• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang, yang mempunyai

cita-cita mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Cita-cita-cita ini terdapat

dalam Preambule Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

pada alinea ke-4 yang isinya sebagai berikut:

“Kemudian, daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Undang-Undang Dasar Negara Indonesia...”2

Berdasarkan bunyi Preambule Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 tersebut, terkandung intisari cita-cita bangsa Indonesia,

yaitu:

1. Keinginan bangsa Indonesia untuk hidup bebas;

2. Keinginan untuk merdeka;

3. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;

4. Memajukan kesejahteraan umum;

5. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

6. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

      

2

(2)

Berkaitan dengan kesejahteraan sosial dalam Preambule Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, terdapat pula dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada amandemen

keempat pada tahun 2002 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan

Sosial pada Bab XIV Pasal 33 yang berbunyi sebagai berikut: 3

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

Undang-Undang.

Dengan demikian, untuk mencapai tujuan Negara Indonesia yang

bercita-citakan “kesejahteraan”. Maka, dibutuhkan beberapa cara agar tercapainya

keinginan tersebut. Sehingga Indonesia harus membangun infrastruktur dalam

sektor perekonomian yang lebih baik untuk kedepannya. Salah satu dari beberapa

cara diantaranya adalah, dengan mendatangkan para investor masuk ke Indonesia

untuk memanamkan modal dalam bentuk investasi.

Menurut Erman Rajagukguk faktor pendorong investor menanamkan

modal ada tiga hal penting antara lain: 4

      

3

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab XIV, Pasal 33.

4

(3)

1. Adanya kesempatan ekonomi (economic opportunity) seperti sumber daya

alam, ketersediaan bahan baku, pasar yang prospekif, upah buruh murah,

insentif investasi, infrastruktur yang baik, dan lain-lain.

2. Stabilitas politik (political stability); politik yang stabil, kesadaran berpolitik

tinggi, dan lain-lain.

3. Kepastian hukum (legal certainty); kepastian substansi hukum, kepastian

dalam pelaksanaan putusan pengadilan, judicial corruption, dan lain-lain.

Dalam mengembangkan dunia investasi5 di Indonesia, ada beberapa

manfaat yang diperoleh oleh Negara tujuan investasi. Dimana manfaatnya adalah

sebagai berikut: 6

1. Mendapatkan devisa melalui modal yang dibawa investor dan pembayaran

pajak.

2. Menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran.

3. Mengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisa.

4. Mendorong berkembangnya ekspor (khususnya non migas) untuk

mendapatkan devisa.

5. Meningkatkan pembangunan daerah-daerah tertinggal.

6. Alih teknologi dan manajemen.

7. Memanfaatkan jaringan pasar internasional dari investor.

      

5

Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural persoon) maupun badan hukum (judicial persoon), dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), perlatan (equipment), aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian. Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 10.

6

(4)

Pengertian investasi itu sendiri, menurut Fitzgeral adalah aktivitas yang

berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk

mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan

dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.7

Sedangkan pengertian investasi menurut Ensiklopedia Indonesia adalah

penanaman uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian

gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraaan uang kas serta

perkembangannnya). Dengan demikian, cadangan modal barang diperbesar,

sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti.8

Aspek-aspek yang mempengaruhi investasi dapat dikelompokkan menjadi

sebagai berikut: 9

1. Faktor dalam negeri, terdiri dari:

a. Stabilitas politik dan perekonomian;

b. Kebijakan dalam bentuk sejumlah deregulasi dan debirokratisasi yang

secara terus-menerus dilakukan pemerintah dalam rangka menggairahkan

iklim investasi;

c. Diberikannya sejumlah pembebasan dan kelonggaran di bidang

perpajakan, termasuk sejumlah hak lain bagi investor asing yang dianggap

sebagai insentif;

d. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas,

bahan tambang dan hasil hutan di wilayah Indonesia.

      

7

Ibid., hlm. 2. 

8

Ibid. 

9

(5)

e. Iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam Indonesia

yang merupakan daya tarik sendiri, khusus bagi proyek-proyek yang

bergerak di bidang industri kimia, perkayuan, kertas dan perhotelan;

f. Sumber daya manusia dengan upah yang cukup kompetitif. Khususnya

proyek-proyek yang bersifat padat karya, seperti industri tekstil, sepatu

dan minuman anak-anak.

2. Faktor luar negeri, terdiri dari:

a. Apresiasi mata uang dari Negara-negara yang jumlah investasinya di

Indonesia cukup tinggi, seperti Jepan, Korea Selatan, Hongkong dan

Taiwan;

b. Pencabutan GSP (Sistem Preferensi Umum) terdapat empat Negara

industri baru di Asia (Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura);

c. Meningkatakan biaya produksi di luar negeri.

Investasi ini lahir disebabkan, karena adanya tuntutan perkembangan arus

globalisasi10 yang berdampak dengan perubahan peran dan kewajiban sebuah

Negara.

Menurut Solly Lubis, kata globalisasi berasal dari kata “globe”, yaitu bumi

tempat hunian manusia.11 Dalam era globalisasi ini telah banyak perubahan yang

telah terjadi baik di tingkat regional, nasional, dan internasional. Perubahan ini

juga telah membawa kecenderungan baru baik secara langsung maupun tidak

      

10

Globalisasi sebagian pihak mengartikan sama dengan internasionalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran Negara atau batas-batas Negara. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir yaitu neoliberalisme yang telah menguasai sistem perekonomian dunia. Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. vi.

11

(6)

langsung terhadap hukum. Hukum harus memberi legalitas terhadap segala

perubahan yang terjadi agar lalu lintas pergaulan manusia dalam menghadapi arus

globalisasi ini tidak terganggu dan tidak saling bertabrakan.12

Sehingga tepatlah pandangan Lawrence M. Friedman yang mengatakan

bahwa hukum itu tidak bersifat otonom, tetapi sebaliknya hukum bersifat terbuka

setiap waktu terhadap pengaruh luar.13

Quncy Wright mengemukakan bahwa, globalisasi ekonomi dan

perdagangan bebas telah menimbulkan akibat yang begitu besar sekali pada

bidang hukum. Negara-negara di dunia yang terlibat dengan globalisasi ekonomi

dan perdagangan bebas ini, baik Negara maju maupun sedang berkembang,

bahkan Negara yang terbelakang sekalipun harus membuat standarisasi hukum

dalam kegiatan ekonominya.14

Dalam bidang ekonomi, Indonesia telah semakin terintegrasi dengan

ekonomi dunia. Secara formal hal itu terlihat dengan keterlibatan Indonesia dalam

kerja sama ekonomi multilateral dan regional. Indonesia telah meratifikasi

General Agreements on Tariffs and Trade/Services (GATT/S) Putaran Uruguay di

Marakhes, Maroko tahun 1994. Hal ini berarti Indonesia telah mengikat diri

dengan prinsip-prinsip dan ketentuan yang terdapat dalam GATT/S. Sebenarnya

salah satu tujuan utama GATT/S ialah menciptakan suatu dunia dengan

perdagangan barang atau jasa serta aliran investasi atau modal yang relatif bebas

dari hambatan. Diperkirakan dengan aliran barang atau jasa dan modal yang bebas

      

12

Abdul Manan, Aspek-aspek Pengubah Hukum (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 59.

13

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I (Bandung: Books Terrace & Library, 2009), hlm. 28. 

14

(7)

antarnegara akan meningkatkan kemakmuran setiap Negara anggota dan berarti

juga akan meningkatkan kemakmuran dunia secara keseluruhan. Selain aktif di

GATT/S Indonesia juga menjadi anggota kerja sama ekonomi regional Asia

Pasific Economic Coorperation (APEC), kerja sama ini akan meningkatkan

pemberlakuan liberalisme perdagangan dan investasi mulai tahun 2010 bagi

Negara-negara maju dan tahun 2020 bagi anggota Negara berkembang. Selain dari

itu, Indonesia juga telah menjadi anggota kerja sama ekonomi ASEAN (Asean

Free Trade Area) atau AFTA yang telah berlaku sejak tahun 2003.15

Ketentuan AFTA melalui Common Effective Preferential Tariff (CEPT),

adalah penurunan tarif beberapa komoditi tertentu secara bersamaan sampai

mencapai tingkat 0-5% (persen). Penurunan tarif untuk seluruh komoditi

perdagangan bebas setelah 15 tahun kemudian. Namun, penurunan tarif pada 15

jenis komoditi untuk tahap pertama berlaku mulai 1 januari 2003.16

Dalam kerangka AFTA ini, Indonesia juga aktif dalam kerja sama

ekonomi sub-regional seperti IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth

Triangle), IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle).

BIPM-EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina East ASEAN Growth Area).

Konsekuensi dari kegiatan ini, Indonesia telah menjadi pasar yang terintegrasi

dengan pasar dunia. Hal ini berarti pasar domestic Indonesia telah terbuka lebar

bagi pasar dunia, dan ini merupakan peluang dan sekaligus harapan positif bagi

ekonomi Indonesia, tetapi juga menjadi tantangan bagi Negara untuk

menghadapinya, terutama ada jaminan kepastian hukum terhadap berbagai

      

15

Abdul Manan, Op-Cit., hlm. 62.

16

(8)

masalah sehingga investasi dapat berkembang secara baik dan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.17

Kemudian, sejak tahun 1970 Indonesia telah memiliki Kawasan

Perdagangan Bebas Sabang dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1970. Namun, Sabang dianggap belum menguntungkan, maka pemerintah

pusat mencabut status Sabang pada tahun 1984. Sejak diundangkannya

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang yang kemudian dilakukan

perubahan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2007 yang selanjutnya ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2007. Maka Indonesia memulai kembali untuk pembentukan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Kemudian, pemerintah Indonesia membangun sebuah wilayah khusus

yang disebut sebagai Kawasan Ekonomi Khusus/KEK (Special Economic

Zone/SEZ). Dimana dalam wilayah Kawasan Ekonomi Khusus/KEK (Special

Economic Zone/SEZ) ini terdapat hal-hal yang khusus yang diatur untuk para

investor. Contohnya yaitu, adanya fasilitas-fasilitas yang sangat mendukung

berkembangnya dunia investasi dalam Kawasan Ekonomi Khusus. Sehingga, dari

fasilitas-fasilitas yang diberikan inilah, diharapkan menarik penanam modal untuk

menanamkan modalnya di Indonesia, baik Penanam Modal Dalam Negeri

(PMDN) maupun Penanam Modal Asing (PMA). Keberadaan Kawasan Ekonomi

      

17

(9)

Khusus ini mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan performa

perekonomian di Indonesia menjadi Negara yang lebih baik sesuai dengan yang di

cita-citakan bangsa Indonesia.

Syed Muhammad Taufik mengatakan bahwa, Kawasan Perdagangan

Bebas (Free Trade Zone), Kawasan Berikat (Bonded Zone), Kawasan Industri,

dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebenarnya merupakan

salah satu manifestasi atau model dari Kawasan Ekonomi Khusus yang memiliki

ekonomi terbuka, yakni suatu kawasan yang dirancang untuk mampu menjadi

lokomotif pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan berbagai fasilitas dan

infrastruktur yang berkualitas. Sehingga, Kawasan Ekonomi Khusus ini,

merupakan “payung” dari kawasan-kawasan ekonomi lainnya yang telah diatur

oleh peraturan perundang-undangan.18

Di China misalnya, Shenzen, Shantou, Zhuhai, Xiamen, dan Hainan, yang

semula hanya merupakan daerah miskin, muncul sebagai pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi yang sangat penting bagi China. Demikian pula di India,

Kandla dan Surat (Gujarat), Cochin (Kerala), Santa Cruz (Mumbai-Maharashtra),

Falta (West Bengal), Chennai (Tamil Nadu), Visakhapatnam (Andhara Pradesh),

ataupun Noida (Uttrar Pradesh), dari daerah periphery yang tidak menarik untuk

investasi menjadi daerah yang sangat diminati para investor, khususnya investor

asing.19

      

18

Syarif Hidayat dan Agus Syarip Hidayat (ed.), Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. v. 

19

(10)

Prabowo mengatakan bahwa, keberhasilan Negara-negara tersebut, ada

beberapa faktor pendorongnya. Adapun beberapa faktor yang berpengaruh dalam

keberhasilan sebuah Kawasan Ekonomi Khusus diantaranya yaitu:20

1. Keseimbangan ekonomi makro;

2. Lokasi geografis;

3. Skema insentif yang ditawarkan;

4. Manajemen kawasan yang efektif dan efisien;

5. Jaringan infrastruktur dan fasilitas publik yang memadai;

6. Keterkaitan dengan ekonomi domestik;

7. Teknologi.

Tabel 1. Contoh Pelaksanaan SEZ/KEK di Beberapa Negara :21

NO Negara Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus pendirian SEZ dan memerintahkan Pemerintah Provinsi di daerah pantai timur untuk membentuk SEZ. Untuk pertama kalinya skema ini di bangun di Shenzen, provinsi Guangdong, yang berdekatan dengan Hongkong-Macau. Area SEZ sangat luas, SEZ Shenzen

seluas lebih dari 300 km2. SEZ

berkembang dengan pesat karena

kelengkapan infrastruktur, fasilitasi untuk tenanga kerja dengan peraturan perburuhan yang longgar, insentif pajak, bea masuk, dan devisa.

      

20

Ibid., hlm. 16-17. 

21Ibid.

(11)

NO Negara Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus

Catatan

2. India Kandla Dan Surat

(Gujarat), Cochin (Kerala), Santa Cruz (Mumbai), Falta (West Bengal),

Visakapatham (Andra Pradesh), Noida (Uttar Pradesh), Nanguneri,

Tirunelveli (Tamil Nadu).

Konversi dari EPZ. Pemerintah telah memberikan izin pendirian 285 SEZ. Rata-rata seluas 200 hektar. Dikelola oleh pemerintah atau patungan pemerintah swasta atau swasta sepenuhnya. Sebagaian besar yang dikelola oleh swasta, kurang berkembang karena keterbatasan pembiayaan. Juga banyak protes politik lokal karena konversi lahan pertanian yang subur.

3. Malaysia Butterwoth (Penang),

North, West dan South Port (Klang), Bayan Lepas (Penang), Stulang Laut (Johor), Sungai Way (KL).

Penunjukkan oleh pemerintah pusat, dikelola oleh pusat atau provinsi atau swasta. Kerjasama yang erat antara pemerintah dan swasta dalam perencanaan, pengawasan, fasilitasi dan networking.

4. Philippines Gateway Business

Park (Cavite), Laguna Technopark, Cavite, Bataan, Mactan, Baguio, Subic Bay dan Clark Economic Zones.

Terdapat 41 SEZ yang dikelola oleh swasta dan 4 buah oleh pemerintah. Pada umumnya, yang dikelola oleh swasta jauh lebih berhasil. Sebagian besar ekspor elektronika berasal dari SEZ yang dikelola swasta.

Sumber: http://www.wikipedia.org/SEZ.

Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus diharapkan akan semakin

memajukan dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui jalur kegiatan

penanam modal.22 Secara konseptual, ada dua bentuk pemahaman atas Kawasan

Ekonomi Khusus. Pertama, Kawasan Ekonomi Khusus dapat merujuk pada salah

satu bentuk kekhususan di dalam kegiatan perdagangan dan investasi seperti       

22

(12)

kawasan berikat (bonded zone), kawasan perdagangan bebas (free trade zone),

kawasan industri, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, export processing

zone, dan high tech industrial estate. Kedua, Kawasan Ekonomi Khusus dapat

berarti juga kawasan-kawasan dalam suatu kawasan (zones within zone). Dengan

kedua pemahaman ini, maka suatu daerah dapat saja memiliki lebih dari satu

bentuk kekhususan wilayah.23

Pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus/KEK (Special Economic

Zone/SEZ) ini di Indonesia pada dasarnya terdapat dalam Bab XIV Pasal 31

Undang-Undang Penanam Modal Nomor 25 Tahun 2007 yang berbunyi sebagai

berikut:24

(1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang

bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi khusus.

(2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanam modal

tersendiri di kawasan ekonomi khusus.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Undang-Undang.

Hal yang menarik dari ketentuan diatas, eksistensi Kawasan Ekonomi

Khusus (Special Economic Zone) semakin kuat. Sebab, Kawasan Ekonomi khusus

dapat memacu secara intensif masuknya para investor.

Hadirnya Kawasan Ekonomi Khusus mempunyai peran yang baik dalam

bidang menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan

daya saing produk unggulan daerah di dunia internasional. Selanjutnya,

pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus ini, diharapkan dapat menggali potensi

      

23

Ibid.

24

(13)

ekonomi daerah. Secara teoritis, pusat pertumbuhan juga bertumpu pada

kepercayaan terhadap kekuatan pasar bebas yang akan mempengaruhi terjadinya

dampak ke bawah dan menciptakan dampak penyebaran pertumbuhan ekonomi

dari pusat-pusat pertumbuhan ke wilayah lainnya.25

Dilihat dari sudut pandang ini bahwa sangat beralasan jika berbagai

pemerintah daerah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar di daerahnya di

jadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.26

Adapun yang menjadi beberapa dasar pertimbangan dalam pembangunan

Kawasan Ekonomi Khusus adalah:27

1. Berkaitan dengan Good governance;

2. Berkaitan dengan skala ekonomi dari jaringan infrastruktur modern yang lebih

ekonomis untuk dibangun dalam kawasan yang luasnya terbatas;

3. Berkaitan dengan antar industri; dan

4. Berkaitan dengan efisiensi yang ditimbulkan oleh dampak aglomerasi industri.

Selanjutnya, atas anamat dari Undang-Undang Penanam Modal Nomor 25

Tahun 2007 pada Pasal 31 ayat (3), maka pemerintah mengeluarkan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus yang berguna

untuk memantapkan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus.

KEK/SEZ merupakan kawasan dengan batas tertentu yang ditetapkan

untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang       

25

Triyono Utomo dan Ragimun, “Kawasan Ekonomi Khusus Tidak Cukup Dengan Insentf Fiskal”, http//www.fiskal.depkeu.go.id/2010/default.asp (diakses tanggal 3 November 2013).

26

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2010), 158.

27

(14)

perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan

perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata dan bidang lain. Sesuai dengan hal

tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan

ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata dan energi yang

kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.28

Kemudian, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang

Kawasan Ekonomi Khusus pada Pasal 9 dan Pasal 12 ayat (6) perlu menetapkan

Peraturan Pemerintah tentang penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Dengan demikian, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2011 tentang penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Peraturan pemerintah

ini, membahas KEK lebih teknis mengenai apa-apa saja yang harus dilakukan

guna mengembangkan KEK yang baik dan efisien.

Sejak dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus terlihat pemerintah semakin nyata

dalam mempercepat dan melakukan pemerataan pembangunan ekonomi di

Indonesia. Percepatan dan pembangunan ekonomi akan mempengaruhi langsung

maupun tidak langsung terhadap perkembangan pembangunan suatu wilayah.

Hingga tahun 2013, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebanyak 2 (dua) kawasan,

yakni Tanjung Lesung dan Sei Mangke serta 6 (enam) usulan kawasan yang akan

dijadikan KEK hingga akhir tahun 2014, yaitu Palu, Morotai, Mandalika, Kutai

Timur, Bitung dan Tuban.29

      

28

Alviansaf dalam “Mengenal Kawasan Ekonomi dan Strategis Nasional (Telaah Singkat KAPET dan KEK)”, http://alviansaf.wordpress.com/2013/08/19/mengenal-kawasan-ekonomi-dan-strategis-nasional-telaah-singkat-kapet-dan-kek/ (diakses tanggal 22 Oktober 2013).

(15)

Akan tetapi, Peraturan Pemerintah Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus belum mengatur secara rinci

mengenai pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Kawasan Ekonomi

Khusus dengan memberikan pilihan-pilihan tata cara pembangunan dan

pengoperasian Kawasan Ekonomi Khusus.30 Maka terjadi perubahan mengenai

Peraturan Pemerintah tersebut, menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun

2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Namun, walaupun sudah terjadi

perubahan belum ada hal-hal yang mengatur secara rinci yang mendalam

mengenai pembagian tugas dari masing-masing pengelolaan Kawasan Ekonomi

Khusus ini dengan jelas.

B. Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi, untuk mempermudah pembahasan maka terlebih

dahulu dirumuskan permasalahan yang disesuaikan dengan judul yang diajukan,

dimana permasalahan inilah yang akan menjadi dasar untuk melakukan

pembahasan selanjutnya.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka

perumusan masalah diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus ?

      

30

(16)

2. Bagaimana Kewajiban Badan Usaha Pengelola dalam mengelola Kawasan

Ekonomi Khusus ?

3. Bagaiman Hubungan Badan Usaha Pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota dalam Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi

tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguraikan lebih rinci lagi pembahasan

mengenai permasalahan diatas yaitu:

a. Untuk mengetahui penyelenggaraan Kawasan Khusus Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus.

b. Untuk mengetahui kewajiban badan usaha pengelola dalam pengelolaan

Kawasan Ekonomi Khusus.

c. Untuk mengetahui hubungan badan usaha pengelola dengan Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengelolaan Kawasan Ekonomi

Khusus.

2. Manfaat penulisan

Tulisan ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun

kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

(17)

1) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum

ekonomi, yang terkhusus berkaitan dengan Kawasan Ekonomi Khusus

dan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2) Diharapkan dapat menambah literatur dan menambah pengetahuan

mengenai penyelenggaraan dan pola koordinasi pusat dan daerah

Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia.

b. Manfaat praktis

1) Dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan

mahasiswa, masyarakat, maupun pihak lainnya dalam

penulisan-penulisan ilmiah lainnya yang berhubungan.

2) Memberikan sumbangan pemikiran mengenai penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus agar dalam pengelolaan Kawasan Ekonomi

Khusus menjadi lebih efisien guna pembangunan perekonomian

bangsa yang lebih baik kedepannya.

3) Sebagai pemenuhan syarat guna menyelesaikan studi dan meraih gelar

Sarjana Hukum.

D. Keaslian Penulisan

Sebelum tulisan ini dimulai, telah terlebih dahulu dilakukan penelusuran

terhadap tulisan-tulisan terdahulu, dan sepanjang yang telah ditelusuri dan

diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) ada

satu judul yang berkaitan dengan judul Skripsi Penulis, yaitu : “Analisis Hukum

(18)

Upaya Meningkatkan Penanaman Modal”. Setelah Penulis membaca Skripsi ini adanya perbedaan mengenai pembahasan. Dimana, Penulis tersebut membahas

mengenai cikal bakal terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus dan mengenai

aspek hukum pada Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Kemudian, Penulis

tersebut membahas lembaga penyelenggara Kawasan Ekonomi Khusus dan

mengenai dampak negatif dari terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus.

Sedangkan judul Skripsi Penulis adalah “Analisis Hukum Pengelolaan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus”. Dimana, Skripsi ini lebih cenderung membahas Penyelenggaraan Kawasan

Ekonomi Khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, serta mengenai kewajiban badan

usaha pengelola dalam Kawasan Ekonomi Khusus serta hubungan badan usaha

pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mengelola

Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Sehingga, Penulis merasa tidak ada

persamaan dari segi pembahasan. Dengan demikian,keaslian dari tulisan ini dapat

dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Kawasan ekonomi khusus

Di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal hal yang berkenaan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini terdapat

(19)

Adapun tujuan ditetapkan dan dikembangkannya Kawasan Ekonomi Khusus ini

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Pasal 31 ayat (1) adalah untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah

tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk

menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan

dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus.31

Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal Pasal 31 ayat (3) disebutkan bahwa ketentuan

mengenai Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Undang-Undang.32 Sehingga pengaturan mengenai Kawasan Ekonomi

Khusus ini diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009

tentang Kawasan Ekonomi Khusus.

Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus sendiri terdapat di dalam Pasal 1

angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus yang menyebutkan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya

disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memproleh fasilitas tertentu.33 Kemudian, pengaturan

mengenai Kawasan Ekonomi Khusus ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan

      

31

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab XIV, Pasal 31 ayat (1). 

32

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab XIV, Pasal 31 ayat (3). 

33

(20)

amanat dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus dalam Pasal 9 dan Pasal 12 ayat (6).

Kemudian, berdasarkan amanat tersebut, lahirlah Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus juga sama dan terdapat dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi

Khusus. Pengertiannya sendiri terdapat di dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi

Khusus yang menyebutkan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya

disebut KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memproleh fasilitas tertentu.34

Selanjutnya, Nada Faza Soraya mengatakan bahwa, Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) atau Special Economic Zone (SEZ) adalah wilayah geografis yang

memiliki peraturan ekonomi khusus yang lebih liberal dari peraturan ekonomi

yang berlaku di suatu Negara.35

2. Pengelolaan kawasan ekonomi khusus

Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus ini terdapat dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi

      

34

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 1 angka 1.

35

(21)

Khusus. Dimana, bagian pengelolaan terdapat dalam Bab V Pengelolaan Bagian

Kesatu Umum Pasal 42 yaitu Pengelolaan KEK dilakukan oleh: 36

a. Administrator; dan

b. Badan Usaha Pengelola.

Kemudian, untuk pengaturan Administrator ini terdapat dalam Pasal 43

sampai dengan Pasal 46 terdapat dalam Peraturan Pemrintah. Untuk Pasal 43

sampai dengan Pasal 46 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus belum terjadi perubahan.

Administrator juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2009. Pengertian administrator terdapat dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 2009, Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang

dibentuk untuk setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam

penyelenggaraan KEK.37

Selain itu, juga terdapat pengertian yang sama tentang administrator dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan

Ekonomi Khusus. Pengertian administrator dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi

Khusus, Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk

setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaraan KEK.38

      

36

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 42. 

37

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 1 angka 5. 

38

(22)

Untuk Badan Usaha Pengelola KEK diatur dalam Pasal 47 sampai dengan

Pasal 53 terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dan Peraturan Pemerintah Nomor

100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

3. Penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus

Istilah penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dapat dilihat pada

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan

Ekonomi Khusus. Pembagian penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

terdapat dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, penyelenggaraan KEK meliputi: 39

a. Pengusulan KEK;

b. Penetapan KEK;

c. Pembangunan KEK;

d. Pengelolaan KEK; dan

e. Evaluasi Pengelolaan KEK.

F. Metode Penulisan

1. Tipe penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang bersifat yuridis normatif

yakni penelitian yang dilakukan bersumberkan atas penegasan-penegasan

peraturan perundang-undangan tertulis yang berkaitan dengan skripsi. Kemudian,

      

39

(23)

ditambahkan dengan melakukan interpretasi hasil analisa yang berpedoman pada

teori-teori yang sesuai.40

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan menginventarisir hukum

positif yang berkaitan dengan hukum di bidang Hukum Ekonomi Khususnya yang

berkaitan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

2. Jenis data

Data yang dipergunakan berupa data sekunder. Adapun data sekunder

yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang

terdiri dari Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah. Adapun bahan hukum primer ini terdiri dari Undang-Undang

yang berkaitan langsung dengan Kawasan Ekonomi Khusus yaitu

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal, Undang-Undang-Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Kemudian,

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus dan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun

2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku hukum, dan karya tulis ilmiah

ataupun buku lain yang terkait dengan tulisan ini. Seperti seminar hukum,

majalah-majalah, jurnal, pidato dan beberapa sumber dari situs internet

yang berkaitan dengan persoalan di atas.

      

40

(24)

c. Bahan hukum tersier merupakan semua dokumen yang berisi

konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder yaitu kamus dan ensiklopedia.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memproleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi maka

penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan

(Library Research) yang mempelajari dan menganalisis secara sistematis seperti:

peraturan peundang-undangan, buku-buku, majalah, internet, pendapat sarjana,

karya tulis ilmiah dan bahan lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini.

4. Analisis data

Seluruh penulisan skripsi ini diawali dari bahan primer yang merujak

kepada hukum positif, yang kemudian dilengkapi dengan bahan sekunder dan

bahan tersier yang telah diperoleh baik dari media apapun dan kemudian dianalisis

secara kualitatif. Metode yang dipergunakan untuk menganalisis kualitatif yaitu:

a. Mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaan

lainnya yang relevan dengan penelitian;

b. Mengelompokkan peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang

ada;

c. Melakukan interpretasi terhadap peraturan perundang-undangan terkait;

d. Menguraikan bahan-bahan hukum sesuai dengan masalah yang

dirumuskan;

(25)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam pembahasan skripsi ini disusun sedemikian

rupa terdiri dari 5 (lima) bab dan masing-masing bab mempunyai sub bab, yang

dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan di bahas hal-hal yang umum

dalam sebuah tulisan ilmiah, antara lain : Latar Belakang,

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian

Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan, Sistematika

Penulisan.

BAB II PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Perkembangan Kawasan

Ekonomi Khusus di Indonesia, kemudian bentuk dan kriteria suatu

daerah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dan

penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus.

BAB III KEWAJIBAN BADAN USAHA PENGELOLA DALAM

(26)

Dalam bab ini akan membahas mengenai bentuk badan usaha

pengelola berbadan hukum yang dapat mengelola Kawasan

Ekonomi Khusus, kemudian tata cara penetapan badan usaha

pengelola Kawasan Ekonomi Khusus, dan kewajiban badan usaha

pengelola dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus dengan

menyelenggarakan kegiatan usaha Kawasan Ekonomi Khusus.

BAB IV HUBUNGAN BADAN USAHA PENGELOLA DENGAN

PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DALAM PENGELOLAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS Dalam bab ini akan membahas tentang peran pemerintah dalam

mengelola Kawasan Ekonomi Khusus, selanjutnya membahas

tentang kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah

dalam implementasi Kawasan Ekonomi Khusus dan hubungan

badan usaha pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah bab terakhir yang merupakan kesimpulan dari hasil

penelitian penulis dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus

Gambar

Tabel 1. Contoh Pelaksanaan SEZ/KEK di Beberapa Negara :21

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah energy mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan untuk memutar generator,

Selain itu, dengan adanya account-account email yang seragam membuat manajemen dan pendataan alamat email tiap-tiap anak kos menjadi lebih baik dan lebih mudah untuk

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan dalam rangka perencanaan kepegawaian daerah serta

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetehui representasi dakwah dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” pada album “Ingat Sholawat” yang dipopulerkan oleh Wali

(3) imitasi masalah: subjek peserta olimpiade memenuhi indikator imitasi masalah, yaitu dapat mengkonstruksi soal dengan mengkaitkan dengan kehidupan nyata serta

Naimatur Rosidah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Melukis Sudut MTs

“Suatu algoritma harus menghasilkan output yang tepat guna (efektif) dalam waktu yang relatif singkat dan penggunaan memori yang relatif sedikit (efisien)

Kajian Teori Konformitas Terhadap Perilaku Delinquency .... Penelitian