• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Struktur Dan Fungsi Musik Taganing Pada Repertoar Si Pitu Gondang Dalam Ensambel Gondang Sabangunan Yang Disajikan Oleh Maningar Sitorus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi Struktur Dan Fungsi Musik Taganing Pada Repertoar Si Pitu Gondang Dalam Ensambel Gondang Sabangunan Yang Disajikan Oleh Maningar Sitorus"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Taganing merupakan seperangkat gendang bersisi satu (single-headed

braced drum) yang berasal dari kebudayaan Batak Toba. Alat musik ini terdiri

dari lima buah drum dengan nada yang masing-masing berbeda, yakni

odap-odap (gendang yang paling besar/lebih kecil dari gordang), paidua odap-odap,

painonga, paidua ting ting, dan ting ting (gendang yang paling kecil). Alat ini

dimainkan oleh satu orang yang disebut partaganing dengan menggunakan dua buah stik pemukul (palu-palu).

Taganing lazimnya dimainkan dalam ansambel gondang sabangunan1

Dalam penyajiannya, taganing memiliki peranan ganda baik dalam penguasaan repertoar maupun pemainan melodi dan ritme. Dari sisi penguasaan repertoar, taganing berperan sebagai pemberi aba-aba dengan isyarat-isyarat ritme yang harus dipatuhi oleh instrumen lainnya. Di sisi lainnya, taganing berperan bersama sarune sebagai pembawa melodi. Dalam hal ini, sarune berfungsi sebagai patron dalam menyelaraskan nada pada taganing. Ting ting

. Ansambel ini meliputi empat instrumen lainnya, yaitu sarune bolon (double

reeds-oboe), gordang (singel-headed braced drum), empat buah ogung

(suspended-gongs); ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora, dan ogung

doal, serta satu buah hesek (idiophone).

1

(2)

2

(gendang paling kecil) diselaraskan dengan nada paling tinggi pada sarune

bolon. Sebaliknya, odap-odap (gendang paling besar) diselaraskan dengan nada

paling rendah pada sarune bolon Namun, tidak seluruh repertoar taganing berperan sebagai pembawa melodi.

Dalam memainkan taganing, terdapat empat macam teknik, yaitu: memukul stik pada bagian tengah gendang, memukul stik pada bagian pinggir gendang, memukul stik pada bagian tengah gendang dan menghentikannya dengan cara menekan permukaan gendang dengan ujung stik, dan menekan permukaan gendang dengan ujung jari tangan kiri sementara tangan kanan memukul permukaan gendang (Hutajulu, 2005). Keempat teknik tersebut berkaitan dengan pola-pola yang dihasilkan, yaitu: (1) mangarapat, yaitu kedua stik dipukulkan pada gendang secara bergantian, teknik ini dimainkan pada saat

taganing secara keseluruhan membawa melodi atau mengikuti pola sarune

bolon, (2) didang-didang, yaitu stik pada tangan kiri mengikuti pola siklus

ogung dan stik pada tangan kanan mengikuti pola melodi sarune bolon, (3)

mangodap-odapi, yaitu stik pada tangan kiri mengikuti pola siklus ogung dan

stik pada tangan kanan hanya membuat pola ritme dengan aksentuasi tertentu diantara melodi sarune bolon. Teknik-teknik tersebut di atas diperoleh dari proses pengajaran yang bersifat lisan.

(3)

3

Batak Toba khususnya pada gondang sabangunan. Repertoar-repertoar yang ada tidak jelas siapa penciptanya sehingga notasi yang baku pun tidak dapat ditemukan. Dengan tidak adanya satu bentuk yang baku dari repertoar-repertoar itu, generasi yang lebih tua meneruskannya melalui lisan dan praktek langsung terhadap muridnya. Hal ini menimbulkan lahirnya variasi-variasi yang baru dari pola-pola sebelumnya. Selain itu, pengaruh dari kebudayaan di luar Batak Toba dapat membuat pengetahuan dan pengalaman musik para partaganing bertambah luas sehingga dapat merubah pola-pola yang sudah ada.

Sepuluh tahun yang lalu, penulis masih dapat mendengar gondang

sabangunan dengan instrumen yang lengkap pada banyak acara-acara adat di

daerah Balige dan Laguboti. Bunyi-bunyi ogung, taganing, dan sarune bolon bisa terdengar sejauh dua kilometer bahkan lebih. Namun, seiring dengan masuknya instrumen baru dalam gondang sabangunan, seperti keyboard dan

brass band telah menggeser peranan instrumen asli. Salah satu instrumen tradisi

yang tetap dipertahankan yakni taganing. Oleh sebab itu, pemahaman masyarakat pun lambat laun dapat berubah akan keberadaan gondang

sabangunan itu sendiri. Hal ini terbukti dengan semakin seringnya acara-acara

adat di Balige dan sekitarnya telah menggunakan format band, brass band,

keyboard, dan taganing serta sulim sebagai pangganti gondang sabangunan. Hal

(4)

4

Batak Toba. Repertoar si pitu gondang dibagi dalam tiga kelompok gondang, yaitu (1) gondang mula; (2) gondang pasu-pasuan; dan (3) gondang hasahatan. Dalam tiga kelompok gondang ini masih terdapat lagi jenis repertoar lainnya.

Dalam penyajiannya, si pitu gondang dibawakan dengan tujuh jenis

gondang yang berasal dari tiga kelompok gondang tersebut di atas. Jenis

gondang yang dimainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan permintaan paminta

gondang atau sesuai dengan keperluan acara. Menurut Irwansyah (dalam

Tarihoran 1994:36), gondang yang terdapat pada si pitu gondang dapat dimainkan secara menyeluruh tanpa berhenti, atau dimainkan secara terputus (berhenti pada saat pergantian gondang).

Selama si pitu gondang dimainkan peserta upacara tidak diperbolehkan untuk manortor. Hal ini didasarkan pada konsep si pitu gondang yang awalnya dimainkan untuk menghormati sahala badia guru, yaitu mula jadi na bolon yang telah memberi pengajaran kepada pargonsi untuk dapat bermain gondang. Selain itu, juga untuk menghormati roh leluhur dan kekuatan-kekuatan supranatural agar upacara tersebut dapat berlangsung dengan baik tanpa diganggu oleh roh-roh jahat (Simangunsong 2006:22).

Eksistensi si pitu gondang dalam kebudayaan kepercayaan Parmalim menjadi salah satu ketertarikan dalam diri penulis dan keinginan untuk mendapatkan dokumentasi pola ritme taganing adalah hal lain yang menarik penulis untuk mengkajinya.

(5)

5

keagamaan dan adat pada komunitas Parmalim yang berpusat di Huta Tinggi, kecamatan Laguboti kabupaten Toba Samosir. Beliau juga aktif sebagai

partaganing pada acara-acara adat masyarakat Batak non-Parmalim khususnya

di Laguboti, Balige, Porsea, dan sekitarnya. Pengalaman beliau lebih dari 20 tahun sebagai partaganing membuat penulis tertarik untuk menjadikan beliau sebagai narasumber utama dalam penulisan skripsi ini. Selain dikenal sebagai

partaganing, bapak Maningar Sitorus juga dikenal sebagai pargarantung

(pemain garantung).

Di samping itu, sebagai seorang Parmalim beliau sangat menjaga tradisi dan adat terutama dalam hal musik tradisi sehingga besar kemungkinan gondang yang dimainkan oleh beliau masih kental dengan ritual dan doa-doa seperti

gondang pada masyarakat Batak pra-Kristen. Menurut beliau, manusia

menerima karunia dan anugerah yang berbeda-beda dari Yang Maha Kuasa, salah satunya adalah kebudayaan. Oleh karena itu manusia harus menyembah dam memuliakanNya melalui karunia itu yang dalam hal ini melalui adat istiadat

dan gondang. Melalui gondang manusia dapat berkomunikasi dengan Yang

Maha Kuasa. Hal ini membuat gondang menjadi sesuatu yang sakral dan serius sehingga dalam penyajiannya dalam masyarakat Batak memiliki makna dan fungsi masing-masing berdasarkan judul gondang tersebut.

(6)

6

tulisan ini mewakili setiap kelompok gondang, yaitu gondang mula-mula,

gondang didang-didang, dan gondang si tio-tio.

Dalam melakukan kerja keilmuan tersebut, penulis menggunakan disiplin etnomusikologi. Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai etnomusikologi ini, namun dalam hal ini penulis menggunakan defenisi pada laman w Merriam (1964) sebagai berikut.

Ethnomusicology is the study of music in its cultural context. Ethnomusicologists approach music as a social process in order to understand not only what music is but why it is: what music means to its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed

Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working in the field may have training in music, cultural anthropology, folklore, performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and social sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent foundation in the following approaches and methods: 1) Taking a global approach to music (regardless of area of origin, style, or genre). 2) Understanding music as social practice (viewing music as a human activity that is shaped by its cultural context). 3) Engaging in ethnographic fieldwork (participating in and observing the music being studied, frequently gaining facility in another music tradition as a performer or theorist), and historical research.

Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As researchers, they study music from any part of the world and investigate its connections to all elements of social life. As educators, they teach courses in musics of the world, popular music, the cultural study of music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred music traditions, music and politics, disciplinary approaches and methods). Ethnomusicologists also play a role in public culture. Partnering with the music communities that they study, ethnomusicologists may promote and document music traditions or participate in projects that involve cultural policy, conflict resolution, medicine, arts programming, or community music. Ethnomusicolo-gists may work with museums, cultural festivals, recording labels, and other institutions that promote the

(7)

7

Berdasarkan kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat dimengerti bahwa etnomusikologi adalah studi (kajian) musik dalam konteks budaya di mana musik itu tumbuh dan berkembang. Biasanya para ahli etnomusikologi yang dalam bahasa Indonesia lazim disebut etnomusikolog, melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial untuk memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik dan khalayak, dan bagaimana makna yang disampaikan musik tersebut.

Seterusnya apabila dilihat secara keilmuan, maka etnomusikologi sangat interdisipliner. Artinya para ilmuwan yang bekerja di lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya, studi gender, studi ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2) Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi (berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekeligus), dan penelitian sejarah musik.

(8)

8

mengajar kursus musik dunia, musik populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus (misalnya, tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan disiplin ilmu dan metode). Etnomusikolog juga berperan di dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang melibatkan kebijakan budaya, penyelesaian konflik, pengobatan (melalui media musik), pemrograman seni, atau komunitas musik. Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival budaya, rekaman label, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik dunia.

Dalam sejarah perkembangan etnomusikologi, terjadi gabungan dua disiplin yaitu muskologi dan etnologi. Musikologi selalu digunakan dalam mendeskrip-sikan struktur musik yang mempunyai hukum-hukum internalnya sendiri--sedangkan etnologi memandang musik sebagai bahagian dari fungsi kebudayaan manusia dan sebagai suatu bahagian yang menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara tegas dan gamblang dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.

(9)

9

Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam, 1964:3-4).

(10)

10

sebagai suatu bahagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas. Dengan demikian, kerja keilmuan yang penulis lakukan adalah sesuai dengan uraian mengenai apa itu etnomusikologi seperti tersebut di atas.

Untuk itu, penulis membuat tulisan ini dengan judul : Deskripsi Struktur dan Fungsi Musik Taganing pada Repertoar Si Pitu Gondang dalam Ensambel Gondang Sabangunan yang Disajikan oleh Maningar Sitorus.

1. 2. Pokok Permasalahan

1. Bagaimana konsep penyajian sipitu gondang dalam gondang

sabangunan?

2. Bagaimana fungsi sipitu gondang dalam gondang sabangunan dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba?

3. Bagaimana struktur musik taganing pada repertoar si pitu gondang dalam gondang sabangunan?

1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep si pitu gondang dalam penyajiannya pada sebuah upacara.

(11)

11

3. Untuk mengetahui struktur taganing pada repertoar si pitu gondang dalam gondang sabangunan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai dokumentasi atau literatur mengenai pola ritme taganing pada gondang sabangunan.

2. Menambah referensi tentang pola-pola ritme taganing bagi peneliti selanjutnya.

1. 4. Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Naional, analisis berarti: pemaparan dengan kata-kata seeara jelas dan terperinci.

Sruktur artinya cara sesuatu disusun atau dibangun. Struktur juga berarti susunan pembentuk sesuatu. Sedangkan musikal artinya unsur-unsur musik terutama ritme dan melodi. Ritme merupakan bahasa serapan berasal dari bahasa Inggris yaitu Rhythm yang berarti pukulan kuat dan lemah yang berulang secara teratur dalam berpidato, bermusik, dan tarian (The Advanced Learner’s

Dictionary of Current English, Oxford University Press). Ritme juga berarti

durasi bunyi dalam musik.

(12)

12

sabangunan. Struktur yang dimaksud mencakup pola ritme (ritem), meter,

tempo, frasa, dan motif.

Taganing (singel-headed braced drum) adalah seperangkat gendang yang

terdiri dari lima buah masing-masing memiliki nada yang berbeda-beda.

Taganing berperan sebagai pembawa melodi pada repertoar musik tradisional

Batak Toba bersama dengan sarune bolon (double reeds-oboe). Orang yang memainkan taganing disebut dengan partaganing.

Repertoar adalah kumpulan beberapa komposisi lagu dalam sebuah acara atau upacara. Contohnya repertoar si pitu gondang, terdapat beberapa komposisi lagu dan dalam penyajiannnya paling banyak tujuh komposisi gondang. Sipitu

gondang merupakan pembuka (lambang pengesahan dimulainya) upacara adat

dalam masarakat Batak Toba.

Gondang sabangunan adalah salah satu ansambel musik tradisonal Batak

Toba selain gondang hasapi (uning uningan). Pada tradisi musik Batak Toba, kata gondang memiliki arti: (1) instrumen musik (taganing=gondang), (2) ansambel musik, dan (3) judul komposisi lagu (Pasaribu, 1987). Gondang

sabangunan terdiri dari taganing (singel-headed braced drum); gordang dan

anak ni taganing, sebuah sarune bolon (double reeds-oboe), empat buah ogung

(suspended-gongs); ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora, dan ogung

(13)

13 1.4.2 Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam membahas suatu permasalahan. Untuk itu, penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori yang diungkapkan oleh Bruno Nettl dan Gerald Behague (1991) bahwa sebuah kebudayaan rakyat atau kebudayaan lisan, sebuah lagu atau musik harus dinyanyikan, diingat, dan diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jika hal ini tidak terjadi, maka lagu atau musik itu akan mati dan hilang. Namun, ada alternatif lain, jika musik tersebut tidak diterima oleh penonton, hal ini mungkin dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dari orang-orang yang mempertunjukkan dan mendengarnya. Nettl juga mengemukakan bahwa perubahan sangat mungkin terjadi pada tradisi oral. Hal inilah yang terjadi pada musik tradisional Batak Toba yang merupakan tradisi lisan khususnya gondang sabangunan sehingga memungkinkan para pemusik (pargonci) membuat variasi masing-masing supaya tetap dapat diterima oleh masyarakat.

(14)

14

Di dalam buku Allan P. Merriam juga disebutkan bahwa paling tidak sampai tahun 1964 para etnomusikolog mendeskripsikan sepuluh fungsi musik dalam ilmu etnomusikologi yaitu:

1. Fungsi pengungkapan emosional, 2. Fungsi pengungkapan estetika, 3. Fungsi hiburan,

4. Fungsi komunikasi, 5. Fungsi perlambangan, 6. Fungsi reaksi jasmani,

7. Fungsi yang berkaitan dengan norma sosial,

8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, 9. Fungsi kesinambungan kebudayaan, dan

10. Fungsi pengintregasian masyarakat.

Teori fungsionalisme dalam ilmu antopologi mulai dikembangkan oleh

(15)

15

Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi berinteraksi secara fungsional yang dikembangkannya dalam beberapa kuliahnya. Isinya adalah tentang metode-metode penelitian lapangan. Dalam masa penulisan ketiga buku etnografi mengenai kebudayaan Trobiand selanjutnya, menye-babkan konsepnya mengenai fungsi sosial adat, prilaku manusia, dan pranata-pranata sosial, menjadi lebih mantap. Ia membedakan fungsi sosial dalam tiga tingkat abstraksi (Kaberry 1957:82), yaitu: (a) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, prilaku manusia dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat; (b) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau usur kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau efeknya terhadap keperluan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya, seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat yang terlibat; (c) Fungsi sosial dari suau adat atau pranata sosial pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh atau efeknya terhadap keperluan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu.

(16)

16

By the definition here offered ‘function’ is the contribution which a partial activity makes of the total activity of which it is a part. The function of a perticular social usage is the contribution of it makes to the total social life as the functioning of the total social system. Such a view implies that a social system ... has a certain kind of unity, which we may speak of as a functional unity. We may define it as a condition in which all parts of the social system work together with a sufficient degree of harmony or internal consistency, i.e., without producing persistent conflicts can neither be resolved not regulated (1952:181).

Menurut Radcliffe-Brown fungsi dapat diartikan sebagai sumbangan suatu aktivitas tertentu kepada keseluruhan aktivitas di dalam masyarakat, yang mana kegiatan ini menjadi bahagian tidak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan tersebut. Fungsi dari penggunaan sosial tertentu adalah menyumbangkan kepada semua kehidupan di dalam masyarakat tersebut yang membentuk sebuah sistem sosial, yang membentuk suatu kesatuan fungsional. Dapat didefenisikan bahwa fungsi adalah sebuah kondisi di mana semua bahagian sistem sosial bekerjasama untuk mencapai harmoni dan konsistensi internal kebudayaan, tanpa terjadinya kondisi seperti ini, maka akan terjadi konflik dan tidak akan terjadi regulasi.

(17)

17

pencatatan tempo, penulisan notasi ritme dan hubungannya dengan melodi, pencatatan meter untuk menentukan pusa dasar, dan merangkum pulsa-pulsa tersebut ke dalam unit-unit birama (Takari, 1993).

Berhubungan dengan itu, Mark Slobin dan Jeff Titon (1984) mengatakan bahwa style (gaya) musik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi bunyi musikal itu sendiri, antara lain: (1) elemen nada: tangga nada, modus, melodi, harmoni, sistem laras, (2) elemen waktu: ritme dan meter, (3) elemen warna suara: kualitas suara dan warna suara instrumen, serta (4) intensitas suara (keras lembutnya suara). Dalam ansambel gondang sabangunan

taganing merupakan alat musik perkusi yang berperan memainkan melodi

bersama sarune bolon. Taganing dilaras sehingga menghasilkan lima nada yang berbeda. Menurut Maningar Sitorus, sistem pelarasan taganing berhubungan dengan kualitas bunyi yang dihasilkan. Permainan taganing ditentukan pada pengembangan dari melodi dasar yang dimainkan sehingga menjadi sebuah pola ritme dan aksentuasi yang kompleks.

(18)

18

mentranskripsikan musik dengan: (1) menirukan bunyi atau ritme dengan bernyanyi, dan (2) belajar memainkan alat musik yang akan ditranskripsikan. Hal ini juga dilakukan oleh bapak Maningar Sitorus dalam teknik pengajaran

taganing kepada muridnya.

1. 5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian yang bersifat kualitatif. Pada penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap, yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.

Penulis juga menggunakan metode yang dikemukakan oleh Curt Sachs dalam Nettl (1963:2) bahwa penelitian dalam etnomusikologi dibagi dalam dua cara, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pengumpulan data dan perekaman data dari aktifitas musik dalam hal aktifitas martaganing dan kerja laboratorium adalah pengolahan data yang meliputi pentranskripsian, menganalisa data, dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data.

1.5.1 Studi Kepustakaan

(19)

19

Simangunsong berjudul Musikologi Batak (2006), buku berjudul Meninggal Adat Dalihan Na Tolu (1999) karangan Drs. Richard Sinaga, buku berjudul Dalihan Natolu-Sistem Sosial Kemayarakatan Batak Toba (2007) karangan Doangsa P.L. Situmeang, buku karangan Prof. Koentjaraningrat yang berjudul Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (1971) dan Pengantar Ilmu Antropologi (edisi revisi 2009), buku berjudul The Anthropology of Music karangan Alan P. Merriam, buku berjudul Theory and Method in Ethnomusicology karangan Bruno Nettl, buku karangan Lexy Moleong dengan judul “Metodologi Penelitian Kualitatif” (2000), buku karangan William P. Malm yaitu Music Cultures of the

Pasific, The Near East, and Asia (1993) yang telah dialih-bahasakan oleh

Muhammad Takari, serta buku karangan Alan P. Merriam dkk yaitu “Etnomusikologi” yang telah dialih-bahasakan oleh Sentosa dan Rizaldi Siagian dengan R.Supanggah sebagai editor. Selain buku, penulis juga mencari sumber lain seperti; skripsi-skripsi di Perpustakaan Departemen Etnomusikologi FIB USU, artikel-artikel dan jurnal etnomusikologi serta artikel-artikel dari internet yang mempunyai relevansi dengan materi pokok penulisan.

1.5.2 Penelitian Lapangan 1.5.2.1 Observasi

(20)

20

2014. Pengamatan penulis lakukan adalah pengamatan terhadap daerah tempat objek yang diteliti berada dan aktifitas martaganing.

1.5.2.2Wawancara

Dalam melakukan wawancara, penulis melakukan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Artinya, selain pokok permasalahan dan daftar pertanyaan yang sudah tersusun, akan timbul juga topik dan pertanyaan di luar pokok permasalahan namun akan tetap mendukung data yang akan dikumpulkan, sehingga proses penelitian tidak kaku dan dapat berjalan dengan lancar.

Informan kunci dalam penelitian ini adalah bapak Maningar Sitorus yang merupakan partaganing yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam musik Batak Toba.

1.5.2.3Perekaman Data

Perekaman data yang dilakukan adalah perekaman aktifitas martaganing dan perekaman wawancara menggunakan kamera video maupun foto.

Alat perekam yang penulis gunakan adalah handycam SONY, digital cam SONY, dan handphone NOKIA. Data yang sudah ada kemudian ditransfer dalam bentuk audio, khususnya data rekaman aktivitas martaganing.

1.5.3 Kerja Laboratorium

(21)

21

Referensi

Dokumen terkait