• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Berbasis Kompetensi id. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Pendidikan Berbasis Kompetensi id. pdf"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

1

1. Pendidikan Berbasis Kompetensi

Pertama kali istilah kompetensi tersirat dalam karya Plato (Lisis 215 A.,380 BC). Berasal dari akar kata ikano, suatu kata benda

iknoumai yang bermakna mencapai hasil. Bahasa Yunani masa lalu memiliki suatu padanan untuk kemampuan atau wewenang, yang disebut ikanótis ( α ), dan dapat diterjemahkan sebagai suatu bentuk ikanos(“yang mampu”); dan upaya untuk memiliki kemampuan

untuk mencapai sesuatu keterampilan.

Epangelmatikes ikanotita merupakan profesional atau keterampilan vokasional atau kemampuan atau kompetensi, hal itu jangan dikacaukan dengan dexiotis ( ) yang memiliki hubungan dengan kepintaran, seperti di dalam ekspresi “α α α ά

ω ω ά α α α ‟.

(Ketidak-tahuan bersama-sama dengan kebijaksanaan lebih bermanfaat, dibanding kepintaran bersama-sama dengan ketidakbermoralan).

Selanjutnya ditemukan dalam teks “kode Hammurabi” (1792

-1750 BC), dapat dibandingkan yang menyuratkan konsep dalam bagian epilog; suatu teks yang diterjemahkan dan di baca dalam bahasa Prancis “Telles sont les décisions de justice que Hammurabi, le roi compétent, a établies pour engager le pays conformément à la vérité et

à l‟ordre equitable”.

Istilah kompetensi juga terdapat di dalam bahasa Latin, mewujud “competens” yang mengandung makna sesuatu kemampuan yang diijinkan secara hukum atau regulasi dan berasal “competentia” yang dirasa sebagai (cap) ability dan ijin atau berhak.

Terminologi kompetensi, semakin populer seiring dengan pertumbuhan industri terutama di Eropah, Amerika dan Asia, yang erat kaitannya dengan konsep manajemen bisnis, organisasi, kepemim-pinan dan sistem rekrutment serta mempengaruhi terhadap perubahan sistem pendidikan dan pelatihan. Beberapa pengertian kompetensi yang terkait dengan pendidikan dan pelatihan menurut, para ahli antara lain;

(2)

2

secara khas dari suatu pekerjaan yang diberikan. Selanjutnya McClelland David C.(1973), suatu pendekatan untuk meramalkan kompetensi yang spesifik dan berbeda secara luas dari waktu tes kecerdasan. Ia mengusulkan, meskipun tes kecerdasan mempengaruhi kinerja, karakteristik pribadi seperti motivasi merupakan gambaran kepemilikan perorangan, pembedaan keberhasilan dari kinerja atau kegagalan dapat dicatat.

Klem George (1980), menggambarkan suatu kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan dan merupakan satu karakteristik dasar dari seseorang yang menghasilkan kinerja superior secara efektif.

MCLagan (1989), suatu bidang pengetahuan atau keterampilan yang kritis dan menghasilkan keluaran-keluaran kunci.

Wheeler Patricia and Geneva Haertel (1993,p.30), suatu bidang

yang mencakup “suatu pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

kepribadian, pengalaman, atau karakteristik lain yang dapat digunakan

untuk belajar dalam keberhasilan di sekolah atau dalam pekerjaan”.

Hogg (1993), ”competency” seperti “competencies” merupakan

karak-teristik dari seseorang yang menjurus pada demonstrasi keterampilan dan kemampuan yang dapat menghasilkan kinerja efektif di dalam suatu bidang bersifat jabatan. Competency berwujud kapasitas untuk mentransformasikan keterampilan dan kemampuan ke dalam bidang lainnya.

Spencer and Spencer (1993), menggambarkan kemampuan yang memiliki karakteristik dasar dari seseorang yang biasanya dihubungkan dengan kriteria yang sesuai mengakibatkan suatu kinerja superior dalam situasi jabatan.

Mandon.,Sulzer (1998), dipahami sebagai Knowledge (pengetahuan), ability (kemampuan), skill (keterampilan) atau kualitas dalam aktivitas.

Dubois.,Rothwell (2000), ketika digunakan sebagai alat oleh para pekerja di dalam bermacam cara sebagai pelengkap pada unit-unit kerja atau tugas-tugas jabatan.

Weigel dan Mulder (2001;3), dapat dilihat sebagai kemampuan seseorang dalam mencapai kinerja spesifik, didasarkan pada perbandingan perspektif yang relevan dengan VET dan HRD.

(3)

3 adalah dapat digunakan untuk belajar dan sukses di sekolah atau bekerja.

Arnold et al (2002), mengacu pada kapasitas seseorang untuk berbuat sesuatu. Dalam semangat ini, kompetensi dilihat sebagai hal yang holistik meliputi pengetahuan isi atau keterampilan inti dan keterampilan umum.

Nick Boutler et.al (2003), karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan memberikan kinerja unggul dalam pekerjaan, peran atau situasi tertentu.

Watson Wyatt (2003), kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi, prestasi kerja dan kontribusi pribadi terhadap organisasinya.

Kouwenhoven (2003), kapasitas seseorang bersifat terintegrasi dan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap, dengan memberikan gambaran karakteristik, motivasi, kepercayaan diri, tenaga dalam suatu kondisi tertentu.

Rogelberg (2007), uraian karakteristik dan kualitas seseorang yang menguasai dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan sukses. Suatu kompetensi adalah satu atribut dari individu yang diperlukan untuk temu syarat pekerjaan dengan sukses".

BC Assessment (2007), kemampuan yang menggambarkan sebagai suatu ketrampilan, pengetahuan, kemampuan atau karakteristik perilaku yang dihubungkan dengan kinerja yang superior.

Sanghi (2007;8), suatu model yang menguraikan kombinasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan karakteristik yang diperlukan secara efektif untuk melaksanakan suatu peran dalam satu organisasi dan digunakan sebagai suatu rangkaian alat sumber daya manusia untuk pemilihan, pelatihan dan pengembangan, perencanaan penilaian.

(4)

4

Gambar. 1.1. Karakteristik Kompetensi (Sumber: Sangi,2007;12)

Perbandingan antara antara core competencies dengan

workplace competencies, menurut Sanghi (2007;13), yaitu:

Tabel: 1.1 Kompetensi Inti vs Kompetensi Tempat Kerja Lingkup Kompetensi inti Kompetensi tempat tugas

Pengorganisasian Individu

Umum Strategik Taktik

Partisipasi Unit bisnis Tenaga kerja

Tugas Proses Aktivitas

Kompetensi Global Posisi

Sumber Sanghi (2007)

Suatu model kemampuan di dalamnya termasuk aspek perolehan hasil pendidikan dan latihan serta yang lainnya merupakan bawaan. Hal itu sangat utama sebagai suatu piramida dalam membangun pondasi bagi bakat-bakat yang tidak bisa dipisahkan, sekaligus menyatu dengan jenis ketrampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui usaha belajar dan pengalaman. Adapun di puncak dari piramida itu adalah suatu himpunan yang spesifik dari perilaku sebagai penjelmaan semua kemampuan perolehan dan yang bawaan.

Motives :

Dalam berbagai hal seseorang secara konsisten berpikir atau menginginkan dan menyebabkan suatu tindakan. Alasan-alasan pengarah, langsung atau memilih dan perilaku ke arah tindakan atau sasaran tertentu dan berbeda dari yang lain. Pengembangan diri, fokus terhadap keberhasilan, perspektif organisasi/integritas pribadi. Trait :

Karakteristik bersifat fisik dan respon terhadap situasi atau informasi secara konsisten, dan menunjukkan inisiatif.

Self concept:

Sikap-sikap individu, nilai-nilai atau gambaran diri Knowledge:

Kepemilikan pengetahuan informasi dalam bidang dan isi yang spesifik

Skills: Keterampilan untuk melak-sanakan tugas tertentu

(5)

5 1= Minat bakat; 2 = Karakteristik individu; 3 = keterampilan; 4= pengetahuan;

5= perilaku.

Gambar 1.2. Model Piramida Kompetensi (Sumber: Sangi,2007;23)

Bertolak dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli, tidak terlepas dari sejarah perkembangan konsep yang diterapkan di berbagai negara. Seperti halnya di Amerika, merujuk pada patokan yang dirancang McBer organization and Richard Boyatziz dari American Management Association (1982). Kompetensi “Competency” dalam

bahasa Inggris Amerika; “perbedaan antara kinerja rata-rata dengan

kinerja tinggi”.

Kompetensi Amerika, merujuk pada dua ketegori yakni;

Threshold competencies (kompetensi ambang batas, dan differentiating competencies (kompetensi-kompetensi pembeda). Kompetensi ambang batas, adalah karakteristik yang perlu dimiliki oleh setiap pekerja agar bisa mengerjakan tugasnya dengan efektif, tetapi tidak membedakan performer rata-rata dengan performer unggul. Kompetensi pembeda adalah karaktersitik yang dimiliki oleh performer unggul, tetapi tidak dimiliki oleh performer rata-rata.

Sementara itu pengertian “competency” dalam British English

adalah mampu, memenuhi syarat atau efektif, definisi kompetensi menurut Council for Vocational Qualification (NCVQ), adalah;

“kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam pekerjaan”.

Kompetensi negara-negara Eropa, yaitu kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam pekerjaan atau fungsi sesuai dengan standar kerja yang diharapkan. Konsep ini, mencakup kemampuan

1 2

3 4

(6)

6

untuk menstrafer keterampilan dan pengetahuan ke situasi baru dalam lingkup pekerjaan (BTCE,1990).

Kompetensi itu, seperti gunung es, yang puncakya adalah keterampilan dan pengetahuan, sedangkan unsur-unsur yang mendasari kompetensi tidak mudah terlihat, akan tetapi mengarahkan dan mengendalikan perilaku permukaan.

Gambar 1.3: Kompetensi-kompetensi Manajerial Model Gunung Es (Sumber: Nick Boutler et.al, 2003:39)

Sanghi (2007;7), menekankan pengertian “competence” dan “competency”, dilihat dari sudut pandang kebahasaan secara bebas memiliki arti kecakapan atau kewenangan dan dapat dipertukarkan, akan tetapi sesungguhnya dalam makna lebih operasional

“competence” mengandung arti keterampilan dan patokan dari kinerja

yang dicapai, “competency” mengandung makna perilaku dalam

mencapai kinerja.

Competence Competency

Keterampilan dasar Perilaku dasar

Pencapaian standar Sikap dalam perilaku

Keterukuran Bagaimana standar dicapai

Kedua makna memberikan konsekuensi dalam proses pembelajaran, yakni bagaimana proses semestinya dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

Pembelajaran menitikberatkan pada proses untuk mencapai hasil terstandar melakukan melalui prosedur yang tepat dan benar, ditunjang oleh seperangkat belajar yang memadai, disebut pembelajaran berbasis kompetensi.

Inti sari dari pengertian kompetensi, terkait dengan aplikasinya sejalan dengan pendapat Jelle Dijkstra (2009;15), menyatakan bahwa suatu model kompetensi dapat menggunakan pengintergrasian kemampuan untuk membandingkan pengetahuan, keterampilan dan

Keterampilan

Komptenesi-kompetensi manajerial mirip puncak gunung es, puncaknya adalah keterampilan dan pengetahuan.

(7)

7 motivasi seseorang dalam memenuhi keperluan posisi, peran dan aktivitas.

Gambar 1.4: General Competency Model (Sumber : Jelle Dijkstra,2009;15)

Kerangka kompetensi dapat dielaborasikan, terdapat tiga unsur-unsur:

Input, sistim dari pengetahuan, ketrampilan dan motivasi, yang ditentukan sebagian oleh ciri kepribadian;

Keluaran, perilaku, tindakan-tindakan; Dampak, kinerja dan hasil-hasil lainnya.

Input

Kebiasaan personal, terdapat lima karakteristik (Thurstone,1934);

Agreeableness (persetujuan)

Conscientiousness (ketelitian)

Openness to creativity/intelligence (terbuka pada kreativitas/ kecerdasan)

Extraversion

Neuroticism (emotional stability) (stabilitas emosional)

Ciri kepribadian ditandai oleh adanya kerangka di dalam kemampuan yang dapat atau tidak dapat dikembangkan. Bagi mereka yang tidak dapat, akan diperhitungkan batas kemampuannya sesuai dengan kebutuhan minimal. Sebagai contoh, seseorang mungkin telah

Knowledge

Skills

Attitudes

Behaviour Performance & Results

(8)

8

berkembang keahlian berkomunikasi secara efektif, selama orang tidak mengalami hambatan. Bagi yang mengalamai hambatan, karyawan tersebut akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan manajer dan karyawan lainnya, atau ketika organisasi-organisasi bekerja sama. Maka posisi karyawan tersebut, disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya seperti menghadapi tugas bersifat individual.

Knowledge (Pengetahuan):

Pengetahuan yang dibangun, tidak hanya sebagai alat bantu primer atau hasil pelatihan sekunder, akan tetapi pengetahuan profesional, berdasar pada pengalaman tentang hal-hal yang spesifik.

Skills (Keterampilan)

Kemampuan seperti ketrampilan sosial, ketrampilan manual, merencanakan dan mengorganisir ketrampilan. Tanpa pengetahu-an, karyawan itu akan memerlukan ketrampilan untuk mampu melaksanakan cukup di dalam pekerjaan tertentu. Ketrampilan-ketrampilan bisa dipelajari atas pertolongan pengalaman pekerjaan, praktek dan pelatihan.

Motivation (Motivasi)

Unsur ini berhubungan dengan kehendak untuk menyadari; mewujudkan sasaran tertentu (orientasi ke arah hasil-hasil dan inovasi), dan sikap terhadap para pihak lain di dalam ladang (pelanggan, para rekan kerja, para penyelia dan lainnya). Motivasi-motivasi bisa sangat tangguh di dalam mengarahkan tindakan.

Throughput

(9)

9

Output (Motivasi)

Pada hakekatnya, hasil-hasil dan dampak dari perilaku bukanlah unsur-unsur kemampuan. Mereka bisa digunakan, untuk menjawab pertanyaan apakah satu karyawan sudah berkelakuan di suatu cara yang berkompeten, mempertunjukkan bahwa perlu mengem-bangkan pengetahuan dan keterampilan tertentu, atau untuk mengubah sikap-sikap tertentu (motivasi-motivasi).

Sebagai perluasan wawasan dapat mengkaji kertas kerja hasil Divisi "Technological Cooperation, System Development and Management in Vocational Training", InWEnt, Mannheim, Jerman (2003;8).

Intinya menjelaskan adanya perubahan dalam struktur pasar dari produk, inovasi teknologi dan cara yang baru dalam mengelola pekerjaan, membutuhkan pengetahuan baru dan pengembangan bidang-bidang kompetensi yang hingga kini masih jarang menjadi garapan dan sejatinya merupakan bagian dari sistem pendidikan kejuruan. Oleh karena itu, posisi tenaga kerja baru dan kualifikasi yang lebih tinggi diperlukan untuk melakukannya, sistem pendidikan kejuruan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan (InWEnt, Mannheim, Jerman, 2003,8).

Seseorang profesional, tidak hanya memiliki kompetensi untuk melayani pekerjaan semata-mata, melainkan juga kemampuan, inisiatif dan kemandirian dalam menghadapi tugasnya. Pola pengem-bangan kualifikasi, bertolak dari perwujudan:

 Penguatan terbentuknya kelompok kerja sebagai suatu tim tangguh

 Kemampuan untuk membuat keputusan secara mandiri, tepat dan cepat

 Komunikasi di dalam kelompok secara harmonis  Kesadaran akan mutu sebagai kriteria capaian organisasi  Kerjasama dalam kelompok secara multi fungsional

(10)

10

Gambar 1.6. Dinamika Tuntutan Perubahan Kompetensi (Sumber InWEnt, Mannheim, 2003;8)

Beberapa inti sari pendekatan, dan ciri kekhasannya diantaranya:

Inggris Raya

Pengembangan dinamakan fokus analisis fungsional, yaitu bertolak dari evolusi dari unjuk kerja dengan norma yang terjadi. Sehingga kompetensi, diartikan sekelompok keterampilan dan pengetahuan yang diterapkan untuk melakukan satu tugas atau fungsi sesuai dengan kebutuhan yang dituntut oleh suatu perkejaan. Selain itu sistem modul yang diterapkan, mempersiapkan peserta belajar atau magang pada satu kelompok jabatan atau kedudukan yang beragam dan untuk membatasinya pada satu profesi saja.

Perancis

Pengembangannya dinamakan fokus konstruktivis, yaitu bertolak dari kritik terhadap pedagogik berbasis pengetahuan teoretis secara scholastik tradisional. Sehingga kompetensi diartikan keahlian profesional sebagai kemampuan individu dan kolektif terhadap situasi produktif dan tergantung dari kompleksitas masalah yang mengakibat-kan perubahan. Organisasi perusahaan diartimengakibat-kan sebagai suatu

Rasa Tanggung Jawab

Keterampilan

Pengetahuan Kemampuan untuk berkomunikasi dan kerja sama

Berpikir Kerja fisik

Lingkungan

Profil kualifikasi lama

(11)

11 kelompok fungsi dan apabila terganggu diamaknai sebagai masalah. Analisis dari fungsi organisasi yang terganggu mencakup pekerja dengan kualifikasi yang tidak memadai.

German

Pengembangannya dinamakan fokus realisitis holistik integratif, yakni bersangkut paut dengan profesi global yang memfokuskan pada perbaikan proses pelatihan. Sistem pendidikan kejuruan yang disebut

dual system “sistem ganda” memberikan pendidikan kejuruan awal

untuk beberapa profesi kepada peserta belajar. Pendidikan kejuruan awal, sebagai satu sistem dari jabatan-jabatan yang membimbing orang muda ke kualifikasi profesional yang global adalah dasar pemikiran dari fokus pendidikan kejuruan holistik berbasis kompetensi dan bukan satu rangkaian kualifikasi sebagian-sebagian.

Pendekatan German, dicirikan pada kesatuan yang seragam dan dinamik, artinya tidak bersifat spesialisasi teknik semata-mata. Keadaan kerja yang berbeda memerlukan mutu berlainan mencakup; pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang harus dikombi-nasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan, sedemikian rupa sehingga para pekerja bisa melakukan tugasnya secara efisien sebagai kegiatan profesionalnya.

Pendekatan relasional holistik merupakan dasar pengembangan dari kompetensi (InWEnt, Mannheim, Jerman,2003) sebagai berikut:

(1) Kompetensi teknik

Kompetensi teknik, merupakan perpaduan dari kemampuan kognitif dan keterampilan motorik yang diperlukan untuk satu jabatan, seperti yang diatur oleh peraturan atau merupakan syarat untuk melakukan perkerjaan tersebut. Kompetensi teknik, memilik dua aspek yaitu;

- Aspek normatif, kompetensi teknik didefinisikan dan divalidasi oleh Peraturan Pendidikan Kejuruan (Standar Pendidikan Kejuruan) - Aspek tuntutan jabatan, berdasarkan analisis jabatan atau kegiatan

(12)

12

(2) Kompetensi metodologis

Kompetensi metodologis, merupakan kemampuan untuk mencari informasi secara mandiri dan menguasai teknik belajar yang mendasar serta teknik tempat kerja, selain itu mengetahui bagaimana harus bereaksi terhadap keadaan di tempat kerja, menerapkan prosedur sesuai dengan tugas yang diembannya.

Indikator secara umum, mencakup;

Kemampuan untuk adaptasi

Sebagai akibat perubahan teknologi yang cepat, tentunya seseorang yang telah dididik dalam satu kali pada satu bidang dapat melakukan tugasnya secara berkelanjutan tanpa batas. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus dilihat sebagai pendidikan yang berkelanjutan dan tidak dapat dilihat dari satu tahap proses tahap kehidupan seseorang. Hasil belajar dapat memiliki kemampuan untuk memprakarsai, perencanaan, melakukan dan mengonntrol secara mandiri, dan berinsisiatif menginvestasikan pada pembaharuan pengetahuan yang berkelanjutan (kemampuan beradaptasi).

Kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi

Seseorang dituntut memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan berurusan dengan orang-orang lain, atas dasar perpaduan kemampu-an untuk bekerja sama dkemampu-an berkomunikasi.

Ditinjau dari sudut pandang pedagogi, kompetensi sosial bukanlah satu syarat normatif, melainkan satu tuntutan yang berasal dari perubahan proses pengorganisasian dan pekerjaan. Selain itu, ditinjau dari sudut pengembangan organisasi di dalam perusahaan dan pendidikan kejuruan, kualifikasi kerja dalam kelompok dipusatkan pada pengembangan kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi.

(13)

13 Tabel: 1.2. Aspek-aspek Penting dari Proses Transformasi

 Penggunaan teknologi dan otomatisasi bertambah

 Tenaga kerja dalam produksi dan administrasi yang berkurang

 Sistem-sistem quality management

 Prosedur perbaikan yang berkelanjutan (Kaizen)

 Tugas bertambah sulit

 Tugas bertambah banyak

 Bekerja dalam kelompok (kelompok kerja setengah mandiri)

 Perpaduan bekerja dengan belajar

 Jam kerja fleksibel

 Pengelolaan personil yang kooperatif dan tergantung keadaan

 Faktor keberhasilan perusahaan di masa depan:

 Karyawan yang sangat terampil dan bermotivasi tinggi yang diorganisasikan dalam kelompok-kelompok.

Sumber: InWEnt, Mannheim (2003;8)

Kompetensi individual

Kemampuan untuk meninjau kembali kegiatan keseharian dalam pekerjaan, menentukan tujuan, pengetahuan dasar dan tanggung jawab ditunjang oleh minat pribadi dan rencana hidup, merupakan landasan terwujudnya kompetensi individu. Organisasi perusahaan di German saat ini, tidak bersifat pendelegasian fungsi-fungsi, melainkan setiap anggota dari satu organisasi bertanggung jawab sendiri sebagai tanggung jawab.

Merefleksi unjuk kerja sendiri

Kemampuan analisis sebagai kebutuhan perbaikan, melalui refleksi unjuk kerja dan bekerja sama dengan orang lain merupakan salah satu wujud kompetensi seseorang, dengan mempertimbangkan;

Perencanaan dan penentuan target Motivasi

Hasrat untuk membuat perencanaan bagi hari depan sebagai komitmen profesional, dan komitmen terhadap profesi dan etika yang berhubungan dengan profesinya.

Pelatihan kemampuan untuk bertindak dalam pekerjaan

(14)

14

penjabarannya tidak harus selalu seragam, seperti kompetensi partisipatif secara teintegrasi dalam satu capaian sasaran. Keterpautan dari dimensi kompetensi teknik, metodologis, sosial dan individu diperkenalkan dan diajarkan sebagai satuan dalam pendidikan kejuruan, merupakan tujuan utama dari pendidikan berbasis kompetensi, dengan harapan diperoleh orang-orang yang terampil dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Secara khusus sebagai catatan, bahwa kompetensi bukan berarti

“memiliki‟ sumber daya (keterampilan) tertentu, melainkan menerap

-kan kemampuan secara praktik. Oleh sebab itu, kompetensi hanya bisa melalui kegiatan.

Gambar 1.8. Tuntutan Kompetensi (Sumber: InWEnt, Mannheim, Jerman,2003;11)

Unjuk kerja/kegiatan (Performance/Action)

Seseorang yang telah melaksanakan magang setelah proses pelatihan, memiliki kemampuan untuk melanjutkan pelatihan secara mandiri, menyesuaikan perubahan teknologi dan konsep organisasi yang baru.

Unjuk kerja dalam pengertian para magang memiliki kemampuan untuk mengasimilasi dan menerapkan pengetahuan yang didapatkannya dari orang lain dan juga bisa menggali pengetahuan

Kompetensi Individu Kompetensi Profesional

Kompetensi Metodis Kompetensi Sosial

(15)

15 secara mandiri dan dengan demikian mengembangkan terus karir profesional pribadinya. Konsep ini, apabila diterapkan pada pelatihan, mengandung makna situasi pelatihan haruslah berbasis pada kegiatan. Artinya bahwa melakukan kegiatan praktis adalah bagian penting dan dapat membantu untuk menunjang struktur eksperimental.

Pengembangan kompetensi berbasis pada pola kegiatan menyeluruh yang dipelajari, dengan cara memimpin diri sendiri sebanyak mungkin, kegiatan mulai dari memantau sampai meng-evaluasi unjuk kerja sendiri dan pada waktu yang sama mencapai kompetensi teknik dan sosial dan juga mencapai kemampuan untuk bekerja secara mandiri, merupakan inti dari kemahiran yang besar untuk bertindak dalam pekerjaan.

Kemampuan, Kualifikasi dan Kompetensi Profesional

Ditinjau dari aspek pedagogik dan teori belajar untuk mendeskripsikan prasyarat pengkondisian dan strategi belajar terdapat istilah yang harus dipahami, yakni; kemampuan, kualifikasi dan kompetensi profesional.

G. Bunk (1994), mengungkapkan bahwa sampai permulaan tahun-tahun 1960-an, istilah "kemampuan untuk bekerja" atau "occupational ability" digunakan secara luas. Diklat kejuruan lazim berbasis pada pengembangan "kemampuan untuk bekerja dalam pengertian satu rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kemam-puan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas berhubungan dengan jabatan tertentu". Jabatan dianggap sebagai alat belaka yang diterapkan di pelatihan untuk melakukan tugas-tugas khusus. Rujukan kepada pekerjaan (work) dan jabatan (occupation) dilakukan untuk menggolongkan adaptasi metodologis sebagai balikan dari implemen-tasi didaktis.

Konsep kualifikasi untuk bekerja (occupational qualifications) pertama-tama diperkenalkan di Jerman menjelang akhir tahun 1960-an. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah pertama dalam adaptasi diklat kejuruan pada perubahan-perubahan teknologi, ekonomi dan sosial.

(16)

16

kemajuan penting, sesuai dengan perubahan pada pasaran kerja yaitu meninggalkan ketergantungan menuju ke kemandirian.

Perbedaan konsepsi

Pemagang dalam mencapai tingkat fleksibilitas profesional yang lebih tinggi, melalui pemantauan perencanaan, pelaksanaan dan mengontrol tugas belajar tertentu secara mandiri.

Tabel: 1.3. Perbedaan Konsepsi Bidang kegiatan Didefinisikan dan berbasis

pada pekerjaan indvidual

Flesibilitas di dalam satu jabatan

Bidang kerja dan organisasi yang berinteraksi Sifat pekerjaan Pekerjaan operasional

yang ditetapkan

Diroganisasikan dari luar Pengorganisasian sendiri pemagang atau guru/instruktur dalam menghadapi kondisi nyata akan ditemukan masalah-masalah yang mungkin berbeda atau sama dengan peristiwa sebelumnya. Oleh karena itu, kesempatan dalam menemukenali melalui partisipasi aktif dan mandiri melalui pengalaman pendidikan dan pelatihan.

Kompetensi profesional

Kemampuan untuk bekerja dan kualifikasi untuk bekerja, kompetensi untuk bekerja/kompetensi profesional berbasis pada pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang berhubungan dengan satu pekerjaan tertentu, selain itu mencakup pengetahuan tentang pekerjaan di lapangan yang berhubungan serta organisasi kerja dan kegiatan perencanaan.

Mensosialisasikan dan menstimulasi kompetensi

(17)

17

islands), menekankan pada pemanfaatan keterampilan orang-orang dari sudut pandang teori organisasi dan pengelolaan bisnis. Cara yang paling baik untuk menguangkan "potensi dalam organisasi", dengan cara mensosialisasikan dan menstimulir kemampuan sosial dengan pendidikan dan peltihan kejuruan awal.

Fungsi baru dari karyawan yang berkualifikasi

G.Bunk (1994), mengungkapkan bahwa menganalisis daftar fungsi-fungsi baru dari kebutuhah karyawan bekualifikasi, akan terdapat hubungan yang erat antara empat kompetensi teknik, metodologi, adaptasi dan sosial.

Tabel: 1.4. Fungsi-fungsi Baru dari Karyawan Berkualifikasi

Masa lampau Masa depan

Jam kerja yang tetap Jam kerja fleksibel sesuaimufakat di dalam kelompok

Jadwal kerja yang ditentukan sebelumnya Perencanaan tugas-tugas secara mandiri Boss memberikan tugas kepada bawahannya Pembagian tugas di dalam kelompok kerja Boss bertanggung jawab untuk bahan dan

alat-alat

Analisis yang dibuat secara mandiri tentang kemacetan pekerjaan dan reperasi Staf pemantau khusus bertanggung jawab

untuk quality control

Quality control secara mandiri

Kewajiban untuk memenuhi jangka waktu (deadline) yang ditetapkan

Pengaturan jangka waktu (deadline) secara bertanggung jawab

Boss bertanggung jawab untuk ongkos Keikutsertaan dalam pengelolaan ongkos Boss bertanggung jawab untuk mengadakan

hubungan dan kontaks bisnis

Semua karyawan bekerja dengan tanggung jawab dan berfokus kepada pelanggan Perencanaan dan pelaksanaan tugas atas

perintah

Perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan tugas secara mandiri

Sumber: InWEnt, Mannheim (2003;14)

Kompetensi teknik

Seseorang yang mempunyai kompetensi teknik, memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan dan tugas-tugas dalam bidang kerjanya secara bertanggung jawab, kompeten yang dibutuhkan untuk melakukannya.

Kompetensi metodologis

(18)

18

Kompetensi sosial

Seseorang yang mempunyai kompetensi sosial, memiliki kemampuan untuk bekerja secara komunikatif dan koperatif dengan orang-orang lain dan menunjukkan kelakuan yang berorientasi pada kelompok (team oriented) dan saling mengerti dalam kelompok (interpersonal understanding).

Kompetensi untuk berpartisipasi

Seseorang yang mempunyai kompetensi untuk berpartisipasi, memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi untuk menyusun lingkungan kerja di tempat kerja dan sekitarnya, bisa membuat perencanaan sebelumnya, menerima tugas-tugas organisasi, membuat keputusan dan bersedia untuk memikul tanggung jawab.

Penerapan keterampilan secara praktis

Kebutuhan yang semakin bertambah akan diklat kejuruan berbasis kompetensi bukan saja berlaku pada jenjang fasilitator pendidikan kejuruan, melainkan juga di dalam pasaran kerja. Perhatikanlah bahwa kompetensi bukanlah berarti menguasai beberapa keterampilan belaka, melainkan juga kemampuan untuk menerapkannya secara praktis.

Tabel: 1.5 Kompetensi untuk Bertindak dalam Pekerjaan

Kompetensi tentang jabatan yang menjadi lebih menda variabel solusi sesuai keadaan prosedur

me-Kecakapan untuk berkoordinasi Kecakapan untuk

meng-organisasi

Kecakapan untuk meng-kombinasi

Kecakapan untuk meyakinkan Kecakapan untuk membuat

keputusan

Kemampuan untuk memikul tanggung jawab

Kecakapan untuk memimpin Sumber: InWEnt, Mannheim (2003;15)

Organisasi belajar

(19)

19 dalamnya, jika ada yang tidak termasuk, maka diklat untuk menghasilkan pekerja yang berkualifikasi untuk bekerja dan mampu bertanggung jawab tidak bisa bertahan. Kerja dalam produksi, quality control, maintenance dan process control kini paling sedikit membentuk sebagian dari pola organisasi baru yang sangat maju.

Kualifikasi kunci yang sangat penting

Konsep kualifikasi kunci di Jerman, sudah mulai diterapkan sejak lama sebelum pembahasan tentang kompetensi profesional. Permulaan tahun-tahun sembilan belas tujuh puluhan, berdasarkan penelitian mengenai dunia kerja dan penyesuaian profil kualifikasi, untuk mengatasi hal yang sulit diramalkan mengenai kualifikasi teknik yang akan dibutuhkan di masa mendatang. Selain itu, juga supaya keterampilan yang diajarkan tidak menjadi kedaluwarsa dalam waktu pendek karena perubahan teknik dan peng-organisasian yang sangat cepat, maka dimulai dengan satu pola konsep baru, yaitu konsep "kualifikasi kunci".

Kualifikasi mendasar, melebar dan lintas bidang keahlian

Harapan dari pencapaian dari kualifikasi kunci, mencakup kualifikasi mendasar yang luas dan lintas bidang keahlian yang mencakup seluruh rumpun jabatan yang sejenis. Kualifikasi demikian tidak begitu dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan waktu, menjadi basis bagi kualifikasi lain yang dibutuhkan pada waktu yang sama karena profil jabatan berubah.

Kemampuan untuk melakukan bermacam-macam

pekerjaan

Kualifikasi kunci menurut Mertens (1974), adalah pengetahuan, kemampuan dan kemahiran yang membuat seseorang:

 Mampu untuk melakukan pekerjaan dan fungsi dalam bidang yang luas sebagai alternatif pada waktu yang sama.

(20)

20

Pengetahuan dan Keterampilan

Implikasi dari pandangan Mertens, pengetahuan dan keterampilan yang bisa diterapkan secara lebih luas daripada satu jabatan tertentu (misalnya prakarsa untuk membuat keputusan, kemampuan untuk berkomunikasi, fleksibilitas metodologis, kemampuan untuk integrasi, bersedia untuk bekerja sama).

Tujuan jangka menengah dan panjang dari kualifikasi

Kualifikasi kunci merupakan basis dari pola diklat kejuruan yang lebih luas yang difokuskan pada tingkat kompetensi yang lebih tinggi daripada yang diterapkan pada kualifikasi jangka menengah dan jangka panjang. Tugas utama dari kualifikasi kunci adalah untuk membentuk kerangka dari proses training yang bisa melengkapi, memperbarui dan mengantisipasi secara dinamis kebutuhan akan kualifikasi baru. Proses belajar tidak bisa dibatasi pada usaha mencapai keterampilan teknik murni dan keterampilan individual saja. Hal yang sangat penting adalah partisipasi secara aktif dalam organisasi kerja baru, dan ini memerlukan pengembangan fokus training yang baru untuk menanamkan kualifikasi kunci, teamwork dan kemampuan untuk belajar secara mandiri.

Kerangka kompetensi teknik

Anggapan bahwa kualifikasi kunci atau bidang-bidang kompetensi seperti misalnya kemampuan untuk berkomunikasi, bersedia untuk bekerja sama,kemampuan untuk mengorganisasi dan team spirit bisa dicapai secara "abstrak" atau terpisah dari kompetensi teknik, tidaklah benar. Jika memang ada bagian demikian, maka ini berarti kompetensi teknik menjadi berkurang. Oleh sebab itu kualifikasi kunci hanya bisa dicapai di dalam kerangka kompetensi teknik. Kemampuan sosial, metodologis dan individual perlu menjadi bagian dari lingkungan teknik. Jelaslah bahwa kemampuan sosial, seperti misalnya bersedia untuk bekerja sama, bisa dibelajarkan secara terpisah di dalam konteks sekolah pendidikan umum, tetapi ini tidak bisa dilakukan secara berkelanjutan dalam bidang diklat kejuruan.

Selanjutnya kita tinjau sebagai pembanding, mengenai pelaksana-an pelatihpelaksana-an kompetensi di Amerika Serikat. Menurut ulaspelaksana-an Fletcher Shirley (2005), bahwa isitilah kompetensi di Amerika Serikat pendidikan berbasis kompetensi berakar dari pendidikan guru yang disebut

(21)

21 Swanchek dan Campble (1982), menjelaskan bahwa pengem-bangan program pelatihan CEBT, merupakan model percepatan bagi guru-guru sekolah dasar. Model ini, mencakup spesifikasi yang cocok mengenai kompetensi atau perilaku yang harus dipelajari (penekanannya pada pembelajaran), belajar berdasarkan modul (modularization of instruction), pengalaman pribadi dan di lapangan. Penetapan model ini, berorientasi pada kebijakan sertifikasi untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui reformasi pendidikan guru. Model secara spesifik disebut “performance based teacher education (PBTE).

Menurut ulasan Fletcher Shirley (2005), bahwa CEBT mendapat reaksi dari lembaga pendidikan tinggi yang memandang trend tersebut merupakan otonomi dan status akademis. Sistem berbasis kompetensi menuntut reorganisasi sumber daya pendidikan yang memadai, hal tersebut berdampak pada bidang dan pelatihan pada semua tingkatan.

Competency-Based Education and Training (CEBT) tahun 1972, didukung oleh US Office of Education yang mempromosikan tren baru melalui National Concorcium of Competence Based Education Centers. Konsorsium menetapkan seperangkat kriteria untuk menjabarkan dan menilai program seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel.1.6 Kriteria CEBT untuk Menetapkan dan Menilai Program

Spesifikasi Kompetensi

1.Kompetensi didasarkan pada analisis peran profesional dan atau formulasi tanggung jawabnya

2.Pernyataan kompetensi menjelaskan hasil yang diharapkan dari kinerja fungsi yang terkait secara profesional, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat penting untuk kinerja fungsi tersebut

3.Pernyataan kompetesi memfasilitasi penilaian berpatokan pada kriteria (criterion referenced assesment)

4.Kompetensi diperlakukan sebagai alat prediksi (predictor) tentatif atas efektivitas profesional ditetapkan dan diumumkan sebelum diberlakukan

5.Pembelajar yang menyelesaikan CEBT menunjukkan serangkaian profil kompetensi Penilaian (assesment)

1.Ukuran kompetensi secara valid berhubungan dengan pernyataan kompetensi

2.Ukuran kompetensi bersifat spesifik, realistik dan sensitif terhadap suasana

3.Ukuran kompetensi mendeskriminasikan berdasarkan seperangkat standar untuk mendemosntrasikan kompetensi

4.Data yang disediakan melalui pengukuran kompetensi dapat dikelola (manageable) dan bermanfaat dalam pembuatan keputusan

5.Ukuran dan standar kompetensi ditetapkan dan diumumkan sebelum diberlakukan

(22)

22

Teks dalam Tabel tersebut, merujuk pada kriteria pengaturan dan manajemen pembelajaran program secara menyuluruh. Penekanannya adalah pembelajaran, dan bukan pada kinerja aktual di tempat kerja. Jenis spesifikasi kompetensi paling banyak digunakan, sebagai program pengembangan.

Tabel.1.7 Karakteristik Program Berbasis Kompetensi Model Elam

Elemen Esensial

1.Kompetensi adalah peran yang diturunkan, ditetapkan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati 2.Kriteria penilaian adalah berbasis kompetensi, menetapkan tingkat penguasaan dan dipublikasikan 3.Penilaian mensyaratkan kinerja sebagai bukti utama, tetapi tetap mempertimbangkan aspek

pengetahuan

4.Nilai kemajuan pembelajar bergantung pada kemampuan mendemonstrasikan kompetensi 5.Program instrukstional memfasilitasi pengembangan dan evaluasi kompetensi tertentu

Karakteristik Tersirat 1.Pembelajaran individual

2.Umpan balik kepada pembelajar

3.Menekankan pada apa yang telah ada dibandingkan penambahan yang diperlukan 4.Program sistematis

5.Modularisasi

6.Akuntabilitas siswa dan pembelajaran

Karakteristik Diinginkan yang Terkait 1.Pengaturan lingkungan belajar

2.Basis yang luas untuk pembuatan keputusan 3.Ketentuan protokol dan materi pelatihan 4.Partisipasi siswa dalam pembuatan keputusan 5.Berorientasi riset dan regeneratif

6.Kelanjutan karir 7.Integrasi peran

Sumber: Elam (1997)

Berdasarkan kronologis di Amerika, yang awalnya difokuskan pada pelatihan guru dan sektor pendidikan, dan rencananya diperluas ke sektor kejuruan (vokasi), walaupun terhalang oleh asumsi bahwa sektor kejuruan sudah berbasis kompetensi. Meskipun, dalam pelaksanaannya masih bertumpu pada kelembagaan yang menekan-kan pada deskripsi materi dibandingkan dengan aplikasi praktis di lapangan kerja. Salah satu model yang digunakan secara luas untuk mendeskripsikan dalam pendidikan kejuruan berbasis kompetensi, yaitu model Elam (1971).

Model Elam masih bertumpu pada pengetahuan, mengetahui

bukan jaminan “kita akan dapat melakukannya”. Fakta menunjukkan

(23)

23

C. Karakteristik Kompetensi dalam Praktik

Pelatihan berbasis kompetensi, merupakan salah satu pendekatan pendidikan kejuruan yang menekankan pada apa yang seseorang dapat melakukan tugas di tempat pekerjaan. Sebab seseorang dapat ditaksir kompetensinya, apabila mampu menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dilandasi patok duga yang ditetapkan.

Salah satu ciri dasar dari pelatihan berbasis kompetensi bersifat tuntas, dan hasil belajar dibandingkan dengan kemampuan prestasi dari pembelajar lain. Masing-masing pembelajar ditaksir untuk menemukan kesenjangan, atau celah antara keterampilan-keterampilannya yang digambarkan dalam kompetensi inti dan kemampuan umum dengan yang telah dicapai.

Jorge Rebolledo (2008), mengemukakan perbedaan antara kedua kelompok sebagai gambaran kesenjangan yang terjadi, dapat dituliskan;

Skills requared – current skills = skill gap

Fokus pengembangan kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi, bertolak dari prinsip-prinsip:

(1) Job (jabatan di industri)

(2) Knowledge (pengetahuan tentang landasan kapasitas jabatan)

(3) Skills (keterampilan tentang teknis operasional, dan teknis penguatan seperti komunikasi sebagai landasan kapasitas jabatan)

(4) Atitude (sikap sebagai respon tentang dimensi tuntutan pelayanan sebai apresiasi dan aktualisasi jabatan)

(5) Role (aturan sebagai perwujudan aktualisasi jabatan, yang dicirikan oleh taat asas, taat takaran dan taat waktu)

(24)

24

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), memberikan orientasi segitiga pengembangan SDM berbasis kompetensi seperti ditunjukkan pada gambar 2.10.

Gambar 1.9 Segitiga Pengembangan SDM (Sumber: BNSP)

Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi mempunyai karak-teristik sebagai berikut:

(1)

Mengacu pada standar kompetensi industri;

(2)

Menekankan pada apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil dari pelatihan (output dan outcome);

(3)

Pembelajaran dilaksanakan secara tuntas pada satu kompetensi tertentu;

(4)

Isi dari pelatihan mengarah kepada kemampuan yang dibutuh-kan untuk melakudibutuh-kan tugas tertentu;

(5)

Pelatihan dapat berupa on-job training, off-job atau kombinasi keduanya;

(6)

Adanya fleksibiltas waktu untuk mencapai suatu kompetensi;

(7)

Adanya pengakuan terhadap kompetensi mutakhir yang dimiliki

saat ini (melalui uji kompetensi, melalui lembaga berwenang);

(8)

Adanya pemberian penghargaan;

(9)

Dapat masuk dan keluar program beberapa kali;

(10)

Pengujian berdasarkan kriteria tertentu;

(11)

Menekankan pada kesanggupan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan.

INDUSTRI

LEMBAGA DIKLAT PROFESI

BNSP LSP

KKNI SKKNI

COMPETENCY BASED TRAINING

(25)

25 Sejalan dengan teori belajar dan perkembangan industri di awal tahun 60-an sampai 70-an, terjadi titik temu konseptual, yakni Benyamin Bloom dan Gagne berdasarkan rintisannya setelah perang dunia ke dua, dengan konsep taksonomi. McClelland dengan konsep manajemen pelatihan industri dengan taksonomi identik dengan pandangan Benyamin Bloom. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1980an muncul pengertian kompetensi yang dilandasi oleh pemikiran tentang atitude, skills menjadi tumpuan bersama-sama dengan ability.

Pengertian kompetensi saat ini, yang berkembang di Indonesia khususnya di lingkungan Pendidikan dan Pelatihan diartikan sebagai,

“kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan, dilandasi oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan”.

Gambar 1.11. Ragam Pandangan Komponen Kompetensi

Berdasarkan, pengamatan di lapangan diperlukan pembelajaran terkait dengan praktik-praktik vokasi dan kejuruan melalui pendekatan yang relatif memerlukan gerakan-gerakan terlatih. Hal tersebut, selain untuk kepentingan keselamatan kerja juga lebih luasnya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses produksi. Pelatihan, dituntut terjadi proses pembiasaan yang dapat didemonstrasikan oleh setiap individu, atau kelompok pada jenis keahlian tertentu.

Knowledge Knowledge

Affective Psychomotor Skill Ability

Knowledge

(26)

26

Gambar 1.12. Hubungan dan Tingkatan Proses Kompetensi (Sumber: Jones, E, Voorhees, R, Paulson, K. Defining and Assessing Learning:

Exploring Competency Based Initiatives)

Cakupan keterampilan dalam kompetensi secara umum, mencakup;  Keterampilan melaksanakan pekerjaan (Task Skill),

 keterampilan mengelola pekerjaan (Task Management Skill),  Keterampilan mengantisipasi Kemungkinan (Contingency

Mana-gement Skill),

 Keterampilan mengelola lingkungan kerja (Job/Role Environment Skill),

 Keterampilan beradaptasi (Transfer Skills).

Adapun sikap dalam pekerjaan, mencakup;  Performa selama ditempat kerja  Tanggapan lingkungan kerja  Penghargaan

 Penilaian kliennya

Ditinjau dari aspek aktivitas di industri khususnya bagi para pekerja tingkat teknisi atau mekanik, secara umum dihadapkan pada pekerjaan yang menuntut beberapa kesiapan yang menyangkut perilaku kerja ergonomi kognitif antara lain:

Ciri-ciri khas

Skills, Ability and Knowledge

Pengalaman belajar Kompetensi Demonstrasi

Integrasi Pengalaman belajar

P e n i l a i a n

Landasan

Pengembangan PBM Perolehan skills, ability, knowledge

(27)

27

(1) Memahami peraturan (internasional, nasional, industri), dalam melaksanakan K3 sesuai dengan perananya;

(2) Mengobservasi ruang, lokasi, tempat, bahan, alat,mesin, keryawan dan lingkungan kerja internal-eksternal (ergologi);

(3) Memahami simbol, terminologi kesehatan-keselamatan kerja;

(4) Memahami simbol dan terminologi mesin, alat dan bahan yang digunakan dalam bekerja;

(5) Melaksanakan prosedur manual;

(6) Menggunakan alat-alat tangan manual, alat-alat tangan elektrik dan digital sesuai dengan fungsinya;

(7) Melaksanakan pemindahan (mengangkat, menggeser/ mendo-rong, menurunkan) alat, bahan dan mesin secara manual;

(8) Melaksanakan pemindahan (mengangkat, menggeser/ mendo-rong, menurunkan) alat, bahan, mesin secara hidolik dan elektrik;

(9) Menekan/memutar/menggeser/menarik; tombol, saklar pada panel tertentu;

(10) Memeriksa, mendiagnosis, mengetes/menguji melalui analisis gejala dibandingkan dengan data-data atau spesifikasi pabrikan;

(11) Membongkar, membersihkan dan memasang secara berdiri, duduk dan sambil naik atau turun pada kondisi tertentu;

(12) Mengeset, membungkus, dan sejenisnya.

Ability, Psikomotor & Skills

A. Pengantar : Gerak Terobservasi

Berdasarkan teori Piaget, bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan fisik dengan perkembangan kognitif, dan setiap fase pertumbuhan diikuti perkembangan gerak yang tampak dan dapat diukur secara kualitatif. Selain dari pada itu, ditinjau dari teori otak bahwa gerak tubuh merupakan bentuk dari motor learning, yang terkoordinasi dan terkendali berdasarkan perintah fungsi luhur.

(28)

28

Motor learning menurut kamus istilah kedokteran (2010), merupakan otot, saraf, atau pusat yang mempengaruhi atau menghasilkan gerakan. Adapun pengertian motor learning yang terkait dengan persoalan belajar keterampilan gerak, memberi kesan suatu wujud kreativitas spesifik.

Schmidt (1988), mendefinisikan motor learning adalah serang-kaian proses internal berkaitan dengan praktek atau pengalaman yang akan membentuk perubahan relatif permanen terhadap kemampuan untuk merespon. Perubahan yang dimaksud bersifat pelibatan fisik, dan diikuti oleh kelancaran, ketelitian dalam gerakan yang sungguh-sungguh mulai dari hal sederhana seperti refleks sampai dengan hal kompleks, seperti ekspresi berbicara, memanjat pohon, memainkan piano.

Demikian pula Poole (1991), mendefinisikan motor learning salah satu bentuk belajar terkait dengan sistem neuromuscular dalam melaksanakan suatu tugas yang spesifik dengan mempertunjukkan secara akurat dan dapat direproduksi secara konsisten.

Selanjutnya menurut Shumway, Cook dan Woollacott (2001),

motor learning merupakan proses yang berhubungan dengan pengalaman dan praktik yang mendorong ke arah perubahan permanen secara relatif di dalam kapasitas untuk menghasilkan tindakan terampil.

Medical Dictionary, 8th edition (2009), menjelaskan bahwa motor learning merupakan suatu peningkatan keterampilan motorik melalui praktik, dengan harapan terjadi perubahan-perubahan yang permanen di dalam kemampuan menjawab stimulus. Hal itu, memiliki kaitan dengan kerja otak besar dan neuclus sebagai pemeran utama koordinasi. Sistem memori, ini menghubungkan dengan gerakan dan aktivitas fisik.

Motor learning, merupakan suatu proses sistemik dari kognitif mengenai gerak yang diwujudkan pada psikomotorik, mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sangat sederhana sampai pada tingkat sangat kompleks dan merupakan pertunjukkan tatolitas dari kinerja neurologis-fisiologis-psikologis serta membentuk otomatisasi gerak yang terstruktur.

(29)

29 kecermatan dari gerakan atau suatu kemampuan organism yang menggunakan otot secara efektif dan dikendalikan oleh sistem otak.

Motor learning dalam konteks pembelajaran dapat dilihat dari empat hal pokok yakni; keterampilan (skills); keterampilan gerak (motor skills), aksi (action), dan pergerakan (movement).

(1) Skill atau keterampilan, menyangkut dua hal penting yakni; suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan yang khusus dan adanya indikator dari kualitas kinerja;

(2) Motor skill, merupakan prasyarat keterampilan tubuh secara otomatis atau gerak anggota tubuh terarah dan terukur;

(3) Action, merupakan suatu aktivitas atau gerak anggota tubuh dalam mencapai tujuan langsung secara konsisten;

(4) Movement, merupakan karakteristik perilaku anggota tubuh khusus atau kombinasi anggota tubuh atau bagian-bagiannya sesuai dengan tuntutan keterampilan tertentu.

Empat faktor tersebut, akan bermuara pada otomatisasi dan merupakan manifestasi aktivitas fisiologis manusia mencakup alat-alat gerak tubuh yang terdiri dari otot sebagai penggerak aktif, tulang sebagai penggerak pasif dan saraf sebagai pengatur gerak.

Perubahan yang relatif permanen, merupakan hal terpenting sebagai adanya isyarat kemampuan untuk menanggapi sesuatu dengan wajar berdasarkan perolehan pengalaman. Gerak dapat dikatakan sebagai wujud kasar dari penampakkan perilaku.

Gerakan yang terjadi dalam tubuh, pada dasarnya gerak yang dihasilkan oleh konstraksi otot, sehingga dapat mempertahankan diri apabila ada gangguan yang memakan waktu singkat, atau memanfaatkannya apabila digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti melakukan kerja.

Sawitono Amin (2006), menjelaskan bahwa tubuh manusia dapat dilihat dari sudut pandang sistem, yang kinerjanya dapat berubah-ubah tergantung dari rangsangan luar yang mempengaruhinya.

(30)

30

Gambar 1.13. Skematis Sistem Saraf Pusat (Sumber : Singgih.A.S,2003)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan di dalam atau di luar sistem tubuh akan respon yang berwujud sebagai perilaku manusia. Peristiwa refleks terbentuk melalui mekanisme dan melalui jalur tertentu. Berdasarkan mekanisme tersebut, secara sederhana dapat disekematiskan urutan peristiwa yang terjadi di resiptor, saraf aferen, medulla spinalis sebagai syaraf pusat, syaraf efern dan efektor.

Respon somatik dalam bentuk pengaturan sikap anatomi dan keseimbangan serta garakan tubuh, meliputi peningkatan atau penurunan tonus dan kontraksi atau relaksasi otot rangka.

Tonus otot rangka merupakan “kegiatan dasar” dari suatu otot

dan besar peranannya dalam mempertahankan sikap tubuh, dan dipengaruhi oleh peran sistem aktivasi retikuler medula oblongata. Kontraksi otot yang menghasilkan garakan terampil dikendalikan oleh korteks serebri bersama-sama dengan pusat motorik lainnya.

Korteks motorik primer adalah pusat tertinggi yang mengen-dalikan kegiatan motorik dalam pelaksanaannya dibantu oleh wilayah di sekitarnya seperti supplementary motor wilayah yang lebih berperan dalam perencanaan gerak serta wilayah premotor yang lebih berperan dalam melaksanakan gerakan yang rumit. Berbagai bagian sistem syaraf yang berperan dalam sistem motorik somatik dapat dilihat pada gambar, perintah (impuls) menuju otot yang dihantarkan melalui saraf motorik alfa dipengaruhi oleh impul dari:

SISTEM SARAF PUSAT (Otak dan Medulla Spinalis)

Bagian Afferent

Bagian Efferent Sistem Saraf Tepi

Somatik Viseral

Organ Resiptor

Saraf Motorik Otonom Saraf Motorik Somatik

Simpatis Parasimpatis

Otot Polos Otot Jantung Kelenjar

Otot Rangka

(31)

31

(1) Pusat yang lebih tinggi (korteks motorik dan batang otak) dalam bentuk program motorik yang dibentuk melalui proses belajar;

(2) Reseptor di otot (muscle spindle dan golgi tendon organ) dalam bentuk refleks (tingkat) spinal yang pengaktifaannya bertujuan mengendalikan panjang dan tonus otot.

(Nani Cahyani Sudarsono;2004)

Sistem saraf mengatur “sikap” dan “keseimbangan” tubuh dalam

sistem vestibuler. Berbagai masukan sensorik khusus menuju ke nukleus vestibularis diproses secara terkoordinasi dengan serebelum yang memperoleh masukan dari vestibuler di telinga dalam, dan hasil pemrosesan tersebut menghasilkan keluaran yang mengatur kontraksi otot rangka badan dan anggota badan, gerakan bola mata serta persepsi orientasi seseorang “sikap anatomi” dan gerakan tubuh.

Pengaturan sikap anatomi dan keseimbangan, orientasi ruang diketahui dengan mengolah informasi berasal dari cakrawala (horizon), tekanan pada telapak kaki, kedudukan tulang dan persendian, panjang otot serta kedudukan kepala, diperoleh dari masukan reseptor.

Informasi yang berkaitan dengan keadaan gerak berasal dari dua jenis reseptor di telinga dalam yang berperan menginderai percepatan linier (utrikulus dan sakulus) dan percepatan sudut (tiga pasang kanalis semisirkularis yang kedudukannya saling tegak lurus).

Gambar.1.13 Sistem Sistem Saraf Motorik Samotik (Sumber ; Sawitono,2006)

Korteks Suplemental

Korteks Premotorik

Talamus

Serebelum Ganglia Basal

Korteks Motorik

Batang otak

Interneuron Saraf Motorik Alpa

Saraf Motorik Gama

Otot Rangka Muscle Spindle

Golgi Tendon Organ

Lenght feedback

Force feedback

(+) (-)

(32)

32

Sistem saraf mengatur “sikap” dan “keseimbangan” tubuh dalam

sistem vestibuler. Berbagai masukan sensorik khusus menuju ke nukleus vestibularis diproses secara terkoordinasi dengan serebelum yang memperoleh masukan dari vestibuler di telinga dalam, dan hasil pemrosesan tersebut menghasilkan keluaran yang mengatur kontraksi otot rangka badan dan anggota badan, gerakan bola mata serta

persepsi seseorang tentang orientasi “sikap anatomi” dan gerakan

tubuh.

Pusat saraf mengendalikan gerakan terdiri dari tiga tingkat, yaitu medula spinalis, batang otak dan wilayah motorik korteks serebri. Pada tingkat medula spinalis, hasil penginderaan berbagai reseptor seperti muscle spindle, golgi tendon organ dan proprioseptor, berintegrasi untuk menghasilkan gerakan paling sederhana sebagai respon suatu refleks spinal.

Batang otak dipengaruhi oleh masukan dari serebelum, berperan terutama dalam mengendalikan sikap melalui integrasi refleks postural dan koordinasi gerakan mata-tangan.

Gambar.1.4. Komponen Saraf dalam Pengaturan Sikap Anatomi dan Keseimbangan Tubuh

Keluaran ke saraf motorik otot tubuh dan anggota tubuh

Keluaran ke saraf motorik otot eksentrik bola mata

Mempertahankan sikap anatomi dan keseimbangan tubuh

Pengendalian gerakan bola mata

Keluaran ke SSP

(33)

33 Pengendalian gerakan tertinggi dilaksanakan oleh korteks motorik yang mendapat masukan dari serebelum, ganglia basalis dan berbagai pusat di sekitar talamus dalam merencanakan, memulai dan melaksanakan gerakan.

Gerakan tubuh manusia secara umum dapat dikategorikan tiga macam, yakni;

(1) Gerak volunter

Jenis gerak ini didasari oleh kemauan (volunter) yang terkendali dan dilakanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Gerakan ini sebelumnya dipelajari dan kita menjadi mahir melaksanakannya, karena dilatih berulang kali. Meskipun tergolong tahap yang disadari, pada tahap kemahiran tertentu gerakan ini dapat dilaksanakan meskipun tanpa perhatian penuh.

(2) Gerak reflek

Jenis gerak ini terjadi karena terdapat rangsang yang diterima reseptor dihantarkan melalui suatu lengkung refleks sehinga terjadi gerakan. Gerak reflek tidak dipelajari dan tidak dikendalikan oleh kehendak (involunter)

(3) Gerak ritmis

Jenis gerak ini didasari adanya sinaps yang sifatnya merangsang

(eksitasi) dan menghambat (inhibisi) dalam suatu “sirkuit”

rangkaian sinaps yang menghasilkan gerakan berulang dengan pola ritmis. Gerak ritmis diawali dan diakhiri dengan kesadaran, namun gerak berurutan yang mengikuti awal gerakan merupakan gerakan refleks yang bentunya tetap (stereotype) dan berulang terus menerus.

(34)

34

Gambar. 1.14. Siklus Gerak (rencana-aksi-kendali) (Sumber; Sawitono A. Singgih, 1992)

Pembentukan gerakan merupakan faktor yang melandasi terjadinya perkembangan kemampuan gerak seseorang. Gerakan terdiri atas program dasar pengendalian sikap dan gerakan itu sendiri. Sistem saraf motorik mengendalikan sikap dengan cara mengantisipasi perubahan sikap setelah terjadi gerakan tertentu dan antisipasi sikap terhadap rencana gerakan tertentu. Gerakan dibentuk dengan mengendalikan arah, kekuatan, kecepatan dan percepatan gerak setiap segmen tubuh menurut urutan tertentu sehingga terjadi gerakan terkoordinasi.

Pengertian motor dan movement ditinjau dari makna ketubuhan, memiliki perbedaan yakni, motor mengandung arti gerak bersifat dari dalam (otot, saraf atau pusat yang mempengaruhi atau menghasilkan gerakan), secara tetap akan tetapi sulit untuk diamati, adapun

movement mengandung arti gerak bersifat eksternal dan mudah diamati. Secara umum, sistem gerak dapat diskematiskan sebagai berikut.

Ditinjau dari aspek sistem otot, gerakan dapat dibagi tiga, yaitu (1) fleksi, (2) extensi, dan (3) rotasi. Fleksi adalah gerakan kontraksi otot menyebabkan gerakan membengkok, extensi adalah gerakan meluruskan atau membentangkan berlawanan dengan fleksi, sedang-kan rotasi adalah gerasedang-kan berputar yang berporos pada satu sumbu.

B.

Ability

(Kemampuan)

Keterampilan-keterampilan atas dasar gerak ketubuhan ditinjau dari konsep psikologi, disebut “ability”. Hal tersebut, menyangkut

Perencanaan Gerakan

Memori

Pelaksanaan Gerakan Pemantauan

Penyesu-aian Gerakan Masukan Sensorik

(35)

35 aspek-aspek mendasar malaui dari tindakan bawaan, belajar dan latihan sampai pengalaman sesungguhnya, yang mendasi kinerja seseorang (cakap, mahir). Salah satu aspek yang sering terkait dengan gerak adalah faktor kemampuan fisik (ability), dan dipandang mend-asar dalam pengembangan keterampilan individu.

Fleishmen (1967), mengidentifikasikannya unsur ability menca-kup; fleksibilitas statis, fleksibilitas dinamis, kekuatan statis, kekuatan dinamis, kekuatan togok, kekuatan eksplosif, koordinasi tubuh, keseimbangan tubuh, dan stamina (daya tahan kardiovaskular).

Singer (1980), menjelaskan bahwa kemampuan (ability) suatu ciri individu, yang diwariskan dan relatif permanen dan sebagai dasar terbentuknya keterampilan. Kemampuan gerak (motor ability) memiliki perbedaan dengan keterampilan gerak. Kemampuan adalah terjemahan dari kata „ability‟ yang hampir dimaknai sama dengan pengertian keterampilan, meskipun dua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Selanjutnya menurut Singer (1980), kemampuan gerak merupakan suatu keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan variasi keterampilan gerak. Oleh karena itu, kemampuan gerak (motor ability) sangat bervariasi tidak terbatas pada satu yang terkait dengan keterampilan.

Demikian pula menurut Schmidt (1991), ability adalah suatu karakteristik yang bersifat relatif stabil pada diri seseorang. Ciri-ciri ini biasanya bersifat genetically dalam menentukan atau mengembangkan sesuatu melalui proses yang cenderung relatif otomatis di dalam waktu pertumbuhan sampai menjadi matang, dan mereka tidak dengan mudah dapat diubah oleh praktek atau pengalaman.

Pengkajian merujuk pada olah raga dan diadaptasi pada bidang pekerjaan yang memerlukan dominasi gerak tubuh, dapat mengadopsi konsep Fleshman yang membedakan antara motor ability dengan

physical proviciency abilities (kemampuan kecakapan fisik).

Secara garis besar, Fleshman mendeskripsikan kemampuan gerak;

(1) Control precicion (kecermatan kontrol), adanya pelibatan gerakan-gerakan yang dikontrol otot besar;

(36)

36

(3) Respone orientation (orientasi ruang), adanya pemilihan respon (diskriminasi visual), tanpa memperhatikan ketepatan dan koor-dinasi;

(4) Reaction time (waktu reaksi), adanya kecepatan merespon dari suatu stimulus;

(5) Rate control (kontrol kecepatan), adanya penyesuaian gerak secara antisipatif terus menerus menurut tanda-tanda keadaan yang berubah-ubah;

(6) Speed arm movement (kecepatan gerakan lengan, adanya kecepatan dan tidak mempertimbangkan ketepatan;

(7) Manual decterity (ketangkasan manual), adanya manipulasi objek-objek besar di bawah kondisi kecepatan;

(8) Finger dexterity (ketangkasan jemari), adanya manipulasi objek-objek kecil dengan ketepatan dan control;

(9) Arm hand steadiness (kestabilan lengan-tangan), adanya pengontrolan gerak lengan dan tangan, baik ketika atau tanpa berpindah tempat maupun pada saat berpindah;

(10) Wrist finger speed (kecepatan pergelangan jari), adanya kegiatan menepuk atau mengetuk;

(11) Kinesthetic sensitivity (kepekaan kinestetik), adanya kepekaan dan kesadaran pada posisi anggota tubuh hubungannya dengan posisi.

Sebagai upaya pencapaian kinerja vokasi dan kejuruan bidang teknik, diperlukan kemampuan tubuh, mencakup;

(1) Kekuatan statis;

(2) Kekuatan dinamis;

(3) Kekuatan eksplosif;

(4) Kekuatan torso;

(5) Kelenturan;

(6) Koordinasi tubuh;

(7) Stamina.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa gerak tubuh termasuk dalam gerkan kerja vokasi atau kejuruan, diperlukan suatu latihan yang tepat sesuai dengan kepentingan dan tujuan pekerjaan. Secara garis besar, diperlukan latihan yang terintegrasi mencakup;

(37)

37 Kedua, kemampuan mental yang memerlukan fungsi pikir dan imajinasi ruang. Kemampuan pemahaman gerakan yang akan dilakukan mencakup memahami rangsangan, kecepatan keputusan, pemahaman jarak dan penaksiran irama, mengingat gerakan, pemahaman mekanika gerak dan konsentrasi. Ketiga, kemampuan emosional merupakan faktor kesempurnaan gerak. Kemampuan emosional berpengaruh pada saat melakukan gerak, mencakup; pengendalian emosi dan perasaan tertekan atau memandang sepele, bersikap positif terhadap gerak sesuai dengan tujuan.

Kemampuan (ability) yang dimiliki seseorang, merupakan faktor penentu dalam penguasaan keterampilan gerak motorik sederhana secara berkelanjutan berupa respon terkoordinasi, terkendali dan teratur sampai pada tingkat kompleks sehingga menjadi mahir.

C.

Psychomotoric

(Psikomotor)

Kamus Kedokteran Indonesia (2010), menuliskan psikomotor, berkenaan dengan efek motorik sebagai kegiatan serebal atau fsikis.

Medical dictionary (2010), menuliskan berkenaan dengan gerakan atau aktivitas otot yang berhubungan dengan proses-proses mental, terutama mempengaruhi tekanan atau menghubungkan perlambatan psikomotor.

Pengertian dasar yang telah lama menjadi rujukan ilmu medis tersebut, menunjukkan pada dua aspek yakni;

(1) Berkenaan dengan gerakan atau aktivitas otot yang berhubungan dengan proses-proses mental;

(2) Berkenaan dengan kombinasi kekuatan batin dan kejadian motor termasuk gangguan-ganguannya.

Pengertian tersebut, tampaknya dijadikan pendekatan oleh Benyamin Bloom dan kawan-kawan (1956), dalam pernyataan mengenai ranah psikomotor adalah keterampilan yang didasarkan pada tuntutan keterampilan mata pelajaran yang didasarkan materi*.

(38)

38

Tabel 1.5. Pengembang Konsep Psikomotor

Simpson* Dave Harow Romiszowski

Persepsi (kesadaran) - Gerak reflex Perolehan pengetahuan Set (Siap) Imitasi Gerak dasar

fundamental

Melakukan tindakan Respon Terbimbing Manipulasi Kemampuan

perceptual

Transfer

Mekanis Presisi Kemampuan fisikal Otomatisasi Respon kompleks

terbuka

Artikulasi Gerak terampil Generalisasi

Adaptasi Naturalisasi - -

Organisasi - _ -

Sumber :Disarikan dari sumber utama (Dok Penulis)

Menurut Simpson (1966-1972), dalam penjelasan dari beberapa liter-atur, mencakup;

(1) Persepsi:

Kemampuan untuk menggunakan isyarat terbimbing yang berhubungan dengan aktivitas motorik. Hal ini, mencakup rang-sangan yang berhubungan dengan perasaan sampai dengan pemilihan isyarat untuk menterjemahkan tindakan.

Contoh-contoh;

 Menditeksi isyarat komunikasi non verbal, memperkirakan suatu bola tenis yang akan dilemparkan, setelah itu dilemparkan dan lalu menggerakan raket pada lokasi yang tepat untuk dipukul ke arah sasaran.

 Melakukan penyesuaian panas dari tungku, sebagai koreksi temperatur oleh kepekaan pembau dan mencicipi makanan yang dipasaknya.

Kata kunci; memilih; menguraikan; menditeksi; membedakan; menciri; mengidentifikasi; menghubungkan dan memilih

(2) Set (kesiapan):

(39)

39 pada situasi yang berbeda (kadang-kadang memanggil pola pikir yang telah tersedia dalam memori).

Contoh;

 Mengetahui dan bertindak sesuai dengan suatu urutan dan langkah-langkah pada suatu proses pabrikasi. Kenalilah kemampuan-kemampuan dan pembatasan-pembatasannya, petunjuk-petunjuk untuk belajar suatu proses yang baru. Catatan: pada bagian ini, psikomotor berhubungan erat dengan

“menanggapi gejala”, dalam konteks bagian dari wilayah afektif.

Kata kunci: memulai, tampilan, penjelasakan, gerakan-gerakan,

hasil positif, bereaksi, pertunjukan, pernyataan, sukarela. (3) Respon terbimbing:

Tahap awal di dalam belajar melalui peniruan dan mencoba-coba dari suatu keterampilan yang kompleks. Kecukupan dari kinerja adalah dicapai dengan mempraktikannya.

Contoh-contoh:

 Kerjakanlah suatu persamaan matematika seperti ditunjukkan pada soal ini.

 Perhatikan isyarat tangan dari instruktur, saat belajar mengoperasikan suatu pesawat angkat.

Kata kunci: runutan, mengikuti, bereaksi, reproduksi dann menanggapi.

(4) Mekanisme:

Merupakan langkah atau tahapan lanjutan dalam belajar dari suatu keterampilan yang kompleks. Respon-respon yang dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, serta gerakan-gerakan itu dapat dilakukan dengan keyakinan dan kecakapan.

Contoh-contoh:

 Menggunakan komputer pribadi  Mengemudikan mobil

(40)

40

(5) Respon Kompleks Terbuka:

Kinerja yang mahir dari motorik, bertindak melibatkan pola gerakan kompleks. Kecakapan, ditandai oleh suatu kecepatan, akurasi dan koordinasi kerja dengan sedikit memerlukan energi. Kategori ini termasuk melakukan tanpa keraguan dan kinerja secara otomatis. Seperti pemain tenis, selama melakukan pukulan bola sambil berteriak kepuasan.

Contoh-contoh:

 Melakukan parkir secara paralel pada lahan yang padat  Mengoperasikan komputer dengan cepat dan teliti

Kata kunci: Memasang, membangun, kalibrasi, membangun, membuka, menampilkan, mengikatkan, menentukan, memper-baiki, pekerjaan berat, mengolah, mengukur, menambal, mencampur, mengorganisir, menggambar.

Catatan: Kata kunci sama seperti mekanisme, akan tetapi memiliki kata keterangan atau kata sifat menunjukan kinerja lebih cepat, lebih baik, lebih akurat.

(6) Adaptasi:

Keterampilan-keterampilan yang secara sungguh-sungguh dikem-bangkan dan setiap individu memodifikasi pola gerakan yang cocok sesuai persyaratan khusus.

Contoh-contoh:

 Menanggapi secara efektif atas pengalaman tak terduga  Memodifikasi pembelajaran untuk memenuhi tuntutan keahlian

tertentu

 Melakukan tugas memperbaiki mesin

Kata kunci: menyesuaikan, mengubah, merubah, menyusun kembali, meninjau kembali, memperbaiki dan bervariasi tindakan.

(7) Organisasi:

Menciptakan pola gerakan yang baru yang cocok dengan situasi tertentu atau masalah spesifik. Belajar yang menekankan pada hasil dan kreativitas didasarkan keterampilan yang sangat maju. Contoh-contoh:

 Membangun suatu teori yang baru

(41)

41

Kata kunci: Menyusun, membangun, mengkombinasikan, membangun, menciptakan, mendesain permulaan, buatan-buatan, memulai.

Dave H.R (1972), psikomotor merupakan uraian perilaku atas dasar aktivitas yang didemonstrasikan secara fisik dan mental.

(1) Imitation (Tiruan)

Mengamati suatu keterampilan dan usaha untuk mengulangnya, atau melihat suatu produk jadi dan berusaha meriflikasi. Selama tingkatan ini, struktur berbagai isi pengetahuan dan menunjukkan keterampilan. Pada fase ini, ketika berbagai informasi yang terpenting dari keterampilan seperti latar belakang, fakta-fakta, keselamatan kerja. Instruktur memecah-mecah keterampilan secara rinci ke dalam langkah-langkah kecil, lalu memberikan kesempatan kepeda peserta belajar untuk mencoba melakukan atau menirukan.

Kata Kunci: berusaha, menyalin, meniru, memainkan mimik.

(2) Manipulation (Mengolah)

Melaksanakan keterampilan atau menghasilkan suatu produk dengan menunjukkan yang dapat dilakukan dengan mengikuti perintah atau petunjuk, tidak hanya dengan pengamatan. Selama tingkat ini, peserta belajar diijinkan untuk mempraktikan sendiri dengan pengawasan instruktur secara berulang, dan diberikan umpan balik oleh instruktur sampai menguasai keterampilan dasar. Peserta belajar, diberikan tes dengan berbagai pertanyaan, untuk menerima umpan balik dan mencoba di suatu lingkungan yang ramah lingkungan.

Kata Kunci: Melengkapi, mengikuti, melaksanakan dan meng-hasilkan.

(3) Precision (Ketepatan)

Gambar

Tabel: 1.1  Kompetensi Inti vs Kompetensi Tempat Kerja
Gambar 1.3: Kompetensi-kompetensi Manajerial Model Gunung Es (Sumber: Nick Boutler et.al, 2003:39)
Gambar 1.4:  General Competency Model (Sumber : Jelle Dijkstra,2009;15)
Gambar 1.6. Dinamika Tuntutan Perubahan Kompetensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika Anda merasa bahwa jawaban yang Anda berikan salah dan Anda ingin mengganti dengan jawaban yang lain, maka Anda dapat langsung mencoret dengan memberikan tanda dua

diajukan. Siswa dengan gaya belajar visual dan auditori memiliki prestasi yang sama. dikarenakan siswa dengan gaya belajar tersebut dapat menangkap dengan baik

Bangsal Sewatama merupakan pendapa atau bangunan terbuka, yang dalam rumah tradisional Jawa termasuk dalam bangunan publik yang biasanya dipakai untuk pagelaran kesenian

• Pemasaran didefinisikan sebagai suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen1. • Ada 3 unsur

Seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Arab pada khususnya dan Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah mendidik dan

dorsalis (Diptera : Tephritidae) Pada Beberapa Fase Warna Kematangan Buah Jeruk Tanah Karo di Laboratorium” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di

TELAH MELAKSANAKAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH PADA TANGGAL 25 FEBRUARI 2018 DAN 11 MARET 2018. Diperiksa

The microhabitat preference of captive sambar deer in the University of Lampung sanctuary is areas with grass, bushes and trees for feeding activity and areas with shrubs and