ini.
Tabel I.3 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas Sidotopo tahun 2002 – 2004
Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004
Cakupan Cakupan Cakupan N
o
Jenis
Imunisasi Target Sasaran
N % Sasaran
N % Sasaran
N %
1 BCG 90% 980 541 55 839 673 80 839 1805 215 2 DPT 1 90% 980 577 59 839 634 76 839 1116 133 3 DPT 3 80% 980 523 53 839 270 32 839 850 101 4 POLIO 4 80% 980 657 67 839 607 72 839 814 97 5 CAMPAK 80% 980 346 35 839 605 72 839 624 74 6 Hb 3 80% 980 590 60 839 497 60 839 673 80
Sumber: Laporan tahunan program imunisasi DKK Surabaya 2002-2004
Berdasarkan tabel 1.3 pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas
Sidotopo mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut yaitu tahun
2002-2004. Pada tahun 2004 pencapaian cakupan imunisasi bayi tersebut rata-rata di
atas 80%, hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh bayi yang ada telah
mendapatkan pelayanan imunisasi baik di Puskesmas maupun dari pelayanan
Tabel I.4 Tabel Perbandingan Pencapaian Cakupan Imunisasi Bayi Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo Tahun 2002-2004
Tahun
2002 2003 2004 No Jenis Imunisasi
SW S SW S SW S
1 BCG 28% 55% 22% 80% 103% 215%
2 DPT 1 29% 59% 71% 76% 87% 133%
3 DPT 3 30% 53% 29% 32% 63% 101%
4 Polio 4 27% 67% 53% 72% 60% 97%
5 Campak 25% 35% 46% 72% 60% 74%
6 Hb 3 32% 60% 43% 60% 56% 80%
Sumber: Laporan tahunan program imunisasi DKK Surabaya 2002-2004
Keterangan: SW : Sidotopo Wetan
S : Sidotopo
Berdasarkan tabel 1.4 hasil cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo
Wetan masih rendah dibandingkan Puskesmas Sidotopo. Pencapaian cakupan
imunisasi di Puskesmas Sidotopo Wetan tahun 2004 yang sudah mencapai target
bahkan melebihi target adalah imunisasi BCG yaitu mencapai 103%. Sedangkan
yang belum mencapai target adalah: DPT 1 : 87%, DPT 3 : 63%, Polio 4 : 60%,
Campak : 60%, Hb 3 : 56%.
Untuk Puskesmas Sidotopo, cakupan imunisasi bayi yang belum mencapai
target adalah imunisasi campak yaitu pencapainya 74%. Sedangkan untuk jenis
imunisasi BCG, DPT 1, DPT 3, Polio 4 dan Hb 3 pencapaian cakupan
imunisasinya sudah mencapai target.
Pemilihan Puskesmas Sidotopo sebagai Puskesmas pembanding dalam
studi benchmarking ini adalah karena ke dua Puskesmas mempunyai karakteristik hampir sama yaitu:
a. Dilihat dari jumlah tenaga pelaksana program imunisasi di Puskesmas
Puskesmas Sidotopo jumlah bidannya 2 orang dan jumlah perawatnya
3 orang, sedangkan di Puskesmas Sidotopo Wetan jumlah bidannya
ada 4 orang dan jumlah perawatnya ada 3 orang.
b. Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo merupakan
Puskesmas non perawatan.
c. Masyarakatnya memiliki karakteristik yang sama yaitu mayoritas dari
ras atau suku Madura.
Dari latar belakang tersebut, yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo
Wetan.
I.2 Identifikasi Penyebab Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka banyak faktor yang menjadi
penyebab rendahnya cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan.
Berikut ini adalah faktor yang kemungkinan menjadi penyebab rendahnya
pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan.
INPUT
Puskesmas 1. Jumlah tenaga 2. Motivasi bidan dan perawat
3. Beban kerja 4. Sarana dan prasarana 5. Waktu pelayanan Masyarakat (ibu bayi)
1.Pendidikan
2.Pengetahuan tentang imunisasi
3.Penghasilan
4.Persepsi terhadap sehat dan sakit
OUTPUT
rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan. 1.Jarak Puskesmas
Berdasarkan gambar I.1, maka penyebab rendahnya pencapaian cakupan
imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan adalah sebagai berikut:
1 INPUT
A. Faktor Puskesmas
1. Jumlah Tenaga
Jumlah tenaga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan imunisasi
bayi. Untuk menjaga agar tidak terjadi kekosongan tenaga pemberi layanan
imunisasi pada saat kegiatan imunisasi yang telah ditetapkan, maka perlu
adanya tenaga pengganti bila sewaktu-waktu tenaga inti tidak dapat
menjalankan tugasnya. Kurangnya tenaga pelaksana imunisasi ini yang
kemungkinan menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi bayi di
Puskesmas Sidotopo Wetan.
2. Motivasi
Motivasi merupakan pendorong dan keinginan petugas pelaksana program
imunisasi untuk melaksanakan tugasnya guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Bila petugas pelaksana program imunisasi termotivasi melakukan
pekerjaannya, maka apa yang menjadi tujuan Puskesmas dapat tercapai.
Kemungkinan kurangnya motivasi petugas ini yang menjadi penyebab
rendahnya cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan.
3. Beban Kerja
Jumlah tenaga pelaksana kegiatan imunisasi yang terbatas, menyebabkan
petugas harus merangkap beberapa pekerjaan. Tingginya beban kerja petugas
pelaksana imunisasi ini yang kemungkinan menyebabkan rendahnya
4. Sarana dan prasarana
Persediaan vaksin, obat dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan
imunisasi belum tersedia secara cukup, kemungkinan hal ini yang menjadi
penyebab rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas Sidotopo Wetan.
5. Waktu Pelayanan
Waktu pelayanan kegiatan imunisasi di Puskesmas dan di posyandu yang
tidak terjadual dengan baik sehingga menyebabkan masyarakat tidak dapat
memanfaatkan pelayanan imunisasi. Kemungkinan faktor waktu pelayanan ini
yang menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas Sidotopo
Wetan.
B. Faktor Masyarakat (ibu bayi)
Karakteristik suatu masyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan serta
memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian hasil cakupan
program-program kesehatan seperti program-program imunisasi, karakteristik tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan semakin mudah
mereka menerima berbagai informasi dan semakin banyak informasi yang
diterima, akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat, termasuk
pengetahuan tentang penting dan manfaatnya imunisasi bagi kesehatan
bayinya. Kemungkinan rendahnya pendidikan masyarakat di sekitar
Puskesmas Sidotopo Wetan yang menjadi penyebab rendahnya cakupan
b. Pengetahuan tentang imunisasi
Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program imunisasi. Dengan
pengetahuan yang dimiliki, kesadaran masyarakat untuk meminta pelayanan
imunisasi akan semakin baik. Kemungkinan kurangnya pengetahuan
masyarakat ini yang menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi bayi di
Puskesmas Sidotopo Wetan.
c. Penghasilan keluarga
Penghasilan keluarga yang relatif rendah menuntut anggota keluarga untuk
berusaha memenuhi kebutuhan sehari-harinya terutama kebutuhan untuk
makan. Hal ini akan membuat anggota keluarga tersebut lebih mementingkan
mencari nafkah daripada datang ke tempat pelayanan imunisasi, yang
menyebabkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh penghasilan.
Kemungkinan rendahnya penghasilan ini yang menjadi penyebab rendahnya
cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan.
d. Persepsi ibu bayi terhadap sehat dan sakit
Saat ini ada kesalahan persepsi dari masyarakat bahwa memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk berobat, setelah penyakit parah. Tentunya kondisi
demikian sangat irrasional bila dikaitkan dengan program imunisasi karena
imunisasi adalah upaya pencegahan dengan memberikan kekebalan aktif
kepada tubuh manusia terhadap beberapa penyakit tertentu dan bukan untuk
mengobati penyakitnya. Faktor persepsi masyarakat ini yang kemungkinan
menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo
2 PROSES
1. Perencanaan
Kurangnya kesiapan perencanaan tentang tenaga pelaksana, dana, sarana,
waktu dan penentuan sasaran untuk program imunisasi menyebabkan kegiatan
imunisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Dari berbagai fungsi administrasi
yang terpenting diantaranya adalah fungsi perencanaan, apabila pelaksanaan
suatu upaya kesehatan tidak didukung oleh suatu perencanaan yang baik maka
akan sulit dapat diharapkan tercapainya tujuan dari upaya kesehatan tersebut
(Azwar, 1996). Kurangnya perencanaan program imunisasi ini yang
kemungkinan menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas
Sidotopo Wetan.
2. Pelaksanaan
Kurangnya penggerakan, koordinasi, supervisi dan pengawasan dalam
pelaksanaan kegiatan imunisasi, menyebabkan kegiatan imunisasi tidak dapat
berjalan dengan baik. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan cakupan
imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan belum mencapai target yang
telah ditetapkan.
3. Penilaian
Puskesmas tidak pernah melaksanakan penilaian atau evaluasi sejak awal
penyusunan rencana kegiatan program maupun pada saat pelaksanaan rencana
kegiatan program imunisasi. Evaluasi hanya dilakukan pada akhir pelaksanaan
kegiatan program imunisasi. Cakupan program imunisasi bayi di Puskesmas
Sidotopo Wetan belum mencapai target yang telah ditetapkan, hal ini
3. Lingkungan
1. Jarak Puskesmas
Jarak merupakan suatu hal yang penting dalam setiap pengambilan
keputusan akan permintaan pelayanan imunisasi dan bila dilihat dari segi
ekonomis tentunya tidak terlepas dari seberapa besar biaya yang harus
dikeluarkan. Bagi ibu yang memiliki bayi yang tinggalnya jauh dari pusat
pelayanan imunisasi, akan memikirkan berapa besar biaya yang harus
dikeluarkan untuk sekali pelayanan imunisasi dan bagi keluarga dengan
pendapatan rendah terkadang kesehatan dinomer duakan. Kemungkinan faktor
jarak puskesmas ini yang menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi di
Puskesmas Sidotopo Wetan.
2. Pelayanan Kesehatan Lain
Pelayanan kesehatan lain yang ada akan berpengaruh terhadap terjadinya
rendahnya cakupan imunisasi pada bayi. Adanya Rumah Sakit, dokter praktek,
bidan praktek ataupun BKIA merupakan pilihan untuk mendapatkan jasa
pelayanan imunisasi bagi ibu bayi. Sehingga rendahnya cakupan imunisasi
dapat saja terjadi apabila tidak terjalin kerja sama antara Puskesmas dan
pelayanan kesehatan lain dalam hal pencatatan dan pelaporan ataupun dalam
hal tukar menukar informasi.
I.3 Batasan Masalah
Penelitian ini akan difokuskan pada motivasi bidan dan perawat, sarana
dan prasarana dan proses manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian) di
yang cakupan imunisasi bayinya lebih tinggi dibandingkan Puskesmas Sidotopo
Wetan.
I.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan data dan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah motivasi bidan dan perawat dalam melaksanakan kegiatan
imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo?
2. Bagaimanakah sarana dan prasarana yang digunakan dalam melaksanakan
kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas
Sidotopo?
3. Bagaimanakah perencanaan program imunisasi bayi di Puskesmas
Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo?
4. Bagaimanakah pelaksanaan program imunisasi bayi di Puskesmas
Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo?
5. Bagaimanakah penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan program imunisasi
bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo?
6. Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi bayi di
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT II.1 Tujuan Umum
Menyusun upaya peningkatan cakupan imunisasi bayi di
Puskesmas Sidotopo Wetan berdasarkan studi benchmarking di Puskesmas Sidotopo.
II.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis motivasi bidan dan perawat dalam pelaksanaan kegiatan
imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo.
2. Menganalisis sarana dan prasarana yang digunakan dalam melaksanakan
kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas
Sidotopo.
3. Menganalisis proses perencanaan kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas
Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo.
4. Menganalisis proses pelaksanaan kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas
Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo.
5. Menganalisis proses penilaian kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas
Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo.
6. Menganalisis upaya peningkatan cakupan imunisasi bayi di Puskesmas
II.3 Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Sidotopo Wetan
Penelitian ini dapat membantu dalam meningkatkan cakupan imunisasi di
Puskesmas Sidotopo Wetan di masa yang akan datang.
2. Bagi peneliti
Merupakan upaya penerapan ilmu yang di peroleh selama mengikuti
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai perwujudan pengabdian institusi kepada masyarakat dengan
pengembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan dan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat luas dan sebagai masukan pengembangan ilmu
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat 1. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi
sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu (Azwar,1996).
Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan
dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan
kesehatan Indonesia. Ini disebabkan karena peranan dan kedudukan
Puskesmas di Indonesia amat unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan
terdepan di Indonesia, maka Puskesmas selain bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.
2. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
derajad kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan
Indonesia Sehat 2010 (Depkes R.I, 2004).
3. Fungsi Puskesmas
Menurut Depkes R.I (2004) Puskesmas mempunyai fungsi pengembangan
upaya kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan pemerataan jangkauan
pelayanan kesehatan, Puskesmas berfungsi menegakkan diagnosa masalah
masyarakat, mengadakan pengamatan secara terus menerus segala
perubahan yang terjadi yang mungkin membahayakan kesehatan
masyarakat, mengembangkan inovasi dan memanfaatkan teknologi tepat
guna dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat di wilayah kerjanya
dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
3. Sebagai pusat untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,
terpadu dan bermutu kepada masyarakat dalam rangka memelihara dan
melindungi kesehatan masyarakat.
4. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Dalam pendekatan Primary Health Care telah ditetapkan minimal melaksanakan delapan unsur pelayanan kesehatan pokok, sebagai berikut: 1)
Penyuluhan kesehatan mengenai berbagai masalah kesehatan yang dihadapi,
cara pencegahannya dan pengendaliannya. 2) Peningkatan pengadaan
lingkungan. 4) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana. 5)
Imunisasi terhadap berbagai penyakit menular yang utama. 6) Pencegahan dan
pemberantasan penyakit endemik setempat. 7) Pengobatan penyakit umum
dam cedera. 8) Pengadaan obat esensial (Depkes R.I, 2004).
III.2 Konsep Imunisasi
1. Tujuan Program Imunisasi
Tujuan umum program imunisasi adalah: menurunnya angka kematian
bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Sedangkan tujuan khususnya adalah: 1) tercapainya Universal Child Immunization (cakupan DPT-1 minimal 90% dan polio-3, campak 80%). 2) Tercapainya eliminasi tetanus neonatorum (insidens di bawah 1 per 10.000
kelahiran hidup). 3) tercapainya eradikasi poliomyelitis (Depkes R.I, 2001).
2. Sasaran Program Imunisasi
Sasaran program imunisasi yang dilaksanakan di Indonesia diberikan
kepada: 1) Bayi (umur 0 bulan sampai 11 bulan). 2) Ibu hamil (hamil 0
bulan sampai 9 bulan). 3) Calon pengantin wanita. 4) Anak SD kelas I. 5)
Anak SD kelas II sampai kelas VI khusus wanita (Depkes R.I, 2001).
3. Kebijaksanaan Program Imunisasi di Indonesia
Menurut Depkes RI (2001) kebijaksanaan umum program imunisasi di
Indonesia adalah: 1) Melaksanakan kesepakatan global (ERAPO, ETN,
mobilisasi. 6) Meningkatkan kemandirian masyarakat. 7) Memantau dampak
program terhadap PD3I dari keadaan sebelumnya. Sedangkan kebijaksanaan
khususnya adalah: 1) Mengupayakan sumber dana dari APBN, LSM,
masyarakat. 2) Perhatian khusus untuk wilayah rawan sosial dan Indonesia
Bagian Timur. 3) Keterpaduan lintas program dan lintas sektor (Depkes R.I,
2001) .
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan imunisasi adalah
sebagai berikut:
a. Cold Chain
1) Pengertian Cold Chain
Cold chain atau rantai dingin diartikan suatu prosedur dan peralatan yang digunakan dalam pengiriman atau penyimpanan vaksin mulai dari
pembuatan vaksin sampai diberikan kepada pasien.
2) Manfaat Cold Chain
Untuk memperkecil kesalahan selama penanganan terhadap vaksin
dan dapat diyakinkan bahwa vaksin yang digunakan berada pada suhu
dingin yang ditetapkan dan masih mempunyai potensi yang dapat
menimbulkan kekebalan.
3) Peralatan yang Termasuk Rantai Dingin
Peralatan yang termasuk rantai dingin adalah:
a) Lemari Es
Alat ini digunakan untuk menyimpan vaksin, baik di Propinsi, Dati II
dari pada tutup di depan, karena tutup atas dapat mempertahankan
suhu dingin lebih lama saat lemari es dibuka. Sumber tenaga lemari
es Puskesmas dapat berupa listrik maupun minyak tanah. Sumber
listrik untuk lemasi es dapat diperoleh dari PLN, tenaga surya,
ataupaun tenaga angin. Untuk sumber tenaga listrik, tipe pendingin
lemari es dapat menggunakan kompresi (menggunakan kompresor)
maupun absorbsi (menggunakan refrigerant moniak). Sedangkan
lemari es minyak tanah hanya dapat memakai tipe absorbsi.
b) Mini Freezer
Alat ini selain digunakan untuk membuat cold pack, mini freezer di Puskesmas justru digunakan untuk membuat cold pack dan bukan untuk menyimpan vaksin. Sumber tenaga maupun tipe sistem
pendinginanya sama dengan lemari es. Freezer dapat dimodifikasi menjadi lemari es dengan cara mengganti thermostat.
c) Vaccine Carrier
Vaccine carrier bentuknya empat persegi, dengan insulasi yang dapat mempertahankan suhu penyimpanan dibawah ±8°C sampai 36
jam bila tertutup rapat serta diisi dengan cukup cold pack beku disekelilingnya
d) Cold Box
Peralatan ini berfungsi untuk membawa vaksin dalam system rantai
dingin (suhu 2-8°C).
tertutup rapat serta diisi dengan cukup cold pack beku. Cold box
selain digunakan untuk alat transportasi, juga digunakan untuk
menyimpan vaksin dalam rangka penyelamatan sementara pada saat
lemari es terganggu.
e) Termos
Alat pembawa vaksin terkecil, digunakan untuk kegiatan posyandu
ruang KIA atau tempat di luar gedung lainnya, alat ini hanya dapat
mempertahankan suhu 2 - 8°C selama 12 jam.
f) Cold Pack
Terbuat dari bahan insulator, berisi air. Bila di dalamnya beku, cold pack yang diletakkan di dalam sarana penyimpanan dan pengangkut vaksin dapat membantu mempertahankan suhu penyimpanan dari
dalam terutama bila jumlahnya cukup dan sarana tersebut tertutup
rapat.
b. Vaksin
Terdapat 7 vaksin yang diprogramkan, yaitu BCG, DPT, polio, campak,
hepatitis B, DT, dan TT. Vaksin memerlukan pengelolaan khusus,
memerlukan sistem rantai dingin dengan suhu tertentu dari sejak pembuatan
hingga masuk ke tubuh manusia, baik dalam penyimpanan maupun
transportasinya. Hal ini perlu untuk menjaga potensi vaksin dalam
memberikan kekebalan.
c. Peralatan Suntik
Peralatan suntik yang digunakan hingga saat ini ada 4 jenis, yaitu: 1)
0,05 ml untuk imunisasi BCG dan 0,5 ml untuk imunisasi lainnya. Dalam
proses pengadaan sering disebut dengan paket B. 2) Disposable syringe (alat suntik sekali pakai), namun memiliki resiko digunakan lagi. 3) Autodestruct syringe (alat suntik sekali pakai yang tidak mungkin dipakai kembali). 4)
Autodestruct prefilled syringe (alat suntik yang sudah berisi vaksin), sering disebut dengan uniject (Depkes RI, 2001).
III.3 Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Handoko (1999) motivasi diartikan sebagai keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Menurut Mangkunegara (2005) motivasi merupakan kondisi atau energi
yang menggerakkan diri karyawan yang terarah yang tertuju untuk mencapai
tujuan organisasi perusahaan. Sikap karyawan yang pro dan positif terhadap
situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai
kerja maksimal.
2. Teori Motivasi a. Teori Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan
dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku
dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor
dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan
kebutuhan apa yang memuaskan dan mendorong semangat bekerja
seseorang. Hal ini memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan materiil maupun nonmaterial yang
diperolehnya dari hasil pekerjaannya.
Menurut Hasibuan (2005) jika kebutuhan dan kepuasan terpenuhi
semakin terpenuhi, maka semangat bekerjanya pun akan semakin baik
pula. Jadi pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan
bertindak (bersemangat bekerja) untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan kepuasannya. Semakin tinggi standar kebutuhan-kebutuhan dan
kepuasan yang diinginkan, maka semakin giat orang tersebut bekerja.
Teori kepuasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Herzberg’s
Two Factors Motivation Theory oleh Frederick Herzberg.
Herzberg’s Two Factors Motivation Theory atau teori motivasi dua faktor atau teori motivasi kesehatan atau faktor higienis.
Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang
usaha adalah “peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih
membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan
kemampuan”.
Herzberg berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan ada tiga hal
penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahannya yaitu:
1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah “pekerjan yang
menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi,
bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu
2. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor
yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan
pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji,
tunjangan dan lain-lainnya.
3. Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas.
Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai
mencari-cari kesalahan.
“Motivator hari ini adalah higiene hari esok”, tetapi “ motivator untuk
seseorang adalah higiene bagi orang lain” cukup masuk akal. Herzberg
menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi
oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu: (a) Maintenance Factors
dan (b) Motivation Factor.
a. Maintenance Factors
Maintenance Factors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman
badaniah. Kebutuhan kesehatan ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan
yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik
nol setelah dipenuhi. Misalnya orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi
lalu makan lagi dan seterusnya.
Menurut Hasibuan (2003) faktor-faktor pemeliharaan meliputi hal-hal gaji,
kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, mobil
dinas, rumah dinas dan macam-macam tunjangan lainnya. Hilangnya
faktor-faktor pemeliharaan ini dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan
Faktor-faktor pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari
pimpinan, agar kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan.
Maintenance Factors ini bukanlah merupakan motivasi bagi karyawan, tetapi merupakan keharusan yang harus diberikan oleh pimpinan kepada mereka,
demi kesehatan dan kepuasan bawahan.
b. Motivation Factor
Motivation Factor adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.
Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang
secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang empuk,
ruang yang nyaman, penempatan yang lengkap dan sebagainya.
Konsep higiene juga disebut teori dua faktor, yaitu:
1. Isi (Content = satisfiers = motivator) pekerjaan
a. Prestasi (Achievement) b. Pengakuan (Rekognition)
c. Pekerjaan itu sendiri (The work it self) d. Tanggung jawab (Responsibility)
e. Pengembangan potensi individu (Advencement)
Rangkaian ini melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang
dikerjakannya yaitu kandungan kerja pada tugasnya.
c. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (company policy and administration)
d. Hubungan antar pribadi (interpersonal relation) e. Kualitas supervisi (quality supervisor)
Dari teori ini timbul paham bahwa perencanaan pekerjaan harus
diusahakan sedemikian rupa, agar kedua faktor ini (faktor pemeliharaan dan
faktor motivasi) dapat dipenuhi. Banyak kenyataan yang dapat dilihat
misalnya dalam suatu perusahaan, kebutuhan kesehatan mendapat perhatian
yang lebih banyak daripada pemenuhan kebutuhan individu secara
keseluruhan. Hal ini dapat dipahami, karena kebutuhan ini mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap kelangsungan hidup individu. Kebutuhan
peningkatan prestasi dan pengakuan ada kalanya dapat dipenuhi dengan
memberikan bawahan suatu tugas yang menarik untuk dikerjakannya. Ini
adalah suatu tantangan bagaimana suatu pekerjaan direncanakan sedemikian
rupa, sehingga dapat menstimulasi dan menantang si pekerja serta
menyediakan kesempatan baginya untuk maju.
3. Prinsip Motivasi
Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi karyawan, yaitu:
a. Prinsip partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan
ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh
b. Prinsip Komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan usaha mencapai tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai
akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
c. Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di
dalam usaha pencapai tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai
akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
d. Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai
bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap
pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang
bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh pemimpin.
e. Prinsip memberi perhatian
Pemimpin memberi perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai
bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh
pemimpin (Mangkunegara, 2005).
III.4 Manajemen
1 Pengertian Manajemen
Menurut Stoner (1982) dalam Handoko (1999) manajemen adalah proses
para anggota organisasi dan pengguna sumber daya - sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah tetapkan.
Menurut Gulick (1965) dalam Handoko (1999) mendefinisikan
manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja
bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih
bermanfaat bagi kemanusiaan.
2 Fungsi Manajemen a. Perencanaan
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena
fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi
perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan
manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap
semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan
kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien (Muninjaya, 2004).
1) Pengertian Perencanaan
Menurut Muninjaya (2004) perencanaan kesehatan adalah sebuah
proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang
di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) menyatakan bahwa,
perencanaan adalah proses untuk mengantisipasi peristiwa di masa
datang dan menentukan strategi (cara, tindakan adaptif) untuk mencapai
tujuan organisasi di masa mendatang (the process of anticipating future events and determining strategies to achieve organizational objectives in the future).
Menurut Handoko (1999) menyatakan bahwa, perencanaan adalah
pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang
harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang
baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang
akan datang dimana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan
dilaksanakan pada periode sekarang saat rencana dibuat.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang
dilakukan untuk mengantisipasi perubahan dikemudian hari serta
menentukan berbagai strategi atau cara (kapan, bagaimana, oleh siapa)
untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Manfaat Perencanaan
Handoko (1999) menyatakan bahwa perencanaan mempunyai
banyak manfaat dalam suatu organisasi, manfaat perencanaan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
2. Membantu dalam kristalisasi penyesuaian pada masalah-masalah
utama
3. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasi lebih jelas
4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
5. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi
6. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai
bagian organisasi
7. Membantu tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah
dipahami
8. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
9. Menghemat waktu, usaha dan dana
3) Prinsip Perencanaan
Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) prinsip perencanaan ada
empat, yakni: 1) Integral dengan proses menyeluruh yang melibatkan
analisis kebijakan, persiapan perencanaan, pengelolaan pelaksanaan,
evaluasi dan penelitian (Keputusan kebijakan). 2) Keseimbangan
tanggung jawab fungsi perencanaan, pelaksanaan dan konsumen. 3)
Keberhasilan suatu perencanaan terutama tergantung pada perilaku
individu, motivasi dan kecakapan. Perlu diciptakan kondisi yang
mendukung seperti kerjasama, sistem imbalan dan lain-lain. 4)
Perencanaan efektif adalah penerapan metode dan teknik dari berbagai
4) Langkah-langkah Perencanaan
Langkah awal dalam menyusun perencanaan dapat dimulai dengan
sebuah gagasan cita-cita yang terfokus pada situasi tertentu. Perencanaan
kesehatan dapat disusun dalam skala besar atau kecil tergantung besar
kecilnya wilayah dan tergantung tanggung jawab organisasi.
Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan mempunyai beberapa
langkah. Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada proses
penyusunan sebuah perencanaan.
Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) dalam membuat
perencanaan yang dimaksud, pada langkah-langkah sebagai berikut:
a) Analisis situasi
Analisa situasi adalah suatu proses kegiatan analisa terhadap data
yang terkumpul, yang pada dasarnya adalah untuk memberikan
format tertentu terhadap data tersebut berupa angka-angka sehingga
dapat menunjukkan situasi tertentu menjadi informasi. Tujuan
analisis situasi adalah untuk mengadakan analisa terhadap
kelompok-kelompok data yang timbul baik analisa terhadap keadaan lampau,
saat ini maupun kecenderungan proyeksi masa mendatang.
Analisa terhadap data yang dikumpulkan, dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, sebagai berikut :
a. Mengadakan penilaian mutu data yang dikumpulkan
b. Memilih data yang memang betul-betul diperlukan
c. Menyusun data yang telah dipilih secara sistematis sesuai
d. Menyajikan informasi secara jelas, sehingga dapat
menunjukkan situasi atau keadaan dan masalah yang dihadapi
dalam uraian kalimat (narasi) yang mudah dipahami.
b) Perumusan Prioritas Masalah
Setelah identifikasi masalah, langkah selanjutnya menentukan
prioritas masalah dengan memperhitungkan berbagai hal yaitu
apakah masalah tersebut benar-benar dapat diselesaikan dengan
tuntas sesuai dengan kemampuan dan keadaan sumber daya yang
dimiliki. Agar lebih meyakinkan penetapan prioritas dapat
dipergunakan berbagai teknik skoring dan pembobotan, seperti:
metode USG (Urgency Seriousness Growth) dan metode CARL (Capability atau kesanggupan, Acceptibility atau dapat di terima,
Readiness atau ketersediaan dan Leaverage atau daya ungkit). Berikut ini adalah contoh penentuan prioritas masalah dengan
metode USG.
Tabel III.1 Contoh Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USG
Skor No Masalah
Urgency Seriousness Growth Total Ranking
1 A 2 3 2 7 3
2 B 4 2 2 8 2
3 C 6 2 1 9 1
Berdasarkan tabel III.1 nampak bahwa penilaian terhadap masalah
A, B, dan C tersebut setelah disusun dan disepakati, akhirnya
ditetapkan bahwa urutan prioritas masalahnya adalah C, B dan A
c) Identifikasi Penyebab Masalah
Setelah masalah diketahui, maka langkah selanjutnya
mengidentifikasi penyebab masalah. Beberapa teknik untuk
identifikasi penyebab masalah yang dapat digunakan adal sebagai
berikut: a) Metode fish bone (diagram tulang ikan atau diagram ishikawa). b) Flow Chart. c) Diagram unsur organisasi. d) Sumbang saran. e) Nominal Group Technique (NGT).
d) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) program imunisasi
Sebelum penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) perlu
beberapa pertimbangan yaitu dengan memperhatikan kemampuan
sumber daya, antara lain: 1) Informasi, masalahnya apa, dimana,
siapa, bilamana, kapan. 2) Mekanisme apa yang bisa dipakai untuk
mengatasi masalah. 3) Teknologi atau cara, punyakah kita
teknologi atau cara untuk mengatasi masalah. 4) Humano atau
orang, seberapa besar kekuatan sumber daya manusia yang tersedia
dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) pelaksanaannya
sebagai berikut: 1) Penyusunan dilaksanakan secara kelompok. 2)
Inventarisasi semua pendekatan pemecahan masalah. 3)
Menyatukan pendekatan masalah yang sifatnya sama menjadi satu
pendekatan saja. 4) Setiap pendekatan pemecahan masalah usulkan
rencana kegiatannya. 5) Tentukan target, volume kegiatan, sasaran
serta lokasi. 6) Setelah RUK dirumuskan, lakukan penilaian
diingat dalam penyusunan RUK adalah kita harus memperhatikan
hasil kegiatan tahun lalu karena akan menjadi pertimbangan untuk
rencana mendatang (Supriyanto dan Damayanti, 2005).
e) Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau POA
Rencan pelaksanaan kegiatan program imunisasi berisi kegiatan,
sarana, dana, tenaga yang dibutuhkan, jadwal waktu, pembagian
tugas dan tanggung jawab pelaksana. Rencan pelaksanaan kegiatan
program imunisasi dapat disusun dengan baik setelah Puskesmas
mengetahui alokasi dana yang ada. Penyusunan rencana
pelaksanaan kegiatan program dilakukan melalui suatu
pembahasandalam mini lokakarya intern Puskesmas (Supriyanto
dan Damayanti, 2005).
b. Pelaksanaan
Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) setelah dilakukan
perencanaan program yang menghasilkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK) program maka langkah selanjutnya yang perlu dikerjakan adalah
mewujud nyatakan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dengan
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan program tersebut
dapat tercapai. Fungsi manajemen yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Penggerakan
Pelaksanaan penggerakan adalah penggalangan kerja sama tim untuk
kegiatan program Puskesmas dan merupakan kegiatan yang dilakukan
setelah tahapan perencanaan selesai dikerjakan. Tujuannya agar
terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan dan tepat waktu serta
dikerjakan secara lintas program melalui tim kerja yang ada di
Puskesmas. Penggalangan tim melalui kegiatan pertemuan koordinasi
bulanan (intern Puskesmas) dan koordinasi triwulan yang merupakan
pertemuan lintas sektoral. Dengan pelaksanaan penggerakan akan
dapat diketahui secara dini adanya penyimpangan pelaksanaan rencana
pelaksanaan kegiatan dan secepatnya dilakukan tindakan tindakan
pengendalian sehingga rencana kegiatan program dapat dicapai secara
efektif dan efisien (Supriyanto dan Damayanti, 2005).
a) Tujuan Fungsi Penggerakan
1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisien. 2) Mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan staf. 3) Menumbuhkan rasa memiliki
dan menyukai pekerjaan. 4) Mengusahakan suasana lingkungan
kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. 5)
Membuat organisasi berkembang secara dinamis.
Fungsi penggerakan harus dimulai pada diri manajer selaku
pimpinan organisasi. Manajer harus menunjukkan kepada stafnya
bahwa ia mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan dan peka
terhadap lingkungannya. Ia harus mempunyai kemampuan bekerja
sama dengan orang lain secara harmonis. Manajer harus bersikap
obyektif yaitu obyektif dalam menghadapi sebagai perbedaan dan
persamaan karakter stafnya baik sebagai individu maupun
b) Faktor Penghambat Fungsi Penggerakan
Kegagalan manajer menumbuhkan motivasi staf merupakan
hambatan utama fungsi penggerakan. Hal ini dapat terjadi karena
manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar
manusia. Seorang manajer yang berhasil akan menggunakan
pengetahuannya tentang perilaku manusia untuk menggerakkan
stafnya agar bekerja secara optimal dan produktif (Muninjaya,
2004).
2) Koordinasi
Koordinasi adalah proses komunikasi, penyatuan kegiatan (integrasi),
adanya kejelasan pembagian tugas (sinkronisasi) dan program-program
dibuat realistik (simplikasi) pada unit kerja Puskesmas dengan
mekanisme kerjasama tim agar tujuan Puskesmas dapat tercapai secara
efektif dan efisien.
3) Supervisi
Merupakan salah satu upaya pengarahan dengan pemberian petunjuk
dan saran setelah menemukan alasan dan keluhan pelaksanaan dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Juga merupakan pembinaan
dan pengarahan untuk meningkatkan gairah dan prestasi kerja.
4) Pengawasan Pengendalian
Pengawasan Pengendalian dan penilaian dilaksanakan karena adanya
dorongan atau keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja atau
kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan
Pengawasan adalah segala usaha atau keinginan untuk mengetahui dan
menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan
keinginan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.
Pengendalian adalah segala upaya atau keinginan untuk
mengendalikan atau menjamin dan mengarahkan agar suatu tugas atau
pekerjaan berjalan dengan semestinya. Kegiatan yang terlalu cepat
dikendalikan untuk diperlambat dengan melakukan mobilisasi sumber
daya ke arah kegiatan yang lambat, sehingga terjadi koordinasi seluruh
kegiatan.
Tujuan pengawasan pengendalian adalah mengetahui adanya
penyimpangan sedini mungkin dan meluruskannya apabila ditemukan
penyimpangan, sehingga rencana program dan kegiatan Puskesmas
berjalan sesuai rencana.
Dengan dilaksanakannya pengawasan pengendalian ini maka seberapa
jauh keberhasilan kegiatan Puskesmas baik internal maupun eksternal
dapat diketahui dan selanjutnya dapat dilakukan perbaikan bila ada
penyimpangan dari tujuan yang ingin dicapai dan peningkatan
program.
c. Penilaian
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering
dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaannya
terletak pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya