• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

 

dari segi pekerjaan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

B. Pembahasan

1. Diskusi hasil

a. Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 28 orang (54,9%).

Apabila dilihat dari distribusi pernyataan tentang pengetahuan, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan dampak dari imunisasi DPT-Hb sebanyak 45 orang. Hal ini dapat menunjukan pengetahuan ibu tentang dampak imunisasi DPT-Hb rata-rata sudah baik. Ibu mengetahui bahwa setelah imunisasi DPT-Hb anaknya akan demam. Namun pada pernyataan tentang pengertian imunisasi, pernyataan manfaat imunisasi, dan pernyataan dampak imunisasi BCG, sebanyak 15 orang menjawab salah. Ibu masih banyak yang belum tau dampak dari imunisasi BCG sehingga petugas kesehatan berkewajiban untuk memberikan penyuluhan kepada ibu.

Umumnya orang yang berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat. Dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan (Khotimah dan Rusnelly, 2008).

b. Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Tahun 2014.

Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki sikap yang baik sebanyak 26 orang (51,0%).

Pada distribusi pernyataan tentang sikap dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan setuju jika anak ibu diberikan imunisasi lengkap sebanyak 46 orang responden, dimana sebagian besar ibu setuju jika anak ibu diberikan imunisasi lengkap. Sedangkan mayoritas responden menjawab salah pada pernyataan demam setelah imunisasi sebanyak 22 orang responden, dimana ibu belum memahami penyebab demam jika anak diimunisasi sehingga dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian imunisasi terhadap anaknya, sehingga petugas kesehatan harus memberi penyuluhan agar ibu mengetahui dampak setelah pemberian imunisasi.

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau prilaku (Notoatmodjo, 2012).

c. Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang faktor pendorong baik dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat yaitu sebanyak sebanyak 28 orang (54,9%). Mayoritas ibu yang faktor pendorong dari

   

pendidikan SMA yaitu sebanyak 36 orang (70,6%). Sedangkan mayoritas ibu yang faktor pendorong dari ibu yang bekerja yaitu sebanyak 32 orang (62,7%).

Distribusi pernyataan tentang faktor pendorong dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan yang dilakukan petugas kesehatan agar tercapai imunisasi dasar lengkap pada bayi sebanyak 48 orang responden, dimana peran petugas kesehatan sudah cukup baik, petugas kesehatan sudah memberi penyuluhan dan selalu mengingatkan kepada ibu-ibu untuk membawa anaknya ke posyandu untuk diimunisasi. Namun dilihat dari mayoritas responden menjawab salah pada pernyataan melarang imunisasi karena tidak menguntungkan sebanyak 18 orang responden, dapat diartikan bahwa ibu dapat terpengaruh jika teman atau keluarga melarang ibu untuk memberikan imunisasi kepada anak dan mengatakan bahwa imunisasi itu tidak menguntungkan, sehingga ibu tidak membawa anaknya untuk imunisasi.

Untuk berlaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Faktor pendorong dari pendidikan dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 36 orang. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Sedangkan faktor pendorong dari pekerjaan dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden yang bekerja sebanyak 32 orang. Salah satu faktor ibu tidak membawa anaknya imunisasi disebabkan karena jadwal imunisasi bertepatan dengan jadwal bekerja ibu sehingga ibu tidak dapat membawa anaknya untuk imunisasi.

Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmojo, 2007).

d. Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki cakupan imunisasi yang lengkap sebanyak 39 orang (76,5%). Pencapaian target cakupan imunisasi dasar belum begitu baik, karena masih ada 12 responden imunisasi dasarnya belum lengkap. Hal ini dapat disebabkan karena ibu berpengetahuan yang kurang, memiliki sikap yg tidak baik, dukungan dari keluarga yang kurang, pendidikan ibu yang rendah, atau pekerjaan ibu yang menyebabkan ibu tidak membawa anaknya keposyandu.

Salah satu upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal (Salim, dkk. 2008).

   

e. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 sehingga Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu bayi yang memiliki pengetahuan tidak baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 14 orang (27,5%) dari 23 responden, dan mayoritas ibu bayi yang memiliki pengetahuan baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 25 orang (49,0%) dari 28 responden.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wati (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi anak dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,003. Begitu juga pada penelitian Sifa (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,04.

Asumsi peneliti adalah hasil penelitian di atas bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu terhadap pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan ibu yang baik sehingga ibu tahu manfaat imunisasi bagi kesehatan anaknya dan ibu akan berusaha untuk membawa anaknya imunisasi. Begitu juga sebaliknya, jika ibu berpengetahuan rendah maka ibu akan malas membawa anaknya untuk imunisasi karena ibu yang tidak tahu manfaat dari imunisasi tersebut. Sehingga

semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik pencapaian target cakupan imunisasi dasar.

f. Hubungan Sikap Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 sehingga Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu bayi yang memiliki sikap tidak baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 14 orang (27,5%) dari 25 responden, dan mayoritas ibu bayi yang memiliki sikap baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 25 orang (49,0%) dari 26 responden.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hartatik, dkk (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi pada bayi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,001. Begitu juga pada penelitian Wahyu Sifa (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,02.

Dalam penelitian ini hubungan yang bermakna terjadi antara sikap ibu dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar. Sikap ibu sangat berpengaruh terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar, bila sikap ibu kurang baik maka ibu tidak datang ke posyandu untuk membawa anaknya imunisasi. Sebaliknya sikap ibu yang baik sangat mendukung ibu untuk membawa anaknya imunisasi. Hal ini berarti semakin baik sikap ibu maka semakin baik pencapaian target cakupan imunisasi dasar.

   

g. Hubungan Faktor Pendorong Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang faktor pendorong dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu bayi yang memiliki faktor pendorong tidak baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 11 orang (21,6%) dari 23 responden, dan mayoritas ibu bayi yang memiliki faktor pendorong baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 28 orang (54,9%) dari 28 responden.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dwiastuti dan Prayitno (2012), yang menyatakan :

1) Ada hubungan bermakna antara dukungan suami atau keluarga terhadap imunisasi dengan nilai p sebesar 0,001.

2) Ada hubungan bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan imunisasi dengan nilai p sebesar 0,001.

Asumsi peneliti adalah hasil penelitian di atas terdapat hubungan bermakna antara faktor pendorong ibu terhadap pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi ibu, seperti dukugan keluarga, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan lain-lain. Dengan adanya dukungan tersebut akan mempengaruhi ibu untuk bersedia membawa bayinya ke posyandu untuk

imunisasi. Begitu juga sebaliknya, jika tidak terdapat dukungan maka akan mempengaruhi ibu untuk tidak membawa anaknya ke posyandu untuk imunisasi. Sehingga semakin baik faktor pendorong ibu maka semakin baik pencapaian target cakupan imunisasi dasar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang faktor pendorong dari pendidikan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi dari segi pendidikan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu yang faktor pendorong dari pendidikan perguruan tinggi dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 15 orang (29,4%) dari 15 responden. Dan mayoritas ibu bayi yang memiliki faktor pendorong dari pendidikan SMA dan cakupan imunisasinya lengkap sebanyak 24 orang (47,1%) dari 36 responden.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hikmayati, dkk (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi pada bayi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,045.

Asumsi peneliti adalah hasil penelitian di atas terdapat hubungan bermakna antara faktor pendorong ibu dari segi pendidikan terhadap pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Dapat dilihat bahwa ibu yang pendidikan terakhirnya perguruan tinggi memiliki cakupan imunisasi lengkap. Sedangkan ibu yang pendidikan terakhirnya SMA masih ada yang cakupan imunisasinya tidak lengkap. Hal ini berkemungkinan disebakan karena semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi pengetahuan dan semakin baik sikap sehingga ibu akan membawa anaknya untuk imunisasi.

   

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang faktor pendorong dari pekerjaan diperoleh hasil bahwa nilai p > 0,05 maka Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi dari segi pekerjaan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu yang faktor pendorong dari ibu yang bekerja dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 27 orang (52,9%) dari 32 responden. Dan mayoritas ibu bayi yang memiliki faktor pendorong dari ibu yang tidak bekerja dan cakupan imunisasinya lengkap sebanyak 12 orang (23,5%) dari 19 responden.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wadud (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi pada bayi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,017.

Asumsi peneliti adalah hasil penelitian di atas tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor pendorong ibu dari segi pekerjaan terhadap pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas ibu yang memiliki cakupan imunisasi lengkap adalah ibu yang bekerja. Sedangkan ibu yang tidak bekerja mayoritas cakupan imunisasinya tidak lengkap. Hal ini berkemungkinan disebakan karena ibu yang tidak bekerja tidak diizinkan keluarganya untuk imunisasi, atau terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah sehingga lupa untuk membawa anaknya untuk imunisasi. Namun pada ibu yang bekerja mayoritas cakupan imuinsasinya lengkap, berkemungkinan ibu menyempakan sebelum berangkat kerja untuk mengimunisasikan anaknya, atau meminta tolong kepada keluarga terdekat untuk menggantikannya membawa anaknya imunisasi.

2. ImplikasiPenelitian

Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan perhatian terhadap asuhan kebidanan kepada ibu yang memiliki bayi atau yang akan memiliki bayi, agar ibu membawa anaknya ke posyandu untuk imunisasi sehingga anak bisa terhindar dari penyakit tertentu. Sebagai petugas kesehatan kita berperan penting dalam merubah paradigma dalam memberikan motivasi baik langsung kepada ibu ataupun melalui keluarga tentan pentingnya imunisasi.  

   

Dokumen terkait