FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014
PUTRI WAHYUNI 135102096
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014
ABSTRAK Putri Wahyuni
Latar belakang : Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai macam penyakit. Imunisasi upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Sedangkan upaya imunisasi akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
Metode penelitian : Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini ibu yang memiliki bayi (9-11 bulan) 51 orang dengan
cara accidental sampling. Analisa data menggunakan fisher’s exact.
Hasil : Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden didapatkan umur 20-35 tahun 40 (78,4%), pendidikan SMA 35 (68,6%), bekerja 32 (62,7%), sumber informasi dari tenaga medis 32 (62,7%). Ibu berpengetahuan baik 28 (54,9%), ibu bersikap baik 26 (51,0%), ibu dengan faktor pendorong baik 28 (54,9%), dan imunisasi bayi lengkap 39 (76,5%). Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,040), terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,002), dan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong keluarga dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,001), terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong pendidikan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,011), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong pekerjaan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,101).
Kesimpulan : Pencapaian target cakupan imunisasi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan faktor pendorong. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi dasar agar pencapaian target cakupan imunisasi dasar lebih maksimal.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmad-Nya
yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar di Puskesmas Helvetia Medan 2014”.
Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan pengetahuan penulis,
untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sekalian, demi kebaikan dan kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Bidang Studi D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan. Selanjutnya penulis Karya Tulis Ilmiah ini,
penulis mendapatkan banyak sekali bantuan baik material maupun dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan juga kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Dr. dr. Juliandi Harahap, MA, selaku dosen pembimbing dalam mengerjakan
4. Kepala Puskesmas Helvetia Medan, yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan
ilmunya serta tidak pernah bosan mendidik dan mengarahkan penulis.
6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun material dan doa serta semangat belajar kepada penulis
selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Teman-teman mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013/2014 yang telah banyak
memberikan dukungan terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Akhirnya kepada Allah SWT sajalah penulis berserah diri. Penulis
mengucapkan terima kasih dan berharap Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya.
Medan, Juni 2014
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR SKEMA ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Perumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 3
D.Manfaat Penelitian ... 4
1. Bagi peneliti ... 4
2. Bagi pendidikan ... 4
3. Bagi tempat peneliti ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Imunisasi ... 5
1. Pengerian Imunisasi ... 5
2. Tujuan Imunisasi ... 5
3. Manfaat Imunisasi ... 5
4. Macam-macam Imunisasi ... 6
5. Jenis Imunisasi Dasar ... 7
B.Faktor-faktor Yang Berpengaruh Dalam Pencapaian Imunisasi ... 10
1. Pengetahuan ... 10
2. Sikap ... 12
3. Faktor Pendorong ... 14
III KERANGKA PENELITIAN A.Kerangka Teori ... 17
B.Kerangka Konsep ... 17
C.Hipotesis ... 18
D.Definisi Operasional ... 18
BAB IV METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 21
B.Populasi dan Sampel ... 21
1. Populasi ... 21
2. Sampel ... 21
C.Tempat Penelitian ... 22
D.Waktu Penelitian ... 23
E. Etika Penelitian ... 23
F. Alat Pengumpulan Data ... 24
G.Prosedur Pengumpulan Data ... 25
H.Analisa Data ... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 27
B.Pembahasan ... 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 47
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Puskesmas Helvetia Medan... 17
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional...19
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Ibu yang Menjadi Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 27
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 28
Tabel 5.2.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Pengetahuan yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan... 29
Tabel 5.3 Distribusi Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 29
Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Sikap yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 30
Tabel 5.4 Distribusi Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 30
Tabel 5.4.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Faktor Pendorong yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 31
Tabel 5.5 Distribusi Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia MedanTahun 2014... 32
Tabel 5.6 Hubungan Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 33
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Rsponden
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Kuesioner
Lampiran 4. Lembar Konsultasi KTI
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
Lampiran 6. Surat Balasan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014
ABSTRAK Putri Wahyuni
Latar belakang : Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai macam penyakit. Imunisasi upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Sedangkan upaya imunisasi akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
Metode penelitian : Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini ibu yang memiliki bayi (9-11 bulan) 51 orang dengan
cara accidental sampling. Analisa data menggunakan fisher’s exact.
Hasil : Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden didapatkan umur 20-35 tahun 40 (78,4%), pendidikan SMA 35 (68,6%), bekerja 32 (62,7%), sumber informasi dari tenaga medis 32 (62,7%). Ibu berpengetahuan baik 28 (54,9%), ibu bersikap baik 26 (51,0%), ibu dengan faktor pendorong baik 28 (54,9%), dan imunisasi bayi lengkap 39 (76,5%). Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,040), terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,002), dan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong keluarga dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,001), terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong pendidikan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,011), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong pekerjaan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,101).
Kesimpulan : Pencapaian target cakupan imunisasi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan faktor pendorong. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi dasar agar pencapaian target cakupan imunisasi dasar lebih maksimal.
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi
dan anak terhadap berbagai macam penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan
bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, imunisasi
diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(Hidayat, 2009).
Anderson, dkk (1999) dalam jurnal Ali (2003) mengatakan bahwa imunisasi
telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting.
Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan
usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. Imunisasi juga
telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan dibandingkan dengan upaya
kesehatan masyarakat lainnya. Sejak penetapan the Expanded Program on
Immunisation (EPI) oleh World Health Organization (WHO), cakupan imunisasi
dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia.
Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis
serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahunnya.
Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di
negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.
Masalah kematian akibat campak di dunia pada tahun 2002 sebanyak 777.000
diantaranya 202.000 berasal dari Negara ASEAN, dan 15% dari kematian campak
tersebut berasal dari Indonesia. Diperkirakan 30.000 anak Indonesia meninggal tiap
karena setiap tahunnya lebih dari 1 juta anak Indonesia belum terimunisasi campak.
Campak salah satu Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dan
merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang
termasuk di Indonesia. Salah satu upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan
dan kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi
akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal (Salim, dkk. 2008).
Upaya imunisasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat yang
memuaskan. Namun dari Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI)
ditemukan kasus polio dan difteri. 306 anak menderita poliomienitis pada periode
Mei 2005 sampai dengan Februari 2006 sebagai akibat cakupan vaksinasi polio yang
menurun di daerah Cidahu Sukabumi. Angka kejadian difteri yang masih tinggi pada
tahun 2000 ditemukan1036 kasus dan 174 kasus pada tahun 2007 merupakan bukti
bahwa vaksin DPT tidak merata (Depkes, 2007).
Menurut Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPL),
presentasi imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2012 adalah 85,2%. Dan
untuk Sumatra Utara 81,1%. Sedangkan di Puskesmas Helvetia, pencapaian program
imunisasi pada tahun 2013 sudah mencapai 90%. Dimana angka pencapaian target
imunisasi di Puskesmas Helvetia sudah cukup baik. Diketahui bahwa BCG sebesar
97,4%, DPT-HB1 sebasar 98%, DPT-HB3 sebesar 97,2%, polio 1 sebesar 97,4%,
polio 4 sebesar 99% dan campak sebesar 97,2%.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti membuat
rumusan masalah yaitu : “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia
Medan.”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target
cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
2. Tujuan Khusus
a.Untuk mengetahui pencapainan target cakupan imunisasi dasar di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia Medan.
b.Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu bayi terhadap
pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas
Helvetia Medan.
c.Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu bayi terhadap pencapaian
target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
d.Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor pendorong ibu bayi terhadap
pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas
Helvetia Medan.
e.Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target
cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
f. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu bayi dengan pencapaian target
g.Untuk mengetahui hubungan faktor pendorong ibu bayi dengan pencapaian
target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lahan Peneliti
Dapat jadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, Puskesmas Helvetia
Medan, serta instansi terkait lainnya dalam meningkatkan upaya pelayanan
kesehatan khususnya dalam pemberian imunisasi dasar.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi serta masukan khususnya kepada ibu tentang
pentingnya imunisasi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan pengetahuan dan sumber informasi untuk penelitian berikutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam
tubuh melalui suntikan misalnya vaksin BCG, DPT-HB, Campak dan melalui mulut
misalnya vaksin polio (Hidayat, 2009).
2. TujuanImunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah (Hidayat, 2009).
3. Manfaat Imunisasi
Menurut Isfan (2006) manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah
dengen menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, tetapi dirasakan juga oleh :
a. Bagi anak, dapat mencegah penderitaan yang disebabkan penyakit atau
kecacatan.
b. Bagi keluarga, menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang
dikeluarkan bila anak sakit. Hal ini akan mendorong penyiapan keluarga
c. Bagi negara, memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra
bangsa
4. Macam-macamImunisasi
Menurut Hidayat (2009), berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh
imunisasi dibagi menjadi dua yaitu : imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan
akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik.Jika benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat merespon.
Dalam imunisasi terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya,
yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida,
toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan).
2) Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
3) Preservatif, stabilizer, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4) Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imunogenitas antigen.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat
atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah
masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
5. Jenis-jenisImunisasiDasar
Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah yang
disebut dengan imunisasi dasar. Beberapa imunisasi tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat, sebab
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada
selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. (Hidayat,
2009).
Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang
dilemahkan (Hidayat, 2009). Vaksin ini merupakan vaksin hidup, sehingga tidak
diberikan pada pasien imunokompromise jangka panjang seperti leukimia,
pengobatan steroid jangka panjang, HIV (Muslihatun.2010).
Diberikan pada bayi umur kurang dari atau sama dengan dua bulan.
Pemberian imunisasi ini diberikan kepada anak apabila uji Mantoux negatif.
Dosis yang diberikan untuk bayi adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml. Vaksin
diberikan melalui suntikan intrakutan di daerah insersio muskulus deltoideus
kanan (Muslihatun, 2010).
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada imunisasi BCG yaitu lokal
superfisial 3 minggu setelah penyuntikan. Sembuh dalam 2-3 bulan,
maka ulkus yang timbul lebih besar dan apabila penyuntikan yang terlalu dalam
membuat parut yang terjadi tertarik ke dalam (Muslihatun, 2010).
b. Imunisasi hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan
pada usia 6 tahun. Dosis imunisasi hepatitis B sebayak 0,5 ml dan diberikan
secara intra muskular (Hidayat, 20009).
Menurut Muslihatun (2010) jadwal imunisasi hepatitis sebagai berikut :
1) Imunisasi Hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin setelah lahir untuk
memutuskan rantai transmisi maternal ibu ke bayi.
2) Imunisasi Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari Hepatitis B-1
yaitu saat bayi berumur 1 bulan.
3) Imunisasi hepatitis B-3 diberikan minimal dengan interval 2 bulan dari
Hepatitis B-2 yaitu saat bayi berumur 3-6 bulan.
c. Imunisasi polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan
vaksin ini adalah virus yang dilemahkan (Gupte, 2004).
Frekuensi pemberian pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu
pemberian imunisasi polio pada umur 0- 11 bulan dengan interval pemberian 4
d. Imunisasi DPT
Imunsasi DPT (diphteria, pertusis, tetanus) yang digunakan untuk
mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti, (Hidayat,
2009).
Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud
pemberian pertama zat anti tertentu masih sedikit (tahap pengenalan) terhadap
vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pemberian kedua
dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT
antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberiannya melalui
intra muskular (Gupte, 2004).
Reaksi KIPI vaksin ini antara lain reaksi lokal kemerahan, pembengkakan
dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam ringan, gelisah dan menangis terus
menerus beberapa jam pasca penyuntikan. Sedangkan reaksi KIPI yang paling
serius adalah ensefalopati akut dan reaksi anafilaksis (Muslihatun, 2010).
e. Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan (Gupte, 2004).
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian
imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak
Menurut Muslihatun (2010) reaksi KIPI dari imunisasi campak sebagai berikut :
1)Demam lebih dari 39,50o C pada hari ke 5-6 selama 2 hari yang dapat
merangsang terjadinya kejang demam.
2)Ruam pada hari ke 7-10 selama 2-4 hari.
3)Gangguan sistem saraf pusat seperti sensefalitis dan ensefalopati pasca
imunisasi.
B. Faktor-faktor yang Berpengaruh Dalam Pencapaian Imunisasi
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau ranah kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dalam hal ini
pengetahuan tercakup dalam domain kognitif yang memiliki enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari orang lain
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehesnsion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi atau objek harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keselurahan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak
yang kekurangan gizi.
Menurut Khotimah dan Rusnelly (2008), umumnya orang yang berpengetahuan
tinggi cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan
pola perilaku hidup sehat. Dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat
menimbulkan sikap perilaku yang dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku
yang negatif dari kesehatan.
Sedangkan menurut Cornelia, dkk (2013), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
2. Sikap
Sikap merupakan reakasi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
(Notoatmodjo, 2012).
Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau prilaku (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Sunaryo (2004), seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan, yaitu:
a. Menerima (receiving)
Pada tingkatan ini, individu ingin dan memperhatikan rangsangan (stimulus)
yang diberikan.
Misalnya, sikap ibu terhadap pemberian imunisasi, dapat dilihat dari
kesediaan ibu tersebut untuk mengahadiri penyuluhan tentang imunisasi.
Sedangkan ibu yang tidak menerima imunisasi, tidak peduli tentang adanya
penyuluhan tersebut.
b. Merespon (responding)
Pada tingkatan ini, sikap individu dapat memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Misalnya, ibu yang diwajibkan membawa anaknya ke posyandu untuk
imunisasi, dan ibu melaksanakannya.
c. Menghargai (valuing)
Pada tingkatan ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
Misalnya, seorang ibu mengajak ibu lain yang memiliki bayi untuk
imunisasi ke posyandu dan mendiskusikan manfaat imunisasi.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Pada tingkatan ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap
menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. Misalnya,
tetap membawa anaknya imunisasi walaupun anaknya akan demam setelah
imunisasi DPT-HB.
Menurut Khotimah dan Rusnelly (2008), faktor sikap merupakan faktor
yang timbul dari dalam diri individu sendiri. Tidak membawa anak ketempat
pelayanan kesehatan untuk diimunisasi dikarenakan sikap ibu yang tidak
memahami pentingnya imunisasi. Sebaliknya ibu yang membawa anaknya untuk
diimunisasi didorong oleh sikap ibu yang memahami pentingnya imunisasi
untuk mencegah penyakit, mengetahui efek samping badan anak panas setelah
diimunisasi merupakan hal yang wajar, memiliki keyakinan vaksin yang
disuntikan aman bagi anak dan mendukung program imunisasi yang diberikan
petugas kesehatan.
3. Faktor Pendorong
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),
tokoh agama (toga), sikap perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Untuk berlaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para
petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Paridawati (2013), salah satu yang melatarbelakangi sikap ibu
yang positif terhadap imunisasi dasar karena selain petugas imunisasi yang aktif
dan secara rutin memberikan pelayanan imunisasi di puskesmas juga tersedianya
sarana dan prasarana. Sedangkan yang melatarbelakangi sikap ibu yang negatif
masyarakat tentang penyakit yang timbul akibat imunisasi yang tidak lengkap
dan jadwal pemberian imunisasi sesuai jenis imunisasi masing-masing.
Menurut Talu (2013), pendekatan budaya dapat dilakukan melalui tokoh
masyarakat dan tokoh agama. Tokoh masyarakat setempat juga memiliki
peranan yang penting dalam mendukung tugas tenaga kesehatan. Tokoh
masyarakat memiliki kedekatan secara psikologis dan budaya dengan
masyarakat setempat. Tenaga kesehatan juga perlu bekerja sama dengan tokoh
agama karena tokoh agama dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang
dapat dipercaya sehingga masyarakat lebih mudah mengikuti arahan tokoh
agama. Pesan-pesan kesehatan dapat disisipkan dalam ceramah yang dilakukan
oleh tokoh agama.
Menurut Wardan (2013), peran keluarga sangat penting dalam pencapaian
kelengkapan imunisasi bagi seorang balita, dengan demikian pentingnya saling
pengertian dari seluruh keluarga untuk memberikan dukungan dan dorongan
bagi terlaksananya pemberian imunisasi bagi seorang balita.
Sedangkan menurut Albertina, dkk (2008), alasan ketidaklengkapan
terbanyak ialah ketidaktahuan akan jadwal imunisasi. Sebaiknya Dinas
Kesehatan, Puskesmas, Posyandu maupun tenaga kesehatan mempublikasikan
mengenai jadwal imunisasi secara lebih luas kepada para orang tua sehingga
tidak ada lagi anak yang tidak mendapatkan imunisasi hanya karena orang tua
tidak tahu jadwal.
Untuk tokoh-tokoh tersebut di atas, perubahan perilaku yang diharapkan
mereka ini berperilaku sehat di tengah-tegah masyarakat. Dengan adanya
tokoh-tokoh tersebut berprilaku sehat di tengah-tengah masyarakat ini merupakan role
memandang tokoh masyarakat (formal dan informal) sebagai panutannya atau
acuannya. Artinya apapun yang dilakukan tokoh masyarakat sekitarnya.
Misalnya ibu-ibu akan mengimunisasikan anaknya apabila ibu-ibu tokoh atau
istri-istri tokoh masyarakat telah mengimunisasikan anaknya (Notoatmodjo,
2012).
Pendidikan juga dapat menjadi faktor pendorong untuk pencapaian target
cakupan imunisasi. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu
obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Notoatmojo, 2012).
Pekerjaan juga dapat menjadi faktor pendorong untuk pencapaian target
cakupan imunisasi. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis
pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata,
pegawai negeri, dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada
umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik. Pekerjaan dimiliki
peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi
kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang
untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah
Faktor predisposisi :
o Pengetahuan o Sikap
o Kepercayaan dan keyakinan nilai-nilai
Faktor Pendukung :
o Lingkungan (sekitar rumah) o Ketersedianan fasilitas dan
sumber yang ada.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi perilaku itu sendiri (Teori Lawrence Green) , dapat dilihat pada
bagan berikut :
(Sumber : Notoatmodjo, 2012)
Skema 3.1. Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilyah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
B. Kerangka Konsep
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencapaian target cakupan
imunisasi dasar, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah
pendidikan, sikap, pengetahuan, dan faktor pendorong. Adapun kerangka konsep Faktor Pendorong :
o Keluarga o Teman o Guru
o Petugas Kesehatan
Perilaku Kesehatan
penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target
imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan adalah sebagai berikut :
Skema 3.2. Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
C. Hipotesis
1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pencapaian target
imunisasi dasar.
2. Ha : Ada hubungan antara sikap ibu terhadap pencapaian target imunisasi
dasar.
3. Ha : Ada hubungan antara faktor pendorong ibu terhadap pencapaian target
imunisasi dasar.
D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dapat bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran
terhadap variabel-variabel penelitian dengan kriteria pengukuran sebagai berikut : Pengetahuan
Sikap
Faktor Pendorong
Tabel 3.1. Defenisi Operasional
No Variabel Penelitian
Defenisi Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Independen :
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang imunisasi dasar. Kuesioner Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 1. Baik, apabila total skor responden antara (76% - 100%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 2. Cukup, apabila total skor responden antara (56% - 75%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 3. Kurang, apabila total skor responden antara (<56%) dari pertanyaan jawaban yang benar. Ordinal
2. Independen : Sikap Kesiapan atau kesediaan responden di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan agar bayinya mendapat imunisasi. Kuesioner Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 1. Baik, apabila total skor responden antara (76% - 100%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 2. Cukup, apabila total skor responden antara (56% - 75%) dari pertanyaan jawaban
yang benar. 3. Kurang, apabila total skor responden antara (<56%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 3. Independen :
Faktor pendukung Meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap perilaku para petugas kesehatan Kuesioner Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 1. Baik, apabila total skor responden antara (76% - 100%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 2. Cukup, apabila total skor responden antara (56% - 75%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 3. Kurang, apabila total skor responden antara (<56%) dari pertanyaan jawaban yang benar. Ordinal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan pendekatan cross sectional, dimana penelitian untuk mempelajari
faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target imunisasi dasar di Puskesmas
Helvetia medan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi (9-11 bulan) di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan bulan Februari sampai dengan bulan Mei
tahun 2014 yang berjumlah 107 orang, yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Helvetia Medan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki bayi (9-11
bulan) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan pada bulan Februari sampai
dengan bulan Mei tahun 2014 yang berjumlah 51 orang, yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode accidental sampling atau pengambilan sampel yang dilakukan dengan
kebetulan bertemu.
Rumus menentukan sampel :
Keterangan :
N : Besar populasi
n : besar sampel
d : tingkat kepercayaan dan ketetapan yang diinginkan (0,1)
Kriteria inklusi dan eksklusi :
a.Kriteria inklusi
1) Ibu yang mempunyai bayi (9-11 bulan) yang tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Helvetia Medan pada bulan Februari sampai dengan bulan
Mei tahun 2014
2) Ibu yang membawa anak dan KMS ke posyandu
b.Kriteria eksklusi
1) Jika ibu yang memiliki bayi 0-8 bulan
2) Jika responden dalam keadaan sakit
3) Jika tidak bersedia menjadi responden
4) Ibu yang membawa anak tapi tidak membawa KMS
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan tahun
2014, dengan alasan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan belum
pernah diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target
D. Waktu Penelitian
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin dari ketua program
studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,
dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Puskesmas Helvetia Medan.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Peneliti tidak
akan melakukan pemaksaan kepada responden untuk menjawab kuesioner yang
diajukan peneliti, responden bebas menjawab kuesioner peneliti secara sukarela dan
berhak mengundurkan diri dari penelitian. Sebagai bukti persetujuan menjadi
responden maka peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden kepada
calon responden sebelum mengisi jawaban lembar kuesioner. No Kegiatan
Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mart Apr Mei Jun
1 Pengajuan judul
2 Survei awal
3 Pengkajian
survei
4. Sidang proposal
5. Penelitian
Untuk menjaga kerahasiaan, nama responden tidak akan dicantumkan pada
lembar kuesioner. Nama kuesioner akan diganti nomor kode dan informasi akan
diambil hanya untuk diperlukan untuk penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan teoritis.
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 bagian, bagian pertama
terdiri dari data demografi responden meliputi kode responden, umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan yang kedua dengan mengunakan
lembar kuesioner dengan 30 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang
pengetahuan, 10 pertanyaan tentang sikap, dan 10 pertanyaan tentang faktor
pendorong yang berhubungan dengan pencapaian target imuisasi dasar.
Dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi
nilai 0. Dengan bentuk penilaian menggunakan skala ordinal dan cara menetapkan
bobot jawaban terhadap tiap-tiap pertanyaan dengan kriteria pertanyaan baik, cukup,
dan kurang.
Dengan penilaian kategori sebagai berikut :
1. Baik, apabila total skor responden antara (76% - 100%) dari pertanyaan
jawaban yang benar.
2. Cukup, apabila total skor responden antara (56% - 75%) dari pertanyaan
jawaban yang benar.
3. Kurang, apabila total skor responden antara (<56%) dari pertanyaan jawaban
Dalam pengumpulan data diperlukan adanya alat dan cara mengumpulkan data
yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, andal
(realiable) dan aktual. Berikut ini akan dibahas tentang validitas dan reabilitas.
1. Uji validitas
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah
alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas data. Uji validitas dalam
penelitian ini dengan memberikan kuesioner kepada 10 responden. Dari
perhitungan tersebut didapatkan 10 soal yang valid untuk pengetahuan, 10 soal
untuk sikap, 10 soal untuk faktor pendorong. Dianalisa menggunakan SPSS,
didapatkan nilai r hasil > r tabel.
2. Uji reabilitas
Menurut Nursalam (2008), reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau
pegamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
dalam waktu yang berlainan. Uji reabilitas telah diujikan kepada 10 responden
yang diteliti dan data dianalisa dengan uji cronbach’s alfa. Hasil yang
didapatkan yaitu nilai cronbach untuk pertanyaan pengetahuan sebesar 0,943,
nilai cronbach untuk pertanyaan sikap sebesar 0,950, dan nilai cronbach untuk
pertanyaan sikap sebesar 0,946.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan
kuesioner tentang fakto-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target
imunisasi dasar di Puskesmas Helvetia Medan. Prosedur pengumpulan data dalam
penelitian ini dimulai dari mendapatkan surat permohonan izin pelaksana penelitian
Keperawatan Universitas Sumatra Utara, kemudian mengajukan surat permohonan
izin pelaksanaan penelitian tersebut kepada pimpinan Puskesmas Helvetia Medan.
Setelah mendapat persetujuan, peneliti melaksanakan pengumpulan data dimana
responden sesuai dengan kriteria penelitian. Peneliti melakukan pendekatan kepada
responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian dan menanyakan kesediaan
responden dengan menggunakan infomend consent sebagai tanda pernyataan
persetujuan menjadi responden. Setelah responden menandatangani surat
persetujuan, kuesioner diisi langsung oleh responden. Kemudian kuesioner
dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang
diperoleh terpenuhi.
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dan diakukan perhitungan jumlah
presentse masing-masing variabel yaitu :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti, meliputi data pengetahuan, sikap, dan faktor
pendorong.
2. Analisa Bivariat
Untuk melihat perbandingan dan hubungan antara dua variabel, maka dilakukan
uji statistik Chi-Square, yang dilakukan untuk melihat perbedaan dua proporsi antara
dua variabel (dependen dan independen) data diolah dengan menggunakan
komputerisasi (SPSS) dengan kemaknaan signifikan p < 0,05. Hasil analisa
dikatakan bermakna apabila p < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel bebas
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai terdapat
hubungan antara faktor-faktor ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi
dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.
Selama penelitian telah didapati 51 orang ibu bayi yang menjadi subjek
penelitian yang dipilih dan sesuai berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Karakteristik Demografi Ibu yang Menjadi Responden
Karakteristik responden ibu yang menjadi responden di Puskesmas Helvetia
[image:39.595.153.477.486.761.2]Medan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Ibu yang Menjadi Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia MedanTahun 2014
Karakteristik Kategori f %
Umur < 20 tahun
20 – 35 > 35 tahun
2 40 9 3,9 78,4 17,6
Total 51 100
Pendidikan SD
SMP SMA PT - 1 35 15 2,0 68,6 29,4
Total 51 100
Pekerjaan Bekerja
Tidak bekerja
32 19
62,7 37,3
Total 51 100
Sumber Informasi
Tenaga medis Tenaga non medis Media massa Leaflet 32 8 2 9 62,7 15,7 3,9 17,6
Total 51 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa karakteristik demografi ibu yang
menjadi responden yaitu umur ibu mayoritas berusia 20-35 tahun yaitu 40 orang
(78,4%). Pendidikan ibu mayoritas SMA yaitu 35 orang (68,6%). Pekerjaan ibu
mayoritas bekerja yaitu 32 orang (62,7%). Sumber informasi mayoritas didapat dari
tenaga medis yaitu 32 orang (62,7%).
2. Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi
Dasar di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Pengetahuan ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.2.
Distribusi Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014
Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar
f %
Baik Cukup Kurang
28 13 10
54,9 25,5 19,6
Total 51 100
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data mengenai pengetahuan ibu bayi
terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar adalah mayoritas memiliki
Tabel 5.2.1
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Pengetahuan yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f %
Pengertian imunisasi 36 70,6 15 29,4
Tujuan dari imunisasi 42 82,5 09 17,5
Manfaat imunisasi 36 70,6 15 29,4
Penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi 39 76,5 12 23,5
Cara pemberian imunisasi 40 78,4 11 21,6
Umur anak pertama kali diimunisasi 38 74,5 13 25,5
Berapa macam imunisasi dasar 38 74,5 13 25,5
Kapan imunisasi pada anak harus ditunda 40 78,4 11 21,6
Dampak imunisasi BCG 36 70,6 15 29,4
Dampak imunisasi DPT-Hb 45 88,2 06 11,8
Berdasarkan tabel diatas distribusi pernyataan diatas dapat dilihat bahwa
dari 51 orang responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan
dampak dari imunisasi DPT-Hb sebanyak 45 orang, dan mayoritas responden
menjawab salah pada pernyataan pengertian imunisasi sebanyak 15 orang
responden, pernyataan manfaat imunisasi sebanyak 15 orang responden, dan
pernyataan dampak imunisasi BCG.
3. Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di
Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Sikap ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar di
[image:41.595.132.471.686.769.2]wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.3.
Distribusi Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar
f % Baik Cukup Kurang 26 11 14 51,0 21,6 27,5
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data mengenai sikap ibu bayi terhadap
pencapaian target cakupan imunisasi dasar adalah mayoritas memiliki sikap
[image:42.595.131.520.226.406.2]yang baik sebanyak 26 orang (51,0%).
Tabel 5.3.1
DistribusiFrekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Sikap yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di
Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f %
Mengikut sertakan anak ke posyandu 44 86,3 7 13,7
Setuju jika anak ibu diimunisasi 37 72,5 14 27,5
Setuju jika anak ibu diberikan imunisasi lengkap 46 90,2 5 9,8
Imunisasi anak tepat waktu 44 86,3 7 13,7
Imunisasi penting untuk kesehatan anak 32 62,7 19 37,3
Manfaat imunisasi lebih besar 40 78,4 11 21,6
Imunisasi memberikan kekebalan tubuh 39 76,5 12 23,5
Imunisasi tidak diselenggarakan 31 60,8 20 39,2
Demam setelah imunisasi 29 56,9 22 43,1
Tidak membawa anaknya ke posyandu 35 68,6 16 31,4
4. Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan
Imunisasi Dasar di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
Faktor pendorong ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi
dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 5.4.
Distribusi Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2014
Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap
Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar
f % Baik Cukup Kurang 28 12 11 54,9 23,5 21,6
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh data mengenai faktor pendorong ibu bayi
terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar adalah mayoritas memiliki
[image:43.595.129.520.236.439.2]faktor pendorong yang baik sebanyak 28 orang (54,9%).
Tabel 5.4.1
DistribusiFrekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Faktor Pendorong yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f % Adanya posyandu di daerah ibu tinggal 35 68,6 16 31,4 Kader untuk menyelenggarakan imunisasi 41 80,4 10 19,6
Yang dilakukan petugas kesehatan 48 94,1 03 05,9
Petugas kesehatan tidak membawa bayinya ke posyandu untuk di imunisasi
39 76,5 12 23,5
Melarang imunisasi karena tidak menguntungkan 33 64,7 18 35,3
Jika anak sakit 41 80,4 10 19,6
Jarak posyandu jauh 40 78,4 11 21,6
Suami, keluarga, atau kerabat ibu 35 68,6 16 31,4
Tokoh masyarakat atau tokoh agama 35 68,6 16 31,4
Tidak membawa anaknya untuk imunisasi 39 76,5 12 23,5
Berdasarkan tabel diatas distribusi pernyataan diatas dapat dilihat bahwa
dari 51 orang responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan
yang dilakukan petugas kesehatan sebanyak 48 orang responden, dan mayoritas
responden menjawab salah pada pernyataan melarang imunisasi karena tidak
menguntungkan sebanyak 18 orang responden.
5. Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Helvetia Medan Tahun 2014
Pencapaian cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia
Tabel 5.5.
Distribusi Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia MedanTahun 2014
Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar f % Lengkap
Tidak lengkap
39 12
76,5 23,5
Total 51 100
Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh data mengenai pencapainan target cakupan
imunisasi dasar adalah mayoritas memiliki cakupan imunisasi yang lengkap
sebanyak 39 orang (76,5%).
6. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014
Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabel 3 x 2, namun karena
tidak memenuhi syarat uji Chi-square yaitu masih ada sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali
diuji dengan uji statistik Chi-square. Peneliti memutuskan untuk
menggabungkan kelompok ibu yang berpengetahuan cukup dan ibu yang
berpengetahuan kurang, sehingaa menjadi kelompok ibu yang berpengetahuan
baik dan ibu yang berpengetahuan tidak baik. Dengan begitu didapatkan data
dengan tabel 2x2 lalu diuji kembali dengan uji Fisher's Exact Test. Data tersebut
layak diuji Fisher's Exact Test karena tidak ada nilai expeted yang kurang dari
lima.
Hubungan antara pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target cakupan
imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014 adalah
Tabel 5.6.
Hubungan Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014.
Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Imunisasi
Cakupan Imunisasi Total ρ
value Lengkap TidakLengkap
f % f % f % 0,023
Baik Tidak Baik 25 14 49,0 27,5 3 9 07,8 19,6 28 23 54,9 45,1
Total 39 76,5 12 27,5 51 100,0
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 28 orang (54,9%), dan cakupan imunisasi
bayinya lengkap di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 25 orang (49,0%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher's Exact Test dengan
taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh nilai p = 0,023. Sehingga hasil yang didapat
adalah p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara hubungan pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target cakupan
imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
7. Hubungan Sikap Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi
Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabel 3 x 2, namun karena
tidak memenuhi syarat uji Chi-square yaitu masih ada sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali
diuji dengan uji statistik Chi-square. Peneliti memutuskan untuk
menggabungkan kelompok ibu yang memiliki sikap cukup dan ibu yang
memiliki sikap kurang, sehingaa menjadi kelompok ibu yang memiliki sikap
dengan tabel 2x2 lalu diuji kembali denga uji Fisher's Exact Test. Data tersebut
layak diuji Fisher's Exact Test karena tidak ada nilai expeted yang kurang dari
lima.
Hubungan sikap ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar
[image:46.595.123.481.269.362.2]di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 adalah sebagai berikut
Tabel 5.7
Hubungan Sikap Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Sikap Ibu Bayi Tentang Imunisasi
Cakupan Imunisasi Total ρ
value Lengkap TidakLengkap
f % f % f % 0,001
Baik Tidak Baik 25 14 47,1 25,5 1 11 02,0 21,6 26 25 51,0 49,0
Total 39 72,5 12 23,6 51 100
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang bersikap
baik yaitu sebanyak 26 orang (47,1%), yang cakupan imunisasi bayinya lengkap
di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 26 orang (51,0%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher's Exact Test dengan
taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh nilai p = 0,001. Sehingga hasil yang didapat
adalah p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara hubungan sikap ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi
dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
8. Hubungan Faktor Pendorong Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014.
Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabel 3 x 2, namun karena
expected kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali
diuji dengan uji statistik Chi-square. Peneliti memutuskan untuk
menggabungkan kelompok ibu yang mempunyai faktor pendorong cukup dan
ibu yang mempunyai faktor pendorong kurang, sehingaa menjadi kelompok ibu
yang mempunyai faktor pendorong baik dan ibu yang mempunyai faktor
pendorong tidak baik. Peneliti menggabungkan pendidikan SD,SMP, dan SMA,
sehingga menjadi >SMA dan perguruan tinggi. Dengan begitu didapatkan data
dengan tabel 2x2 lalu diuji kembali denga uji Fisher's Exact Test. Data tersebut
layak diuji Fisher's Exact Test karena tidak ada nilai expeted yang kurang dari
lima.
Hubungan faktor pendorong ibu bayi dengan pencapaian target cakupan
imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 adalah
[image:47.595.102.506.503.744.2]sebagai berikut :
Tabel 5.8.
Hubungan Faktor Pendorong Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014. Faktor Pendorong Ibu Bayi Tentang Imunisasi
Kategori Cakupan Imunisasi Total ρ
value
Lengkap Tidak
Lengkap
f % f % f %
Keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat Baik Tidak Baik 28 11 54,9 21,6 0 12 00,0 23,5 28 23 54,9 45,1 0,001
Total 39 76,5 12 23,5 51 100
Pendidikan > SMA PT 24 15 47,1 29,4 12 0 23,5 0 36 15 70,6 29,4 0,011
Total 39 76,5 12 23,5 51 100
Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja 27 12 52,9 23,5 5 7 9,8 13,7 32 19 62,7 37,3 0,101
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang faktor
pendorong baik dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat yaitu sebanyak
28 orang (54,9%), yang cakupan imunisasi bayinya lengkap di Puskesmas
Helvetia Medan sebanyak 28 orang (54,9%). Mayoritas ibu yang faktor
pendorong dari pendidikan SMA yaitu sebanyak 36 orang (70,6%) yang cakupan
imunisasi bayinya lengkap di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 24 orang
(47,1%). Sedangkan mayoritas ibu yang faktor pendorong dari ibu yang bekerja
yaitu sebanyak 32 orang (62,7%), yang cakupan imunisasi bayinya lengkap di
Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 27 orang (52,9%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher's Exact Test dengan
taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh nilai p sebagai berikut :
a. Faktor pendorong dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat
dengan p = 0,001. Sehingga hasil yang didapat adalah p < 0,05 maka Ha
diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan
faktor pendorong ibu bayi dari keluarga, tenaga kesehatan, dan
masyarakat dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
b. Faktor pendorong dari pendidikan, dengan p = 0,011. Sehingga hasil
yang didapat adalah p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi
dari segi pendidikan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar
di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
c. Faktor pendorong dari pekerjaan, dengan p = 0,101. Sehingga hasil yang
didapat adalah p > 0,05 maka Ha ditolak. Artinya tidak terdapat
dari segi pekerjaan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
B. Pembahasan
1. Diskusi hasil
a. Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar
di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki pengetahuan yang baik
sebanyak 28 orang (54,9%).
Apabila dilihat dari distribusi pernyataan tentang pengetahuan, mayoritas
responden menjawab benar pada pernyataan dampak dari imunisasi DPT-Hb
sebanyak 45 orang. Hal ini dapat menunjukan pengetahuan ibu tentang dampak
imunisasi DPT-Hb rata-rata sudah baik. Ibu mengetahui bahwa setelah imunisasi
DPT-Hb anaknya akan demam. Namun pada pernyataan tentang pengertian
imunisasi, pernyataan manfaat imunisasi, dan pernyataan dampak imunisasi
BCG, sebanyak 15 orang menjawab salah. Ibu masih banyak yang belum tau
dampak dari imunisasi BCG sehingga petugas kesehatan berkewajiban untuk
memberikan penyuluhan kepada ibu.
Umumnya orang yang berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola pikir
yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat.
Dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang
dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan
b. Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Tahun
2014.
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki sikap yang baik sebanyak 26
orang (51,0%).
Pada distribusi pernyataan tentang sikap dapat dilihat bahwa dari 51 orang
responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan setuju jika
anak ibu diberikan imunisasi lengkap sebanyak 46 orang responden, dimana
sebagian besar ibu setuju jika anak ibu diberikan imunisasi lengkap. Sedangkan
mayoritas responden menjawab salah pada pernyataan demam setelah imunisasi
sebanyak 22 orang responden, dimana ibu belum memahami penyebab demam
jika anak diimunisasi sehingga dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian
imunisasi terhadap anaknya, sehingga petugas kesehatan harus memberi
penyuluhan agar ibu mengetahui dampak setelah pemberian imunisasi.
Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau prilaku
(Notoatmodjo, 2012).
c. Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi
Dasar Tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang faktor
pendorong baik dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat yaitu sebanyak
pendidikan SMA yaitu sebanyak 36 orang (70,6%). Sedangkan mayoritas ibu
yang faktor pendorong dari ibu yang bekerja yaitu sebanyak 32 orang (62,7%).
Distribusi pernyataan tentang faktor pendorong dari keluarga, tenaga
kesehatan, dan masyarakat dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden,
mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan yang dilakukan petugas
kesehatan agar tercapai imunisasi dasar lengkap pada bayi sebanyak 48 orang
responden, dimana peran petugas kesehatan sudah cukup baik, petugas
kesehatan sudah memberi penyuluhan dan selalu mengingatkan kepada ibu-ibu
untuk membawa anaknya ke posyandu untuk diimunisasi. Namun dilihat dari
mayoritas responden menjawab salah pada pernyataan melarang imunisasi
karena tidak menguntungkan sebanyak 18 orang responden, dapat diartikan
bahwa ibu dapat terpengaruh jika teman atau keluarga melarang ibu untuk
memberikan imunisasi kepada anak dan mengatakan bahwa imunisasi itu tidak
menguntungkan, sehingga ibu tidak membawa anaknya untuk imunisasi.
Untuk berlaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para
petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Faktor pendorong dari pendidikan dapat dilihat bahwa dari 51 orang
responden, mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 36
orang. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap pencapaian target cakupan
imunisasi dasar. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula.
Sedangkan faktor pendorong dari pekerjaan dapat dilihat bahwa dari 51
orang responden, mayoritas responden yang bekerja sebanyak 32 orang. Salah
satu faktor ibu tidak membawa anaknya imunisasi disebabkan karena jadwal
imunisasi bertepatan dengan jadwal bekerja ibu sehingga ibu tidak dapat
membawa anaknya untuk imunisasi.
Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia,
pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang
memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk
menghindari masalah kesehatan (Notoatmojo, 2007).
d. Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Helvetia Medan Tahun 2014.
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki cakupan imunisasi yang
lengkap sebanyak 39 orang (76,5%). Pencapaian target cakupan imunisasi dasar
belum begitu baik, karena masih ada 12 responden imunisasi dasarnya belum
lengkap. Hal ini dapat disebabkan karena ibu berpengetahuan yang kurang,
memiliki sikap yg tidak baik, dukungan dari keluarga yang kurang, pendidikan
ibu yang rendah, atau pekerjaan ibu yang menyebabkan ibu tidak membawa
anaknya keposyandu.
Salah satu upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian
bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi akan efektif
e. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p <
0,05 sehingga Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu bayi
yang memiliki pengetahuan tidak baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap
sebanyak 14 orang (27,5%) dari 23 responden, dan mayoritas ibu bayi yang
memiliki pengetahuan baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 25
orang (49,0%) dari 28 responden.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wati (2013),
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan kelengkapan imunisasi anak dengan dih