• Tidak ada hasil yang ditemukan

ppt Asuhan keperawatan hernia. pptx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ppt Asuhan keperawatan hernia. pptx"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

 

HERNIA NUKLEOUS PULPOSUS

O L E H :

(2)

DEFINISI

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari

diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus

(3)

Lokalisasi terjadi hernia adalah pada inguina, dinding abdomen, atau diagfragma, beberapa istilah hernia

1. reducibel hernia : hernia masih dikembalikan isinya

2. hernia incarcerata : selalu terisi dan tak dapat dikosongkan kembali

(4)

Tipe

Tipe Sering

1. Umbilikal / pra-umbilikal

2. Inguinal ( direk dan indirek ) 3. Femoral

4. Insisional Tipe jarang 5. Epigastrik

(5)

Manifestasi klinis dari hernia yang tidak inkarserata atau strangulata tidak memberikan gejala apa-apa,kecualai menonjol keluar yang terutama bila mengejan . Pada hernia inkarserata atau strangulatekarena tidak obstruksi

(6)

2.

EPIDEMIOLOGI HNP

Usia yang paling sering terkena HNP adalah usia 30 – 50 tahun. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat (Isworo Atyanti,2012). HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang penting dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Inside HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya.

Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut (Med Unhas, 2016)

(7)

Bagian-bagian sistem saraf dapat dikelompokkan berdasarkan

struktur atau fungsinya. Pembagian sistem saraf secara

anatomis atau secara strukturai adalah sebagai berikut

1. Sistem saraf sentral /pusat (SSS), meliputi otak (encephalon)

dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).

2. Sistem saraf perifer / tepi (SSP) terdiri dari seluruh saraf di

luar SSS, yang meliputi saraf kranial (nervus cranialis) dan

saraf spinal (nervus spinalis). Saraf kranial adalah saraf yang

membawa impuls dari dan ke otak; sedangkan saraf spinal

adalah saraf yang membawa pesan-pesan dari dan ke

sumsum tulang belakang.

(8)

SEL – SEL PADA SISTEM SARAF

a. Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.

a) Badan sel atau perikarion b) Dendrit

(9)

SYNAPSIS

akson dari satu sel saraf menjalin kontak fungsional dengan dendrit dari sel saraf lainnyamenggunakan synapsis.

(10)

SISTEM SARAF SENTRAL (OTAK)

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

Cerebrum (Otak Besar)

Cerebellum (Otak Kecil)

Brainstem (Batang Otak)

(11)

1. CEREBRUM

Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.

Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas,

kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

(12)
(13)

2. CEREBELLUM

(14)

3. BATANG OTAK

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah

bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar

dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol

respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,

mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari

sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga

sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak

jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke

pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang

(15)
(16)

SISTEM SARAF PUSAT (MEDULLA SPINALIS)

Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refeks dalam tubuh. Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden. Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih

(17)

SISTEM SARAF PERIFER

Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf cranial yang berasal dari otak ; saraf spinal, yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.

a. Saraf Kranial, terdiri dari 12 pasang . Beberapa saraf cranial hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun dari serabut sensorik dan

serabut motorik.

b. Saraf Spinal, 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior).

(18)

5. FAKTOR RESIKO

1. P E N I N G K ATA N

I N T R A - A B D O M E N

( B AT U K

K R O N I S ,

K O N S T I PA S I ,

A S C I T E S ,

A N G K AT

B E B A N B E R AT D A N K E G A N A S A N A B D O M E N )

(19)

1. PENINGKATAN INTRA-ABDOMEN

a.

Batuk kronis

Pada batuk kronis akan ditemukan tekanan intra abdomial yang meningkat. Hal ini terjadi karena otot perut

juga berfungsi juga sebagai otot pernafasan ekstrinsik yang akan meningkat tekanannya saat terjadi batuk.

Sehingga resiko terkena hernia akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

b. Konstipasi

Pada saat sembelit terjadi peningkatan tekanan intra abdomen karena mengedan sehingga terjadi penonjolan

pada kanalis inguinalis yang merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah dingding anterior

abdomen.

c. Pekerjaan yang berat

Pekerjaan berat mempunyai hubungan signifikan dengan terjadinya hernia. Pekerjaan berat atau yang

membutuhkan aktivitas fisik yang berat akan meningkatkan tekanan intra abdomen pada perut sehingga

organ perut (biasanya usus) akan menonjol melalui suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot

yang tipis.

d. Ascites

(20)

2.

KELEMAHAN OTOT DINDING PERUT

a. Usia

Hernia bisa terjadi di semua usia, namun kebanyakan pada usia lanjut.

Otot dinding rongga

abdomen pada usia lanjut akan menjadi lemah karena proses degenerasi. Hal

tersebut akan menyebabkan menyebabkan terbukanya kanalis inguinalis sehingga

sebagian usus akan prolaps kedalam anulus inguinalis.

b. Jenis kelamin

HNP banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

c. Overweight dan obesitas

Pada seseorang yang mengalami

kelebihan berat badan,

secara alami akan memiliki tekanan internal

yang lebih besar. Berat pada tulang

belakang dan tekanan pada diskus mengalami peningkatkan sehingga jaringan

lemak dan organ internal terdorong dan rawan menjadi hernia

d. Kehamilan

e. Prematuritas

(21)

4 PATOFISIOLOGI

P R O S E S D E G E N E R A T I F A K I B A T P E N U A A N Y A N G D I D A M P I N G I P E N U R U N A N P R O T E I N

P O L I S A K A I D A M E N J A D I A W A L T E R J A D I N Y A P R O T U R S I A T A U R U P T U R N U K L E U S . K A N D U N G A N A I R D A L A M N U K L E U S P U L P O S U S M E N U R U N A K I B A T D A R I H I L A N G N Y A P R O T E I N

P O L I S A K A R I D A . K E T I K A R U P T U R M E N Y E B A R D I A N U L U S M A K A H A L I N I D A P A T M E N G A K I B A T K A N P E R T A H A N A N H E R N I A S I N U K L E U S T U R U N .

S T R E S F I S I K D A P A T M E N G A K I B A T K A N L I G A M E N K O N G I T U D I N A L P O S L A T E R A L M E N Y E M P I T , L I G A M E N M E Y E M P I T M E N I M B U L K A N A D A N Y A P E M I S A H D I L E M P E N G T U L A N G

(22)

CONT

Trauma juga bisa menyebabkan HNP,karena dari rauma dapat menyebabkan kompresi dan fraksi di nukleus,setelah nukleus kompresi dan fraksi dapat mengakibatkan annulus fbrosusu robek dan akhirnya nukleus robek

HNP dapat melalui jalur servikal dan lumbal,melalui rusaknya servikal dapat menekan spinal cord terjadi syok spinal spasme pada otot leher mengakibatkan nyeri pada leher dan bahu nyeri pada leher bisa mengganggu sistem motorik , selain itu bisa jika terkena di saraf servikal mengakibat blok di sarafsimpatis kemudian terjadi kelumpuhan otot di pernafasan mengakibatkan kesulitan berfanafas

(23)

5 ETIOLOGI

Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan

meningkatkan usia terjadi perubahan degenerative yang

mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus.

Annulus fbrosus mengalami perubahan karena digunakan

terus-menerus. Akibatnya, annulus fbrosus biasanya di daerah lumbal

dapat menyembul atau pecah ( Moore dan Agur,2013)

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh

karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang

mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan

sobeknya annulus fbrosus. Pada kebanyakan pasien gejala

trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera

pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan bahkan

dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus

kepsulnya mendorong kea rah medulla spinalis, atau mungkin

rupture dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong

(24)

FAKTOR PENYEBAB

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya HNP adalah sebagai berikut : 1. Riwayat trauma

2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.

3 Sering membungkuk.

4 Posisi tubuh saat berjalan.

5 Proses degeneratif (usia 30-50 tahun). 6 Struktur tulang belakang.

(25)

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

1 . Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah secara rutin dan pemeriksaan darah lengkap: Dalam pemeriksaan darah lengkap

ini terdapat peningkatan darah lengkap dan juga penurunan darah lengkap. Peningkatan darah

lengkap merupakan indikasi dari proses inflamasi, sedangkan penurunan darah lengkap dapat

mengarah pada proses viral (membutuhkan evaluasi karena sistem imun mungkin tidak berfungsi)

Pemeriksaan cairan cerebrospinal

2. Foto polos lumbosakral: pemeriksaan ini dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi

3. Pemeriksaan dengan menggunakan CT scan lumbosakral : hal ini dapat memperlihatkan letak disk

protusion.

4. Pemeriksaan MRI: dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta

herniasi.

(26)

6. Pemeriksaan Elektromyografi : pemeriksaan ini dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian

akar saraf spinal. Dalam pemeriksaan ini akan dapat menemukan sesuatu yang tidak normal dan

membutuhkan prioritas perubahan untuk memberikan anastesi

7. Pemeriksaan epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi

8. Pemeriksaan lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro

spinal.

9. Pemeriksaan elektrolit: memeriksa ketidakseimbangan yang mengganggu sistem organ, misalnya

terdapat penurunan kalium yang akan mempengaruhi kontraktilitas otot jantung yang mengerah

pada curah jantung

(27)

PENTALAKSANAAN HNP

A. Farmakologi

Analgetik standar (parasetamol, kodein, dan dehidrokodein yang diberikan tersendiri atau kombinasi).

NSAID : penghambat COX-2 (ibuprofen, naproxen, diklofenak) dan penghambat COX-2 (nabumeton, etodolak, dan meloxicam).

Analgesic kuat : potensi sedang (meptazinol dan pentazosin), potensi kuat (buprenorfin, dan tramadol), dan potensi sangat kuat (diamorfin dan morfin).

(28)

B. Non-Farmakologi

1. Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama

yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan

otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut

dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra

lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi

jaringan yang meradang.

2. Terapi fisik

3. Diatermi/kompres panas/dingin

(29)

4. Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.

5. Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara feksibilitas fsiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.

6. Latihan kelenturan

Punggung yang kaku berarti kurang feksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak

(30)

7. Latihan penguatan

Latihan pergelangan kaki : Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari posisi berbaring. Latihan menggerakkan tumit : Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali diluruskan dengan

tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).

Latihan mengangkat panggul : Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung feksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.

Latihan berdiri : Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.

Latihan peregangan otot hamstring : Peregangan otot hamstring penting karena otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.

Latihan berjinjit : Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki, kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini dilakukan 10 kali.

Latihan mengangkat kaki : Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.

(31)

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

(32)

PENGKAJIAN

(33)

PENGKAJIAN

Riwayat penyakit sekarang (trauma akibat mengangkat benda yang berat)

Meliputi: paraparesis falasid, parestesia, dan retensi urin, nyeri punggung bawah, nyeri tengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Pada nyeri punggung bawah juga bisa dialami oleh wanita nyeri haid, adneksitis

(34)

PENGKAJIAN

Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah menderita penyakit yang berhubungan dg risiko peningkatan HNP)

(35)

PENGKAJIAN

Riwayat penyakit keluarga: Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang mengalami hipertensi dan diabetes melitus.

(36)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

1. Umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran

2. perubahanTTV --- Bradikardi --- hipotensi --- karena adanya paraparese B1 (Breathing)

3. inspeksi, ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak napas, dan frekuensi pernapasan normal.

4. Palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.

(37)

PEMERIKSAAN FISIK

B2 (Blood)

1. kualitas dan frekuensi nadi 2. bunyi jantung tambahan B3 (Brain)

Keadaan Umum

1. Kurvatura berlebihan, 2. pendataran arkus lumbal, 3. adanya ungulus,

4. pelvis asimetris,

(38)

PEMERIKSAAN FISIK

Tingkat Kesadaran (biasanya composmentis)

Pengkajian Fungsi Serebral (Status mental)

Pengkajian Saraf Kranial

1. Saraf I (olfaktori): biasanya penciuman normal 2. Saraf II (optikus): biasanya normal

(39)

CONT..

4. Saraf V (trigeminus): biasanya tidak di dapatkan paralisis otot wajah dan refeks kornea. 5. Saraf VII(fasialis): pengecapan normal, wajah simetris.

6. Saraf VIII(vestibulokolearis): Tidak di temukan tuli konduktif dan tuli persepsi 7. Saraf IX , X (glosofaringeal, dan vagus): Kemampuan menelan baik

(40)

PEMERIKSAAN FISIK

Pengkajian Sitem Motorik

1. Kekuatan feksi dan ekstensi tungkai atas, tungaki bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya menyuruh klien untuk melakukan gerak feksi dan ekstensi dengan

menahan gerakan.

2. Atrof otot pada maleolus atau kaput fbula dengan membandingkan anggota tubuh kanan kiri.

(41)

PEMERIKSAAN FISIK

Pengkajian Refeks

1. Refeks achiles pada HNP lateral L 4-5 negatif, 2. Refeks lutut/patela pada HNP di L 4-5 negatif

Pengkajian Sistem Sensorik

1. menentukan gx dermatom – ditentukan radiks yg gx

2. Palpasi di mulai dari area nyeri yang ringan ke arah yang paling terasa nyeri

(42)

CONT..

4. Pada percobaan laseque test atau test mengangkat tungkai yang lurus (straight leg raising), yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan feksi di sendi

(43)

PEMERIKSAAN FISIK

B4 (baladder): Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal

B5 (bowel): biasanya pemenuhan nutrisi berkurang dan perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi

(44)

BONE

Look: Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, dan postur tungkai yang abnormal.

Feel: Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi kelateral atau antero-posterior. Palpasi dari area dengan rasa nyeri ringan kearah yang paling terasa nyeri.

(45)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri b.d Penjepitan saraf pada diskus intervertebralis.

2. Ansietas berhubungan dengan mati rasa dan hilang sensitivitas

(46)

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa : Nyeri Akut (00132)

NOC

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, pasien dapat menunjukkan

Indikator:

1.Tidak ada nyeri yang dilaporkan 2.Tidak ada ekspresi nyeri

3.Durasi nyeri yang dirasakan berkurang

NIC

Manajemen nyeri (1400)

1

.

Lakukan pengkajian nyeri komprehensif dengan teknik PQRST

2.Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri

3.Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur

4.Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

5.Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat.

6.Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan

mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri sesuai kebutuhahan.

(47)

COUNT....

Pemberian

analgesik (2210)

1.Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri

sebelum mengiobati pasien

2.Cek perintah pengobatan

3.Cek adanya riwayat alergi obat

4.Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya terutama pada nyeri

yang berat

(48)

INTERVENSI KEPERAWATAN

3. Diagnosa Hambatan mobilitas fsik (00085)

NOC

Setelah dilakukan perawatan selama 5 x 24 jam, pasien dapat menunjukkan dengan

Indikator :

1. Keseimbangan tidak terganggu

2. Koordinasi tidak terganggu

3. Cara berjalan tidak terganggu

4. Gerakan sendi tidak terganggu

5. Kinerja pengaturan tubuh tidak terganggu

6. Berjalan tidak terganggu

NIC

Pengaturan Posisi: Neurologis (0844)

1. Imobilisasi atau topang bagian tubuh yang terganggu dengan tepat

2. Berikan posisi yang terapeutik

3. Jangan memberikan tekanan pada bagian tubuh yang terganggu

4. Lindugi bagian tubuh yang terganggu

5. Topang leher dengan tepat

(49)

COUNT....

8. Pertahankan kesejajaran tubuh yang tepat

9. Psisikan kepala dan leher dengan lurus

10.Ganti posisi setiap 2 jam sekali dengan menggunakan teknik log rll

11.Tpang tulang belakang selama perubahan posisi dengan

memepertahankan posisi anatomis

12.Instruksikan perawatan korset tulang belakang

13.Pasang dan pertahankan korset tulang belakang

14.Ajarkan anggota keluarga untuk mengatur posisi pasien dan melakukan

ROM pasien secara tepat

(50)

INTERVENSI KEPERAWATAN

4. Diagnosa Ansietas (00146)

NOC

Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam, pasien dapat menunjukkan

Indikator:

1. Pasien dapat beristirahat 2. Pasien tidak terlihat gelisah 3. Wajah pasien tidak tegang

4. Tidak menyampaikan rasa takut dan cemas secara lisa 5. TTV dalam rentang normal

6. Tidak berkeringat dingin

NIC

Pengurangan Kecemasan (5820)

1.Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

2.Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin akan

dialami klien selama prosedur HNP dilakukan.

3.Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.

4.Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi

(51)

COUNT....

Terapi relaksasi (6040)

1.Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi

yang tersedia

2.Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi lampu yang

redup dan suhu lingkungan yang nyaman jika memungkinkan

3.Minta klien untuk rileks merasakan sensasi yang terjadi

(52)

INTERVENSI KEPERAWATAN

5. Defsiensi Pengetahuan (00126)

NOC

Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, pasien dapat menunjukkan

dengan

Indikator :

Pasien tidak ansietas

Pasien lebih paham mengenai penyakit HNP

NIC

Pengajaran: Prosedur/Perawatan (5618)

1.Informasikan pada pasien atau orang terdekat mengenai penatalaksanaan HNP

2.Jelaskan tujuan penatalaksanaan HNP (farmakologi/nonfarmakologi)

3.Berikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya ataupun mendiskusikan

perasaannya.

(53)

COUNT....

Pengurangan Kecemasan (5820)

1.Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

2.Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin

akan dialami klien selama prosedur penatalaksanaan HNP dilakukan.

3.Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.

4.Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi

(54)

IMPELEMENTASI KEPERAWATAN

(55)

EVALUASI

Dari intervensi yang telah dilakukan implementasi, maka hal-hal yang

perlu di evaluasi adalah:

1. Diagnosa nyeri akut : Intensitas nyeri pasien, ekspresi nyeri, dan durasi

nyeri. Pastikan bahwa indikasi nyeri pada pasien tidak mengganggu.

2.Diagnosa Ketidakefektifan Pola nafas : Perhatikan Frekuensi pernafasan,

Irama pernafasan, Kedalaman inspirasi Kepatenan jalan nafas, dan

Kapasitas vital. Pastikan hasil pemeriksaan tersebut dalam batas normal

3.Diagnosa Hambatan mobilitas fsik : Perhatikan keseimbangan

(56)

4. Diagnosa Ansietas : Evaluasi bahwa pasien dapat beristirahat, pasien tidak terlihat gelisah, wajah pasien tidak tegang, tidak menyampaikan rasa takut dan cemas secara lisan, TTV dalam rentang normal, dan pasien tidak berkeringat dingin

5. Diagnosa Defsit Pengetahuan : Tanyakan kepada pasien mengenai penyakit HNP dan evaluasi bagaimana tingkat kecemasan pasien. Pastikan pasien dapat menjawab

tentang HNP yang telah diberikan edukasi oleh perawat

6. Diagnosa Gangguan Eliminasi Urine : Kaji

pola eliminasi urine, Bau,

(57)

REFERENSI

Brunner, Suddarth.2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Carpenito – moyet,L.J. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Corwin J. Elisabet.2004.patofsiologi untuk perawat.EGC,Jakarta.

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, 3 th ed. Jakarta : EGC.

Pierce,A,.Grace,.Neil R. Borley,.2006. At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : EGC Tambayong, Jan,2000.Patofsiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC

Sabiston, & David. 2000. Buku Teks Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Schwartz. 2007. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Selasa Tanggal Dua Puluh Satu Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Empat Belas (21-10-2014), berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor :

bertempat di Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan , kami Pokja Pengadaan Kontruksi ULP Barang/Jasa Pemerintah pada Dinas Pertanian,

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Penyesuaian Otonomi Khusus DIY merupakan sumber pendapatan

John (2007) dari Barkeley Personality Lab, Barkeley University of California. Melalui BFI akan diketahui tipe kepribadian yang dimiliki oleh Andikpas di

However ELNUSA remained confident that projections by the end of 2015, ELNUSA would posted net profit of not less than Rp325 billion and net profit margin grows 15% compared to the

JUDUL : ADU CEPAT DENGAN INDUSTRI NARKOBA DUNIA MEDIA : MEDIA INDONESIA. TANGGAL : 28

[r]

untuk menentukan, visualisasi, mengkontruksi, dan mendokumentasikan artifact (sepotong informasi yang digunakan atau dihasilkan dalam suatu proses rekayasa software, dapat