LAPORAN HASIL DISKUSI
SGD 3 LBM 5 BLOK 9
MYOFASIAL PAIN
Disusun Oleh :
1. Ahmad Fahmi Fahrobi 31101300333
2. Enda Meditika Karisa 31101300347
3. Faiqotul Kumala Ayuna Kahfi 31101300349
4. Intan Kumala Sari 31101300353
5. Mardha Ade Pritia 31101300359
6. Marzuki Akbar J. Dundu 31101300360
7. Raisa Rosi 31101300376
8. Riezqia Ayu Wulandari 31101300377
9. Rizqi Ammaliyyah 31101300380
10. Rizqi Wahyu Lestari Suwarto 31101300381
11. Kardinah Puspita 31101300389
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2014/2015
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL SGD 3 LBM 5
Telah Disetujui oleh :
Semarang, 13 Oktober 2014
Tutor
Drg. welly Anggarani
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 3 “Myofasial Pain”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi kita bersama.
Semarang, 13 Oktober 2014
Penyusun
Daftar Isi... 3
A. Macam-macam Myofacial Pain berdasarkan regionya... 6
B. Karakteristik dari Myofacial Pain... 6
C. Penyebab Myofacial Pain D. Tanda-tanda Myofasial Pain E. Mekanisme Myofasial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan Nyeri ketika dipalpasi F. Mekanisme nyeri pada daerah m.masseter dan m.tmporalis kanan saat dipalpasi G. Mekanisme Tenderness H. Pengaruh stress dengan Myofasial Pain I. Jarak normal dan batas ketika membuka mulut dan mekanismenya J. Menegement dan Penatalaksanaan Myofasial Pain K. Mengapa setelah terapi farmakologi tidak memberikan efek nyeri pada pasien L. Bagaimana cara pemeriksaan Ekstra Oral pada myofasial pain M. Indikasi pada tmj yang tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan N. Penyebab Myofacial Pain... 6
O. Tanda-tanda Myofacial Pain... 7
P. Mekanisme Myofacial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan nyeri ketika dipalpasi... 7
Q. Terapi Nyeri Neuropatik... 8
R. Hubungan Penyakit Sistemik dengan Rongga Mulut... 12
S. Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral... 15
T. Vital Sign... 17
I. Kerangka konsep... 21
BAB III : PENUTUP Kesimpulan... 22
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Miofacial Pain adalah suatu kondisi nyeri dimana, nyeri tersebut dapat
dirasakan atau terlokalisasi, penurunan aktifitas fungsional, terkadang
menimbulkan keterbatasan fungsi gerak. Dengan mekanismenya adalah saat otot
mengalami penggunaan berlebih dan kontraksi terus menerus saat kontraksi bisa
timbul gangguan pada otot dan menstimulasi nosiseptor, semakin nosiseptor
mengalami ketegangan, kekurangan oksigen, pengumpulan sisa-sisa metabolisme.
Merangsang ujung saraf nosiseptor tipe c untuk melepaskan substansi p,
merangsang PG, bradikinin, serotonin sebagai teknikal stimuli. Adapun stres
menjadi sangat berpengaruh terhadap nyeri dikarenakan adanya peningkatan saraf
simpatisnya bisa meningkatkan neuron afferen gamma, pada spindel bisa
berkontraksi.
Sehingga penatalaksanaan dari miofacial pain sendiri dengan cara microwave
diatermi dg stressor energi elektromagnetik, penyemprotan CE spray terdapat
trigger point, dan akan terblok dan efek spasme mestimulasi otot merenggang,
ketegangan otot menurun.
II. Skenario
Judul : Daerah sekitar telingaku kok sakit ya?
Seorang laki-laki berusia 49 tahun mengeluh nyeri pada daerah pipi kanan depan
telinganya. Nyeri yg dirasakan muncul spontan dan menyebar, terkadang disertai pusing.
Ia menceritakan bahwa nyeri dirasakan sejak ia mengalami kebangkrutan perusahaannya
sekitar 1 tahun lalu sehingga menyebabkan sulit tidur dan depresi pada awalnya nyeri
terasa ringan tetapi sekarang nyeri semakain hebat dan sudah sangat menggangu. Pasien
pernah meminum obat penghilang sakit dan obat pusing tetapi tidak mengurangu keluhan
nyeri.
Setelah dilakukan pemeriksaan ekstraoral diketahui bahwa pasien hanya mampu
membuka mulut 15 mm, ketika dipalpasi tidak ditemukan pembengkakan pada wajah,
tidak ada rasa hangat,tidak ada kliking maupun krepitasi pada area TMJ. Adanya
tenderness, spasm
, dan nyeri ketika dilakukan palpasi pada muskulus masseter dan
II.
Identifikasi Masalah
1. Apa saja macam-macam Myofacial Pain berdasarkan regionya 2. Apa saja karakteristik dari Myofasial Pain
3. Apa penyebab Myofacial Pain 4. Apa saja tanda-tanda Myofasial Pain
5. Bagaimana mekanisme Myofasial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan Nyeri ketika dipalpasi
6. Bagaimana mekanisme nyeri pada daerah m.masseter dan m.tmporalis kanan saat dipalpasi
7. Bagaimana mekanisme Tenderness
8. Bagaimana pengaruh stress dengan Myofasial Pain
9. Berapa jarak normal dan batas ketika membuka mulut dan mekanismenya 10. Apa saja menegement dan penatalaksanaan Myofasial Pain
11. Mengapa setelah terapi farmakologi tidak memberikan efek nyeri pada pasien 12. Bagaimana cara pemeriksaan EO pada myofasial pain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Landasan Teori
A. Macam-macam Myofacial Pain berdasarkan regionya B. Karakteristik dari Myofasial Pain
Nyeri terlokalisasi
Adanya Taut Band pada grup otot/otot tertentu
Nyeri menyebar
Kelemahan pada otot tertentu/sekelompok otot
Nyeri satu sisi pada trigger point (titik tertentu)
Autonomic Dysfunction
Kemungkinan nyeri aktif (pada saat bergerak) atau laten (nyeri pada saat di
palpasi
Prevalensi anatara usia 20-49 tahun
Nyeri (terbakar atau periodik)
Kaku biasanya dirasakan pada malam hari
Kelelahan pada otot yang berlebihan
Penurunan ROM
Kelemahan tanpa disertai atrofi otot
Penurunan sensitifitas terhadap rasa dingin
C. Penyebab Myofacial Pain
Penyebab myofacial sendiri belum diketahui secara jelas. Biasanya myofacial
terjadi akibat kelemahan dari otot tersebut, postur tubuh yang tidak simetris,
alignment tubuh yang tidak simetris, kerja otot yang terus menerus, faktor stress,
pengulangan gerak yang (berlebihan dan terus menerus (repetitive motions)dan
gangguan pada sendi. Faktor-faktor tersebut yang menghasilkan siklus nyeri,
gangguan beraktivitas.
Trauma tiba-tiba atau berlebihan akut myofascial jaringan gerakan
berulang-ulang atau microtrauma (lambat awal), leg discrepancy(beda panjang tungkai),
kekurangan gizi, perubahan hormon (PMS atau menopause) infeksi kronis
pendinginan daerah badan, stres emosional yang intens.
Rasa sakit yang dalam dan konstan
Sakit yang dalam dan konstan dapat menyebabkan efek eksitator (perangsangan) sentral pada area yang jauh.
Stres emosional yang meningkat. Kelainan tidur.
Sakit kepala yg sering Penurunan ROM
Adanya stifness atau kekakuan Adanya taut band pada otot-otot Faktor-faktor lokal
Beberapa kondisi lokal yang mempengaruhi aktivitas otot seperti kebiasaan, sikap badan yang salah, keseleo, dan aktivitas otot yang berlebihan dapat menghasilkan nyeri
myofacial.
Faktor-faktor sistemik
Beberapa faktor sistemik dapat mempengaruhi atau bahkan menghasilkan nyeri miofasial. Faktor-faktor sistemik seperti hipovitaminosis, kondisi fisik yang rendah, lelah, dan infeksi virus.
Adanya trigger point dan terlokalisasi
Adanya nyeri alih dengan adanya stimulasi penekan trigger point
Menurut John Halford terdapat 3 jenis trigger point yang berkembang dalam otot,ligamen dan kapsul sendi :
- Inactive trigger point : - Latent trigger point : - Active trigger point :
E. Mekanisme Myofasial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan Nyeri ketika dipalpasi
Pada myofascial umumnya dicirikan dengan adanya spasme otot, tenderness, stifness(kekakuan), keterbatasan gerak bahkan sampai kelemahan otot. Pada kondisi ini apabila dilakukan palpasi maka akan ditemukan adanya taut band yaitu berbentuk seperti tali yang membengkak pada badan otot, yang membuat pemendekan serabut otot yang terus-menerus, sehingga terjadi peningkatan ketegangan serabut otot. Otot yang mengalami ketegangan terus-menerus jika berlangsung lama akan mengakibatkan jaringan miofascial terjadi penumpukan zat-zat asam laktat dan karbondioksida ke jaringan dan menimbulkan iskemik.
Nyeri didalam kasus myofascial merupakan otot yang mengalami
ketegangan terus-menerus jika berlangsung lama akan mengakibatkan jaringan miofascial terjadi penumpukan zat-zat asam laktat dan karbondioksida ke jaringan dan menimbulkan iskemik. Keadaan iskemik ini membuat jaringan mengalami mikrosirkulasi karena vasokonstriksi pembuluh darah, mengalami kekurangan nutrisi dan
Oksigen serta menumpuknya zat-zat sisa metabolisme dan timbul viscous circle. Keadaan ini akan merangsang ujung-ujung saraf tepi nosiseptife C untuk melepaskan suatu neuropeptida yaitu substansi P. Karena adanya pelepasan substansi P akan membebaskan prostaglandin dan diikuti juga dengan
pembebasan bradikinin, potassium ion, serotonin yang merupakan noxius stimuli sehingga dapat menimbulkan nyeri.
F. Mekanisme nyeri pada daerah m.masseter dan m.tmporalis kanan saat dipalpasi
mengeluarkan mediator nyeri mengaktifkan nosiseptor dikirim melalui serabut A delta dan serabut C ke medulla spinalis mengalami modulasi ke kortex cerebri persepsi nyeri.
G. Mekanisme Tenderness
H. Pengaruh stress dengan Myofasial Pain
Ketika kita dalam keadaan tegang atau stress, akan mengakibatkan aktivitas saraf sympathetic meningkat, sehingga akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang. Karena pada kondisi saraf sympathetic dominan, tubuh dalam keadaan fight or flight. Ketegangan ini lebih dominan pada otot-otot stabilisator scapulae, seperti rhomboideus, levator scapula, upper trapezius. Ketegangan/spasm otot yang berkepanjangan akan mengakibatkan mikroischemic pada otot oleh karena suplay darah dari mikrovaskuler terhambat oleh kontraksi otot, selain itu pada kondisi ini akan muncul myofascial trigger point. Dengan keadaan tersebut, maka timbulah nyeri.
I. Jarak normal dan batas ketika membuka mulut dan mekanismenya
Gerak sendi pada orang dewasa normal memiliki kisaran 20 - 25mm antara gigi geligi rahang atas dan bawah. Bila dikombinasikan dengan jarak meluncur kisaran gerak
membuka mulut yang normal akan meningkat menjadi 35 – 45mm, sedangkan gerak lateral 10mm dan gerakan TMJ kedepan 10-20mm.
Mekanisme Membuka Mulut :
[Penggerak utamanya adalah : M. Pterygoideus lateralis]
M. Pterigoideus lateralis menarik processus condilaris ke depan menuju eminentia articularis.Pada saat bersamaan,serabut posterior M. Temporalis harus relaks dan keadaan ini diikuti dengan relaksasi M. Maseter,serabut anterior M. Temporalis, dan M. Pterigoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal sehingga processus condilaris akan bergerak ke depan sedang angulus mandibula begerak ke belakang. Dagu akan terdepresi , keadaan ini dibantu dengan gerak membuka yang kuat oleh M. Digastricus,M. Geniohyoideus , dan M. Mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoid .
Mekanisme Menutup Mulut :
[Penggerak utamanya adalah : M. Maseter , M. Temporalis, M. Pterigoideus Medialis] Rahang dapat menutup pada berbagai posisi.Mulai dari menutp pada posisi protusi penuh sampai menutup pada keadaan processus condilaris berada pada posisi paling posterior dalam fossa mandibula . Pada posisi protusi memerlukan kontraksi M. Pterigoideus Lateralis\yang dibantu M. Pterigoideus Medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan eminentia articularis . Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior M. Temporalis akan bekerjasama dengan M.Maseter untuk mengembalikan processus condilaris ke dalam fossa mandibula. Sehingga gigi geligi dapat saling kontak pada oklusi normal.
caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus. J. Menegement dan Penatalaksanaan Myofasial Pain
MASSAGEPrinsip efek terapeutik massage adalah menghancurkan perlengketan pada Trigger point, memperbaiki sirkulasi darah local dan relaksasi otot. Teknik "deep friction" dari Cyriax cukup efektif dan mudah dikerjakan untuk merusak TrP tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan "effleurage" dan atau "stroking".
Terapi es/dinging (icing)Dapat berupa kompres dingin dengan memakai handuk atau cold pack, dan atau ice massage. Hati-hati kemungkinan alergi terhadap es.
Terapi panasTerapi panas superficial seperti kompres panas (hot pack), lampu infra merah (infra red), tidak dapat menenangkan TrP. Terapi panas-dalam (baik berupa Shortwave diathermy atau Microwave Diathermy) lebih efektif untuk TrP dengan mekanisme memperbaiki
mikrosirkulasi pada serabut otot yang letaknya dalam sehingga menimbulkan efek relaksasi. Yang paling efektif adalah ultrasound therapy, dengan mekanisme mikromassage akan menghancurkan perlengketan pada trigger point tanpa menimbulkan reaksi nyeri seperti halnya ketika dilakukan "deep friction".
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve StimulationDengan stimulasi listrik intensitas rendah (dibawah ambang nyeri), dimana frekuensi dapat tinggio (high frecuency current) atau rendah (Low frecuency current), dengan electrode diletakan di kulit diatas TrP, pada kasus-kasus MTPS baru, cukup efektif. Pada kasus kronis dan sulit TENS diberikan bersama modalitas lain.
Spray and StretchMetode spray and stretch atau stretch and spray (semprot dan regang) merupakan cara terapi MTPS yang dianggap paling mudah, cepat dan kurang sakit. Yang umum dipakai adalah "chloraethyl spray".
Exercise therapy (terapi latihan)K. Mengapa setelah terapi farmakologi tidak memberikan efek nyeri pada pasien
L. Bagaimana cara pemeriksaan EO pada myofasial pain
Inspeksi
-
Memeriksa kesimetrisan wajah
-
Memeriksa midline gigi rahang atas dan rahang bawah
-
Memeriksa
Range of motion
Pemeriksaan pergerakan ”
Range of Motion
” dilakukan dengan pembukaan mulut
secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau nyeri.
Mandibular range of motion
diukur dengan :
o
Maximal interticisal opening (active and passive range of motion)
o
Lateral movement
o
Protrusio movement
Auskultasi :
Joint sounds
Dengan menggunakan stetoskop mendengar adanya krepitasi atau kliking pada area
depan telinga yang akan diperiksa. Selanjutnya
instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut.
Palpasi :- Cara 1 : dengan palpasi bimanual pada area depan telinga kanan dan kiri, selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut. Periksa kelancaran pergerakan TMJ.
- Cara 2 : Masukan jari kelingking pada meatus acusticus (telinga) pada kanan dan kiri, selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut.
Pemeriksaan Muskulus TrapeziusDengan cara melakukan palpasi pada muskulus trapezius kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa). Kemudian tanyakan kepada pasien sensasi apa yang dirasakan saat dipalpasi.
Pemeriksaan Muskulus TemporalisDengan cara melakukan palpasi pada muskulus temporalis,kemudian tanyakan kepada pasien sensasi apa yang dirasakan saat dipalpasi.
M. Indikasi pada tmj yang tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan
Tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan menandakan tidak adanya inflamasi, karena jika terjadi inflamasi maka akan terjadi vasodilatasi pada kerusakan jaringan yang ada dan menimbulkan rasa hangat pada daerah inflamasi .
Tanda-tanda adanya
inflamasi yaitu sebagai berikut:
-
calor
atau menghangat
-
dolor
atau nyeri
-
rubor
atau memerah
-
functio laesa
atau daya pergerakan menurun
Selain itu juga karena otot mastikasi mengalami spasme otot membuat kelelahan otot terjadi penumpukan asan laktat dan iskemia yang dapat mengakibatkan
berkurangnya pasokan darah ke jaringan sehingga sel – sel otot tidak mendapatkan makanan akibatnya tidak dapat melakukan metabolisme / metabolisme turun, tidak mendapat energi dan tidak menimbulkan rasa hangat.
N.
O.
II.
Kerangka konsep
NYERI NEUROPATIK
MANAJEMEN NYERI
NYERI NOSISEPTIK
NON FARMAKOLOGI
FARMAKOLOGI
PASIEN DEGAN KELUAHAN NYERI BERDENYUT
DAN MENYEBAR KE OTOT –OTOT
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen nyeri suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan, pada orang lain ataupun diri sendiri. Adapun tujuan dari manajemen nyeri diantaranya:
- Untuk menentukan terapinya
- Memberikan kenyamanan pada pasien
- Menjaga pasien agar dalam kondisi yang senyaman mungkin - Untuk menentukan diagnosa sebelum melakukan terapi - Dll.
Prosedur Manajemen Nyeri : Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan khusus dan objektif, Pemeriksaan penunjang, Menentukan diagnosis dan terapi. Dalam melakukan penatalaksanaan nyeri terdapat beberapa hambatan yaitu : Ketakutan akan timbulnya ketagihan dan pengetahuan yang tidak memadai dalam manajemen nyeri . Terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri neuropatik, ada 2 cara yaitu: secara farmakologi (dengan menggunakan obat-obatan seperti : anti depresan trisiklik, anti konvulsan, karbamasepin, dll) dan non farmakologi (salah satunya dengan menggunakan fisioterapi seperti : therapy musik, massage atau pijatan, guided imaginary, dll).
Penyakit yang berhubungan dengan rongga mulut, seperti : diabetes, penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, hipertensi, malignansi oral. Penyakit yang berhubungan dengan rongga mulut dapat dideteksi melalui pemriksaan ekstra oral maupun intra oral.
Pemeriksaan ekstra oral dapat meliputi : pemeriksaan mata, bentuk wajah, ekspresi, kelenjar limfe, dll) dan pemeriksaan intra oral meliputi : pemeriksaan jaringan lunak, anomali gigi, oral hygiene, mukosa mulut, dll)
Selain pemeriksaan ektra oral dan intra oral adapun pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan tanda tanda vital. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi :
ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop. Tekanan darah normal menurut JNC adalah 120/80 mmHg, sedangkan tekanan darah normal menurut WHO adalah 135/85 mmHg. - Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan sistol dan distole dari jantung. Denyut nadi normal adalah 60 – 80 kali per menit
- Suhu dapat diperiksa melalui : aksila (ketiak), oral (mulut), dan rectal (anus). suhu tubuh normal adalah 36oC – 37,5OC
DAFTAR PUSTAKA
[1] Team KDKK I. 2012. Ketrampilan Dasar Dalam Keperawatan I. Yogyakarta : STIKES A YANI
[2] Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins
[3] Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63 [4] John Hughes. (2008). Pain Management: From Basic to Clinical Practice, 1st
Edition. Churchill Livingstone Elsevier.
[5] Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical Practice. [online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from: URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm
[6] Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical Practice. [online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from: URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm
[7] Zeltzer L. The use of topical analgesics in the treatment of neuropathic pain: mechanism of action, clinical efficacy, and psychologic correlates. [online] 2004 [cited 2008 Februari 8] : [2 screens]. Available from: URL:
http://www.medscape.com
[8] Beydoun, A., Kutluay, E. 2002. Oxcarbazepin, Expert Opinion in Pharmacotherapy, 3(1):59-71
[9] Dworkin, RHH., O’Connor, BB., Backonja, M., Farrar, JTT., Finnerup, NBB., Jensen, TSS., Kalso, EAA., Loeser, JDD., Miaskowski, C., Nurmikko, TJJ., Portenov, RKK., Rice, ASCS., Stacey, BRR., Trede, RDD., Turk, DCC., Wallace, MSS., 2007. Pharmacologic management of neuropathic pain: Evidence-based recommendations., PAIN; 132(3):237-51
[10] Meliala, L. 2004. Terapi Rasional Nyeri. Medika Gama Press, Yogyakarta. [11] Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison
CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins
[12] http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2011/03/kul_TANDA-TANDA-VITAL.ppt [13] http://unsoed.ac.id/files/2012/05/pain-management.pdf
[14] http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20302574-T30330-Manajemen%20nyeri.pdf [15]