• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kare

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kare"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN

PRODUKSI,

PRODUKTIVITAS DAN

MUTU TANAMAN

TAHUNAN

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN TANAMAN

KARET

(2)

DIREKTORAT JENDERAL

PERKEBUNAN

(3)

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 iii perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku

industri, sumber pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat- pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kegiatan Perluasan Tanaman Karet Rakyat Non Revitalisasi di Wilayah Perbatasan, Pasca Konflik dan Bencana Alam, dimaksudkan untuk mendukung program percepatan perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam yang merupakan salah satu upaya untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan yang pada

gilirannya dapat meningkatkan

kesejahteraan petani dan juga dapat mengamankan wilayah tapal batas antara Indonesia dan Malaysia.

(4)

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

iv Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

ii

(5)

Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat

Kabupaten/Kot a.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya pedoman ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2012

Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS

(6)
(7)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 v

iii

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Perluasan Tanaman Karet di Wilayah Spesifik Tahun 2013

……… 22

Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Peremajaan

Tanaman Karet

(9)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun

Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alam di dunia (sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di

tahun 2010), sedikit di belakang

Thailand (sekitar 30 persen). Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir,

peningkatan ekspor karet cukup

signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu ton pada

tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya.

(10)

2 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

tanaman karet merupakan sumber kayu yang potensial yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam yang dari

tahun ke tahun ketersediaannya

(11)

Pengembangan perkebunan karet yang dilakukan pada wilayah-wilayah bukaan baru terbukti telah menjadi penggerak perekonomian wilayah dengan berbagai

multiplier effect. Data empiris membuktikan bahwa dengan banyaknya pengembangan perkebunan karet di wilayah baru yang sebelumnya terpencil telah berubah dan berkembang menjadi pusat perekonomian baru.

Di masa depan, permintaan akan karet alami dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet sintetik dan karet alami. Harga karet sintetik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat berfluktuasi terhadap perubahan harga minyak dunia.

Demikian pula dengan harga karet alam yang akan tergantung pada harga minyak dunia oleh karena karet alami dan karet sintetik adalah barang yang

saling melengkapi (complementary

(12)
(13)

Dengan semakin meningkatnya industri otomotif di kawasan Asia, dan kawasan lain di dunia diharapkan hal ini juga meningkatkan permintaan akan karet alami. Namun demikian manakala dililhat dari sisi usaha budidaya tanaman karet seluas 3.445 ribu Ha, sekitar 2.934 ribu Ha (85%) merupakan perkebunan rakyat dengan kondisi kebun sebagian besar merupakan tanaman karet tua yang kurang terawat (tidak dipupuk), menggunakan benih asalan, mutu bokar yang rendah sehingga menghasilkan produktivitas yang masih jauh dibawah potensi normal. produktivitas kebun yang diolah oleh pengusaha kecil/petani sekitar 30 persen lebih rendah dari perkebunan swasta besar/BUMN. Hal ini mempunyai dampak pada profitabilitas dari rantai nilai perkebunan secara keseluruhan.

(14)
(15)

konflik dan bencana alam serta peremajaan karet sebagai salah satu kegiatan untuk petani karet yang belum mampu akses kepada perbankan atau sumber pembiayaan lainnya. pengembangan sub sektor perkebunan secara

berkelanjutan dilaksanakan melalui

(16)
(17)

C. Tujuan

Tujuan kegiatan pengembangan karet tahun 2013 yaitu: wilayah konflik, wilayah tertinggal dan daerah bencana alam.

b. Peningkatan produksi dan

produktivitas karet rakyat.

c. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan karet

rakyat, memperluas kesempatan dan peluang

kerja.

d. Pemanfaatan lahan diantara karet

untuk dengan tanaman sela

e. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN

KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan

Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan pelaksanaan kegiata

n pengembang

(18)

pendekatan teknis seperti yang dilakukan

(19)

yang disinergiskan dengan program pembangunan dan pengembangan Pertanian di Kabupaten/Kota;

b. Daerah sasaran perluasan karet adalah wilayah spesifik yaitu wilayah perbatasan, pasca konflik, pasca/rawan bencana, rawan sosial dan daerah miskin atau tertinggal;

c. Demplot karet merupakan

percontohan mengenai

pemanfaatan lahan diantara

tanaman karet pada saat

peremajaan, dengan jarak tanam yang disesuaikan (20 x 3 mm ).

(20)
(21)

Pemerintah Daerah (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat;

4. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani seperti pada butir 2, yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat;

(22)
(23)

a) Kerapatan tanaman kurang dari 100 pohon/ha atau melebihi 800 pohon/ha.

b. Perluasan karet dilaksanakan pada daerah-daerah secara agroklimat sesuai untuk pengembangan

konflik dan bencana alam;

2) Pengadaan benih karet unggul bermutu

;

3) Pengawalan pelaksanaan kegiatan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan, baik di

(24)

Perkebunan Kementerian Pertanian. Sedangkan khusus untuk demplot tumpang sari karet dengan tanaman

(25)

8. Seluruh tahapan kegiatan yang

dilakukan oleh petani melalui

Kelompok Tani dilaksanakan dengan bimbingan oleh Petugas Daerah yang ditunjuk. mm/tahun, 3 – 4 bulan kering),

(26)
(27)

f. IRR 32 sesuai Keputusan Menteri

(28)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 4703 4703

3. Klon anjuran untuk wilayah basah

(curah hujan rata-rata >3.000

mm/tahun), klon yang

5. Klon anjuran batang atas:

- Klon penghasil lateks : IRR 104,

6. Klon-klon yang direkomendasikan pada periode sebelumnya seperti GT 1, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM

712, bukan berarti tidak boleh ditanam,

tetapi dapat digunakan dengan

(29)

47 04

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

diharapkan dan luas areal yang sudah ditanami klon tersebut

(30)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pengembangan karet meliputi peremajaan karet rakyat, perluasan karet rakyat di wilayah

c. Menyusun Laporan Akhir Kegiatan

2. Kegiatan Provinsi

(31)

b. Melakukan sosialisasi ke Kabupaten dalam rangka menyamakan

persepsi tentang pelaksanaan

(32)

c. Membahas penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

d. Memonitor proses penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL);

e. Melakukan konsultasi, Koordinasi, bimbingan, pembinaan dan pengawalan kegiatan

Peremajaan Karet Rakyat;

f. Melakukan monitoring dan evaluasi;

g. Menyusun laporan

perkembangan kegiatan setiap bulan.

b. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis); c. Melakukan sosialisasi

kepada Pemerintah Daerah

(Pemda) dan petani calon penerima bantuan dalam rangka menyamakan persepsi tentang kegiatan Peremajaan Karet Rakyat; d. Membahas penetapan Calon

(33)
(34)

f. Melakukan konsultasi, koordinasi, bimbingan, pembinaan, pendampingan dan fasilitasi kegiatan Peremajaan Karet Rakyat; g. Melakukan monitoring dan evaluasi; h. Menyusun laporan pelaksanaan

untuk disampaikan ke Dinas Perkebunan Provinsi dan Pusat.

B. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Pengembangan Karet Rakyat adalah :

a. Perkebunan Kabupaten :

menyusun petunjuk teknis,

perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan Petani / kelompok tani : melaksanakan kegiatan penanaman di masing-masing lahan/kebunnya.

b. Dinas yang membidangi

/pendampingan serta

monitoring/evaluasi.

c. Dinas yang membidangi

Perkebunan Provinsi: menyusun

petunjuk pelaksanaan, perencanaan, pelaksanaan dan

penga-walan/pendampingan serta monitoring/ evaluasi.

(35)

melakukan penyusunan, pembahasan dan sosialisasi pedoman umum, koordinasi,

(36)

pengen-dalian/pengawasan serta monitoring/

evaluasi .

C. Lokasi, Jenis dan Volume

a. Peremajaan karet rakyat tahun 2013, dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan bantuan berupa bibit 550 batang/ha termasuk sisipan dan sarana produksi lainnya dengan luasan masing-masing seperti pada Lampiran1. produksi lainnya, dilaksanakan di 5 Provinsi dan 10

(37)

D. Simpul kritis

1) Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, petugas Dinas

Provinsi, Dinas Kabupaten,

Puslit/Balit/Instansi terkait, dan

(38)

2) Pemilihan lokasi/CPCL diusahakan lokasi yang mudah dijangkau dan di

monitor oleh petugas,

sehingga memudahkan pengadaan dan pengiriman bahan tanaman serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut.

3) Ketepatan bahan tanaman (benih karet) yang disalurkan merupakan untuk pengembangan tanaman

tahunan, sehingga tidak

menyebabkan keterlambatan.

5) Teknologi budidaya yang akan diterapkan harus sesuai dengan baku teknis serta kondisi di lapangan.

6) Penetapan waktu, frekuensi,

parameter pengamatan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tahunan.

7) Ketersediaan sarana dan prasarana yang akan digunakan sebagai paket

teknologi budidaya tanaman

(39)
(40)

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN.

Proses pengadaan dan penyaluran kegiatan pengembangan karet dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Berdasarkan Keputusan

Bupati/Walikota atau Kepala Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk tentang

Penetapan Kelompok Sasaran,

dilakukan proses pengadaan benih

karet unggul bermutu

bersertifikat siap tanam.

b. Prosedur pengadaan mengacu

pada Perpres 54 Tahun 2010

berikut perubahannya serta

Pedoman Pengadaan dan

Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun 2013.

c. Kontrak pengadaan benih karet tersebut telah ditandatangani paling lambat

akhir triwulan I tahun 2013.

d. Penyaluran benih karet siap tanam dan atau saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013.

e. Penyaluran benih dan saprodi

tersebut kepada petani

(41)
(42)

V. PEMBINAAN,

pengembangan karet dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok

tani/gapoktan penerima bantuan mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan yang bersumber dari APBD.

2. Pengendalian

Pengendalian kegiatan

Pengembangan

Karet Rakyat dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan (tidak sesuai dengan

perencanaan) dalam pelaksanaan.

Oleh karena itu, pengendalian

dilakukan sejak

perencanaan hingga

pelaksanaan.

3. Pengawalan dan Pendampingan

(43)

Rakyat tidak hanya menyediakan bantuan benih,

namun termasuk bimbingan dan

pengawalan/pendampingan oleh

Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten melalui unit teknis seperti

(44)

Bimbingan dan pengawalan/pendamping- an meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten ke lokasi, pengawalan di tingkat petani secara periodik dan

berkesinambungan oleh petugas

lapang (sejak penyiapan benih, penanaman hingga pemeliharaan).

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19

Maret 2010 tentang Pedoman sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang

(45)

x Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja;

x Perkembangan kelompok

sasaran dalam pengelolaan

(46)

x Permasalahan yang dihadapi yang sesuai tahapan pelaksanaan

kegiatan dengan

materi meliputi: nama petani/kelompok tani,

desa/kecamatan/kabupaten, luas

areal (target dan realisasi), waktu

pelaksanaan, perkembangan,

x Pelaporan dinas yang

membidangi perkebunan

kabupaten ditujukan kepada provinsi,

disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

(47)

membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada

Direktorat

(48)

b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per triwulan, ditujukan

kepada Direktorat Tanaman

Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan

disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013. Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten.

VIII.

PENUTUP

Dengan terlaksananya kegiatan

(49)
(50)

Diharapkan dukungan semua pihak terkait, baik pusat maupun daerah untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman karet.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal

Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS

(51)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 4715 4715

23

(52)

Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Peremajaan Tanaman Karet Rakyat Tahun 2013

(53)
(54)

13 KALTENG 34 BaratKotawaringin 100 Ha

35 Kapuas 100 Ha

36 TimurKotawaringin 100 Ha

37 Pulang Pisau 100 Ha

38 Gunung Mas 100 Ha

39 Barito Timur 100

14 KALSEL 40 Hulu

Sungai 150 Ha

41 Tabalong 340 Ha

42 Banjar 200 Ha

43 Kotabaru 150 Ha

44 Tanah laut 100 Ha

45 Balangan 150 Ha

46 Tapin 150 Ha

15 KALTIM 47 KartanegaraKutai 100 Ha

Referensi

Dokumen terkait

Mendapatkan hasil etanol yang berbeda-beda setiap konsentrasi pelarut dan lama wktu fermentasi, berikut dibahas pengaruh waktu fermentasi terhadap volume etanol, persen

Pengalaman saya dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan ormas kemasyarakatan dan organisasi selama ini akan sangat berguna dan mendukung tugas-tugas saya

Studies were undertaken to compare the detection of anti-listeriolysin O antibodies (ALLO) and isolation of Listeria monocytogenes from meat and milk samples of sheep and goats..

JENIS PENGADMN PAGU (Ruplah) VOLUME DESKRIPSI. PETAKSANAAN

Sehubungan dengan Pelelangan Paket Pekerjaan Peningkatan Infrastruktur Sistem Penyediaan Air Minum (Pipa Transmisi ND 75 mm) Di Gampong Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI, maka

animal, regulation of neonatal growth and develop- division on udder and muscle development, and meat. ment of gastrointestinal function

Mean number of uterine contrac- tions moving toward the oviducts was greater ( p <0.05) for the control ewes than the Days 32 or 52 ewes (Table 1).. There were more

Data was collected on secondary:primary follicle ratio, relative follicle density, and seasonal changes in ®bre cross-sectional area and ®bre ellipticity (ratio of major-to-minor