• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Modifikasi Motor 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Latar Belakang Modifikasi Motor 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MODIFIKASI MOTOR

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum pidana

Dosen :

Disusun Oleh :

1. Aditiya Febriansyah (2015020121)

2. Agus Santoso

(2015020138)

3. Aknia Aulia

(2015020211)

4. Anissa Rosmalia

(2015020313)

Kelas D.309

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini

memacu terjadi banyaknya perubahan dan berkembangnya pola fikir di dalam

masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan berbagai macam dampak, baik dampak

yang positif maupun dampak yang negatif. Dampak yang negatif tersebut terkadang

dilakukan oleh kalangan remaja. Salah satunya dengan melakukan modifikasi

terhadap kendaraan bermotor yang pada dasarnya kurang memperhatikan

keselamatan pengendara serta kadang bertentangan dengan ketentuan yang

berlaku.

Pergeseran fungsi kendaraan bermotor, yang dahulu hanya sebagai alat

transportasi kini juga berfungsi sebagai penunjang penampilan pemiliknya, Tampilan

asli dari kendaraan bermotor terkadang kurang memuaskan bagi pemiliknya,

sehingga mereka merasa perlu untuk melakukan modifikasi terhadap kendaraannya

agar tampil semaksimal dan sebaik mungkin. Pemilik sebuah kendaraan motor yang

ingin tampil beda, pertama dan terutama yang dipikirkan adalah bagaimana

mendandani atau memodifikasi kendaraannya. Anak-anak muda terutama yang

menjadi anggota suatu perkumpulan atau organisasi kendaraan bermotor baik resmi

maupun yang tidak resmi biasanya melakukan proses modifikasi dengan

pengaplikasian komponen-komponen variasi guna memperindah tampilan

(3)

hampir seluruh tampilan kendaraan bukan lagi suatu pemandangan yang aneh.

Alasan sebenarnya adalah hanya untuk lebih gaya. Perpaduan berbagai asesori

maupun piranti bodi, plat nomor, cat, dan sebagainya, bisa membuat motor

benar-benar menarik, lebih bagus atau manis, tergantung selera. Sebagian orang yang

benar-benar mempunyai hobi dalam hal modifikasi kendaraan, biasanya proses

modifikasi digunakan untuk ajang kontes atau lomba modifikasi kendaraan.

Modifikasi kendaraan bermotor memang memiliki dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi

negatif. Positif karena dalam proses modifikasi, para modifikator harus berpikir keras

dengan menggunakan kreatifitas mewujudkan kendaraan yang diinginkan dan

sebaliknya sisi negatifnya adalah para modifikator tidak memperhatikan norma

hukum yang berlaku. Proses Modifikasi tersebut memang menghasilkan kepuasan

tersendiri bagi pemiliknya, akan tetapi sangat disayangkan karena hasil modifikasi

tersebut tak jarang tidak memperhatikan norma dan kaidah hukum, sehingga

modifikasi tersebut berakibat melanggar hukum yang ada. Adapun mengenai

modifikasi menurut Kententuan Pasal 1 angka 12 PP No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan (“PP No. 55/2012”), menjelaskan bahwa modifikasi Kendaraan Bermotor adalah perubahan terhadap spesifikasi teknis dimensi, mesin, dan/atau

kemampuan daya angkut Kendaraan Bermotor.

1.2 Tujuan

1. Makalah ini dibuat memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana.

2. Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan terkait UU modifikasi kendaraan

(4)

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian dalam latar belakang diatas, maka dalam penulisan

makalah ini akan difokuskan pada pembahasan mengenai modifikasi kendaraan

(5)

BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Modifikasi Kendaraan Bermotor

Banyak cara tampil beda dengan tunggangan kesayangan, salah satunya

dengan cara modifikasi. Ada yang hanya memodifikasi pada bagian mesin, tetapi

ada juga yang memodifikasi tampilan. Tentu, untuk melakukan modifikasi perlu

mempersiapkan anggaran serta waktu khusus untuk pengerjaan. Terlebih, bila

tingkat kesulitannya tinggi maka akan memakan waktu cukup lama dan

anggarannya juga makin besar.

Menurut para pecinta otomotif gaya modifikasi kendaraan motor/mobil

memang mengapresiasikan dan menunjukkan jati diri, begitu angkut dari diler

langsung dibawa ke bengkel modifikasi. Ada juga yang sudah bosan dengan

kendaraan yang tampilannya itu-itu aja, tapi sayang untuk ganti dan beli kendaraan

baru, atau karena pertimbangan lainnya, seperti faktor dana. Namun bagaimana

jadinya bila semua alasan tersebut terpatahkan karena dinilai melanggar hukum.

1) Pertama-tama coba kita baca petikan undang-undang Berikut :

“Setiap orang yang memasukkan Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan

kereta tempelan ke dalam wilayah Republik Indonesia, membuat, merakit, atau

memodifikasi Kendaraan Bermotor yang menyebabkan perubahan tipe, kereta

gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus yang dioperasikan di dalam

negeri yang tidak memenuhi kewajiban uji tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal

(6)

paling banyak Rp 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).” di atas merupakan

bunyi pasal 277 Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan

dan Pengemudi, pada Pasal 178 disebutkan bahwa : Bentuk, ukuran, bahan, warna,

dan cara pemasangan tanda nomor kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 176 ayat (3) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Berbentuk lempengan tipis persegiempat, dengan ukuran panjang 250 milimeter

dan lebar 105 milimeter untuk sepeda motor dan ukuran panjang 395 milimeter

serta lebar 135 milimeter untuk kendaraan jenis lainnya serta ditambahkan tempat

untuk pemasangan tanda uji.

b. Terbuat dari bahan yang cukup kuat serta tahan terhadap cuaca, yang pada

permukaannya berisi huruf dan angka yang dibuat dari bahan yang dapat

memantulkan cahaya.

c. Tinggi huruf dan angka pada tanda nomor kendaraan bermotor yang dituliskan

pada lempengan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sekurang-kurangnya 45

milimeter untuk sepeda motor, dan 70 milimeter untuk kendaraan bermotor jenis

lainnya.

d. Warna tanda nomor kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:

1) Dasar hitam, tulisan putih untuk kendaraan bermotor bukan umum dan

kendaraan bermotor sewa.

2) Dasar kuning, tulisan hitam untuk kendaraan umum.

3) Dasar merah, tulisan putih untuk kendaraan bermotor dinas pemerintah.

4) Dasar putih, tulisan hitam untuk kendaraan bermotor Korps Diplomatik negara

(7)

e. Tanda nomor kendaraan bermotor dipasang pada tempat yang disediakan di

bagian depan dan belakang kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 86.

Khusus mengenai modifikasi sebagaimana tersebut di atas hanya dapat

dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari agen tunggal pemegang merek. Dan

yang berhak untuk melakukan modifikasi adalah bengkel umum yang ditunjuk oleh

menteri yang bertanggung jawab di bidang industri. Hal ini diatur dalam Pasal 132 ayat (5) dan ayat (6) PP No. 55/2012.

Artinya, modifikasi kendaraan yang dapat dilakukan, antara lain:

 Modifikasi dimensi hanya dapat dilakukan pada perpanjangan atau

dengan menambah sumbu bagian belakang tanpa mengubah jarak sumbu

aslinya dan sumbu yang ditambahkan harus memiliki material yang sama

dengan sumbu aslinya dan harus dilakukan perhitungan sesuai dengan daya

dukung jalan yang dilalui.

(8)

1. pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang

dilakukan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan

Bermotor dalam keadaan lengkap; dan

2. penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor yang

dilakukan terhadap rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta

tempelan, dan Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi tipenya.

Adapun Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi sehingga mengubah persyaratan konstruksi dan material wajib dilakukan uji tipe ulang. Selain itu, dalam hal telah dilakukan uji tipe ulang kendaraan bermotor tersebut wajib untuk

dilakukan registrasi dan identifikasi ulang, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 50 ayat (3) dan ayat (4) UU No. 22/2009.

Persyaratan lain yang perlu untuk diketahui adalah setiap Modifikasi Kendaraan Bermotor tidak boleh membahayakan keselamatan berlalu lintas, mengganggu arus lalu lintas, serta merusak lapis perkerasan/daya dukung jalan

yang dilalui, sebagaimana diatur dalam Pasal 50 ayat (2) UU No. 22/2009. Selanjutnya, dalam hal kendaraan bermotor akan melakukan modifikasi maka wajib

untuk mengajukan permohonan kepada menteri yang bertanggungjawab di bidang

sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, sehingga apabila kemudian

kendaraan dimaksud telah diregistrasi Uji Tipe maka instansi yang berwenang akan

memberikan sertifikat registrasi Uji Tipe, dalam hal ini Kementerian Perhubungan. Adapun Sertifikat Uji Tipe diterbitkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. Sedikitnya pada

Sertifikat Uji Tipe nantinya memuat tentang identitas dari pemodifikasi dan hal-hal

(9)

hal-hal kami sampaikan di atas maka jelas bahwa setiap pihak yang hendak

melakukan modifikasi atas kendaraan bermotornya, diwajibkan untuk memiliki izin

atas modifikasinya sebagaimana dipersyaratkan dalam UU No.22/2009 dan PP

No.55/2012.

Jika modifikasi dilakukan tanpa memiliki izin, maka berdasarkan Pasal 277 UU No.22/2009 pihak yang melanggar dapat dikenakan sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak

Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta Rupiah). Kemudian, dalam hal mengenai

izin sebagaimana yang Saudara maksudkan dalam pertanyaan kedua, dapat kami

jelaskan bahwa pada saat pembelian onderdil/aksesori variasi atau untuk dimodifikasi tidak memerlukan izin. Akan tetapi, bilamana onderdil/aksesori tersebut

mengubah tipe, bentuk, dan hal-hal lain sebagaimana diatur dalam UU No. 22/2009

dan PP No. 55/2012 maka pihak tersebut wajib untuk melakukan registrasi ulang

(10)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat Setiap kendaraan bermotor yang

dimodifikasi yang menyebabkan perubahan tipe berupa dimensi, mesin, dan

kemampuan daya angkut akan dilakukan penelitian rancang bangun dan rekayasa

Kendaraan Bermotor, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) UU No. 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU No.

22/2009”)juncto Pasal 123 ayat (1) huruf b juncto Pasal 131 huruf (e) PP

No. 55/2012. Adapun penelitian tersebut meliputi aspek:

1. rancangan teknis;

2. susunan;

3. ukuran;

4. material;

5. kaca, pintu, engsel, dan bumper;

6. sistem lampu dan alat pemantul cahaya; dan

7. tempat pemasangan tanda nomor Kendaraan Bermotor.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah pendidikan spiritual yang terkandung dalam buku puisi Rumah Cahaya dan Nun karya Abdul Wachid B.S.. Adapun

• Bagaimana respons jemaat GKPB Pniel Blimbingsari terhadap penggunaan gamelan Bali sebagai sarana musik pengiring ibadah dalam kaitannya dengan usaha kontekstualisasi

Hasil pengamatan peneliti selama di Fisip Umada, dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa dalam rangka proses belajar mengajar sudah sesuai

Metode dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan perubahan penggunaan bahasa Arab ke dalam bahasa Turki yang dilakukan oleh Mustafa

Beberapa hari kemudian dilakukan tindakan operasi pada pasien, sebelum jaringan dikirim ke Bagian Patologi Anatomik RS Haji Mina Provinsi Sumatera Utara, kami

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui karakteristik petani kopi Arabika dengan berbagai pola tanam terpadu di desa Sukorejo, (2) Mengetahui keuntungan dari berbagai pola

Sistem temu-kembali nama ilmiah dengan penambahan substitusi n-grams dan code shift ke dalam algoritma Soundex, dapat diterapkan di sistem pencarian perpustakaan Fakultas

Tabel 22 : Hubungan Kesediaan Membayar Retribusi Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga dengan Kejadian Penyakit Berbasis Lingkungan Responden Penelitian Tahun 2015