BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan.
Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya keputusan ini,
pengetahuan dibagi dua yakni pengetahuan khusus yang mengenai satu hal dan pengetahuan
umum yang berlaku bagi keseluruhan hal (Poedjawijatna, 2004).
Artinya, ada putusan yang bersifat khusus dan ada juga yang bersifat umum atau
universal, misalnya narkoba itu buruk. Putusan ini hanya berlaku untuk narkoba tertentu saja,
bukan untuk semua narkoba karena biasanya narkoba tertentu dipakai untuk dunia medis atau
kesehatan. Dan juga putusan yang bersifat umum, misalnya narkoba buruk jika
disalahgunakan. Ini berlaku untuk semua narkoba. Pengetahuan khusus memberikan
penjelasan secara lebih mendalam tentang apa penyebab sesuatu hal dan bagaimana.
Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman, yang
dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya,
pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia menjalani segala
sesuatu. Pengetahuan juga mencakup praktek atau kemampuan dalam memecahkan berbagai
persoalan hidup yang belum di bekukan sistematis dan metode (Keraf A.S, 2001).
Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan,
melalui mata dan telinga. Penglihatan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting
dalam bentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).
2.1.1. Tingkat Pengetahuan
Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo (dalam Candra Simarmata, 2013), yaitu:
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Menerapkan (application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi, diantaranya :
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara
umum, seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah (dalam
b. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali pengetahuan yang diperoleh
memecahkan masalah yang dihadapimasa lalu (Notoatmodjo, 2010).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap haridalam
menjalani kehidupannya. Seseorang yang bekerja diluar rumahcenderung memiliki
akses yang baik terhadap informasi dibandingkansehari-hari berada dirumah
pukul 18:30 WIB).
d. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk
menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas informasi (Notoatmodjo, 2003).
f. Informasi dan Sumber informasi
Informasi yang di peroleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia
g. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).
2.2. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses pengajaran atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat (dalam
Mutiara Ginting, 2011). Lewat interaksi setiap individu mulai bersosialisasi dengan orang
lain dan mulai belajar tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak. Menurut Soerjono
Soekanto (1982), sosialisasi adalah suatu proses penempatan anggota masyarakat yang baru
dalam mempelajari norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat di tempat dia menjadi
angota masyarakat tersebut. Sejumlah sosiolog beranggapan sosialisasi sebagai teori
mengenai peran (role theory). Hal ini disebabkan dalam proses sosialisasi diajarkan
peran-peran yang harus dijalankan oleh individu di masyarakat (dalam Kamanto Sunarto, 2000:23).
Lewat proses sosioalisasi individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan
memahami tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan (dalam Narwoko
dan Suyanto, 2007:74). Sebagaimana diketahui bahwa proses sosialisasi merupakan suatu
proses yang amat besar signifikasinya bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya,
hanya lewat proses-proses sosialisasi itu sajalah norma-norma sosial yang menjadi
determinan segala keadaan tertib sosial dapat diwariskan dan diteruskan.
Proses sosialisasi melibatkan agen sosialisasi atau pihak-pihak yang melakukan
sosialisasi. Menurut fuller dan Jacobs (dalam Kamanto Sunarto, 2000:26), ada 4 agen
Secara luas agen-agen sosialisasi tidak hanya sebatas 4 agen sosialisasi yang disebutkan oleh
Fuller dan Jacobs saja. Karena sosialisasi bukan hanya mengenai konsep diri dan peran,
esensi sosialisasi adalah proses pembelajaran (learning process) terhadap hal baru bagi setiap
individu atau kelompok. Melalui proses sosialisasi individu atau kelompok tidak hanya
dipengaruhi, tetapi juga dapat mempengaruhi sehingga setiap individu atau kelompok juga
dapat berperan menjadi menjadi agen-agen sosialisasi, dilihat dari hal yang akan
disosialisasikan pada individu atau kelompok sosial.
Dalam pelaksanaan proses sosialisasi tidak hanya dilakukan oleh sepihak melainkan
dua pihak secara aktif melaksanakan aktivitas sosialisasi. Ada sebagian aktivitas sosialisasi
dipengaruhi dan dikerjakan oleh individu-individu tertentu, yaitu orang-orang yang
mempunyai wibawa dan kekuasaan atas orang yang akan disosialisasikan, dan
orang-orang yang mempunyai kedudukan sederajat atau merupakan bagian dari orang-orang-orang-orang yang
akan disosialisasikan (Narwoko J Dwi dan Suyanto Bagong, 2007:77).
2.2.1. Keluarga dan BNN Sebagai Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Penyampaian pesan-pesan oleh agen-agen sosialisasi dapat berlainan dan
tidak selamanya sejalan satu sama lain. Misalnya dalam mensosialisasikan mengenai
narkoba. Informasi yang disampaikan orang tua kepada anak di dalam keluarga hanya
berupa hal negatif saja dari narkoba, namun BNN menyampaikan manfaat atau hal
positif dari penggunaan narkoba kepada masyarakat. Sadar atau tidak hal tersebut
membuat individu dalam masyarakat yang disosialisasikan atau sedang menjalani
Dalam hal ini, ingin membahas keluarga dan BNN sebagai agen sosialisasi.
Antara kedua institusi sosial ini memang berbeda adanya. Ini dikarenakan secara
umum setiap kelompok masyarakat mempunya standar dan nilai yang berbeda. Bukan
hanya itu frekuensi, durasi, prioritas, maupun intensitas dalam melaksanakan
sosialisasi tentunya juga berbeda yang dilakukan antara keluarga dan BNN (Badan
Narkotika Nasional).
a. Keluarga
Keluarga merupakan agen sosialisasi yang utama dalam masyarakat yang
sifatnya langsung dan primer. Menurut Berger dan Luckmann (dalam Sunarto,
2000:31), sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa
kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat. Dari sinilah anak pertama kali
mengenal seluruh anggota keluarganya yaitu ayah, ibu, saudara-saudaranya sampai
mengenal dirinya sendiri, dan juga mengenal lingkungan sosial maupun budayanya.
Sosialisasi primer merupakan tempat menanamkan nilai-nilai budaya yang dianut
keluarganya dalam hal aturan-aturan keluarga, agama, dan masyarakat. Dalam tahap
ini, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak
dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga.
Bagi keluarga inti agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan
saudara angkat yang belum menikah dan tinggal bersama-sama dalam suatu rumah.
Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended
family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja
terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di
pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan
keluarga terutama orang tuanya sendiri.
b. BNN (Badan Narkotika Nasional)
Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebu
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gela
lainnya kecuali bahan adiktif untu dan
Maret 2015, pukul 15:32 WIB). Salah satu fungsi BNN adalah untuk menyusun,
merumuskan dan menetapkan norma, standar, kriteria dan prosedur P4GN
(Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika).
Selain hal tersebut, BNN juga merupakan agen sosialisasi atau lembaga yang
berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, yang secara formal
memberi sosialisasi kepada masyarakat. Karena memiliki wewenang, BNN sebagai
agen sosialisasi secara sadar mengusahakan memberi atau menyampaikan
pemahaman-pemahaman atas makna, nilai, dan aturan-aturan serta kebijakan yang
berlaku kepada masyarakat mengenai penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Proses sosialisasi yang disampaikan oleh lembaga ini biasanya dengan kontak
dan komunikasi kepada masyarakat yang berisi informasi-informasi penting berupa
hal positif dan negatif dari narkoba. Namun, kontak dan komunikasi pada masyarakat
sama antara BNN dan media massa. Bilapun ada kontak langsung, hanya sebagian
kelompok masyarakat yang merasakan dan menerimanya, melainkan bukan secara
keseluruhan. Misalnya BNN memprioritaskan kehadirannya di tengah-tengah sekolah
atau kampus. Informasi penting mengenai narkoba seperti dampak dan bahaya
penyalahgunaan dan peredaran narkoba hanya diterima oleh pelajar-pelajar saja.
Karena ketidaklangsungan komunikasi dan kontak, membuat efektivitas
proses sosialisasi dalam masyarakat tidak berjalan dengan baik dan benar seperti yang
diharapkan dan yang seharusnya. Adanya kehadiran langsung BNN di tengah-tengah
masyarakat secara luas dan menyeluruh dapat membuka pemikiran dan menambah
pengetahuan setiap anggota masyarakat sehingga peranan aktif agen sosialisasi formal
tersebut benar-benar dirasakan. Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman yang
diterima masyarakat dari BNN secara langsung pada aplikasinya dapat bermanfaat
dan diterapkan tiap-tiap masyarakat.
2.3. Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba
2.3.1. Penyalahgunaan Narkoba
Narkoba adalah zat atau obat yang sangat berbahaya jika disalahgunakan.
Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan ketergantungan, mengganggu sistem syaraf
pusat dan dapat menyebabkan ganguan fisik, jiwa, sosial dan keamananan. Sifat
utama yang terkandung dalam narkoba dapat mengakibatkan beberapa efek terhadap
pengguna yang berlebihan secara umum berdampak sugesti (keinginan yang tak
ketergantungan secara psikis (gelisah emosional), dan ketergantungan secara fisik
(gejala putus zat).
Selain itu penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan bermacam-macam
bahaya atau kerugian. Adapun kerugian itu antara lain terhadap pribadi, kehidupan
keluarga, kehidupan sosial bermasyarakat serta kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terhadap pribadi, narkoba mampu merubah kepribadian penggunanya secara drastis
seperti berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan terhadap siapapun.
Penyalahgunaan narkoba menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya
sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan lingkungan disekitarnya. Para pengguna
cendrung untuk melakukan penyimpangan dan bahkan tidak jarang melakukan
penyiksaan terhadap diri sendiri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau
menghilangkan sifat ketergantungan narkoba.
Terhadap keluarga, seorang pengguna narkoba tidak lagi segan mencuri
barang-barang di rumah untuk untuk membeli narkoba, tidak lagi menjaga sopan
santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua serta mencemarkan nama
keluarganya sendiri. Terhadap kehidupan sosial, seorang pengguna narkoba cendrung
melakukan penyimpangan sosial dan perbuatan kriminal karena pandangannya
terhadap norma-norma yang ada ditengah masyarakat, termasuk norma hukum dan
agama sudah demikian longgar. Serta sering melakukan kegiatan yang berbahaya bagi
ketentraman dan keselamatan umum untuk mendapatttkan uang guna membeli
narkoba seperti mencuri, memeras, membunuh, menodong, merampok, melacur dan
Terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, peredaran narkoba yang
semarak dapat merupakan ancaman terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan banyaknya generasi penerus bangsa yang mengkonsumsi narkoba maka akan
tidak ada lagi calon-calon pemimpin bangsa yang bisa diandalkan karena secara fisik
dan psikis pengguna narkoba mengalami kemunduran dan keterbelakangan.
Disamping hal tersebut diatas, seorang pengguna Narkoba juga rentan tertular
penyakit berbahaya, mengalami over dosis yang dapat menyebabkan gangguan
konsentrasi, proses pikir dan perilaku. Bahkan tidak jarang para pengguna narkoba
berakhir dengan kematian yang mengenaskan.
2.3.1.1. Pola Penyalahgunaan Narkoba
a. Pola pemakaian coba-coba (eksperimental)
Pemakaian coba-coba ini dilakukan oleh seseorang yang
sebelumnya belum pernah mengkonsumsi narkoba. Biasanya hal ini
terjadi pada remaja, yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
Tentunya, ketika pertama kali mencoba tidak langsung dengan dosis
yang tinggi, alias dengan dosis kecil. Namun, jika hal ini dibiarkan,
maka akan sangat berbahaya, karena bisa berefek pada ketergantungan.
b. Pola pemakaian sosial
Pola pemakaian narkoba untuk pergaulan (saat berkumpul atau
pada acara tertentu). Dengan kata lain, narkoba dipakai pada saat
terjadi karena ingin diakui/diterima oleh kelompoknya. Mula-mula
narkoba diperoleh secara gratis atau dibeli dengan harga murah.
Namun, lama-lama jika si penderita sudah mulai ketergantungan,
tentunya harga akan naik berlipat-lipat.
c. Pola pemakaian situasional
Pola pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau
stress. Pemakaian narkoba ini dianggap sebagai cara untuk mengatasi
masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha memperolah narkoba secara
aktif.
d. Pola habituasi (kebiasaan)
Pola ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur
(sering), disebut juga penyalahgunaan narkoba. Terjadi perubahan
pada tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti dengan teman
pecandu. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit
tidur atau berkosentrasi. Sebab narkoba mulai menjadi bagian dari
kehidupannya. Minat dan cita-citanya semula hilang. Kalau sekolah
sering membolos dan prestasi sekolahnya menjadi merosot. Lebih suka
menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.
e. Pola ketergantungan
Ini adalah tingkatan yang sangat berbahaya. Si pemakai akan
cara yang digunkannya itu baik atau buruk. Berbohong, menipu,
mencuri, dan tindakan kriminal lainnya bisa saja ia lakukan, asal ia
bisa mendapatkan obat terlarang itu. Pengguna sudah tidak dapat lagi
mengontrol penggunaan narkoba. Narkoba telah menjadi pusat
kehidupannya. Hubungan dengan keluarga, teman-temannya menjadi
rusak berantakan.
2.3.2. Peredaran Narkoba
Peredaran narkoba saat ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan
sehingga menjadi masalah nasional maupun internasional di mana di Indonesia saat
ini bukan hanya merupakan daerah transit tetapi sudah menjadi daerah produksi
narkoba. Situasi ini sangat memprihatinkan karena korban penyalahgunaan narkoba di
Indonesia akhir-akhir ini cenderung meningkat dan tidak hanya terbatas pada
kelompok masyarakat yang mampu saja, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Permasalah penyalahgunaan dan peredaran narkoba adalah berlakunya hukum
pasar yang ironisnya barang yang diperjualbelikan adalah barang haram yang bersifat
merusak hidup pembeli atau penggunanya. Hal ini terkait dengan permintaan
(demand) di mana semakin besar demand maka akan meningkatkan pasokan narkoba
baik berupa produksi maupun perdagangan gelap narkoba.
Pada perkembangan kejahatan narkoba tidak hanya di tingkat internasional
maupun regional melainkan juga merambah di tingkat nasional. Letak geografi
gelap narkoba. akibatnya beberapa pelaku kejahatan ini mempunya gap sebagai
sarana infiltrasi bisnis gelap narkoba. Di kalangan Asean wilayah Indonesia,
Singapura, dan Malaysia merupakan daerah regional rawan terhadap peredaran gelap
narkoba. karakteristik kejahatan narkoba bersifat terselubung, terorganisasi, memiliki
jaringan tertutup, selalu memanfaatkan teknologi modern serta mobilitas tinggi.
Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat borderless (tidak mengenal
batas) dan menggunakan sistem sel, di mana apabila seseorang tertangkap maka tidak
merembet kepada orang yang berada dalam jaringan narkoba tersebut.
2.3.2.1. Pola Peredaran Narkoba Secara Umum
Dari beberapa sumber yang ada, pola-pola peredaran narkoba
secara umum dapat diketahui berdasarkan subjek (pelaku) atau
pengedarnya, berdasarkan jaringan, berdasarkan jalur lalu lintas, dan
berdasarkan modus operandinya.
a. Peredaran Berdasarkan Subjek (Pelaku) atau Pengedarnya
1. Produsen
Seseorang atau beberapa orang atau perusahaan yang
melakukan kegiatan proses produksi atau proses menyiapkan,
mengolah, membuat dan menghasilkan Narkotika,
Psikotropika, dan Obat-obat terlarang secara langsung atau
sumber alami atau sintesis kimia atau gabungannya termasuk
mengemas atau mengubah bentuk narkoba.
2. Bandar
Mereka yang memiliki, menyimpan, mengusai atau
menyediakan narkoba dalam jumlah yang besar yang siap
untuk diedarkan. Bandar biasanya menjadi pemimpin atau bos
dari sindikat peredaran narkoba.
3. Kurir
Pengertian kurir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah utusan yang menyampaikan sesuatu yang
penting dengan cepat. Dalam tulisan ini kurir yang dimaksud
yakni kurir narkoba yang mana ia merupakan orang (perantara)
yang mengantar atau menjemput narkoba dengan cara
menyelundupkannya.
4. Importir
Orang yang melakukan kegiatan memasukkan
Narkotika, Psikotropika dan Obat-obat terlarang ke dalam
daerah pabean.
5. Eksportir
Orang yang melakukan kegiatan mengeluarkan
Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat terlarang dari daerah
b. Peredaran Berdasarkan Jaringan
1. Jaringan Nasional
Peredaran narkoba di Indonesia sudah meliputi seluruh
penjuru wilayah Indonesia sehingga dapat dikatakan tidak ada
wilayah Indonesia yang bebas narkoba. Sementara tempat
transaksi narkoba pada umumnya di tempat-tempat, yaitu :
tempat hiburan, (diskotik, karoeke, pub, cafe), lingkungan
kampus, hotel/apartemen, tempat kumpul-kumpul remaja
seperti mall, pusat perbelanjaan, dan lain-lain (Hutapea, 2011).
Bukan hanya tempat-tempat tersebut, bahkan tempat sederhana
yang jarang menimbukan kecurigaan seperti terminal bus atau
angkutan umum, kost/rumah kontrakan, asrama serta
perumahan, lingkungan pekerjaan, dan lainnya juga menjadi
tempat transaksi. Cara penyebaran narkoba adalah dibagikan
secara gratis bagi pemula atau yang ingin coba-coba, dikemas
dalam permen yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak, setelah
kecanduan maka dijual dengan harga tinggi.
2. Jaringan Internasional
Lalu lintas masuk narkoba ke Indonesia dari luar negeri
melalui beberapa jalur yang dapat diketahui (Hutapea, 2011)
antara lain, yaitu:
a. Opium/Candu
3. Pulau Ketam – Sinaboi
4. Amsterdam – Jakarta
b. Heroine/Morphine
1. Bangkok – Singapura – Denpasar.
2. Pontian (Malaysia) – Tj.Balai Karimun.
3. Bangkok – Penang – Medan – Jakarta – Amsterdam.
4. Kuala Lumpur – Jakarta
5. Bangkok – Singapura – Denpasar – Perth.
6. Singapura – Jakarta.
7. Singapura – Bengkalis – Tj.Balai Asahan – Medan.
8. Port Kelang – P.Ketam – P.Halang – Bengkalis.
9. Bangkok – Samarinda – Korea – Jepang.
c. Kokain
1. Bolivia – Denpasar atau Jakarta.
2. Kolumbia – Denpasar atau Jakarta.
3. Peru – Denpasar atau Jakarta.
4. Brasilia – Denpasar atau Jakarta.
d. Shabu dan Ekstasi
1. Khatmandu – Bombay – Kolombo – Bangkok –
Singapura – Jakarta – Australia.
2. Bangkok – Singapura – Jakarta.
3. New Delhi – Singapura – Jakarta – Australia.
5. New Delhi – Thailand – Malaysia – Pontianak –
Jakarta.
6. New Delhi – Thailand – Malaysia – Jakarta.
c. Peredaran Berdasarkan Jalur Lalu Lintas
1. Jalur Laut
Indonesia yang merupakan kepulauan ini tentu banyak
memiliki lautan yang dapat berfungsi sebagai pintu masuk
kedalam negeri ini. Masalahnya tidak semua wilayah laut yang
ada di Indonesia ini mendapatkan perhatian dan pengawalan
yang optimal dari pemerintah. Luasnya lautan yang dimiliki
Indoensia tidak diimbangi dengan jumlah personil yang
mencukupi akibatnya beberapa wilayah perbatasan laut
indonesia menjadi tidak terjaga. Celah inilah yang banyak
diincar oleh pengedar narkoba luar untuk membawa narkoba ke
Indonesia melalui jalur laut.
2. Jalur Udara
Peredaran narkoba melalui jalur udara juga sering
dilakukan oleh sindikat perederan narkoba. Berkali-kali dinas
bea dan cukai bandara menggagalkan penyelundupan narkoba
membuktikan kalau penyelundupan narkoba melalui jalur
bandara sangatlah sering dilakukan. Ketersediaan alat
penyelundupan narkoba melalui bandara tersebut tidak dapat
lolos dari pemeriksaan, karena cara dan modus yang dilakukan
untuk menyelundupkan narkoba melalu jalur udara ini semakin
hari semakin beragam saja
3. Jalur Darat
Peredaran gelap narkoba melalui jalur darat umumnya
terjadi di sekitar wilayah perbatasan Indonesia dengan negara
sekitar. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya sistem
pengawasan dan keamanan di wilayah perbatasan.
d. Peredaran Berdasarkan Modus Operandi
1. Swallower
Barang bukti dimasukkan dalam kantong plastik kecil
khusus/kondom lalu ditelan oleh pelaku sehingga tersimpan di
dalam usus dan dikeluarkan bersamaan dengan pelaku pada
saat buang air besar, cara ini sangatlah berisiko sekali sebab
apabila kantong plastik tersebut itu bocor maka dapat
membahayakan jiwa pelaku, biasanya cari ini dilakukan oleh
Warga Negara Asing yang membawa Heroin dari luar negeri
untuk diedarkan di Indonesia.
2. Body Packing
Barang bukti dengan menggunakan paket/lakban
diletakkan di tubuh pelaku, cara ini dapat dilakukan untuk
sering dilakukan oleh semua pelaku kejahatan narkoba baik itu
WNI maupun WNA.
3. Tas Khusus
Barang bukti dimasukkan kedalam tas khusus yang
luarnya sudah dilapisi oleh timah hitam untuk melindungi dari
kamera infra red, tas khusus ini biasanya banyak dibuat di
Bangkok.
4. Sol Sepatu
Barang bukti dimasukkan kedalam sol sepatu dengan
cara sol sepatu yang tebal dilepas lalu dalamnya diisi dengan
narkoba setelah diisi lalu dijahit/dilem kembali.
5. Dalam Drum/Kaleng
Barang bukti dimasukkan ke dalam drum/kaleng yang
sudah bibagi menjadi 2 bagian, bagian atas barang yang
sebenarnya dan bagian bawah adalah narkoba sehingga jika
diperiksa maka yang terlihat adalah barang yang sesungguhnya,
biasanya cara ini digunakan untuk menyelundupkan ganja
melalui jalan darat.
6. Paket Pos
Barang bukti dimasukkan kedalam kotak lalu
dikirimkan dengan menggunakan jasa paket pos tanpa identitas
pengirim dan nama fiktif dari sipenerima dengan menggunakan
alamat orang lain setelah itu baru diambil ke alamat tersebut
7. Kurir Barang
Narkoba dibawa seseorang atau beberapa orang yang
diberi imbalaan uang dalam jumlah besar, biasanya kurir ada
yang tidak mengetahui barang yang dibawanya dan ada juga
yang mengetahui barang bawaannya, tetapi saat ini banyak
WNA menggunakan kurir wanita yang terlebih dahulu dikawini
atau dipacari cara ini banyak terjadi belakangan ini terutama
oleh warga negara Nigeria atau Black African.
2.4. Narkoba
Narkoba adalah suatu istilah yang berasal dari terjemahan asing, seperti drug abuse
dan drug dependence, dikalangan awam dikenal dengan istilah narkoba, yang merupakan
singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Ada istilah lain, yaitu NAPZA. NAPZA
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif. Berbagai istilah yang
sering digunakan, tidak jarang menimbulkan salah pengertian, tidak saja di kalangan medis,
tetapi juga masyarakat awam (Hawari 2003:51).
Narkoba itu sendiri sulit diartikan karena tergantung dari perspektif masing-masing
individu. Barikut ini dikemukakan pengertian istilah narkoba menurut Dinas Kesehatan.
Narkoba adalah istilah yang digunakan masyarakat dan aparat penegak hukum untuk bahan
atau obat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang digunakan, diproduksi, dipasok,
diperjualbelikan, diedarkan dan sebagainya, di luar ketentuan hukum (Martono 2000:87).
Perspektif lain menjelaskan narkoba sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman
pengaruh-pengaruh terntentu bagi individu yang menggunakannya. Menurut Hawari (2003:58), semua
zat tergolong sebagai narkoba akan menimbulkan adiksi (ketagihan), yang pada waktunya
akan berakibat pada ketergantungan. Hal ini disebabkan karena narkoba mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
1. Keinginan yang tidak tertahankan
2. Kecenderungan untuk menambahkan takaran sesuai
dengan toleransi tubuh.
3. Kecenderungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat
dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan
seperti kegelisahan, kecemasan, depresi dan sejenisnya.
4. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat
dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang
dinamakan gejala putus zat (symtoms).
2.4.1 Jenis-jenis Narkoba dan Efeknya
Setiap jenis narkoba menimbulkan efek yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
zat-zat yang terkandung didalamnya memiliki efek samping yang berbeda-beda. Tidak ada jenis
narkoba yang aman bagi tubuh.
Narkoba memiliki jenis-jenis yang berbeda, ada terbuat dari tumbuhan dan
kimia. Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), narkoba dibagi dalam tiga jenis,
yaitu :
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman dan bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan tingkat kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketagihan atau
ketergantungan yang sangat berat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor
22 tahun 1997).
Jenis-jenis narkotika dibagi atas tiga golongan yaitu :
1. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya,
daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak
dapat digunakan untuk kepentingan apapun kecuali untuk
penelitian `atau ilmu pengetahuan. Contoh: Ganja, morphine, dan
putauw.
2. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang mempunyai daya
adiktif yang kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan penelitian.
Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, dan betametadol.
3. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : codein dan turunannya.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis,
bukan narkotika yang berkhasiat melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku,
yang digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 1997).
Jenis-jenis psikotropika dibagi atas empat golongan, yaitu :
1. Psikotropika golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif
yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiatnya. Contoh : ekstasi (methylendioxy methapetamine dalam
bentuk tablet dan kapsul), shabu-shabu (berbentuk Kristal berisi zat
methamphetamine).
2. Psikotropika golongan II : adalah psikotropika dengan daya adiktif
yang kuat untuk menyebabkan sindroma ketergantungan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amphetamine
dan methaphetamine.
3. Psikotropika golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif
yang sedang, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
lumubal, fleenitrazepam.
4. Psikotropika golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif
ringan, berguna untuk pengobatan dan peneletian. Contoh :
c. Bahan Adiktif Lainnya
Bahan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika
yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Namun dalam
kelompok ini tidak mengandung bahn narkotika dan psikotropika, yang
diantaranya yaitu rokok, kelompok alkohol dan minuman lainnya yang dapat
memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thiner dan zat lainnya, seperti lem
kayu, penghapus cair atau aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan
memabukkan (Alifia 2008 : 15).
2.4.1.2. Efek Narkoba
Penggunaan narkoba dengan dosis teratur dapat bermanfaat sesuai tujuan,
sedangkan penggunaan dengan dosis yang melebihi ukuran normal apalagi dalam
kasus penyalahgunaan akan menimbulkan efek negatif. Efek-efek negatif
penyalahgunaan narkotika akan meningkat sesuai dengan kuantitas dan kualitasnya,
diantaranya (dalam Hari Sasangka, 2003 : 24) :
a. Euphoria adalah perasaan riang gembira. Efek euphoria timbul karena
tidak sesuai dengan keadaan jasmani atau rohani si pemakainya. Disini
dosis yang dipakai tidak begitu tinggi.
b. Delirium adalah menurunnya kesadaran mental si pemakai disertai
kegelisahan yang cukup hebat yang terjadi secara mendadak. Efek
delirium ini timbul karena pemakaian dosis yang lebih tinggi daripada
c. Halusinasi adalah suatu kesalahan persepsi panca indera, sehingga apa
yang dilihat atau didengar tidak sesuai dengan yang sesungguhnya.
d. Weakness adalah lemahnya jasmani atau rohani yang terjadi akibat
ketergantungan dan kecanduan narkoba.
e. Drowsiness adalah menurunnya kesadaran, atau di antara sadar dan tidak
sadar disertai dengan pikiran yang kacau.
f. Collapse adalah keadaan pingsan dan jika si pemakainya over dosis dapat
mengakibatkan kematian.
Berbagai macam efek yang ditimbulkan oleh setiap narkoba sesuai dengan
jenis narkoba tersebut, yaitu : eforia, santai, keringatan, stress dan rasa sakit, nafsu
makan bertambah, perusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya
konsentrasi serta motivasi berkurang, keriangan dan bertenaga, ketajaman perhatian,
percaya diri dan meningkatnya gairah atau kegiatan seksual. Meningkatnya nafsu
makan dan berkurangnya nafsu makan tergantung pada jenis narkoba yang
dikonsumsi, bahkan memperlambat reflek motorik, menekan pernafasan, denyut
jantung. Mengganggu penalaran dan penilaian merupakan efek kelanjutan apabila
mengkonsumsi narkoba dalam jangka waktu yang panjang hingga tak jarang berujung
kepada kematian.
2.4.1.3. Dampak Narkoba
a. Dampak Sosial
Selain berpengaruh terhadap kondisi individu si pemakai,
1. Meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pelecehan seksual, mencuri, dan
lainnya.
2. Menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban nasional.
3. Menimbulkan kekerasan baik terhadap perorangan atau kelompok.
4. Tingginya kecelakaan lalu lintas.
5. Menyebarkan penyakit tertentu lewat jarut suntik yang dipakai oleh
pengguna atau pecandu, misalnya hepatitis B, hepatitis C dan HIV/AIDS.
6. Banyaknya angka pengangguran dikarenakan efek narkoba tertentu
membuat pemakainya menjadi malas.
7. Membuat pemakainya menjadi anti-sosial dan tidak peduli dengan orang
sekitarnya.
8. Membuat penyalahgunanya tidak menyadari perannya dalam masyarakat.
9. Dibenci dan dikucilkan masyarakat.
b. Dampak psikologis
Secara psikologis penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan perubahan
perilaku si pemakainya yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan
orang-orang di sekitarnya. Misalnya, emosi tidak terkendali, curiga berlebihan
sampai pada tingkat Waham (tidak sejalan antara pikiran dan kenyataan),
selalu berbohong, tidak merasa aman, tidak mampu mengambil keputusan
yang wajar, tidak memiliki tanggung jawab, kecemasan yang berlebihan dan
depresi, ketakutan yang luar biasa, hilang ingatan (gila), dan sebagainya
diakses pada
Bukan hanya penyalahgunaan narkoba yang memiliki dampak buruk pada
masyarakat luas, namun peredaran gelapnya juga menimbulkan dampak
buruk, diantaranya :
1. Meningkatnya permintaan dan konsumsi narkoba yang berpengaruh pada
rusaknya generasi anak bangsa, terkhusus anak-anak dan remaja yang
sangat rentan dari pengaruh narkoba.
2. Menimbulkan kerugian nasional yang sangat besar.
3. Merusak citra negara dan bangsa di mata negara lain.
4. Menimbulkan gaya hidup dan perilaku-perilaku buruk dalam masyarakat.
2.5. Operasional Variabel
Bagan 1
Operasional Variabel
Operasional variabel adalah unsur-unsur dalam penelitian yang memberitahukan
bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dapat diperoleh indikator-indikator apa saja Variabel Bebas
Pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan
peredaran narkoba
yang berperan sebagai pendukung yang selanjutnya dianalisa dari variabel-variabel tersebut.
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat.
Variabel bebas atau independent yaitu variabel yang dinyatakan sebagai faktor
penyebab terjadinya perubahan atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Yang
menjadi variabel bebas pada penelitian ini adala pengetahuan masyarakat desa tentang
penyalahgunaan dan peredaran narkoba, yang meliputi :
a. Jenis narkoba.
b. Dampak narkoba.
c. Pola penyalahgunaan narkoba.
d. Izin peredaran
e. pola peredaran gelap narkoba secara umum.
Variabel terikat atau dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Keluarga
dan BNN sebagai agen sosialisasi. Adapun indikator pada variabel ini, ialah:
a. Positif, yaitu sebagai agen sosialisasi menambah pengetahuan masyarakat
tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
b. Negatif, yaitu sebagai agen sosialisasi tidak menambah pengetahuan