• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah FILSAFAT ABAD MODERN IDEALISME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah FILSAFAT ABAD MODERN IDEALISME"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT ABAD MODERN MATERIALISME DAN POSITIVISME PENDAHULUAN

Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance.Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.

Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah.

Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya.Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.

Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir dunia baru yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan akal yang sehat. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.

Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengetengahkan Via Moderna (jalan modern) dan Via Antiqua(jalan kuno). Akibatnya manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan Surga.Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan. Di sisi lain, nilai filsafat merosot karena dianggap ketinggalan zaman. Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran.

(2)

A. MATERIALISME

1. Pengertian Materialisme

Kata Materialisme terdiri dari kata "materi" dan "isme". "Materi" dapat dipahami sebagai "bahan, benda, atau segala sesuatu yang tampak". Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata.1

Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun metafisikanya adalah metafisika materialisme. Materialisme merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis.

Materialisme tidak mengakui entitas non-material seperti roh, hantu, dll. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi.Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama.Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal.Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.2

2. Ciri-ciri paham Materialisme

Ada 5 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini:3 a. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi. b. Tidak meyakini adanya alam ghaib.

c. Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu. d. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.

e. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak. Maksudnya ialah sebuah paham garis pemikiran, dimana manusia sebagai nara sumber dan juga sebagai resolusi dari tindakan yang sudah ada dengan jalan dialetis

3. Tokoh Kaum Materialisme a. Karl Marx

Materialisme Historis adalah pandangan sejarah dialektik dalam proses kerja dan laju perkembangan ekonomi yang dikembangkan oleh Karl Marx.4 Dalam pandangan ini, bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi keadaan sosial mereka yang

1 N. Drijarkara. 1966. Pertjikan Filsafat. (Jakarta: Pembangunan Djakarta.), Hal. 57-59.

2 P. A. van der Weij. 1988. Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.), Hal 108-110. 3 Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.) Hlm. 593-600

(3)

menentukan kesadaran mereka. Keadaan sosial manusia merupakan produksinya. Hal ini berarti manusia ditentukan oleh produksi mereka, baik apa yang diproduksi maupun cara mereka berproduksi.Cara manusia berpikir ditentukan oleh cara ia bekerja.Oleh karena itu, kita tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan manusia, tetapi cukup melihat bagaimana cara ia bekerja.5

Kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh kedudukannya dalam kelas sosial. Keanggotaan dalam kelas sosial tertentu akan menentukan cara kita memandang dunia, apa yang kita harapkan dan kita khawatirkan. Sejarah tidak ditentukan oleh pikiran manusia, tetapi oleh cara manusia menjalankan produksinya. Oleh sebab itu, perubahan masyarakat tidak dapat terjadi dari perubahan pikiran, tetapi dari perubahan dalam cara produksi.

Karl Marx membagi lingkup kehidupan manusia dalam dua bagian, yakni dasar nyata atau basis dan bangunan atas. Basis merupakan bidang produksi kehidupan material, sedangkan bangunan atas merupakan proses kehidupan sosial, politik dan spiritual.6

Basis ditentukan oleh dua faktor, yakni tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi. Tenaga-tenaga produktif merupakan kekuatan-kekuatan yang dipakai oleh masyarakat untuk mengerjakan dan mengubah alam. Tenaga-tenaga produktif mengandung tiga unsur, yaitu alat-alat kerja, manusia dengan kemampuannya masing-masing dan pengalaman-pengalaman dalam produksi (teknologi). Hubungan-hubungan produksi merupakan hubungan kerja sama atau pembagian kerja antara manusia yang terlibat dalam proses produksi, sepertiburuh dan pemilik modal. Ciri khas dari basis adalah adanya pertentangan antara kelas atas dan kelas bawah.Hubungan-hubungan produksi ditentukan oleh tingkat perkembangan tenaga-tenaga produktif. Hal ini berarti struktur kelas masyarakat bukan sesuatu yang kebetulan, tetapi ditentukan oleh tuntutan efisiensi produksi. Jadi, yang menentukan hubungan-hubungan produksi dalam sebuah masyarakat adalah tenaga-tenaga produktif.7

Bangunan atas terdiri dari dua hal, yakni tatanan institusional dan tatanan kesadaran kolektif atau bangunan atas ideologis.Tatanan institusional merupakan segala macam lembaga yang menganut kehidupan bersama masyarakat di luar bidang produksi, seperti organisasi pasar, sistem pendidikan, sistem kesehatan, sistem hukum dan negara. Tatanan kesadaran kolektif merupakan segala sistem kepercayaan, norma-norma dan nilai yang memeberikan kerangka pengertian, makna dan orientasi spiritual kepada usaha manusia termasuk pandangan dunia, agama, filsafat, moralitas masyarakat, nilai-nilai budaya dan seni.8

b. Friedrich Engles

Perhatian Engels terhadap sistem sosial pertama-tama bukan pada kepercayaan atau gagasan orang per orang, tetapi lebih pada keadaan yang menjadi tempat siapa yang menciptakan dan siapa yang menerima kepercayaan dan gagasan ciptaan tersebut karena produksi gagasan,

5Franz Magnis Suseno (2010). Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. (Gramedia Pustaka Utama.), hlm. 135-145.

6Allen Oakley, Marx's Critique of Political Economy: 1844 to 1860, Routledge, 1984, p. 51.

(4)

konsepsi, dan kesadaran jalin-menjalin dengan kegiatan-kegiatan material dan hubungan material manusia.9

Menurut Engels, gagasan harus dipahami sebagai hasil dari aktivitas orang-orang yang berkutat dengan proses kehidupan material dan menempatkan produksi gagasan sebagai sebuah aspek dari upaya pada umumnya dalam menciptakan kehidupan dalam alam.

Engels sama sekali tidak antipati terhadap pentingnya gagasan, konsep, dan nilai-nilai dalam kehidupan manusia, tapi mereka menambahkan bahwa semua ini tidak muncul dari ruang kosong, dan ruang pertama yang harus dihadapi manusia adalah kehidupan materialnya yaitu produksi dan reproduksi kebutuhan materialnya. Kehidupan manusia adalah sejarah yang mengandung saling pengaruh yang kompleks antara berbagai faktor yang sebagian material dan sebagian lainnya mental (meski bermula dari material).10

Dalam bukunya Les éléments de l’ideologie, Destutt de Tracy mendefinisikan ‘ilmu gagasan-gagasan’ sebagai berikut: “Ilmu itu bisa disebut ideologi, jika orang hanya mengamati pokok masalahnya; tata bahasa umum, jika orang hanya mengamati metode-metodenya; dan logika, jika orang hanya engamati tujuannya. Apapun namanya, ilmu itu pasti memuat tiga bagian ini, karena yang satu tak bisa dijalankan secara memadai tanpa menjalankan juga dua yang lainnya.Jadi, boleh dibilang bahwa asal-usul istilah ideologi hanya berarti ‘ilmu tentang gagasan-gagasan’.

Tujuan utama dari ilmu tentang gagasan ini adalah penolakan terhadap metafisika dan mencari dasar dari ilmu budaya pada dasar-dasar antropologis dan psikologis atau menfokuskan kajian tentang gagasan dengan menelisik sumber psikologisnya yang merupakan hasil cerapan atas lingkungan kehidupan manusia.Jauh di kemudian hari, Engels menggunakan istilah ideologi dengan arti yang jauh berbeda dari istilah aslinya.Titik perhatian Engels adalah batasan ideologi sebagai jaringan konsep, perspesi, dan gagasan kelas berkuasa yang ditebarkan pada masyarakat awam yang dikuasai sebagai penyamar landasan nyata dari tatanan yang menindas. Ideologi dalam arti ini bersifat khusus.

B. POSITIVISME

1. Pengertian Positivisme

Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif bertentangan dengan apa yang hanya ada di

9Robert Audi. 1995. The Cambridge Dictionary of Philosophy. (United Kingdom: Cambridge University Press.), Hlm. 465-467.

(5)

dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari apa yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia.

Dapat disimpulkan pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam "pencapaian kebenaran"-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi.Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.11

Pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.

2. Tokoh Aliran Positivisme a. Auguste Comte

Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal.Kamu positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan.Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis.

Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia terdiri atas tiga Tahap yaitu Tahap Teologik, lalu meningkat ketahap metafisik, kemudian mencapai tahap akhir yaitu tahap positif.12 1. TAHAP TEOLOGIK

Tahap teologik bersifat antropomorfik atau melekatkan manusia kepada selain manusia seperti alam atau apa yang ada dibaliknya. Pada zaman ini atau tahap ini seseorang mengarahkan rohnya pada hakikat batiniah segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terahir segala sesuatu.Menurutnya benda-benda pada zaman ini merupakan ungkapan dari supernaturalisme, bermula dari fetish yaitu suatu faham yang mempercayai adanya kekuatan magis dibenda-benda tertentu, ini adalah tahap teologis yang palin primitif.

Kemudian polyteisme atau mempercayai pada banyak Tuhan, saat itu orang menurunkan hal-hal tertentu seluruhnya masing-masing diturunkannya dari suatu kekuatan adikodrati, yang melatar belakanginya, sedemikian rupa, sehingga tiap kawasan gejala-gejala memiliki dewa-dewanya sendiri. Dan kemudian menjadi monoteisme ini adalah suatu tahap tertinggi yang mana

11Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.) Hlm. 593-600

(6)

saat itu manusia menyatukan Tuhan-Tuhannya menjadi satu tokoh tertinggi.Ini adalah abad monarkhi dan kekuasaan mutlak.Ini menurutnya adalah abad kekanak-kanakan.13

2. TAHAP METAFISIK

Tahap metafisik sebenarnya hanya mewujudkan suatu perubahan saja dari zaman teologik, karena ketika zaman teologik manusia hanya mempercayai suatu doktrin tanpa mempertanyakannya, hanya doktrin yang dipercayai. Dan ketika manusia mencapai tahap metafisika ia mulai mempertanyaan dan mencoba mencari bukti-bukti yang meyakinkannya tentang sesuatu dibalik fisik. Tahap metafisik menggantikan kekuatan-kekuatan abstrak atau entitas-entitas dengan manusia.Ini adalah abad nasionalisme dan kedaulatan umum, atau abad remaja.14

3. TAHAP POSITIF

Tahap positif berusaha untuk menemukan hubungan seragam dalam gejala.Pada zaman ini seseorang tahu bahwa tiada gunanya untuk mempertanyakan atau pengetahuan yang mutlak, baik secara teologis ataupun secara metafisika.Orang tidak mau lagi menemukan asal muasal dan tujuan akhir alam semesta, atau melacak hakikat yang sejati dari segala sesuatu dan dibalik sesuatu.Pada zaman ini orang berusaha untuk menemukan hukum segala sesuatu dari berbagi eksperimen yang akhirnya menghasilan fakta-fakta ilmiah, terbukti dan dapat dipertanggung jawabkan. Pada zaman ini menerangkan berarti: fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum. Segala gejala telah dapat disusun dari suatu fakta yang umum saja.

3 zaman atau 3 tahap ini menurut Comte bukanlah suatu zaman yang berlaku bagi perkembangan rohani manusia tetapi juga berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, bahkan berlaku bagi perorangan, ketika muda ia seorang metafisikus dan ketika dewasa ia menjadi seorang fisikus. Ketika seorang masih perpandangan metafisikus ataupun teologis berarti ia masih berfikiran primitif walaupun ia hidup dizaman yang modern. Dan ketika orang berfikiran fisikus maka ia adalah seorang yang modern dimana pun ia berada. Pendapat ini didasarkan pada kecendrungan pernyataannya yang lebih menjurus kepada tahap dalam keyakinan manusia dari pada tahap zaman manusia.

Selain itu tahap dalam 3 zaman ini bukan hanya berlaku dalam hal itu saja tetapi juga bias terjadi dalam ilmu pengetahuan itu sendiri. Yang asal mulanya ketika ilmu pengetahuan masih dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah itu dikeruhkan oleh pemikiran-pemikiran metafisis hingga akhirnya tiba pada zaman positif yang cerah yang mana meninggalkan bahkan melepaskan dari keberadaan unsur-unsur teologis dan metafisika.Oleh karena itu baginya Teologi dan filsafat barat abad tengah merupakan pemikiran primitive.Karena masih pada taraf pertanyaan tentang teologi dan metafisis.

(7)

Baginya manusia tidak dapat mengetahui hakikat dari segala sesuatu, tetapi manusia dapat mengetahui keadaan-keadaan yang mempengaruhi terjadinya peristiwa.

Pengetahuan positivisme mengandung arti sebagai pengetahuan yang nyata (real), berguna (useful), tertentu (certain) dan pasti (extact).Kaidah kaidah alam tidak pernah disederhanakan menjadi satu kaidah tunggal dan kaidah itu terdiri dari perbedaan-perbedaan.Akal dan ilmu menurutnya harus saling dihubungkan karena ilmu yang menurutnya cerapan dari sesuatu yang positif tetaplah harus memakai akal dalam pembandingannya, dan etika dianggap tinggi dalam hirarki ilmu-ilmu.15

Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala ( diinspirasi dari de Bonald), sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala (diinspirasi dari filsafat sehjarah Condorcet).

Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu :

1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta

2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup 3. Metode ini berusaha ke arah kepastian

4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.

Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan.16

b. Karl Raimund Popper

Asumsi pokok teorinya adalah satu teori harus diji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya, dan Popper menyajikan teori ilmu pengetahuan baru ini sebagai penolakannya atas positivisme logis yang beranggapan bahwa pengetahuan ilmiah pada dasarnya tidak lain hanya berupa generalisasi pengalaman atau fakta nyata dengan menggunakan ilmu pasti dan logika. Dan menurut positivisme logis tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah menanamkan dasar untuk ilmu pengetahuan.17

Hal yang dikritik oleh Popper pada Positivisme Logis adalah tentang metode Induksi, ia berpendapat bahwa Induksi tidak lain hanya khayalan belaka, dan mustahil dapat menghasilkan

15Ali mudhofir, kamus filsafat barat, hal :103 16Système de politique positive (1851- 1854).

(8)

pengetahuan ilmiah melalui induksi. Tujuan Ilmu Pengetahuan adalah mengembangkan pengetahuan ilmiah yang berlaku dan benar, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan logika, namun jenis penalaran yang dipakai oleh positivisme logis adalah induksi dirasakan tidak tepat sebab jenis penalaran ini tidak mungkin menghasilkan pengetahuan ilmiah yang benar dan berlaku, karena elemahan yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam penarikan kesimpulan, dimana dari premis-premis yang dikumpulkan kemungkinan tidak lengkap sehingga kesimpulan atau generalisasi yang dihasilkan tidak mewakili fakta yang ada. Dan menurutnya agar pengetahuan itu dapat berlaku dan bernilai benar maka penalaran yang harus dipakai adalah penalaran deduktif.18

Penolakan lainnya adalah tentang Fakta Keras, Popper berpendapat bahwa fakta keras yang berdiri sendiri dan terpisah dari teori sebenarnya tidak ada, karena fakta keras selalu terkait dengan teori, yakni berkaitan pula dengan asumsi atau pendugaan tertentu.Dengan demikian pernyataan pengamatan, yang dipakai sebagai landasan untuk membangun teori dalam positivisme logis tidak pernah bisa dikatakab benar secara mutlak.19

PENUTUP KESIMPULAN

1. Materialisme adalah paham yang menyatakan bahwa alam terdiri dari unsur-unsur yang disebut materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah

1818 Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 135-136.

(9)

hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik.

Ciri-ciri paham Materialisme :

a. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi. b. Tidak meyakini adanya alam ghaib.

c. Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu. d. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.

e. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak. Maksudnya ialah sebuah paham garis pemikiran, dimana manusia sebagai nara sumber dan juga sebagai resolusi dari tindakan yang sudah ada dengan jalan dialetis

2. Positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam "pencapaian kebenaran"-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi.Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia terdiri atas tiga Tahap yaitu Tahap Teologik, lalu meningkat ketahap metafisik, kemudian mencapai tahap akhir yaitu tahap positif. Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat.

Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu : 1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta.

2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup. 3. Metode ini berusaha ke arah kepastian.

4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Popper, K.R. “The Logic Scientific Discovery”. New York: Basic Books, 1959. 2. Apartanto. Pius, al barry. m. Dahalan, kamus ilmiah popular, penerbit arola Surabaya,

1994

(10)

4. Hadiwijono. Dr. Harun, sari sejarah filsafat barat 2,penerbit kanisus (anggota ikapi) cet, ke: 11

5. Muslih. Mohammad, filsafat ilmu,kajian atas dasar paradigm dan ilmu pengetahuan, pen: belukar, cet: 3, 2006, Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

TRIANA   ASIH   –MODEL   PANDUAN PEMBELAJARAN…..

Panggung Kota Tegal Tahun Anggaran 2016 dalam waktu 3 (tiga) hari setelah pengumuman pemenang, terhitung mulai hari Sabtu tanggal 27 Agustus 2016 sampai dengan hari Senin tanggal

Jika 2 t it ik let is mempunyai parit as yang sama maka sesuai sif at penj umlahan maka dapat dipast ikan kedua t it ik let is memiliki j arak mendat ar dan j arak vert

...,.... LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU. SMA

Sebuah segienam berat uran dan sebuah segit iga sama sisi mempunyai keliling yang sama.. Dua buah dadu dilemparkan

karya-karya ulama dan intelektual muslim dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan yang begitu banyaknya, baik itu agama ataupun umum, menunjukkan bahwa agama Islam memberi

Responden pada penelitian ini adalah pelanggan toko rotan sekitar Jakarta, Bogor dan Cirebon sebanyak 45 orang dan dilakukan selama bulan Desember 2011. Kuesioner disebarkan

Pengertian dari saluran distribusi atau perantara distribusi adalah orang atau lembaga yang kegiatannya menyalurkan barang dari produsen sampai ke tangan konsumen dengan tujuan