• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAS KESEHATAN KOTA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DINAS KESEHATAN KOTA PADANG"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah, SWT karena telah selesainya penyusunan

Profil Kesehatan Tahun 2014. Dokumen ini memuat informasi mengenai situasi derajat

kesehatan, situasi upaya kesehatan, dan situasi sumber daya kesehatan tahun 2014. Profil ini

merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi

terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan

pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kota Padang.

Profil Kesehatan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan karena

kurangnya sumber baik sumber daya data maupun sumber daya manusia. Untuk itu kami

mengharapkan tanggapan dan saran demi penyempunaannya dimasa mendatang.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dokumen ini.

Semoga dokumen ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Februari 2015

Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR LAMPIRAN... iii

DAFTAR GRAFIK... viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB II GAMBARAN UMUM ...5

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ...11

3.1. Angka Kematian ...11

3.2. Angka Kesakitan ...14

3.3. Status Gizi...26

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ...29

4.1. Pelayanan Kesehatan ...29

4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ...41

4.3. Prilaku Hidup Masyarakat ...43

4.4. Kesehatan Lingkungan...44

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ...49

5.1. Sarana Kesehatan ...49

5.2. Tenaga Kesehatan ...54

5.3. Pembiayaan Kesehatan ...57

BAB VI KESIMPULAN ...58

6.1. Situasi Derajat Kesehatan. ...58

6.2. Situasi Upaya Kesehatan...61

(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin

Jumlah Kelahiran Menurut jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan Puskesmas

Kasus baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB pada Anak, dan Case

Notification Rate (CNR) per 100.000 Penduduk Menurut jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Penemuan Kasus Penumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus HIV, AIDS, dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin

Persentase Donor Darah di Skrining terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin

Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/ Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

(5)

Tabel

Jumlah Kasus AFP (Non Folio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Pengukuran Tekanan Darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan dan Puskesmas

Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/ Kelurahan yang Ditangani < 24 Jam

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas

(6)

Tabel

Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 hari dab BCG pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Pelayanan Anaka Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan Puskesmas

(7)

Tabel

Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan

Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit

Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit

Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Penduduk dengan Akses Berkelanjutan terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Penduduk dengan Akses terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan, dan Puskesmas

Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi

Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik

Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan

Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (GADAR) Level 1

Jumlah Posyandu menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas

(8)

Tabel

Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan

Jumlah Tenaga Penunjang/ Pendukung Kesehatan di Fasilitas Kesehatan

(9)

DAFTAR GRAFIK

Persentase Penduduk Berumur 15 tahun ke atas Menurut Kegiatannya

Trend Kasus Kematian Ibu Tahun 2009-2014

Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2014 Trend Kasus dan Kematian HIV/AIDS di Kota Padang Prevalensi Status Gizi Tahun 2009-2014

Trend Cakupan ASI Eksklusif di Kota Padang Kapitasi JKN di Kota Padang Tahun 2012-2014

Perbandingan Strata Posyandu di Kota Padang Tahun 2013-2014 Strata Posyandu di Kota Padang Tahun 2014

Kebutuhan Bidan, Perawat dan Perawat Gigi di Puskesmas se Kota Padang Tahun 2014

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Peta

Peta Peta Peta Peta Peta

3.1. 3.2. 3.3. 4.1. 4.2. 5.1.

Kasus Kematian Bayi di Kota Padang Tahun 2014 Kasus DBD di Kota Padang Tahun 2014

Kasus Malaria Positif di Kota Padang Tahun 2014 Cakupan UCI di Kota Padang Tahun 2014

Kecamatan Rawan Gizi Tahun 2014

Sebaran Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Padang

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan

Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan tujuan MDGs tersebut,

sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih

baik. Targetnya adalah tercapainya peningkatan ekonomi global atau tercapainya

kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Dari 8 (delapan) agenda

pencapaian MDGs, 5 (lima) diantaranya merupakan bidang kesehatan, terdiri dari

memberantas kemiskinan dan kelaparan (tujuan 1), menurunkan angka kematian anak (tujuan

4), meningkatkan Kesehatan ibu (tujuan 5), memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit

lainnya (tujuan 6), melestarikan lingkungan hidup, (tujuan7).

Tantangan utama pencapaian MDGs bidang kesehatan adalah bagaimana pemerintah

dapat menerjemahkan komitmen dan kebijakan intervensi efektif yang sudah tersedia menjadi

program rutin pelayanan kesehatan yang dapat langsung menyentuh masyarakat, terutama

mereka yang paling membutuhkan, yaitu masyarakat miskinSecara nasional komitmen

tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010– 2014 dan Inpres

No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan ada upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya. Perubahan pemahaman akan konsep sehat dan sakit serta makin kayanya khasanah

(12)

multifaktorial, telah menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lebih

mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehalibitatif. Pentingnya

penerapan PARADIGMA SEHAT merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan

bangsa yang bersifat proaktif.

RPJMN bidang kesehatan dijabarkan ke dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan

tahun 2014-2019 dengan Visi Pembangunan Kesehatan Kota Padang disusun untuk

mewujudkan visi Kota Padang yaitu, “ Terwujudnya Masyarakat Kota Padang Peduli

Sehat, Mandiri, berkualitas dan Berkeadilan tahun 2019”.Pembangunan kesehatan Kota

Padang secara umum bertujuan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang dapat menjangkau semua lapisan masyarakat.

Disamping itu, pembangunan bidang kesehatan di arahkan untuk peningkatan akses dan

kualitas pelayanan kesehatan melalui delapan fokus prioritas.

Profil Kesehatan Kota Padang merupakan salah satu media informasi Pembangunan

Kesehatan di Kota Padang yang relatif lengkap, meliputi data tentang derajat kesehatan,

upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan, data umum dan data lingkungan yang berhubungan

dengan kesehatan di wilayah Kota Padang. Di samping itu Profil ini merupakan salah satu

sarana yang digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil

pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di

bidang kesehatan di Kota Padang.

Profil kesehatan ini merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan yang masih jauh

dari kondisi ideal. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem

(13)

informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang

baik.

Buku Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014 ini disusun dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN.

Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang pembuatan Profil dan sistimatika

penulisan Profil Dinas Kesehatan.

BAB II. GAMBARAN UMUM.

Bab ini menyajikan gambaran umum tentang uraian tentang letak geografis,

administrasi, dan informasi umum lainnya yang berhungan dengan kesehatan, serta

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap upaya kesehatan seperti kependudukan,

prilaku penduduk, perekonomian.

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian situasi derajat kesehatan yang meliputi berbagai indikator

derajat kesehatan, diantaranya angka kematian, angka kematian dan angka status gizi

masyarakat

BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN.

Bab ini menggambarkan hasil-hasil capaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan

pada tahun 2014 yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, akses dan mutu pelayanan

(14)

BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan

kesehatan.

BAB VI.KESIMPULAN

Bab ini merupakan rangkuman dari buku profil ini yang berisi sajian penting tentang

hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk penyusunan rencana kerja

kesehatan Kota Padang tahun 2014. Selain keberhasilan bab ini juga mengemukakan

hal-hal yang dianggap masih kurang dan perlu perhatian untuk tahun yang akan

datang.

LAMPIRAN

Pada lampiran ini berisi tabel pencapaian program kesehatan Kota Padang dan 81

(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. Geografi

Letak Kota Padang secara geografis pada bagian pantai Barat Sumatera pada posisi

000 44 ‘ 00‘’- 01’08” 35” Lintang Selatan dan 1000 05’05” – 100’34’09” Bujur Timur

dengan luas keseluruhan 694,96 Km2.. Secara geogafis Kota Padang merupakan

perpaduan dataran rendah dan perbukitan serta aliran sungai dan pulau–pulau.

Selain daratan Pulau Sumatra, Kota Padang memiliki 19 pulau dimana yang

terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha. Kota Padang mempunyai banyak

sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil dengan sungai terpanjang yaitu Batang

Kandis sepanjang 20 km. Tingkat Curah hujan Kota Padang rata rata adalah 347.50 mm

perbulan dengan rata rata hari hujan 18,83 hari perbulan di tahun 2014. Suhu udara

cukup rendah dibanding tahu lalu, yaitu antara Temperatur 22.2 ºC – 31,6 ºC dengan

kelembaban udara berkisar 80–85 % (BPS Kota Padang, 2014).

Secara administrasi Pemerintah Kota Padang, yang dipimpin oleh Walikota H

Mahyeldi,SP, terdiri dari 11 Kecamatan, dengan kecamatan terluas adalah Koto Tangah

yang mencapai 232,25 km² dan 104 Kelurahan. Kota Padang ini sebelah utara berbatas

dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Pesisir

Selatan, sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok, sebelah barat berbatas dengan

Samudera Indonesia (BPS Kota Padang, 2014).

2.2. Demografi.

Berdasarkan Proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035 oleh BPS, kemudian diolah

(16)

pada tahun 2014 sebanyak 876.880 jiwa yang terdiri dari 436.542 jiwa laki-laki dan

440.338 jiwa perempuan. Tahun 2014 ini penduduk perempuan lebih banyak

dibandingkan penduduk laki laki. Sex Ratio terbesar terdapat di Kecamatan Bungus

Teluk Kabung, yaitu 103,64 %. Hal ini berarti jumlah penduduk laki laki di Kecamatan

Bungus Teluk Kabung 0,418 % lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan.

Sementara Sex Ratio terkecil terdapat di Kecamatan Padang Utara, yaitu 88,27 %,

dimana penduduk perempuan 32,692 % dan penduduk laki laki 37,037 %. Secara

keseluruhan penduduk Kota Padang lebih banyak perempuan dibandingkan dengan

penduduk laki laki.

Grafik. 2.1.

Piramida Penduduk Kota Padang Tahun 2014

.

Berdasarkan estimasi jumlah penduduk, maka dapat dibentuk piramida

kependudukan tahun 2014. Piramida kependudukan ini menggambarkan jumlah

penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Rasio beban ketergantungan (Dependency Ratio) digunakan untuk mengetahui

(17)

perbandingan banyak orang yang berada pada usia yang tidak produktif (dibawah 15

tahun dan diatas 65 tahun) dibandingkan dengan kelompok usia yang produktif ( 15 –65

tahun). Angka ini juga menyatakan beratnya tanggungan kelompok usia produktif

terhadap usia tidak produktif. Semakin banyak kelompok usia non produktif maka

semakin berat beban usia produktif. Pada tahun 2014 ini penduduk Kota Padang paling

banyak berumur 20 – 24 tahun dan paling sedikit berumur 70-74 tahun. Menurut BPS

2014 penduduk yang termasuk angkatan kerja sebanyak 41,19 % dan 58,81 % yang

bukan angkatan kerja. Sementara penduduk angkatan kerja yang bekerja sebanyak

86,01 % dan 13,99 % mencari pekerjaan.

Secara umum laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir (tahun 2003–

2013) adalah sebesar 1,37 % (PDA 2014). Kecamatan yang tertinggi laju pertumbuhan

penduduknya adalah Kecamatan Pauh sebesar 3,07 disusul kecamatan Kuranji yaitu

sebesar 2,57 % sedangkan laju pertambahan penduduk yang paling rendah adalah

kecamatan Padang Barat sebesar -2,16 %. Laju pertambahan penduduk sangat berguna

untuk memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang, sehingga pemerintah

dapat membuat kebijakan pembangunan sesuai keadaan kependudukan.

Menurut PDA 2014 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling tinggi

kepadatan pendudukya yaitu 9.569/km2 dan daerah terendah tingkat kepadatan

penduduknya adalah Bungus Teluk Kabung yaitu 232 km2.

2.3.Pendidikan.

Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan

bisa berpengaruh terhadap prilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh

seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan untuk berprilaku sehat.

(18)

sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Di Kota Padang

angka melek huruf setiap tahun selalu meningkat. Tahun 2011 sebanyak 99,50%, tahun

2012 sebanyak 99,51% dan pada tahun 2013 sebanyak 99,52% (BPS Kota Padang, 2014)

2.4. Perekonomian.

Salah satu aspek yang dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan

pembangunan adalah keadaan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan Kondisi

perekonomian berkaitan dengan tingkat inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka

semakin mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Disamping itu angkatan kerja dan

kesempatan kerja sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Survey Angkatan Kerja

Nasional (Sakernas) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah

penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja dan

mengganggur.

Penduduk berumur 15 tahun keatas dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu Angkatan

kerja dan bukan angkatan kerja. Sementara yang dimaksud dengan bekerja adalah

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh

pendapatan atau keuntungan. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang sedang

mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena

tak mungkin dapat pekerjaan, termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah

tangga.

Penduduk yang termasuk Angkatan kerja menurut PDA tahun 2014 sebanyak

41,19 % dan bukan angkatan kerja 58,81%. Dari angka ini terlihat lebih banyak

penduduk yang bukan angkatan kerja dari penduduk yang bekerja. Jika dibandingkan

(19)

Kota Padang yang termasuk angkatan kerja tahun lalu adalah penduduk yang bekerja

sebesar 88,52 % dan Mencari pekerjaan 11,48 % (BPS 2014).

Grafik 2.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatannya

Sumber : PDA Tahun 2014

Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna bagi pemerintah untuk

membuka lapangan kerja baru dimasa yang akan datang sehingga secara bertahap

kondisi perekonomian membaik dan dampaknya adalah meningkatnya kesejateraan

masyarakat.

Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua sektor,

baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan. Kondisi ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan

masyarakat.

Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan

kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan

daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan

kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh

yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit penyakit tertentu.

(20)

menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti

Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri.

Kemiskinan membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang di ukur dengan

pengeluaran. Kota Padang pada tahun 2014 menurut BPS mempunyai 33.505 Rumah

Tangga Miskin (RTM) dengan jumlah jiwa 170.185 jiwa.

Dari segi sosial ekonomi dapat dilihat perkembangan yang sangat bervariasi dari

tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong

kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama

wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah

tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam, sumber

daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan

kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di

dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan

(21)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang

digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan

pelaksanaan program. Untuk menilai derajat kesehatan tersebut digunakan beberapa

indikator, yaitu Moertalitas (kematian), Status Gisi dan Morbiditas (kesakitan).

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut

tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana

dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan,

lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.

Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu keberhasilan dengan

meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan

hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk

mengidentifikasi masalah dan hambatan tersebut perlu dilakukan analisis situasi dan

kecenderungan di masa mendatang.

3.1. Angka Kematian

a. Kasus Kematian Bayi

Kasus kematian Bayi adalah penduduk yang meninggal sebelum mencapai

usia 1 tahun. Kematian bayi ini dapat dikelompokkan menjadi bayi lahir mati,

kematian 0 -7 hari (Perinatal), kematian 8 – 28 hari (neonatal) dan kematian 1- 12

bulan. Kematian Bayi merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk

(22)

Kasus bayi lahir mati lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, dari 64

orang di tahun 2013 menjadi 60 orang di tahun 2014. Jika dilihat berdasarkan jender,

maka lebih banyak lahir mati bayi laki laki (33orang) dibanding bayi perempuan (27

orang).

Kematian Neonatal sebanyak 76 bayi sedangkan kematian bayi 1-12 bulan

sebanyak 32 orang,. Jadi total kematian bayi 0-12 bulan adalah 108 orang. Jika

dilihat berdasarkan jender maka kematian bayi lebih banyak pada bayi laki-laki (59

orang) dibandingkan bayi perempuan (49 orang).

Berbagai faktor dapat menyebabkan penurunan kematian bayi, diantaranya

pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian

bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi

ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat

berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap

infeksi penyakit.

(23)

Dari 11 Kecamatan yang ada di Kota Padang, hanya 1 kecamatan yang bebas

dari kematian bayi yaitu kecamatan Padang Barat.

b. Kasus Kematian Balita

Kematian Balita adalah penduduk yang mati sebelum berumur 5 (lima) tahun

Target MDG`s untuk indikator AKABA di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran

hidup pada tahun 2015. Untuk kota Padang tidak bisa dikeluarkan Angka Kematian

Balita karena jumlah kelahiran kurang dari 1000 kelahiran, untuk itu kota Padang

hanya memaparkan kasus kematian Balita saja. Pada tahun 2014 kasus kematian

Balita sebanyak 125 orang, dimana kematian balita laki-laki (67 orang) lebih banyak

dari pada balita perempuan (58 orang). Kasus kematian balita ini turun dibanding

tahun 2013 (114 orang).

c. Kasus Kematian Ibu

Kematian Ibu juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan

derajat kesehatan masyarakat. Kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,

melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa

memperhitungkan lama kehamilan.

Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan

kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan

pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan

pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor

(24)

Kasus kematian Ibu meliputi kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas.

Padang tahun 2014, kasus kematian Ibu berjumlah 16 orang, naik jika dibanding

tahun 2013 (15 orang). Adapun rincian kematian ibu ini terdiri dari kematian ibu

hamil 7 orang, kematian ibu bersalin 4 orang dan kematian ibu nifas 5 orang.

Sementara jika dilihat berdasarkan umur, kurang dari 20 tahun tidak ada, 20 s/d 34

tahun sebanyak 12 orang dan diatas 35 tahun 4 orang. Trend kasus kematian ibu setiap

tahun bervariasi, secara umum mengalami naik turun, seperti terlihat pada grafik

berikut :

Grafik 3.1. Trend Kasus Kematian Ibu Tahun 2009-2014

3.2. Angka Kesakitan

Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun

prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam

suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian

(25)

Masih sama dengan tahun 2013, berdasarkan laporan Puskesmas penyakit

yang paling banyak di Kota Padang tahun 2014 adalah ISPA (81.619 kasus), diikuti

oleh Gastritis (20.016 kasus) dan Penyakit kulit infeksi (15.556 kasus). Sepuluh

penyakit terbanyak tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 3.2. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2014

a. Cakupan Penemuan dan penanganan Penderita Acut Flaccid Paralysis.

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam

PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita

mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur

0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku

di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi

abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab

yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan.

Kasus AFP di Kota Padang menunjukan grafik yang turun naik beberapa

(26)

pada 5 Puskesmas, yaitu Padang Pasir, Pemancungan, Nanggalo, Belimbing, dan

Pauh. Di tahun 2011 ditemukan 11 kasus AFP (Non Polio) yang tersebar di

beberapa Puskesmas. Di tahun 2012 terjadi 6 kasus AFP yang tersebardi 4

Puskesmas, yaitu Puskesmas Padang Pasir, Seberang Padang, Puskesmas Anak

Air dan Puskesmas Ikur Koto. Pada tahun 2013 terjadi 7 kasus AFP yang tersebar

di 5 Puskesmas, yaitu Puskesmas Padang Pasir 1 orang, Air tawar 2 orang, Air

Dingin 1 orang, Anak Air 1 orang dan Lubuk Kilangan 1 orang.

Pada tahun 2014, kasus AFP turun lagi menjadi 6 kasus yang tersebar di

wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir (1 kasus), Puskesmas Ikur Koto (3 kasus),

Puskesmas Belimbing (1 kasus) dan Puskesmas Pegambiran (1 kasus). Salah satu

penyebab peningkatan penemuan kasus AFP ini adalah semakin baiknya deteksi

dini yang dilakukan petugas, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.

b. Prevalensi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi bakteriMycobacterium tuberculosis.Penyakit ini dapat menyebar melalui

droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan

HIV/AIDS, TB menjadi salahsatu penyakit yang pengendaliannya menjadi

komitmen global dalam MDGs.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case

Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang

ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang

diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

Untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka

(27)

pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang

sembuh maupun yang menjalanipengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru

BTA positif yang tercatat. Success Rate dapat membantu dalam mengetahui

kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah

tersebut.

Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang

dicurigai / suspek TB Paru yang berobat ke sarana kesehatan. Perkiraan penderita

TB Paru BTA (+) 1,6/1000 penduduk. Jumlah kasus baru meningkat dari 927

kasus di tahun 2013 menjadi 1.105 di tahun 2014 dengan CDR 78,7% dan

jumlah seluruh kasus Tb adalah 2.012 kasus, sementara kasus TB anak 0-14

tahun sebanyak 270 kasus. Untuk suspek tahun 2014 berjumlah 7.968, persentase

TB Paru terhadap suspek adalah 13,9 %.

Pada tahun 2014 BTA (+) diobati sebanyak 988 pasien, pasien sembuh

850 orang dan pasien yang melakukan pengobatan lengkap sebanyak 72 orang.

Angka keberhasilan pengobatan adalah 93,3 %, sementara jumlah kematian

selama pengobatan jauh menurun dari 11 orang di tahun 2013 menjadi 17 orang

di tahun 2014.

Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan kesembuhan

penderita. Kesembuhan ini selain dapat mengurangi jumlah penderita, juga

mencegah terjadinya penularan. Oleh karena itu, untuk menjamin kesembuhan,

obat harus diminum dan penderita diawasi secara ketat oleh keluarga maupun

teman sekelilingnya dan jika memungkinkan dipantau oleh petugas kesehatan

agar terjamin kepatuhan penderita minum obat (Idris & Siregar, 2000). Dewasa

(28)

strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan Pemerintah dengan

Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan program. Pengobatan ini dilakukan

secara gratis kepada golongan yang tidak mampu.

c. Persentase Balita dengan Pnemonia ditangani

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).

Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat

terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi

yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia

lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan

(malnutrisi, gangguan imunologi).

Jumlah Balita di Kota Padang tahun 2014 sebanyak 89.793 orang.

Perkiraan penderita sebanyak 8.979 Balita, sementara penderita yang ditemukan

dan ditangani sebanyak 1.850 (20,6 %). Jika dilihat berdasarkan jender, maka

balita laki laki lebih banyak menderita Pneumoni ( 23,1%) dibandingkan balita

perempuan (14,9%).

Kasus Pneumoni yang ditemukan dan ditangani beberapa tahun terakhir

adalah tahun 2013 sebanyak 1.183 orang, tahun 2012 sebanyak 340 orang, tahun

2011 sebanyak 586 kasus dan di tahun 2010 sebanyak 819 orang dan 100 %

dapat ditangani. Sementara data dari Rumah sakit tidak didapat.

d. Persentase HIV/AIDS ditangani.

HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency

Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita

mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi

(29)

penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah,

penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan

dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

Tahun 2014 ditemukan kasus HIV sebanyak 225 kasus (165 orang laki

laki dan 60 orang perempuan), Aids sebanyak 95 kasus ( 81 orang laki laki dan 14

orang perempuan) dan syphilis 20 kasus (16 orang laki laki dan 4 orang

perempuan). Sementara jumlah kematian akibat Aids sebanyak 11 orang dan

semuanya laki-laki.

Grafik 3.3. Trend Kasus dan Kematian HIV/AIDS di Kota Padang

e. Kasus Diare

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan

konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan

menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga

kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu

(30)

Penyakit Diare sampai saat ini masih termasuk dalam urutan 10 penyakit

terbanyak di Kota Padang. Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro

enteritis yang disebabkan oleh kuman. Penderita yang berobat ke Puskesmas

diobati sesuai dengan prosedur tetap penatalaksanaan kasus diare dengan

pengobatan yang rasional.

Target penemuan kasus diare pada tahun 2014 adalah 18.765 dari

876.880 penduduk Kota Padang. Sementara jumlah kasus diare adalah Untuk

capaian kasus diare adalah 7.827 kasus dan semuanya ditangani. Jumlah kasus ini

lebih rendah dari tahun sebelumnya (8.472 kasus) dan lebih banyak ditemukan

pada perempuan.

f. Prevalensi Kusta

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan

Kusta menjadi progresif, kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak

dan mata.

Terjadi peningkatan kasus baru dari 6 orang di tahun 2013 menjadi 10

kasus 2014, terdiri dari 7 Pausi Basiler (kusta kering) dan 3 Multi Basiler (kusta

basah). Kasus ini sebanding antara laki-laki dan perempuan. Tersebar di beberapa

wilayah kerja Puskesmas yaitu Puskesmas Lubuk Buaya, Air Dingin, Kuranji,

Ambacang, Lubuk Begalung dan Bungus, 50% diantaranya di wilayah kerja

(31)

g. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) adalah

penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus non neonatorum, Tetanus neonatorum,

Campak, Polio dan Hepatitis B.

Penyakit Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium

diphtheriaeyang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki

gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan

tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran

pernafasan. Pada tahun 2014, terdapat wabah Difteri, jumlah kasus sebanyak 8

orang , 1 orang diantaranya meninggal.

Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan

yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan

suara pernafasan dalam bernada tinggi (melengking). Pertusis bisa terjadi pada

siapapun tapi 50% ditemukan pada anak berusia kurang dari 4 tahun. Pada tahun

2014 tidak ditemukan kasus Pertusis

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang

masuk ke dalam tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir

yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak

steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Tahun 2014terdapat 1

kasus Tetanus Non Neonatorum dan 1 kasus dan meninggal akibat Tetanus

Neonatorum

Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus

(32)

terinfeksi. Tahun 2014 terdapat 14.948 kasus Campak, lebih banyak terjadi pada

laki-laki (7.427 orang) dibanding perempuan (7.521 orang)

Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.

Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),masuk

ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasukialiran darah dan

mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dankadang kelumpuhan.

Pada tahun 2014, kasus Polio lebih besar terjadi pada perempuan (7.621 orang)

dari pada kasus pada laki-laki (7.549 orang)

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV)

yang menginfeksi hati hominoidae, termasuk manusia, dan menyebabkan

peradangan yang disebut hepatitis. Awalnya dikenal sebagai "serum hepatitis",

penyakit tersebut telah menyebabkan epidemi di Asia dan Afrika, dan itu adalah

endemik di Cina. Pada tahun 2014, kasus Hepatitis B lebih besar terjadi pada

perempuan (7.647 orang) dari pada laki-laki (7.628 orang)

h. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian

besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang

dewasa.

Penemuan kasus DBD tahun 2014 sebanyak 666 kasus, lebih rendah dari

tahun 2013 (998 kasus). Kasus ini lebih banyak terjadi pada perempuan (350

kasus) dibanding laki-laki (316 kasus), meninggal sebanyak 6 orang dengan CFR

(33)

Puskesmas Lubuk Buaya (67 kasus) diikuti oeleh Puskesmas Andalas dan

Belimbing (62 kasus).

Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan

fogging focus yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan. Disamping

itu tetap disarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN), Pemeriksaan Jentik Berkala 9PJB) dan Abatisasi di

rumah maupun kelurahan masing–masing.

Kasus DBD menurut Puskesmas tahun 2014 menurut Puskesmas dapat

dilihat pada peta berikut :

(34)

i. Malaria.

Kasus penyakit malaria di Kota Padang sampai saat ini masih ada. Dari

hasil diagnosa di Puskesmas lebih banyak ditemui sebagai kasus malaria klinis

artinya pada saat pasien berobat ke Puskesmas kondisi demam pasien sudah

berkurang sehingga tidak dilakukan pemeriksaan darah tebal. Yang dimaksud

dengan pasien malaria adalah pasien dengan pemeriksaan sediaan darah atau

positif dengan pemeriksaan laboratorium.

Tahun 2014 suspek malaria sebanyak 60 orang (48 kasus di Puskesmas

dan 12 kasus di Rumah Sakit). Setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah

ternyata semuanya positif malaria. Kasus ini jauh lebih kecil dari tahun tahun

2013 (128 orang). Kasus pada perempuan adalah 2 kali lipat dibanding kasus

pada laki-laki.

Kasus Malaria Positif di Puskesmas dapat dilihat pada peta belikut :

(35)

Terlihat hanya 3 Kecamatan saja yang bebas dari kasus malaria yakni

Kecamatan Pauh, Lubuk Kilangan dan Bungus Teluk Kabung.

j. Filariasis

Survei darah jari untuk filariasis dilakukan sejak tahun 2006 dengan hasil

sebagai berikut : tahun 2006, ditemukan 21 kasus positif filarial, tahun 2007 nol

kasus, tahun 2008 sebanyak 5 kasus dan tahun 2009 ditemukan 6 kasus. Total

kasus sampai tahun 2009 sebanyak 32 kasus. Tahun 2010 tidak dilakukan survey

karena adanya pengurangan anggaran, tapi ditemukan 5 orang penderita

klinis.Pada tahun 2011 dilakukan lagi survey darah jari pada 6 Kelurahan yang

terletak di 4 Puskesmas, dengan sample 500 per lokasi. Dari 3.000 sample yang

diperiksa ini, seluruh hasil pemeriksaan labor Negatif.

Pada tahun 2012 ini ditemukan 1 kasus baru di Puskesmas Pagambiran,

sehingga total kasus Filariasis berjumlah 34 orang yang terdiri dari 12 orang laki

laki dan 22 orang perempuan.

Temuan kasus baru penderita Filarasis tahun 2013 sebanyak 1 orang,

sementara kasus lama sebanyak 34, meninggal 1 orang dan pindah 1 orang

sehingga total penderita Filariasis sebanyak 33 orang. Jika dilihat berdasarkan

jender, maka pasien perempuan lebih banyak (22 orang) dibanding pasien laki

laki (13 orang). Sementara itu pada tahun 2014 tidak ditemukan kasus baru.

k. Cakupan Desa/ Kelurahan terkena KLB ditangani <24 jam

Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit endemis adalah suatu

peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu dan daerah

tertentu. Sementara untuk penyakit non endemis pengertiannya adalah suatu

(36)

berhubungan satu sama lain. Hubungan ini mungkin pada faktor saat timbulnya

gejala (onset of illness), faktor tempat (tempat tinggal, tempat makan bersama,

sumber makanan), faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lainnya).

Pada tahun 2014, terjadi 12 KLB pada 12 Kelurahan. Kasus yang terjadi

adalah Campak 1 kali dengan jumlah penderita 12 orang, Dipteri 9 kali dengan

jumlah penderita 9 orang, keracunan 1 kali dengan jumlah penderita 4 orang, dan

tetanus 1 kali dengan jumlah penderita 1 orang.

Berbeda dengan KLB pada tahun 2013, terjadi 2 KLB yaitu Hepatitis dan

Campak. Kasus pada tahun 2013 lebih tinggi dari tahun 2014, dimana kasus

Hepatitis sebanyak 59 orang dengan attack rate 0,67 % dan campak sebanyak 116

orang dengan attack rate 0,88 %.

3.3. Status Gizi

a. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang

dari 2500 gr. Tahun 2014 bayi lahir hidup sebanyak 17.033 orang terdiri dari

8.431 bayi laki-laki dan 8.602 bayi perempuan. Jumlah kelahiran ini turun

dibanding tahun 2013, dimana pada tahun 2013 jumlah bayi lahir hidup sebanyak

17.767 orang yang terdiri dari 8.740 bayi laki-laki dan 9.027 bayi perempuan,

dilakukan penimbangan terhadap semua bayi lahir hidup.

Dari semua bayi yang ditimbang pada tahun 2014, ditemukan 1,74% bayi

BBLR atau sebesar 297 orang terdiri dari 132 bayi laki-laki dan 165 bayi

perempuan. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya, dimana tahun 2013

(37)

b. Balita dengan Gizi Kurang

Pemantauan Status Gizi Balita dilakukan secara rutin di Posyandu setiap

bulan dan secara khusus 1 kali setiap tahun dilakukan secara bersamaan pada

bulan Agustus. Balita yang ditimbang pada tahun 2014 sebesar 56.260 orang dan

0,6% atau 340 orang diantaranya berada pada Bawah Garis Merah (BGM), kasus

ini lebih banyak terjadi pada balita perempuan.

Kasus BGM lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2013. Dari

53.263 orang balita ditimbang, terdapat 0.8% balita BGM atau sebanyak 424

orang, dan lebih banyak terjadi pada perempuan.

c. Balita dengan Gizi Buruk

Balita gizi buruk adalah kekurangan energi dan protein tingkat berat

akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit yang

begitu lama. Keadaan ini dengan status gizi sangat kurus (BB/TB)dan atau hasil

pemeriksaan klinis menunjukan gejala marasmus, kwasiorkor atau marasmik

kwasshiorkor.

Penanggulangan kasus balita gizi buruk pada tahun 2013 dilakukan

dengan pemberian PMT yang pendanaanya melalui dana APBD Kota Padang dan

APBD Propinsi Sumatra Barat. PMT yang diberikan berupa pemberian Susu

Frisian Flag, Biskuit MP-ASI dan Bubur Susu. Dari jumlah kasus yang dibantu

hampir semuanya mengalami kenaikan Berat Badan yang cukup

menggembirakan.

Penanggulangan Balita gizi buruk di Kota Padang yang memerlukan

(38)

buruk. Jika memerlukan penanganan khusus karena penyakit penyerta dirujuk ke

Rumah Sakit.

Pada tahun 2014, balita yang mengalami gizi buruk di Kota Padang

ditemukan sebanyak 120 orang dan semuanya mendapat perawatan. Bila

dibandingkan dengan tahun 2013, kasus gizi bertambah sebanyak 1 orang.

Selama rawat inap Balita gizi buruk diberikan perlakuan sesuai

tatalaksana gizi buruk selama beberapa hari sampai kondisi balita tersebut

menjadi gizi kurang atau gizi baik dan selanjutnya dipulangkan untuk dilakukan

rawat jalan. Setelah pasien pulang ke rumah tetap dilakukan konsultasi gizi dan

pemantauan oleh tenaga gizi dan dokter Puskesmas masing-masing.

Hasil Pemantauan Status Gizi dari tahun 2009 hingga tahun 2014 dapat

dilihat pada grafik berikut :

(39)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, disebutkan bahwa Upaya

kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya

masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat. Sedangkan upaya

kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan pelayanan

kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit,

pengurangan penderitaan akibat penyakit dan meulihkan kesehatan perseorangan.

Situasi upaya kesehatan masyarakat di Kota Padang pada tahun 2014 dapat diuraikan

sebagai berikut :

4.1. Pelayanan Kesehatan

a. Cakupan Kunjungan K1 dan K4

PWS KIA bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan pelayanan

kesehatan ibu hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya serta kesehatan anaknya.

Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan K1, K4, Deteksi Resti oleh tenaga

kesehatan/masyarakat, Kunjungan Neonatus, Persalinan oleh tenaga kesehatan, dan

persalinan yang ditolong dukun.

Target pencapaian program untuk K1 = 95 % dan K4 = 92 %. Tahun 2014 ibu

hamil yang ada di Kota Padang sebanyak 19.320 orang dengan capaian K1 sebanyak

(40)

Semakin baiknya capaian K4 ini menggambarkan adanya jalinan kerja sama

yang baik dalam melaksanakan pemantauan wilayah setempat antara Puskesmas

dengan Bidan Praktek Swasta (BPS) yang berpraktek di wilayah kerja Puskesmas,

sehingga kunjungan K4 terpantau dan terlaporkan dengan lebih baik. Diharapkan

kedepan Puskesmas lebih meningkatkan kualitas forum komunikasi BPS di

Puskesmas, sehingga kualitas dan kuantitas pemantauan dan pelaporan dari BPS ke

Puskesmas akan semakin lebih baik dan lebih maksimal.

b. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Ibu hamil Resti adalah ibu hamil yang mengalami resiko atau bahaya yang

lebih besar pada waktu hamil maupun bersalin, jika dibanding ibu hamil normal..

Sasaran ibu hamil resti adalah 20 % dari jumlah ibu hamil. Sasaran ibu hamil resti

tahun 2014 adalah 3.864 orang, Sementara temuan Ibu hamil Restinya sebanyak

1.343 orang. Wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak temuan bumil restinya adalah

Puskesmas Lubuk Buaya 232 orang, diikuti Puskesmas Ambacang sebanyak 163

orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 ada penurunan jumlah temuan kasus ibu

hamil Resti ini, dimana tahun 2013 ditemukan dan ditangani kasus Bumil Resti

sebanyak 1.490 orang. Kedepan diharapkan, pembina wilayah lebih meningkatkan

kerjasama dengan kader supaya dapat sedini mungkin terdeteksi ibu hamil dengan

resiko tinggi di masyarakat, sehingga dapat dilakukan pelayanan yang cepat, tepat dan

aman.

Ibu hamil yang melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan adalah 17.129

orang dari 18.442 orang ibu bersalin (92,9%). Angka ini sudah mencapai target.

Cakupan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukan trend

(41)

Puskesmas dan BPS dalam pelaksanaan PWS KIA. Meskipun demikian masih harus

tetap dilakukan pembinaan kepada pengelola program KIA Puskesmas, pembina

Wilayah dan BPS yang ada di Kota Padang.

c. Cakupan Pelayanan Nifas dan Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

Ibu yang mendapatkan pelayanan kesehatan nifas sebanyak 86,3 %, masih

jauh dari target (92%). Capaian ibu bersalin dengan tenaga kesehatan ini sedikit

meningkat jika dibanding dengan tahun 2013. Sasaran ibu bersalin pada tahun 2013

adalah 19.132 orang dan melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan 17.490 orang

atau 91,4%. Jumlah ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan adalah sebanyak

16.116 irang atau 84,2%

Untuk capaian pemberian vitamin A pada ibu nifas jauh meningkat dari

88,90% (17.008 orang) di tahun 2013 menjadi 93,14% (17.177 orang) di tahun 2014

d. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS

Untuk pencegahan terjadinya Tetanus Toksoid pada ibu hamil dilakukan

imunisasi TT. Cakupan Imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil pada tahun 2014

adalah TT-1 = 23,5%, TT-2 = 18,4 %, TT-3 = 17%, TT-4 = 17,9 %, TT-5 = 12,8 %

dan TT2+ = 66,1 %. Pada tahun 2013, capain TT -1, TT-2, TT-3 dan TT2+ lebih

besar dimana secara berturut adalah 29%, 25,6%, 20,5% dan 75,8%. Sementara TT-4

dan TT-5 tidak jauh berbeda dengan tahun 2014.

Imunisasi TT juga diberikan pada Wanita Usis Subur (WUS). Pada tahun 2014

(42)

e. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe

Untuk mencegah terjadinya Anemia pada ibu hamil, dilakukan pendistribusian

tablet Fe pada ibu hamil selama tiga bulan. Pada tahun 2014, dari 19.320 orang ibu

hamil, yang mendapat Fe 1 sebanyak 19.013 orang atau 98,4 % dan Fe3 sebanyak

18.094 atau 93,7 %. Capaian ini meningkat dari tahun 2013 yaitu Fe1 sebanyak

96,65% dan untuk Fe3 sebanyak 90,87 %.

f. Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Cakupan Neonatus dengan Komplikasi

yang Ditangani

Pada tahun 2014, penanganan komplikasi kebidanan sebanyak 1.343 orang

dari 3.864 perkiraan bumil dengan komplikasi yang ditangani atau sebesar 34,76%.

Cakupan ini turun dari tahun 2012, besarnya cakupan 37,2%. Sementara itu Cakupan

neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebesar 949 orang dari 2.635 orang

perkiraan neonatal komplikasi (36,02%), cakupan ini meningkat dari tahun 2013,

besarnya cakupan 22,1%.

g. Persentase KB Aktif dan KB Baru

Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur 15-49

tahun. Pada tahun 2014, PasanganUsia Subur (PUS) Kota Padang berjumlah 172.055.

Peserta KB baru adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan salah satu alat/cara

kontrasepsi, sementara KB aktif adalah akseptor yang sedang memakai kontrasepsi.

Pada tahun 2014 jumlah peserta KB baru 24.297 orang dan perserta KB aktif

sebanyak 97.428 orang. Jenis kontrasepsi ini bisa dikatagorikan atas 2, yaitu Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) terdiri dari IUD, MOP/MOW, Implan dan non

MKJP terdiri dari suntik,pil, kondom dan obat vagina. Peserta KB baru yang

(43)

Untuk pesera KB aktif yang menggunakan MKJP sebanyak 19.238 orang dan non

MKJP 78.190 orang. Capain penggunaan alat kontrasepsi ini meningkat dibanding

tahun 2013.

Kondisi tahun 2013 adalah Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 172.055

orang. PUS yang merupakan peserta KB aktif mengunakan MKJP adalah 20.174

orang dan Non MKJP 61.246 orang. Alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB

baru dengan MKJP sebanyak 3.082 orang dan non MKJP sebanyak 9.837 orang.

h. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah

Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari

2500 gr. Tahun 2014 bayi lahir hidup sebanyak 17.033 orang, terdiri dari 8.431 orang

laki laki dan 8.602 orang perempuan. Jumlah kelahiran bayi ini lebih rendah

dibanding tahun sebelumnya, dimana bayi lahir hidup di tahun 2013 sebesar 17.767

orang, terdiri dari 8.740 orang laki laki dan 9.027 orang perempuan. Jumlah bayi

dengan BBLR tahun 2014 sebanyak 297 orang dan lebih besar pada perempuan

Jika dibanding dengan jumlah bayi yang mengalami BBLR pada tahun 2013

terjadi peningkatan yang cukup besar, dimana pada tahun 2013 bayi dengan BBLR

sebanyak 171 orang. Bayi yang mengalami BBLR jika tidak diikuti dengan penyakit

lain dapat dirawat di Puskesmas tapi bila diikuti dengan penyakit bawaan lainnya

maka akan di rujuk ke Rumah sakit.

i. Cakupan Kunjungan Neonatus

Jumlah bayi tahun 2014 adalah sebanyak 17.564 orang. Bayi yang

mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 15.913 orang atau 90,6 %, sedikit

(44)

Untuk kunjungan Neonatus 1 kali (KN1) adalah kunjungan neonatal pertama

pada 6-48 jam setelah lahir sesuai dengan standar dan Kunjungan neonatal 3 (KN3)

adalah pelayanan kunjungan neonatal lengkap, minimal 1 x usia 6-48 jam, 1 x pada

3-7 hari dan 1 x pada 8-28 hari sesuai dengan standar.

KN1 sedikit turun dari 97% di tahun 2013 menjadi 96,6% di tahun 2014,

sedangkan KN 3 meningkat dari 89,8% di tahun 2013 menjadi 91% di tahun 2014.

Jumlah KN1 dan KN3 tertinggi berada pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya

j. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif

Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah bayi yang mendapat ASI saja sampai

berumur 6 bulan, kecuali obat dan mineral. Bayi yang berumur 0-6 bulan yang tercatat

dalam register pencatatan pemberian ASI tahun 2014 adalah sebanyak 5.929 orang

dan mendapat ASI Ekslusif sebanyak 4.278 (72,2%). Sama dengan tahun 2013,

Puskesmas dengan ASI Ekslusif terbanyak adalah Puskesmas Alai sebanyak 90,6%.

Sedangkan cakupan paling rendah berada pada wilayah kerja Puskesmas Air Dingin

(52,6%). Secara Umum setiap tahun selalu mengalami peningkatan, dapat dilihat pada

grafik berikut :

(45)

k. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi

Imunisasi rutin yang diberikan pada bayi adalah Hb<7 hari, BCG,

DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, Polio4, Campak dan Imunisasi Lengkap. Cakupan tahun 2014 :

Hb<7 hari = 15.069 orang (88.5%), BCG = 16.369 orang (96,1%),

DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 = 15.302 orang (87,1%), Polio4 = 15.397 orang (87,7%), Campak 15.141

orang (86,2%), sementara itu cakupan munisasi lengkap turun dari 87,94% di tahun

2013 menjadi 83% di tahun 2014.

l. Cakupan Desa/ Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI)

Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) adalah desa atau kelurahan

dimana 80% dari jumlah bayi yang ada didesa /kelurahan tersebut sudah mendapat

imunisasi dasar lengkap pada kurun waktu tertentu. Tahun 2014, dari 104 desa

terdapat 79 desa UCI (76 %), cakupan ini naik dibanding tahun 2013 yang hanya

65,4% (68 desa dari 104 desa)

Target UCI untuk tahun 2014 sebesar 97%, tahun 2014 hanya 9 Puskesmas

yang sudah mencapai target UCI yaitu Puskesmas Nanggalo, Lapai, Kuranji, Alang

Padang,, Ambacang, Andalas, Seberang Padang, Lubuk Begalung dan Bungus.

(46)

Gambar 4.1. Cakupan UCI di Kota Padang Tahun 2014

m. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita

Pendistribusian Vitamin A dilakukan pada bulan Pebruari dan Agustus.

Vitamin A diberikan pada bayi usia 6-11 bulan dan anak Balita 12-59 bulan. Cakupan

pemberian Vitamin pada bayi 6-11 bulan turun dari 79,98% di tahun 2013 menjadi

50.74% di tahun 2014. Berbeda dengan pemberian Vitamin A pada anak balita,

cakupan ini meningkat dari 72,85% di tahun 2013 menjadi 85,65% di tahun 2014.

n. Balita ditimbang

Salah satu cara pemantauan status gizi Balita dan tingkat partisipasi

masyarakat terhadap Posyandu adalah dengan menggunakan indikator SKDN. SKDN

adalah data untuk memantau pertumbuhan balita. SKDN sendiri mempunyai

(47)

terdaftar dan mempunyai KMS, D = Jumlah Balita yang datang ditimbang bulan ini

dan N = Jumlah Balita yang naik berat badannya.

Dari 89.793 Balita yang di laporkan, Balita yang melakukan penimbangan

sebanyak 56.260 balita atau tingkat partisipasi masyarakat membawa Balitanya ke

Posyandu hanya 62,7% %. Dari penimbangan tersebut Balita yang BGM ditemukan

sebanyak 340 orang (0,6 %). Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) tahun 2014 lebih

besar jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya 58,7% dengan BGM 0,8%.

o. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Balita gizi buruk adalah kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat

kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit yang begitu lama.

Keadaan ini dengan status gizi sangat kuru (BB/TB)dan atau hasil pemeriksaan klinis

menunjukan gejala marasmus, kwasiorkor atau marasmik kwashiorkor.

Penanggulangan kasus balita gizi buruk pada tahun 2013 dilakukan dengan

pemberian PMT yang pendanaanya melalui dana APBD Kota Padang dan APBD

Propinsi Sumatra Barat. PMT yang diberikan berupa pemberian Susu Frisian Flag,

Biskuit MP-ASI dan Bubur Susu. Dari jumlah kasus yang dibantu hampir semuanya

mengalami kenaikan Berat Badan yang cukup menggembirakan.

Penanggulangan Balita gizi buruk di Kota Padang yang memerlukan

perawatan dilakukan di Puskesmas Nanggalo sebagai Puskesmas rawatan gizi buruk.

Jika memerlukan penanganan khusus karena penyakit penyerta dirujuk ke Rumah

Sakit.

Kasus gizi buruk yang ditemukan pada balita meningkat dari 119 orang di

(48)

banyak mengalami gizi buruk dibanding balita perempuan (58 orang). Semua

kasus yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas mendapat perawatan.

Selama rawat inap Balita gizi buruk diberikan perlakuan sesuai tatalaksana

gizi buruk selama beberapa hari sampai kondisi balita tersebut menjadi gizi kurang

atau gizi baik dan selanjutnya dipulangkan untuk dilakukan rawat jalan. Setelah

pasien pulang ke rumah tetap dilakukan konsultasi gizi dan pemantauan oleh tenaga

gizi dan dokter Puskesmas masing-masing.

Balita gizi buruk yang rawat jalan adalah Balita dengan kondisi kurus atau

kurus sekali yang tidak mau dirawat inap. Dalam penanggulanan kasus Balita gizi

buruk ini, banyak kendala yang ditemui seperti Ibu Balita yang tidak mau merujuk

anaknya ke Puskesmas Nanggalo dengan alasan ekonomi dan lainnya. Oleh sebab itu

untuk masa yang akan datang diharapkan partisipasi semua pihak untuk melakukan

rujukan pasien gizi buruk.

Gambar 4.2. Kecamatan Rawan Gizi Tahun 2014

Dari 11 Kecamatan yang ada di Kota Padang, terdapat 4 Kecamatan rawan

(49)

p. Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

Pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan setingkat adalah

pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan Madrasah

Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih

(guru dan dokter kecil) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Jumlah SD di Kota Padang tahun 2013 sebanyak 422 buah dan yang mendapat

pelayanan kesehatan (penjaringan) sebanyak 417 SD/MI. Sementara jumlah murid

kelas 1 SD atau setingkat tahun 2014 berjumlah 16.397 orang dan yang mendapat

pelayanan kesehatan sebanyak 15.283 orang atau 93,2 %. Capaian Program

penjaringan kesehatan siswa kelas 1 tahun 2014 sedikit meningkat dari tahun 2013 .

Untuk Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah kegiatannya lebih banyak

bersifat Promotif dan Preventif. Pelayanan kesehatan gigi dilakukan di seluruh SD/MI

di kota Padang. Pada tahun 2014 dari 420 SD/MI di Kota Padang hanya 184 SD yang

melakukan Sikat gigi massal tetapi seluruh SD/MI mendapat pelayanan kesehatan

gigi. Pemeriksaa gigi dilakukan terhadap 20.777 murid (20,8%) dari 99.876 murid

SD/MI yang ada di kota Padang tahun. Hasil pemeriksaan gigi tersebut menemukan

7.095 murid yang memerlukan perawatan gigi dan yang mendapat perawatan gigi

sebanyak 1.764 murid. Secara keseluruhan cakupan pelayanan kesehatan gigi sekolah

ini meningkat dibanding tahun 2013.

q. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila

Pada hakikatya menjadi tua merupaka proses alamiah yang akan dialami oleh

sesorang. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik dari segi psikis

maupun fisik, oleh sebab itu perlu upaya kesehatan agar para usia lanjut (Usila) ini

(50)

penyuluhan secara berkesimbungan, pemeriksaan kesehatan secara berkala dan

melakukan penjaringan Usila resiko tinggi.

Usia lanjut adalah orang yang berumur 60 tahun keatas dan di kota Padang

tahun 2014 berjumlah 73.307 orang dan mendapat pelayanan kesehatan sebanyak

30.734 orang atau 41.92%. Jika dilihat berdasarkan jender, maka separoh lansia yang

mendapat pelayanan kesehatan adalah dari kelompok perempuan. Capaian program

pelayanan usila ini meningkat dibanding tahun 2013.

Usila di Kota Padang tahun 2013, dari 82.790 orang lansia, yang mendapat

pelayanan kesehatan sebanyak 14.853 orang atau 17,94% dan lebih besar pada lansia

perempuan.

Kelompok lansia ini bisa memanfaatkan Posyandu Lansia untuk pemeriksaan

kesehatan, senam lansia secara berkala dan mendapat penyuluhan kesehatan. Untuk

meningkatkan cakupan pelayanan lansia ini perlu kerjasama yang baik antara

puskesmas, tokoh masyarakat, kader Posyandu dan lintas terkait. Disamping itu

beberapa puskesmas sudah melaksanakan program santun lansia.

r. Rasio Tumpatan/ Pencabutan Gigi Tetap

Program Pelayanan kesehatan gigi dilaksanakan berupa pelayanan klinik di

Puskesmas, Upaya kesehatan gigi di Masyarakat dan Usaha Kesehatan gigi Sekolah

melalui kegiatan UKS. Untuk pelayanan Kesehatan gigi di klinik Puskesmas sudah

melebihi target kota Padang (>4% jumlah penduduk).

Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas sekota Padang adalah :

berupa tumpatan gigi tetap sebanyak 1.788 orang dan pencabutan gigi tetap sebanyak

(51)

gigi dan mulut tahun 2013 ini meningkat dari tahun 2013. Capain pelayanan gigi di

Puskesmas pada tahun 2013 adalah berupa tumpatan sebanyak 1394 orang.

s. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan

Kesehatan (RS) di Kota Padang

Rumah Sakit di Kota Padang tahun 2014 berjumlah 28 buah semuanya

mempunyai kemampuan gawat darurat, terdiri dari 12 Rumah Sakit Umum dan 16

Rumah Sakit Khusus.

4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

a. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Sejak 1 Januari 2014 Pemerintah memberlakukan sistem Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. JKN

adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaar

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran/ iurannya

dibayar oleh Pemerintah.

Jaminan kesehatan merupakan bagian dari prioritas reformasi pembangunan

kesehatan. Adanya regulasi yang mengatur tentang penatalaksanaan JKN adalah UU

No.40/2004 tentang SJSN, UU No.36/2009 tentang Kesehatan, UU No.24/2011

tentang BPJS, PP No.101/2012 tentang PBI dan Perpres No.12/2013 tentang Jaminan

Kesehatan.

Tahun 2014, jumlah peserta JKN di Kota Padang sebanyak 600.082 jiwa, yang

terdiri dari 185.471 jiwa penerima bantuan iuran (Jamkesmas), 91.948 jiwa penerima

(52)

upah, pekerja bukan penerima upah/ mandiri dan bukan pekerja sebesar 322.663 jiwa.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah PNS, Polri, ASABRI, perusahaan dan

swasta.

Kepesertaan Jamkesda setiap tahun selalu meningkat, sedangkan Jamkesda

turun dari tahun 2012, seperti grafik berikut :

Grafik 4.2. Kapitasi JKN di Kota Padang tahun 2012-2014

b. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di

Sarana Pelayanan Kesehatan

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau

bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas

hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang

kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,

intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan

secara selaras dengan keadaan orang lain. Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti

Gambar

Grafik 2.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatannya
Gambar 3.1. Kasus kematian bayi di Kota Padang Tahun 2014
Grafik 3.1. Trend Kasus Kematian Ibu Tahun 2009-2014
Grafik 3.2. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Praktikum fitokimia merupakan kegiatan yang dilakukan dimana mahasiswa dapat belajar mempraktekkan cara penyiapan bahan baku yang berasal dari bahan alam (simplisia),

Keterampilan dalam penulisan karya ilmiah merupakan salah tuntutan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Hal ini sangat berkaitan dengan salah satu persyaratan bahwa

Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata tertinggi pada beton S2 (90,265 MPa), beton dengan bahan tambahan additive superplasticizer sebesar 1%. Beton S3 dengan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka didapat rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut berapa besar kerusakan jalan yang ditimbulkan oleh

Nilai X 1 = -1.269.10 -8 menunjukkan adanya kenaikan variabel realisasi pembiayaan sebelum pembatasan jaminan yang dapat mengakibatkan kenaikan tingkat profitabilitas

Dari pembahasan tentang bimbingan konseling di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah usaha pertolongan yang melengkapi pendidikan, berorientasi pada

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun

Jika kamu mengerti bahwa berbagai nubuatan yang diberikan kepada dunia dari Surga, berpuncak disini, untuk meningkatkan imanmu dan memastikan bahwa kamu tetap setia kepada