MANAJEMEN
MUTU
PENGERTIAN MUTU/KUALITAS
Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for
use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan
(Juran)
Mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yg disyaratkan/distandarkan. Standar mutu meliputi
bahan baku, proses, produk jadi (Crosby)
Mutu
adalah
kesesuaian
dengan
kebutuhan
pasar/konsumen (Deming)
Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full
customer satisfaction). Suatu produk bermutu apabila dapat
memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen
(Feigenbaum)
PENGERTIAN MUTU/KUALITAS
Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia, proses dan tugas serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Meskipun tidak ada definisi mengenai mutu yang diterima
secara universal, namun dari kelima definisi di atas terdapat
beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai
berikut:
Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan
Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses dan
lingkungan
MANAJEMEN MUTU
Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi
manajemen
keseluruhan
yang
menetapkan
dan
menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi.
Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan
ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan
ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan
mengadakan pelatihan management kualitas.
Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas
adalah Produk / pelayanan /proses pelaksanaan.
Standar manajemen adalah struktur tugas, prosedur kerja,
sistem manajemen dan standar kerja dalam bidang
kelembagaan, usaha serta keuangan.
MANAJEMEN MUTU
Pengertian standar manajemen akan lebih spesifik jika
menjadi standar manajemen mutu, untuk mendukung
standarisasi pada setiap mutu produk yang di hasilkan
perusahan maka hadirlah Organisasi Internasional
untuk Standarisasi
Internasional Organization for Standardization (ISO)
berperan sebagai badan penetap standar internasional
yang terdiri dari wakil-wakil badan standarisasi nasional
setiap negara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MUTU
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk
apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut.
Oleh karena pemenuhan fungsi tersebut mempengaruhi kepuasan para
konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak selamanya dapat dipenuhi atau dicapai, maka tingkat suatu mutu barang tergantung pafa tingkat pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan barang yang dapat dicapai.
Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang
tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin pda spesifikasi dari barang tersebut seperti kecepatan, tahan lamanya, kegunaannya, berat, bunyi, mudah/tidaknya perawatan dan kepercayaannya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MUTU
Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh
konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk
menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang itu.
Kadang-kadang walaupun barang yang dihasilkan secara teknis
atau mekanis telah maju, tetapi bila wujud luarnya kuno atau
kurang dapat diterima, maka hal ini dapat menyebabkan barang
tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau pembeli, karena
dianggap mutunya kurang memenuhi syarat.
Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya
terlihat dari bentuk, tetapi juga dari warna, susunan (seperti
pembungkusan) dan hal-hal lainnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MUTU
Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat
menentukan mutu barang tersebut.
Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau
harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu barang
tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya, bahwa
barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang lebih
murah dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif
lebih rendah.
Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik
dibutuhkan biaya yang lebih mahal.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MUTU
Mengenai biaya barang-barang ini perlu kiranya disadari bahwa
tidak selamanya biaya suatu barang dapat menentukan mutu
barang tersebut, karena biaya yang diperkirakan tidak
selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga sering terjadi
adanya efisiensi.
Jadi tidak selalu biaya atau harga dari barang itu lebih rendah
dari nilai barang itu, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa biaya
atau harga dari suatu barang lebih tinggi daripada nilai yang
sebenarnya, karena adanya efisiensi dalam menghasilkan
barang tersebut dan tingginya keuntungan yang diambil
terhadap barang itu.
BIAYA MUTU
Biaya pencegahan adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan
usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu yang tertentu, agar jangan sampai terjadi barang-barang produk yang cacat atau apkir (scrap).
Yang termasuk dalam biaya pencegahan ini adalah:
a) Biaya-biaya untuk perencanaan mutu dan pengawasan proses, termasuk di dalamnya biaya-biaya dari kegiatan-kegiatan untuk menyatakan desain dan hal-hal yang dibutuhkan pembeli/langganan ke dalam proses dan spesifikasi pembuatan, serta perencanaan cara-cara pengawasan yang dianggap perlu untuk dikerjakan.
b) Biaya-biaya untuk perencanaan dan pemasangan alat-alat maupun fasilitas-fasilitas yang diperlukan guna mencapai mutu yang telah
ditetapkan.
c) Biaya-biaya untuk latihan (training) para pekerja atau karyawan mengenai pengertian dan cara-cara penggunaan prosedur-prosedur dan teknik-teknik pengawasan mutu, serta proyek-proyek khusus lainnya dalam usaha unutk memperbaiki mutu.
BIAYA MUTU
Biaya penaksiran dadalah biaya-biaya yang dibutuhkan dalam
melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga mutu. Dengan perkataan lain, biaya penaksiran merupakan biaya yang diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutu dari barang-barang yang dihasilkan.
Yang termasuk dalam biaya penaksiran ini ialah:
a) Biaya-biaya untuk pengecekan dan pemeriksaan bahan-bahan atau komponen-
komponen yang diterima, termasuk juga pemeriksaan dalam laboratorium maupun pengukuran-pengukuran lainnya, serta kegiatan-kegiatan untuk menghubungi supplier dalam membicarakan mengenai masalah mutu bahan-bahan yang diterima.
b) Biaya-biaya untuk pemeriksaan dan penelitian mutu dari produk yang
dihasilkan, baik pada saat masih dalam proses pengolahan maupun sesudahnya.
c) Biaya-biaya untuk pengecekan mutu dan penyortiran produk atau
barang-barang hasil.
d) Biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk pencatatan-pencatatan pada saat
pengecekan, maupun untuk perawatan alat-alat ukur dan alat-alat penguji.
BIAYA MUTU
Biaya kegagalan ini terdapat biaya-biaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor internal yang dalam hal ini disebut kegagalan
internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat
pengolahan (processing).
Di samping itu juga terdapat biaya-biaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor external, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan
sesudah produk yang dihasilkan sampai ke tangan pembeli.
Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan external
(external failure) meliputi biaya-biaya yang dikleuarkan untuk
perbaikan-perbaikan atau penggantian- penggantian dari produk
yang gagal atau rusak sesudah sampai di tangan pembeli, maupun
untuk usaha-usaha penyelidikan dan perubahan desain sebagai
akibat gagalnya suatu produk dalam pasaran.
BIAYA MUTU
Adapun biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan internal
(internal failure) adalah :
a) Biaya-biaya pembetulan yang diperlukan terhadap barang-barang
yang salah atau cacat, sehingga tidak mencapai mutu yang telah ditentukan dalam spesifikasi.
b) Biaya-biaya yang timbul karena bahan-bahan atau barang-barang
yang dinyatakan cacat atau apkir sebab tidak mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.
c) Biaya-biaya pembelian bahan-bahan atau komponen-komponen
yang baru untuk menggantikan bahan-bahan atau komponen yang ternyata tidak dapat dipergunakan.
d) Biaya-biaya penyelidikan dan pembetulan-pembetulan atas kondisi
produksi ataupun kondisi-kondisi pengolahan (processing) yang ternyata tidak dapat menghasilkan barang-barang yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
INSPEKSI
Peranan Pemeriksaaan Kegiatan implementasi kualitas utama, yang
berjalan dengan basis hari ke hari adalah inspeksi ( pemeriksaan ).
Produk dan jasa harus selalu diperiksa agar sesuai dengan
standar-standar yang telah ditetapkan dan agar satuan-satuan yang rusak dapat disingkirkan.
PENGERTIAN
Tujuan utama inspeksi adalah pencegahan bukan perbaikan.
Tujuannya adalah menghentikan komponen-komponen rusak (atau
menghentikan jasa yang tidak berguna).
Ini memerlukan para pemeriksa (atau sering disebut inspektur) yang
dapat memberitahukan kepada manajemen tidak hanya bahwa suatu produk tidak memenuhi standar atau ditolak, tetapi juga mengapa, agar para manajer dapat memusatkan perhatiannya pada perbaikan situasi.
TUJUAN
INSPEKSI
Pengujian (testing) adalah suatu jenis khusus inspeksi.
Inspeksi, istilah yang lebih luas daripada pengujian, mencakup seluruh
kegiatan diantaranya pengijian, untuk memeriksa apakah produk memenuhi standar atau tidak.
Pengujian hanya menyangkut kegiatan untuk melihat dan mengukur
produk.
Pengujian mungkin berupa atau dengan
berbagai alat uji, atau berupa tests:, dimana komponen-komponen produk dibongkar untuk melakukan test terhadap masing-masing komponen.
Dalam dikenal juga istilah -in atau
yaitu suatu test dimana produk dioperasikan dalam kondisi ekstrim untuk menyeleksi komponen berkualitas rendah.
Ada test yang sifatnya merusak dan ada yang tidak. Contoh uji Tarik
beban, biasanya merusak, biasanya tidak.
PENGUJIAN DAN INSPEKSI
INSPEKSI
Sebagai pedoman, semua barang-barang harus diperiksa untuk
mengetahui apakah jenis dan kuantitas sesuai dengan yang dipesan sehingga barang-barang yang tidak memuaskan dan rusak dapat dikembalikan ke penyedia dan barang baru di dapatkan secara cepat.
PEMERIKSAAN BARANG-BARANG YANG DIBELI
Para pemeriksa dalam kenyataan sedikit melakukan semua pemeriksaan
selama produksi berjalan.
Setiap pekerja telah cukup memeriksa pekerjaannya secara benar. Bila
terjadi penyimpangan, para penyedia akan mencoba untuk membetulkan situasi.
Pemeriksaan barang dalam proses dapat juga dilakukan melalui
pengembangan peralatan-peralatan inspeksi otomatik yang dipasang pada mesin-mesin
INSPEKSI
Ada beberapa pedoman umum untuk menetukan kapan
sebaiknya inspeksi dilakukan :
1)
Inspeksi setelah operasi-operasi yang cenderung memproduksi
barang-barang salah agar tidak ada kerja lebih, dilakukan pada
barang-barang jelek.
2)
Inspeksi sebelum operasi-operasi, yang memakan biaya
berbagai operasi ini tidak akan dilaksanakan pada
barang-barang yang telah rusak.
3)
Inpeksi sebelum operasi-operasi dimana produk-produk salah
mungkin menghentikan mesin-mesin.
4)
Inpeksi sebelum operasi-operasi menutupi
kerusakan-kerusakan.
INSPEKSI
5)
Inpeksi sebelum operasi-operasi menutupi
kerusakan-kerusakan.
6)
Inpeksi sebelum operasi-operasi perakitan yang tidak
dapat dilakukan.
7)
Pada mesin-mesin otomatik dan semi otomatik, inspeksi
dilakukan pada unit pertama dan terakhir, tetapi hanya
kadang-kadang bagi unit-unit diantaranya.
8)
Inspeksi komponen-komponen akhir.
9)Inspeksi sebelum penggudangan.
10)
Inspeksi dan pengujian produk-produk jadi.
INSPEKSI
Inspeksi dapat dilakukan, baik ditempat pekerjaan ataupun dalam
suatu tempat pemeriksaan pusat.
Bila inspeksi dilakukan ditempat pekerjaan disebut inspeksi floor.
Baik inspeksi floor maupun inspeksi terpusat mempunyai
kelebihan dan kelemahan.
Kebaikan inspeksi floor antara lain menghemat kegiatan
penanganan bahan.
Sedangkan kelemahannya adalah bahwa karyawan dan
mesin-mesin harus menunggu para pemeriksa dan pemeriksa harus
membawa peralatan peralatan inspeksi ke setiap tempat.
Dipihak lain, inspeksi terpusat mempunyai kebeikan beberapa
kebaikan, yaitu menghemat waktu inspeksi dan menghemat biaya
inspeksi.
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS STATISTIKAL
Pengawasan kualitas statistikal atau statistical quality contoh
(SQC) menerapkan teori probabilitas dalam pengujian atau
pemeriksaan sample.
Ada banyak defenisi atau pengertian yang dapat diberikan
terhadap
quality
.
Salah satu diantaranya adalah suatu sistem yang
dikembangkan untuk menjaga satandar yang uniform dari
kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan
merupakan bantuan untk mencapai efisiensi perusahaan
pabrik.
Pada dasarnya
quality
merupakan
penggunan metode statistik untuk mengumpulkan dan
menganalisis data dalam menentukan dan mengawasi kualitas
hasil produksi.
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS STATISTIKAL
Sebenarnya
quality
terdiri dari:
1)
Penggunaan diagram (charts) dan prinsip-prinsip statistik dan
2)Tindakan
para
pekerja
untuk
mengawasi
proses
pengerjaan/pengolahan.
Pada kenyataannya, statistical quality control meliputi
penganalisisan sample dan menarik kesimpulan mengenai
karakteristik dari seluruh barang (populasi) dimana samples
tersebut diambil.
Dengan menggunakan sampling dan penarikan kesimpulan
secara statistik (statistical inference), maka statistical quality
control dapat dipergunakan untuk menerima atau menolak
(menyatakan apkir) produk yang teleah diproduksi atau dapat
dipergunakan utnuk mengawasi proses dan sekaligus kualitas
produk yang sedang dikerjakan.
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS STATISTIKAL
Apabila statistical quality control dipergunakan untuk
menentukan penerimaan atau penolakan seluruh hasil
produksi atau dasar sample, maka disebut
.
Dalam acceptance sampling seluruh hasil produksi ditolak
atau
diterima
jika
sample
yang
relatif
kecil
menyatakan/menunjukkan lebih atau kurang daripada jumlah
yang ditetapkan/diizinkan ditolak.
Jika jumlah penolakan tidak dapat memutuskan, maka
dilakukan penambahan samples, yang dalam hal ini disebut
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS
STATISTIKAL
Statistical quality control didasarkan atas sampling, probabilitas dan
statistik inference, yaitu pengambilan keputusan untuk keseluruhan atas dasar karakteristik dari suatu sample.
Pengambilan sample ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
pemeriksaan atau inspeksi pada seluruh hasil produksi adalah memakan biaya yang mahal, kurang diperlukan, dapat menjemukan atau membosankan dan tetap tidak dapat dipercaya, serta dalam hal-hal tertentu tidak mungkin dilakukan.
Beberapa cara untuk mengikuto dan mengamati (memonitor)
hasil-hasil produksi untuk melihat sesuai tidaknya dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, seringkali diperlukan.
Hal ini sering dibutuhkan baik untuk barang-barang yang
dihasilkan/diproduksi maupun barang- barang/bahan-bahan yang dibeli. Dalam hal ini sering dipakai cara-cara sampling sebagai dasar untuk pengawasan/pengontrolan mutu.
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS
STATISTIKAL
Tujuan utama pengambilan sample adalah untuk memperoleh
informasi dengan biaya yang lebih kecil daripada dengan
melakukan pemeriksaan keseluruhan (full inspection), atau
dalam hal mana pemeriksaan yang menyeluruh tidak dapat
dilakukan.
Keuntungan tambahan dari pengambilan sampling adalah :
1)Informasi-informasi dapat diperoleh dengan cepat.
2)
Cara-cara sampling ini dapat dipakai dalam pengetesan atau
pengujian-pengujian pada hasil akhir (finished product)
yang merupakan cara cara pengujian yang merusak
(destructive) atau semi destructive.
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS
STATISTIKAL
Bila pemeriksaan karaktreristik-karakteristik itu bersifat
kualitatif, yaitu hanyalah merupakan penentuan memuaskan
atau tidak memuaskan (seperti pada pemeriksaan diameter
suatu poros dengan
dan
gauges), maka hal ini
dikatakan sebagai pemeriksaan dengan attributes.
Pemeriksaan semacam ini hanya memberikan sedikit data- data
untuk dapat memperkirakan besarnya penyesuaian/adjustment
yang diperlukan pada proses itu.
CARA-CARA PENGAMBILAN SAMPLE (SAMPLING)
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS
STATISTIKAL
Pemeriksaan dengan variabel berarti bahwa karakteristik itu
diukur secara kuantitatif (misalnya dengan mengukur diameter
poros tadi).
Pengklasifikasian lebih lanjut mempergunakan teknik sampling
sebagai berikut:
1)
Single Sampling.
2)Double Sampling,
3)Sequential Sampling.
CARA-CARA PENGAMBILAN SAMPLE (SAMPLING)
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS
STATISTIKAL
Satu sample yang terdiri dari sejumlah barang-barang yang
tertentu jumlahnya, diambil secara sembarang dari sekumpulan
barang-barang itu.
Bila barang- barang yang rusak (defect), jumlahnya kurang
daripada suatu jumlah yang telah ditentukan, maka kumpulan
barang-barang itu dapat diterima, dan sebaliknya bila
jumlahnya lebih besar daripada yang telah ditetapkan,
kumpulan barang-barang tadi ditolak (rejected).
2. VARIABLE- VARIABLE
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS
STATISTIKAL
Yaitu pengambilan sample dalam dua tingkat, yaitu:
a)
Sampling pertama: dilakukan seperti single sampling. Bila
jumlah yang rusak (defect) kurang daripada yang telah
ditetapkan, kumpulan barang-barang tadi diterima, dan bila
jumlah ini lebih daripada yang ditentukan tersebut, maka
dilakukan pengambilan sample sekali lagi.
b)
Sampling kedua: hasil dari pengambilan sample ini
menentukan diterima atau ditolaknya kumpulan
barang-barang ini.
2. VARIABLE- VARIABLE
SISTEM PENGAWASAN KUALITAS
STATISTIKAL