• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(JURNAL ILMIAH)

Oleh

Elisabeth Siringo Ringo 1342011062

082176509056

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Judul Skripsi :

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

DI DESA ADI JAYA KECAMATAN

TERBANGGI BESAR KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH.

Nama Mahasiswa : Elisabeth Siringo-ringo

Nomor Pokok Mahasiswa : 1342011062

Program Studi : Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Yuswanto, S.H.,M.H. Marlia Eka Putri A.T, S.H.,M.H. NIP 196108031986032002 NIP 198403212006042001

Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(3)

ABSTRAK

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

Elisabeth Siringo Ringo, Yuswanto. Marlia Eka Putri A.T.

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

Email : elisabeth.siringoringo4@gmail.com

Kewenangan mengelola dana desa ini adalah hal yang baru di desa Adi Jaya. Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah sudah menerima alokasi dana desa sejak tahun 2015 untuk mewujudkan pengelolaan keuangan desa yang baik ada beberapa hal kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggung jawaban dengan selanjutnya permasalahan dari data skripsi inilah adalah untuk mengetahui pengelolaan keuangan desa di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan keuangan desa di desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

Metode penelitian di lakukan melalui pendekatan normatif dan empiris dengan menggunakan data primer dan sekunder yang selanjutnya diolah secara deskriptif kualitatif. Adapun faktor penghambat dalam proses pengelolaan keuangan desa Adi Jaya adalah terlambat nya transfer uang dari Pusat dan Kabupaten Lampung Tengah ke desa Adi Jaya seharusnya uang di terima di awal bulan januari justru desa Adi Jaya menerima uang dari pusat dan kabupaten di awal bulan juni, perencanaan anggaran belanja desa yang masih kurang tepat sasaran, Kurangnya musyawarah antar pengurus dan masyarakat untuk meninjau ulang anggaran belanja desa sehingga dirasa anggaran yang sekarang masih belum tepat, masih kurangnya faktor pengawasan yang dilakukan oleh tim pengawas dari Kabupaten Lampung Tengah, Kurangnya keterlibatan petugas dan masyarakat dalam menjaga fasilitas dan prasarana desa.

(4)

ABSTRACT

THE VILLAGE FINANCIAL MANAGEMENT IN ADI JAYA VILLAGE - DISTRICT OF TERBANGGI BESAR CENTRAL LAMPUNG REGENCY

By

Elisabeth Siringo Ringo, Yuswanto. Marlia Eka Putri A.T.

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

Email : elisabeth.siringoringo4@gmail.com

The authority to manage the village funds is a new thing in Adi Jaya village. Adi Jaya village - district of Terbanggi Besar Central Lampung Regency has received the allocation of village funds since 2015 to reach the good realization of village financial management which included several activities such as: planning, implementation, administration, reporting, and accountability; therefore, the purpose of this research is to find out the management of village financial in Adi Jaya Village, District of Terbanggi Besar, Central Lampung and also to determine the inhibiting factors in the management of village financial in Adi Jaya Village, District of Terbanggi Besar, Central Lampung Regency.

The research's methods were done through normative and empirical approaches with primary and secondary data which were processed using descriptive qualitative analysis. The inhibiting factors in Adi Jaya village regarding the financial management process listed as follows: the overdue transfer of money from the central government and the regency to Adi Jaya village where it should be received in early January but in fact Adi Jaya village received the funds from the central government and the regency in early June, the budget planning was poorly targeted, the lack of discussion between the village apparatus and the community to review the village budgets so that the perceived budgets were still inadequate, the lack of supervision by the supervisory team of Central Lampung regency, the lack of the involvement of the village apparatus and communities in maintaining village facilities and infrastructures.

(5)

I. PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 beserta peraturan pelaksana-annya telah mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa. Dalam APBN-P 2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp 20,776 triliun kepada seluruh desa yang tersebar di Indonesia. Jumlah desa yang ada saat ini sesuai Permendagri 39 Tahun 2015 sebanyak 74.093 desa. Selain Dana Desa, sesuai Undang-Undang Desa Pasal 72, Desa memiliki Pendapatan Asli Desa dan Pendapatan Transfer berupa Alokasi Dana Desa; Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota dan Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.

Peran besar yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggung jawab yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan penyelenggara-an pemerintahpenyelenggara-an desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan.

Hal yang mengenai keuangan desa, pemerintah desa wajib menyusun laporan realisasi pelaksanaan APBDesa dan laporan pertanggung-jawaban realisasi pelaksanaan APBDesa. Laporan ini dihasilkan dari suatu siklus pengelolaan keuangan desa, yang dimulai dari tahapan perencanaan dan penganggaran pelaksanaan dan

pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa.

Tahap perencanaan dan pengang-garan, pemerintah desa harus melibatkan masyarakat desa yang direpresentasikan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD), sehingga program kerja dan kegiatan yang disusun dapat mengakomodir kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa serta sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh desa tersebut. Selain itu pemerintah desa harus bisa menyelenggarakan pencatatan, atau minimal melakukan pembukuan atas transaksi keuangan-nya sebagai wujud pertanggung-jawaban keuangan yang dilakukan-nya.

(6)

pencatatan, pelaporan dan pertanggungjawaban.

Oleh sebab itu, sebagaimana dalam Undang-Undang Desa, pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota turut membantu memberdayakan masyarakat desa dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan desa. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selaku pengemban amanat untuk mempercepat peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara sebagaimana tercantum dalam diktum keempat Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, berinisiatif menyusun Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Pengelolaan Keuangan Desa ini diharapkan berguna bagi Tim Perwakilan BPKP dan aparat pemerintah daerah.

Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggara-kan otonomi daerah. Sedangmenyelenggara-kan yang dimaksud dengan Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang memberikan kewenangan kepada

daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah semakin berat sehingga harus dilimpahkan kepada daerah-daerah dibawahnya dalam hal ini adalah pemerintahan desa. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, dijelaskan desa selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan desa diselenggarakan dibawah pimpinan seorang kepala desa sebagai penyeleggara dan bertanggungjawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, termasuk Pembina-an ketentramPembina-an dPembina-an ketertibPembina-an serta menumbuh kembangkan semangat pembangunan yang dijiwai atas asas bersama dan asas kekeluargaan. Suatu pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik meskipun ditunjang dengan adanya perencanaan yang baik, pengawasan yang baik, partisipasi masyarakat yang baik apabila tidak diimbangi dengan tersedianya dana yang memadai serta pengelolaan dana yang baik pula. Oleh karena itu,dapat dikatakan bahwa berhasil atau tidaknya suatu pembangunan dilihat dari keuangannya yang dikelola oleh pemerintah dalam hal itu pemerintahan desa. permusyawaratan desa

(7)

Desa disetiap tahun sesuai dengan peraturan. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di Pemerintahan Desa maka, pelaksanaan proses pembangunan khususnya masalah keuangan harus dilaksanakan dan dikelola oleh aparat desa bersama sama dengan rakyat mengingat kondisi-kondisi demikian sangat besar kemungkinan jika tidak diantisipasi maka mengakibatkan tersendatnya pembangunan masyarakat. Tentu saja hal tersebut akan menghambat tercapainya pembangunan itu sendiri.

Dalam proses penyusunan rancangan APBDesa terdapat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) antara lain :

a) RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi dan misi dari Kepala Desa yang terpilih;

b) Setelah berakhir jangka waktu RPJMD, Kepala Desa terpilih menyusun kembali RPJMD untuk jangka waktu 5(lima) tahun ; c) RPJMDesa di tetapkan paling

lambat 3(tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik;

d) Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil

Musyawarah Rencana

Pembangunan Desa;

e) Penyusunan RKPDesa

diselesaikan paling lambat akhir bulan januari tahun anggaran sebelumnya.

Uraian tersebut diatas merupakan indikator dan sasaran kinerja pemerintah desa yang menjadi acuan

laporan pertanggungjawaban tentang kinerja desa. Pengembangan standar pelayanan dapat dilaksanakan secara bertahap dan harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Berdasar-kan arah dan kebijaBerdasar-kan umum, pemerintah desa menyusun strategi dan prioritas tersebut dan dengan pertimbangan kondisi ekonomi dan keuangan desa pemerintah menyiap-kan rancangan APBDesa.

Dilihat dari sifat pengelolaannya keuangan desa dapat dibagi menjadi keuangan desa yang sifat pengelolaannya dilakukan secara langsung yang berupa Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDesa) dan keuangan desa yang sifat pengelolaannya dilakukan secara terpisah yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Pengelolaan keuangan desa yang dilakukan secara tidak langsung atau

terpisah oleh BUMDesa

dimaksudkan bukan hanya menjadi motor penggerak roda-roda prekonomian desa tetapi juga dimaksudkan sebagai sumber pendapatan desa. Untuk itu pengelolaan keuangan desa ini harus ditangani secara proffesional, sehingga kedua maksud tersebut dapat dicapai.

(8)

tersedia baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Terlebih, dengan dikeluarkan alokasi dana desa oleh pemerintah menjadikan desa Adi Jaya semakin mudah untuk berkembang. Tetapi, terdapat masalah pokok pada pelaksanaannya alokasi dana desa di desa Adi Jaya yaitu kurangnya sumber daya manusia handal yang tersedia dan hal ini memungkinkan kurangnya profesionalitas aparat desa Adi Jaya dalam pelaksanaan alokasi dana desa. Seperti yang disebutkan oleh Bapak Ngatino HS selaku kepala desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah, bahwa hanya terdapat dua orang aparat desa yang berlatar belakang sarjana selebihnya adalah lulusan sekolah menengah atas. Padahal, untuk menentukan program-program yang akan dijalankan memerlukan analisi yang tepat terhadap masalah-masalah desa sehingga dapat di buat program atau kegiatan desa yang sesuai dengan maslah tersebut. Pada masa kini, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat desa terutama generasi tua masih banyak kurang sadar akan pentingnya pendidikan dan berdampak pada banyaknya pula masyarakat desa yang berpendidikan rendah. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir analitik dan kemampuan bertindak pada masyarakat desa. Karena masyarakat desa yang sebagian besar berpendidi-kan rendah tentu berpengaruh terhadap kemampuan aparat desa yang rendah sebab aparat desa dibuat dan dijalankan menggunakan sumber daya manusia yang tersedia di desa tersebut.

Selain dari segi kualitas aparat desa berdasarkan wawancara dengan Bapak Ngatino HS masalah lain terdapat pada kurangnya sumber daya manusia yang mau turut serta dalam pelaksanaan alokasi dana desa. Hanya ada beberapa anggota aparat desa yang bersedia membantu pelaksanaan alokasi dana desa, sedangkan aparat desa lainnya lebih tertarik mencari uang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Hal itu disebabkan oleh pemikiran aparat desa yang realistis ekonomi dengan berpikir bahwa pekerjaan yang dilakukannya lebih menguntungkan dari pada tunjangan yang didapat aparat desa. Fenomena ini dapat sedikit mencerminkan keseriusan aparat desa Adi Jaya dalam menjalankan profesinya sebagai aparat desa yang dampaknya pada profesionalitas aparat desa tersebut, dan Masyarakat di desa Adi Jaya belum sepenuhnya mengetahui alokasi dana desa dan sistem pengelolaan keuangan desa. Kurangnya sumber informasi serta saran yang dapat membantu kepala desa dan aparat desa dalam mengalokasikan dana sehingga tercipta keterbukaan antara masyarakat dan pihak pengelola keuangan desa.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mempunyai ide untuk melakukan penelitian dengan judul Pengelolaan Keuangan Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

(9)

1. Bagaimanakah pengelolaan keuangan desa di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah ? 2. Apa sajakah faktor yang menjadi

penghambat dalam pengelolaan keuangan desa di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah ?

II. METODE PENELITIAN 2.1.Pendekatan Masalah

Untuk memperoleh data yang relevan guna memperoleh jawaban atas permasalahan yang akan diteliti, maka pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Pendekan Normatif dan Empiris.

1. Pendekatan Normatif

Pendekatan Normatif yaitu pendekatan yang diperoleh dengan mengkaji bahan-bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Pendekatan Empiris

Pendekatan Empiris yaitu pendekatan dengan mengkaji secara langsung mengenai Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

2.2.Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu berupa wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder adalah data yang terdiri dari :

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa peraturan perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, PP Nomor 47 Tahun 2015, PP Nomor 8 Tahun 2016, PERMENDAGRI Nomor 113 Tahun 2014.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang mendukung berupa kumpulan buku-buku hukum, literatur, hasil karya ilmiah sarjana, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan Hukum penunjang yang mencakup bahan-bahan yang member petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum Primer dan Sekunder.

2.3.Prosedur Pengumpulan Data Dalam upaya mengumpilkan data yang diperlukan sebagai analisis dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua cara yaitu :

1. Studi Pustaka (Library Research)

Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membaca sejumlah literatur yang relevan terhadap pengelolaan keuangan desa, serta bahan-bahan normatif hukum yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa.

2. Studi Lapangan (Field Research)

(10)

a. Observasi (Observation)

Penulis mendatangi lokasi penelitian kemudian melakukan pengamatan secara langsung dan seksama terhadap obyek penelitian guna mengetahui faktor yang menjadi penghambat dan pendukung pengelolaan keuangan desa di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

b. Wawancara (Interview)

Dilakukan dengan cara tanya jawab (interview) kepada sejumlah narasumber yaitu kepala desa dan staff pekerja di kantor kepala desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

c. Dokumentasi (Documentation)

Dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dilokasi penelitian yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan desa di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

2.4.Prosedur Pengolahan Data Pengolahan data yang sudah terkumpul dilakuka dengan cara sebagai berikut :

1. Seleksi data yaitu peneltian terhadap seluruh data terkumpul untuk dilakukan penyeleksian

sesuai dengan pokok

permasalahan yang akan dibahas. 2. Klasifikasi data yaitu

pengelompokan terhadap data sesuai dengan kerangka pembahasan yang sudah ditentukan.

3. Penyusunan data yaitu pensistem-atisan data sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

2.5.Analisis Data

Dari keseluruhan data yang sudah dikumpulkan dan telah dilakukan pemeriksaan, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggambarkan arti terhadap data yang akan disajikan dalam bentuk kalimat untuk selanjutnya ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahan dan penelitian terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Adi jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

III. PEMBAHASAN

3.1.Pengelolaan Keuangan Desa Adi Jaya

(11)

tujuannya adalah agar pelaksanaaan pengelolaan keuangan desa dapat direncanakan, dianggarkan, ditata-usahakan, dilaporkan, dipertang-gungjawabkan sampai tahap pengawasan agar lebih efisien serta mampu menghasilkan anggaran yang maksimal. Adi Jaya sudah mendapatkan Alokasi Dana Desa (ADD), dana desa Adi Jaya bersumber dari bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah Kabupaten Lampung Tengah, Bantuan Keuangan dari Provinsi.

1. Perencanaan

Desa Adi Jaya dalam hal perencanaan APBDesa tahun 2016 dimulai direncanakan di tahun 2015 atau di rencanakan dari tahun sebelumnya. Desa Adi Jaya yang berperan dalam hal perencanaan APBDesa 2016 adalah KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) yaitu kepala desa, PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yaitu sekretaris desa, dan Bendahara. Perencanaan APBDesa disusun di kantor kepala desa. Proses perencanaan dimulai dari penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa dan diakhiri penetapan hasil evaluasi Rancangan APBDesa oleh Bupati kepada Camat. Dalam hal perencanaan ada pedamping dari desa, ada pedamping dari kecamatan, ada pedamping dari provinsi, sementara dari kabupaten kurang nya pedampingan. Proses perencanaan APBDesa tahun 2016 itu diambil dari perencanaan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) dan RKP (Rencana Kerja Pembangunan). Rencana APBDesa 2016 disusun dari tahun 2015.

Berdasarkan PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang pengeloaan keuangan

desa menyatakan bahwa kepala desa bersama badan permusyawaratan desa (BPD) menyusun RKPDes yang merupakan penjabaran dari RPJMDes berdasarkan hasil musyawarah rencana pembangunan desa. Dalam penyusunan RPJMDes disesuaikan dengan kebutuhan desa, tapi di desa Adi Jaya dalam penyusunan RPJMDes dana yang dianggarkan telah ditetapkan oleh kecamatan sehingga dalam penyusunannya terpaku dengan dana yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2014 tentang keuangan desa Pasal 1 ayat (10) tentang Anggaran Pendapatan dan belanja

Desa terlebih dahulu

dimusyawarahkan oleh kepala desa dan badan permsyawaratan desa. Sedangkan pelaksanaan pengelolaan keuangan di desa Adi Jaya tidak demikian.setelah kepala desa dan aparat desa mengetahui berapa sumbangan yang diberikan pemerintah Kabupaten Lampung Tengah kemudian secara bersama-sama menentukan anggaran desa. Selanjutnya anggaran tersebut diserahkan oleh Bupati untuk meminta persetujuan.

2. Pelaksanaan

Desa Adi Jaya dalam

pelaksanaannya APBDesa seperti yang diketahui sudah sesuai dengan Peraturan Desa untuk menetapkan rencana kegiatan desa.Dari segi pelaksanaan anggaran pendapatan desa, rencana kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dari Kementrian.

(12)

sebelumnya, RAPBDesa untuk tahun berjalan. melalui rekomendasi Camat diajukan ke Kabupaten Lampung Tengah untuk proses pencairan dananya dan persyaratan pencairan dana desa tersebut adalah Ada 2 dana tersebut masuk kerekening Desa Adi Jaya yang mengelolanya adalah KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) yaitu Kepala Desa, PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yaitu Sekretaris Desa, dan Bendahara. Setiap transaksi selalu dicatat dan sesuai standar akutansi pemerintah dalam.penulisan pelaporannya. Untuk anggaran pendapatan dan rencana anggaran biaya desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar dapat dilihat Tabel 2 dan Tabel 3.

3. Penatausahaan Keuangan Desa Adi Jaya

Desa Adi Jaya dalam penatausaan keuangan dilaksanakan oleh kepala desa dan kepala desa menunjuk sekretaris desa untuk mengatur pengelolaan keuangan desa. Dana yang telah keluar oleh Kabupaten Lampung Tengah masuk kerekening desa Adi Jaya selanjutnya sekretaris hanya mengambil dana untuk pos yang membutuhkan.anggaran tersebut digunakan untuk biaya administrasi pemerintah desa dan administrasi BPD, belanja infrastruktur desa, sedangkan bantuan keuangan lembaga kemasyarakatan, dan bantuan sosial harus meminta terlebih dahulu.

Berdasarkan PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan

desa. kepala desa mempunyai kewajiban untuk melakukan penatausahaan keuangan desa dengan mengangkat bendahara desa sebelum tahun anggaran keuangan desa dimulai. Pencairan dana anggaran dilakukan melalui bendahara desa. Dana anggaran selanjutnya diserahkan kepada pos-pos yang memerlukan dana sesuai dengan anggaran pengelolaannya. Bendahara desa bertanggungjawab sepenuhnya terhadap penerimaan dana dan pengeluaran dana desa. Selanjutnya dana tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan dan pendanaan jenis–jenis kegiatan sesuai dengan pos–pos yang memerlukan. Dokumen penatausaha-an pengeluaran sesuai dengan APBDesa atau peraturan desa tentang perubahan APBDesa melalui pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP). Dokumen yang digunakan bendahara desa dalam melaksanakan penatausahaan pengeluaran meliputi: (1) buku kas umum; (2) Buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran; dan (3) buku kas harian pembantu.

4. Pelaporan

Desa Adi Jaya dalam keterlibatan pembuatan laporan APBDesa yaitu sekretaris desa dan bendahara. Proses laporannya adalah tim pelaksana kegiatan disertai anggaran yang direncanakan oleh sekretaris desa dibuat laporannya dan diketahui oleh kepala desa.Pelaporan penggunaan dana di desa Adi Jaya meliputi : a. Laporan berkala, yaitu: Laporan

(13)

b. Laporan akhir dari penggunaan alokasi dana desa mencakup perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana,masalah yang dihadapi dan rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD.

c. Penyampaian laporan

dilaksanakan melalui jalur struktural yaitu dari tim pelaksana tingkat desa dan diketahui kepala desa kemudian ke tim pendamping tingkat kecamatan secara bertahap.tim pendamping tingkat kecamatan membuat laporan/rekapan dari seluruh laporan tingkat desa di wilayah secara bertahap melaporkan kepada Bupati Tim Tingkat Kabupaten.

5. Pertanggungjawaban

Bendahara desa bersama kepala desa mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan alokasi dana desa yang digunakan setelah pencairan dana tersebut. Selanjutnya sebagai pengguna dana tersebut sebagai petugas menjadi kewajiban bersama untuk mempertanggung-jawabkan penggunaannya. Pertang-gungjawaban penggunaan dana berbentuk tulisan dan disertai dengan buku kas umum dan buku kas pembantu disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah, seperti bukti-bukti nota, nota belanja, bukti-bukti pembayaran pajak. Di lampirkan semua untuk pertanggung-jawabannya di APBDesa 2016.

3.2.Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pengelolaan Keuangan Desa

1. Faktor Perencanaan

Untuk alokasi pembangunan desa dana yang diselenggarakan masih minim, dapat dikatakan bahwa dalam

penyusunan RPJMDes dana yang dianggarkan telah ditetapkan oleh kabupaten sehingga dalam penyusunannya terpaku dengan dana yang telah ditetapkan. Setelah kepala desa mengetahui jumlah anggaran yang ditentukan untuk desa, kepala desa beserta pengurusnya melakukan musyawarah untuk menentukan anggaran yang akan diajukan kepada pihak Kabupaten Lampung Tengah. Sehingga selama ini anggaran yan dikeluarkan sebagian banyak digunakan untuk biaya sarana dan prasarana pemerintah desa.

2. Faktor penganggaran

Anggaran yang ditetapkan masih sama dengan jenis kegiatan tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan jumlah dana yang diberikan oleh pihak Kabupaten Lampung Tengah.

3. Faktor Penatausahaan

Dalam Penatausahaan pengelolaan keuangan desa, dana masuk kerekening desa Adi Jaya kemudian kepala desa menerima dana secara keseluruhan. Namun dana tersebut tidak langsung diserahkan kepos-pos yang memerlukan dana sesuai dengan anggaran yang sudah diajukan. Melainkan menunggu laporan dari pos-pos tersebut untuk meminta sekretaris mengeluarkan dana. Dapat dikatakan system seperti ini sangat lambat dan sangat tergantung dari sifat tanggungjawab dari setiap anggota pos untuk mengajukan anggaran dana.

4. Faktor Pelaporan

(14)

sampai ditemukan hasil dari dana tersebut digunakan. Tidak dapat ditentukan kapan pelaporan itu dapat dilakukan, namun apabila diminta oleh kepala desa baru dibuatkan laporan tersebut.

5. Faktor Pertanggungjawaban Setiap jajaran anggota perangkat desa memiliki tanggungjawab sesuai dengan visi dan misi desa tersebut. Pertanggungjawaban itu berupa pelaksanaan dan pengelolaan dana yang dilakukan harus sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan dan dapat ditunjukkan hasilnya, namun sampai saat ini pertanggungjawaban masih belum maksimal, hal ini dapat dilihat dari setiap tahunnya anggaran selalu sama untuk jenis kegiatan yang sama pula. Padahal apabila kegiatan yang dilakukan sudah berhasil, tidak perlu lagi dibuatkan anggaran untuk jenis kegiatan yang sama untuk tahun selanjutnya.

6. Faktor Pengawasan

Persoalan mendasar dari tidak bekerjanya pengawasan yaitu kurangnya keahlian SDM yang dimiliki pegawai sebagai personil pemeriksa, untuk menciptakan pemeriksa yang professional diperlukan pengembangan pendidikan demi meningkatkan sumberdaya pegawai yang berkualitas. Pengawasan hanya dilakukan secara berkala saja apabila ada tinjauan dari pengawas Kabupaten Lampung Tengah.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Desa Adi Jaya sudah menerima Alokasi Dana Desa. Pengelolaan keuangan di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari kegiatan perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan.

2. Pengelolaan Keuangan desa di desa Adi Jaya , Hal ini dapat dilihat Dari Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa belum berjalan cepat dan transparan, belum dapat melakukan usaha yang bertujuan

untuk menggali dan

memanfaatkan potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.

3. Faktor pengahambat dalam pengelolaan uang desa adalah a. Terlambat nya transfer uang

b. Keterbatasan dana yang diperoleh setiap desa guna mengembangkan potensi kegiatan yang dianggarkan; c. Perencanaan anggaran belanja

desa yang kurang tepat sasaran; d. Besarnya anggaran untuk

fasilitas dan prasarana desa; e. Kurangnya musyawarah antar

pengurus dan masyarakat untuk meninjau ulang anggaran belanja desa sehingga dirasa anggaran yang sekarang masih belum tepat;

(15)

g. Sistem pelaporan dan pertanggungjawaban terhadap jenis kegiatan yang di lakukan masih buruk hal ini dapat dilihat disetiap tahun anggarannya masih saja di tetapkan anggaran untuk jenis kegiatan yang sama;

h. Kurangnya faktor pengawasan yang dilakukan oleh tim pengawas dari kabupaten; i. Masih rendahnya tingkat

kedisiplinan dan rasa tanggungjawab antar pengurus desa untuk memajukan dan membangun desa;

j. Masih rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam mengelola kegiatan yang ada didesa;

k. Kurangnya keterlibatan petugas dan masyarakat dalam menjaga fasilitas dan prasarana desa;

l. Kurang tepatnya sasaran alokasi dana yang akan digunakan sebagai sarana

penunjang kegiatan

pembangunan desa;

m.Kurang efektifnya pihak pemerintah desa dan warga desa untuk membentuk usaha bersama guna memberikan tambahan dana pembangunan desa.

4.2.Saran

1. Tim pendamping dari kabupaten lebih mengoptimalkan fungsinya melalui sosialisasi dan pemberian pelatihan pelaksanaan alokasi dana desa kepada aparat desa yang dilakukan setiap bulan. 2. Perlu diadakannya musyawarah

antara anggota perangkat desa dan masyarakat guna menyusun rencana untuk memajukan pembangunan desa,kiranya

pembinaan yang telah dilakukan oleh kepala desa terhadap masyarakat dalam rangka penyelenggaraan pembangunan desa lebih digalakkan lagi, bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat dalam konsep membangun desa yang lebih maju;

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad. 2007. Tata Cara Pengelolaan Keuangan Desa

Dan Pengelolaan Kekayaan

Desa Pekanbaru : ReD Post

Press.

MD, Soewito. 2007. Himpunan

Peraturan Peraturan

Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang Desa dan

Kelurahan, Nuansa Aulia,

Bandung.

Monografi Desa Adi Jaya Tahun 2016 Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah

Nurmayani. 2015. Hukum

Administrasi Daerah.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rozy, M. 1983. Penduduk dan

Pembangunan. PT. Raja

Grafindo Perkasa. Jakarta.

Stoner, James A.F,. 2006.

(16)

Sunarno, Siswanto. 2006. Hukum

Pemerintah Daerah.Sinar

Grafika.2006

Surianingrat, Bayu. 1985.

Pemerintahan Administrasi

Desa dan Kelurahan Aksara

Baru. Jakarta.

Universitas Lampung, Format Penulisan Karya Ilmiah, Unila Press. Bandar Lampung. 2004

Wasistiono, Sadu, dan Tahir, M. Irawan. 2006. Prospek

Pengembangan Desa.Fokus

Media. Bandung.

Widjaja, HAW. 2006.

Penyalenggaraan Otonomi di Indonesia. PT Rajagrafindo.

Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,Jakarta.2014

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa,Jakarta 2014

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa,Citra Umbara.Bandung.2014

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Proses Penetapan Rancangan APBDesa,Jakarta.2014

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa,Jakarta.2014

Website dan Sumber data

Anggaran Pendapatan Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Raut dapat dipandang sebagai perwujudan yang dikelilingi oleh kontur, baik untuk menyatakan sesuatu yang pipih dan datar, seperti pada bidang, maupun yang padat

(3) Perintah yang disebut dalam ayat pertama itu dicatat dalam daftar yang disebut dalam ayat itu, demikian juga pada surat tuntutan asli. 1927-248jo- 338.) Pencatatan dalam

a. Sumber primer adalah sumber data yang memiliki otoritas, artinya bersifat mengikat, meliputi peraturan perundang-undangan, Putusan hakim. 12 Dalam penelitian ini sumber

Putri Raden Wijaya dari Gayatri yang bernama Tribu- anatunggadewi yang bergelar Tribhuwanotunggadewi Jayawis- nuwardhani dinobatkan menjadi raja. Pada masa pemerintahannya

[r]

Kedua tingkatan sumberdaya BKM menyebabkan terjadinya perbedaan pengembangan kapasitas yaitu (1) memiliki dana bergulir dan anggota aktif melakukan pinjaman

Biaya pengukuran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan informasi biaya produk yang digunakan oleh perusahaan (Supriyono, 1994:665). Sebelum

penutup dan ditulis “ Dokumen Kualifikasi ” dan nama paket pekerjaan, nama dan alamat peserta, serta disampaikan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Non Fisik