• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN IMUNISASI BAYI DI PUSKESMAS SIDOTOPO WETAN SURABAYA (Studi Benchmarking di Puskesmas Sidotopo Surabaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN IMUNISASI BAYI DI PUSKESMAS SIDOTOPO WETAN SURABAYA (Studi Benchmarking di Puskesmas Sidotopo Surabaya)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN IMUNISASI BAYI DI PUSKESMAS SIDOTOPO WETAN

SURABAYA

(Studi Benchmarking di Puskesmas Sidotopo Surabaya)

ANDRI NUR WAHYUTI NIM. 100431579

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA

(2)

PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Pada tanggal 28 Juli 2006

Mengesahkan Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, SpOk NIP. 130517177

(3)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Bagian Administrasi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Oleh :

ANDRI NUR WAHYUTI NIM. 100431579

Mengetahui,

Ketua Bagian

Dr. Nyoman Anita D., drg., M.S. NIP. 131871470

Surabaya, 10 Agustus 2006

Menyetujui,

Pembimbing

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya proposal skripsi dengan judul

“UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN IMUNISASI BAYI DI PUSKESMAS

SIDOTOPO WETAN SURABAYA (Studi Benchmarking di Puskesmas Sidotopo Surabaya)“, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan

kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.

Dalam skripsi ini dijabarkan bagaimana upaya peningkatan cakupan

imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo sebagai tempat benchmarking, sehingga nantinya dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi bayi

di Puskesmas Sidotopo Wetan.

Selanjutnya terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibu

Ernawaty, drg., M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk,

saran dan koreksi sehingga terwujud skripsi ini.

Selain itu kami juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, SpOk, selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

2. Ibu Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S., selaku Ketua Bagian AKM

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

3. Kepala Dinas Kota Surabaya beserta staf yang telah memberi ijin dan

informasi untuk kelancaran penelitian di Puskesmas Sidotopo Wetan dan

(5)

4. Kepala Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan beserta staf yang

telah memberikan ijin dan informasi untuk kelancaran penelitian ini.

5. Ibu Rias Ari Mukti dan Ibu Retno Adriyani yang telah bersedia menjadi

penguji skripsi dan memberikan masukkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Yang paling berpengaruh dalam pembuatan skipsi ini tentunya Ibuku, Ibuku,

Ibuku, Bapakku dan kedua adikku David dan Lila yang tak henti-hentinya

melimpahkan kasih sayangnya.

7. “Spesial buat mas tersayang, kekasih muning” yang selalu menjadi penjaga

hati dan tempatku bersandar.

8. Bu Min, Peti, mbak Alin, Lu’lu’, Sebo, Cepot, Yunan, Diar dan semua temen

“Geng Ijo” yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

9. Teman seperjuangan AKK 2004 yang selalu kompak.

10.Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang

tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu meridhoi atas segala budi baik yang telah

diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi penulis sendiri maupun pihak lain

yang memanfaatkannya.

(6)

ABSTRACT

One of Republic Indonesia Health Department’s policy is to decrease the incidence of acute infectious diseases by having of immunization program. From the annual report of Sidotopo Wetan Public Health Center (PHC), it was discovered that the coverage realization of immunization for babies was below the target of Universal Child Immunization (UCI). The purpose of this research is to formulate strategic plant to increase the coverage of babies immunization at Sidotopo Wetan PHC through a benchmarking study at Sidotopo PHC. The basis of choosing Sidotopo PHC as comparison in benchmarking study is due to both PHCs have the same characteristics, such as: 1) The number of immunization executors 2) Both PHCs are PHC without inpatient ward; and 3) Both have the same population characterictic of Madurese ethnic majority. Variables observed are midwive’s and nurse’s motivation, tool and equipment, and the management process (planning, executing, and evaluating).

The result of the study revealed that, both PHCs have the same range, nonetheless the coverage of Sidotopo PHC was higher than Sidotopo Wetan PHC. From midwives and nurses of Sidotopo PHC’s motivation which having lower coverage namely about acknowledgement of work accomplishment, interesting job, chances to follow the seminar, some guidance given by Head of PHC on working, informal communization with Head of PHC and satisfaction about bonus. For tool and equipment namely about maintaining vaccine necessity, observe vaccine storage temperature, the temperature inside the thermos bottle must be 2-8oC dan providing immunization service data form. And for planning are about maintaining immunization coverage realization, determinig number of the babies, making the schedule, involving inter-programs and inter-sectoral dan planning on sweeping. For executing namely made coordination meeting with inter-program and inter-sectoral, giving information about immunization time and place, giving illumination dan sweeping. And for evaluating namely about gathering reports from RS, BKIA, doctor and midwives, made some evaluation, gathering some feed back and act after evaluation.

It is suggested to the Head of Sidotopo Wetan PHC, to give more attention to midwives and nurses by giving them motivation, so that motivation can increase the work performance of midwives and nurses. To increase midwives and nurses management knowledge and skill, continuous guidance from Provincial Health Office and inter-sectoral institution coordination needs to be strengthen.

(7)

ABSTRAK

Salah satu kebijakan Depkes R.I untuk menurunkan angka kejadian penyakit infeksi akut dilakukan melalui program imunisasi. Dari laporan tahunan Puskesmas Sidotopo Wetan diketahui bahwa pencapaian cakupan imunisasi bayi belum mencapai target yang telah ditetapkan Universal Child Immunization

(UCI). Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun upaya pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan melalui studi benchmarking di Puskesmas Sidotopo. Alasan pemilihan Puskesmas Sidotopo sebagai Puskesmas pembanding dalam studi benchmarking ini adalah karena kedua Puskesmas ini mempunyai karakteristik yang sama. yaitu: (1) Jumlah tenaga pelaksana imunisasi (2) Merupakan Puskesmas non perawatan. (3) Karakteristik masyarakatnya sama yaitu mayoritas dari suku Madura. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi bidan dan perawat, sarana dan prasarana serta proses manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian).

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo mempunyai kriteria yang sama, namun pencapaian di Puskesmas Sidotopo lebih tinggi dibandingkan Puskesmas Sidotopo Wetan. Dari motivasi bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo Wetan yang pencapaiannya masih rendah yaitu tentang pengakuan atas hasil kerja, pekerjaan yang menarik, kesempatan mengikutui seminar, Kepala Puskesmas membimbing dalam melaksanakan tugas, komunikasi informal dengan Kepala Puskesmas dan puas terhadap bonus. Untuk sarana dan prasarana yaitu tentang menetapkan kebutuhan vaksin, memperhatikan suhu penyimpanan vaksin, suhu dalam termos 2-8oC dan menyediakan format pendataan pelayanan imunisasi. Untuk perencanaan yaitu tentang menentukan target cakupan imunisasi, menetapkan jumlah sasaran bayi, menetapkan jadual melibatkan lintas program dan lintas sektor, dan merencanakan

sweeping. Untuk pelaksanaan yaitu melakukan rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor, penyebarluasan informasi tentang jadual dan tempat imunisasi, melakukan penyuluhan dan melakukan sweeping. Dan untuk penilaian yaitu tentang mendapatkan laporan dari RS, BKIA, dokter praktek dan bidan praktek, melakukan evaluasi, mendapatkan feed back dan ada tidaknya tindak lanjut setelah evaluasi.

Kepala Puskesmas Sidotopo Wetan diharapkan lebih memperhatikan bidan dan perawat dengan memberikan motivasi, sehingga dengan motivasi tersebut dapat meningkatkan prestasi kerja bidan dan perawat. Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan dan perawat di bidang manajemen, perlu adanya pembinaan dari Dinas Kesehatan dan koordinasi dengan lintas sektor perlu ditingkatkan.

(8)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1

I.2 Identifikasi Penyebab Masalah ... 6

I.3 Pembatasan Masalah... 11

I.4 Perumusan Masalah ... 12

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT II.1 Tujuan Umum... 13

II.2 Tujuan Khusus... 13

II.3 Manfaat Penelitian... 14

BAB III TUNJAUAN PUSTAKA III.1 Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat... 15

III.2 Konsep Imunisasi ... 17

III.3 Motivasi ... 21

III.4 Manajemen... 26

III.5 Benchmarking... 40

BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL IV. 1 Kerangka Konseptual... 51

BAB V METODE PENELITIAN V.1 Rancang Bangun Penelitian ... 53

V.2 Populasi Penelitian ... 53

V.3 Sampel dan Besar Sampel ... 53

V.4 Lokasi dan Waku Penelitian... 53

V.5 Kerangka Operasional ... 54

V.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 54

V.7 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 58

V.8 Teknik Analisis Data... 58

V.9 Kriteria Penilaian... 59

BAB VI HASIL PENELITIAN VI.1 Gambaran Umum Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan ... 61

VI.2 Karakteristik Responden... 64

(9)

1. Motivasi ... 66

2. Sarana dan prasarana... 84

3. Perencanaan... 91

4. Pelaksanaan ... 98

5. Penilaian... 105

VI.4 Rangkuman Hasil... 111

BAB VII PEMBAHASAN VII.1 Motivasi Bidan dan Perawat... 113

VII.2 Sarana dan Prasarana ... 115

VII.3 Manajemen ... 116

VII.4 Rekomendasi Benchmarking... 120

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN VIII.1 Kesimpulan ... 123

VIII.2 Saran... 126

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel I.1 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas kota Surabaya tahun 2004

2

Tabel I.2 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas Kenjeran tahun 2002 – 2004

3

Tabel 1.3 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas Sidotopo tahun 2002 – 2004

4

Tabel 1.4 Tabel Perbandingan Pencapaian Cakupan Imunisasi Bayi Puskesmas Kenjeran dan Puskesmas Sidotopo Tahun 2002-2004

Contoh Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USG

Hasil Cakupan Imunisasi Puskesmas Sidotopo tahun 2005

Hasil Cakupan Imunisasi Puskesmas Sidotopo Wetan tahun 2005

Distribusi bidan dan perawat berdasarkan umur di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Distribusi responden berdasarkan jenis profesi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Distribusi prestasi kerja tentang target yang ingin dicapai bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Distribusi pengakuan atas hasil kerja bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Distribusi pendapat responden tentang pekerjaannya sebagai bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Distribusi tugas yang dibebankan kepada bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Distribusi melaksanakan tugas tambahan dari Kepala Puskesmas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Distribusi menyelesaikan tugas sesuai petunjuk dari Kepala Puskesmas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Distribusi mengecek pekerjaan yang diserahkan kepada teman di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

(11)

Tabel VI.12 Distribusi kesempatan bidan dan perawat untuk mengikuti pelatihan di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

71

Tabel VI.13 Distribusi kesempatan bidan dan perawat untuk mengikuti studi banding di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

72

Tabel VI.14 Distribusi kesempatan bidan dan perawat untuk mengikuti seminar di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

73

Tabel VI.15 Distribusi kesempatan bidan dan perawat untuk melanjutkan pendidikan formal di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

73

Tabel VI.16 Distribusi frekuensi supervise dalam 1 tahun di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

74

Tabel VI.17 Distribusi manfaat supervisi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

74

Tabel VI.18 Distribusi tentang Kepala Puskesmas membimbing dalam melaksanakan tugas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

75

Tabel VI.19 Distribusi tentang sering terjadinya komunikasi informal dengan Kepala Puskesmas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

76

Tabel VI.20 Distribusi tentang saling mengetahui tugas antar teman di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

76

Tabel VI.21 Distribusi tentang menyampaikan masalah kepada teman yang berkaitan dengan tugas di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

77

Tabel VI.22 Distribusi tentang saran dari teman untuk mengatasi masalah di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

77

Tabel VI.23 Distribusi tentang melaksanakan saran dari teman di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

78

Tabel VI.24 Distribusi tentang kondisi tata letak ruangan kerja di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

78

Tabel VI.25 Distribusi tentang fasilitas ruangan di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

79

Tabel VI.26 Distribusi tentang tempat tinggal bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

80

Tabel VI.27 Distribusi tentang pernah mendapatkan bonus di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

(12)

terhadap bonus tersebut di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Tabel VI.29 Distribusi tentang perasaan puas bidan dan perawat terhadap bonus tersebut di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

81

Tabel VI.30 Distribusi Motivasi pada Bidan dan perawat di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan

82

Tabel VI.31 Distribusi tentang menetapkan kebutuhan vaksin untuk kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

85

Tabel VI.32 Distribusi tentang menetapkan kebutuhan vaksin berdasarkan jumlah sasaran di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

85

Tabel VI.33

Tabel VI.34

Distribusi tentang menetapkan alat suntik untuk satu kali pemakaian sesuai dengan jumlah sasaran di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

86

Distribusi tentang penyimpanan vaksin dalam termos di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

87

Tabel VI.35 Distribusi tentang memperhatikan suhu penyimpanan vaksin dalam termos di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

87

Tabel VI.36 Distribusi tentang suhu penyimpanan vaksin dalam termos di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

88

Tabel VI.37 Distribusi tentang menyediakan buku pedoman pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

88

Tabel VI.38 Distribusi tentang menyediakan format pendataan sasaran dalam pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

89

Tabel VI.39 Distribusi tentang menyediakan format pelaporan untuk pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

89

Tabel VI.40 Distribusi Sarana dan Prasarana di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan

90

Tabel VI.41 Distribusi tentang menentukan target cakupan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

92

Tabel VI.42 Distribusi tentang ada tidaknya pembentukan atau penetapan tim untuk penggerak masyarakat atau kader di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

92

Tabel VI.43 Distribusi tentang menentukan jumlah sasaran bayi untuk setiap kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

93

(13)

pendataan sasaran dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Tabel VI.45 Distribusi tentang menetapkan jumlah tenaga pelaksana kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

94

Tabel VI.46 Distribusi tentang menetapkan tenaga selalu disesuaikan dengan jumlah sasaran dan pembagian wilayah di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

95

Tabel VI.47 Distribusi tentang menetapkan jadual kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

95

Tabel VI.48 Distribusi tentang menetapkan jadual kegiatan imunisasi melibatkan lintas program dan lintas sektor di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

96

Tabel VI.49 Distribusi Perencanaan di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan

96

Tabel VI.50 Distribusi tentang melakukan rapat koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

99

Tabel VI.51 Distribusi tentang penyebarluasan jadual imunisasi ke lintas program, lintas sektor dan tenaga pelaksana dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

99

Tabel VI.52 Distribusi tentang penyebarluasan tempat kegiatan imunisasi ke lintas program, lintas sektor dan tenaga pelaksana dalam kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

100

Tabel VI.53 Distribusi tentang melakukan penyuluhan di setiap kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

101

Distribusi tentang melakukan sweeping jika hasil cakupannya rendah di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Tabel VI.54 101

Tabel VI.55 Distribusi tentang membuat rekapitulasi hasil kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

102

Tabel VI.56 Distribusi tentang kegiatan imunisasi sesuai dengan yang direncanakan di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

102

Tabel VI.57 Distribusi Pelaksanaan di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan

103

Tabel VI.58 Distribusi tentang membuat rekapitulasi hasil kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

(14)

Tabel VI.59 Distribusi tentang ketepatan waktu dalam membuat laporan bulanan hasil kegiatan imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

106

Tabel VI.60 Distribusi tentang penilaian atau perhitungan hasil kegiatan imunisasi dilakukan berdasarkan jumlah sasaran di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

106

Tabel VI.61 Distribusi tentang ada tidaknya pelaporan imunisasi dari RS, BKIA, dokter praktek dan bidan praktek di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

107

Tabel VI.62 Distribusi melakukan evaluasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

107

Distribusi ada tidaknya feed back baik secara lisan maupun tertulis dari hasil kegiatan bulanan di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

Tabel VI.63 108

Tabel VI.64 Distribusi ada tidaknya tindak lanjut terhadap masalah imunisasi di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

108

Tabel VI.65 Distribusi Penilaian di Puskesmas Sidotopo dan Puskesmas Sidotopo Wetan

109

Tabel VI.66 Rangkuman hasil sebagai temuan peneliti di Puskesmas Sidotopo dan di Puskesmas Sidotopo Wetan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar I.1 Faktor yang kemungkinan menjadi penyebab rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Kenjeran halaman

6

Gambar IV.1 Kerangka Konseptual 51

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

1 Kuesioner untuk bidan dan perawat 130

(17)

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambang

% : Persentase °C : Derajat celsius ± : Kurang lebih

∑ : Jumlah

n : Nominal

> : lebih besar

Daftar Singkatan

APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah BCG : Bacillus Callmate Guerin

BKIA : Balai Kesehatan Ibu dan Anak

CARL : Capability Acceptibility Readiness Leaverage Depkes : Departemen Kesehatan

DKK : Dinas Kesehatan Kota DPT : Difteria Pertusis Tetanus DT : Difteria Tetanus

ERAPO : Eradikasi Poliomyelitis

ETN : Eliminasi Tetanus Neonatorum Hb : Hepatitis B

LSM : Lembaga Swadana Masyarakat NGT : Nominal Group Technique NTB : Nusa Tenggara Barat

PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi Recam : Reduksi Campak

RPK : Rencana Pelaksanaan Kegiatan RS : Rumah Sakit

RUK : Rencana Usulan Kegiatan TT : Tetanus Toksoid

(18)

SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN IMUNISASI BAYI DI PUSKESMAS SIDOTOPO WETAN

SURABAYA

(Studi Benchmarking di Puskesmas Sidotopo Surabaya)

ANDRI NUR WAHYUTI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA

(19)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2004). Imunisasi secara masal

dimulai pada tahun 1956 dengan vaksinasi cacar di pulau Jawa. Kegiatan ini

berhasil membasmi penyakit cacar di Indonesia sehingga pada tahun 1974

Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Dengan terbuktinya kemampuan

vaksinasi dalam memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit cacar, beberapa

antigen mulai ditambahkan dalam kegiatan imunisasi seperti vaksinasi BCG

(Bacillus Callmate Guerin) tahun 1973, vaksinasi TT (Tetanus Toksoid) 1976, vaksinasi Polio tahun 1980 dan vaksinasi Campak tahun 1982.

Pada bulan Nopember 1990 secara nasional Indonesia telah mencapai UCI

(Universal Child Imunization), yaitu mencakup DPT 3, Polio 3 dan Campak minimal 80% sebelum anak usia 1 tahun dan cakupan untuk BCG, DPT 1, dan

Polio 1 minimal 90%. Sementara itu sejak tahun 1987 dilakukan suatu penelitian

operasional terhadap vaksinasi hepatitis B di NTB yang berlangsung sampai

dengan tahun 1990. Selanjutnya sejak tahun 1997 program imunisasi mencakup 7

(tujuh) jenis antigen dengan masuknya vaksinasi hepatitis B.

Dari hasil cakupan imunisasi bayi tahun 2004 di wilayah kota Surabaya

telah berhasil mencapai UCI dengan cakupan imunisasi untuk BCG sebesar 99%,

(20)

sebesar 97,3% dan Hepatitis B3 sebesar 90%, maka cakupan imunisasi bayi kota

Surabaya telah mencapai target yang telah ditetapkan. Cakupan imunisasi bayi di

Puskesmas wilayah kota Surabaya dapat di lihat pada tabel I.1

Tabel I.1 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas kota Surabaya tahun 2004

HASIL PELAYANAN IMUNISASI

BCG DPT 1 DPT 3 POLIO 4 CAMPAK Hb 3 NO PUSKESMAS JUMLAH

(21)

HASIL PELAYANAN IMUNISASI

BCG DPT 1 DPT 3 POLIO 4 CAMPAK Hb 3 NO PUSKESMAS JUMLAH

BAYI

Sumber: Laporan tahunan program imunisasi DKK Surabaya tahun 2004

Dari tabel I.1 dapat diketahui bahwa Puskesmas Sidotopo merupakan salah

satu Puskesmas yang cakupan imunisasi bayinya telah mencapai target yang telah

ditetapkan. Sedangkan Puskesmas Sidotopo Wetan adalah Puskesmas yang

pencapaian cakupan imunisasi bayinya masih rendah dan belum mencapai target

yang telah ditetapkan. Pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo

Wetan dapat di lihat pada tabel I.2 sebagai berikut:

Tabel I.2 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas Sidotopo Wetan tahun 2002- 2004

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004

Cakupan Cakupan Cakupan N

o

Jenis

Imunisasi Target Sasaran

N %

(22)

Dari tabel I.2 dapat diketahui bahwa pencapaian cakupan imunisasi bayi di

Puskesmas Sidotopo Wetan masih rendah dan ada beberapa cakupan imunisasi

yang belum mencapai target. Dari 48 Puskesmas non perawatan yang ada di kota

Surabaya, salah satu Puskesmas yang pencapaian cakupan imunisasinya mencapai

target adalah Puskesmas Sidotopo. Pencapaian cakupan imunisasi di Puskesmas

Sidotopo Wetan berbeda dibandingkan dengan Puskesmas Sidotopo, berikut

ditampilkan data pencapaian cakupan imunisasi bayi dari tahun 2002-2004 pada

tabel berikut ini.

Tabel I.3 Data cakupan imunisasi bayi Puskesmas Sidotopo tahun 2002 – 2004

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004

Cakupan Cakupan Cakupan N

o

Jenis

Imunisasi Target Sasaran

N % Sasaran

N % Sasaran

N %

1 BCG 90% 980 541 55 839 673 80 839 1805 215 2 DPT 1 90% 980 577 59 839 634 76 839 1116 133 3 DPT 3 80% 980 523 53 839 270 32 839 850 101 4 POLIO 4 80% 980 657 67 839 607 72 839 814 97 5 CAMPAK 80% 980 346 35 839 605 72 839 624 74 6 Hb 3 80% 980 590 60 839 497 60 839 673 80

Sumber: Laporan tahunan program imunisasi DKK Surabaya 2002-2004

Berdasarkan tabel 1.3 pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas

Sidotopo mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut yaitu tahun

2002-2004. Pada tahun 2004 pencapaian cakupan imunisasi bayi tersebut rata-rata di

atas 80%, hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh bayi yang ada telah

mendapatkan pelayanan imunisasi baik di Puskesmas maupun dari pelayanan

(23)

Tabel I.4 Tabel Perbandingan Pencapaian Cakupan Imunisasi Bayi Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo Tahun 2002-2004

Tahun

2002 2003 2004 No Jenis Imunisasi

SW S SW S SW S

1 BCG 28% 55% 22% 80% 103% 215%

2 DPT 1 29% 59% 71% 76% 87% 133%

3 DPT 3 30% 53% 29% 32% 63% 101%

4 Polio 4 27% 67% 53% 72% 60% 97%

5 Campak 25% 35% 46% 72% 60% 74%

6 Hb 3 32% 60% 43% 60% 56% 80%

Sumber: Laporan tahunan program imunisasi DKK Surabaya 2002-2004

Keterangan: SW : Sidotopo Wetan

S : Sidotopo

Berdasarkan tabel 1.4 hasil cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo

Wetan masih rendah dibandingkan Puskesmas Sidotopo. Pencapaian cakupan

imunisasi di Puskesmas Sidotopo Wetan tahun 2004 yang sudah mencapai target

bahkan melebihi target adalah imunisasi BCG yaitu mencapai 103%. Sedangkan

yang belum mencapai target adalah: DPT 1 : 87%, DPT 3 : 63%, Polio 4 : 60%,

Campak : 60%, Hb 3 : 56%.

Untuk Puskesmas Sidotopo, cakupan imunisasi bayi yang belum mencapai

target adalah imunisasi campak yaitu pencapainya 74%. Sedangkan untuk jenis

imunisasi BCG, DPT 1, DPT 3, Polio 4 dan Hb 3 pencapaian cakupan

imunisasinya sudah mencapai target.

Pemilihan Puskesmas Sidotopo sebagai Puskesmas pembanding dalam

studi benchmarking ini adalah karena ke dua Puskesmas mempunyai karakteristik hampir sama yaitu:

a. Dilihat dari jumlah tenaga pelaksana program imunisasi di Puskesmas

(24)

Puskesmas Sidotopo jumlah bidannya 2 orang dan jumlah perawatnya

3 orang, sedangkan di Puskesmas Sidotopo Wetan jumlah bidannya

ada 4 orang dan jumlah perawatnya ada 3 orang.

b. Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo merupakan

Puskesmas non perawatan.

c. Masyarakatnya memiliki karakteristik yang sama yaitu mayoritas dari

ras atau suku Madura.

Dari latar belakang tersebut, yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo

Wetan.

I.2 Identifikasi Penyebab Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka banyak faktor yang menjadi

penyebab rendahnya cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan.

Berikut ini adalah faktor yang kemungkinan menjadi penyebab rendahnya

pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan.

INPUT

Puskesmas 1. Jumlah tenaga 2. Motivasi bidan dan perawat

3. Beban kerja 4. Sarana dan prasarana 5. Waktu pelayanan Masyarakat (ibu bayi)

1.Pendidikan

2.Pengetahuan tentang imunisasi

3.Penghasilan

4.Persepsi terhadap sehat dan sakit

OUTPUT

rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan. 1.Jarak Puskesmas

(25)

Berdasarkan gambar I.1, maka penyebab rendahnya pencapaian cakupan

imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan adalah sebagai berikut:

1 INPUT

A. Faktor Puskesmas

1. Jumlah Tenaga

Jumlah tenaga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan imunisasi

bayi. Untuk menjaga agar tidak terjadi kekosongan tenaga pemberi layanan

imunisasi pada saat kegiatan imunisasi yang telah ditetapkan, maka perlu

adanya tenaga pengganti bila sewaktu-waktu tenaga inti tidak dapat

menjalankan tugasnya. Kurangnya tenaga pelaksana imunisasi ini yang

kemungkinan menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi bayi di

Puskesmas Sidotopo Wetan.

2. Motivasi

Motivasi merupakan pendorong dan keinginan petugas pelaksana program

imunisasi untuk melaksanakan tugasnya guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Bila petugas pelaksana program imunisasi termotivasi melakukan

pekerjaannya, maka apa yang menjadi tujuan Puskesmas dapat tercapai.

Kemungkinan kurangnya motivasi petugas ini yang menjadi penyebab

rendahnya cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan.

3. Beban Kerja

Jumlah tenaga pelaksana kegiatan imunisasi yang terbatas, menyebabkan

petugas harus merangkap beberapa pekerjaan. Tingginya beban kerja petugas

pelaksana imunisasi ini yang kemungkinan menyebabkan rendahnya

(26)

4. Sarana dan prasarana

Persediaan vaksin, obat dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan

imunisasi belum tersedia secara cukup, kemungkinan hal ini yang menjadi

penyebab rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas Sidotopo Wetan.

5. Waktu Pelayanan

Waktu pelayanan kegiatan imunisasi di Puskesmas dan di posyandu yang

tidak terjadual dengan baik sehingga menyebabkan masyarakat tidak dapat

memanfaatkan pelayanan imunisasi. Kemungkinan faktor waktu pelayanan ini

yang menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas Sidotopo

Wetan.

B. Faktor Masyarakat (ibu bayi)

Karakteristik suatu masyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan serta

memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian hasil cakupan

program-program kesehatan seperti program-program imunisasi, karakteristik tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan semakin mudah

mereka menerima berbagai informasi dan semakin banyak informasi yang

diterima, akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat, termasuk

pengetahuan tentang penting dan manfaatnya imunisasi bagi kesehatan

bayinya. Kemungkinan rendahnya pendidikan masyarakat di sekitar

Puskesmas Sidotopo Wetan yang menjadi penyebab rendahnya cakupan

(27)

b. Pengetahuan tentang imunisasi

Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi merupakan faktor

yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program imunisasi. Dengan

pengetahuan yang dimiliki, kesadaran masyarakat untuk meminta pelayanan

imunisasi akan semakin baik. Kemungkinan kurangnya pengetahuan

masyarakat ini yang menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi bayi di

Puskesmas Sidotopo Wetan.

c. Penghasilan keluarga

Penghasilan keluarga yang relatif rendah menuntut anggota keluarga untuk

berusaha memenuhi kebutuhan sehari-harinya terutama kebutuhan untuk

makan. Hal ini akan membuat anggota keluarga tersebut lebih mementingkan

mencari nafkah daripada datang ke tempat pelayanan imunisasi, yang

menyebabkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh penghasilan.

Kemungkinan rendahnya penghasilan ini yang menjadi penyebab rendahnya

cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan.

d. Persepsi ibu bayi terhadap sehat dan sakit

Saat ini ada kesalahan persepsi dari masyarakat bahwa memanfaatkan

fasilitas kesehatan untuk berobat, setelah penyakit parah. Tentunya kondisi

demikian sangat irrasional bila dikaitkan dengan program imunisasi karena

imunisasi adalah upaya pencegahan dengan memberikan kekebalan aktif

kepada tubuh manusia terhadap beberapa penyakit tertentu dan bukan untuk

mengobati penyakitnya. Faktor persepsi masyarakat ini yang kemungkinan

menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo

(28)

2 PROSES

1. Perencanaan

Kurangnya kesiapan perencanaan tentang tenaga pelaksana, dana, sarana,

waktu dan penentuan sasaran untuk program imunisasi menyebabkan kegiatan

imunisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Dari berbagai fungsi administrasi

yang terpenting diantaranya adalah fungsi perencanaan, apabila pelaksanaan

suatu upaya kesehatan tidak didukung oleh suatu perencanaan yang baik maka

akan sulit dapat diharapkan tercapainya tujuan dari upaya kesehatan tersebut

(Azwar, 1996). Kurangnya perencanaan program imunisasi ini yang

kemungkinan menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi di Puskesmas

Sidotopo Wetan.

2. Pelaksanaan

Kurangnya penggerakan, koordinasi, supervisi dan pengawasan dalam

pelaksanaan kegiatan imunisasi, menyebabkan kegiatan imunisasi tidak dapat

berjalan dengan baik. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan cakupan

imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan belum mencapai target yang

telah ditetapkan.

3. Penilaian

Puskesmas tidak pernah melaksanakan penilaian atau evaluasi sejak awal

penyusunan rencana kegiatan program maupun pada saat pelaksanaan rencana

kegiatan program imunisasi. Evaluasi hanya dilakukan pada akhir pelaksanaan

kegiatan program imunisasi. Cakupan program imunisasi bayi di Puskesmas

Sidotopo Wetan belum mencapai target yang telah ditetapkan, hal ini

(29)

3. Lingkungan

1. Jarak Puskesmas

Jarak merupakan suatu hal yang penting dalam setiap pengambilan

keputusan akan permintaan pelayanan imunisasi dan bila dilihat dari segi

ekonomis tentunya tidak terlepas dari seberapa besar biaya yang harus

dikeluarkan. Bagi ibu yang memiliki bayi yang tinggalnya jauh dari pusat

pelayanan imunisasi, akan memikirkan berapa besar biaya yang harus

dikeluarkan untuk sekali pelayanan imunisasi dan bagi keluarga dengan

pendapatan rendah terkadang kesehatan dinomer duakan. Kemungkinan faktor

jarak puskesmas ini yang menjadi penyebab rendahnya cakupan imunisasi di

Puskesmas Sidotopo Wetan.

2. Pelayanan Kesehatan Lain

Pelayanan kesehatan lain yang ada akan berpengaruh terhadap terjadinya

rendahnya cakupan imunisasi pada bayi. Adanya Rumah Sakit, dokter praktek,

bidan praktek ataupun BKIA merupakan pilihan untuk mendapatkan jasa

pelayanan imunisasi bagi ibu bayi. Sehingga rendahnya cakupan imunisasi

dapat saja terjadi apabila tidak terjalin kerja sama antara Puskesmas dan

pelayanan kesehatan lain dalam hal pencatatan dan pelaporan ataupun dalam

hal tukar menukar informasi.

I.3 Batasan Masalah

Penelitian ini akan difokuskan pada motivasi bidan dan perawat, sarana

dan prasarana dan proses manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian) di

(30)

yang cakupan imunisasi bayinya lebih tinggi dibandingkan Puskesmas Sidotopo

Wetan.

I.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan data dan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah motivasi bidan dan perawat dalam melaksanakan kegiatan

imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo?

2. Bagaimanakah sarana dan prasarana yang digunakan dalam melaksanakan

kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas

Sidotopo?

3. Bagaimanakah perencanaan program imunisasi bayi di Puskesmas

Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo?

4. Bagaimanakah pelaksanaan program imunisasi bayi di Puskesmas

Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo?

5. Bagaimanakah penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan program imunisasi

bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo?

6. Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi bayi di

(31)

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT II.1 Tujuan Umum

Menyusun upaya peningkatan cakupan imunisasi bayi di

Puskesmas Sidotopo Wetan berdasarkan studi benchmarking di Puskesmas Sidotopo.

II.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis motivasi bidan dan perawat dalam pelaksanaan kegiatan

imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo.

2. Menganalisis sarana dan prasarana yang digunakan dalam melaksanakan

kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan dan Puskesmas

Sidotopo.

3. Menganalisis proses perencanaan kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas

Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo.

4. Menganalisis proses pelaksanaan kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas

Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo.

5. Menganalisis proses penilaian kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas

Sidotopo Wetan dan Puskesmas Sidotopo.

6. Menganalisis upaya peningkatan cakupan imunisasi bayi di Puskesmas

(32)

II.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Sidotopo Wetan

Penelitian ini dapat membantu dalam meningkatkan cakupan imunisasi di

Puskesmas Sidotopo Wetan di masa yang akan datang.

2. Bagi peneliti

Merupakan upaya penerapan ilmu yang di peroleh selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai perwujudan pengabdian institusi kepada masyarakat dengan

pengembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan dan dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat luas dan sebagai masukan pengembangan ilmu

(33)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat 1. Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi

sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta

masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu (Azwar,1996).

Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan

dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan

kesehatan Indonesia. Ini disebabkan karena peranan dan kedudukan

Puskesmas di Indonesia amat unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan

terdepan di Indonesia, maka Puskesmas selain bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab

dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.

2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

(34)

derajad kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan

Indonesia Sehat 2010 (Depkes R.I, 2004).

3. Fungsi Puskesmas

Menurut Depkes R.I (2004) Puskesmas mempunyai fungsi pengembangan

upaya kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan

masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan pemerataan jangkauan

pelayanan kesehatan, Puskesmas berfungsi menegakkan diagnosa masalah

masyarakat, mengadakan pengamatan secara terus menerus segala

perubahan yang terjadi yang mungkin membahayakan kesehatan

masyarakat, mengembangkan inovasi dan memanfaatkan teknologi tepat

guna dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat di wilayah kerjanya

dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

3. Sebagai pusat untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,

terpadu dan bermutu kepada masyarakat dalam rangka memelihara dan

melindungi kesehatan masyarakat.

4. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Puskesmas

Dalam pendekatan Primary Health Care telah ditetapkan minimal melaksanakan delapan unsur pelayanan kesehatan pokok, sebagai berikut: 1)

Penyuluhan kesehatan mengenai berbagai masalah kesehatan yang dihadapi,

cara pencegahannya dan pengendaliannya. 2) Peningkatan pengadaan

(35)

lingkungan. 4) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana. 5)

Imunisasi terhadap berbagai penyakit menular yang utama. 6) Pencegahan dan

pemberantasan penyakit endemik setempat. 7) Pengobatan penyakit umum

dam cedera. 8) Pengadaan obat esensial (Depkes R.I, 2004).

III.2 Konsep Imunisasi

1. Tujuan Program Imunisasi

Tujuan umum program imunisasi adalah: menurunnya angka kematian

bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Sedangkan tujuan khususnya adalah: 1) tercapainya Universal Child Immunization (cakupan DPT-1 minimal 90% dan polio-3, campak 80%). 2) Tercapainya eliminasi tetanus neonatorum (insidens di bawah 1 per 10.000

kelahiran hidup). 3) tercapainya eradikasi poliomyelitis (Depkes R.I, 2001).

2. Sasaran Program Imunisasi

Sasaran program imunisasi yang dilaksanakan di Indonesia diberikan

kepada: 1) Bayi (umur 0 bulan sampai 11 bulan). 2) Ibu hamil (hamil 0

bulan sampai 9 bulan). 3) Calon pengantin wanita. 4) Anak SD kelas I. 5)

Anak SD kelas II sampai kelas VI khusus wanita (Depkes R.I, 2001).

3. Kebijaksanaan Program Imunisasi di Indonesia

Menurut Depkes RI (2001) kebijaksanaan umum program imunisasi di

Indonesia adalah: 1) Melaksanakan kesepakatan global (ERAPO, ETN,

(36)

mobilisasi. 6) Meningkatkan kemandirian masyarakat. 7) Memantau dampak

program terhadap PD3I dari keadaan sebelumnya. Sedangkan kebijaksanaan

khususnya adalah: 1) Mengupayakan sumber dana dari APBN, LSM,

masyarakat. 2) Perhatian khusus untuk wilayah rawan sosial dan Indonesia

Bagian Timur. 3) Keterpaduan lintas program dan lintas sektor (Depkes R.I,

2001) .

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan imunisasi adalah

sebagai berikut:

a. Cold Chain

1) Pengertian Cold Chain

Cold chain atau rantai dingin diartikan suatu prosedur dan peralatan yang digunakan dalam pengiriman atau penyimpanan vaksin mulai dari

pembuatan vaksin sampai diberikan kepada pasien.

2) Manfaat Cold Chain

Untuk memperkecil kesalahan selama penanganan terhadap vaksin

dan dapat diyakinkan bahwa vaksin yang digunakan berada pada suhu

dingin yang ditetapkan dan masih mempunyai potensi yang dapat

menimbulkan kekebalan.

3) Peralatan yang Termasuk Rantai Dingin

Peralatan yang termasuk rantai dingin adalah:

a) Lemari Es

Alat ini digunakan untuk menyimpan vaksin, baik di Propinsi, Dati II

(37)

dari pada tutup di depan, karena tutup atas dapat mempertahankan

suhu dingin lebih lama saat lemari es dibuka. Sumber tenaga lemari

es Puskesmas dapat berupa listrik maupun minyak tanah. Sumber

listrik untuk lemasi es dapat diperoleh dari PLN, tenaga surya,

ataupaun tenaga angin. Untuk sumber tenaga listrik, tipe pendingin

lemari es dapat menggunakan kompresi (menggunakan kompresor)

maupun absorbsi (menggunakan refrigerant moniak). Sedangkan

lemari es minyak tanah hanya dapat memakai tipe absorbsi.

b) Mini Freezer

Alat ini selain digunakan untuk membuat cold pack, mini freezer di Puskesmas justru digunakan untuk membuat cold pack dan bukan untuk menyimpan vaksin. Sumber tenaga maupun tipe sistem

pendinginanya sama dengan lemari es. Freezer dapat dimodifikasi menjadi lemari es dengan cara mengganti thermostat.

c) Vaccine Carrier

Vaccine carrier bentuknya empat persegi, dengan insulasi yang dapat mempertahankan suhu penyimpanan dibawah ±8°C sampai 36

jam bila tertutup rapat serta diisi dengan cukup cold pack beku disekelilingnya

d) Cold Box

Peralatan ini berfungsi untuk membawa vaksin dalam system rantai

dingin (suhu 2-8°C).

(38)

tertutup rapat serta diisi dengan cukup cold pack beku. Cold box

selain digunakan untuk alat transportasi, juga digunakan untuk

menyimpan vaksin dalam rangka penyelamatan sementara pada saat

lemari es terganggu.

e) Termos

Alat pembawa vaksin terkecil, digunakan untuk kegiatan posyandu

ruang KIA atau tempat di luar gedung lainnya, alat ini hanya dapat

mempertahankan suhu 2 - 8°C selama 12 jam.

f) Cold Pack

Terbuat dari bahan insulator, berisi air. Bila di dalamnya beku, cold pack yang diletakkan di dalam sarana penyimpanan dan pengangkut vaksin dapat membantu mempertahankan suhu penyimpanan dari

dalam terutama bila jumlahnya cukup dan sarana tersebut tertutup

rapat.

b. Vaksin

Terdapat 7 vaksin yang diprogramkan, yaitu BCG, DPT, polio, campak,

hepatitis B, DT, dan TT. Vaksin memerlukan pengelolaan khusus,

memerlukan sistem rantai dingin dengan suhu tertentu dari sejak pembuatan

hingga masuk ke tubuh manusia, baik dalam penyimpanan maupun

transportasinya. Hal ini perlu untuk menjaga potensi vaksin dalam

memberikan kekebalan.

c. Peralatan Suntik

Peralatan suntik yang digunakan hingga saat ini ada 4 jenis, yaitu: 1)

(39)

0,05 ml untuk imunisasi BCG dan 0,5 ml untuk imunisasi lainnya. Dalam

proses pengadaan sering disebut dengan paket B. 2) Disposable syringe (alat suntik sekali pakai), namun memiliki resiko digunakan lagi. 3) Autodestruct syringe (alat suntik sekali pakai yang tidak mungkin dipakai kembali). 4)

Autodestruct prefilled syringe (alat suntik yang sudah berisi vaksin), sering disebut dengan uniject (Depkes RI, 2001).

III.3 Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Handoko (1999) motivasi diartikan sebagai keadaan dalam

pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

Menurut Mangkunegara (2005) motivasi merupakan kondisi atau energi

yang menggerakkan diri karyawan yang terarah yang tertuju untuk mencapai

tujuan organisasi perusahaan. Sikap karyawan yang pro dan positif terhadap

situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai

kerja maksimal.

2. Teori Motivasi a. Teori Kepuasan

Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan

dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku

dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor

dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan

(40)

kebutuhan apa yang memuaskan dan mendorong semangat bekerja

seseorang. Hal ini memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasan materiil maupun nonmaterial yang

diperolehnya dari hasil pekerjaannya.

Menurut Hasibuan (2005) jika kebutuhan dan kepuasan terpenuhi

semakin terpenuhi, maka semangat bekerjanya pun akan semakin baik

pula. Jadi pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan

bertindak (bersemangat bekerja) untuk dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dan kepuasannya. Semakin tinggi standar kebutuhan-kebutuhan dan

kepuasan yang diinginkan, maka semakin giat orang tersebut bekerja.

Teori kepuasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Herzberg’s

Two Factors Motivation Theory oleh Frederick Herzberg.

Herzberg’s Two Factors Motivation Theory atau teori motivasi dua faktor atau teori motivasi kesehatan atau faktor higienis.

Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang

usaha adalah “peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih

membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan

kemampuan”.

Herzberg berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan ada tiga hal

penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahannya yaitu:

1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah “pekerjan yang

menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi,

bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu

(41)

2. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor

yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan

pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji,

tunjangan dan lain-lainnya.

3. Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas.

Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai

mencari-cari kesalahan.

“Motivator hari ini adalah higiene hari esok”, tetapi “ motivator untuk

seseorang adalah higiene bagi orang lain” cukup masuk akal. Herzberg

menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi

oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu: (a) Maintenance Factors

dan (b) Motivation Factor.

a. Maintenance Factors

Maintenance Factors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman

badaniah. Kebutuhan kesehatan ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan

yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik

nol setelah dipenuhi. Misalnya orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi

lalu makan lagi dan seterusnya.

Menurut Hasibuan (2003) faktor-faktor pemeliharaan meliputi hal-hal gaji,

kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, mobil

dinas, rumah dinas dan macam-macam tunjangan lainnya. Hilangnya

faktor-faktor pemeliharaan ini dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan

(42)

Faktor-faktor pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari

pimpinan, agar kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan.

Maintenance Factors ini bukanlah merupakan motivasi bagi karyawan, tetapi merupakan keharusan yang harus diberikan oleh pimpinan kepada mereka,

demi kesehatan dan kepuasan bawahan.

b. Motivation Factor

Motivation Factor adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.

Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang

secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang empuk,

ruang yang nyaman, penempatan yang lengkap dan sebagainya.

Konsep higiene juga disebut teori dua faktor, yaitu:

1. Isi (Content = satisfiers = motivator) pekerjaan

a. Prestasi (Achievement) b. Pengakuan (Rekognition)

c. Pekerjaan itu sendiri (The work it self) d. Tanggung jawab (Responsibility)

e. Pengembangan potensi individu (Advencement)

Rangkaian ini melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang

dikerjakannya yaitu kandungan kerja pada tugasnya.

(43)

c. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (company policy and administration)

d. Hubungan antar pribadi (interpersonal relation) e. Kualitas supervisi (quality supervisor)

Dari teori ini timbul paham bahwa perencanaan pekerjaan harus

diusahakan sedemikian rupa, agar kedua faktor ini (faktor pemeliharaan dan

faktor motivasi) dapat dipenuhi. Banyak kenyataan yang dapat dilihat

misalnya dalam suatu perusahaan, kebutuhan kesehatan mendapat perhatian

yang lebih banyak daripada pemenuhan kebutuhan individu secara

keseluruhan. Hal ini dapat dipahami, karena kebutuhan ini mempunyai

pengaruh yang dominan terhadap kelangsungan hidup individu. Kebutuhan

peningkatan prestasi dan pengakuan ada kalanya dapat dipenuhi dengan

memberikan bawahan suatu tugas yang menarik untuk dikerjakannya. Ini

adalah suatu tantangan bagaimana suatu pekerjaan direncanakan sedemikian

rupa, sehingga dapat menstimulasi dan menantang si pekerja serta

menyediakan kesempatan baginya untuk maju.

3. Prinsip Motivasi

Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi karyawan, yaitu:

a. Prinsip partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan

ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh

(44)

b. Prinsip Komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan

dengan usaha mencapai tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai

akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di

dalam usaha pencapai tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai

akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

d. Prinsip pendelegasian wewenang

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai

bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap

pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang

bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang

diharapkan oleh pemimpin.

e. Prinsip memberi perhatian

Pemimpin memberi perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai

bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh

pemimpin (Mangkunegara, 2005).

III.4 Manajemen

1 Pengertian Manajemen

Menurut Stoner (1982) dalam Handoko (1999) manajemen adalah proses

(45)

para anggota organisasi dan pengguna sumber daya - sumber daya organisasi

lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah tetapkan.

Menurut Gulick (1965) dalam Handoko (1999) mendefinisikan

manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja

bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih

bermanfaat bagi kemanusiaan.

2 Fungsi Manajemen a. Perencanaan

Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena

fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi

perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara

keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin fungsi

manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan

manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap

semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan

kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses

pencapaian tujuan secara efektif dan efisien (Muninjaya, 2004).

1) Pengertian Perencanaan

Menurut Muninjaya (2004) perencanaan kesehatan adalah sebuah

proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang

di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,

menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun

(46)

Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) menyatakan bahwa,

perencanaan adalah proses untuk mengantisipasi peristiwa di masa

datang dan menentukan strategi (cara, tindakan adaptif) untuk mencapai

tujuan organisasi di masa mendatang (the process of anticipating future events and determining strategies to achieve organizational objectives in the future).

Menurut Handoko (1999) menyatakan bahwa, perencanaan adalah

pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang

harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang

baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang

akan datang dimana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan

dilaksanakan pada periode sekarang saat rencana dibuat.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

perencanaan adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang

dilakukan untuk mengantisipasi perubahan dikemudian hari serta

menentukan berbagai strategi atau cara (kapan, bagaimana, oleh siapa)

untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Manfaat Perencanaan

Handoko (1999) menyatakan bahwa perencanaan mempunyai

banyak manfaat dalam suatu organisasi, manfaat perencanaan yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan

(47)

2. Membantu dalam kristalisasi penyesuaian pada masalah-masalah

utama

3. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran

operasi lebih jelas

4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat

5. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi

6. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai

bagian organisasi

7. Membantu tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah

dipahami

8. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti

9. Menghemat waktu, usaha dan dana

3) Prinsip Perencanaan

Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) prinsip perencanaan ada

empat, yakni: 1) Integral dengan proses menyeluruh yang melibatkan

analisis kebijakan, persiapan perencanaan, pengelolaan pelaksanaan,

evaluasi dan penelitian (Keputusan kebijakan). 2) Keseimbangan

tanggung jawab fungsi perencanaan, pelaksanaan dan konsumen. 3)

Keberhasilan suatu perencanaan terutama tergantung pada perilaku

individu, motivasi dan kecakapan. Perlu diciptakan kondisi yang

mendukung seperti kerjasama, sistem imbalan dan lain-lain. 4)

Perencanaan efektif adalah penerapan metode dan teknik dari berbagai

(48)

4) Langkah-langkah Perencanaan

Langkah awal dalam menyusun perencanaan dapat dimulai dengan

sebuah gagasan cita-cita yang terfokus pada situasi tertentu. Perencanaan

kesehatan dapat disusun dalam skala besar atau kecil tergantung besar

kecilnya wilayah dan tergantung tanggung jawab organisasi.

Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan mempunyai beberapa

langkah. Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada proses

penyusunan sebuah perencanaan.

Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) dalam membuat

perencanaan yang dimaksud, pada langkah-langkah sebagai berikut:

a) Analisis situasi

Analisa situasi adalah suatu proses kegiatan analisa terhadap data

yang terkumpul, yang pada dasarnya adalah untuk memberikan

format tertentu terhadap data tersebut berupa angka-angka sehingga

dapat menunjukkan situasi tertentu menjadi informasi. Tujuan

analisis situasi adalah untuk mengadakan analisa terhadap

kelompok-kelompok data yang timbul baik analisa terhadap keadaan lampau,

saat ini maupun kecenderungan proyeksi masa mendatang.

Analisa terhadap data yang dikumpulkan, dapat dilakukan melalui

beberapa langkah, sebagai berikut :

a. Mengadakan penilaian mutu data yang dikumpulkan

b. Memilih data yang memang betul-betul diperlukan

c. Menyusun data yang telah dipilih secara sistematis sesuai

(49)

d. Menyajikan informasi secara jelas, sehingga dapat

menunjukkan situasi atau keadaan dan masalah yang dihadapi

dalam uraian kalimat (narasi) yang mudah dipahami.

b) Perumusan Prioritas Masalah

Setelah identifikasi masalah, langkah selanjutnya menentukan

prioritas masalah dengan memperhitungkan berbagai hal yaitu

apakah masalah tersebut benar-benar dapat diselesaikan dengan

tuntas sesuai dengan kemampuan dan keadaan sumber daya yang

dimiliki. Agar lebih meyakinkan penetapan prioritas dapat

dipergunakan berbagai teknik skoring dan pembobotan, seperti:

metode USG (Urgency Seriousness Growth) dan metode CARL (Capability atau kesanggupan, Acceptibility atau dapat di terima,

Readiness atau ketersediaan dan Leaverage atau daya ungkit). Berikut ini adalah contoh penentuan prioritas masalah dengan

metode USG.

Tabel III.1 Contoh Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USG

Skor No Masalah

Urgency Seriousness Growth Total Ranking

1 A 2 3 2 7 3

2 B 4 2 2 8 2

3 C 6 2 1 9 1

Berdasarkan tabel III.1 nampak bahwa penilaian terhadap masalah

A, B, dan C tersebut setelah disusun dan disepakati, akhirnya

ditetapkan bahwa urutan prioritas masalahnya adalah C, B dan A

(50)

c) Identifikasi Penyebab Masalah

Setelah masalah diketahui, maka langkah selanjutnya

mengidentifikasi penyebab masalah. Beberapa teknik untuk

identifikasi penyebab masalah yang dapat digunakan adal sebagai

berikut: a) Metode fish bone (diagram tulang ikan atau diagram ishikawa). b) Flow Chart. c) Diagram unsur organisasi. d) Sumbang saran. e) Nominal Group Technique (NGT).

d) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) program imunisasi

Sebelum penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) perlu

beberapa pertimbangan yaitu dengan memperhatikan kemampuan

sumber daya, antara lain: 1) Informasi, masalahnya apa, dimana,

siapa, bilamana, kapan. 2) Mekanisme apa yang bisa dipakai untuk

mengatasi masalah. 3) Teknologi atau cara, punyakah kita

teknologi atau cara untuk mengatasi masalah. 4) Humano atau

orang, seberapa besar kekuatan sumber daya manusia yang tersedia

dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) pelaksanaannya

sebagai berikut: 1) Penyusunan dilaksanakan secara kelompok. 2)

Inventarisasi semua pendekatan pemecahan masalah. 3)

Menyatukan pendekatan masalah yang sifatnya sama menjadi satu

pendekatan saja. 4) Setiap pendekatan pemecahan masalah usulkan

rencana kegiatannya. 5) Tentukan target, volume kegiatan, sasaran

serta lokasi. 6) Setelah RUK dirumuskan, lakukan penilaian

(51)

diingat dalam penyusunan RUK adalah kita harus memperhatikan

hasil kegiatan tahun lalu karena akan menjadi pertimbangan untuk

rencana mendatang (Supriyanto dan Damayanti, 2005).

e) Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau POA

Rencan pelaksanaan kegiatan program imunisasi berisi kegiatan,

sarana, dana, tenaga yang dibutuhkan, jadwal waktu, pembagian

tugas dan tanggung jawab pelaksana. Rencan pelaksanaan kegiatan

program imunisasi dapat disusun dengan baik setelah Puskesmas

mengetahui alokasi dana yang ada. Penyusunan rencana

pelaksanaan kegiatan program dilakukan melalui suatu

pembahasandalam mini lokakarya intern Puskesmas (Supriyanto

dan Damayanti, 2005).

b. Pelaksanaan

Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) setelah dilakukan

perencanaan program yang menghasilkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

(RPK) program maka langkah selanjutnya yang perlu dikerjakan adalah

mewujud nyatakan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dengan

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan program tersebut

dapat tercapai. Fungsi manajemen yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Penggerakan

Pelaksanaan penggerakan adalah penggalangan kerja sama tim untuk

kegiatan program Puskesmas dan merupakan kegiatan yang dilakukan

setelah tahapan perencanaan selesai dikerjakan. Tujuannya agar

(52)

terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan dan tepat waktu serta

dikerjakan secara lintas program melalui tim kerja yang ada di

Puskesmas. Penggalangan tim melalui kegiatan pertemuan koordinasi

bulanan (intern Puskesmas) dan koordinasi triwulan yang merupakan

pertemuan lintas sektoral. Dengan pelaksanaan penggerakan akan

dapat diketahui secara dini adanya penyimpangan pelaksanaan rencana

pelaksanaan kegiatan dan secepatnya dilakukan tindakan tindakan

pengendalian sehingga rencana kegiatan program dapat dicapai secara

efektif dan efisien (Supriyanto dan Damayanti, 2005).

a) Tujuan Fungsi Penggerakan

1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisien. 2) Mengembangkan

kemampuan dan ketrampilan staf. 3) Menumbuhkan rasa memiliki

dan menyukai pekerjaan. 4) Mengusahakan suasana lingkungan

kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. 5)

Membuat organisasi berkembang secara dinamis.

Fungsi penggerakan harus dimulai pada diri manajer selaku

pimpinan organisasi. Manajer harus menunjukkan kepada stafnya

bahwa ia mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan dan peka

terhadap lingkungannya. Ia harus mempunyai kemampuan bekerja

sama dengan orang lain secara harmonis. Manajer harus bersikap

obyektif yaitu obyektif dalam menghadapi sebagai perbedaan dan

persamaan karakter stafnya baik sebagai individu maupun

(53)

b) Faktor Penghambat Fungsi Penggerakan

Kegagalan manajer menumbuhkan motivasi staf merupakan

hambatan utama fungsi penggerakan. Hal ini dapat terjadi karena

manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar

manusia. Seorang manajer yang berhasil akan menggunakan

pengetahuannya tentang perilaku manusia untuk menggerakkan

stafnya agar bekerja secara optimal dan produktif (Muninjaya,

2004).

2) Koordinasi

Koordinasi adalah proses komunikasi, penyatuan kegiatan (integrasi),

adanya kejelasan pembagian tugas (sinkronisasi) dan program-program

dibuat realistik (simplikasi) pada unit kerja Puskesmas dengan

mekanisme kerjasama tim agar tujuan Puskesmas dapat tercapai secara

efektif dan efisien.

3) Supervisi

Merupakan salah satu upaya pengarahan dengan pemberian petunjuk

dan saran setelah menemukan alasan dan keluhan pelaksanaan dalam

mengatasi permasalahan yang dihadapi. Juga merupakan pembinaan

dan pengarahan untuk meningkatkan gairah dan prestasi kerja.

4) Pengawasan Pengendalian

Pengawasan Pengendalian dan penilaian dilaksanakan karena adanya

dorongan atau keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja atau

kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan

(54)

Pengawasan adalah segala usaha atau keinginan untuk mengetahui dan

menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan

keinginan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.

Pengendalian adalah segala upaya atau keinginan untuk

mengendalikan atau menjamin dan mengarahkan agar suatu tugas atau

pekerjaan berjalan dengan semestinya. Kegiatan yang terlalu cepat

dikendalikan untuk diperlambat dengan melakukan mobilisasi sumber

daya ke arah kegiatan yang lambat, sehingga terjadi koordinasi seluruh

kegiatan.

Tujuan pengawasan pengendalian adalah mengetahui adanya

penyimpangan sedini mungkin dan meluruskannya apabila ditemukan

penyimpangan, sehingga rencana program dan kegiatan Puskesmas

berjalan sesuai rencana.

Dengan dilaksanakannya pengawasan pengendalian ini maka seberapa

jauh keberhasilan kegiatan Puskesmas baik internal maupun eksternal

dapat diketahui dan selanjutnya dapat dilakukan perbaikan bila ada

penyimpangan dari tujuan yang ingin dicapai dan peningkatan

program.

c. Penilaian

Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering

dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaannya

terletak pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya

Gambar

Gambar I.1 Faktor yang kemungkinan menjadi penyebab
Gambar I.1   Faktor yang kemungkinan menjadi penyebab rendahnya pencapaian    cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Sidotopo Wetan
Gambar IV.1. Kerangka Konseptual
Gambar V.1 Kerangka Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.4.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Faktor Pendorong yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah

Penelitian ini bertujuan untuk menilai cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi usia 12 - 24 bulan di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008 serta untuk

Hasil Penelitian: Dari analisa data didapatkan nilai P=0,154 (P>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap cakupan imunisasi polio-1

Hasil Penelitian: Dari analisa data didapatkan nilai P=0,154 (P>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap cakupan imunisasi polio-1

Persentase ketepatan jadwal imunisasi dasar diukur sebelum dan sesudah diberi intervensi edukasi lisan dan tertulis, serta hambatan yang dialami oleh orangtua/wali bayi

Target pada tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai 100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/ kelurahan tersebut memperoleh imunisasi

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya skripsi denan judul “ANALISIS PENGARUH MOTIVASI, KOMITMEN

Penelitian ini bertujuan untuk menilai cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi usia 12 - 24 bulan di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008 serta untuk