• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CINA and

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CINA and"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER CINA & IMPLIKASINYA

TERHADAP KAWASAN AFRIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Dalam

Mata Kuliah Hubungan Internasional Kawasan Asia Timur

oleh

Muhammad Darmawan Ardiansyah

NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

A. Pengantar.

A. 1. Pertumbuhan Ekonomi Cina.

Tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern ini, Cina menjadi salah satu negara yang memiliki perkembangan pesat dalam hal bidang ekonomi. Sebagai negara yang berjumlah penduduk terbanyak di dunia, memberikan kesempatan baginya untuk meningkatkan perekonomiannya dengan memanfaatkan sumber daya manusia mereka. Era liberalisme pasar memberikan peluang yang sangat besar bagi Cina dengan cara membuka pintu investasi asing yang seluas-luasnya.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Cina yang sangat pesat digadang-gadang akan menjadi ancaman bagi dominasi ekonomi AS dan Barat terhadap sistem internasional. Industrialisasi yang dibangun secara masif serta dibukanya keran investasi yang selebar-lebarnya bagi investor asing menjadikan Cina kekuatan ekonomi baru yang mampu menjadi pesaing AS dalam sektor perekonomian.

Kapabilitas Cina dalam menarik investasi dan kepemilikan sumber daya manusia yang besar secara tidak langsung telah meningkatkan pendapatan per kapita hingga tiga kali lipat dalam satu generasi, dan berhasil mengurangi angka kemiskinan sebesar 300 juta jiwa.1 Spekulasi bermunculan mengenai masa depan perkembangan ekonomi Cina. Banyak yang berpikir bahwa dengan pesatnya pertumbuhan tersebut akan merubah peta hegemoni di sistem internasional.

Peningkatan ekonomi Cina yang sangat pesat juga diiringi dengan menjamurnya investasi Cina di negara-negara dunia ketiga. Baik itu investasi berupa pertambangan, pabrik, fasilitas-fasilitas publik, serta infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi negara-negara dunia ketiga sebagai pondasi awal untuk meningkatkan perekonomian mereka. Pastinya negara-negara dunia ketiga sangat menyambut positif langkah Cina untuk melakukan investasi di negara mereka. Karena, sebagaimana kita ketahui, Cina tidak pernah melakukan intervensi dalam negeri suatu negara sebelum melakukan investasi di negara tersebut.

Sikap Cina yang bersifat non-intervensi terhadap urusan dalam negeri suatu negara menjadi nilai tersendiri di mata negara-negara dunia ketiga. Karena, investasi yang dilakukan oleh Cina tidak memuat unsur-unsur persyaratan yang memberatkan bagi negara-negara itu

(3)

sendiri. Hal inilah yang membuat Cina mudah untuk menanamkan investasinya di negara manapun.2

Selain itu, dapat kita lihat bahwa Cina memiliki ambisi yang sangat besar untuk menjadi raksasa ekonomi dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Cina mulai bergabung dengan World Trade Organization (WTO), dan menjadi inisiator dalam pembentukan BRICS yang merupakan singkatan dari Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan yang memiliki prospek ekonomi yang bagus di masa yang akan datang.3 Agresifitas Cina dalam melakukan manuver ekonomi di era liberalisasi modern, membuktikan bahwa Cina memiliki kesempatan yang sangat besar untuk mengungguli AS sebagai raksasa ekonomi dunia.

A. 2. Peningkatan Kapabilitas Militer Cina.

Sejalan dengan peningkatan ekonominya, secara tidak langsung Cina juga melakukan peningkatan kapabilitas militernya secara keseluruhan, baik penambahan alat militer, modernisasi, maupun membuka kerjasama-kerjasama baru dalam bidang militer dengan negara lain. Peningkatan Cina dalam hal kemiliteran menjadi sorotan dunia internasional, terutama Amerika Serikat sebagai hegemon tunggal di dunia saat ini. Secara tidak langsung, peningkatan kapabilitas militer Cina memberikan ancaman terhadap dominasi militer AS di dunia.4 Selain itu, anggaran belanja militer Cina yang terus meningkat beberapa tahun terakhir juga menimbulkan banyak pertanyaan di berbagai pihak, apa yang sedang dilakukan Cina dengan anggaran belanja militer yang terus meningkat.

Awal mula peningkatan kapabilitas militer Cina dimulai pada tahun 2000.5 Pada tahun tersebut pemerintah Cina mengeluarkan anggaran sebesar 14,6 miliar dolar, atau 121 miliar yuan. Jika diprosentasekan, Cina meningkatkan anggaran militernya di tahun tersebut sebesar 17,7 %. Selanjutnya pada tahun 2001, secara resmi Cina meningkatkan anggaran militernya sebesar 17 miliar dolar.6

2 Jennifer G Cooke, “China’s Soft Powerin Africa”, http://csis.org/files/media/csis/pubs/090310_chinesesoftpower __ chap3.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:25.

3 “Why is South Africa Included in the BRICS?,” http://www.economist.com/blogs/economist-explains/2013/03/economist-explains-why-south-africa-brics. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:29.

4 John J. Mearsheimer, ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006, Hal 160.

http://mearsheimer.uchicago.edu/pdfs/A0051.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:32.

5 “China’s Defense Budget,” http://www.globalsecurity.org/military/world/china/budget.htm. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:37.

(4)

Perlu diketahui bahwa peningkatan anggaran belanja militer Cina pada tahun 2001, menjadi anggaran belanja militer tertinggi di kawasan, melebihi anggaran belanja militer India, Taiwan, dan Korea Selatan. Cina menyatakan bahwa peningkatan anggaran belanja militer ini ditujukan sebagai respon terhadap kondisi dinamika militer di seluruh dunia. Pada tahun 2002, Cina menambah anggaran belanja militernya sebesar 17,6% atau sekitar 3 miliar dolar, sehingga total anggaran belanja militernya naik sebesar 20 miliar dolar.7

Setahun kemudian, yakni pada tahun pada tahun 2003 Cina kembali meningkatkan anggaran belanja militernya sebesar 22 miliar dolar. Selanjutnya pada tahun 2004 anggaran militer Cina naik sebesar 11,6 % menjadi 24,6 miliar dolar.8 Kenaikan anggaran militer Cina secara terus-menerus secara tidak langsung telah menimbulkan security dilemma terhadap negara-negara yang berbatasan langsung dengannya. Dan peningkatan ini masih terus berlanjut.

Pada tahun 2005, pemerintah Cina mengumumkan kembali akan kenaikan anggaran belanja militer mereka, yakni naik sebesar 12,6 % atau sekitar 29,9 miliar dolar. Sedangkan pada bulan Maret 2006 pemerintah Cina mengumumkan anggaran pertahanan resmi sekitar $ 35 milyar, meningkat hampir 15 % dibanding tahun sebelumnya. Dapat dilihat bahwa Cina melakukan peningkatan anggaran belanja militer yang konsisten tiap tahunnya.

Di tahun 2007, Cina mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan anggaran belanja militernya sebesar 17,8% dibanding tahun sebelumnya, atau sekitar 45 miliar dolar. Pada tahun 2008, pemerintah Cina mengajukan proposal kenaikan anggaran militer sebesar 57,2 miliar dolar ke kongres untuk disetujui dan disahkan, demi menunjukkan konsistensi Cina dalam meningkatkan anggaran belanja militernya.9

Terakhir di tahun 2014, Cina meningkatkan anggaran belanja militernya sebesar 12,2% atau sekitar 131,5 miliar dolar. Hal ini menunjukkan bahwa Cina memiliki ambisi yang besar untuk menjadi salah satu kekuatan militer di dunia yang disegani.10 Hal ini cukup menjadi perhatian karena anggaran belanja militer Cina adalah anggaran belanja militer terbesar ke dua di dunia setelah anggaran belanja militer Amerika Serikat.11

7Ibid. 8Ibid. 9Ibid. 10Ibid.

(5)

Rincian anggaran belanja militer Cina yang pertama adalah untuk melakukan modernisasi peralatan militer yang dimilikinya dalam beberapa tahun terakhir. Cina melakukan pembelian sejumlah tank, pesawat terbang, rudal balistik, pengembangan teknologi nuklir dari Rusia, selain itu Cina juga mengembangkan teknologi militer mandiri yang meliputi pengembangan kapal induk Liaoning12, kapal perang, rudal, teknologi nuklir.

Selanjutnya, yang kedua adalah penambahan kuantitas pasukan militer Cina yang sangat signifikan, berjumlah sekitar 2,28 juta orang untuk pasukan militer aktif dan 800 ribu orang untuk komponen pasukan cadangan.13 Peningkatan militer yang sangat signifikan, yang ditunjukkan oleh Cina, menimbulkan kecurigaan, baik itu dari negara-negara tetangganya ataupun dari superpower dunia, yakni AS.

Yang ketiga, Cina juga melakukan pengembangan teknologi militer terbaru seperti pengembangan sejumlah kapal perang, pesawat dan misil balistik. Kapal selam terbaru yang dikembangkan oleh Cina adalah kapal perang Type 052D yang memiliki 64 rudal yang siap ditembakkan dalam serangan udara, serangan laut dan serangan darat. China juga disebut memiliki kekuatan militer perairan terbesar di kawasan Asia dengan sekitar 50 kapal perang, 50 kapal amfibi, 1 kapal induk dan sekitar 85 kapal peluncur yang disertai dengan misil.14

Selain itu juga Cina memperbarui dan memodifikasi ulang agar kapal induk Liaoning memiliki kapasitas yang mumpuni sebagai landasan pacu bagi pesawat-pesawat militer Cina yang akan diterbangkan atau didaratkan kembali dalam sebuah operasi militer di tengah lautan lepas. Kapal induk Liaoning ini dapat memuat sekitar 50 pesawat terbang dan helikopter sekaligus, memiliki panjang sekitar 300 meter, kecepatan sekitar 32 knot dan dilengkapi dengan misil dan rocket launcher. 15

Selain itu Cina juga memperbarui armada pesawat tempurnya, diantaranya adalah pesawat jet fighter J-15, J-16, J-20 dan J-31 yang dilengkapi dengan misil udara jarak dekat dan jarak jauh. Kemudian Cina juga terus melakukan pengembangan uji coba rudal balistik,

12 “China Lands First Jet On Its Aircraft Carrier,” http://www.huffingtonpost.com/2012/11/25/China-Jet-Aircraft-Carrier_N_2187767. h tml. Diakses pada 29 Juni 2015, pukul 22:40.

13 “China Military Strength”, h ttp:// w ww. g lobalfirepower. c om/Country-Military-Strength-Detail.Asp? Country_Id=China. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:41.

14 “New Ships Give China's Navy A Stronger Punch,”

http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.html. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:42.

(6)

yang terbaru adalah rudal balistik Dongfeng-41 yang memiliki daya jangkau sejauh 14,000 km yang kemungkinan dilengkapi dengan nuclear warheads.16

Kebangkitan Cina baik dalam segi ekonomi maupun militer tidak lepas dari peran Deng Xiaoping yang melakukan lompatan jauh kedepan, yang merupakan hasil pemikiran Mao Tse Tung, atau disebut juga kebijakan pintu terbuka (open door policy), yang menggerakkan modernisasi di Cina lewat empat sektor yang menjadi fokus utamanya, yaitu pada bidang pertanian, industri dan teknologi, pendidikan, serta pertahanan. Khusus untuk bidang pertahanan, Cina mengalokasikan dana yang sangat besar demi membangun armada militer yang kuat.17

A. 3. Hubungan Cina dan Afrika.

Setiap negara memiliki kedaulatannya sendiri yang idealnya tidak dapat diganggu gugat. Namun demikian, kekuatan eksternal bukan berarti menjadi tidak penting dalam melihat kondisi tertentu dalam suatu negara. Di Afrika, kekuatan-kekuatan politik eksternal menjadi begitu signifikan dalam mempengaruhi kondisi politik dalam negeri dalam suatu negara.

Thomson memberikan penjelasan dalam melihat kekuatan eksternal di Afrika. Dalam bukunya,18 tersirat ada 2 kekuatan eksternal yang cukup signifikan dalam mempengaruhi dinamika politik dalam suatu negara di kawasan Afrika: pertama, berasal dari negara-negara tetangga di Afrika itu sendiri, baik dalam tataran institusi multilateral seperti OAU, AU, dan lain-lain, maupun bilateral; kedua, pengaruh yang berasal dari luar kawasan Afrika, baik itu bersifat institusi multilateral maupun pengaruh dari negara-negara besar seperti AS, Inggris dan Prancis sebagai mantan kolonial di kawasan serta Cina sebagai kekuatan baru dalam kawasan. Akan tetapi, penulis akan lebih memfokuskan dalam pembahasan kekuatan eksternal yaitu Cina.

Hubungan perdagangan antara Cina dan benua Afrika cukup besar. Cina melakukan transaksi Impor untuk komoditi-komoditi tertentu seperti Minyak Mentah, Emas, Platinum, Alumunium, Tembaga, Biji Besi, Berlian, Katun, Kayu Gelondongan, Pulp, Udang dan

16 “China Test Fires New Ballistic Missile,” http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-08-28/china/33449060_1_test-fires-ballistic-missile-agni-v. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:46.

17 Dahlan Nasution, “Politik Internasional: Konsep dan Teori,” Erlangga, Jakarta, 1991, hal. 33.

(7)

Makanan Laut, Tembakau dan Minyak Organik.19 Untuk Minyak Mentah, Cina mengandalkan sekali produksi minyak bumi dari Afrika. Menurut data statistik, sepanjang Januari hingga Oktober 2004, perdagangan diantara Asia dan Afrika mencapai lebih dari US$ 23,12 juta. Dimana masing-masing nilai ekspor dan impornya adalah senilai US$ 10,98 juta, serta US$ 12,14 juta.

Guna memacu hubungan ekonomi tersebut untuk kondisi yang lebih baik, pemerintah Cina mengeluarkan 2 kebijakan yaitu: a) Program for Sino-Africa Cooperation in Economic and Social Development dan b) Plan of Addis Ababa Action yang dikeluarkan oleh kementrian perdagangan pada Januari hingga Oktober 2004.20 Guna mendukung perkembangan ini, Cina telah menyiapkan pendirian ‘Free Trade Areas’ (FTA) dengan negara-negara di kawasan ini.21

Cina sangat gencar mempererat hubungan dengan negara-negara Afrika pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dilakukan Cina untuk dapat mewujudkan kepentingannya, dan Salah satu kepentingan Cina ialah untuk mendapatkan pasokan minyak demi memenuhi kebutuhan negaranya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diplomasi energi Cina dijalankan dengan tiga cara utama yakni kerjasama, investasi, dan bantuan. Semua usaha diplomasi Cina ini diawali dan berjalan dengan cukup lancar melalui bantuan pinjaman pada tahun 2004, meskipun sebenarnya pada tahun 2002 Cina sudah memulai bantuannya.22

Untuk bisa memenuhi kebutuhan yang sangat besar tersebut, para pengambil keputusan di Cina sepakat kalau negaranya harus secara agresif terlibat dalam pasar minyak dunia. Cina pun mulai mengikuti mekanisme pasar internasional yang berlaku dan tidak memiliki pilihan mengikuti praktek kompetisi global untuk produk-produk energi. Permintaan untuk minyak yang terus meningkat tersebut yang kemudian mendorong ekspansi berbagai kegiatannya di Afrika.

19 “Patterns of Africa-Asia Trade and Invesment: Potential for Ownership and Partnership,” The World Bank Study on Africa-Asia Trade and Invesment Relations, 2004, hal. 29, http://www-wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2005/09/29/000090341_20050929143903/R endered/PDF/336660v10ENGLI1terns0overviewticad3.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:52.

20 Rakhsa Maharaj, “Asian Business Briefing, Emerging Markets Focus Internet Portal Asia Business

Briefings,” 2004, hal.

7.http://english.mofcom.gov.cn/aarticle/statistic/foreigntradecooperation/20040700249030.htm. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 2015.

21Ibid.

22 Ahmad Tegar, Diplomasi Energi Cina Terhadap Angola,

(8)

Lebih dari 30% impor minyak mentah Cina dalam beberapa tahun terakhir ini didatangkan dari Afrika. Angola mulai tahun 2006 melampaui Arab Saudi sebagai sumber impor minyak utama Cina, menyumbang sekitar setengah dari impor Cina dari benua tersebut. Sedangkan Sudan juga menjadi mitra minyak utama dengan memasok 7% kebutuhan Cina.23 Cina yang merupakan negara dengan pertumbuhan industrinya sangat pesat dan memiliki jumlah penduduk terbesar didunia menjadi konsumen energi kedua terbesar dengan konsumsi sebesar setara 1.386,2 juta ton minyak atau sekitar13,6% dari total energi dunia.24 Hal ini menunjukkan bahwa Cina memiliki ketergantungan minyak yang sangat tinggi untuk mencukupi kebutuhan serta kelancaran produksi industrinya.

B. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari peningkatan kapabilitas militer Cina terhadap kawasan Afrika, khususnya dalam bidang militer negara-negara di kawasan tersebut. Konsistensi peningkatan kapabilitas militer Cina setiap tahunnya, menunjukkan bahwa Cina memiliki ambisi yang sangat besar dalam membangun salah satu kekuatan militer terkuat di dunia.

C. Pertanyaan Penelitian.

A. Bagaimana pengaruh peningkatan kapabilitas militer Cina terhadap kawasan Afrika?

D. Kerangka Teori.

D. 1. Realisme.

Dalam menganalisis penelitian ini penulis mencoba mengkaji permasalahan dengan pisau analisa realis yang dalam hal ini menekankan pada “realisme Offensif” John Mearsheimer. Dalam hal ini sistem internasional dilihat dalam bentuk yang anarki, yaitu tidak adanya otoritas tertinggi yang mampu untuk menerapkan aturan-aturan dan menghukum negara-negara agresor.

Ketidakjelasan dari intensi politik diantara berbagai negara dan kemungkinan adanya tindakan militer ofensif, membuat negara-negara curiga dan takut antara satu dengan lainnya dan kemudian memunculkan mekanisme self-help yang akan menjamin keamanan mereka

23 “Impor Minyak Mentah China Naik 10,8 %,” http://www.antaranews.com/berita/63036/impor-minyak-mentah-cina-naik-108-. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 23:01.

(9)

masing-masing. Untuk merespon rasa takut akan adanya agresi dari negara lain kemudian negara mencari cara untuk meningkatkan kapasitas power yang mereka miliki, terutama kapabilitas militer.

Mearsheimer berpendapat, “Setiap negara mencari peluang untuk menyeimbangkan kekuatan dengan negara lainnya dengan cara meningkatkan anggaran belanja militer seperti yang dilakukan negara rivalnya” 25. Mearsheimer juga mengatakan, “semakin besar keunggulan militer yang dimiliki suatu negara terhadap lainnya, maka dia akan semakin aman”. Negara meningkatkan kapasitas militernya untuk mengurangi ancaman dari negara lain pada sebuah sistem yang hegemonik, dimana menjadi satu-satunya negara great powers sebagai tujuan puncaknya.26

Tidak hanya itu, penulis juga menambahkan konsep “balance of power”

diformulasikan kembali oleh Stephen M. Walt. Dalam teori ini, Walt menunjukkan bahwa negara melakukan upaya balancing maupun bandwagoning adalah respon terhadap adanya ancaman dari negara lainnya, yang pada akhirnya diperlukan beberapa kriteria atau situasi dimana suatu negara bisa mengkonsiderasi negara lain sebagai ancaman.

Jika suatu negara merasakan besarnya kekuatan melalui kapabilitas suatu negara secara kuantitatif, misalnya suatu negara yang dianggap sebagai ancaman adalah negara yang memiliki populasi penduduk yang besar, kekuatan ekonomi yang stabil, ataupun kapabilitas militer yang semakin meningkat. Selain itu, kedekatan jarak geografis suatu negara juga bisa menjadi indikator adanya sumber ancaman terhadap negara lainnya dalam satu wilayah berdekatan.

sehingga negara menganggap ancaman terbesarnya adalah negara yang berdekatan secara geografis dengan negaranya27 Kemudian Waltz memberikan empat kriteria sumber ancaman yang dapat dilihat dari suatu negara yang menentukan kebijakan balancing atau bandwagoning suatu negara, yaitu:

i) Aggregate Power : Negara yang memiliki sekumpulan kekuatan seperti kekuatan ekonomi dan perdagangan, kemajuan teknologi dan industri, kepadatan populasi,

25 John J. Mearsheimer, “China’s Unpeaceful Rise,” Current History, 2006, hal. 161.

26 John J. Mearsheimer, “The Tragedy Of Great Power Politics,” W.W. Norton, New York, 2001, hal. 21.

(10)

dan kekuatan militer, adalah negara yang sebagian besar menunjukkan ancaman terhadap negara lainnya dengan menggunakan kapabilitas tersebut28.

ii) Proximate Power : Dimana wilayah atau jarak jauh dan dekatnya suatu negara dengan negara lain ternyata mampu menentukan ancaman. Negara lain yang berjarak lebih dekat dengan suatu negara memiliki potensi yang lebih besar untuk memberikan ancaman dibandingkan mereka yang berjarak lebih jauh dari negara tersebut.29

iii) Offensive Power : Berkaitan dengan kriteria atau sumber ancaman dilihat dariaggregate power, secara lebih spesifik Walt menunjukkan bahwa negara yang memiliki kapabilitas tools atau perangkat yang bersifat ofensif seperti angkatan militer dan perlengkapan persenjetaan, akan memiliki kemungkinan untuk memicu ketegangan antar negara maupun aliansi.30

iv) Offensive Intentions : Offensive power yang dimiliki negara akan menimbulkan hasrat suatu negara untuk menyerang negara lain. Seperti yang telah disebutkan pada poin sebelumnya, bahwa kekuatan atau kabalitas perangkat ofensif adalah modal untuk memberikan ancaman. Oleh karena itu, hasilnya adalah sikap negara menjadi lebih agresif dan mengesampingkan international order.

Sehingga terindikasi berupaya memberikan ancaman dan menganggu keamanan nasional negara lainnya.31 Hal ini didasari pula oleh adanya rasa atau niat untuk mencapai kepentingan suatu negara dan agresivitas menjadi langkah untuk memberikan kemunduran kekuatan negara lain. Pada akhirnya, melalui sikap ini, terdapat banyak negara yang dicontohkan oleh Walt yang mengambil kebijakan

balancing terhadap negara-negara yang bersifat ofensif ini.

D. 2. Kepentingan Nasional.

Kepentingan nasional adalah segala-galanya bagi kaum realis, dan negara akan bertindak sesuai dengan kepentingan nasionalnya dalam struktur internasional. Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa atau negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal

28Ibid. 29Ibid., hal 10.

30Ibid., hal 11.

(11)

ini kepentingan nasional yang relatif sama diantara semua Negara-Bangsa adalah persoalan keamanan (Security) dan kesejahteraan (Prosperity). Keamanan sendiri mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah.

D. 3. Kebijakan Luar Negeri.

Menurut James N Rosenau, kebijakan luar negeri digunakan untuk menganalisa dan mengevakuasi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara terhadap negara lain.32 Sedangkan menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu dalam kebijakan sikap atau tindakan dari negara lain.33

Oleh karena itu dalam memahami bagaimana suatu negara dapat mengambil suatu kebijakan luar negeri yang tepat, maka Holsti memunculkan 2 variabel yang dapat mempengaruhi suatu kebijakan luar negeri sebuah negara yaitu faktor eksternal dan internal.34 Dalam faktor eksternal terdapat enam poin utama yaitu, sistem struktur (latitude of choice), karakteristik atau struktur ekonomi dunia, tujuan dan aksi dari negara lain, masalah global dan regional sektor privat, dan hukum internasional dan opini dunia. Sedangkan pada faktor internal terdapat tujuh poin utama yaitu, ekonomi sosial atau kebutuhan kemananan, karakteristik geografi dan topografi, atribut Nasional, struktur pemerintahan dan filosofi, opini publik, birokrasi, dan pertimbangan etik.

E. Analisis

E. 1. Militer Cina di Afrika.

Dalam sejarahnya, Cina telah memiliki hubungan dengan Afrika sejak masa perang dingin. Sejak pertama, Cina membangun hubungan kerjasamanya dengan cara mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan di Afrika.35 Cina menggembar-gemborkan dukungannya secara gamblang pada seluruh negara-negara di Afrika untuk melepaskan diri dari kolonialisme Barat yang telah membelenggu mereka sejak lama.

32 James N Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson, “World Politics : An Introduction,” The Free Press, New York, 1976, hal. 27.

33 K.J. Holsti, “International Politics: a Frameworks for Analisys”, Sixth Edition, Prentice Hall, New Jersey, 1992, hal. 8.

34Ibid, hal. 269-306.

(12)

Hal ini ditunjukkan Cina dengan cara mengirimkan pasukan-pasukan militernya untuk melatih para pejuang di negara-negara Afrika. Selain itu, ada juga yang diberangkatkan ke Cina untuk mendapatkan pelatihan militer di sana. Cina juga membantu memasok seluruh persenjataan bagi para pejuang kemerdekaan di Afrika.36 Hal ini menunjukkan bahwa sejak masa perang dingin, tepatnya persaingan antara AS dan Soviet, Cina telah memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap kawasan ini, terlepas apakah kepentingan tersebut sebagai bentuk solidaritas antara negara selatan-selatan, atau ada kepentingan yang lebih besar di balik dukungan tersebut.

Seperti yang ditunjukkan oleh fakta-fakta di atas, sejak pertama, Cina membangun hubungannya dengan negara-negara di Afrika melalui hubungan kemiliteran. Pada umumnya, awal mula hubungan kerjasama yang dibangun oleh negara-negara di dunia berawal dari adanya kepentingan ekonomi di masing-masing pihak untuk mendapatkan insentif yang menguntungkan bagi kepentingan nasionalnya.

Namun, mengingat pada masa itu, negara-negara di dunia mulai banyak yang melepaskan diri dari penjajahan para kolonialismenya, secara tidak langsung mereka membutuhkan baik itu dukungan berupa solidaritas antara negara-negara yang mengalami nasib serupa, serta dukungan baik itu berupa pelatihan ataupun bantuan dalam mencukupi segala keperluan perang dalam melepaskan diri dari penjajahan. Maka, tidak heran jika pada masa itu Cina membangun hubungan kerjasamanya dengan negara-negara di Afrika melalui kerjasama militer.

Jadi, keberhasilan negara-negara di Afrika dalam meraih kemerdekaannya tidak terlepas dari peran Cina yang telah mendukung, baik itu dari segi fisik berupa bantuan militer, maupun non-fisik, yaitu dukungan sebagai rasa solidaritas sesama negara selatan-selatan. Tentunya dukungan Cina terhadap negara-negara di Afrika pada masa perang dingin dapat dianggap sebagai dukungan yang sangat berharga.

Hal ini dikarenakan penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara Barat telah berlangsung lama dan dukungan baik fisik maupun non-fisik sangat diperlukan oleh negara-negara di Afrika saat itu. Dukungan militer Cina pada masa perang dingin secara tidak langsung telah memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Cina di masa mendatang. Karena, Cina memulai hubungannya dengan negara-negara di Afrika melalui rasa solidaritas sesama negara-negara selatan, di mana Cina tidak hanya mendukung baik dari segi fisik saja,

(13)

akan tetapi non fisik pun diberikan. Hal ini bisa menjadi investasi jangka panjang Cina yang sangat menguntungkan, jika Cina memang memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap negara-negara di kawasan ini.

E. 2. Militer Cina di Afrika Pasca Kolonialisme.

Pasca kolonialisme, negara-negara Afrika secara otomatis tidak langsung terlepas dari berbagai permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari gejolak dalam negeri di negara-negara tersebut. Dapat kita lihat bahwa banyak sekali masalah yang muncul pasca negara-negara Afrika terbebas dari belenggu kolonialisme Barat. Salah satu permasalahan itu adalah, banyaknya kelompok-kelompok separatis yang memiliki pandangan politik berseberangan dengan pemerintah di negara-negara kawasan tersebut.

Dalam hal ini, Cina membantu negara-negara tersebut dengan cara mengirimkan pasukannya ke negara-negara yang mengalami instabilitas keamanan dalam negeri di bawah pimpinan PBB.37 Terlepas dari apapun kepentingan Cina terhadap kawasan, sekali lagi dapat kita lihat bahwa Cina tidak segan-segan untuk menurunkan militernya secara langsung ke negara-negara Afrika untuk memantau situasi dan kondisi di negara-negara tersebut.

Perlu diketahui bahwa, pada saat inilah awal mula Cina mulai bergabung dengan pasukan perdamaian di bawah naungan PBB. Sejak saat itu, Cina mulai aktif mengirimkan pasukannya ke Afrika sebagai pasukan perdamaian, dan menjadi penyumbang terbesar pasukan perdamaian di kawasan tersebut.38 Perlu diketahui bahwa hal ini hanya dilakukan Cina terhadap kawasan Afrika, dan untuk kawasan lainnya cina tidak melakukan demikian.

Dapat kita pahami dari fakta-fakta di atas bahwa Cina memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap kawasan Afrika. Jika memang kepentingan Cina hanya sebatas untuk mengamankan jalur perdagangan dari Afrika ke Cina, maka, cukuplah Cina menurunkan tentaranya menjaga jalur-jalur dari distribusi perdagangan, serta menjalin kerjasama keamanan dengan negara-negara yang menjadi tuan rumah dari investasi-investasi Cina di Afrika. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Cina tidak hanya membangun hubungan dengan negara-negara yang menjadi tuan rumah dari investasi Cina. Negara-negara yang tidak

37 John W. Walker, “China, US, and Africa: Competition or Cooperation,” www.stinet.dtic.mil/cgibin/GetTRDocAD=ADA481365&Location=U2&doc=GetTRDoc.pdf. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 03:54.

(14)

penting pun menjadi sasaran Cina untuk menjalin hubungan dengan negara tersebut seperti, Seychelles.39

E. 3. Rencana Pembangunan Pangkalan Militer Cina di Afrika.

Memasuki tahun 2014, Cina memiliki ambisi yang sangat besar dalam membangun pangkalan militer pertamanya di luar Cina. Afrika menjadi destinasi utama Cina untuk mewujudkan hal tersebut. Ambisi Cina yang sangat besar dalam membangun pangkalan militer luar negerinya disambut positif oleh beberapa negara Afrika. Sambutan tersebut tidak terlepas dari intensitas hubungan antara Cina dan beberapa negara Afrika yang telah menjalin hubungan kerjasama yang sangat mesra.

Salah satu negara yang menjadi mitra utama Cina dalam mewujudkan ambisinya tersebut adalah Zimbabwe. Robert Mugabe, selaku presiden, secara gamblang menyatakan bahwa Zimbabwe membuka pintu selebar-lebarnya bagi Cina untuk membangun pangkalan militer di negara tersebut.40 Tawaran Mugabe terhadap Cina untuk membangun pangkalan militer di negara tersebut tidak terlepas dari kemesraan hubungan yang telah dijalin oleh keduanya. Embargo ekonomi yang dilakukan oleh Barat semakin menegaskan posisi Zimbabwe, bahwa negara ini tidak memiliki alternatif lain selain membangun hubungan yang intensif dengan Cina.41

Selain Zimbabwe, Namibia juga menawarkan hal yang serupa terhadap Cina. Lokasi lain yang menjadi tujuan Cina dalam membangun pangkalan militer di luar negaranya yaitu, Kenya, Tanzania, Mozambique, Seychelles, Madagascar, Nigeria, dan Angola.42 Dapat kita lihat dari fakta-fakta di atas bahwa Cina memiliki ambisi yang sangat besar dalam mewujudkan pangkalan militer pertamanya di luar Cina.

Perlu diketahui, baru-baru ini presiden Djibouti membuka pintu selebar-lebarnya bagi Cina, jika Cina ingin membangun pangkalan militernya di Djibouti. Seperti yang telah kita ketahui, Djibouti merupakan salah satu negara Afrika yang memiliki lokasi strategis di

39 “Vice President Consolidates Special Relationship Between Seychelles and China on Visit to China,” http://www.mfa.gov.sc/static.php?content_id=36&news_id=1009. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 04:15.

40“China Building Military Base in Zimbabwe,” http://www.newsdzezimbabwe.co.uk/2015/06/china-building-military-base-in-zim.html. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 04:54.

41 “The Truth About United States Policy Towards Zimbabwe,” http://harare.usembassy.gov/policy_explain.html. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 05:03.

(15)

kawasan tersebut. Yakni, berdekatan dengan Bab El-Mandab, yang menjadi salah satu jalur lalu lintas pelayaran internasional tersibuk di dunia.43 Tentunya, jika Cina berniat membangun pangkalan militer di negara tersebut, secara tidak langsung akan memperkuat power dan

influence-nya di sekitar kawasan Bab El-Mandab.

E. 4. Masa Depan Militer Cina dan Implikasinya Terhadap Afrika.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dibalik peningkatan kapabilitas militer Cina terdapat tujuan dan ambisi yang sangat besar untuk menjadi salah satu kekuatan militer dunia. Bukan tidak mungkin jika nantinya Cina dapat mengungguli AS dalam bidang militer seperti keberhasilan Cina dalam mengungguli AS di bidang ekonomi. Hal inilah yang sangat ditakuti AS dan menjadi perhatian utama AS untuk menangkal kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Sekilas, jika kita melihat peta dunia, ketika kita mengarahkan mata kita ke benua Afrika, yang akan terlintas di benak kita mungkin adalah kelaparan di mana-mana, kemiskinan, konflik, wabah penyakit menular, dan kesan-kesan negatif lainnya. Akan tetapi, tidakkah kita berpikir bahwa di balik semua kesan negatif tersebut tersimpan hal-hal yang sangat potensial di dalamnya, baik itu sumber daya alamnya yang sangat melimpah, maupun lokasinya yang sangat strategis.

Akan tetapi, di sini penulis lebih memfokuskan pandangannya terhadap kestrategisan lokasi yang dimiliki oleh benua Afrika itu sendiri. Benua Afrika terletak persis di tengah-tengah benua lainnya, di sebelah barat berbatasan dengan benua Amerika, di sebelah Timur berbatasan dengan Asia, dan di sebelah Utara berbatasan dengan benua Eropa (Disini penulis lebih memfokuskan pada batas daratan daripada batas lautan). Dapat kita pahami dari sini bahwa secara tidak langsung, Afrika menawarkan hal yang sangat strategis bagi kepentingan militer Cina, yakni berupa lokasi atau wilayah.

Dengan konsistensi peningkatan belanja militer yang naik cukup signifikan tiap tahunnya, penulis melihat bahwa ada upaya dari Cina untuk membangun sebuah kekuatan militer yang dapat mendukung Cina dalam mewujudkan ambisinya sebagai superpower. Penulis melihat bahwa Cina ingin menjadikan Afrika sebagai pondasi atau landasan dalam mewujudkan hal tersebut. Bukan tidak mungkin nantinya di masa depan negara-negara Afrika akan menjalin aliansi pertahanan dengan Cina, dilihat dari semakin intensifnya hubungan kerjasama militer negara-negara di Afrika dengan Cina.

(16)

Jika hal ini benar terwujud, secara tidak langsung akan meningkatkan posisi Cina dalam sistem internasional yang dapat meruntuhkan hegemoni AS yang telah berlangsung lama. Afrika akan menjadi lokasi yang sangat strategis bagi penempatan militer Cina serta hulu ledak nuklir yang fleksibel dapat mengarah kemanapun dan dapat benteng dalam menghalau hulu ledak nuklir dari AS ataupun Eropa yang mengarah ke Cina, jika memang nantinya akan terjadi perang nuklir.

F. Kesimpulan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, dengan peningkatan kapabilitas militer Cina yang didukung oleh kenaikan anggaran belanja militer menunjukkan bahwa Cina ingin menjadi kekuatan baru secara militer di sistem internasional. Sebenarnya hal ini secara tidak langsung telah terwujud dengan adanya reaksi ataupun respon yang ditunjukkan oleh negara-negara yang merasa terancam dengan peningkatan kapabilitas militer Cina setiap tahunnya.

Setidaknya terdapat kolerasi antara peningkatan ekonomi dengan peningkatan kapabilitas militer suatu negara. Cina mengklaim bahwa peningkatan kapabilitas militer Cina adalah untuk mengamankan kepentingan ekonominya yang tersebar luas di berbagai penjuru dunia. Kita dapat mengamini hal tersebut, dan pastinya semua negara akan melakukan hal tersebut jika mereka berada di posisi yang sama dengan Cina.

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa pola-pola manuver ekonomi, politik, dan militer Cina di Afrika menunjukkan bahwa Cina memiliki ambisi yang sangat besar untuk mengambil alih power dan influence Barat di kawasan tersebut dan menjadikannya pondasi dalam membentuk power dan influence yang lebih besar terhadap sistem internasional secara keseluruhan.

Ketika banyak negara-negara di dunia skeptis dan pesimis dalam memandang prospek kawasan Afrika di masa depan, Cina berpikir sebaliknya. Di balik skeptisme dan pesimisme tersebut terdapat potensi-potensi yang sangat besar jika dimaksimalkan semaksimal mungkin. Perbedaan pandangan Cina terhadap kawasan Afrika ini memberikan keuntungan yang sangat besar jika memang Cina dapat mencapai kepentingannya terhadap kawasan tersebut melalui agresifitas manuver-manuvernya.

Daftar pustaka

(17)

Holsti K.J., “International Politics: a Frameworks for Analisys”, Sixth Edition, Prentice Hall, New Jersey, 1992.

J. Mearsheimer John, “The Tragedy Of Great Power Politics,” W.W. Norton, New York, 2001.

N. Rosenau James, Boyd Gavin, W. Thompson Kenneth, “World Politics : An Introduction,”

The Free Press, New York, 1976.

Nasution Dahlan, “Politik Internasional: Konsep dan Teori,” Erlangga, Jakarta, 1991.

M. Walt Stephen, “Alliance of Formation and the Balance of World Power,” International Security Journal, Vol. 9, No. 4, 1985.

Thomson Alex, “An Introduction to African Politics Second Edition,” Routledge, London, 2004.

Internet:

Christophe Jean, “China’s Trade Safari in Africa,”

http://mondediplo.com/2005/05/11chinafrica. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 03:25.

G. Cooke Jennifer, “China’s Soft Powerin Africa”,

http://csis.org/files/media/csis/pubs/090310_chinesesoftpower __ chap3.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:25.

J. Mearsheimer John, ‘China’s Unpeaceful Rise’, Current History, April 2006, Hal 160.

http://mearsheimer.uchicago.edu/pdfs/A0051.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:32.

Maharaj Rakhsa, “Asian Business Briefing, Emerging Markets Focus Internet Portal Asia

Business Briefings,” 2004, hal. 7.

http://english.mofcom.gov.cn/aarticle/statistic/foreigntradecooperation/200407002490 30.htm. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 2015.

Setiyadi Mas Wigrantoro Roes, “Di Balik Sukses Ekonomi China dan India,”

(18)

Tegar Ahmad, Diplomasi Energi Cina Terhadap Angola,

http://repository.upnyk.ac.i d /Tegar_151070158.pdf. Diakses pada tanggal 22 Juni 2015, pukul 23:09.

W. Walker John, “China, US, and Africa: Competition or Cooperation,”

www.stinet.dtic.mil/cgibin/GetTRDocAD=ADA481365&Location=U2&doc=GetTR Doc.pdf. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 03:54.

A Naval Base on The Horn of Africa for China?” http://thediplomat.com/2015/05/a-naval-base-on-the-horn-of-africa-for-china/. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 05:59.

“China Building Military Base in Zimbabwe,”

http://www.newsdzezimbabwe.co.uk/2015/06/china-building-military-base-in-zim.html. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 04:54.

China Lands First Jet On Its Aircraft Carrier,”

http://www.huffingtonpost.com/2012/11/25/China-Jet-Aircraft-Carrier_N_2187767. h tml. Diakses pada 29 Juni 2015, pukul 22:40.

China Lands J-15 Jet On Liaoning Aircraft Carrier,” http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-china-20483716. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:43.

China Military Rise : The Dragon’s New Teeth,”

http://www.economist.com/Node/21552193. Diakses pada 29 Juni 2015, pukul 22:39.

China Military Strength”, h ttp:// w ww. g lobalfirepower. c om/Country-Military-Strength-Detail.Asp?Country_Id=China. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:41.

China Mulls Building Naval Base in Namibia, Namibian Times Says,”

http://www.bloomberg.com/news/articles/2014-11-27/china-mulls-building-naval-base-in-namibia-namibian-times-says. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 05:47.

(19)

China’s Defense Budget,” http://www.globalsecurity.org/military/world/china/budget.htm. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:37.

Geser AS, China Jadi Negara Importir Minyak Terbesar di Dunia,”

http://bisnis.liputan6.com/read/2230484/geser-as-china-jadi-negara-importir-minyak-terbesar-di-dunia. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 23:04.

“Impor Minyak Mentah China Naik 10,8 %,”

http://www.antaranews.com/berita/63036/impor-minyak-mentah-cina-naik-108-. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 23:01.

New Ships Give China's Navy A Stronger Punch,”

http://www.japantimes.co.jp/text/eo20120912mr.html. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:42.

Patterns of Africa-Asia Trade and Invesment: Potential for Ownership and Partnership,”

The World Bank Study on Africa-Asia Trade and Invesment Relations, 2004, hal. 29,

http://www-wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2005/09/29/00009 0341_20050929143903/Rendered/PDF/336660v10ENGLI1terns0overviewticad3.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 22:52.

“The Truth About United States Policy Towards Zimbabwe,”

http://harare.usembassy.gov/policy_explain.html. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 05:03.

Vice President Consolidates Special Relationship Between Seychelles and China on Visit to China,” http://www.mfa.gov.sc/static.php?content_id=36&news_id=1009. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015, pukul 04:15.

Referensi

Dokumen terkait

Majalengka, 30 April 2012 Sub Total Kelas XII. Total Seluruh Kelas Sub Total

Saat ini Program Studi Kedokteran Gigi belum mempunyai peraturan tentang keanggotaan tim penguji dalam ujian akhir studi, yang terkait dengan program pendidikan magister

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni tahun 2014 yang menyatakan bahwa perempuan yang tidak bekerja mendapatkan sedikit informasi tentang kesehatan maternal

Raja-raja), karangan Bukhari al-Jauha.. Buku ini selesai dituliis pada 1603 M menguraikan adab pemerintahan yang ideal menurut Islam. Konsep-konsep dan pemerintahan

maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) terhadap Price Book Value (PBV) pada perusahaan Asuransi

terdengar bila ejeksi ventrikel terjadi dengan kekuatan yang lebih besar misalnya pada beban.. sistolik ventrikel kiri

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Gambar 6 menunjukkan nisbah erythro/threo struktur β -O- 4 berkorelasi negatif dengan diameter dan jumlah pori atau berkorelasi positif dengan proporsi sel serat sehingga