PENGUKURAN WAKTU KERJA PERAKITAN LEGO :
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
Nofriani Fajrah, M. Gamma Uswansyaf, Arif Budiman, Gustianda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang
Email: norfrianifajrah@yahoo.com
Abstrak
Waktu baku diperoleh dari pengukuran waktu kerja. Waktu baku diperoleh dari lama waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang terlatih untuk menyelesaikan suatu pekerjaannya secara wajar dengan sistem kerja terbaik saat itu. Waktu baku dari suatu pekerjaan dipengaruhi oleh nilai penyesuaian dan kelonggaran. Pengukuran waktu kerja terbagi atas pengukuran langsung dengan menggunakan jam henti dan work sampling dan pengukuran tak langsung menggunakan data waktu baku dan data waktu gerakan. Berdasarkan pengukuran waktu kerja menggunakan metode jam henti dapat disimpulkan semakin banyak pengaruh terhadap operator maka semakin banyak waktu yang dibutuhkannya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Faktor lingkungan, kejiwaan dan spesifik kerja juga sangat mempengaruhi kinerja operator melakukan pekerjaanya.Waktu siklus, normal dan baku yang dihasilkan secara berurut adalah 11.35, 15.11 dan 17,9 detik.
Keywords: Kelonggaran, Penyesuaian, Waktu Baku
1. PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas sebuah perusahaan diantaranya adalah waktu. Dengan menggunakan waktu secara efektif dan efisien sebuah perusahaan tentunya dapat meningkatkan produktifitas. Untuk memenuhi tuntutan tersebut pihak perusahan tentu harus menentukan sistem terbaik yang digunakannya. Perbaikan sistem yang dilakukan secara terus menerus biasanya dilakukan dengan cara mengestimasi waktu kerja yang digunakan. Untuk membuat satu produk, pihak perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu berapa waktu baku yang dibutuhkan dalam memproduksi suatu produk, dimana waktu tersebut akan digunakan nantinya dalam perencanaan, pembiayaan, penjadwalan, evaluasi produksi dan sejenisnya dalam berbagai kegiatan kerja. Untuk itu diperlukan pengukuran waktu kerja yang bertujuan untuk mengetahui waktu siklus, waktu normal dan waktu baku dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut, serta menentukan faktor penyesuaian dan kelonggaran. Dengan adanya waktu baku, Perusahaan juga akan mengetahui performansi operator pada perusahaan itu sendiri. Maka dari itu perlu dilakukan sebuah percobaan untuk mengetahui waktu baku dari sebuah pekerjaan , dalam hal ini diambil contoh kasus pengukuran waktu perakitan Lego. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam pengukuran ini ialah pengukuran waktu kerja dilakukan secara langsung yakni dengan menggunakan metode
stopwatch time study, menentukan faktor
penyesuaian dengan metode westinghouse, menentukan uji kecukupan data dengan metode
maytag, serta jumlah pecobaan yang dilakukan sebanyak 30 kali.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran waktu kerja merupakan suatu aktivitas mengamati pekerjaan dan mengumpulkan data waktu kerja, baik setiap elemen pekerjaan maupun siklus pekerjaan dengan menggunakan alat-alat pengukuran yang telah disiapkan sebelumnya [3]. Pengukuran waktu kerja merupakan suatu usaha untuk menentukan waktu kerja yang dibutuhkan oleh
seorang operator (terlatih dan “qualified”) dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu [1]. Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dikelompokkan menjadi 2, yaitu [2]:
1. Pengukuran waktu kerja langsung
Pengukuran yang dilakukan secara langsung pada tempat dimana pekerjaan yang diukur berlangsung. Pengukuran waktu kerja langsung dilakukan dengan cara pengukuran waktu dengan jam henti (Stowatch Time Study) dan pengukuran waktu kerja dengan metode sampling
pekerjaan (Work Sampling).
harus melakukan perhitungan waktu kerja di tempat pekerjaan yang diukur. Pengukuran waktu kerja tidak langsung dilakukan dengan cara hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel waktu yang tersedia dengan mengetahui sistematika pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen gerakan operator. Cara tersebut dapat dilaksanakan dalam aktivitas metode data waktu baku dan data waktu gerakan (WF,
MOST, dan MTM System).
2.2 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metoda ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu [3]. Secara garis besar, langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini dapat diuraikan sebagai berikut [1] :
1. Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada. 2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti
layout, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan, dan lain-lain.
3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail detailnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak.
6. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat
7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan
performance kerja yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal
8. Tetapkan waktu longgar (Allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
9. Tetapkan waktu kerja baku (Standard Time)
2.3 Uji Statistik
Pengukuran waktu baku dapat dilakukan setelah data yang terkumpul cukup dan ditentukan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang diiinginkan. Oleh karena itu perlu dilakukannya uji keseragaman data, uji kecukupan data dan uji kenormalan data. Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui homogenitas data dimana sumber data dari populasi yang sama, namun data yang tak perlu disertakan dalam perhitungan (data ekstrim) [2]. Langkah- langkah pengujian keseragaman data antara lain [3] :
1. Hitung rata-rata data :
....(1)
2. Hitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah :
....(2)
....(3)
3. Hasil pengukuran di plot dalam grafik untuk memudahkan pengamatan.
Sedangkan untuk pengujian kecukupan data dapat dilakukan dengan metoda Maytag, metode analitik dan metode Alignment Chart. Namun, untuk kali ini digunakan metode Maytag dalam menentukan kecukupan data. Uji keseragaman data yang dilakukan melalui prosedur yang ada antara lain sebagai berikut [2]:
1. Lakukan pengamatan awal dari elemen kegiatan yang ingin diukur waktunya dengan ketentuan, 10 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus sekitar 2 menit atau kurang, dan 5 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus waktu yang lebih besar dari 2 menit.
2. Tentukan nilai range, yaitu perbedaan nilai terbesar (H) dan nilai terkecil (L) dari hasil
R = H
–
L
....(4)3. Tentukan harga rata-rata yang merupakan jumlah hasil waktu pengamatan yang diperoleh dibagi dengan banyaknya pengamatan (N) yang telah dilaksanakan. Harga rata-rata tersebut secara kasar bisa didekati dengan cara menjumlahkan nilai data yang tertinggi dan data yang terendah dan dibagi dengan dua atau dengan formulasi sebagai berikut :
X = (H+L)/2 ....(5)
4. Tentukan nilai range dibagi dengan harga rata-rata, setelah itu lihat pada tabel
Tabel 1 Tabel Maytag
2.4 Westing House System’s Rating
(Metode Penyesuaian Westinghouse)
Westinghouse Company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang dilaksanakan oleh Bedaux. Di sini selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, maka
Westinghouse menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan keajegan (consistency) dari operator di dalam melakukan pekerjaan. Untuk ini westinghouse telah berhasil membuat suatu tabel berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada, maka hal ini dilakukan dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah ke empat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan oleh operator [3].
2.5 Perhitungan Waktu Baku
Setelah dilakukan pengukuran data yang digunakan untuk memperoleh waktu baku, maka langkah selanjutnya adalah menghitung waktu baku dari data yang terkumpul tersebut. waktu baku diperoleh dari perhitungan berikut [1] :
1. Perhitungan waktu siklus
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satuan-satuan produk sejak bahan baku mulai diproses ditempat kerja yang tersebut.
N
X
W
s
i ....(6)2. Perhitungan waktu normal
Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian suatu produk yang dilakukan oleh seorang
operator dengan mempertimbangkan faktor kecepatan kerja operator tersebut dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata.
xP
W
W
n
s ...(7)P = faktor penyesuaian, jika: P=1 bekerja wajar
P<1 bekerja terlalu lambat P>1 bekerja terlalu cepat 3. Perhitungan waktu baku
Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik saat itu. Waktu baku diperoleh darai perhitungan waktu normal dengan tingkat kelonggaran yang diperikan.
)
(
W
xL
W
W
b
n
n …(8)Langkah-langkah dalam menetukan waktu baku dapat dilihat pada bagan dibawah :
Waktu Siklus
Gambar 1 Bagan Waktu Baku
Kurva belajar adalah kurva yang menunjukkan tingkat penguasaan operator terhadap pekerjaan yang dilakukannya sesuai dengan kondisi dan metode kerja yang distandarkan [1].
Gambar 2 Kurva Belajar
Berdasarkan kurva di atas, dapat dikatakan bahwa semakin lama waktu yang dilakukan untuk melakukan penguasaan operator semakin baik bagi operator dalam menguasai pekerjaan tersebut. Rumus Kurva Belajar :
Y = K. X-A …(9)
3. METODOLOGI PENELITIAN
Berisikan flowchart metode penelitian dan penjelasan mengenai flowchart tersebut.
Mulai
Tujuan
-Untuk Mengetahui Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku sebuah Pekerjaan
-Menentukan faktor penyesuaian -Membuat kurva belajar operator pekerjaan
Batasan Masalah
-Data yang digunakan yaitu data waktu merakit Lego -Percobaan dilakukan sebanyak 30 kali -Menentukan faktor penyesuaian menggunakan
Westinghouse
Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan oleh kelompok 17 pada hari minggu 10 februari 2013, yang terdiri dari seorang operator, timer, dan pengamat penyesuaian dan kelonggaran terhadap kinerja operator. Pengukuran
waktu dilakukan sebanyak 30 kali.
Pengolahan Data
1.Perhitungan Uji keseragaman Data 2.Pehitungan Uji Kecukupan data menggunakan metode Maytag 3. Perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku per elemen
keja. 4. Membuat kurva belajar operator.
Hasil
Berisikan flowchart metode penelitian dan penjelasan mengenai flowchart tersebut
3.1 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan jurnal yaitu:
1. Untuk mengetahui waktu siklus, waktu normal dan waktu baku sebuah pekerjaan.
2. Menentukan faktor penyesuaian dan kelonggaran
3. Membuat kurva belajar operator pekerjaan.
3.2 Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam pembuatan jurnal ini, yaitu:
1. Data yang digunakan yaitu data waktu merakit lego
2. Percobaan dilakukan sebanyak 30 kali 3. Menentukan faktor penyesuaian
menggunakan metode Westinghouse
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh kelompok 17 pada hari minggu, 10 Febuari 2013,yang terdiri dari seorang operator, dan pengamat penyesuaian dan kelonggaran terhadap kinerja operator. Percobaan dilakukan sebanyak 30 kali.
3.4 Pengolahan Data
1. Perhitungan uji kecukupan data menggunakan metoda Maytag
2. Perhitungan uji keseragaman data
3. Perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku.
4. Membuat kurva belajar operator pekerjaan.
3.5 Pembahasan
Berisikan bahasan mengenai pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan metode Maytag dan software Minitab 16.
3.6 Kesimpulan dan Saran
Berisikan kesimpulan mengenai keseluruhan percobaan serta saran perbaikan untuk masa yang akan datang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Keseragaman Data
Data yang akan diolah terlebih dahulu harus diuji keseragamannya, apakah data tersebut sudah layak digunakan atau perlu diseragamkan terlebih dahulu. Adapun hasil uji keseragaman data waktu perakitan lego ini sebagai berikut :
15
Gambar 4 Grafik Uji Keseragam Data
Berdasarkan uji keseragaman yang dilakukan didapatkan hasil bahwa data yang akan digunakan sudah seragam dan dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya karena data tersebut berada dalam batas kontrol yang ada.
4.2 Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data ini dilakukan agar mengetahui apakah data yang sudah seragam tadi sudah cukup untuk diolah. Adapun hasil pengujian cukup menurut metode maytag
sebagai berikut :
N
x
W
siklus
iTabel 2 Tabel Uji Kecukupan Data
Lego
Waktu Operasi Merakit Logo
1
11,14
2
12,50
3
12,28
4
10,62
5
10,16
6
12,00
7
16,10
8
10,85
9
12,19
10
12,13
11
10,18
12
10,65
13
11,31
14
10,60
15
12,22
16
13,12
17
12,25
18
13,81
19
10,35
20
10,63
21
9,72
22
9,72
23
9,45
24
10,50
25
10,47
26
11,57
27
11,87
28
13,03
29
9,38
30
9,94
Ʃ Xi
340,74
W siklus
11,36
H
16,10
L
9,38
R
6,72
R/
Xi0,59
N'
61
Kesimpulan
N < N'
Hasil pengujian kecukupan data Menurut metode
maytag memperlihatkan bahwa jumlah sampel data yang dimiliki tersebut belum dapat mewakili populasi yang ada karena dalam keadaan waktu siklus seperti diatas, data dapat dinyatakan cukup jika data yang dimiliki berjumlah 61 data. Jadi sebaiknya dilakukan penambahan data agar data yang nilai yang dihasilkan nantinya dapat digunakan secara akurat.
4.3 Waktu Siklus
Berdasarkan pada data waktu siklus yang didapatkan pada praktikum yang diterapkan pada perakitan lego didapatkan 30 waktu siklus dari 30 kali perakitan. Waktu Siklus dapat ditentukan dengan persamaan:
Dimana : Xi = Waktu Operasi N = Jumlah komponen
Tabel 3 Tabel Waktu Siklus
Lego Waktu Operasi Merakit Logo
1 11,14
2 12,50
3 12,28
4 10,62
5 10,16
6 12,00
7 16,10
8 10,85
9 12,19
10 12,13
11 10,18
12 10,65
13 11,31
14 10,60
15 12,22
16 13,12
17 12,25
18 13,81
19 10,35
20 10,63
21 9,72
22 9,72
23 9,45
24 10,50
25 10,47
26 11,57
27 11,87
28 13,03
29 9,38
30 9,94
Ʃ Xi 340,74
W siklus 11,36
4.4 Waktu Normal
Perhitungan nilai penyesuaian ini didasarkan pada penilaian subjektif pengamat terhadap kerja operator yang dinilai menggunakan metode westinghouse yang bertujuan untuk mendapatkan waktu normal. Adapun hasil penilaian tersebut sebagai berikut:
Tabel 4 Tabel Penyesuaian
No Faktor Kelas Kode Penyesuaian 1 Keterampilan Excellent B1 0,11
2 Usaha Excessive A1 0,13
3 Kondisi Ideal A 0,06
4 Kosistensi Excellent B 0,03
0,33 apa yang terdapat dilapangan dapat dinyatakan bahwa operator termasuk cepat dalam melakukan pekerjaanya tersebut karena waktu rata-rata operator menyelesaikan 1 kali rakitan adalah 11,36 detik. Dilihat pada tabel hasil penilaian bahwa memang operator terlihat cekatan dan tidak mengalami kesulitan dalam perakitan lego tersebut. Hal itu tidak berlaku apaila jumlah kegiatannya tersebut ditambah dan terus menerus
4.5 Waktu Baku
Perhitungan waktu baku ini juga didasarkan pada penilaian subjektif pengukur dengan dengan memperhatikan keadaan operator (kelonggaran) yang dialaminya. Berikut hasil penilaiannya:
Tabel 5 Nilai Kelonggaran
No Faktor %
1 Tenaga yang dikeluarkan 6,3
2 Sikap kerja 0,5
3 Gerakan kerja 0,0
4 Kelelahan mata 6,4
5 Keadaan temperatur tempat kerja 5,0
6 Keadaan atmosfer 0,0
Perhitungan waktu baku ini dipengaruhi oleh lebih banyak aspek yang bertujuan agar data yang diperoleh ini lebih akurat dan dapat digunakan secara umum sebagai titik acuan untuk penilaian terhadap operator lainnya
supaya kinerjanya dapat disetarakan satu dengan yang lainnya. Pada percobaan ini didapatkan bahwa nilainya sebesar 17,9 detik dan dapat lebih kecil atau besar nilainya tergantung pengaruh-pengaruh terhadap operator. Dari pengaruh pada operator pada praktikum ini tidak terlalu besar dan itu akan terus bertamah besar jika ini dikerjakan terus-menerus dalam waktu lama.
4.6 Kurva Belajar
Penguasaan operator dapat dinilai dengan melihat kurva belajar yang dihasilkan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya, berikut adalah perhitungan kurva belajar operator dalam perakitan lego:
Tabel 6 Perhitungan Kurva Belajar
X Y Log X Log Y (Log X)^2 (Log Y)^2 Log X * Log Y A a K
1 11,14 0,000 1,047 0,000 1,096 0,000 2 12,50 0,301 1,097 0,091 1,203 0,330 3 12,28 0,477 1,089 0,228 1,186 0,520 4 10,62 0,602 1,026 0,362 1,053 0,618 5 10,16 0,699 1,007 0,489 1,014 0,704 6 12,00 0,778 1,079 0,606 1,165 0,840 7 16,10 0,845 1,207 0,714 1,456 1,020 8 10,85 0,903 1,035 0,816 1,072 0,935 9 12,19 0,954 1,086 0,911 1,179 1,036 10 12,13 1,000 1,084 1,000 1,175 1,084 11 10,18 1,041 1,008 1,084 1,016 1,049 12 10,65 1,079 1,027 1,165 1,055 1,109 13 11,31 1,114 1,053 1,241 1,110 1,173 14 10,60 1,146 1,025 1,314 1,051 1,175 15 12,22 1,176 1,087 1,383 1,182 1,278 16 13,12 1,204 1,118 1,450 1,250 1,346 17 12,25 1,230 1,088 1,514 1,184 1,339 18 13,81 1,255 1,140 1,576 1,300 1,431 19 10,35 1,279 1,015 1,635 1,030 1,298 20 10,63 1,301 1,027 1,693 1,054 1,336 21 9,72 1,322 0,988 1,748 0,975 1,306 22 9,72 1,342 0,988 1,802 0,975 1,326 23 9,45 1,362 0,975 1,854 0,951 1,328 24 10,50 1,380 1,021 1,905 1,043 1,409 25 10,47 1,398 1,020 1,954 1,040 1,426 26 11,57 1,415 1,063 2,002 1,131 1,505 27 11,87 1,431 1,074 2,049 1,154 1,538 28 13,03 1,447 1,115 2,094 1,243 1,614 29 9,38 1,462 0,972 2,139 0,945 1,422 30 9,94 1,477 0,997 2,182 0,995 1,473 32,424 31,560 38,999 33,285 33,968 1,081 1,052 1,300 1,109 1,132
Gambar 5 Gambar Kurva Belajar
Dilihat dari kurva belajar yang membandingkan waktu dengan banyak kegiatan disimpulkan bahwa semakin sering operator melakukan kegiatan tersebut maka waktu yang dibutuhkan operator untuk melakukan kegiatan itu akan semakin sedikit. Hal itu disebabkan oleh kemampuan operator dalam menguasai kegiatan tersebut dan kurva itu beranding terbalik dengan kurva belajar yang membandingkan waktu dengan tingkat pemahaman karena operator yang baik semakin lama berinteraksi dengan kegiatan tersebut maka semakin tinggi tingkat penguasaannya akan hal tersebut.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengukuran waktu kerja ini adalah
1. Semakin banyak pengaruh terhadap operator maka semakin banyak waktu
yang dibutuhkannya untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Faktor lingkungan, kejiwaan dan spesifik kerja juga sangat mempengaruhi kinerja operator melakukan pekerjaanya.
2. Waktu siklus,normal dan beku yang dihasilkan secara berurut adalah 11.35, 15.11 dan 17,9 detik.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum pengukuran waktu kerja selanjutnya adalah
1. Sebaiknya metode yang dilakukan tidak hanya metode perhitungan langsung saja
melainkan juga menggunakan
perhitungan waktu tidak langsung.
2. Metode maytag sudah cukup akurat untuk menguji kecukupan data tersebut akan tetapi jika ingin lebih akurat dapat menggunakan metode lainnya seperti metode analitik.
3. Sebaiknya jumlah percobaan ditambah agar data yang dihasilkan lebih akurat hasilnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sampaikan terima kasih kepada tim asistem Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri Universitas Andalas yang telah memberikan bimbingan praktikum mengenai pengukuran waktu kerja ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sutalaksana, “ Teknik Tata Cara Kerja, “ ,
Bandung : Institut Teknologi Bandung (1979)
[2] Wignjosoebroto, Sritomo, “ Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Edisi I Cetakan II, “ , Surabaya : Guna Widya (2000)
[3] Charoonsri Rizani, Nataya, dkk.,
“Perbandingan Pengukuran Waktu Baku dengan Metode Stopwatch Time Study dan Metode Ready Work Factor (RWF) Departemen Hand Insert PT. Sharp Indonesia,