• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan.

Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya keputusan ini,

pengetahuan dibagi dua yakni pengetahuan khusus yang mengenai satu hal dan pengetahuan

umum yang berlaku bagi keseluruhan hal (Poedjawijatna, 2004).

Artinya, ada putusan yang bersifat khusus dan ada juga yang bersifat umum atau

universal, misalnya narkoba itu buruk. Putusan ini hanya berlaku untuk narkoba tertentu saja,

bukan untuk semua narkoba karena biasanya narkoba tertentu dipakai untuk dunia medis atau

kesehatan. Dan juga putusan yang bersifat umum, misalnya narkoba buruk jika

disalahgunakan. Ini berlaku untuk semua narkoba. Pengetahuan khusus memberikan

penjelasan secara lebih mendalam tentang apa penyebab sesuatu hal dan bagaimana.

Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman, yang

dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya,

pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia menjalani segala

sesuatu. Pengetahuan juga mencakup praktek atau kemampuan dalam memecahkan berbagai

persoalan hidup yang belum di bekukan sistematis dan metode (Keraf A.S, 2001).

Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan,

(2)

melalui mata dan telinga. Penglihatan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting

dalam bentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).

2.1.1. Tingkat Pengetahuan

Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (dalam Candra Simarmata, 2013), yaitu:

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

c. Menerapkan (application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

(3)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi, diantaranya :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara

umum, seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih

luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah (dalam

(4)

b. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali pengetahuan yang diperoleh

memecahkan masalah yang dihadapimasa lalu (Notoatmodjo, 2010).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap haridalam

menjalani kehidupannya. Seseorang yang bekerja diluar rumahcenderung memiliki

akses yang baik terhadap informasi dibandingkansehari-hari berada dirumah

pukul 18:30 WIB).

d. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk

menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas informasi (Notoatmodjo, 2003).

f. Informasi dan Sumber informasi

Informasi yang di peroleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia

(5)

g. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses pengajaran atau transfer kebiasaan atau nilai dan

aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat (dalam

Mutiara Ginting, 2011). Lewat interaksi setiap individu mulai bersosialisasi dengan orang

lain dan mulai belajar tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak. Menurut Soerjono

Soekanto (1982), sosialisasi adalah suatu proses penempatan anggota masyarakat yang baru

dalam mempelajari norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat di tempat dia menjadi

angota masyarakat tersebut. Sejumlah sosiolog beranggapan sosialisasi sebagai teori

mengenai peran (role theory). Hal ini disebabkan dalam proses sosialisasi diajarkan

peran-peran yang harus dijalankan oleh individu di masyarakat (dalam Kamanto Sunarto, 2000:23).

Lewat proses sosioalisasi individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan

memahami tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan (dalam Narwoko

dan Suyanto, 2007:74). Sebagaimana diketahui bahwa proses sosialisasi merupakan suatu

proses yang amat besar signifikasinya bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya,

hanya lewat proses-proses sosialisasi itu sajalah norma-norma sosial yang menjadi

determinan segala keadaan tertib sosial dapat diwariskan dan diteruskan.

Proses sosialisasi melibatkan agen sosialisasi atau pihak-pihak yang melakukan

sosialisasi. Menurut fuller dan Jacobs (dalam Kamanto Sunarto, 2000:26), ada 4 agen

(6)

Secara luas agen-agen sosialisasi tidak hanya sebatas 4 agen sosialisasi yang disebutkan oleh

Fuller dan Jacobs saja. Karena sosialisasi bukan hanya mengenai konsep diri dan peran,

esensi sosialisasi adalah proses pembelajaran (learning process) terhadap hal baru bagi setiap

individu atau kelompok. Melalui proses sosialisasi individu atau kelompok tidak hanya

dipengaruhi, tetapi juga dapat mempengaruhi sehingga setiap individu atau kelompok juga

dapat berperan menjadi menjadi agen-agen sosialisasi, dilihat dari hal yang akan

disosialisasikan pada individu atau kelompok sosial.

Dalam pelaksanaan proses sosialisasi tidak hanya dilakukan oleh sepihak melainkan

dua pihak secara aktif melaksanakan aktivitas sosialisasi. Ada sebagian aktivitas sosialisasi

dipengaruhi dan dikerjakan oleh individu-individu tertentu, yaitu orang-orang yang

mempunyai wibawa dan kekuasaan atas orang yang akan disosialisasikan, dan

orang-orang yang mempunyai kedudukan sederajat atau merupakan bagian dari orang-orang-orang-orang yang

akan disosialisasikan (Narwoko J Dwi dan Suyanto Bagong, 2007:77).

2.2.1. Keluarga dan BNN Sebagai Agen Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan

sosialisasi. Penyampaian pesan-pesan oleh agen-agen sosialisasi dapat berlainan dan

tidak selamanya sejalan satu sama lain. Misalnya dalam mensosialisasikan mengenai

narkoba. Informasi yang disampaikan orang tua kepada anak di dalam keluarga hanya

berupa hal negatif saja dari narkoba, namun BNN menyampaikan manfaat atau hal

positif dari penggunaan narkoba kepada masyarakat. Sadar atau tidak hal tersebut

membuat individu dalam masyarakat yang disosialisasikan atau sedang menjalani

(7)

Dalam hal ini, ingin membahas keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi.

Antara kedua institusi sosial ini memang berbeda adanya. Ini dikarenakan secara

umum setiap kelompok masyarakat mempunya standar dan nilai yang berbeda. Bukan

hanya itu frekuensi, durasi, prioritas, maupun intensitas dalam melaksanakan

sosialisasi tentunya juga berbeda yang dilakukan antara keluarga dan BNN (Badan

Narkotika Nasional).

a. Keluarga

Keluarga merupakan agen sosialisasi yang utama dalam masyarakat yang

sifatnya langsung dan primer. Menurut Berger dan Luckmann (dalam Sunarto,

2000:31), sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa

kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat. Dari sinilah anak pertama kali

mengenal seluruh anggota keluarganya yaitu ayah, ibu, saudara-saudaranya sampai

mengenal dirinya sendiri, dan juga mengenal lingkungan sosial maupun budayanya.

Sosialisasi primer merupakan tempat menanamkan nilai-nilai budaya yang dianut

keluarganya dalam hal aturan-aturan keluarga, agama, dan masyarakat. Dalam tahap

ini, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak

dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga.

Bagi keluarga inti agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan

saudara angkat yang belum menikah dan tinggal bersama-sama dalam suatu rumah.

Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended

family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja

terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di

(8)

pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan

keluarga terutama orang tuanya sendiri.

b. BNN (Badan Narkotika Nasional)

Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebu

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gela

lainnya kecuali bahan adiktif untu dan

Maret 2015, pukul 15:32 WIB). Salah satu fungsi BNN adalah untuk menyusun,

merumuskan dan menetapkan norma, standar, kriteria dan prosedur P4GN

(Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika).

Selain hal tersebut, BNN juga merupakan agen sosialisasi atau lembaga yang

berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, yang secara formal

memberi sosialisasi kepada masyarakat. Karena memiliki wewenang, BNN sebagai

agen sosialisasi secara sadar mengusahakan memberi atau menyampaikan

pemahaman-pemahaman atas makna, nilai, dan aturan-aturan serta kebijakan yang

berlaku kepada masyarakat mengenai penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Proses sosialisasi yang disampaikan oleh lembaga ini biasanya dengan kontak

dan komunikasi kepada masyarakat yang berisi informasi-informasi penting berupa

hal positif dan negatif dari narkoba. Namun, kontak dan komunikasi pada masyarakat

(9)

sama antara BNN dan media massa. Bilapun ada kontak langsung, hanya sebagian

kelompok masyarakat yang merasakan dan menerimanya, melainkan bukan secara

keseluruhan. Misalnya BNN memprioritaskan kehadirannya di tengah-tengah sekolah

atau kampus. Informasi penting mengenai narkoba seperti dampak dan bahaya

penyalahgunaan dan peredaran narkoba hanya diterima oleh pelajar-pelajar saja.

Karena ketidaklangsungan komunikasi dan kontak, membuat efektivitas

proses sosialisasi dalam masyarakat tidak berjalan dengan baik dan benar seperti yang

diharapkan dan yang seharusnya. Adanya kehadiran langsung BNN di tengah-tengah

masyarakat secara luas dan menyeluruh dapat membuka pemikiran dan menambah

pengetahuan setiap anggota masyarakat sehingga peranan aktif agen sosialisasi formal

tersebut benar-benar dirasakan. Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman yang

diterima masyarakat dari BNN secara langsung pada aplikasinya dapat bermanfaat

dan diterapkan tiap-tiap masyarakat.

2.3. Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba

2.3.1. Penyalahgunaan Narkoba

Narkoba adalah zat atau obat yang sangat berbahaya jika disalahgunakan.

Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan ketergantungan, mengganggu sistem syaraf

pusat dan dapat menyebabkan ganguan fisik, jiwa, sosial dan keamananan. Sifat

utama yang terkandung dalam narkoba dapat mengakibatkan beberapa efek terhadap

pengguna yang berlebihan secara umum berdampak sugesti (keinginan yang tak

(10)

ketergantungan secara psikis (gelisah emosional), dan ketergantungan secara fisik

(gejala putus zat).

Selain itu penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan bermacam-macam

bahaya atau kerugian. Adapun kerugian itu antara lain terhadap pribadi, kehidupan

keluarga, kehidupan sosial bermasyarakat serta kehidupan berbangsa dan bernegara.

Terhadap pribadi, narkoba mampu merubah kepribadian penggunanya secara drastis

seperti berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan terhadap siapapun.

Penyalahgunaan narkoba menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya

sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan lingkungan disekitarnya. Para pengguna

cendrung untuk melakukan penyimpangan dan bahkan tidak jarang melakukan

penyiksaan terhadap diri sendiri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau

menghilangkan sifat ketergantungan narkoba.

Terhadap keluarga, seorang pengguna narkoba tidak lagi segan mencuri

barang-barang di rumah untuk untuk membeli narkoba, tidak lagi menjaga sopan

santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua serta mencemarkan nama

keluarganya sendiri. Terhadap kehidupan sosial, seorang pengguna narkoba cendrung

melakukan penyimpangan sosial dan perbuatan kriminal karena pandangannya

terhadap norma-norma yang ada ditengah masyarakat, termasuk norma hukum dan

agama sudah demikian longgar. Serta sering melakukan kegiatan yang berbahaya bagi

ketentraman dan keselamatan umum untuk mendapatttkan uang guna membeli

narkoba seperti mencuri, memeras, membunuh, menodong, merampok, melacur dan

(11)

Terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, peredaran narkoba yang

semarak dapat merupakan ancaman terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan banyaknya generasi penerus bangsa yang mengkonsumsi narkoba maka akan

tidak ada lagi calon-calon pemimpin bangsa yang bisa diandalkan karena secara fisik

dan psikis pengguna narkoba mengalami kemunduran dan keterbelakangan.

Disamping hal tersebut diatas, seorang pengguna Narkoba juga rentan tertular

penyakit berbahaya, mengalami over dosis yang dapat menyebabkan gangguan

konsentrasi, proses pikir dan perilaku. Bahkan tidak jarang para pengguna narkoba

berakhir dengan kematian yang mengenaskan.

2.3.1.1. Pola Penyalahgunaan Narkoba

a. Pola pemakaian coba-coba (eksperimental)

Pemakaian coba-coba ini dilakukan oleh seseorang yang

sebelumnya belum pernah mengkonsumsi narkoba. Biasanya hal ini

terjadi pada remaja, yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

Tentunya, ketika pertama kali mencoba tidak langsung dengan dosis

yang tinggi, alias dengan dosis kecil. Namun, jika hal ini dibiarkan,

maka akan sangat berbahaya, karena bisa berefek pada ketergantungan.

b. Pola pemakaian sosial

Pola pemakaian narkoba untuk pergaulan (saat berkumpul atau

pada acara tertentu). Dengan kata lain, narkoba dipakai pada saat

(12)

terjadi karena ingin diakui/diterima oleh kelompoknya. Mula-mula

narkoba diperoleh secara gratis atau dibeli dengan harga murah.

Namun, lama-lama jika si penderita sudah mulai ketergantungan,

tentunya harga akan naik berlipat-lipat.

c. Pola pemakaian situasional

Pola pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau

stress. Pemakaian narkoba ini dianggap sebagai cara untuk mengatasi

masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha memperolah narkoba secara

aktif.

d. Pola habituasi (kebiasaan)

Pola ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur

(sering), disebut juga penyalahgunaan narkoba. Terjadi perubahan

pada tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti dengan teman

pecandu. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit

tidur atau berkosentrasi. Sebab narkoba mulai menjadi bagian dari

kehidupannya. Minat dan cita-citanya semula hilang. Kalau sekolah

sering membolos dan prestasi sekolahnya menjadi merosot. Lebih suka

menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.

e. Pola ketergantungan

Ini adalah tingkatan yang sangat berbahaya. Si pemakai akan

(13)

cara yang digunkannya itu baik atau buruk. Berbohong, menipu,

mencuri, dan tindakan kriminal lainnya bisa saja ia lakukan, asal ia

bisa mendapatkan obat terlarang itu. Pengguna sudah tidak dapat lagi

mengontrol penggunaan narkoba. Narkoba telah menjadi pusat

kehidupannya. Hubungan dengan keluarga, teman-temannya menjadi

rusak berantakan.

2.3.2. Peredaran Narkoba

Peredaran narkoba saat ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan

sehingga menjadi masalah nasional maupun internasional di mana di Indonesia saat

ini bukan hanya merupakan daerah transit tetapi sudah menjadi daerah produksi

narkoba. Situasi ini sangat memprihatinkan karena korban penyalahgunaan narkoba di

Indonesia akhir-akhir ini cenderung meningkat dan tidak hanya terbatas pada

kelompok masyarakat yang mampu saja, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Permasalah penyalahgunaan dan peredaran narkoba adalah berlakunya hukum

pasar yang ironisnya barang yang diperjualbelikan adalah barang haram yang bersifat

merusak hidup pembeli atau penggunanya. Hal ini terkait dengan permintaan

(demand) di mana semakin besar demand maka akan meningkatkan pasokan narkoba

baik berupa produksi maupun perdagangan gelap narkoba.

Pada perkembangan kejahatan narkoba tidak hanya di tingkat internasional

maupun regional melainkan juga merambah di tingkat nasional. Letak geografi

(14)

gelap narkoba. akibatnya beberapa pelaku kejahatan ini mempunya gap sebagai

sarana infiltrasi bisnis gelap narkoba. Di kalangan Asean wilayah Indonesia,

Singapura, dan Malaysia merupakan daerah regional rawan terhadap peredaran gelap

narkoba. karakteristik kejahatan narkoba bersifat terselubung, terorganisasi, memiliki

jaringan tertutup, selalu memanfaatkan teknologi modern serta mobilitas tinggi.

Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat borderless (tidak mengenal

batas) dan menggunakan sistem sel, di mana apabila seseorang tertangkap maka tidak

merembet kepada orang yang berada dalam jaringan narkoba tersebut.

2.3.2.1. Pola Peredaran Narkoba Secara Umum

Dari beberapa sumber yang ada, pola-pola peredaran narkoba

secara umum dapat diketahui berdasarkan subjek (pelaku) atau

pengedarnya, berdasarkan jaringan, berdasarkan jalur lalu lintas, dan

berdasarkan modus operandinya.

a. Peredaran Berdasarkan Subjek (Pelaku) atau Pengedarnya

1. Produsen

Seseorang atau beberapa orang atau perusahaan yang

melakukan kegiatan proses produksi atau proses menyiapkan,

mengolah, membuat dan menghasilkan Narkotika,

Psikotropika, dan Obat-obat terlarang secara langsung atau

(15)

sumber alami atau sintesis kimia atau gabungannya termasuk

mengemas atau mengubah bentuk narkoba.

2. Bandar

Mereka yang memiliki, menyimpan, mengusai atau

menyediakan narkoba dalam jumlah yang besar yang siap

untuk diedarkan. Bandar biasanya menjadi pemimpin atau bos

dari sindikat peredaran narkoba.

3. Kurir

Pengertian kurir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah utusan yang menyampaikan sesuatu yang

penting dengan cepat. Dalam tulisan ini kurir yang dimaksud

yakni kurir narkoba yang mana ia merupakan orang (perantara)

yang mengantar atau menjemput narkoba dengan cara

menyelundupkannya.

4. Importir

Orang yang melakukan kegiatan memasukkan

Narkotika, Psikotropika dan Obat-obat terlarang ke dalam

daerah pabean.

5. Eksportir

Orang yang melakukan kegiatan mengeluarkan

Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat terlarang dari daerah

(16)

b. Peredaran Berdasarkan Jaringan

1. Jaringan Nasional

Peredaran narkoba di Indonesia sudah meliputi seluruh

penjuru wilayah Indonesia sehingga dapat dikatakan tidak ada

wilayah Indonesia yang bebas narkoba. Sementara tempat

transaksi narkoba pada umumnya di tempat-tempat, yaitu :

tempat hiburan, (diskotik, karoeke, pub, cafe), lingkungan

kampus, hotel/apartemen, tempat kumpul-kumpul remaja

seperti mall, pusat perbelanjaan, dan lain-lain (Hutapea, 2011).

Bukan hanya tempat-tempat tersebut, bahkan tempat sederhana

yang jarang menimbukan kecurigaan seperti terminal bus atau

angkutan umum, kost/rumah kontrakan, asrama serta

perumahan, lingkungan pekerjaan, dan lainnya juga menjadi

tempat transaksi. Cara penyebaran narkoba adalah dibagikan

secara gratis bagi pemula atau yang ingin coba-coba, dikemas

dalam permen yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak, setelah

kecanduan maka dijual dengan harga tinggi.

2. Jaringan Internasional

Lalu lintas masuk narkoba ke Indonesia dari luar negeri

melalui beberapa jalur yang dapat diketahui (Hutapea, 2011)

antara lain, yaitu:

a. Opium/Candu

(17)

3. Pulau Ketam – Sinaboi

4. Amsterdam – Jakarta

b. Heroine/Morphine

1. Bangkok – Singapura – Denpasar.

2. Pontian (Malaysia) – Tj.Balai Karimun.

3. Bangkok – Penang – Medan – Jakarta – Amsterdam.

4. Kuala Lumpur – Jakarta

5. Bangkok – Singapura – Denpasar – Perth.

6. Singapura – Jakarta.

7. Singapura – Bengkalis – Tj.Balai Asahan – Medan.

8. Port Kelang – P.Ketam – P.Halang – Bengkalis.

9. Bangkok – Samarinda – Korea – Jepang.

c. Kokain

1. Bolivia – Denpasar atau Jakarta.

2. Kolumbia – Denpasar atau Jakarta.

3. Peru – Denpasar atau Jakarta.

4. Brasilia – Denpasar atau Jakarta.

d. Shabu dan Ekstasi

1. Khatmandu – Bombay – Kolombo – Bangkok –

Singapura – Jakarta – Australia.

2. Bangkok – Singapura – Jakarta.

3. New Delhi – Singapura – Jakarta – Australia.

(18)

5. New Delhi – Thailand – Malaysia – Pontianak –

Jakarta.

6. New Delhi – Thailand – Malaysia – Jakarta.

c. Peredaran Berdasarkan Jalur Lalu Lintas

1. Jalur Laut

Indonesia yang merupakan kepulauan ini tentu banyak

memiliki lautan yang dapat berfungsi sebagai pintu masuk

kedalam negeri ini. Masalahnya tidak semua wilayah laut yang

ada di Indonesia ini mendapatkan perhatian dan pengawalan

yang optimal dari pemerintah. Luasnya lautan yang dimiliki

Indoensia tidak diimbangi dengan jumlah personil yang

mencukupi akibatnya beberapa wilayah perbatasan laut

indonesia menjadi tidak terjaga. Celah inilah yang banyak

diincar oleh pengedar narkoba luar untuk membawa narkoba ke

Indonesia melalui jalur laut.

2. Jalur Udara

Peredaran narkoba melalui jalur udara juga sering

dilakukan oleh sindikat perederan narkoba. Berkali-kali dinas

bea dan cukai bandara menggagalkan penyelundupan narkoba

membuktikan kalau penyelundupan narkoba melalui jalur

bandara sangatlah sering dilakukan. Ketersediaan alat

(19)

penyelundupan narkoba melalui bandara tersebut tidak dapat

lolos dari pemeriksaan, karena cara dan modus yang dilakukan

untuk menyelundupkan narkoba melalu jalur udara ini semakin

hari semakin beragam saja

3. Jalur Darat

Peredaran gelap narkoba melalui jalur darat umumnya

terjadi di sekitar wilayah perbatasan Indonesia dengan negara

sekitar. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya sistem

pengawasan dan keamanan di wilayah perbatasan.

d. Peredaran Berdasarkan Modus Operandi

1. Swallower

Barang bukti dimasukkan dalam kantong plastik kecil

khusus/kondom lalu ditelan oleh pelaku sehingga tersimpan di

dalam usus dan dikeluarkan bersamaan dengan pelaku pada

saat buang air besar, cara ini sangatlah berisiko sekali sebab

apabila kantong plastik tersebut itu bocor maka dapat

membahayakan jiwa pelaku, biasanya cari ini dilakukan oleh

Warga Negara Asing yang membawa Heroin dari luar negeri

untuk diedarkan di Indonesia.

2. Body Packing

Barang bukti dengan menggunakan paket/lakban

diletakkan di tubuh pelaku, cara ini dapat dilakukan untuk

(20)

sering dilakukan oleh semua pelaku kejahatan narkoba baik itu

WNI maupun WNA.

3. Tas Khusus

Barang bukti dimasukkan kedalam tas khusus yang

luarnya sudah dilapisi oleh timah hitam untuk melindungi dari

kamera infra red, tas khusus ini biasanya banyak dibuat di

Bangkok.

4. Sol Sepatu

Barang bukti dimasukkan kedalam sol sepatu dengan

cara sol sepatu yang tebal dilepas lalu dalamnya diisi dengan

narkoba setelah diisi lalu dijahit/dilem kembali.

5. Dalam Drum/Kaleng

Barang bukti dimasukkan ke dalam drum/kaleng yang

sudah bibagi menjadi 2 bagian, bagian atas barang yang

sebenarnya dan bagian bawah adalah narkoba sehingga jika

diperiksa maka yang terlihat adalah barang yang sesungguhnya,

biasanya cara ini digunakan untuk menyelundupkan ganja

melalui jalan darat.

6. Paket Pos

Barang bukti dimasukkan kedalam kotak lalu

dikirimkan dengan menggunakan jasa paket pos tanpa identitas

pengirim dan nama fiktif dari sipenerima dengan menggunakan

alamat orang lain setelah itu baru diambil ke alamat tersebut

(21)

7. Kurir Barang

Narkoba dibawa seseorang atau beberapa orang yang

diberi imbalaan uang dalam jumlah besar, biasanya kurir ada

yang tidak mengetahui barang yang dibawanya dan ada juga

yang mengetahui barang bawaannya, tetapi saat ini banyak

WNA menggunakan kurir wanita yang terlebih dahulu dikawini

atau dipacari cara ini banyak terjadi belakangan ini terutama

oleh warga negara Nigeria atau Black African.

2.4. Narkoba

Narkoba adalah suatu istilah yang berasal dari terjemahan asing, seperti drug abuse

dan drug dependence, dikalangan awam dikenal dengan istilah narkoba, yang merupakan

singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Ada istilah lain, yaitu NAPZA. NAPZA

merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif. Berbagai istilah yang

sering digunakan, tidak jarang menimbulkan salah pengertian, tidak saja di kalangan medis,

tetapi juga masyarakat awam (Hawari 2003:51).

Narkoba itu sendiri sulit diartikan karena tergantung dari perspektif masing-masing

individu. Barikut ini dikemukakan pengertian istilah narkoba menurut Dinas Kesehatan.

Narkoba adalah istilah yang digunakan masyarakat dan aparat penegak hukum untuk bahan

atau obat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang digunakan, diproduksi, dipasok,

diperjualbelikan, diedarkan dan sebagainya, di luar ketentuan hukum (Martono 2000:87).

Perspektif lain menjelaskan narkoba sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman

(22)

pengaruh-pengaruh terntentu bagi individu yang menggunakannya. Menurut Hawari (2003:58), semua

zat tergolong sebagai narkoba akan menimbulkan adiksi (ketagihan), yang pada waktunya

akan berakibat pada ketergantungan. Hal ini disebabkan karena narkoba mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut:

1. Keinginan yang tidak tertahankan

2. Kecenderungan untuk menambahkan takaran sesuai

dengan toleransi tubuh.

3. Kecenderungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat

dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan

seperti kegelisahan, kecemasan, depresi dan sejenisnya.

4. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat

dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang

dinamakan gejala putus zat (symtoms).

2.4.1 Jenis-jenis Narkoba dan Efeknya

Setiap jenis narkoba menimbulkan efek yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan

zat-zat yang terkandung didalamnya memiliki efek samping yang berbeda-beda. Tidak ada jenis

narkoba yang aman bagi tubuh.

(23)

Narkoba memiliki jenis-jenis yang berbeda, ada terbuat dari tumbuhan dan

kimia. Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), narkoba dibagi dalam tiga jenis,

yaitu :

a. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman dan bukan

tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan tingkat kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketagihan atau

ketergantungan yang sangat berat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor

22 tahun 1997).

Jenis-jenis narkotika dibagi atas tiga golongan yaitu :

1. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya,

daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak

dapat digunakan untuk kepentingan apapun kecuali untuk

penelitian `atau ilmu pengetahuan. Contoh: Ganja, morphine, dan

putauw.

2. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang mempunyai daya

adiktif yang kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan penelitian.

Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, dan betametadol.

3. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya

adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan

penelitian. Contoh : codein dan turunannya.

(24)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis,

bukan narkotika yang berkhasiat melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku,

yang digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 5 tahun 1997).

Jenis-jenis psikotropika dibagi atas empat golongan, yaitu :

1. Psikotropika golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif

yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum

diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti

khasiatnya. Contoh : ekstasi (methylendioxy methapetamine dalam

bentuk tablet dan kapsul), shabu-shabu (berbentuk Kristal berisi zat

methamphetamine).

2. Psikotropika golongan II : adalah psikotropika dengan daya adiktif

yang kuat untuk menyebabkan sindroma ketergantungan serta

berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amphetamine

dan methaphetamine.

3. Psikotropika golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif

yang sedang, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :

lumubal, fleenitrazepam.

4. Psikotropika golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif

ringan, berguna untuk pengobatan dan peneletian. Contoh :

(25)

c. Bahan Adiktif Lainnya

Bahan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika

yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Namun dalam

kelompok ini tidak mengandung bahn narkotika dan psikotropika, yang

diantaranya yaitu rokok, kelompok alkohol dan minuman lainnya yang dapat

memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thiner dan zat lainnya, seperti lem

kayu, penghapus cair atau aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan

memabukkan (Alifia 2008 : 15).

2.4.1.2. Efek Narkoba

Penggunaan narkoba dengan dosis teratur dapat bermanfaat sesuai tujuan,

sedangkan penggunaan dengan dosis yang melebihi ukuran normal apalagi dalam

kasus penyalahgunaan akan menimbulkan efek negatif. Efek-efek negatif

penyalahgunaan narkotika akan meningkat sesuai dengan kuantitas dan kualitasnya,

diantaranya (dalam Hari Sasangka, 2003 : 24) :

a. Euphoria adalah perasaan riang gembira. Efek euphoria timbul karena

tidak sesuai dengan keadaan jasmani atau rohani si pemakainya. Disini

dosis yang dipakai tidak begitu tinggi.

b. Delirium adalah menurunnya kesadaran mental si pemakai disertai

kegelisahan yang cukup hebat yang terjadi secara mendadak. Efek

delirium ini timbul karena pemakaian dosis yang lebih tinggi daripada

(26)

c. Halusinasi adalah suatu kesalahan persepsi panca indera, sehingga apa

yang dilihat atau didengar tidak sesuai dengan yang sesungguhnya.

d. Weakness adalah lemahnya jasmani atau rohani yang terjadi akibat

ketergantungan dan kecanduan narkoba.

e. Drowsiness adalah menurunnya kesadaran, atau di antara sadar dan tidak

sadar disertai dengan pikiran yang kacau.

f. Collapse adalah keadaan pingsan dan jika si pemakainya over dosis dapat

mengakibatkan kematian.

Berbagai macam efek yang ditimbulkan oleh setiap narkoba sesuai dengan

jenis narkoba tersebut, yaitu : eforia, santai, keringatan, stress dan rasa sakit, nafsu

makan bertambah, perusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya

konsentrasi serta motivasi berkurang, keriangan dan bertenaga, ketajaman perhatian,

percaya diri dan meningkatnya gairah atau kegiatan seksual. Meningkatnya nafsu

makan dan berkurangnya nafsu makan tergantung pada jenis narkoba yang

dikonsumsi, bahkan memperlambat reflek motorik, menekan pernafasan, denyut

jantung. Mengganggu penalaran dan penilaian merupakan efek kelanjutan apabila

mengkonsumsi narkoba dalam jangka waktu yang panjang hingga tak jarang berujung

kepada kematian.

2.4.1.3. Dampak Narkoba

a. Dampak Sosial

Selain berpengaruh terhadap kondisi individu si pemakai,

(27)

1. Meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pelecehan seksual, mencuri, dan

lainnya.

2. Menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban nasional.

3. Menimbulkan kekerasan baik terhadap perorangan atau kelompok.

4. Tingginya kecelakaan lalu lintas.

5. Menyebarkan penyakit tertentu lewat jarut suntik yang dipakai oleh

pengguna atau pecandu, misalnya hepatitis B, hepatitis C dan HIV/AIDS.

6. Banyaknya angka pengangguran dikarenakan efek narkoba tertentu

membuat pemakainya menjadi malas.

7. Membuat pemakainya menjadi anti-sosial dan tidak peduli dengan orang

sekitarnya.

8. Membuat penyalahgunanya tidak menyadari perannya dalam masyarakat.

9. Dibenci dan dikucilkan masyarakat.

b. Dampak psikologis

Secara psikologis penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan perubahan

perilaku si pemakainya yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan

orang-orang di sekitarnya. Misalnya, emosi tidak terkendali, curiga berlebihan

sampai pada tingkat Waham (tidak sejalan antara pikiran dan kenyataan),

selalu berbohong, tidak merasa aman, tidak mampu mengambil keputusan

yang wajar, tidak memiliki tanggung jawab, kecemasan yang berlebihan dan

depresi, ketakutan yang luar biasa, hilang ingatan (gila), dan sebagainya

diakses pada

(28)

Bukan hanya penyalahgunaan narkoba yang memiliki dampak buruk pada

masyarakat luas, namun peredaran gelapnya juga menimbulkan dampak

buruk, diantaranya :

1. Meningkatnya permintaan dan konsumsi narkoba yang berpengaruh pada

rusaknya generasi anak bangsa, terkhusus anak-anak dan remaja yang

sangat rentan dari pengaruh narkoba.

2. Menimbulkan kerugian nasional yang sangat besar.

3. Merusak citra negara dan bangsa di mata negara lain.

4. Menimbulkan gaya hidup dan perilaku-perilaku buruk dalam masyarakat.

2.5. Operasional Variabel

Bagan 1

Operasional Variabel

Operasional variabel adalah unsur-unsur dalam penelitian yang memberitahukan

bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dapat diperoleh indikator-indikator apa saja Variabel Bebas

Pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan

peredaran narkoba

(29)

yang berperan sebagai pendukung yang selanjutnya dianalisa dari variabel-variabel tersebut.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat.

Variabel bebas atau independent yaitu variabel yang dinyatakan sebagai faktor

penyebab terjadinya perubahan atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Yang

menjadi variabel bebas pada penelitian ini adala pengetahuan masyarakat desa tentang

penyalahgunaan dan peredaran narkoba, yang meliputi :

a. Jenis narkoba.

b. Dampak narkoba.

c. Pola penyalahgunaan narkoba.

d. Izin peredaran

e. pola peredaran gelap narkoba secara umum.

Variabel terikat atau dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Keluarga

dan BNN sebagai agen sosialisasi. Adapun indikator pada variabel ini, ialah:

a. Positif, yaitu sebagai agen sosialisasi menambah pengetahuan masyarakat

tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

b. Negatif, yaitu sebagai agen sosialisasi tidak menambah pengetahuan

Referensi

Dokumen terkait